B. Identifikasi Masalah
Dilihat dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, dapat diindentifikasikan beberapa masalah, antara lain:
1 jenis-jenis deiksis bahasa Jawa di Desa Gedangan Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan.
2 bentuk-bentuk deiksis yang digunakan oleh masyarakat Desa Gedangan Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan.
3 makna dan pemaknaan setiap bentuk deiksis yang digunakan oleh masyarakat Desa Gedangan Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan.
4 pergeseran aspek-aspek bahasa dalam bahasa Jawa Desa Gedangan
Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang sudah diutarakan, ternyata permasalahan yang ingin diteliti masih luas. Karena itu
penulis ingin memfokuskan penelitian ini pada jenis dan bentuk deiksis dalam penggunaan bahasa Jawa di Desa Gedangan Kecamatan Pulo Bandring. Adapun
jenis deiksis yang akan diteliti yaitu deiksis persona, deiksis ruang, dan deiksis waktu.
D. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: 1 bentuk-bentuk deiksis persona apakah yang digunakan dalam bahasa Jawa di
Desa Gedangan? 2 bentuk-bentuk deiksis ruang apakah yang digunakan dalam bahasa Jawa di
Desa Gedangan? 3 bentuk-bentuk deiksis waktu apakah yang digunakan dalam bahasa Jawa di
Desa Gedangan?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1 bentuk-bentuk deiksis persona yang digunakan dalam bahasa Jawa di Desa
Gedangan. 2 bentuk-bentuk deiksis ruang yang digunakan dalam bahasa Jawa di Desa
Gedangan. 3 bentuk-bentuk deiksis waktu yang digunakan dalam bahasa Jawa di Desa
Gedangan.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini dapat dilihat dari dua segi, yaitu segi teoretis dan segi praktis. Manfaat teoretis penelitian ini yaitu menambah khazanah penelitian
bahasa khususnya bahasa Jawa. Manfaat praktis penelitian ini adalah: 1 dapat memberikan manfaat bagi masyarakat untuk dijadikan pedoman sebagai
penunjang dalam mempelajari bahasa Jawa 2 memberikan sumbangan bagi lembaga pendidikan dalam menambah khazanah kebahasaan, baik terhadap
bahasa Indonesia maupun bahasa daerah.
97
BAB V PENUTUP
A. SIMPULAN
Bentuk deiksis dalam penggunaan bahasa Jawa di Desa Gedangan berupa kata. Bentuk-bentuk tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dengan deiksis
dalam bahasa Indonesia baik dari segi bentuk maupun maknanya. Terdapat persamaan dari segi bentuk dan makna, terdapat perbedaan dari segi bentuk dan
makna, terdapat perbedaan dari segi bentuk namun dari segi makna sama, dan terdapat persamaan dari segi bentuk namun dari segi makna berbeda.
Ditemukan deiksis persona, deiksis ruang, dan deiksis waktu dalam penggunaan bahasa Jawa di Desa Gedangan. Deiksis persona terdiri dari 24
bentuk, deiksis ruang terdiri dari 15 bentuk, dan deiksis waktu terdiri dari 12 bentuk.
Deiksis persona dapat dirinci ke dalam beberapa bagian, yaitu deiksis persona pertama; aku ‘aku’, -kuku- ‘-kuku-’, awak ‘sayakami’, kami ‘kami’,
kita ‘kita’, deiksis persona kedua; kuweke ‘engkau’, awakmu ‘kamu’, kamu ‘kamu’, -mu ‘-mu’, riko ‘anda’, kalian ‘kalian’, deiksis persona ketiga; deknen
‘dia’, -e ‘-nya’, wong iku ‘mereka’, serta deiksis yang termasuk ke dalam kategori orang pertama, kategori orang kedua, dan kategori orang ketiga; bapakpak
‘ayah’, mamakmak ‘ibu’, kakangabang [1] ‘sapaan adik kepada kakak laki-laki kandung’ kakangabang [2] ‘sapaan kepada orang laki laki yang lebih tua atau
tidak dikenal’ kakangabang [3] ‘sapaan istri kepada suami’, mas [1] ‘sapaan
hormat untuk laki-laki tanpa memandang usia’ mas [2] ‘sapaan istri kepada suami’, iyukyuk [1] ‘sapaan adik kepada kakak perempuan kandung’ iyukyuk [2]
‘sapaan kepada orang perempuan yang dianggap lebih tua’, kakakkak [1] ‘sapaan adik kepada kakak perempuan kandung’ kakakkak [2] ‘sapaan kepada orang
perempuan yang dianggap lebih tua’, adekdek [1] ‘saudara kandung yang lebih muda laki-laki atau perempuan’ adekdek [2] ‘sapaan karib suami kepada istri’,
wawakwak [1] ‘kakak perempuan atau laki-laki dari ayah dan ibu’ wawakwak [2] ‘sapaan kepada orang laki laki atau perempuan yang sudah tua sebaya uak
baik yang dikenal maupun yang tidak dikenal’, leleklek [1] ‘adik laki- laki atau perempuan dari ayah dan ibu’ leleklek [2] ‘sapaan kepada orang laki-laki atau
perempuan yang sudah tua sebaya paman baik yang dikenal maupun yang tidak dikenal’, mbah [1] ‘sapaan kepada orang tua dari ayah atau ibu kakeknenek’
mbah [2] ‘sapaan kepada orang laki-laki atau perempuan yang sudah tua sekali sebaya kakek atau nenek baik yang dikenal maupun yang tidak dikenal’.
Deiksis ruang dalam penggunaan bahasa Jawa di Desa Gedangan terdiri dari; iki ‘ini’, ikuiko ‘itu’, kae ‘itu’, kene ‘sini’, sini ‘sini’, mrenerene ‘ke
sinikemari’, kono ‘sana’, mronorono ‘ke sana’, ngarep ‘di depan’, mburi ‘di belakang’, nduwor ‘atas’, ngisor ‘bawah’, njeroh ‘dalam’, njoboh ‘luar’, pingger
‘samping’. Deiksis waktu dalam penggunaan bahasa Jawa di Desa Gedangan terdiri
dari; saiki ‘sekarang’, mengkoengko ‘nanti’, wingi ‘kemarin’, winginanewingi iku ‘kemarin itu’, semalem ‘kemarin’, mau ‘tadi’, sesok ‘besok’ , seiko ‘waktu
itu’, mbien ‘dulu’, abene ‘waktu itu’, suwi ‘lama’, sedilitdilit ‘sebentar’.