Pengaruh Pemberian Cookies Dan Minuman Serbuk Galohgor Terhadap Lemak Viseral Dan Profil Lipid Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2

PENGARUH PEMBERIAN COOKIES DAN MINUMAN
SERBUK GALOHGOR TERHADAP LEMAK VISERAL
DAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES
MELITUS TIPE 2

RATIH PUTRI DAMAYATI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK
CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh
Pemberian Cookies dan Minuman Serbuk Galohgor Terhadap Lemak
Viseral dan Profil Lipid pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun

tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2017
Ratih Putri Damayati
NIM I151140271

RINGKASAN
RATIH PUTRI DAMAYATI. Pengaruh Pemberian Cookies dan Minuman
Serbuk Galohgor Terhadap Lemak Viseral dan Profil Lipid pada Penderita
Diabetes Melitus Tipe 2. Dibimbing oleh KATRIN ROOSITA dan AHMAD
SULAEMAN.
Diabetes melitus (DM) tipe 2 merupakan penyakit gangguan metabolik
menahun akibat tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif sehingga
meningkatkan konsentrasi glukosa di dalam darah. Obesitas pada lemak viseral
merupakan salah satu faktor risiko DM tipe 2. Penderita DM berisiko mengalami
kelainan metabolisme lipid (dislipidemia).
Galohgor merupakan salah satu polyherbal yang mengandung antioksidan

dan berbagai zat bioaktif yang dapat meningkatkan kadar adiponektin dan
antioksidan tubuh. Cookies dan minuman serbuk Galohgor dibuat untuk
meningkatkan penerimaan konsumen sehingga dapat menjadi alternatif pilihan
produk pangan fungsional.
Tujuan penelitian ini untuk mengkaji pengaruh pemberian produk
Galohgor terhadap lemak viseral dan profil lipid pada penderita DM tipe 2.
Penelitian ini menggunakan experimental dengan rancangan pre-post controlled
design yang dilakukan di Bogor selama 38 hari. Sebanyak 26 contoh penderita
DM tipe 2 dikelompokkan menjadi kelompok kontrol (n=16) dan kelompok
cookies dan minuman serbuk Galohgor (n=10). Kelompok kontrol diberikan
cookies dan minuman serbuk tanpa Galogor. Kelompok cookies dan minuman
serbuk Galohgor diberikan 24 g cookies (mengandung 1 g Galohgor) dan satu
bungkus minuman serbuk (mengandung 1 g Galohgor) setiap harinya. Selama
intervensi, contoh tetap mengonsumsi obat yang diberikan dokter. Pengukuran
lemak viseral menggunakan Bioelectrical Impedance Analysis (BIA) dan profil
lipid dari pengambilan darah vena. Analisis data dilakukan dengan menggunakan
program SPSS 16, program Nutrisurvey 2007 dengan database makanan
Indonesia dan USDA SR28. Uji beda menggunakan independent t-test dan paired
t-test. Uji Analysis of Covariance (ANCOVA) digunakan untuk mengetahui
pengaruh cookies dan minuman serbuk Galohgor dengan mengontrol variabel

kovariat.
Contoh kelompok kontrol dan kelompok cookies dan minuman serbuk
Galohgor sebagian besar memiliki status gizi normal. Aktivitas kelompok kontrol
sebagian besar dalam kategori sedang dan pada kelompok cookies dan minuman
serbuk Galohgor sebagian besar dalam kategori tinggi. Asupan energi, karbohidrat,
karbohidrat sederhana, lemak jenuh, MUFA dan PUFA pada kelompok kontrol
selama intervensi lebih besar dibandingkan sebelum intervensi. Asupan energi,
lemak dan PUFA pada kelompok cookies dan minuman serbuk Galohgor selama
intervensi lebih besar dibandingkan sebelum intervensi. Kebiasaan konsumsi
pangan sumber karbohidrat dan makanan berlemak yang berbeda signifikan antara
sebelum dan selama intervensi hanya terdapat pada frekuensi konsumsi IG tinggi
(kelompok kontrol dan kelompok cookies dan minuman serbuk Galohgor) dan
daging berserta olahan (kelompok kontrol). Kepatuhan konsumsi cookies dan
minuman serbuk pada semua kelompok tergolong tinggi.

Rata-rata perubahan lemak viseral pada kelompok kontrol +6.74% dan
pada kelompok cookies dan minuman serbuk Galohgor -33.33% (p0.05). Variabel kovariat yang dapat mempengaruhi
perubahan kadar kolesterol dalam penelitian ini adalah kadar kolesterol total
sebelum intervensi, umur, aktivitas fisik, asupan serat, asupan kolesterol, asupan
lemak jenuh dan frekuensi konsumsi gorengan selama intervensi. Rata-rata

perubahan kadar trigliserida setelah dikoreksi (adjusted) dengan kadar trigliserida
sebelum intervensi, IMT, aktivitas fisik, asupan lemak, serat, dan konsumsi
gorengan selama intervensi pada kelompok kontrol +1.59% dan kelompok cookies
dan minuman serbuk Galohgor -30.90% (p>0.05). Rata-rata perubahan kadar
HDL setelah dikoreksi (adjusted) dengan kadar HDL sebelum intervensi, jenis
kelamin, umur, IMT, aktivitas fisik, asupan lemak, asupan protein, serat, asupan
kolesterol, asupan lemak jenuh, dan konsumsi gorengan selama intervensi pada
kelompok kontrol dan kelompok cookies dan minuman serbuk Galohgor yaitu 12.04% dan -9.02% (p>0.05). Rata-rata perubahan kadar LDL setelah dikoreksi
(adjusted) dengan kadar LDL sebelum intervensi, umur, aktivitas fisik, asupan
serat, asupan kolesterol, asupan lemak jenuh dan asupan PUFA selama intervensi
pada contoh kelompok kontrol dan kelompok cookies dan minuman serbuk
Galohgor yaitu -1.56% dan -3.94% (p>0.05).
Konsumsi cookies dan minuman Galohgor selama 38 hari dengan dosis 2
g ekstrak Galohgor per hari, signifikan dapat menurunkan lemak viseral penderita
DM tipe 2. Namun tidak terdapat pengaruh signifikan terhadap profil lipid.
Kata kunci: diabetes, profil lipid, lemak viseral

SUMMARY
RATIH PUTRI DAMAYATI. The Effect of Cookies and Powder Drinks of
Galohgor on Visceral Adipose Tissue and Lipid Profile in Patients with Type 2

Diabetes Mellitus. Supervised by KATRIN ROOSITA dan AHMAD
SULAEMAN.
Type-2 Diabetes Mellitus (T2DM) is a common chronic metabolic
disorder characterized by hyperglycemia resulted from defects of insulin
deficiency. Obesity in Visceral Adipose Tissue (VAT) is one of the risk factors of
T2DM. Diabetic patients are in high risk of abnormalities in lipid metabolism
(dyslipidemia).
Galohgor is one of polyherbal formula containing antioxidant and other
bioactive components. It has synergistic effects in enhancing adiponectin and
antioxidant. Cookies and powder drinks of Galohgor were developed to enhance
consumer preference for alternative choice of functional food products.
The aims of this study were to evaluate the effect of Galohgor products on
VAT and lipid profile in T2DM. The experimental trial in pre-post controlled
design was applied in this study including 26 diabetics subjects in Bogor District,
West Java for 38 days of intervention periods. Subjects of this study divided into
control group (n = 16) and cookies and powder drinks of Galohgor group (n = 10).
The control group was given cookies and drinks powders without Galogor. The
cookies and powder drink of Galohgor group was given 24 g cookies (containing
1g Galohgor) and a sachet of powder drink (containing 1 g Galohgor) everyday.
During intervention, subjects constantly consumed the medicine which given by a

doctor. The measurement of VAT used Bioelectrical Impedance Analysis (BIA)
and blood samples were taken to determaine lipid profiles. Data were analyzed
with SPSS 16, Nutrisurvey 2007’s program with Indonesian food database and
USDA SR28. Analysis of Covariance (ANCOVA) was used to see the effect of
intervention.
Most of subjects of both groups had normal nutritional status. Most of
physical activity level in control group were intermediate and for cookies and
powder drink of Galohgor group were high. Intake of energy, carbohydrates,
simple carbohydrates, saturated fat, MUFA and PUFA for the control group
during the intervention were higher than before the intervention. Intake of energy,
fat and PUFA of cookies and powder drink of Galohgor group during the
intervention were higher than before the intervention. Consumption of
carbohydrate and fatty food were significantly different only on the frequency of
consumption of high GI (control group and cookies and powder drink of Galohgor
group) and meats (the control group). All subjects had high compliance to
consume cookies and powder drinks.
The results showed that mean difference of VAT for cookies and powder
drink of Galohgor group compared with control group were -33.33% and +6.74%
(p0.05). In this study, covariate variable which
could affect total cholesterol levels were total cholesterol levels at baseline, age,

physical activity, dietary fiber intake, intake of cholesterol, intake of saturated fat
and the frequency of fried food consumption during the intervention. The mean
difference in triglyceride levels after adjusted with triglyceride levels at baseline,
BMI, physical activity, intake of fat, fiber, and the fried foods consumption during
the intervention in the control group were +1.59% and -30.90% in the cookies and
powder drink of Galohgor group (p>0.05). The mean difference in HDL levels
after adjusted with HDL levels at baseline, sex, age, BMI, physical activity, intake
of fat, protein, fiber, intake of cholesterol, intake of saturated fat, and
consumption of fried foods during the intervention in the control group and
cookies and powder drink of Galohgor group were -12.04% and -9.02% (p>0.05).
The mean difference in LDL levels after adjusted with LDL levels at baseline, age,
physical activity, dietary fiber intake, intake of cholesterol, intake of saturated fat
and PUFA during the intervention in the control group and cookies and powder
drink of Galohgor group were -1.56% and -3.94% (p >0.05).
Consumption of cookies and powder drinks of Galohgor during 38 days
with a dose of 2 g extract Galohgor, significantly reduced VAT in patients with
T2DM. Meanwhile the lipid profile including total cholesterol level, triglycerides
level, HDL level and LDL level were not significantly difference between groups.
Keywords: diabetes, lipid profile, visceral adipose tissue


© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2017
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

PENGARUH PEMBERIAN COOKIES DAN MINUMAN
SERBUK GALOHGOR TERHADAP LEMAK VISERAL DAN
PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS
TIPE 2

RATIH PUTRI DAMAYATI

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains

pada
Program Studi Ilmu Gizi

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Sri Anna Marliyati, MSi

Penguji pada Ujian Tertutup: Dr Ir Drajat Martianto, MS

Penguji pada Ujian Terbuka: Prof Dr Ir Marimin, MS
Dr Ir Naresworo Nugroho, MS

Judul Tesis : Pengaruh Pemberian Cookies dan Minuman Serbuk Galohgor
Terhadap Lemak Viseral dan Profil Lipid pada Penderita Diabetes
Melitus Tipe 2
Nama
: Ratih Putri Damayati

NIM
: I151140271

Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Katrin Roosita, SP MSi
Ketua

Prof Dr Ir Ahmad Sulaeman, MS
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Magister Ilmu Gizi

a/n Dekan Sekolah Pascasarjana
Sekretaris Program Magister


Prof Dr Ir Dodik Briawan, MCN

Dr Ir Dahrul Syah, MscAgr

Tanggal Ujian: 18 Januari 2017

Tanggal Disetujui:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala
atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penelitian yang berjudul “Pengaruh
Pemberian Cookies dan Minuman Serbuk Galohgor Terhadap Lemak Viseral dan
Profil Lipid pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2” sebagai syarat untuk
menyelesaikan studi pada Program Studi Ilmu Gizi Sekolah Pascasarjana, Intitut
Pertanian Bogor (IPB) dapat terselesaikan dengan baik. Penelitian ini merupakan
bagian dari penelitian institusi IPB yang berjudul “Intervensi Nutrasetikal
Galohgor untuk Penanggulangan Diabetes Melitus” yang dibiayai oleh
Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi.
Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.
Ibu Dr Katrin Roosita SP, MSi selaku ketua komisi pembimbing dan
Bapak Prof Dr Ir Ahmad Sulaeman, MS selaku anggota komisi
pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, saran, dan kritik
yang membangun serta motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan
tesis ini dengan baik.
2.
Ibu Prof Dr Ir Evy Damayanthi, MS selaku dosen pembahas kolokium dan
Ibu Dr Ir Sri Anna Marliyati, MSi selaku dosen penguji luar komisi ujian
tesis. Terima kasih atas waktu yang diluangkan dan masukannya yang
sangat bermanfaat demi kesempurnaan tesis ini.
3.
Bapak Prof Dr Ir Dodik Briawan, MCN selaku ketua Program Studi Ilmu
Gizi yang senantiasa memberikan masukan dan bimbingan hingga
terselesaikannya tesis ini.
4.
Ibu Prof Dr Ir Ikeu Tanziha MS yang sudah memoderatori ujian tesis saya
dan memberikan saran yang membangun.
5.
Mbak Nurul dan Mbak Nunung dari sekretariat Pascasarjana Ilmu Gizi
yang selalu membantu kelancaran administrasi selama proses penyelesaian
tesis ini.
6.
Orangtua tercinta Ibu Suprianti, S.Pd dan Bapak Hariyanto, yang
senantiasa selalu memotivasi dan mendoakan kelancaran tesis saya.
7.
Bapak dan ibu subjek penelitian yang telah bersedia berpartisipasi pada
penelitian ini.
8.
Tim penelitian (Ningsih, Aulia dan Tika) serta seluruh teman Pascasarjana
Program Studi Ilmu Gizi 2014 atas persahabatan, motivasi, dan dukungan
yang diberikan selama penulis melangsungkan studi dan penelitian di IPB
9.
Seluruh pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak
langsung yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, namun
penulis berharap tesis ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak yang
berkepentingan khususnya bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, Februari 2017
Ratih Putri Damayati

i

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

i

DAFTAR TABEL

iii

DAFTAR GAMBAR

iv

DAFTAR LAMPIRAN

iv

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan Khusus
Manfaat Penelitian
Hipotesis

1
1
2
3
3
3
3
3

2 TINJAUAN PUSTAKA
Diabetes Melitus Tipe 2
Glukosa Darah
Lemak Tubuh dan Profil Lipid
Aktivitas Fisik
Konsumsi Pangan Sumber Karbohidrat
Galohgor
Kandungan Gizi, Fitokimia dan Manfaat Galohgor
Cookies dan Minuman Serbuk Galohgor

4
4
4
5
7
8
9
11
11

3 KERANGKA PEMIKIRAN

13

4 METODE
Desain, Tempat dan Waktu Penelitian
Bahan dan Peralatan Penelitian
Uji Klinis Cookies dan Minuman Serbuk Galohgor
Jenis dan Cara Pengambilan Data
Pengolahan dan Analisis Data
Definisi Operasional

14
14
14
15
17
18
21

5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Contoh
Status Gizi dan Aktivitas Fisik Contoh
Konsumsi Pangan dan Asupan Zat Gizi
Kepatuhan Konsumsi Produk Intervensi
Pengaruh Pemberian Produk Galohgor Terhadap Lemak Viseral
Pengaruh Pemberian Produk Galohgor Terhadap Profil Lipid

22
22
24
28
38
39
41

SIMPULAN DAN SARAN

46

ii

DAFTAR PUSTAKA

46

LAMPIRAN

54

RIWAYAT HIDUP

69

iii

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5

6

7

8

9

10

11

12

13
14

15

16
17

18

Bahan dan komposisi nutrasetikal Galohgor
Syarat mutu minuman serbuk tradisional
Jenis dan cara pengumpulan data
Karakteristik contoh pada kelompok kontrol dan kelompok cookies dan
minuman serbuk Galohgor
Konsumsi obat DM selama intervensi contoh yang mendapatkan terapi
obat pada kelompok kontrol dan kelompok cookies dan minuman
serbuk Galohgor
Status gizi contoh berdasarkan IMT dan persen lemak tubuh sebelum
dan setelah intervensi pada kelompok kontrol dan kelompok cookies
dan minuman serbuk Galohgor
Aktifitas fisik menurut skor MET (menit/ minggu) berdasarkan jenis
kelamin dan tingkat aktivitas fisik pada kelompok kontrol dan
kelompok cookies dan minuman serbuk Galohgor sebelum dan selama
intervensi
Aktivitas fisik berdasarkan domain aktivitas fisik selama intervensi
pada kelompok kontrol dan kelompok cookies dan minuman serbuk
Galohgor
Frekuensi dan berat pangan sumber karbohidrat yang dikonsumsi >50%
contoh kelompok kontrol dan kelompok cookies dan minuman serbuk
Galohgor
Perubahan frekuensi dan total konsumsi pangan sumber karbohidrat
pada kelompok kontrol dan kelompok cookies dan minuman serbuk
Galohgor
Frekuensi dan berat pangan sumber lemak yang dikonsumsi >50%
contoh kelompok kontrol dan kelompok cookies dan minuman serbuk
Galohgor
Perubahan frekuensi dan total konsumsi pangan sumber lemak pada
kelompok kontrol dan kelompok cookies dan minuman serbuk
Galohgor
Asupan zat gizi sebelum dan selama intervensi pada kelompok kontrol
dan kelompok cookies dan minuman serbuk Galohgor
Sebaran contoh menurut tingkat kepatuhan konsumsi produk intervensi
pada kelompok kontrol dan kelompok cookies dan minuman serbuk
Galohgor
Rata-rata lemak viseral sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok
kontrol dan kelompok cookies dan minuman serbuk Galohgor
intervensi Galohgor
Faktor-faktor kovariat yang berpengaruh terhadap perubahan lemak
viseral pada contoh
Rata-rata kadar profil lipid sebelum dan sesudah intervensi pada
kelompok kontrol dan kelompok cookies dan minuman serbuk
Galohgor
Faktor-faktor kovariat yang berpengaruh terhadap perubahan kolesterol
total pada contoh

9
12
18
22

24

25

26

27

29

30

31

33
34

38

39
41

42
43

iv

19 Faktor-faktor kovariat yang berpengaruh terhadap perubahan
trigliserida pada contoh
20 Faktor-faktor kovariat yang berpengaruh terhadap perubahan HDL pada
contoh
21 Faktor-faktor kovariat yang berpengaruh terhadap perubahan LDL pada
contoh

44
44
45

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5

6
7

8

Patogenesis DM dengan dislipidemia
Kerangka pemikiran
Alur penelitian
Sebaran tingkat aktivitas fisik contoh pada kelompok kontrol dan
kelompok cookies dan minuman serbuk Galohgor sebelum intervensi
Rataan persen kecukupan energi, protein, KH dan serat individu pada
kelompok kontrol dan kelompok cookies dan minuman serbuk
Galohgor
Rata-rata kecukupan asupan kolesterol individu pada kelompok kontrol
dan kelompok cookies dan minuman serbuk Galohgor
Rata-rata asupan KH sederhana, lemak, lemak jenuh, MUFA dan PUFA
berdasarkan persen energi individu pada kelompok kontrol dan
kelompok cookies dan minuman serbuk Galohgor
Rata-rata jumlah konsumsi produk intervensi kelompok kontrol dan
kelompok cookies dan minuman serbuk Galohgor

7
14
16
26

35
36

37
38

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8

Etichal clereance
Daftar bahan makanan sumber karbohidrat berdasarkan indeks glikemik
Hasil analisis ANCOVA perubahan lemak viseral
Hasil analisis ANCOVA perubahan kadar kolesterol total
Hasil analisis ANCOVA perubahan kadar trigliserida
Hasil analisis ANCOVA perubahan kadar HDL
Hasil analisis ANCOVA perubahan kadar LDL
Dokumentasi penelitian

55
56
57
59
61
63
65
67

1

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang
Diabetes melitus (DM) tipe 2 merupakan penyakit gangguan metabolik
menahun akibat tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif sehingga
konsentrasi glukosa di dalam darah meningkat. Insulin merupakan hormon yang
mengatur keseimbangan kadar glukosa darah (ADA 2011). Sebanyak 8.3% orang
dewasa di dunia menderita DM pada tahun 2014 (WHO 2016). Penderita DM
pada orang dewasa mencapai proporsi epidemi di seluruh dunia, dengan
prevalensi diproyeksikan naik sebesar 39% dari tahun 2000 ke 2030. Prevalensi
DM di negara berkembang juga akan mengalami peningkatan sebesar 4.1% pada
tahun 2000 menjadi 6.0% pada tahun 2030 (Larsson dan Wolk 2006). Penderita
DM di Indonesia prevalensinya meningkat dari 1.1% di tahun 2007 menjadi 2.1%
di tahun 2013 (Kemenkes 2013).
Penderita DM berisiko mengalami dislipidemia. Dislipidemia merupakan
kelainan metabolisme lipid ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total,
trigliserida, kolesterol Low-Density Lipoprotein (LDL) dan rendahnya kolesterol
High-Density Lipoprotein (HDL). Kurangnya insulin dapat meningkatkan
mobilisasi asam lemak dari jaringan adiposa sehingga ketersediaan lipid dalam
hati meningkat (Gadi dan Samaha 2007). Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013,
prevalensi penduduk Indonesia dengan usia ≥15 tahun yang memiliki kadar
kolesterol tinggi sebesar 35.9%, kadar trigliserida tinggi 11.9%, kadar LDL tinggi
15.9%, dan kadar HDL rendah sebesar 22.9% (Kemenkes 2013).
Faktor risiko utama terhadap berkembangnya DM tipe 2 adalah obesitas
(Gomez-Ambrosi et al. 2011). Obesitas pada lemak viseral lebih berisiko
mengalami resistensi insulin dibandingkan dengan obesitas pada lemak subkutan.
Akumulasi lemak viseral melepaskan asam lemak bebas ke vena porta sehingga
mengganggu homeostasis glukosa (Giannopoulou et al. 2005).
Lemak viseral yang berlebih dan dislipidemia dapat diturunkan dengan
perubahan pola makan dan aktivitas fisik (Vissers et al. 2012). Aktivitas fisik
dapat mengurangi jumlah lemak tubuh sehingga mencegah risiko DM tipe 2
(Aune et al. 2014). Pada penderita DM tipe 2, aktivitas fisik dapat meningkatkan
toleransi glukosa melalui peningkatan sensitivitas insulin sehingga menurunkan
faktor risiko metabolik yang berkontribusi terhadap perkembangan komplikasi
diabetes (Dunstan 2009).
Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh asupan sumber karbohidrat.
Kuantitas dan jenis dari karbohidrat dalam makanan dapat mempengaruhi kadar
glukosa darah postprandial. Indeks glikemik (IG) merupakan ukuran dari
perubahan glukosa darah setelah proses pencernaan makanan yang mengandung
karbohidrat (Sheard et al. 2006). Pemilihan makanan rendah IG berguna secara
klinis pada kontrol glikemik jangka menengah pada pasien dengan DM (BrandMiller et al. 2003). Diet rendah karbohidrat dan rendah IG efektif memperbaiki
biomarker risiko kardiovaskular pada penderita DM (Ajala et al. 2013). Song et al.
(2015) menyatakan bahwa faktor asupan berhubungan positif dengan dislipidemia,
terutama asupan lemak.

2
Senyawa dari herbal yang mengandung beberapa produk tanaman
memiliki efek sinergis atau aksi potensial meningkatkan kondisi yang diinginkan
untuk penderita DM. Formulasi polyherbal telah dipelajari sebagai agen
terapeutik dalam manajemen DM (Ghorbani 2014). Galohgor merupakan
polyherbal yang terbuat dari 56 jenis tanaman obat (Roosita et al. 2006). Galohgor
merupakan ramuan tradisional yang biasa dikonsumsi ibu postpartum pada suku
sunda di Jawa Barat.
Galohgor mengandung mineral penting yaitu Fe, Zn, Cu, dan Mn. Selain
itu, juga mengandung senyawa yang berperan sebagai antioksidan yaitu alkaloid,
triterpenoid dan glikosida serta mengandung steroid, flavonoid, dan saponin
(Roosita et al. 2014). Pengaruh pemberian Galohgor dengan dosis 0.37 g/kg berat
badan pada tikus dapat menurunkan kadar triiodothyronine (T3) dan thyroxine
(T4) dalam darah, meningkatkan kadar antioksidan tubuh, menurunkan glukosa
darah, meningkatkan adiponektin serum dan cadangan glikogen hati (Roosita
2003; Leatemia 2010; Firdaus 2016). Efek adiponektin terhadap metabolisme
karbohidrat adalah meningkatkan kepekaan insulin dan dalam jangka panjang
dapat memperbaiki keadaan hiperglikemia sehingga menurunkan risiko DM tipe 2
(Bush et al. 2005). Hal ini dikarenakan efek dari aktivitas berbagai macam zat
bioaktif yang terkandung dalam Galohgor.
Galohgor dibuat secara tradisional dengan cara disangrai lalu ditumbuk
sehingga menghasilkan serbuk kasar yang dapat dikonsumsi secara langsung
(Roosita dan Wientarsih 2013). Tanaman herbal sulit dikonsumsi dalam jangka
waktu yang lama karena tidak semua orang terbiasa mengonsumsi tanaman herbal
dan dapat menerima rasa dalam bentuk aslinya (Goel dan Kaur 2013). Produk
cookies dan minuman serbuk Galohgor dibuat untuk meningkatkan daya terima
dan dapat meningkatkan citarasa sehingga berfungsi sebagai alternatif pilihan
produk pangan fungsional (Roosita et al. 2016). Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui efek intervensi cookies dan minuman serbuk Galohgor terhadap
lemak viseral dan profil lipid pada penderita DM tipe 2.
Perumusan Masalah
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dapat diketahui bahwa Galohgor
dapat menurunkan kadar T3 dan T4, meningkatkan kadar antioksidan tubuh, serta
meningkatkan adiponektin serum (Roosita 2003; Leatemia 2010; Firdaus 2016).
Penurunan kadar T3 dan T4 dalam jumlah yang normal di darah menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan aktivitas hormon dan reseptor sel di sel yang
menyebabkan peningkatan metabolisme energi dan termogenesis (Guyton dan
Hall 2006; Silvestri et al. 2005). Selain itu, peningkatan adiponektin pada jaringan
adiposa dapat meningkatkan aktivitas Hormone Sensitive Lipase (HSL) yang
berperan dalam lipolisis (Bullo et al. 2005). Matsuzawa (2014) menyatakan
bahwa semakin tinggi kadar adiponektin maka semakin rendah akumulasi lemak
viseral.
Efek pemberian Galohgor terhadap peningkatan adiponektin dan
antioksidan tubuh berpotensi dapat menghambat pembentukan sel busa sehingga
mencegah terjadinya dislipidemia (Wang et al. 2013; Aviram 1999). Untuk
mendukung aplikasi Galohgor sebagai produk pangan fungsional antidiabet di

3
masyarakat maka perlu dilakukan penelitian klinis pada penderita DM tipe 2.
Berdasarkan hal tersebut, maka pertanyaan penelitian ini adalah:
1.
Bagaimana efek pemberian cookies dan minuman serbuk Galohgor terhadap
lemak viseral dan profil lipid (kolesterol, HDL, LDL, trigliserida) pada
penderita DM tipe 2?
2.
Bagaimana pengaruh faktor-faktor lain seperti status gizi, asupan dan
aktifitas fisik terhadap lemak viseral dan profil lipid pada penderita DM tipe
2?
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini untuk mengkaji pengaruh pemberian cookies
dan minuman serbuk Galohgor terhadap lemak viseral dan profil lipid pada
penderita DM tipe 2.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah:
1.
Menganalisis karakteristik, status gizi dan aktivitas fisik contoh
2.
Menganalisis asupan zat gizi dan kebiasaan konsumsi pangan
3.
Menganalisis kepatuhan konsumsi produk intervensi oleh contoh
4.
Menganalisis pengaruh cookies dan minuman serbuk Galohgor terhadap
lemak viseral pada contoh
5.
Menganalisis pengaruh cookies dan minuman serbuk Galohgor terhadap
profil lipid (kolesterol total, trigliserida, HDL, dan LDL) pada contoh
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bukti ilmiah
dari manfaat produk pangan fungsional mengandung Galohgor dapat menurunkan
lemak viseral dan memperbaiki profil lipid pada penderita DM tipe 2. Hasil dari
penelitian ini diharapkan memperkaya kajian ilmiah pemanfaatan Galohgor untuk
DM sehingga dapat mengangkat potensi Galohgor dalam upaya pelestarian
kearifan lokal suku Sunda. Penelitian ini dapat bermanfaat untuk acuan dalam
mengembangkan produk-produk berbasis Galohgor sebagai pangan fungsional
(nutrasetikal).
Hipotesis
1: Cookies dan minuman serbuk Galohgor dapat menurunkan lemak viseral
2: Cookies dan minuman serbuk Galohgor dapat memperbaiki profil lipid

4

2 TINJAUAN PUSTAKA

Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes merupakan kumpulan gejala penyakit metabolik yang ditandai oleh
hiperglikemia karena kegagalan sekresi insulin, aksi insulin atau keduanya.
Diabetes melitus tipe 2 biasanya terjadi karena resistensi insulin dan biasanya
bersifat relatif bukan defisiensi insulin absolut. Risiko diabetes meningkat dengan
usia, obesitas, dan kurangnya aktivitas fisik. Berdasarkan pedoman American
Diabetes Association (ADA) (2011) untuk pencegahan dan pengelolaan DM tipe
2, kriteria diagnostik DM dapat ditetapkan apabila: 1) kadar glukosa plasma
sewaktu ≥200 mg/dl dan terdapat keluhan penyerta yaitu banyak kencing
(poliuria), banyak minum (polidipsia), banyak makan (polifagia), dan penurunan
berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya; 2) kadar glukosa plasma
puasa ≥126 mg/dl dengan gejala klasik penyerta; 3) kadar glukosa 2 jam pasca
pembebanan ≥200 mg/dl. Keadaan pra-diabetes merupakan keadaan yang dialami
seseorang yang memiliki kadar glukosa darah diatas normal, tetapi belum
memenuhi kriteria diabetes dianggap berisiko berkembang menjadi DM tipe 2.
Faktor-faktor yang menyebabkan keadaan risiko pradiabetes antara lain:
faktor genetik, rokok, aktivitas fisik yang kurang, dan diet yang tidak sehat (ADA
2011). Kadar glukosa darah puasa (GDP) terganggu dan toleransi glukosa
terganggu (TGT) merupakan kondisi pradiabetes. Kriteria GDP terganggu adalah
bila kadar glukosa darah puasa seseorang berada dalam rentang 100-125 mg/dl,
sedangkan kriteria TGT ditetapkan bila nilai kadar glukosa darah 2 jam pasca
pembebanan berkisar 140-199 mg/dl (Kemenkes 2013).
Komplikasi jangka panjang dari diabetes termasuk retinopati dengan
potensi kerugian penglihatan; nefropati yang dapat menyebabkan gagal ginjal;
neuropati perifer dengan risiko ulkus kaki, amputasi, dan sendi Charcot; dan
neuropati otonom menyebabkan gangguan pada gastrointestinal, urogenital, dan
gejala jantung dan disfungsi seksual. Pasien dengan diabetes memiliki
peningkatan risiko insiden kardiovaskular aterosklerotik, arteri perifer, dan
penyakit serebrovaskular. Hipertensi dan kelainan metabolisme lipoprotein juga
sering ditemukan pada penderita diabetes (ADA 2011).
Glukosa Darah
Individu dengan gangguan dalam homeostasis glukosa sering
diklasifikasikan kadar glukosa darah puasa dan kadar glukosa darah 2 jam setelah
makan. Kadar glukosa darah diipengaruhi glikolisis dengan aktivitas αglukosidase yang merupakan enzim kunci yang berperan terhadap pemecahan
karbohidrat dalam diet menjadi glukosa. Dalam hepatosit, glikolisis terlibat dalam
pengendalian produksi glukosa hepatik dan apabila berlebihan memberikan
kontribusi untuk hiperglikemia pada diabetes (Guo et al. 2012).
Keadaan hiperglikemia pada DM tipe 2 dapat dipengaruh karena resistensi
insulin. Resistensi insulin merupakan keadaan kurang sensitifnya jaringan tubuh
(seperti otot skelet, hati, ginjal, dan jaringan adipose) terhadap kerja dari hormon
insulin dengan manifestasi utamanya adalah gangguan absorbsi dan penggunaan

5
glukosa oleh sel, gangguan metabolisme glukosa di sel hepar, dan gangguan
metabolisme lemak di sel adipose yang menyebabkan inflamasi dan eksaserbasi
stres oksidatif serta malfungsi beberapa organ seperti pankreas, hati, otot, dan
jaringan lemak. Apabila keadaan hiperglikemia dan hiperlipidemia terjadi dalam
waktu lama dapat memicu disfungsi sel beta pankreas (yang dicerminkan melalui
resistensi insulin), gangguan sekresi insulin, penurunan ekspresi gen yang terlibat
dalam produksi insulin, dan penurunan massa sel β pankreas yang disebabkan
oleh induksi apoptosis (Bush et al. 2005). Regulasi pertumbuhan dan fungsi sel β
dipengaruhi oleh adanya insulin-like growth factor 1 (IGF-1). Serum IGF-1
berperan dalam homeostasis glukosa dengan meningkatkan penyerapan glukosa
perifer. Penurunan produksi glukosa hepatik dapat meningkatkan sensitivitas
insulin (Ratjpathak et al. 2009).
Pemecahan lemak (trigliserida) menjadi asam lemak bebas dan gliserol
(lipolisis) di jaringan adiposa meningkat pada kondisi resistensi insulin. Paparan
asam lemak bebas yang terjadi dalam waktu lama (lipotoksisitas) akan
menyebabkan gangguan pada beberapa organ, antara lain penurunan uptake
glukosa di jaringan otot, peningkatan glukoneogenesis di hati, peningkatan
apoptosis dan hambatan terhadap sekresi insulin pada sel β pankreas. Peningkatan
jumlah dan ukuran sel adiposa pada obesitas akan menghasilkan berbagai macam
sitokin, seperti TNF-α, IL-6 dan resistin. Sitokin tersebut merupakan mediator
proinflamasi yang mencetuskan terjadinya resistensi insulin.
Bush et al. (2005) menyatakan bahwa obesitas juga dapat menyebabkan
penurunan adiponektin dan protein antiinflamasi yang dihasilkan oleh sel lemak.
Kadar protein ini di dalam serum berbanding terbalik dengan berat badan. Efek
adiponektin terhadap metabolisme karbohidrat yaitu meningkatkan sensitifitas
insulin sehingga dapat memperbaiki keadaan hiperglikemia menurunkan risiko
DM tipe 2.
Sementara itu, peran adiponektin pada metabolisme lemak diduga
menurunkan asam lemak bebas yang masuk ke hati dan meningkatkan oksidasi
asam lemak. Produksi glukosa, trigliserida, dan VLDL oleh hati akan menurun
berdampak pada penurunan kadar komponen ini dalam darah (Blaak 2008).
Jenis kelamin juga mempengaruhi homeostasis glukosa. Konsentrasi
glukosa postprandial pada laki-laki lebih rendah tapi lebih sering mengalami
gangguan glukosa puasa. Hal ini dimungkinkan karena perbedaan dalam
distribusi lemak, aktivitas fisik, atau penggunaan oral kontrasepsi. Perbedaan
siklus menstruasi pada wanita juga mempengaruhi ketidakstabilan sensitifitas
insulin. Wanita terlindungi oleh adanya estrogen sehingga dapat menjaga kadar
glukosa darah agar dalam keadaan normal. Gangguan output glukosa endogen dan
pembuangan metabolisme glukosa dapat berkontribusi pada pengurangan
konsentrasi glukosa puasa pada wanita. Obesitas sentral merupakan salah satu
faktor risiko utama gangguan sensitifitas insulin dan laki-laki lebih sering
menderita akumulasi lemak viseral (Blaak 2008).
.
Lemak Tubuh dan Profil Lipid
Obesitas merupakan faktor risiko utama terhadap berkembangnya
prediabetes dan DM tipe 2 dan merupakan kelebihan lemak tubuh (Gomez-

6
Ambrosi et al. 2011). Jumlah lemak tubuh memainkan peran kunci dalam
berkembangnya resistensi insulin dan dislipidemia (Choi et al. 2002).
Semakin besar persen lemak tubuh maka kadar HDL semakin turun (Choi
et al. 2002). Diagnosis obesitas menggunakan indeks massa tubuh (IMT) perlu
dipertimbangkan lagi karena contoh dengan IMT normal belum tentu memiliki
persen lemak tubuh normal dan sebaliknya. Penilaian persen lemak tubuh dapat
membantu untuk mendiagnosa toleransi glukosa terganggu di luar informasi yang
diberikan oleh IMT dan lingkar pinggang khususnya pada contoh pria dengan
IMT 23 g serat perhari dapat membantu memperbaiki dislipidemia. Lipotoksisitas
yang terjadi pada keadaan resistensi insulin menyebabkan peningkatan kadar
trigliserida dalam darah. Kontrol glukosa darah maka dengan sendirinya dapat
menurunkan konsentrasi trigliserida, kemungkinan melalui aksi insulin pada
produksi asam lemak bebas (Gadi dan Samaha 2007).

Gambar 1 Patogenesis DM dengan dyslipidemia (Gadi dan Samaha 2007)
Aktivitas Fisik
Aktivitas fisik dapat menurunkan risiko DM tipe 2 di semua kategori IMT
wanita dan laki-laki pada semua jenis aktivitas fisik. Aktivitas fisik tinggi
dibandingkan dengan rendah terhadap DM tipe 2 yaitu RR 0.65 (95% CI 0.59–
0.71, I2 = 18%) untuk aktivitas fisik total; 0.74 (95% CI 0.70–0.79, I2 = 84%)
untuk aktivitas waktu luang; 0.61 (95% CI 0.51–0.74, I2 = 73%) untuk aktivitas
fisik tinggi, 0.68 (95% CI 0.52–0.90, I2 = 93%) untuk aktivitas sedang; 0.66 (95%
CI 0.47–0.94, I2 = 47%) untuk aktivitas fisik rendah; dan 0.85 (95% CI 0.79–0.91,
I2 = 0%) untuk jalan kaki. Hubungan terbalik antara aktivitas fisik dan risiko DM
tipe 2 mungkin dimediasi oleh berkurangnya lemak tubuh (The InterAct
Consortum 2012; Aune et al. 2014).
Intervensi gaya hidup pada penderita DM tipe 2 yaitu diet, olahraga, dan
pendidikan dapat mencegah komplikasi kardiovaskular, menurunkan HbA1c dan
menurunkan IMT (Chen et al. 2015). Aktivitas fisik pada penderita DM tipe 2
dapat menurunkan faktor risiko metabolik yang berkontribusi terhadap
perkembangan komplikasi DM. Sensitivitas insulin, penggunaan glukosa, dan
kemampuan oksidatif asam lemak dapat ditingkatkan melalui aktivitas fisik (Qin
et al. 2010).
Secara fisiologis, efek paling langsung aktivitas fisik yang rendah misalnya
saat duduk maka tidak adanya kerja yang dilakukan oleh otot rangka besar di kaki,
punggung dan trunk yang diperlukan untuk gerakan tegak. Terlalu lama duduk
juga akan menyebabkan hilangnya kesempatan untuk pengeluaran energi
kumulatif yang dihasilkan dari ribuan kontraksi otot intermiten selama periode 16

8
jam sehingga meningkatkan kecenderungan untuk menjadi kelebihan berat badan
(Dunstan et al. 2009). Interaksi biologis positif antara obesitas dan aktivitas fisik
dapat mempengaruhi patofisiologi. Aktivitas fisik memiliki efek yang nyata pada
regulasi glukosa dan aksi insulin pada orang yang obesitas tanpa adanya
kehilangan berat badan. Selain menurunkan berat badan olahraga juga dapat
menurunkan lemak subkutan dan viseral, tetapi peningkatan sensitivitas insulin
akan menjadi kecil tanpa adanya penurunan berat badan yang signifikan. Selain
itu, efek menguntungkan dari aktivitas fisik pada komplikasi metabolik hanya
relevan jika disertai oleh sejumlah penurunan berat badan (Qin et al. 2010).
Penderita DM yang aktif dibandingkan dengan yang sedentary lebih
rendahnya kadar visfatin (10.16±5.53 ng/ml vs 14.77±8.48 ng/ml, p=0.013), lebih
tinggi kadar apelin (1.39±0.65 ng/ml vs 1.04±0.35 ng/ml, p=0.018) dan kadar
adiponektin yang lebih tinggi (11.82±3.06 μg/ml vs 7.81±2.11 μg/ml, p=0.033).
Aktifitas fisik intensitas sedang dapat memperbaiki keadaan adipokines seperti
visfatin, apelin dan adiponektin pada pasien dengan DM tipe 2. Efek
antiinflamatory dari olahraga yang memediasi pengaturan penurunan konsentrasi
vistatin dan peningkatan apelin. Visfatin yang lebih rendah pada pasien aktif dapat
berkaitan dengan mekanisme atheroprotective. Semakin tingginya kadar visfatin
menunjukkan hubungan dengan manifestasi aterosklerosis pada pasien diabetes
yang dimediasi oleh mekanisme inflamasi. Penurunan simpanan lemak dalam
tubuh dapat mempengaruhi sirkulasi adipokin (Kadoglou et al. 2012).
Konsumsi Pangan Sumber Karbohidrat
Karbohidrat merupakan zat gizi yang paling berpengaruh terhadap glukosa
darah. Asupan lemak dapat memperlambat penyerapan glukosa, menunda peak
respon glukosa darah makanan yang mengandung glukosa. Hasil penelitian Van
Loon et al. (2000) menunjukkan bahwa pada kondisi normal, protein yang
dimakan bersama dengan pangan sumber karbohidrat, asam aminonya akan
menambah pengeluaran insulin dengan cara meningkatkan clearance glukosa dari
darah. Kuantitas dan jenis dari karbohidrat dalam makanan dapat mempengaruhi
kadar glukosa darah postprandial (Sheard et al. 2006).
Pangan sumber karbohidrat dapat diklasifikasikan berdasarkan efek pada
glukosa darah postpandrial yang dinyatakan dalam indeks glikemik (IG). Indeks
glikemik merupakan ukuran dari perubahan glukosa darah setelah proses
pencernaan makanan yang mengandung karbohidrat (Sheard et al. 2006). Nilai IG
dihitung dengan membagi tambahan area di bawah kurva konsentrasi glukosa
darah yang diukur setelah memakan sebagian dari makanan yang mengandung 50
g karbohidrat dengan luas glukosa darah tambahan dicapai dengan porsi makanan
referensi (glukosa atau roti tawar) yang mengandung jumlah karbohidrat yang
sama (50 g) dan dinyatakan dalam persen. Kadar glukosa darah dipengaruhi oleh
jumlah karbohidrat yang dikonsumsi dan nilai IG pangan yang disebut dengan
giycemic load (GL). Setiap unit GL setara dengan efek glikemik 1 g karbohidrat
dari roti tawar yang digunakan sebagai referensi (Riccardi et al. 2008). Namun
penelitian yang dilakukan Sluijs et al. (2012) pada delapan negara di Eropa
menyatakan bahwa IG dan GL pangan tidak berhubungan dengan risiko kejadian
diabetes. Substitusi karbohidrat IG rendah untuk karbohidrat IG tinggi juga belum
konsisten dikaitkan dengan risiko diabetes yang lebih rendah (Simila et al. 2011).

9
Pemilihan makanan IG rendah berguna secara klinis pada kontrol glikemik
jangka menengah pada pasien dengan diabetes. Makanan IG rendah telah
konsisten menunjukkan efek menguntungkan pada kontrol glukosa darah jangka
pendek dan jangka panjang (Brand-Miller et al. 2003; Riccardi et al. 2008). Diet
rendah karbohidrat dan rendah IG efektif memperbaiki biomarker risiko
kardiovaskular pada penderita DM (Ajala et al. 2013). Diet tinggi karbohidrat
dapat memiliki merugikan efek pada kontrol glikemik, yang berperan dalam
perkembangan penyakit arteri koroner, komplikasi makrovaskular dan
mikrovaskuler terutama pada penderita DM yang menggunakan insulin atau yang
memiliki kondisi yang lebih parah. Konsentrasi kenaikan glukosa, insulin plasma
dan triasilgliserol plasma juga cenderung meningkat dengan diet tinggi
karbohidrat yang dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular (Riccardi et
al. 2008).
Galohgor
Galohgor merupakan jamu tradisional yang biasa dikonsumsi ibu
postpartum pada suku sunda di Jawa Barat. Pangan fungsional trasional atau jamu
ini dikonsumsi oleh masyarakat sunda sebagai makanan kudapan (snack food).
Jamu Galohgor biasa dikonsumsi dua kali sehari (pagi dan sore) hingga 40 hari
setelah postpartum. Jamu ini terbuat dari 56 jenis tanaman obat yang terdiri 38
jenis daun, akar, atau batang, 5 jenis rempah-rempah, 6 jenis temu-temuan, dan 7
jenis biji-bijian (Pajar 2002). Secara rinci bahan-bahan dalam pembuatan jamu
Galohgor pada Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1 Bahan dan komposisi nutrasetikal Galohgor
No
A
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Nama
Tradisional

Nama Ilmiah

Tumbuhan Obat Bagian Daun
Antawali
Tinospora tuberculata (Lamk) Beumee
ex K. Heyne
Babadotan
Ageratum conyzoides Linn.
Beluntas
Plucea indica (L.) Less.
Kiranediuk
Selaginalla plana Hieron
Kiranelalap
Selaginalla wildenowii Backer.
Hadas
Handeuleum
Graptophyllum pictum Griff.
Harendong
Melastoma malabathricum L.
Jambu batu
Psidium guajava Linn
Alpukat
Persea americana Miller
Jawerkotok
Coleus scutellarioides (L.) Benth.
Jukut bau
Hyptis suaveolus (L.) Poit.
Kahitutan
Paederia foetida L.
Karastulang
Chlorantus elatior Link
Kikarugrag
Hyptis brevipes Poit.
Kibeling
Strobilanthes crispus BL.
Kicantung
Goniothalamus macrophyllus (Blume)
Hallier f.

Berat
(g)

Persentase
terhadap
Jagung (%)

3.36

0.67

1.74
5.63
3.33
1.33
5.75
2.85
2.55
7.46
2.48
5.96
0.69
2.60
3.80
0.79
2.01
3.05

0.35
1.13
0.67
0.27
1.15
0.57
0.51
1.49
0.50
1.19
0.14
0.52
0.76
0.16
0.40
0.61

10
Tabel 1 Bahan dan komposisi nutrasetikal Galohgor (lanjutan)
No
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
B
39
40
41
42
43
C
44
45
46
47
48
49
D
50
51
52
53
54
55
56
a

Nama
Tradisional

Nama Ilmiah

Kicelenceng/
Lantana camara L.
cente
Kikanceuh
Ficus adelfehli King.
Kimulas
Desmodium heterophyllum Willd.
Kiremek
Hemigraphis colorata Hall.
daging
Kiremek
tulang
Kiurat
Plantago mayor L.
Kumis kucing Orthoshipon aristatus (Blume) Miq.
Mangkokan
Micromelum pubesence Blume
Manglit
Magnolia montana
Mereme’
Glochidion arborescen (M.A.) Boerl.
Memeniran
Phyllanthus urinaria L.
Saga (daun)
Abrus precatorius L.
Sariawan usus Secamena villosa Blume
Sembung
Blumea balsamifera (L.) DC.
Sapituher
Mikania micrantha
Sereh
Piper betle L.
Siang
Artemisia vulgaris L.
Singugu
Cleredendron serratun (L.) Moon
Srikuning
Nyctanthes arbor-tritis
Suruhan
Peperomia pellucida (L.) H.B.K.
Tempuyung
Soncuhus arvensis L.
Rempah- rempah
Bawang merah Allium cepa L.
Kapulaga (biji) Amomun cardomomum L.
Ketumbar
Coriandrum sativum L.
Lada
Piper nigrum L.
Pala
Myristica fragrans Houtt.
Temu-temuan
Panglaihideng Curcuma aeruginosa Roxb.
Jahe
Zingiber officinale Roscoe.
Kencur
Kaempferia galangal L.
Koneng
Curcuma domestica Vahl.
Koneng gede
Curcuma xanthorhiza Roxb.
Lempuyangan Zingiber aromaticum Valeton
Biji-bijian
Jaat
Psophocarpus tetragonolobus
Kacang hijau
Phaseolus radiatus L.
Kacang dadap
Vigna sinensis
Kacang kedelai
Glycine max (L.) Merr.
Kacang tanah
Arachis hypogaea L.
Beras ketan
Oryza sativa var. Glutinosa
Jagung
Zaea mays L.
Total

Sumber: Roosita et al. (2006).

Persentase
terhadap
Jagung (%)
3.36
0.67

Berat
(g)

1.15
3.36
10.09

0.23
0.67
2.02

3.62

0.72

5.63
3.36
6.67
2.19
2.90
2.94
1.35
0.21
11.25
3.39
3.16
7.26
4.26
3.77
4.21
6.37

1.13
0.67
1.33
0.44
0.58
0.59
0.27
0.04
2.25
0.68
0.63
1.45
0.85
0.75
0.84
1.27

19.09
50.00
3.03
1.31
4.49

3.82
10.00
0.61
0.26
0.90

7.57
13.00
7.08
7.38
5.98
60.54

1.51
2.60
1.42
1.48
1.20
1.11

21.30
197.32
50.40
76.90
39.70
122.36
500.00
1333.3

4.26
39.46
10.08
15.38
7.94
24.47
100.00

11
Kandungan Gizi, Fitokimia dan Manfaat Galohgor
Galohgor memiliki kadar air 4.1%, kadar abu 2.66%, lemak 3.66%,
protein 12.06%, dan karbohidrat 77.25%. Kandungan mineral dalam Galohgor
yaitu kadar besi (Fe) 68.5 ppm, seng (Zn) 76.3 ppm, dan magnesium (Mg) 1335.5
ppm (Pajar 2002). Berdasarkan kebutuhan pada ibu menyusui, kandungan
energinya yaitu 14.4%, protein 19.5%, lemak 7.5%, vitamin A 1.56%, iodium
90.5%, Fe 0.7%, dan Zn 0.7%. Selain itu total seratnya yaitu 16.2% dengan serat
makanan tidak larut air sebesar 14.4% dan serat larut air 1.8% (Pratiwi 2010).
Komposisi Galohgor yang beragam sehingga kaya akan fitokimia yang
bermanfaat untuk tubuh. Galohgor mengandung Fe, Zn, Pb, Mg dan antioksidan
alami yaitu vitamin C, karetenoid, vitamin E, alkaloid, triterpenoid dan glikosida,
serta senyawa fenol terdiri dari 2-Chlorophenol, 2-Methylphenol dan 2,4Dichlorophenol (Masruroh 2004; Leatemia 2010). Galohgor secara kualitatif
mengandung steroid, flavonoid, dan saponin (Roosita et al. 2014). Salah satu
golongan senyawa triterpenoid adalah β-Karoten. Galohgor mengandung βKaroten yang cukup tinggi yaitu 10.3 g/100 g atau setara dengan 171 667 RE/100
g (Permana 2011).
Galohgor aman dikonsumsi dengan dosis yang dianjurkan yaitu 0.37
g/kgBB (Roosita 2003). Galohgor dengan dosis tersebut sudah cukup optimal
menurunkan MDA plasma dan meningkatkan aktivitas enzim antioksidan SOD
plasma tikus (Leatemia 2010). Namun penggunaan yang berlebihan yaitu 9.98
kali dosis yang dianjurkan selama 14 hari perlu dihindari karena dapat berisiko
gangguan ginjal (Wicaksono 2010). Hasil penelitian Firdaus (2016) menunjukkan
bahwa intervensi Galohgor dengan dosis 0.037 g/kg berat badan pada tikus yang
diinduksi Streptozotocin (STZ) selama 14 hari dapat menurunkan kadar glukosa
darah.
Manfaat mengonsumsi Galohgor dapat mempercepat pengeluaran darah
nifas, pemulihan kebugaran setelah persalinan. Pada penelitian Roosita (2003)
pemberian jamu Galohgor, dari desa Sukajadi Bogor, Galohgor yang diberikan
pada tikus dapat yang dapat mempercepat involusi uterus dan meningkatkan
produksi ASI dengan menurunnya konsentrasi T3 dan T4 pada tikus. Galohgor
juga dapat meningkatkan penyembuhan luka dan mempercepat involusi ute