Profil Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Sri Pamela Tebing Tinggi pada Tahun 2011-2012

PROFIL PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT SRI PAMELA TEBING TINGGI PADA TAHUN 2011-2012
Oleh: AZNAN ARRAZI
100100257
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2014

PROFIL PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT SRI PAMELA TEBING TINGGI PADA TAHUN 2011-2012
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran Oleh: AZNAN ARRAZI 100100257
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2014

i

LEMBAR PENGESAHAN

Profil Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Sri Pamela Tebing Tinggi pada Tahun 2011-2012

Nama NIM

: Aznan Arrazi : 100100257


Pembimbing

Penguji I

Dr.dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes NIP.1969 0609 1999 03 2 001

dr. Isti Ilmiati Fujiati, M.Sc (CMFM),M.Pd.Ked NIP. 1967 0527 1999 03 2 001

Penguji II

dr. Rina Amelia, MARS NIP. 1976 0420 2003 12002
Medan, Januari 2014 Dekan Fakultas Kedokteran USU

Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH NIP. 195402201980111001

ii
ABSTRAK
Indonesia menempati urutan keempat jumlah penderita diabetes terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Peningkatan kasus DM menimbulkan masalah baru dalam bidang kesehatan. DM yang tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan timbulnya komplikasi. Perubahan gaya hidup dan screening DM yang dilakukan diharapkan dapat mengurangi prevalensi DM.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil penderita DM tipe 2 di Rumah Sakit Sri Pamela Tebing Tinggi tahun 2011-2012. Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan besar sampel sebanyak 100 orang. Penelitian ini dilakukan pada bulan November tahun 2013 dan data yang dikumpulkan dengan menggunakan rekam medis.
Adapun hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas penderita DM tipe 2 berumur 50-59 (41%). Diketahui penderita berjenis kelamin perempuan (59%) lebih banyak dari pada penderita berjenis kelamin laki-laki (41%). Mayoritas penderita bersuku Jawa yaitu sebanyak 71 orang (71%). Gangren diabetik adalah komplikasi terbanyak (27%). Ditemukan penderita paling banyak menerima obat oral yaitu sebanyak 92 orang (92%). Lama perawatan penderita paling banyak adalah kurang dari 3 tahun yaitu sebanyak 68 orang (68%).

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk membantu upaya pencegahan DM tipe 2 di lingkungan sekitar Rumah Sakit dan sarana pelayanan kesehatan lainnya.
Kata Kunci : Diabetes Melitus tipe 2, Profil, Karakteristik.

iii
ABSTRACT
Indonesia ranks fourth largest number of diabetics in the world after India, China and the United States. Increasing cases of DM raises new issues in the health sector. DM is not handled properly will result in the onset of complications. Lifestyle changes and screening are expected to reduce the prevalence of DM.
The purpose of this study was to determine the profile of patients with type 2 diabetes in Sri Pamela Hospital Tebing Tinggi 2011-2012. The method is a descriptive study with a large sample of 100 people. This research was conducted in November 2013 and the data collected using medical records.
The results of this study showed the majority of patients with type 2 diabetes aged 50-59 (41%). Known sufferers women (59%) are more than male patients (41%). The majority of patients is Javanese that amounted to 71 people (71 %). Gangrene is a complication of diabetic majority (27%). Found most patients receiving oral medications that amounted to 92 people (92%). Older people cares most are less than 3 years that amounted to 68 people (68%).
The results of this research can be used to assist in the prevention of type 2 diabetes in the neighborhood Hospitals and other medical facilities.
Keywords: Diabetes mellitus type 2, Profile, Characteristics.

iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas petunjuk ilmu yang dikaruniakanNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini yang berjudul “Profil Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Sri Pamela Tebing Tinggi pada Tahun 2011-2012”. Besar harapan penulis, penelitian ini dapat diterima dan bermanfaat.
Penelitian ini bisa diselesaikan atas dukungan dari banyak pihak, kepada mereka penulis mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya, diantaranya:
1. Dr.dr. Arlinda Sari Wahyuni, M.Kes selaku Dosen Pembimbing dalam tugas Karya Tulis Ilmiah ini, atas segala kesabaran dalam membimbing dan mendukung serta ilmu-ilmu dan saran-saran yang telah diberikan.
2. Dr. Isti Ilmiati Fujiati, M.Sc (CM-FM), M.Pd., Ked dan dr. Rina Amelia, MARS selaku Dosen Penguji Karya Tulis Ilmiah ini, atas kritik dan saran yang membangun
3. Komisi Etik dan Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah menyetujui pelaksanaan penelitian ini
4. Pihak RS Sri Pamela Tebing Tinggi, atas izin penelitian yang diberikan. 5. dr. Sukron Taufik dan dr. Nina Zuliani, MARS rasa hormat serta terima
kasih yang tak terhingga untuk kedua orang tua tercinta, atas kasih sayang yang begitu besar dalam mendidik, membesarkan, dan mendoakan penulis bersama abang dan kakak tercinta Aulia Ariffandi, S.H. dan Nindya Safira, S.Psi. 6. Rekan-rekan seperjuangan Hafis Nofyan, Irsyadil Fikri, M. Faqih Lazuardi, M. Qadri Ramadhan, Effi Rohani, Ruby Firdaus, Lathiefatul Habibah, dan Devi Nafilah Yuzar yang selalu mendukung penuh dan memberikan semangat, nasihat, dan motivasi dalam proses penyelesaian karya tulis ilmiah ini.


v
Meskipun berbagai upaya dan kerja keras telah dilakukan dalam penelitian ini, penulis yakin bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan guna proses penyempurnaannya. Semoga penelitian ini pada akhirnya dapat memberi manfaat.
Medan, Januari 2014 Penulis
Aznan Arrazi

vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. i ABSTRAK ......................................................................................................... ii ABSTRACT ...................................................................................................... iii KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv DAFTAR ISI..…………………………………………………………......…. vi DAFTAR TABEL……..…………………………………………………..... viii DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………….. ix
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………......… 1 1.1.Latar Belakang..………………………………………………….................. 1 1.2.Rumusan Masalah………………………………………………................... 3 1.3.Tujuan Penelitian……………………………………………..................….. 3 1.4.Manfaat Penelitian…………………………………………..............…........ 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………....... 5 2.1. Diabetes Melitus…………………………………………...............…..….. 5 2.1.1. Definisi……………………………………………......................…..…... 5 2.1.2. Klasifikasi dan Etiologi……………………………….......................…... 5 2.1.3. Faktor Risiko…………………………………………........................….. 7 2.1.4. Patofisiologi…………………………………….....................………...... 7 2.1.5. Diagnosis…………………………......................……………………..... 9 2.1.6. Komplikasi……………………………...................…………………..... 10 2.1.7. Epidemiologi............................................................................................. 11 2.1.8. Terapi ....................................................................................................... 12
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL…….. 13 3.1. Kerangka Konsep………………………………………………................. 13 3.2. Definisi Operasional………………………………………….................... 13

vii
BAB 4 METODE PENELITIAN………………………………………........ 15 4.1. Desain Penelitian……………………………………………….................. 15 4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian……………………………….................….. 15 4.3. Populasi dan Sampel……………………………………….................…... 15 4.3.1. Populasi…………………………………………………......................... 15 4.3.2. Sampel……………………………………………………....................... 15 4.4. Metode Pengumpulan Data………………………………............……...... 16 4.5. Metode Analisis Data………………………………………............…....... 17
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 18 5.1. Hasil Penelitian ........................................................................................... 18 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ..................................................................... 18 5.1.2. Hasil Penelitian ........................................................................................ 18 5.1.3. Deskripsi Tabulasi Silang ........................................................................ 21 5.2. Pembahasan ................................................................................................ 22
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 24 6.1. Kesimpulan ................................................................................................. 24 6.2. Saran ........................................................................................................... 24 DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………... 26 LAMPIRAN

viii


DAFTAR TABEL

Nomor Tabel 2.1 Tabel 3.2 Tabel 5.1. Tabel 5.2. Tabel 5.3. Tabel 5.4. Tabel 5.5. Tabel 5.6. Tabel 5.7.

Judul

Halaman

Klasifikasi Etiologis Diabetes Melitus

6

Definisi Operasional

13

Tabel Distribusi Frekuensi Usia

18


Tabel Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin

19

Tabel Distribusi Frekuensi Suku

19

Tabel Distribusi Frekuensi Komplikasi

20

Tabel Distribusi Frekuensi Jenis Terapi

20

Tabel Distribusi Frekuensi Lama Sakit

21


Tabel Tabulasi silang antara Komplikasi dengan Jenis 21

Terapi

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Judul

Gambar 3.1. Skema Kerangka Konsep Penelitian

ix
Halaman 13

ii
ABSTRAK
Indonesia menempati urutan keempat jumlah penderita diabetes terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Peningkatan kasus DM menimbulkan masalah baru dalam bidang kesehatan. DM yang tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan timbulnya komplikasi. Perubahan gaya hidup dan screening DM yang dilakukan diharapkan dapat mengurangi prevalensi DM.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui profil penderita DM tipe 2 di Rumah Sakit Sri Pamela Tebing Tinggi tahun 2011-2012. Metode penelitian ini bersifat deskriptif dengan besar sampel sebanyak 100 orang. Penelitian ini dilakukan pada bulan November tahun 2013 dan data yang dikumpulkan dengan menggunakan rekam medis.
Adapun hasil penelitian ini menunjukkan mayoritas penderita DM tipe 2 berumur 50-59 (41%). Diketahui penderita berjenis kelamin perempuan (59%) lebih banyak dari pada penderita berjenis kelamin laki-laki (41%). Mayoritas penderita bersuku Jawa yaitu sebanyak 71 orang (71%). Gangren diabetik adalah komplikasi terbanyak (27%). Ditemukan penderita paling banyak menerima obat oral yaitu sebanyak 92 orang (92%). Lama perawatan penderita paling banyak adalah kurang dari 3 tahun yaitu sebanyak 68 orang (68%).

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk membantu upaya pencegahan DM tipe 2 di lingkungan sekitar Rumah Sakit dan sarana pelayanan kesehatan lainnya.
Kata Kunci : Diabetes Melitus tipe 2, Profil, Karakteristik.

iii
ABSTRACT
Indonesia ranks fourth largest number of diabetics in the world after India, China and the United States. Increasing cases of DM raises new issues in the health sector. DM is not handled properly will result in the onset of complications. Lifestyle changes and screening are expected to reduce the prevalence of DM.
The purpose of this study was to determine the profile of patients with type 2 diabetes in Sri Pamela Hospital Tebing Tinggi 2011-2012. The method is a descriptive study with a large sample of 100 people. This research was conducted in November 2013 and the data collected using medical records.
The results of this study showed the majority of patients with type 2 diabetes aged 50-59 (41%). Known sufferers women (59%) are more than male patients (41%). The majority of patients is Javanese that amounted to 71 people (71 %). Gangrene is a complication of diabetic majority (27%). Found most patients receiving oral medications that amounted to 92 people (92%). Older people cares most are less than 3 years that amounted to 68 people (68%).
The results of this research can be used to assist in the prevention of type 2 diabetes in the neighborhood Hospitals and other medical facilities.
Keywords: Diabetes mellitus type 2, Profile, Characteristics.

1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh
ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin atau karena penggunaan yang tidak efektif dari produksi insulin. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam darah. Pada saat sekarang ini, penyakit DM mengalami peningkatan prevalensi di seluruh dunia. DM terdiri dari dua tipe yaitu tipe pertama DM yang disebabkan keturunandan tipe kedua disebabkan life style atau gaya hidup. Secara umum, hampir 80% prevalensi diabetes melitus adalah DM tipe 2, ini berarti gaya hidup/life style yang tidak sehat menjadi pemicu utama meningkatnya prevalensi DM (Depkes,2009). World Health Organization (WHO) memperkirakan saat ini lebih dari 220 juta orang di seluruh dunia menderita diabetes. Pada tahun 2004, sekitar 3,4 juta orang meninggal dunia akibat tingginya kadar gula darah. Lebih dari 80% kematian akibat diabetes terjadi di negara dengan pendapatan rendah sampai menengah (WHO, 2011). WHO juga memprediksi penderita diabetes akan menjadi sekitar 366 juta orang di seluruh dunia pada tahun 2030 (Depkes, 2009).
Dari beberapa data hasil penelitian, tidak ada perbedaan antara negara maju dan negara berkembang dalam peningkatan prevalensi DM. Dari data yang diperoleh di Amerika Serikat, sebanyak 10,9 juta orang (26,9%) yang berumur≥ 65 tahun mengalami DM pada tahun 2010 (CDC, 2011). Badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan, tahun 2003 194 juta atau 5,1% dari 3,8 milyar penduduk dunia menyandang diabetes. Jumlah itu bakal meningkat menjadi 333 juta di tahun 2025 nanti, dan 60% dari jumlah itu berada di Asia. Kemajuan pembangunan ekonomi di Asia mendatangkan kemakmuran, membuat orang Asia mengalami perubahan pola makan aktifitas. Hidup jadi lebih mudah dan praktis. Sehari-hari tidak perlu lagi berkeringat, sementara makanan melimpah.

2
Indonesia menempati urutan ke empat jumlah penderita diabetes terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat (Sam, 2007). Berdasarkan data dari Depkes yang berasal dari Diabetes Care (2004), pada tahun 2030 diperkirakan akan ada sekitar 21,3 juta pasien DM di Indonesia (Depkes, 2009). Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) nasional tahun 2007, prevalensi nasional DM berdasarkan pemeriksaan gula darah pada penduduk usia >15 tahun diperkotaan 5,7%. Prevalensi nasional Obesitas umum pada penduduk usia >= 15 tahun sebesar 10.3% dan sebanyak 12 provinsi memiliki prevalensi diatas nasional, prevalensi nasional Obesitas sentral pada penduduk Usi≥a 15 tahun sebesar 18,8 % dan sebanyak 17 provinsi memiliki prevalensi diatas nasional. Sedangkan prevalensi TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) pada penduduk usia > 15 tahun di perkotaan adalah 10.2% dan sebanyak 13 provinsi mempunyai prevalensi diatas prevalensi nasional. Tiga daerah di Indonesia memiliki tingkat prevalensi diabetes diatas 1,5 persen yaitu Aceh, Jawa Timur, dan Sulawesi Utara (Riskesdas, 2007).
Peningkatan kasus DM menimbulkan masalah baru dalam bidang kesehatan. DM yang tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan timbulnya komplikasi dengan penyakit serius lainnya, diantaranya : jantung, stroke, disfungsi ereksi, gagal ginjal, dan kerusakan sistem syaraf. Penelitian yang dilakukan oleh Gofur (2007) di unit Diabetes RSU Dr. Soetomo Surabaya , menemukan sebanyak 51% penderita DM mengalami komplikasi Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan 49% mengalami komplikasi non PJK. Data dari National Diabetes Information Clearinghouse (2011) memberikan penjelasan tentang komplikasi DM yang terjadi di Amerika yaitu: 68% penyebab kematian penderita DM pada orang berusia ≥ 65 tahun adalah penyakit jantung (2004), 67% penderita DM yang berusia ≥ 20 tahun juga mempunyai tekanan darah yang lebih dari normal (2005-2008), dari 28,5% penderita DM yang beru≥sia40 tahun mengalami diabetik retinopathy (2005-2008), 44% penderita DM mengalami gagal ginjal (2008), 60%-70% penderita DM mengalami kerusakan sistem syaraf, lebih dari 60% amputasi kaki nontraumatik dialami oleh penderita DM, 1 dari 3 penderita DM mengalami penyakit periodontal.


3
Penderita DM yang mengalami komplikasi tentu akan membutuhkan pembiayaan yang lebih besar. Sebuah survei yang dilakukan di Amerika pada tahun 2011 (National Diabetes Information Clearinghouse, 2011) menyatakan bahwa biaya jumlah biaya pemeliharaan kesehatan yang dihabiskan oleh penderita DM dua kali lebih besar dibandingkan bagi yang tidak menderita DM. Selain pembiayaan yang banyak, kualitas hidup penderita DM tentu akan mengalami gangguan, sehingga ini menimbulkan dampak terhadap kehidupan para penderita DM.
Untuk mengantisipasi dampak yang timbul, maka perlu dilakukan pencegahan terhadap DM. Perubahan gaya hidup dan screening DM yang dilakukan diharapkan dapat mengurangi prevalensi DM. Rumah Sakit Sri Pamela di Tebing Tinggi merupakan salah satu Rumah Sakit yang melayani pasien DM. Dari hasil survei awal yang dilakukan diperoleh data tentang jumlah kasus DM dalam tiga tahun terakhir. Data berupa jumlah DM yang menjalani rawat inap di RS Sri Pamela. Pada tahun 2010 terdapat 106 pasien, pada tahun 2011 terdapat 112 pasien dan pada tahun 2012 terdapat 78 orang pasien. Dari data yang ada dapat menjadi dasar untuk dapat melakukan pencegahan sehingga tidak terjadi komplikasi.
1.2. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah penelitian
Bagaimanakah profil penderita DM tipe 2 di Rumah Sakit Sri Pamela Tebing Tinggi tahun 2011-2012?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui profil penderita DM tipe 2 di Rumah Sakit Sri Pamela Tebing Tinggi tahun 2011-2012

4
1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui data karakteristik penderita DM tipe 2 di Rumah Sakit Sri Pamela Tebing Tinggi tahun 2011-2012 2. Untuk mengetahui lamanya menderita DM tipe 2 di Rumah Sakit Sri Pamela Tebing Tinggi tahun 2011-2012 3. Untuk mengetahui komplikasi penyakit DM tipe 2 di Rumah Sakit Sri Pamela Tebing Tinggi tahun 2011-2012 4. Untuk mengetahui jenis pengobatan penderita DM tipe 2 di Rumah Sakit Sri Pamela Tebing Tinggi tahun 2011-2012
1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti Sebagai kesempatan untuk mengintegrasikan ilmu yang telah didapat di bangku kuliah dalam bentuk melakukan penelitian ilmiah secara mandiri 2. Bagi Rumah Sakit Sri Pamela Tebing Tinggi Menambah informasi kepada RS Sri Pamela tentang profil penderita DM tipe 2 yang akan menjadi acuan untuk pencegahan.

5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Diabetes melitus 2.1.1 Definisi
Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis di mana pangkreas tidak dapat memproduksi insulin secara cukup, atau di mana tubuh tidak efektif menggunakan insulin yang diproduksi, atau pun keduanya. Hal ini menjurus kepada peningkatan konsentrasi dari kadar gula dalam darah atau hyperglycaemia (WHO, 2013).
Insulin adalah hormon yang dikeluarkan oleh pankreas, tepatnya di beta cell. Hormon ini berfungsi untuk mentranspor glukosa atau gula dari darah ke dalam sel (kurniali, 2013). Hyperglycaemia atau peningkatan kadar gula dalam darah adalah satu efek utama dari diabetes yang tidak terkontrol dan dapat menjurus ke kerusakan serius untuk sistem-sistem organ, khususnya sistem syaraf dan sistem pembuluh darah. Diabetes dapat diklasifikasikan menjadi diabetes tipe 1, diabetes tipe 2. Selain itu juga dapat digolongkan menjadi diabetes gestational (WHO, 2013). 2.1.2 Klasifikasi dan Etiologi
1. Diabetes tipe 1 (insulin-dependent diabetes) terjadi karena adanya gangguan pada pankreas, menyebabkan pankreas tidak mampu memproduksi insulin dengan optimal. Pankres memproduksi insulin dengan kadar yang sedikit dan dan dapat berkembang menjadi tidak mampu lagi memproduksi insulin. Akibatnya, penderita diabetes tipe 1 harus mendapat injeksi insulin dari luar (Sutanto, 2013). Penyebab diabetes tipe 1 tidak diketahui dan kejadian ini masih belum dapat dicegah dengan ilmu yang ada pada saat ini. Gejala gejalanya meliputi frekuensi ekskresi urin yang berlebihan (polyuria), kehausan (polydipsia), lapar yang terus menerus, berat badan berkurang, gangguan penglihatan, dan kelelahan. Gejala-gejala ini dapat muncul secara tiba-tiba (WHO, 2013).


6
2. Diabetes tipe 2 merupakan penyakit diabetes yang disebabkan karena sel-
sel tubuh tidak merespon insulin yang dilepaskan oleh pankreas (sutanto, 2013).
Diabetes tipe 2 dialami hampir 90% manusia di dunia, dan secara umum penyakit
ini adalah hasil dari berat badan berlebih dan kurangnya aktifitas fisik. Gejala-
gejala mirip dengan diabetes tipe 1, tetapi biasanya tidak terasa. Hasilnya,
penyakit ini terdiagnosa bertahun tahun setelah awal mula terjadinya penyakit,
ketika sudah timbul komplikasi (WHO, 2013).
3. Diabetes gestational adalah diabetes yang disebabkan karena kondisi
kehamilan (sutanto, 2013). Gejala diabetes gestational mirip dengan gejala
diabetes tipe 2. Diabetes gestational lebih sering terdiagnosa melalui prenatal
screening dari pada gejala yang dilaporkan (WHO, 2013).
Klasifikasi etiologi diabetes melitus berdasarkan American Diabetes
Association (ADA, 2005) adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1. Klasifikasi Etiologis Diabetes Melitus
I. Diabetes Melitus Tipe 1 (destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut) a. Melalui proses imunologik b. Idiopatik
II. Diabetes Melitus Tipe 2 (bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin)
III. Diabetes Melitus Tipe Lain a. Defek genetik fungsi sel beta akibat mutasi pada: o Kromosom 20, Hepatocyte Nuclear Transcription Factor (HNF) 4α (dahulu MODY 1) o Kromosom 12, HNF-1α (dahulu MODY 3) o Kromosom 7, Glukokinase (dahulu MODY 2) o Kromosom 13, Insulin Promoter Factor (IPF) 1 (dahulu MODY 4) o Kromosom 17, HNF-1β (dahulu MODY 5) o Kromosom 2, Neuro DI (dahulu MODY 6) o DNA mitokondria o lainnya b. Defek genetik kerja insulin: resistensi insulin tipe A, leprechaunism, sindrom Rabson Mendenhall, diabetes lipoatrofik, lainnya. c. Penyakit Eksokrin Pankreas: pankreatitis, trauma/pankreatektomi, neoplasma, fibrosis kistik, hemokromatosis, pankreatopati fibro kalkulus, lainnya. d. Endokrinopati: akromegali, sindrom Cushing, feokromositoma,

7

hipertiroidisme somatostatinoma, aldosteronoma, lainnya. e. Karena obat/ zat kimia: vacor, pentamidin, asam nikotinat, glukokortikoid,
hormone tiroid, diazoxid, agonis β adrenergic, tiazid, fenitoin, interferon alfa, protease inhibitor, clozapine, beta bloker, lainnya. f. Infeksi: rubella kongenital, CMV, lainnya. g. Imunologi (jarang): sindrom Stiff-man, antibodi anti reseptor insulin, lainnya. h. Sindrom genetik lain: sindrom Down, sindrom Klinefelter, sindrom Turner, sindrom Wolfram’s, ataksia Friedreich’s, Chorea Huntington, sindrom Laurence- Moon-Biedl, distrofi miotonik, porfiria, sindrom Prader Willi, lainnya IV. Diabetes Gestasional 2.1.3 Faktor Risiko Faktor risiko diabetes melitus adalah sesuatu hal yang dapat memicu terjadinya penyakit diabetes diabetes sekaligus meningkatkan potensi serangan diabetes (sutanto, 2013). American Diabetes Association (2013) mengemukakan faktor risiko diabetes melitus yaitu : • Orang dengan impaired glucose tolerance (IGT) dan/atau impaired fasting glucose (IFG) • Orang di atas 45 tahun • Orang dengan riwayat keluarga diabetes • orang yang kelebihan berat badan • orang yang tidak olahraga rutin • orang dengan rendah kolesterol HDL atau tinggi triglyserida, tinggi tekanan darah • ras dan etnis tertentu (e.g., Non-Hispanic Blacks, Hispanic/Latino Americans, Asian Americans and Pacific Islanders, and American Indians and Alaska Natives) • wanita yang pernah mengalami diabetes gestasional, atau yang pernah melahirkan bayi dengan berat lahir 9 pounds atau lebih. 2.1.4 Patofisiologi diabetes melitus a. Biosintesis dan kerja insulin Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino, dihasilkan oleh sel beta kelenjar pankreas. Sintesis insulin dimulai dalm bentuk preproinsulin (precursor hormon insulin) pada retikulum endoplasma sel beta.

8
Dengan bantuan enzim peptidase, preproinsulin mengalami pemecahan sehingga terbentuk proinsulin, yang kemudian dihimpun dalam gelembung-gelembung (secretory vesicles) dalam sel tersebut. Denan bantuan enzim peptidase, proinsulin diurai menjadi insulin dan peptida-C yang keduanya sudah siap untuk disekresikan secara bersamaan melalui membran sel.
Dalam keadaan fisiologis, insulin disekresikan sesuai dengan kebutuhan tubuh normal oleh sel beta dalam dua fase atau dengan nama lain dinamakan biphasic. Fase 1 (acute insulin secretion response = AIR) adalah sekresi insulin yang terjadi segera setelah ada rangsangan terhadap sel beta, muncul cepat dan berakhir juga cepat. Setalah fase 1 berakhir, muncul sekresi fase 2 (sustained phase, latent phase), dimana sekresi insulin kembali meningkat secara perlahan dan bertahan dalam waktu yang relatif lama (Manaf, 2009).
b. Patofisiologi Diabetes Melitus Semua tipe diabetes terjadi akibat defisiensi relatif kerja insulin. Selain itu,
pada diabetes tipe 1 dan 2, kadar glukagon tampak meningkat secara abnormal. Gangguan metabolik yang terjadi bergantung pada derajat penurunan kerja insulin. Jaringan adiposa paling peka terhadap kerja insulin. Karena itu, rendahnya aktivitas insulin dapat menyebabkan penekanan lipolisis dan peningkatan penyimpangan lemak. Kadar insulin yang lebih tinggi diperlukan untuk melawan efek glukagon di hati dan menghambat pengeluaran glukosa oleh hati. Pada orang normal, kadar basal aktivitas insulin mampu mementarai berbagai respon tersebut. Namun, kemampuan otot dan jaringan peka-insulin lainnya untuk berespon terhadap pemberian glukosa dengan menyerap glukosa (melalui perantara insulin) memerlukan sekresi insulin yang terstimulasi dari pankreas.
Penurunan ringan kerja insulin mula-mula bermanifestasi sebagai ketidakmampuan jaringan peka-insulin untuk mengurangi beban glukosa. Secara klinis, hal ini menimbulkan hiperglikemia pascamakan (postprandial hyperglycemia). Pengidap diabetes tipe 2 yang masih menghasilkan insulin tetapi mengalami peningkatan resistensi insulin, akan mengalami peningkatan gangguan uji toleransi glukosa. Namun, kadar glukosa puasa tetap normal karena aktivitas

9
insulin masih cukup untuk mengimbangi pengeluaran glukosa (yang diperantarai oleh glukagon) oleh hati. Jika efek insulin semakin menurun, efek glukagon terhadap hati tidak mendapat perlawanan yang berarti sehingga terjadi hiperglikemia pascamakan dan hiperglikemia puasa (Funk, 2007 ) 2.1.5 Diagnosis
Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan konsentrasi glukosa darah. Pemeriksaan yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan darah plasma vena.
Peter C. Kurniali (2013) mengemukakan bahwa diabetes dapat didiagnosis melalui tiga cara yaitu:
• Gejala klasik diabetes (poliuria, polidipsia, dan turunnya berat badan tanpa sebab yang jelas) yang disertai dengan kadar gula darah (diambil secara acak) yang lebih dari 200mg/dL.
• Kadar gula darah puasa (setelah 8 jam atau lebih) yang lebih dari 126mg/dL.
• Kadar gula darah yang lebih dari 200mg/dL setelah mengonsumsi 75 gram gula oral (tes TTGO) Cara pelaksanaan TTGO berdasarkan Dyah Purnamasari yang diambil dari
WHO (1994): 1. 3 (tiga) hari sebelum pemeriksaan etap makan seperti kebiasaan sehari hari dan tetap melakukan kebiasaan jasmani seperti biasa. 2. Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum air putih tanpa gula tetap diperbolehkan. 3. Diperiksa konsentrasi glukosa darah puasa. 4. Diberikan glukosa 75 gram pada orang dewasa atau 1,75 gram/kgBB pada anak-anak, dilarutkan dalam 250mL air dan diminum dalam waktu 5 menit. 5. Berpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan 2 jam setelah minum larutan glukosa selesai. 6. Diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa.

10


7. Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak

merokok.

Hasil pemeriksaan TTGO dibagi menjadi 3 yaitu:

• 50 tahun

Skala Ukur ordinal

14

Jenis kelamin

Jenis kelamin penderita DM ketika pertaa kali berobat ke
dokter?

Rekam medis

Rekam medis

Suku bangsa

Suku bangsa Rekam Rekam penderita DM medis media

Komplikasi penyakit DM
Lama Sakit
Jenis Pengobatan

Penyakitpenyakit tambahan yang muncul selama menderita penyakit DM
tipe 2 Lamanya penderita mengalami penyakit DM tipe 2 diukur dari awal terdiagnosa sampai kontrol terakhir
Jenis pengobatan yang diterima oleh pasien DM tipe 2
selama dirawat oleh dokter yang merawat yang
tertulis di rekam medis

Rekam medis
Rekam medis
Rekam medis

Rekam medis
Rekam medis
Rekam medis

• Laki-laki • perempuan

nominal

• jawa • batak • mandailing • minang • cina • melayu • dll (selain
yang di atas) • nefropati • amputasi • Neuropati • Retinopati • Penyakit
jantung

nominal nominal

• < 3 tahun • 3-5 tahun • > 5 tahun

ordinal

• Obat Anti

nominal

Diabetik

• Injeksi insulin

15
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan desain cross sectional (potong
lintang), yaitu untuk menggambarkan profil pasien DM yang berobat di RS Sri Pamela Tebing Tinggi yang meliputi karakteristik (umur, jenis kelamin, suku bangsa, tingkat pendidikan), lama sakit, komplikasi.
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Sri Pamela
Tebing Tinggi pada Agustus 2013. Rumah Sakit ini dipilih karena merupakan rumah sakit tipe C dan merupakan rumah sakit rujukan dari RS PTPN III.
4.3. Populasi dan Sampel 4.3.1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh penderita DM yang berobat di Rumah Sakit Sri Pamela Tebing Tinggi dari tahun 2011 sampai 2012. Dari hasil suvei pendahuluan yang dilakukan diketahui jumlah pasien DM dari tahun 2011 sampai 2012 adalah sebagai berikut :
• Jumlah pasien DM rawat inap :  Tahun 2011 : 112 pasien  Tahun 2012 : 78 pasien
4.3.2. Sampel Sampel adalah sebagian penderita DM yang berobat di Rumah Sakit Sri
Pamela Tebing Tinggi dari tahun 2011 sampai 2012. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode consecutive sampling.
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam penelitian ini adalah: a. Kriteria inklusi :
1. Merupakan pasien DM tipe 2 yang sudah didiagnosa oleh dokter

16
2. Merupakan pasien rawat inap di RS Sri Pamela Tebing Tinggi pada tahun 2011 - 2012.
3. Pasien berjenis kelamin laki-laki dan perempuan 4. Riwayat penyakit pasien tercantum di rekam medis. b. Kriteria eksklusi : 1. Merupakan pasien DM tipe 1 2. Merupakan pasien rawat jalan 3. Data pasien yang diperlukan di rekam medis tidak lengkap.
Besar sampel minimum dihitung dengan rumus : n = Zα2. p. (1-p)
d2 Keterangan: n : Besar sampel minimum Zα : Simpangan rata-rata distribusi normal standar pada derajat kemaknaan α p : Harga proporsi di populasi d : Kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir. (Wahyuni, 2009)
n = (1,96)2.(0,5).(0,5) = 96,04 (0,1)2
Berdasarkan rumus di atas, dengan tingkat ketepatan 10% proporsi sebelumnya tidak diketahui (dipergunakan P = 0,50) didapatkan jumlah sampel sebanyak 96. Untuk itu peneliti akan mengambil sampel sebanyak 100 orang.
4.4. Metode Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Yaitu adalah data yang diambil dari data yang tercantum dari rekam medis.

17
4.5. Metode analisis data Data yang telah terkumpul dari hasil wawancara ditabulasi untuk diolah
lebih lanjut dengan menggunakan program Statistic Package for Social Sciences (SPSS).

18

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Pengambilan data penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Sri Pamela. Rumah Sakit Sri Pamela terletak di Jl. Jendral Sudirman No. 229 Tebing Tinggi. RS Sri Pamela adalah rumah sakit milik PTPN III . PTPN III memiliki 4 RS lain yang tersebar di kabupaten Labura (Labuhan Batu Utara), Labuhan Batu, Labusel (Labuhan Batu Selatan). RS Sri Pamela adalah RS terbesar yang dimiliki PTPN III saat ini, menjadi RS rujukan dari RS yang dimiliki PTPN III lainnya. 5.1.2. Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil penderita DM tipe 2 di Rumah Sakit Sri Pamela Tebing Tinggi yang meliputi usia, jenis kelamin, suku, komplikasi, dan jenis terapi yang diterima oleh penderita. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5.1.

Tabel Distribusi Frekuensi Usia

Usia 30-39 tahun 40-49 tahun 50-59 tahun 60-69 tahun >70 tahun
Total

Jumlah (Orang) 3 36 41 15 5
100

Persentase (%) 3 36 41 15 5
100

19

Dari tabel 5.1. dapat diketahui bahwa mayoritas penderita berumur 50-59 tahun sebanyak 41 orang (41%) dan penderita berumur 30-39 tahun merupakan kelompok yang paling sedikit yakni 3 orang (3%).

Tabel 5.2.

Tabel Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total

Jumlah (Orang) 41 59 100

Persentase (%) 41 59 100

Dari tabel 5.2. diketahui penderita berjenis kelamin perempuan berjumlah 59 orang (59%) lebih banyak dari pada penderita berjenis kelamin laki-laki yang berjumlah 41 orang (41%).

Tabel 5.3.

Tabel Distribusi Frekuensi Suku

Suku Aceh Banten Batak Jawa Padang Total

Jumlah (Orang) 1 1 24 71 3 100

Persentase (%) 1 1 24 71 3 100

Dari tabel 5.3. diketahui mayoritas penderita bersuku Jawa yaitu sebanyak 71 orang (71%). Sementara suku yang paling sedikit ditemukan adalah suku Aceh dan Banten yaitu masing masing 1 orang (1%).

20

Tabel 5.4.

Tabel Distribusi Frekuensi Komplikasi

Komplikasi Gangren Diabetik
Hipertensi Nefropati Neuropati Lain-lain
Total

Jumlah (Orang) 27 9 10 8 46 100

Persentase (%) 27 9 10 8 46 100

Dari tabel 5.4. diketahui gangren diabetik adalah komplikasi terbanyak yang dialami oleh penderita yakni sebanyak 27 orang (27%) menderita gangren diabetik.

Tabel 5.5.

Tabel Distribusi Frekuensi Jenis Terapi

Jenis Terapi Obat Oral Obat Injeksi Total

Jumlah (Orang) 92 8 100

Persentase (%) 92 8 100

Dari tabel 5.5. ditemukan penderita paling banyak menerima obat oral yaitu sebanyak 92 orang (92%) dan penderita yang menerima obat injeksi sebanyak 8 orang (8%).

21

Tabel 5.6.

Tabel Distribusi Frekuensi Lama Sakit

Lama Sakit 5 Tahun Total

Jumlah (Orang) 68 10 22 100

Persentase (%) 68 10 22 100

Dari tabel 5.6. dapat dilihat lama sakit penderita yang dirawat di RS Sri

Pamela paling banyak adalah kurang dari 3 tahun yaitu sebanyak 68 orang (68%).

5.1.3. Deskripsi Tabulasi Silang

Tabel 5.7.

Tabel Tabulasi silang antara Komplikasi dengan Jenis Terapi

Jenis Terapi

Obat Persentase Terapi Persentase

Oral (%) Injeksi (%)

Komplikasi Gangren Diabetik 25

27,2

2

25

Hipertensi

8 8,7 1 12,5

Nefropati

9 9,8 1 12,5

Neuropati

8 8,7

0

0

Lain-lain

42 45,6

4

50

Total

92 100

8

100

Dari tabel 5.7. dapat diketahui bahwa penderita yang menerima terapi berupa obat oral terbanyak memiliki komplikasi gangren diabetik yaitu berjumlah 25 orang dan penderita yang menerima terapi berupa obat injeksi terbanyak juga memiliki komplikasi gangren diabetik yaitu sebanyak 2 orang.

22
5.2. Pembahasan Diabetes Melitus tipe 2 merupakan penyakit dengan prevalensi yang
sangat tinggi di seluruh dunia termasuk di Indonesia maka faktor risiko diabetes sangat penting untuk diketahui. Dengan pengetahuan dan pemahaman mengenai faktor-faktor risiko diabetes maka dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit diabetes.
Faktor risiko diabetes terdiri dari faktor-faktor risiko terkendali dan faktor faktor risiko tidak terkendali. Faktor-faktor risiko terkendali adalah faktor risiko yang dapat dikontrol dengan kehendak sendiri. Sedangkan faktor risiko tidak terkendali adalah faktor risiko yang tidak dapat dikontrol oleh kehendak manusia.
Pada penelitian ini peneliti hanya meneliti karakteristik dari penderita DM tipe 2. Karakteristik yang dimaksud adalah usia, jenis kelamin, suku, komplikasi penyakit, lama sakit, dan jenis terapi.
Hasil dari penelitian ini ditemukan usia terbanyak penderita DM tipe 2 adalah usia diantara 50 - 59 tahun yaitu sebanyak 41 orang dari 100 penderita. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sinaga (2011) dari 123 penderita diabetes dengan usia penderita paling banyak berumur 51-60 tahun yakni sebanyak 41 orang (33,3%). Orang dengan usia 40 tahun mulai memiliki risiko terkena diabetes. Selanjutnya, dengan semakin bertambah usia maka semakin besar pula risiko seseorang mengalami diabetes tipe 2. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut terjadi penurunan fungsi fisiologis. Penderita berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari pada penderita berjenis kelamin laki-laki. Hal ini juga masih sejalan dengan penelitian Sinaga (2011) yang mendapatkan jumlah penderita berjenis kelamin perempuan lebih banyak dari penderita berjenis kelamin laki-laki. Dari penelitian tersebut dijelaskan dari 123 orang penderita berjenis kelamin perempuan berjumlah 80 orang (65%) sedangkan penderita berjenis kelamin laki-laki berjumlah 43 orang (35%).
Suku terbanyak menderita DM tipe 2 adalah suku Jawa. Hal ini terkait dengan distribusi suku warga yang tinggal di sekitar daerah RS Sri Pamela Tebing Tinggi. Komplikasi gangren diabetik menjadi komplikasi terbanyak yang didapat oleh penderita DM tipe 2. Komplikasi diabetik terjadi karena adanya gangguan

23
pada sistem saraf (neuropati), pembuluh darah, dan terjadinya infeksi. keseluruhan kondisi yang terjadi ini dapat mengakibatkan gangren pada kaki. Lama sakit yang ditemukan paling banyak adalah selama kurang dari 3 tahun. Jenis terapi yang paling banyak didapat oleh penderita adalah obat oral. Hasil ini juga didapat oleh penelitian Sinaga (2011) dari 123 penderita sebanyak 78 penderita mendapatkan obat hipoglikemik oral. Dari hasil tabulasi silang antara komplikasi penyakit DM tipe 2 dengan jenis terapi didapatkan pasien yang menerima terapi berupa obat oral terbanyak memiliki komplikasi gangren diabetik yaitu sebanyak 25 orang dan penderita yang menerima terapi berupa obat injeksi terbanyak juga memiliki komplikasi gangren diabetik yaitu sebanyak 2 orang.
Hasil dari penelitian ini mungkin dapat digunakan sebagai rujukan untuk RS Sri Pamela untuk membantu upaya pencegahan agar tidak menambah komplikasi dan pengobatan penyakit DM tipe 2 di kota Tebing Tinggi dan sekitarnya.

24
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
1. Berdasarkan umur, penderita ditemukan mayoritas penderita DM tipe 2 berumur 50-59 tahun yaitu sebanyak 41 orang (41%)
2. Penderita berjenis kelamin perempuan berjumlah 59 orang (59%) lebih banyak dari pada penderita berjenis kelamin laki-laki yang berjumlah 41 orang (41%).
3. Dari 100 orang penderita diketahui mayoritas penderita bersuku Jawa yaitu sebanyak 71 orang (71%).
4. Gangren diabetik adalah komplikasi terbanyak yang dialami oleh penderita yakni sebanyak 27 orang (27%).
5. Berdasarkan terapi, penderita paling banyak menerima obat oral yaitu sebanyak 92 orang (92%).
6. Dari 100 orang penderita ditemukan lama sakit penderita yang dirawat di RS Sri Pamela paling banyak adalah kurang dari 3 tahun yaitu sebanyak 68 orang (68%).
7. Dari hasil tabulasi silang antara komplikasi penyakit DM tipe 2 dengan jenis terapi didapatkan pasien yang menerima terapi berupa obat oral terbanyak memiliki komplikasi gangren diabetik yaitu sebanyak 25 orang dan penderita yang menerima terapi berupa obat injeksi terbanyak juga memiliki komplikasi gangren diabetik yaitu sebanyak 2 orang.
6.2. Saran
1. Bagi Rumah Sakit dan Sarana Pelayanan Kesehatan Lainnya Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk membantu upaya pencegahan DM tipe 2 di lingkungan sekitar Rumah Sakit dan sarana pelayanan kesehatan lainnya.

25
2. Bagi Pasien/Masyarakat Pasien/Masyarakat diharapkan lebih peduli terhadap upaya pencegahan penyakit DM tipe 2 dengan mengetahui faktor-faktor risiko DM tipe 2 dan ikut berpartisipasi dalam upaya pencegahannya.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya Diharapkan adanya penelitian selanjutnya yang bersifat analitik untuk mencari hubungan dari hasil penelitian ini terhadap penyakit DM tipe 2.

26
DAFTAR PUSTAKA
Centers for Disease Control and Prevention : National diabetes fact sheet 2011. Available from :http://www.cdc.gov/diabetes/pubs/pdf/ndfs.2011.pdf.html. [Accessed April 2013]
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2009. Tahun 2030 Prevalensi Diabetes Melitus di Indonesia Mencapai 21,3 Juta Orang. Available from: http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/414-tahun-2030prevalensi-diabetes-melitus-di-indonesia-mencapai-213-jutaorang.html. [Accessed April 2013]
Funk, Janet L. 2007. Penyakit Pankreas Endokrin. in: Stephen J. McPhee, William F. Ganong. Patofisiologi Penyakit: Pengantar Menuju Kedokteran Klinis Ed 5. Jakarta. EGC.
Kurniali, Peter C. 2013. Hidup Bersama Diabetes. Jakarta. PT Elex Media Komputindo.
Manaf, A. 2009. Insulin : Mekanisme Sekresi dan Aspek Metabolisme. In: Sudoyo, Aru W., Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K., Siti Setiati. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Ed 5. Jakarta. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
U.S. Department of Health and Human Services. 2011. National Diabetes Information Clearinghouse.

27

Pandelaki, Karel. 2009. Retinopati Diabetik. In: Sudoyo, Aru W., Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K., Siti Setiati. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Ed 5. Jakarta. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Purnamasari, Dyah. 2009. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. In: Sudoyo, Aru W., Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K., Siti Setiati. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Ed 5. Jakarta. Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Kementrian Kesehatan RI. 2007. Riset Kesehatan Dasar. Available f