Gambaran Kebiasaan Makan Penderita Diabetes Melitus Type Ii Pada Pasien Rawat Jalan Di Puskesmas Padang Bulan Selayang Ii Medan Tahun 2014

(1)

GAMBARAN KEBIASAAN MAKAN PENDERITA DIABETES MELITUS TYPE II PADA PASIEN RAWAT JALAN DI PUSKESMAS PADANG

BULAN SELAYANG II MEDAN TAHUN 2014

SKRIPSI

OLEH :

101000403 EKA MUSTIKA SARI

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : GAMBARAN KEBIASAAN MAKAN

PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II PADA PASIEN RAWAT JALAN DI

PUSKESMAS PADANG BULAN SELAYANG II MEDAN TAHUN 2014 Nama Mahasiswa : EKA MUSTIKA SARI

Nomor Induk Mahasiswa : 101000403

Program Studi : Ilmu Kesehatan Masyarakat

Peminatan : Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Tanggal Lulus : 26 Agustus 2014

Disahkan Oleh Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes

NIP. 19620604 199203 1001 NIP. 19721004 200003 2001

Dr. Namora Lumongga Lubis, MSc,PhD

Medan, Oktober 2014 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan,

NIP. 19610831 198903 1001 Dr. Drs. Surya Utama, MS


(3)

ABSTRAK

Diabetes merupakan penyakit yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula dalam darah yang umumnya disebabkan oleh pola makan yang kurang baik dimana glukosanya berlebihan. Diabetes melitus tipe 2 merupakan jenis diabetes melitus yang paling sering ditemukan di praktek. Peningkatan DM yang cukup tinggi berhubungan dengan adanya perubah gaya hidup pada perilaku masyarakat serta situasi lingkungannya. Faktor yang paling menonjol adalah pola makan yang salah dan aktifitas fisik yang kurang.

Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran kebiasaan makan penderita diabetes melitus tipe II pada pasien rawat jalan di puskesmas Padang Bulan Selayang II Medan tahun 2014. Desain penelitian ini adalah cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien yang pernah datang berobat ke Puskesmas Padang Bulan Selayang II yang di diagnosis oleh dokter/petugas menderita diabetes melitus tipe II. Sampel penelitian sebanyak 48 responden yang diperoleh dengan cara total sampling. Pengumpulan data melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan survei deskriftif.

Hasil penelitian ini menunjukkan dari 48 responden 32 orang (66.7%) berjenis kelamin laki-laki dengan umur 62-77 tahun sebanyak 22 orang (45,8%), tingkat pendidikan SMA sebanyak 25 orang (52,1%) dengan status pekerjaan PNS/POLRI/TNI/BUMN dan Wiraswasta/Pedagang masing-masing sebanyak 13 orang (27,1%) dengan penghasilan rata-rata diatas Rp. 905.000,- sebanyak 41 orang (85,4%), serta sebanyak 21 orang (43,8%) yang menyatakan 1-2 kali mengunjungi puskesmas dan sebanyak 31 orang (64,6%) yang menyatakan tidak pernah mendapatkan penyuluhan, sebanyak 19 orang (39,6%) lama menderita diabetes melitus selama 1-2 tahun dan sebanyak 24 orang (50%) yang menyatakan ada riwayat keluarga yang menderita diabetes melitus, sebanyak 33 orang (68,8%) responden berpengetahuan baik, sebanyak 37 orang (77,1%) responden bersikap baik, sebanyak 27 orang (56.3%) responden memiliki perilaku yang kurang terhadap kebiasaan makan penderita diabetes type II pada pasien rawat jalan.

Berdasarkan hasil penelitian disarakankan pengetahuan dan sikap yang sudah baik agar dipertahankan dan lebih ditingkatkan, sedangkan tindakan pada penderita diabetes melitus type II harus di perhatikan pola makan yang baik sesuai dengan jadwal maupun diet sehat.

Kata kunci : Diabetes Melitus Type II, Kebiasaan Makan, Pasien Rawat Jalan


(4)

ABSTRACT

Diabetes is a disease characterized by increased levels of blood sugar which is generally caused by a poor diet with the excessive level of glucose. Type 2 diabetes mellitus is a type that is most often found in practice. The high increase in DM is correlated with the change in the lifestyle of the community behaviors and environmental circumstances. The most prominent factor is the wrong diet and lack of physical activity.

This study aims to reveal the eating habits of patients with type II diabetes mellitus in The Health Center of Padang Bulan Selayang II Medan outpatients in 2014. The research design is cross-sectional. The populations in this study were all patients who had come to The Health Center of Padang Bulan Selayang II for treatment and diagnosed by doctors / officers suffering from type II diabetes mellitus. The research samples of 48 respondents were obtained by sampling the total. The data were collected through interviews using a questionnarie and anaylize using descriptive using.

The results showed that 32 of 48 respondents (66.7%) were male sex and the 22 people among them were 62-77 years old (45.8%), 25 people were in high school level as the last education level (52.1%), with the employment status of civil servants / Police / Armed Forces / SOE and Self / Trader respectively by 13 people (27.1%), 41 people with an average income of more than Rp. 905,000, - (85.4%), and 21 people (43.8%) were expressed 1-2 times visited health centers and about 31 people (64.6%) who said never get counseling, 19 people (39.6%) had diabetes mellitus for 1-2 years and about 24 people (50%) stating there is a family history that suffered diabetes mellitus, as many as 33 people (68.8%) of respondents knowledgeable, 37 people (77.1%) of respondents being nice, 27 people (56.3%) of respondents lack in behavior on eating habits in type II diabetic outpatients.

Based on the research results it is suggested that the knowledge and attitudes is maintained and further improved, while the action in patients with type II diabetes mellitus should be noted with a good diet in accordance to the schedule and a healthy diet.


(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : EKA MUSTIKA SARI

Tempat/Tgl. Lahir : Medan / 12 Februari 1984

Agama : Islam

Status Perkawinan : Menikah

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat Rumah : Jl. Angsana Raya No. 18 Pasar XI Tembung

Riwayat Pendidikan Formal : 1. SD MIN 1 Medan ( 1990-1996 )

2. MTs Negeri 2 ( 1996-1999 )

3. SMAN 11 Medan ( 1999-2002 )

4. Akademi Analis Farmasi dan Makanan Sari Mutiara ( 2002-2005 )

5. FKM USU ( 2010- Sekarang)

Pengalaman Kerja : Sebagai Asisten Apoteker RS. Sundari ( 2005-2011 )


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur sudah menjadi keharusan dengan penuh kesadaran, kehadirat Allah SWT karena dengan taufiq dan hidayahNya telah memberikan kekuatan kepada penulis sehingga skripsi berjudul “Gambaran Kebiasaan Makan

Penderita Diabetes Melitus Type II Pada Pasien Rawat Jalan di Puskesmas Padang Bulan Selayang II Medan Tahun 2014” ini.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk menyandang gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan dukungan baik moril maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya, kepada :

1. Bapak Dr. Drs Surya Utama, MS, selaku Dekan fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

2. Ibu dr. Yusniwarti Yusad, MSi selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan dan motivasi kepada penulis selama kuliah

3. Bapak Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes dan Ibu Dr. Namora Lamongan Lubis, MSc. PhD selaku dosen pembimbing penulis yang telah memberikan bimbingan, arahan motivasi dan waktu dimana penulis banyak belajar dari beliau dan dalam kesempatan ini penulis memberikan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada beliau.

4. Bapak Drs. Edy Syahrial, M.Kes dan dr. Taufik Ashar, MKM selaku dosen penguji yang telah memberikan waktu dan masukan kepada penulis hingga skripsi menjadi lebih baik lagi.

5. Bapak Drs. Tukiman, MKM selaku Ketua Departemen PKIP yang telah memberikan bantuan dan arahan serta motivasi kepada penulis selama kuliah hingga sampai tahap skripsi.

6. Seluruh Bapak/Ibu dosen pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat, terkhusus dosen pengajar di Departemen PKIP yang telang membimbing para mahasiswa khususnya penulis, sehingga mahasiswa mampu berfikir dan berkreasi dalam hidupnya.

7. Rekan-rekan FKM khususnya Ekstensi B, terima kasih atas kebersamaan yang sudah kita lewati selama ini di bangku kuliah serta memberikan motivasi dan dukungan yang begitu besar buat penulis.


(7)

8. Ungkapan spesial yang tiada tara kepada Ayahanda Mulyadi dan Ibunda Siti Asiem tercinta yang telah memberikan kasih sayang yang tak terhingga, motivator, guru dan pahlawan terbesar bagi penulis menjalani hari untuk mencapai cita-cita serta dukungan baik secara moril maupun materil dan mendoakan yang tak pernah putus buat ananda untuk meraih gelar sarjana. 9. Kepada Suami tercinta Dzaky Fadila dan Ananda tersayang Intan Salsabila

yang selalu ada di samping penulis yang tidak bosan-bosannya membantu penulis selama ini dan memberikan motivasi serta doa sehingga penulis bisa mencapai ini semua.

10.Kepada kakanda Wiwik Hairani, SE, abangda Dedi Harianto, ST, abangda Mulya Hendrik dan abangda Bambang Irawan, SE yang saya sayangi terima kasih atas doa dan dukungannya baik secara moril maupun materil hingga penulis bisa meraih gelar sarjana.

11.Kepada sahabat-sahabat penulis Riedha dan Mimi yang yang telah memberikan warna , arti sebuah persahabatan yang menjadi tempat berbagi ilmu sehingga lebih memahami akan arti hidup yang sesungguhnya serta turut berperan menambah indahnya warna dalam hidupku.

Demikianlah skripsi ini diperbuat. Semoga dapat memenuhi fungsinya.

Medan, Oktober 2014


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 8

1.3 Tujuan ... 8

1.3.1 Tujuan Umum ... 8

1.3.2 Tujuan Khusus ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Konsep Perilaku ... 10

2.1.2 Perilaku Kesehatan ... 11

2.1.2 Perilaku Sakit ... 12

2.2 Bentuk-bentuk Perilaku ... 13

2.2.1 Pengetahuan ... 13

2.2.2 Sikap ... 16

2.2.3 Tindakan ... 20

2.3 Diabetes Melitus ... 21

2.3.1 Defenisi ... 21

2.3.2 Jenis-jenis Diabetes Melitus ... 22


(9)

2.4 Pengaturan Pola Makan Penderita Diabetes Melitus ... 28

2.5 Kerangka Konsep ... 31

BAB 3 METODELOGI PENELITIAN ... 32

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ... 32

3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ... 32

3.3 Populasi dan Sampel ... 32

3.3.1 Populasi ... 32

3.3.2 Sampel ... 32

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 33

3.4.1 Data Primer ... 33

3.4.2 Data Sekunder ... 33

3.5 Instrumen Penelitian ... 33

3.6 Defenisi Operasional ... 33

3.7 Aspek Pengukuran ... 34

3.8 Metode dan Pengolahan Data ... 36

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 39

4.1 Gambaran Umum Puskesmas PB Selayang II ... 39

4.1.1 Keadaan Geografis ... 39

4.1.2 Struktur Organisasi ... 40

4.1.3 Keadaan Demografi ... 41

4.2 Analisis Univariat ... 47

4.2.1 Karakteristik Responden ... 47

4.2.2 Kejadian Diabetes Melitus ... 50

4.2.3 Pengetahuan Responden ... 50

4.2.4 Sikap Responden ... 51

4.2.5 Tindakan Responden ... 53

BAB 5 PEMBAHASAN ... 55


(10)

5.1.1 Gambaran Umur Responden Penderita DM ... 55

5.1.2 Gambaran Jenis Kelamin Responden Penderita DM ... 56

5.1.3 Gambaran Pendidikan Responden Penderita DM ... 56

5.1.4 Gambaran pekerjaan Responden Penderita DM ... 57

5.15 Gambaran Penghasilan Responden Penderita DM ... 57

5.1.6 Gambaran Kunjungan Responden Penderita DM Ke Puskesmas ... 58

5.1.7 Gambaran Penyuluhan Responden Penderita DM ... 58

5.2 Kejadian Diabetes ... 59

5.2.1 Gambaran Riwayat Keluarga Responden Penderita DM 59 5.2.2 Gambaran Lama Menderita DM Pada Responden ... 60

5.3 Perilaku Responden ... 60

5.3.1 Gambaran Pengetahuan Responden Penderita DM ... 60

5.3.2 Gambaran SikapResponden Penderita DM ... 61

5.3.3 Gambaran Tindakan Responden Penderita DM ... 62

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

6.1 Kesimpulan ... 63

6.2 Saran ... 64 DAFTAR PUSTAKA

KUESIONER

DAFTAR RESPONDEN

DATA FREKUENSI TABEL


(11)

DAFTAR TABEL

TABEL HAL

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Di Wilayah Kerja

Puskesmas PB Selayang II 43

Tabel 4.2 Data Tenaga Kesehatan Puskesmas PB

Selayang II 44

Tabel 4.3 Fasilitas Ruangan Puskesmas PB Selayang II 47 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Jenis Kelamin 49

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Umur 50

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Pendidikan 50

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Pekerjaan 50

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Penghasilan 51

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Kunjungan ke Puskesmas 51

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Penyuluhan 51

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Lama Menderita DM 52

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Riwayat kelurga 52

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Pengetahuan 52

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden

Berdasarkan Pertanyaan 53

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Sikap 53

Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Sikap Responden

Berdasarkan Pernyataan 54

Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Tindakan 55

Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden

Berdasarkan Pertanyaan 55


(12)

ABSTRAK

Diabetes merupakan penyakit yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula dalam darah yang umumnya disebabkan oleh pola makan yang kurang baik dimana glukosanya berlebihan. Diabetes melitus tipe 2 merupakan jenis diabetes melitus yang paling sering ditemukan di praktek. Peningkatan DM yang cukup tinggi berhubungan dengan adanya perubah gaya hidup pada perilaku masyarakat serta situasi lingkungannya. Faktor yang paling menonjol adalah pola makan yang salah dan aktifitas fisik yang kurang.

Penelitian ini bertujuan mengetahui gambaran kebiasaan makan penderita diabetes melitus tipe II pada pasien rawat jalan di puskesmas Padang Bulan Selayang II Medan tahun 2014. Desain penelitian ini adalah cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien yang pernah datang berobat ke Puskesmas Padang Bulan Selayang II yang di diagnosis oleh dokter/petugas menderita diabetes melitus tipe II. Sampel penelitian sebanyak 48 responden yang diperoleh dengan cara total sampling. Pengumpulan data melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner. Analisa data menggunakan survei deskriftif.

Hasil penelitian ini menunjukkan dari 48 responden 32 orang (66.7%) berjenis kelamin laki-laki dengan umur 62-77 tahun sebanyak 22 orang (45,8%), tingkat pendidikan SMA sebanyak 25 orang (52,1%) dengan status pekerjaan PNS/POLRI/TNI/BUMN dan Wiraswasta/Pedagang masing-masing sebanyak 13 orang (27,1%) dengan penghasilan rata-rata diatas Rp. 905.000,- sebanyak 41 orang (85,4%), serta sebanyak 21 orang (43,8%) yang menyatakan 1-2 kali mengunjungi puskesmas dan sebanyak 31 orang (64,6%) yang menyatakan tidak pernah mendapatkan penyuluhan, sebanyak 19 orang (39,6%) lama menderita diabetes melitus selama 1-2 tahun dan sebanyak 24 orang (50%) yang menyatakan ada riwayat keluarga yang menderita diabetes melitus, sebanyak 33 orang (68,8%) responden berpengetahuan baik, sebanyak 37 orang (77,1%) responden bersikap baik, sebanyak 27 orang (56.3%) responden memiliki perilaku yang kurang terhadap kebiasaan makan penderita diabetes type II pada pasien rawat jalan.

Berdasarkan hasil penelitian disarakankan pengetahuan dan sikap yang sudah baik agar dipertahankan dan lebih ditingkatkan, sedangkan tindakan pada penderita diabetes melitus type II harus di perhatikan pola makan yang baik sesuai dengan jadwal maupun diet sehat.

Kata kunci : Diabetes Melitus Type II, Kebiasaan Makan, Pasien Rawat Jalan


(13)

ABSTRACT

Diabetes is a disease characterized by increased levels of blood sugar which is generally caused by a poor diet with the excessive level of glucose. Type 2 diabetes mellitus is a type that is most often found in practice. The high increase in DM is correlated with the change in the lifestyle of the community behaviors and environmental circumstances. The most prominent factor is the wrong diet and lack of physical activity.

This study aims to reveal the eating habits of patients with type II diabetes mellitus in The Health Center of Padang Bulan Selayang II Medan outpatients in 2014. The research design is cross-sectional. The populations in this study were all patients who had come to The Health Center of Padang Bulan Selayang II for treatment and diagnosed by doctors / officers suffering from type II diabetes mellitus. The research samples of 48 respondents were obtained by sampling the total. The data were collected through interviews using a questionnarie and anaylize using descriptive using.

The results showed that 32 of 48 respondents (66.7%) were male sex and the 22 people among them were 62-77 years old (45.8%), 25 people were in high school level as the last education level (52.1%), with the employment status of civil servants / Police / Armed Forces / SOE and Self / Trader respectively by 13 people (27.1%), 41 people with an average income of more than Rp. 905,000, - (85.4%), and 21 people (43.8%) were expressed 1-2 times visited health centers and about 31 people (64.6%) who said never get counseling, 19 people (39.6%) had diabetes mellitus for 1-2 years and about 24 people (50%) stating there is a family history that suffered diabetes mellitus, as many as 33 people (68.8%) of respondents knowledgeable, 37 people (77.1%) of respondents being nice, 27 people (56.3%) of respondents lack in behavior on eating habits in type II diabetic outpatients.

Based on the research results it is suggested that the knowledge and attitudes is maintained and further improved, while the action in patients with type II diabetes mellitus should be noted with a good diet in accordance to the schedule and a healthy diet.


(14)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kebutuhan gizi merupakan masalah kecil yang sebenarnya sangat penting karena gizi dan kalori setiap orang harus terpenuhi dengan cukup setiap harinya. Namun hal ini pada umumnya kurang diperhatikan orang. Kebanyakan orang mengkonsumsi makanan hanya sekedar untuk kenyang dan enak saja. Pola makan dan pola hidup yang kurang sehat ini lah yang menyebabkan semakin meningkatnya penderita diabetes (Almatsier, 2009).

Pengaruh globalisasi di segala bidang, perkembangan teknologi dan industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup masyarakat serta situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya aktivitas fisik, dan meningkatnya pencemaran lingkungan. Perubahan tersebut tanpa disadari telah memberi kontribusi terhadap terjadinya transisi epidemiologi dengan semakin meningkatnya kasus-kasus penyakit tidak menular seperti; Penyakit Jantung Koroner (PJK), Kanker, Diabetes Melitus (DM) dan Hipertensi (Rimbawan, 2004).

Diabetes merupakan penyakit yang ditandai dengan meningkatnya kadar gula dalam darah yang umumnya disebabkan oleh pola makan yang kurang baik dimana glukosanya berlebihan. Namun di samping pola makan, juga ada faktor lainnya yang menyebabkan penyakit diabetes seperti faktor keturunan, virus atau bakteri, nutrisi, dan bahan beracun. Penyakit diabetes dapat menjadi penyakit yang mematikan dan sampai sekarang belum dapat disembuhkan secara langsung (Sukardji, 2005).


(15)

Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, dan disfungsi beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah, yang menimbulkan berbagai macam komplikasi, antara lain aterosklerosis, neuropati, gagal ginjal, dan retinopati. Sedikitnya setengah dari populasi penderita diabetes lanjut usia tidak mengetahui kalau mereka menderita diabetes karena hal itu dianggap merupakan perubahan fisiologis yang berhubungan dengan pertambahan usia (PDSPDI, 2013).

Seorang penderita diabetes harus menjaga pola makannya untuk mengindari semakin tingginya kadar gula dalam darahnya. Pengetahuan yang kurang tentang pola makanan sehat untuk pemenuhan gizi dan kalori harian dapat membahayakan penderita diabetes itu sendiri. Program yang sudah diterapkan adalah diet terapi diabetes dengan pengaturan pola makan yang sehat bagi seorang penderita diabetes. Namun hal itu terkadang kurang disukai oleh penderita diabetes sehingga mereka tidak giat mengikuti program itu (Sukardji, 2005).

Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit menahun yang dewasa ini prevalensinya makin meningkat. Diabetes melitus tipe 2 merupakan jenis diabetes melitus yang paling sering ditemukan di praktek, diperkirakan sekitar 90% dan semua penderita diabetes melitus di Indonesia. DM adalah penyakit selama hidup, maka pengawasan dan pemantauan dalam penatalaksanaan DM pada setiap saat menjadi penting. Oleh karena itu maka penatalaksanaan penderita DM tidak dapat sepenuhnya diletakkan pada pundak dokter dan klinis saja (Soegondo, 2005).


(16)

Selama ini dikenal ada dua tipe diabetes melitus yaitu tipe I Insulin Dependent Diabetus Mellitus (IDDM) diabetes tergantung dengan insulin Non Insulin Dependent Diabetus Mellitus dan tipe II (NIDDM) diabetes yang tidak tergantung dengan insulin. Tipe II mencakup 80 – 90% dari seluruh kasus diabetes melitus dan umumnya penderita mengalami kelebihan berat badan. Diabetes Melitus tipe II biasanya ditandai dengan adanya poliphagia, poliuri, polidipsia, kesemutan, kelelahan / kelemahan fisik dan berat badan menurun. Pada diabetes melitus lanjut dapat mengakibatkan gangguan metabolik akut (ketoasidosis), komplikasi vaskuler jangka panjang (retinopati dibetik), mikroangiopaty, makroangiopaty dan gangrene (Smeltzer, 2001).

Berdasarkan survey WHO jumlah penderita kencing manis (diabetes melitus/DM) di Indonesia sekitar 17 juta orang (8,6 persen dari jumlah penduduk) atau menduduki urutan terbesar ke-4 setelah India, Cina, dan Amerika Serikat (AS). Di Indonesia diperkirakan pada tahun 2030 akan memiliki penyandang DM (diabetisi) sebanyak 21,3 juta jiwa (Prihatno, 2006).

Global status report on NCD World Health Organization (WHO) tahun 2010 melaporkan bahwa 60% penyebab kematian semua umur di dunia adalah karena PTM. DM menduduki peringkat ke-6 sebagai penyebab kematian. Sekitar 1,3 juta orang meninggal akibat diabetes dan 4% meninggal sebelum usia 70 tahun. Pada Tahun 2030 diperkirakan DM menempati urutan ke-7 penyebab kematian dunia (Kementrian Kesehatan RI, 2013).

International Diabetes Federation (IDF) menyatakan bahwa lebih dari 371 juta orang di dunia yang berumur 20-79 tahun memiliki diabetes. Dengan asumsi prevalensi DM sebesar 4% berdasarkan pola pertambahan penduduk seperti saat


(17)

ini, diperkirakan pada tahun 2025 nanti akan ada 178 juta penduduk Indonesia berusia di atas 20 tahun, sehingga diperkirakan akan didapatkan 7 juta orang dengan DM (Kementrian Kesehatan RI, 2013).

Meningkatnya prevalensi DM di beberapa negara berkembang seperti di Indonesia banyak dikaitkan dengan meningkatnya taraf kehidupan masyarakat serta perubahan pola hidup terutama di kota-kota besar. Suatu survei yang diadakan Depkes bekerja sama dengan Perkeni dalam pemeriksaan glukosa darah acak di masyarakat umum, didapatkan sebanyak 8,29% memiliki kadar glukosa darah sewaktu melebihi 200 mg/dL, dan 15,63% dengan kadar glukosa darah 140–199 mg/dl (Ngurah & Ketut Suastika, 2008). Mengingat bahwa diabetes mellitus akan memberikan dampak terhadap kualitas sumber daya manusia dan peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar, semua pihak baik masyarakat maupun pemerintah seharusnya ikut serta dalam usaha penanggulangan diabetes mellitus, khususnya dalam upaya pencegahan (Suyono, 2005).

Badan Pusat Statistik Indonesia (2003) memperkirakan, jumlah penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun sebanyak 133 juta jiwa. Dengan prevalensi penderita diabetes pada daerah urban sebesar 14,7% dan daerah rural sebesar 7,2%, diperkirakan pada tahun 2003 terdapat penderita diabetes sebesar 8,2 juta di daerah urban dan 5,5 juta di daerah rural.

Di Indonesia menurut survei prevalensi penyakit diabetes melitus dikota-kota besar mencapai 0,26 % pada usia 6-20 tahun; 1,43 % pada usia diatas 20 tahun; dan 4, 16% pada usia 40 tahun keatas. Sedangkan dipedesaan pada usia diatas 20 tahun prevalensi penyakit diabetes mellitus mencapai 1,47 % (Handoyono, D. 2010).


(18)

Peningkatan DM yang cukup tinggi berhubungan dengan adanya perubah gaya hidup. Faktor yang paling menonjol adalah pola makan yang salah dan aktifitas fisik yang kurang. Prof. Tjandra Yoga mengatakan,berdasarkan hasil Riskesdas 2007, prevalensi nasional DM berdasarkan pemeriksaan gula darah pada penduduk usia>15 tahun diperkotaan sebanyak 5,7%. Sedangkan prevalensi TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) 10.2%, dan prevalensi kurang makan sayur dan buah 93,6%. Sebanyak 13 provinsi mempunyaiprevalensi di atas prevalensi nasional (Kementerian Kesehatan, 2013).

Menurut Estimasi International Diabetes Federation (IDF), terdapat 177 juta penduduk dunia yang menderita Diabetes Melitus pada tahun 2002. Organisasi Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO), memprediksi data Diabetes Melitus tersebut akan meningkat 300 juta dalam 25 tahun mendatang (Suyono, 2006). Data Organisasi Kesehatan Dunia World Health Organization (WHO) juga mencatat bahwa Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita diabetes terbesar di dunia setelah India, China, dan Amerika Serikat. WHO memastikan peningkatan pada penderita Diabetes Melitus tipe 2 paling banyak dialami negara-negara berkembang termasuk Indonesia. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Indonesia merupakan negara yang masih memiliki angka tertinggi untuk penderita Diabetes Melitus terutama tipe 2.

Diabetes Melitus Tipe 2 merupakan penyakit multifaktorial dengan komponen genetik dan lingkungan yang memberikan kontribusi sama kuatnya terhadap proses timbulnya penyakit tersebut. Sebagian faktor ini dapat dimodifikasi melalui perubahan gaya hidup, sementara sebagian lainnya tidakn dapat diubah (Gibney dkk, 2005). Faktor-faktor yang berhubungan dengan DM


(19)

Tipe 2 antara lain umur, riwayat keluarga menderita DM, berat badan berlebih, kurangnya aktifitas fisik, dan diet tidak sehat. Umur dan riwayat keluarga menderita DM termasuk dalam faktor yang tidak dapat dimodifikasi/diubah namun memiliki hubungan yang erat dengan kejadian DM Tipe 2, sehingga dengan mengetahui kedua faktor ini, orang yang berisiko menderita DM Tipe 2 dapat melakukan pencegahan dengan mengendalikan faktor lain yang berhubungan dengan kejadian DM Tipe 2 (Fox, 2011).

Faktor lain Peningkatan jumlah penderita DM yang sebagian besar DM tipe 2, berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah, faktor risiko yang dapat diubah dan faktor lain. Menurut American Diabetes Association (ADA) bahwa DM berkaitan dengan faktor risiko yang tidak dapat diubah meliputi

riwayat keluarga dengan DM (first degree relative), umur ≥45 tahun, etnik, riwayat

melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi >4000 gram atau riwayat pernah menderita DM gestasional dan riwayat lahir dengan berat badan rendah (<2,5 kg). Faktor risiko yang dapat diubah meliputi obesitas berdasarkan IMT ≥25 kg/m2 atau lingkar perut ≥80 cm pada wanita dan ≥90 cm pada laki-laki, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, dislipidemi dan diet tidak sehat (Ngurah, 2008).

Dari data Depkes, jumlah pasien diabetes rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin (Depkes RI, 2005). Jumlahnya meningkat seiring dengan bentuk gaya hidup, pola konsumsi makanan yang tidak sehat termasuk diantaranya kurangnya aktivitas fisik dan konsumsi junk food, dan lain-lain (Wardani et al,2007).


(20)

Berdasarkan data Puskesmas Padang Bulan Selayang II Medan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tahun Bulan Jumlah Pasien Rawat Jalan Penderita

Diabetes Melitus Type II

2013

September 36 orang

Oktober 31 orang

November 30 orang

Desember 36 orang

2014

Januari 39 orang

Pebruari 40 orang

Maret 48 orang

Sumber : Data puskesmas Padang Bulan Selayang II

Pada tahun 2014 untuk bulan Januari – Maret jumlah pasien mengalami peningkatan dimana jumlah pasien diabetes melitus yang paling tinggi adalah bulan Pebruari – Maret yaitu dari 40 orang menjadi 48 orang.

Sehingga peneliti tertarik mengambil judul “Gambaran kebiasaan makan penderita diabetes melitus tipe II pada pasien rawat jalan di puskesmas Padang Bulan Selayang II Medan tahun 2014”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Gambaran kebiasaan makan penderita diabetes melitus tipe II pada pasien rawat jalan di puskesmas Padang Bulan Selayang II tahun 2014.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran kebiasaan makan penderita diabetes melitus tipe II pada pasien rawat jalan di puskesmas Padang Bulan Selayang II Medan tahun 2014.


(21)

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui gambaran karakteristik penderita diabetes melitus tipe II meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, frekuensi kunjungan,pernah tidaknya mendapatkan penyuluhan pada pasien rawat jalan di puskesmas Padang Bulan selayang II Medan tahun 2014.

2. Mengetahui gambaran kejadian diabetes meliputi riwayat keluarga dan lama menderita diabetes melitus tipe II pada pasien rawat jalan di puskesmas Padang Bulan selayang II Medan tahun 2014.

3. Mengerahui gambaran perilaku yang meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan kebiasaan pola makan pada penderita diabetes melitus tipe II pada pasien rawat jalan di puskesmas Padang Bulan selayang II Medan tahun 2014.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

1. Untuk memberikan informasi kepada penderita diabetes untuk meningkatkan pengetahuan terhadap pola makan yang baik.

2. Sebagai bahan masukan bagi pihak keluarga untuk meningkatkan pengawasan terhadap pola makan pada penderita diabetes melitus. 3. Bagi peneliti sebagai pengaplikasian ilmu yang didapat selama bangku

kuliah


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Perilaku

Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang luas antara bicara, berjalan, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon/reaksi seorang individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya (Notoatmodjo, 2003).

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap derajat kesehatan, Blum menggambarkannya sebagai berikut :

Keturunan

Perilaku

Status Kesehatan Lingkungan Fasilitas


(23)

Dari skema tersebut, terlihat bahwa perilaku manusia mempunyai kontribusi, yang apabila dianalisa lebih lanjut kontribusinya lebih besar. Sebab disamping berpengaruh tidak langsung melalui faktor lingkungan terutama lingkungan fisik buatan manusia, sosio budaya, serta faktor fasilitas kesehatan. Bahwa faktor perilaku ini juga dapat berpengaruh terhadap faktor keturunan karena perilaku manusia terhadap lingkungan dapat menjadi pengaruh yang negatif terhadap kesehatan dan karena perilaku manusia pula maka fasilitas kesehatan disalahgunakan oleh manusia yang akhirnya berpengaruh kepada status kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

Dengan demikian kita juga dapat menyimpulkan bahwa banyak perilaku yang melekat pada diri manusia baik secara sadar maupun tidak sadar. Salah satu perilaku yang penting dan mendasar bagi manusia dalah perilaku kesehatan. Becker, 1979 membuat suatu konsep tentang perilaku dalam 2 kelompok yaitu :

2.1.1 Perilaku Kesehatan

Menurut Green, faktor penyebab masalah kesehatan adalah faktor perilaku dan non perilaku. Faktor perilaku khususnya perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu :

1. Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factors), adalah faktor yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan juga variasi demografi seperti status ekonomi, umur, jenis kelamin, dan susunan keluarga. Faktor ini lebih bersifat dari dalam diri individu tersebut.

2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), adalah faktor pendukung yang terwujud dalam lingkungan fisik, yang termasuk di dalamnya adalah berbagai


(24)

macam sarana dan prasarana, misal : dana, transportasi, fasilitas dan sarana, kebijakan pemerintah dan sebagainya.

3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors), adalah faktor-faktor yang meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama, sikap dan perilaku petugas termasuk petugas kesehatan, termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).

2.1.2 Perilaku Sakit

Secara ilmiah penyakit (desease) diartikan sebagai gangguan fungsi fisiologis dari suatu organisme sebagai akibat dari infeksi atau tekanan dari lingkungan. Jadi penyakit itu bersifat objektif. Sebaliknya, sakit (illness) adalah penilaian individu terhadap pengalaman menderita suatu penyakit. Menurut Mering dalam Foster dan Anderson (2005), studi yang benar mengenai makhluk manusia yang sakit berpendapat bahwa setiap individu hidup dengan gejala-gejala maupun konsekuensi penyakit, dalam aspek-aspek fisik, mental, aspek medikal dan aspek sosialnya. Dalam usahanya untuk meringankan penyakitnya, si sakit terlibat dalam serangkaian proses pemecahan masalah yang bersifat internal maupun eksternal baik spesifik maupun non spesifik.

Menurut Suchman dalam Sarwono (2004), ada lima macam reaksi dalam mencari proses pengobatan sewaktu sakit yaitu :

1. Shoping atau proses mencari beberapa sumber yang berbeda dari medical care untuk satu persoalan atau yang lain, meskipun tujuannya adalah untuk mencari dokter yang akan mendiagnosis dan mengobati yang sesuai harapan.


(25)

2. Fragmentation atau proses pengobatan oleh beberapa fasilitas kesehatan pada lokasi yang sama.

3. Self Mediation atau mengobati sendiri dengan berbagai ramuan atau membelinya di warung obat.

4. Procrastination atau penundaan pencarian pengobatan sewaktu gejala sakit dirasakan.

5. Discontunity atau proses tidak melanjutkan (menghentikan pengobatan). 2.2 Bentuk-bentuk Perilaku

Perilaku manusia sangat kompleks dan mempunyai ruang lingkup yang sangat luas. Bloom (1906) dalam Notoatmodjo (2007) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku ke dalam tiga domain atau ranah/kawasan yaitu ranah kognitif (cognitive domain), ranah afektif (affective domain) dan ranah psikomotor (psychomotor domain), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk kepentingan tujuan pendidikan, yaitu mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut yang terdiri dari :

1. Pengetahuan peserta terhadap materi pendidikan yang diberikan (knowledge) 2. Sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan

(attitude)

3. Praktik atau tindakan yang dilakukan oleh peserta didik sehubungan dengan materi pendidikan yang diberikan (practice).

2.2.1 Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh


(26)

intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan penglihatan. Terdapat 6 tingkatan pengetahuan yaitu :

1. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu.

2. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut ,tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.

3. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain.

4. Analisis (analysis)

Analisa diartikan kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui.

5. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki.


(27)

6. Evaluasi (evaluation )

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian-penilain itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada.

Faktor - faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang antara lain : 1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang kepada orang lain agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang maka makin mudah pula bagi mereka untuk menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang mereka miliki.

2. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung maupaun secara tidak langsung.

3. Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan aspek fisik dan psikologis (mental), dimana aspek psikologis ini taraf berfikir seseorang semakin matang dan dewasa.

4. Minat

Minat diartikan sebagai suatu kecendrungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba menekuni suatu hal dan pada akhirnya diperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.


(28)

5. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh individu baik dari dalam dirinya maupun dari lingkungannya. Pada dasarnya pengalaman mungkin saja menyenangkan atau tidak menyenangkan bagi individu yang melekat menjadi pengetahuan pada individu secara subjektif.

6. Informasi

Kemudahan seseorang untuk memperoleh informasi dapat membantu mempercepat seseorang untuk memperoleh pengetahuan yang baru.

2.2.2 Sikap (Attitude)

Sikap merupkan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehiduapan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.

Selain bersifat pasif atau negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman yang berbeda - beda (sangat benci, agak benci, dsb). Sikap itu tidaklah sama dengan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab sering kali terjadi bahwa seseorang memperhatikan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap dapat berubah dengan diperoleh tambahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Sarwono, 2004).

Adapun ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut : 1. Sikap itu dipelajari

Sikap merupakan hasil belajar. Ini perlu dibedakan dari motif – motif psikologi lainnya, misalnya : lapar, haus, nyeri, adalah motif psikologis yang tidak dipelajari, sedangkan pilihan kepada makanan Eropa adalah sikap. Beberapa


(29)

sikap dipelajari tidak disengaja atau tanpa kesadaran sebagai individu. Mungkin saja yang terjadi adalah mempelajari sikap dengan sengaja bila individu mengerti bahwa hal tersebut akan membawa lebih baik untuk dirinya sendiri, membantu tujuan kelompok atau memperoleh sesuatu nilai yang sifatnya perseorangan.

2. Memiliki kestabilan

Sikap yang bermula dari dipelajari, kemudian menjadi lebih kuat, tetap dan stabil melalui pengalaman. Misalnya pengalaman terhadap suka atau tidak suka terhadap warna tertentu (spesifik) yang sifatnya berulang-ulang.

3. Personal Societal Signifinance

Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dengan orang lain dan juga antara orang dan barang atau situasi. Jika seseorang merasa bahwa orang lain menyenangkan, terbuka dan hangat, maka ini sangat berarti bagi dirinya dan dia akan merasa bebas dan nyaman.

4. Berisi Kognitif dan Affecty

Komponen kognitif dari sikap adalah berisi informasi yang aktual, misalnya objek itu dirasakan menyenangkan atau tidak menyenangkan.

5. Approach – Avoidance Directionality

Bila seseorang memiliki sikap yang mudah beradaptasi terhadap suatu objek, mereka akan mendekati dan membantunya, sebaliknya bila seseorang memeliki skap yang susah beradaptasi maka akan menghindarinya.

Ciri – ciri sikap menurut WHO adalah sebagai berikut : 1) Pemikiran dan perasaan (thoughts and feeling)


(30)

Hasil pemikiran dan perasaan seseorang, atau lebih tepat diartikan pertimbangan - pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus, dan merupakan modal untuk bertindak dengan pertimbangan untung – rugi, manfaat serta suberdaya yang tersedia.

2) Adanya orang lain yang menjadi acuan (personal reference) merupakan faktor penguat sikap untuk melakukan tindakan akan tetapi mengacu pada pertimbangan-pertimbangan individu.

3) Sumber daya (resurces) yang tersedia merupakan pendukung untuk bersikap positif atau negatif terhadap objek atau stimulus tetentu dengan pertimbangan kebutuhan diri pada individu tersebut (Notoatmodjo, 2005).

Sedangkan fungsi sikap dibagi menjadi empat golongan, yaitu : 1. Sikap sebagai alat untuk menyesuaikan diri.

Sikap adalah sesuatu yang bersifat coomunicable, artinya suatu yang mudah menjalar, sehingga menjadi mudah pula menjadi milik bersama. Sikap bisa menjadi rantai penghubung antara orang dengan kelompoknya atau dengan anggota kelompoknya.

2. Sikap sebagai alat pengatur tingkah laku.

Pertimbangan antara perangsang dan reaksi pada anak dewasa dan yang sudah lanjut usianya tidak ada. Perangsang itu pada umunya tidak diberi perangsang secara spontan, akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang –perangsang itu.

3. Sikap sebagai alat pengatur pngalaman –pengalaman.

Manusia didalam menerima pengalaman – pengalaman dari luar sikapnya tidak pasif, tetapi diterima secara aktif, atinya semua berasal dari dunia luar


(31)

tidak semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih mana – mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi, semua pengalaman diberi penilaian lalu dipilih.

4. Sikap sebagai pernyataan kepribadian.

Sikap sering mnecerminkan kepribadian seseorang, ini disebabkan karen sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya oleh karena itu dengan melihat sikap –sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bias mengetahui pribadi orang tersebut. Sikap merupakan pernyataan pribadi (Notoatmodjo, 2007).

Sikap mempunyai tiga komponen pokok, seperti yang dikemukakan Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2007), yaitu :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama –sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berfikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.

Seperti halnya pengetahuan, sikap mempunyai 4 tingkatan yaitu : 1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek).


(32)

2. Menanggapi (responding)

Menanggapi artinya memberikan jawaban atau tanggapan terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

3. Menghargai (valving)

Menghargai diartikan subjek,atau seseorang memberikan nilai yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan orang lain dan mengajak orang lain merespons.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab merupakan sikap yang paling tinggi tingkatannya. Seseorang yang telah mengambil sikap tertentu berdasarkan keyakinannya, maka dia harus berani mengambil resiko.

2.2.3 Tindakan (Practice)

Tindakan adalah suatu sikap yang belum tentu terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan agar sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor – faktor dukungan (support) dari pihak lain didalam tindakan atau praktik (Notoatmodjo, 2007).

Tingkatan-tingkatan daripada tindakan (practice) yaitu :

1. Persepsi yaitu mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakanyang akan diambil.

2. Respon terpimpin yaitu dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh.


(33)

3. Mekanisme yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu merupakan kebiasaan.

4. Adaptasi yaitu suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden. 2.3 Diabetes Melitius

2.3.1 Defenisi

Diabetes mellitus yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh (Depkes RI, 2008).

Menurut Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI, 2002) diabetes mellitus merupakan kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang dapat dilatarbelakangi oleh kerusakan sel beta pankreas dan resistensi insulin (Soegondo, 2008). Insulin yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas sangat penting untuk menjaga keseimbangan kadar glukosa darah yaitu untuk orang normal (non diabetes) waktu puasa antara 60-120 mg/dL dan dua jam sesudah makan dibawah 140 mg/dL. Bila terjadi gangguan pada kerja insulin, keseimbangan tersebut akan terganggu sehingga kadar glukosa darah cenderung


(34)

naik. Gejala bagi penderita diabetes mellitus adalah dengan keluhan banyak minum (polidipsi), banyak makan (poliphagia), banyak buang air kecil (poliuri), badan lemas serta penurunan berat badan yang tidak jelas penyebabnya, kadar gula darah pada waktu puasa ≥ 126 mg/dL dan kadar gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dL disebut Diabetes Melitus (Brant, 2004).

2.3.2 Jenis-jenis Diabetes

1. Diabetes Mellitus Tipe 1 (Insulin Dependent Diabetes Mellitus)

Diabetes mellitus Tipe 1 terjadi karena sel-sel beta pada pankreas telah mengalami kerusakan, sehingga pankreas sangat sedikit atau tidak sama sekali memproduksi insulin (Sustrani, 2004). Kerusakan sel beta pankreas dapat disebabkan oleh adanya peradangan pada sel beta pankreas (insulitis). Insulitis dapat disebabkan macam-macam diantaranya virus, seperti virus cocksakie, rubella, CMV (Cytomegalovirus), herpes dan lain-lain. Hal ini mengakibatkan tubuh sedikit memproduksi atau sama sekali tidak menghasilkan insulin, sehingga penderita diabetes mellitus tipe 1 bergantung pada insulin dari luar, yaitu melalui suntikan/injeksi insulin secara teratur agar pasien tetap sehat (Maryunani, 2008).

Secara global diabetes mellitus tipe 1 tidak begitu umum, hanya kira-kira 10-20% dari semua penderita diabetes mellitus yang menderita diabetes mellitus tipe 1. Diabetes mellitus tipe 1 ini biasanya bermula pada saat kanak-kanak dan puncaknya pada masa akil baliq atau remaja. Biasanya penderita diabetes mellitus tipe 1 mempunyai berat badan yang kurus (Johnson, 1998).

2. Diabetes Mellitus Tipe 2 (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus) Diabetes mellitus tipe 2 atau diabetes mellitus tidak tergantung insulin adalah diabetes mellitus yang paling sering dijumpai. Diabetes mellitus tipe 2


(35)

terjadi karena kombinasi dari “kecacatan dalam produksi insulin” dan “resistensi terhadap insulin”. Pankreas masih bisa menghasilkan insulin, tetapi kualitasnya buruk, tidak dapat berfungsi dengan baik sebagai kunci untuk memasukkan glukosa ke dalam darah. Akibatnya, glukosa dalam darah meningkat. Pasien biasanya tidak memerlukan tambahan suntikan insulin dalam pengobatannya, tetapi memerlukan obat yang bekerja memperbaiki fungsi insulin dan menurunkan kadar gula dalam darah (Tandra, 2008).

Diabetes mellitus tipe 2 biasanya didiagnosa setelah berusia 40 tahun, dan 75% individu dengan diabetes mellitus tipe 2 adalah obesitas atau dengan riwayat obesitas. Penyakit diabetes mellitus tipe 2 biasanya terjadi pada usia dewasa yang berusia menengah atau lanjut. Di Indonesia, sekitar 95% kasus diabetes mellitus adalah diabetes mellitus Tipe 2, yang cenderung disebabkan oleh faktor gaya hidup yang tidak sehat (Moore, 1997).

2.3.3 Gejala Diabetes

Diabetes mellitus sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit ini dapat mengenai semua organ tubuh serta menimbulkan berbagai macam keluhan dan gejalanya sangat bervariasi. Diabetes mellitus dapat timbul secara perlahan-lahan sehingga penderita tidak menyadari akan adanya perubahan seperti sering merasa haus (polidipsia), sering buang air kecil (poliuria), sering merasa lapar (polifagia) serta berat badan yang menurun (Depkes RI, 2008).

Selain gejala-gejala utama di atas, gejala selanjutnya adalah badan terasa lemah, kurang gairah kerja, mudah mengantuk, timbul kesemutan pada jari tangan dan kaki, gatal-gatal, gairah seks menurun bahkan sampai impotensi, luka yang sulit sembuh, penglihatan kabur, dan keputihan. Terkadang, ada sekelompok


(36)

orang yang sama sekali tidak mengalami gejala-gejala tersebut, namun penyakit ini baru diketahui secara kebetulan pada waktu “check up” atau melakukan pemeriksaan darah (Tara, 2002).

2.3.4 Determinan

Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi diabetes mellitus adalah : a. Genetik atau Faktor Keturunan

Diabetes mellitus cenderung diturunkan atau diwariskan, dan tidak ditularkan. Faktor genetis memberi peluang besar bagi timbulnya penyakit diabetes mellitus. Anggota keluarga penderita diabetes mellitus memiliki kemungkinan lebih besar menderita diabetes mellitus dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita diabetes mellitus. Apabila ada orangtua atau saudara kandung yang menderita diabetes mellitus, maka seseorang tersebut memiliki resiko 40% menderita diabetes mellitus (Wulandari, 2006).

Diabetes mellitus tipe 1 lebih banyak dikaitkan dengan faktor keturunan dibandingkan dengan diabetes mellitus tipe 2. Sekitar 50% pasien diabetes mellitus tipe 1 mempunyai orang tua yang juga menderita diabetes mellitus, dan lebih dari sepertiga pasien mempunyai saudara yang juga menderita diabetes mellitus. Pada penderita diabetes mellitus tipe 2 hanya sekitar 3-5% yang mempunyai orangtua menderita diabetes mellitus juga. Pada diabetes mellitus tipe 1, seorang anak memiliki kemungkinan 1:7 untuk menderita diabetes mellitus bila salah satu orang tua anak tersebut menderita diabetes mellitus pada usia < 40 tahun dan 1:13 bila salah satu orang tua anak tersebut menderita diabetes mellitus pada usia ≥ 40 tahun. Namun bila kedua orang tuanya menderita diabetes mellitus tipe 1, maka kemungkinan menderita diabetes mellitus adalah 1:2 (Tandra, 2008).


(37)

b. Usia

Diabetes mellitus dapat terjadi pada semua kelompok umur, terutama ≥ 40 tahun karena resiko terkena diabetes mellitus akan meningkat dengan bertambahnya usia dan manusia akan mengalami penurunan fisiologis yang akan berakibat menurunnya fungsi endokrin pankreas untuk memproduksi insulin. Diabetes mellitus tipe 1 biasanya terjadi pada usia muda yaitu pada usia < 40 tahun, sedangkan diabetes mellitus tipe 2 biasanya terjadi pada usia ≥ 40 tahun. Di negara-negara barat ditemukan 1 dari 8 orang penderita diabetes mellitus berusia di atas 65 tahun, dan 1 dari penderita berusia di atas 85 tahun (Sukarmin, 2008).

Menurut penelitian Handayani di RS Dr. Sardjito Yogyakarta (2005) penderita diabetes mellitus tipe 1 mengalami peningkatan jumlah kasusnya pada umur < 40 tahun (2,7%), dan jumlah kasus yang paling banyak terjadi pada umur 61-70 tahun (48 %) (Handayani, 2006). Menurut hasil penelitian Renova di RS. Santa Elisabeth tahun 2007 terdapat 239 orang (96%) pasien DM berusia ≥ 40 tahun dan 10 orang (4%) yang berusia < 40 tahun (Wulandari, 2006).

c. Jenis Kelamin

Perempuan memiliki resiko lebih besar untuk menderita diabetes mellitus, berhubungan dengan paritas dan kehamilan, dimana keduanya adalah faktor resiko untuk terjadinya penyakit diabetes mellitus. Dalam penelitian Martono dengan desain cross sectional di Jawa Barat tahun 1999 ditemukan bahwa penderita diabetes mellitus lebih banyak pada perempuan (63%) dibandingkan laki-laki (37%). Demikian pula pada penelitian Media tahun 1998 di seluruh rumah sakit di Kota Bogor, proporsi pasien diabetes mellitus lebih tinggi pada perempuan (61,8%) dibandingkan pasien laki-laki (38,2%) (PERKENI, 2002).


(38)

d. Pola Makan dan Kegemukan (Obesitas)

Perkembangan pola makan yang salah arah saat ini mempercepat peningkatan jumlah penderita diabetes mellitus di Indonesia. Makin banyak penduduk yang kurang menyediakan makanan yang berserat di rumah. Makanan yang kaya kolesterol, lemak, dan natrium (antara lain dalam garam dan penyedap rasa) muncul sebagai tren menu harian, yang ditambah dengan meningkatnya konsumsi minuman yang kaya gula (Tara, 2002).

Kegemukan adalah faktor resiko yang paling penting untuk diperhatikan, sebab meningkatnya angka kejadian diabetes mellitus tipe 2 berkaitan dengan obesitas. Delapan dari sepuluh penderita diabetes mellitus tipe 2 adalah orang-orang yang memiliki kelebihan berat badan. Konsumsi kalori lebih dari yang dibutuhkan tubuh menyebabkan kalori ekstra akan disimpan dalam bentuk lemak. Lemak ini akan memblokir kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan menumpuk dalam peredaran darah. Seseorang dengan IMT (Indeks Massa Tubuh) 30 kg/m2 akan 30 kali lebih mudah terkena diabetes mellitus dari pada seseorang dengan IMT normal (22 Kg/m2). Bila IMT ≥ 35 Kg/m 2, kemungkinan mengidap diabetes mellitus menjadi 90 kali lipat (Tandra, 2008). e. Kurangnya Aktivitas Fisik

Melakukan aktivitas fisik seperti olahraga secara teratur dapat membuang kelebihan kalori sehingga dapat mencegah terjadinya kegemukan dan kemungkinan untuk menderita diabetes mellitus. Pada saat tubuh melakukan aktivitas/gerakan, maka sejumlah gula akan dibakar untuk dijadikan tenaga gerak. Sehingga sejumlah gula dalam tubuh akan berkurang dan kebutuhan akan hormon insulin juga akan berkurang. Pada orang yang jarang berolah raga zat makanan


(39)

yang masuk ke dalam tubuh tidak dibakar, tetapi hanya akan ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan gula. Proses perubahan zat makanan dan lemak menjadi gula memerlukan hormon insulin. Namun jika hormon insulin kurang mencukupi, maka akan timbul gejala diabetes mellitus (Sumual, 1996).

f. Infeksi

Virus yang dapat memicu diabetes mellitus adalah rubella, mumps, dan human coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta pankreas, virus ini menyebabkan kerusakan atau destruksi sel. Virus ini dapat juga menyerang melalui reaksi autoimunitas yang menyebabkan hilangnya autoimun dalam sel beta pankreas. Pada kasus diabetes mellitus tipe 1 yang sering dijumpai pada anak-anak, seringkali didahului dengan infeksi flu atau batuk pilek yang berulang-ulang, yang disebabkan oleh virus mumps dan coxsackievirus. Diabetes mellitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun para ahli kesehatan menduga bakteri cukup berperan menyebabkan DM (Johnson, 1998).

g. Kehamilan

Diabetes mellitus yang terjadi pada saat kehamilan disebut Diabtes Mellitus Gestasional (DMG). Hal ini disebabkan oleh karena adanya gangguan toleransi insulin. Pada waktu kehamilan tubuh banyak memproduksi horman estrogen, progesterone, gonadotropin, dan kortikosteroid, dimana hormon tersebut memiliki fungsi yang antagonis dengan insulin. Untuk itu tubuh memerlukan jumlah insulin yang lebih banyak. Oleh sebab itu, setiap kehamilan bisa menyababkan munculnya diabetes mellitus. Jika seorang wanita memiliki riwayat keluarga penderita diabetes mellitus, maka ia akan mengalami kemungkinan lebih besar untuk menderita diabetes mellitus gestasional (Waspadji, 2004).


(40)

2.4 Pengaturan Pola Makan Penderita Diabetes

Pola makan adalah pola makan yang seimbang antara zat gizi karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Makanan yang seimbang adalah makanan yang tidak mementingkan salah satu zat gizi tertentu dan dikonsumsi sesuai dengan kebutuhan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pola diartikan sebagai suatu sistem, cara kerja atau usaha untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian pola makan dapat diartikan sebagai suatu cara untuk melakukan kegiatan makan secara sehat. Pola makan adalah suatu cara atau usaha dalam pengaturan jumlah dan jenis makanan dengan maksud tertentu seperti mempertahankan kesehatan, status nutrisi, mencegah atau membantu kesembuhan penyakit. Pola makan sehari-hari merupakan pola makan seseorang yang berhubungan dengan kebiasaan makan setiap harinya (Bustan, 2002).

Pengaturan makan merupakan pilar utama dalam pengelolaan diabetes mellitus, namun penderita diabetes mellitus sering memperoleh sumber informasi yang kurang tepat yang dapat merugikan penderita tersebut seperti penderita tidak lagi menikmati makanan kesukaan mereka, sebenarnya anjuran makan pada penderita diabetes mellitus sama dengan anjuran makan sehat umumnya yaitu makan menu seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori masing-masing penderita Diabetes Mellitus (Bustan, 2002). Pengaturan diet pada penderita diabetes melitus merupakan pengobatan yang utama pada penatalaksanaan diabetes mellitus yaitu mencakup pengaturan dalam :

1. Jumlah Makanan

Syarat kebutuhan kalori untuk penderita diabetes mellitus harus sesuai untuk mencapai kadar glukosa normal dan mempertahankan berat badan normal.


(41)

Komposisi energi dari karbohidrat 60-70%, protein 10-15%, dan lemak 20-25% yaitu :

a. Makanan sumber karbohidrat sebanyak 3-8 porsi (1 porsi nasi=100 gram) b. 2-3 porsi sayur (1 porsi=satu gelas sayur masak yang sudah ditiriskan) c. 3-5 porsi buah (1 porsi setara satu pisang ambon sedang/50 gram) d. 2-3 porsi protein hewani (1 porsi setara 50 gram daging sapi)

e. 2-3 porsi protein nabati (1 porsi setara dua potong sedang tempe/50 gr)

f. Gula maksimal 12 sendok teh atau 48 gram per hari (World Health Organization/WHO, 2009).

Dalam mengatur jumlah makanan juga dapat dilakukan dengan cara praktis yaitu untuk mengisi separuh piring dengan sayur, seperempatnya dengan nasi dan sisanya dengan lauk setiap kali makan.

2. Jenis Bahan Makanan

Banyak yang beranggapan bahwa penderita diabetes mellitus harus makan makanan khusus, anggapan tersebut tidak selalu benar karena tujuan utamanya adalah menjaga kadar glukosa darah pada batas normal. Untuk itu sangat penting bagi penderita diabetes mellitus untuk mengetahui efek dari makanan pada glukosa darah. Jenis makanan yang dianjurkan untuk penderita diabetes mellitus adalah makanan yang kaya serat seperti sayur-mayur dan buah-buahan segar. Yang terpenting adalah tidak terlalu mengurangi jumlah makanan karena akan mengakibatkan kadar gula darah yang sangat rendah (hypoglikemia) dan juga tidak terlalu banyak makan makanan yang memperparah penyakit diabetes mellitus.


(42)

Makan aneka ragam makanan yang mengandung sumber zat tenaga, sumber zat pembangun serta zat pengatur. Makanan sumber zat tenaga mengandung zat gizi karbohidrat, lemak dan protein yang bersumber dari nasi serta penggantinya seperti : roti, mie, kentang, dan lain-lain. Makanan sumber zat pembangun mengandung zat gizi protein dan mineral. Makanan sumber zat pembangun seperti kacang-kacangan, tempe, tahu, telur, ikan, ayam, daging, susu, keju, dan lain-lain. Makanan sumber zat pengatur mengandung vitamin dan mineral. Makanan sumber zat pengatur antara lain: sayuran dan buah-buahan.

3. Jadwal Makan

Jadwal makan yang dianjurkan bagi penderita diabetes mellitus adalah enam kali makan dalam sehari. Dengan ketentuan tiga kali makan besar dan tiga kali makan kecil. Hal ini dimaksudkan agar lambung tidak kosong dan asupan gula dalam tubuh stabil tidak melonjak drastis dan tidak juga turun sangat rendah. Jadwal makan yang dianjurkan adalah :

1. Makan besar I (sarapan pagi) : pukul 07.00 2. Makan kecil I (snack) : pukul 10.00

3. Makan besar II (makan siang) : pukul 13.00 4. Makan kecil II (snack) : pukul 16.00

5. Makan besar III (makan malam) : pukul 19.00 6. Makan kecil III (snack) : pukul 22.00

Penderita diabetes mellitus harus mentaati jadwal makan secara teratur, karena keterlambatan yang terjadi akan mengakibatkan hipoglikemia (penurunan kadar gula darah) yang ditandai dengan timbulnya pusing, mual, dan pingsan pada penderita diabetes mellitus (Fox C, 2011).


(43)

2.5 Kerangka Konsep

Dalam kerangka konsep diatas dapat dijelaskan bahwa berdasarkan karakteristik penderita diabetes mellitus tipe II yang meliputi umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, frekuensi kunjungan dan pernah atau tidaknya mendapatkan penyuluhan; berdasarkan kejadian diabetes meliputi riwayat diabetes dan lama menderita diabetes; dan berdasarkan perilaku meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan penderita diabetes melitus tipe II terhadap kebiasaan makan pada pasien rawat jalan Padang Bulan Selayang II.

Karakteristik Responden  Jenis kelamin

 Umur

 Pendidikan

 Pekerjaan

 Penghasilan

 Frekuensi kunjungan

 Pernah tidaknya mendapatkan penyuluhan

Kejadian Diabetes  Lama menderita diabetes type II

 Riwayat keluarga

Perilaku  Pengetahuan

 Sikap

 Tindakan

Kebiasaan Pola makan Penderita Diabetes


(44)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini adalah survei yang bersifat deskriptif yaitu menggambarkan kebiasaan makan penderita diabetes melitus pada pasien rawat jalan di puskesmas PB Selayang Tahun 2014. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional yaitu penelitian yang mengamati subjek dengan pendekatan suatu saat atau subjek diobservasi pada saat penelitian.

3.2 Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Padang Bulan Selayang II. Adapun alasan peneliti dalam memilih lokasi ini karena masih meningkat penderita diabetes melitus. Penelitian ini dilakukan pada Februari 2014 – Mei 2014 di Puskesmas Padang Bulan Selayang II.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien yang pernah datang berobat ke Puskesmas Padang Bulan Selayang II yang di diagnosis oleh dokter/petugas menderita diabetes melitus tipe II

3.3.2 Sampel

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode Total Sampling yaitu seluruh populasi dijadikan sampel penelitian yaitu sebanyak 48 sampel (berdasarkan data bulan Maret 2014).


(45)

3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Pengumpulan data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan menggunakan instrumen kuesioner yang terdiri dari beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan karakteristik penderita diabetes yaitu : umur, pendidikan, pekerjaan jenis kelamin; riwayat menderita diabetes melitus tipe II, lama menderita diabetes melitus tipe II serta perilaku penderita diabetes yaitu pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap kebiasaan makan di Puskesmas Padang Bulan Selayang II.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari puskesmas Padang Bulan Selayang II yang berupa data umum tentang pasien rawat jalan penderita diabetes melitus tipe II. 3.5 Instrumen Penelitian

Kuesioner digunakan untuk mengetahui karakteristik pasien rawat jalan penderita diabetes melitus serta perilaku pasien rawat jalan penderita diabetes terhadap pola makan dengan cara menyebarkan kuesioner dan melakukan pengisian kuesioner oleh responden.

3.6 Definisi Operasional

1. Umur adalah lamanya usia hidup responden yang dihitung sejak dilahirkan sampai pada saat wawancara yang dinyatakan dalam satuan tahun.

2. Pendidikan adalah jenjang pendidikan secara formal yang pernah diikutinya selama ini.

3. Pekerjaan adalah kegiatan yang dilakukan responden untuk mendapatkan upah.


(46)

4. Jenis kelamin adalah status yang sesuai dengan keadaan alat reproduksi yang dikategorikan atas laki-laki dan perempuan.

5. Riwayat diabetes melitus adalah apabila ada orang tau atau saudara sekandung yang mengalami diabetes melitus.

6. Lama menderita diabetes melitus adalah jenjang waktu ketika sudah dinyatakan oleh dokter didiagnosis diabetes melitus hingga sekarang. 7. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang

kebiasaan makan penderita diabetes

8. Sikap adalah respon/penilaian responden yang masih tertutup dari penderita diabetes melitus tipe II tentang kebiasaan makan.

9. Tindakan adalah pelaksanaan berupa perbuatan nyata pasien penderita diabetes tipe II. Tentang kebiasaan makan.

10. Pasien rawat jalan adalah perawatan penderita atau orang sakit dengan cara berobat jalan.

11. Kebiasaan makan adalah segala sesuatu yang biasa di makan berdasarkan jumlah, jenis, dan frekuensi makanan yang dikonsumsi penderita diabetes mellitus tipe II

3.7 Aspek Pengukuran

Menurut Arikunto (1998), nilai dikategorikan dari seluruh pertanyaan didapatkan total nilai terbesar adalah 75%. Di klasifikasikan dalam 3 kategori :

a. Nilai baik, apabila nilai diperoleh >75% dari seluruh skor yang ada.

b. Nilai cukup, apabila nilai diperoleh 45-75% dari seluruh skor yang diperoleh.


(47)

c. Nilai kurang, apabila nilai yang diperoleh <45% dari seluruh skor yang ada.

Cara pengukuran pada penilitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Memberi skor pada tiap butir-butir pertanyaan/pernyataan. b. Menjumlahkan skor dari pertanyaan/pernyataan.

c. Memberikan penilitian tiap kategori. 1. Pengukuran Pengetahuan

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui pasien rawat jalan pada penderita diabetes melitus terhadap pola makan, diukur dengan 10 pertanyaan dengan total nilai tertinggi 30 dan terendah 0. Pengetahuan dapat diukur dengan skoring terhadap kuesioner yang telah diberi bobot dimana nilai tertinggi adalah 3 dengan kriteria jawaban :

• Jawaban baik skornya 3

• Jawaban cukup skornya 2

• Jawaban kurang skornya 1

2. Pengukuran Sikap

Sikap dapat diukur dengan skoring terhadap kuesioner dengan menggunakan skala likert, dimana jawaban setiap item yang menggunakan skala ini mempunyai gradasi dari sangat positif sampai negatife, yang dapat berupa kata-kata antara lain : Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, Sangat Tidak Setuju. Dengan jumlah pertanyaan 10 dimana jawaban memiliki total nilai tertinggi adalah 40 dan terendah 0. Untuk soal no 1, 4 s/d 10 maka jawaban ini dapat diberi skor :


(48)

• Jawaban sangat setuju diberi skor 4

• Jawaban setuju diberi skor 3

• Jawaban tidak setuju diberi skor 2

• Jawaban sangat tidak setuju diberi skor 1 Untuk soal no 2 dan 3 maka jawaban ini dapat diberi skor :

• Jawaban sangat setuju diberi skor 1

• Jawaban setuju diberi skor 2

• Jawaban tidak setuju diberi skor 3

• Jawaban sangat tidak setuju diberi skor 4 3. Pengukuran Tindakan

Tindakan adalah bentuk nyata responden tentang perilaku penderita diabetes mengenai pola makan dengan 10 pertanyaan dengan total nilai tertinggi adalah 30 dan terendah adalah 0. Tindakan dapat diukur dengan skoring terhadap kuesioner yang telah diberi bobot dimana nilai tertingginya adalah 3 dengan kriteria jawaban :

• Jawaban ya skornya 3

• Jawaban kadang-kadang skornya 2

• Jawaban tidak pernah 1

3.8 Metode Pengolahan dan Penyajian Data

Data yang terkumpul diedit dan diolah dengan bantuan komputer dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.


(49)

1. Editing (pengeditan)

Data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner dan pengukuran diperiksa kelengkapan dan kebenarannya terlebih dahulu seperti kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian, dan konsistensi pengisian.

2. Coding (pengkodean)

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka/bilangan berfungsi untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat pada saat proses entry data. Pengkodean dimulai dari bilangan 0 sampai 2 diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Umur : 0 = 30 - 45 tahun; 1 = 46 – 61 tahun; 2 = 62 - 77 tahun b. Jenis Kelamin : 0 = Laki-laki; 1 = Perempuan

c. Pendidikan : 0 = Tidak Sekolah/Tidak tamat sekolah; 1 = SD; 2 = SMP ; 3 = SMA/SMK ; 4 = Akademi/Sarjana

d. Pekerjaan : 0 = tidak bekerja/Pensiunan ; 1 = PNS/POLRI/TNI/BUMN ; 2 = Wirausaha/Pedagang ; 3 = Pegawai Swasta ; 4 = Ibu Rumah tangga; 5 = Dan lain-lain

e. Penghasilan : 0 = < Rp. 905.000,- ; 1= > Rp. 905.000,-

f. Kunjungan ke Puskesmas : 0 = 1-2 kali; 1 =3-4 kali; 2 = 5-6 kali g. Penyuluhan : 0 = Pernah: 1 = Tidak Pernah

h. Lama menderita DM : 0 = < 1 tahun; 1 = 1-2 tahun; 2 = > 2 tahun i. Riwayat DM : 0 = Ada Penderita DM; 1 = Tidak ada penderita DM j. Pengetahuan : 1 = kurang; 2 = cukup ; 3 = baik

k. Sikap : 1 = sangat tidak setuju; 2 = tidak setuju; 3 = setuju; 4 = sangat setuju l. Tindakan 1 = tidak pernah; 2 = kadang-kadang; 3 = sering


(50)

Setelah dilakukan pengkodean dan kuesioner diisi oleh responden, selanjutnya melakukan proses entry data atau proses memasukkan data menggunakan komputer sesuai dengan pengkodean yang telah ditetapkan.

3. Data Output

Data yang sudah di entry disajikan dalam bentuk output untuk mengetahui data saling berhubungan atau tidak.

4. Data Analyzing

Analisa data yang diguanakan melaui program komputer SPSS, dianalisis secara deskriftif dan disajikan dalambentuk tabel frekuensi dan diberikan keterangan secara deskriftif.


(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Puskesmas PB Selayang II 4.1.1 Keadaan Geografis

Puskesmas PB.SELAYANG II terletak di Jalan Bunga Wijaya Kusuma Psr IV Gg Puskesmas Kecamatan Medan Selayang, memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

a) Luas wilayah kerja : 2.379 Ha. b) Jumlah kelurahan : 6 kelurahan

1) Kelurahan PB Selayang I 2) Kelurahan PB Selayang II 3) Kelurahan Tanjung Sari 4) Kelurahan Asam Kumbang 5) Kelurahan Beringin

6) Kelurahan Sempakata c) Batas Wilayah :

1. Sebelah Utara : Kecamatan Medan Baru 2. Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Tuntungan 3. Sebelah Barat : Kecamatan Medan Sunggal 4. Sebelah Timur : Kecamatan Medan Johor


(52)

4.1.2 Struktur Organisasi

STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS PB. SELAYANG II

F

UMUM Sundang KEPALA PUSKESMAS

dr. Hj.Zainab mahyuni

KTU Fifi Keuangan/perl engkapan Muharni/mika UPAYA KESEHATAN PENGEMBANGAN UPAYA PELAYANAN UKS/UKGS Masa/Mika USILA Nelly KES.KERJA dr. Eva UPAYA KESEHATAN PENGEMBANGAN UPAYA KESEHATAN PENGEMBANGAN KES.OLAHRAGA Nelly BATRA Pujin KES.GIGI MULUT Mika RAWAT INAP UGD EMERGENCY MOBILE MATA/THT Murni JIWA PUSKESMAS Nelly/Murni GUDANG OBAT/APOTEK Pujin/Ketty LABORATORIUM Ciara/Rosmanedy LOKET Sondang/Rita LOGISTIK P2P

KESLING/KLINIK SANITASI Sanggam JPKM/ASKES Rita/Rumondang PROMKES Yuni Asnita KIA Erniwati KB Rina Tarigan GIZI Muharni SURVAILAN Yuni Asnita IMUNISASI Hotmauli DIARE Nursiah DBD Hesti TB/KUSTA Nursiah ISPA Murni IMS/HIV/ AIDS dr. Novi RABIES dr.Voice PTM Rita POLY UMUM • dr. Eva • dr. Edi • dr. Voice

POLY GIGI • drg. T. Lusi • drg. Natalia • drg. Bintang

PUSKESMAS PEMBANTU

PUSTU PUSTU


(53)

4.1.3 Keadaan Demografi

a. Jumlah Penduduk

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Di Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II

b. Sarana Pendidikan

Berdasarkan data yang ada diketahui bahwa sarana pendidikan penduduk yang ada di wilayah kerja Puskesmas PB.Selayang II tahun 2013 adalah TK sebanyak 19 Buah , SD sebayak 29 Buah , SMP sebanyak 14 Buah ,SMU sebanyak 12 Buah, Perguruan Tinggi sebanyak 3 Buah

c. Sarana Ibadah

Sarana ibadah yang ada di wilayah kerja Puskesmas PB.Selayang II tahun 2013 adalah Masjid sebanyak 34 Buah, Gereja sebanyak 17 Buah dan Wiraha sebanyak 3 Buah

No Kelurahan KK

Jenis Kelamin Jumlah jiwa

Jumlah Lingkungan

Luas Wilayah

Pr Lk

1 Tanjung Sari 6.899 13.420 13.246 26.666 14 520

2

PB.Selayang I 2.588 6.480 6.465 12.945 10 180

3 PBSelayang II 7.935 9.462 9.440 18.902 17 690 4 As.Kumbang 3.291 8.220 8.186 16.406 10 400

5 Beringin 1.892 3.961 3.954 7.915 6 79

6 Sempakata 2.087 6.070 6.054 12.124 6 510


(54)

d. Sarana dan Tenaga Pendukung Kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas PB Selayang II

• Jumlah Posyandu : 51 Buah

 balita : 42 Buah

 lansia : 9 Buah

• Jumlah Posyandu Aktif : 51 buah

• Jumlah Kader : 205 orang

• Jumlah Kader Aktif : 205 orang

• Jumlah Dokter Remaja : 53 orang

• Jumlah Patroli Kesehatan : 63 orang

• Jumlah Guru Kesehatan : 25 orang

e. Data Dasar Puskesmas PB Selayang II

Tabel 4.2 Data Tenaga Kesehatan Puskesmas PB Selayang II

No. Jenis Ketenagaan Jumlah

1. Dokter Umum 4 Orang

2. Dokter Gigi 2 Orang

3. Sarjana Kesehatan Masyarakat 3 Orang

4. Sarjana Keperawatan 2 Orang

5. D3 Keperawatan 1 Orang

6. Kesehatan Lingkungan 1 Orang

7. Perawat 1 Orang

8. Perawat Bidan 6 Orang

9. Perawat Gigi 1 Orang

10. Bidan 1 Orang

11. Asisten Apoteker 3 Orang

12. LCPK 2 Orang

13. Pelaksanaan Gizi 1 Orang

14. Analisis Kesehatan 2 Orang

15. Honorer _


(55)

f. Visi Puskesmas

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas PB.Selayang II adalah Tercapainya Kecamatan Sehat Menuju Terwujudnya Indonesia Sehat 2010.

Kecamatan sehat adalah gambaran masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan.

Indikator kecamatan sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama yakni :

1. Lingkungan sehat 2. Perilaku sehat

3. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu 4. Derajat kesehatan penduduk kecamatan

g. Misi Puskesmas

1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya

2. Mendorong kemandirian bagi keluarga dan masyarakat untuk hidup sehat di wilayah kerjanya.

3. Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil, dan merata, serta terjangkau pelayanan kesehatan.

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, dan masyarakat serta lingkungannya.


(56)

h. Tujuan Puskesmas

Tujuan pembangunan puskesmas yang diselenggarakan oleh Puskesmas PB.Selayang II adalah Untuk mengetahui sampai sejauh mana program kerja puskesmas telah dilaksanakan, masalah-masalah apa yang menghambat dan bagaimana upaya pemecahanya,sehingga dapat dipakai sebagai cermin dalam penyusunan rencana kerja pada tahun berikutnya. Fungsi Puskesmas

Adapun fungsi puskesmas adalah sebagai berikut :

1. Mendorong masyarakat untuk mengenal masalahnya dan mengatasinya secara swadaya.

2. Memberi petunjuk kepada masyrakat tentang cara memanfaatkan sumber daya yang ada secara daya guna dan berhasil guna.

3. Memberi bantuan yang bersifat teknis,bahan-bahan serta rujukan kepada masyarakat

4. Bekerja sama dengan sector lain yang berkaitan dalam melaksanakan kegiatannya.

5. Member pelayanan langsung kepada masyrakat dalam bentuk kegiatan pokok sesuai dengan perkembangan dan kemajuan saat ini.

i. Upaya Kesehatan Puskesmas

Untuk tercapainya visi pembangunan kesehatan, puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat, yang keduanya jika ditinjau dari sistem kesehatan nasional merupakan pelayanan kesehatan tingkat pertama. Upaya kesehatan tersebut dikelompokkan menjadi dua yakni :


(57)

1.

a. Upaya kesehatan sekolah Upaya Kesehatan Pengembangan

b. Upaya kesehtan usia lanjut c. Upaya kesehatan gigi dan mulut d. Upaya kesehatan olah raga e. Upaya kesehatan masyarakat f. Kesehatan jiwa

g. Kesehatan mata

h. Pembinaan pengobatan tradisional i. Kesehatan kerja

2.

a. Promosi kesehatan Upaya Kesehatan Prioritas

b. Kesehatan lingkungan c. KIA-KB

d. Gizi

e. Pemberantasan dan pencegahan penyakit f. Pengobatan

Pencatatan dan pelaporan..

j. Fasilitas Puskesmas PB Selayang II

Fasilitas yang terdapat di Puskesmas PB.Selayang II terdiri atas : Tabel 4.3 Fasilitas Ruangan Puskesmas PB Selayang II

No. Fasilitas Ruangan Jumlah

1. Ruangan Praktek 1

2. Kamar Kia 1

3. Ruang Periksa Gigi 1


(1)

Pengetahuan 8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Makan besar III (makan malam) :

19.00 dan tanpa makan kecil (snack) dimalam hari

13 27.1 27.1 27.1

Setiap makan diselingi 3 jam 24 50.0 50.0 77.1

Makan besar pukul 07.00, pukul 13.00 dan pukul 19.00; makan kecil (snack) pukul 10.00, 16.00 dan pukul 22.00

11 22.9 22.9 100.0

Total 48 100.0 100.0

Pengetahuan 9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Mengurangi agar berat badan

tidak naik

10 20.8 20.8 20.8

Menarik dan mudah diterima penderita diabetes

25 52.1 52.1 72.9

Mempertahankan kadar gula darahsekitar normal

13 27.1 27.1 100.0

Total 48 100.0 100.0

Pengetahuan 10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Pengobatan saja 5 10.4 10.4 10.4

Pengobatan dan mengatur diet/pola makan sendiri

24 50.0 50.0 60.4

Pengobatabn dari dokter dan melakukan pola hidup sehat yang dianjurkan petugas kesehatan

19 39.6 39.6 100.0

Total 48 100.0 100.0

Frequency Table

Pengetahuan Total

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 11-20 15 31.3 31.3 31.3

> 20 33 68.8 68.8 100.0

Total 48 100.0 100.0

Pengetahuan Total K

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Cukup 15 31.3 31.3 31.3

Baik 33 68.8 68.8 100.0


(2)

Frequency Table

Sikap 1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak setuju 4 8.3 8.3 8.3

Setuju 14 29.2 29.2 37.5

Sangat Setuju 30 62.5 62.5 100.0

Total 48 100.0 100.0

Sikap 2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Sangat Setuju 7 14.6 14.6 14.6

Setuju 17 35.4 35.4 50.0

Tidak Setuju 17 35.4 35.4 85.4

Sangat Tidak Setuju 7 14.6 14.6 100.0

Total 48 100.0 100.0

Sikap 3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Sangat Setuju 6 12.5 12.5 12.5

Setuju 13 27.1 27.1 39.6

Tidak Setuju 14 29.2 29.2 68.8

Sangat Tidak Setuju 15 31.3 31.3 100.0

Total 48 100.0 100.0

Sikap 4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Sangat tidak setuju 2 4.2 4.2 4.2

Tidak setuju 17 35.4 35.4 39.6

Setuju 28 58.3 58.3 97.9

Sangat Setuju 1 2.1 2.1 100.0

Total 48 100.0 100.0

Sikap 5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak setuju 6 12.5 12.5 12.5

Setuju 26 54.2 54.2 66.7

Sangat Setuju 16 33.3 33.3 100.0


(3)

Sikap 6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak setuju 25 52.1 52.1 52.1

Setuju 19 39.6 39.6 91.7

Sangat Setuju 4 8.3 8.3 100.0

Total 48 100.0 100.0

Sikap 7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Setuju 26 54.2 54.2 54.2

Sangat Setuju 22 45.8 45.8 100.0

Total 48 100.0 100.0

Sikap 8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak setuju 8 16.7 16.7 16.7

Setuju 40 83.3 83.3 100.0

Total 48 100.0 100.0

Sikap 9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Setuju 23 47.9 47.9 47.9

Sangat Setuju 25 52.1 52.1 100.0

Total 48 100.0 100.0

Sikap 10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak setuju 2 4.2 4.2 4.2

Setuju 41 85.4 85.4 89.6

Sangat Setuju 5 10.4 10.4 100.0

Total 48 100.0 100.0

Frequency Table

Sikap Total

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 22-28 11 22.9 22.9 22.9

> 28 37 77.1 77.1 100.0


(4)

Sikap Total K

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Cukup 11 22.9 22.9 22.9

Baik 37 77.1 77.1 100.0

Total 48 100.0 100.0

Frequency Table

Tindakan 1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Menunggu perkembangan

penyakit

34 70.8 70.8 70.8

Pengobatan alternatif 3 6.3 6.3 77.1

Memeriksa diri ke dokter/petugas kesehatan

11 22.9 22.9 100.0

Total 48 100.0 100.0

Tindakan 2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Kembali seperti biasa seperti

saat belum terkena diabetes melitus

34 70.8 70.8 70.8

Akan menggunakan pengobatan tradisional untuk pengobatan lanjutan

4 8.3 8.3 79.2

Tetap melakukan anjuran dokter, mulai dari pengaturan pola makan dan aktivitas sehat

10 20.8 20.8 100.0

Total 48 100.0 100.0

Tindakan 3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 4 8.3 8.3 8.3

Kadang-kadang 34 70.8 70.8 79.2

Ya 10 20.8 20.8 100.0

Total 48 100.0 100.0

Tindakan 4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tergantung kondisi tubuh 12 25.0 25.0 25.0

Saat kadar gula darah tidak normal

28 58.3 58.3 83.3

Saat kadar gula darah normal maupun tidak normal

8 16.7 16.7 100.0


(5)

Tindakan 5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Memakan sayuran tanpa nasi 27 56.3 56.3 56.3

Cukup ubi saja 14 29.2 29.2 85.4

Roti, mie, kentang dan lain-lain 7 14.6 14.6 100.0

Total 48 100.0 100.0

Tindakan 6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 4 jam 8 16.7 16.7 16.7

2 jam 29 60.4 60.4 77.1

3 jam 11 22.9 22.9 100.0

Total 48 100.0 100.0

Tindakan 7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ya 7 14.6 14.6 14.6

Kadang-kadang 21 43.8 43.8 58.3

Tidak Pernah 20 41.7 41.7 100.0

Total 48 100.0 100.0

Tindakan 8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak 30 62.5 62.5 62.5

Kadang-kadang 14 29.2 29.2 91.7

Ya 4 8.3 8.3 100.0

Total 48 100.0 100.0

Tindakan 9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak pernah 36 75.0 75.0 75.0

Kadang-kadang 8 16.7 16.7 91.7

Ya 4 8.3 8.3 100.0

Total 48 100.0 100.0

Tindakan10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Tidak pernah 20 41.7 41.7 41.7

Kadang-kadang 22 45.8 45.8 87.5

Ya 6 12.5 12.5 100.0


(6)

Frequency Table

Tindakan Total

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 10-20 44 91.7 91.7 91.7

> 20 4 8.3 8.3 100.0

Total 48 100.0 100.0

Tindakan Total

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Kurang 27 56.3 56.3 56.3

Cukup 21 43.8 43.8 100.0