Strategi Peningkatan Produksi Jagung di Desa Kineppen Kecamatan Munthe Kabupaten Karo

(1)

(Studi Kasus: Desa Kineppen Kec. Munte Kab. Karo)

SKRIPSI

OLEH: THEODORIC C S

090304091 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

STRATEGI PENINGKATAN PRODUKSI JAGUNG

(Studi Kasus: Desa Kineppen Kec. Munthe Kab. Karo)

SKRIPSI

OLEH: THEODORIC C S

090304091 AGRIBISNIS

Usulan Penelitian Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Melanjutkan Penelitian di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh: Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

Ir. Iskandarini, MM,Ph.D Ir. M. Jufri,

M.siNIP:196405051994032002 NIP:197211081998022001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

Theodoric C.S (090304091) dengan judulStrategi Peningkatan Produksi Jagung di Desa Kineppen Kecamatan Munthe Kabupaten Karo. Penelitian ini dibimbing olehIbu Ir. Iskandarini, MM, Ph.Ddan Bapak Ir.M.Jufri,M.Si.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi produksi jagung dan mengetahui bagaimana strategi untuk meningkatkan produksi jagung di daerah penelitian.

Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis regresi linier berganda dan analisis swot. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, dan untuk pengambilan data dilakukan wawancara menggunakan kuesioner terhadap petani jagung di daerah penelitian. Kuesioner yang digunakan mencakup karakteristik petani dan pertanyaan mengenai faktor – faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) yang mempengaruhi peningkatan produksi jagung . Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober tahun 2014 di Desa Kineppen Kecamatan Munthe, Kabupaten Karo

Hasil penelitian diperoleh : 1) Terdapat faktor internal yang terdiri dari lima kekuatan dan empat kelemahan sedangkan faktor eksternal yang terdiri dari tiga peluang dan enam ancaman yang mempengaruhi peningkatan produksi jagung di daerah penelitian. 2) Strategi yang diperoleh untuk meningkatkan produksi jagung di daerah penelitian adalah strategi agresif atau strategi SO (Strengths – Opportunities) yaitu menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada.


(4)

RIWAYAT HIDUP

Theodoric C.S lahir di Muara Bungo pada tanggal 19 Juni 1992 anak dari Bapak Ir . Tomi Sigalingging dan Ibu Lisbet Siagian. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut : 1. Tahun 1996 masuk Taman Kanak-Kanak YTKA Padang tamat tahun 1997 2 Tahun 1997 masuk Sekolah Dasar Katholik Tanjung Balai tamat tahun 2003. 2. Tahun 2003 masuk Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tanjung Balai tahun

2006.

3. Tahun 2006 masuk Sekolah Menengah Atas Tri Tunggal Tanjung Balai tamat tahun 2009.

4. Tahun 2009 menempuh pendidikan di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Kegiatan yang pernah penulis ikuti adalah sebagai berikut:

1. Menjadi anggota Departemen Kaderisasi pada Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara periode 2011-2012

2. Mengikuti Organisasi kemahasiswaan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI)

3. Menjadi Ketua Hari Pahlawan 2012

4. Menjadi Pengurus Kepanitiaan Latihan Dasar Kepemimpinan, Porseni dan lainnya.


(5)

6. Menjadi anggota MPMF Fakultas Pertanian

7. Menjadi Ketua Penerimaan Mahasiswa Baru / OSPEK Tahun 2012

8. Bulan Juli-Agustus 2013, penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di desa Kuala Lama, Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai. 9. Bulan Desember 2013 penulis melaksanakan penelitian skripsi di Desa


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya serta nikmat kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Adapun judul skripsi ini adalah “ Strategi Peningkatan Produksi Jagung di Desa Kineppen Kecamatan Munthe Kabupaten Karo “. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ir. Iskandarini, MM, Ph.D selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir.M.Jufri,M.Sisebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak membimbing dan memberikan masukan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, Msc selaku sekretaris jurusan Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

3. Seluruh Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU yang selama ini telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis.

4. Seluruh pegawai di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara khususnya pegawai Program Studi Agribisnis yang telah membantu seluruh proses administrasi.


(7)

Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis ucapkan kepada orangtua tercinta Ir. Tommy Sigalingging dan Ir. Lisbet Siagian yang tidak pernah lelah memberikan nasihat, cinta dan kasih sayang, serta dukungan baik secara materi maupun nonmateri yang diberikan selama menjalani masa perkuliahan. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada adik-adik Letizia Charissa,Timothy Lorenzo, serta keluarga besar penulis yang telah memberi penulis.

Penulis juga berterima kasih kepada sahabat-sahabat Murni Tampubolon, Apriyani Barus, Michaela Sinambela, Friska Panjaitan, May Salina Ginting, Nia Purba, Triyana Sibarani, Khalida Utami, Lisda Lubis, Juara Sinaga, Wellman Simamora, Rafael Pandiangan, Satria ,Boiman, Soli, Julio, Romi Tarigan, Dedy Pinem yang telah memberikan semangat, kritik, saran, dan setia menemani penulis, serta teman dekat penulis Shela Hasibuan yang selalu memberikan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian USU, dan juga rekan-rekan 2009 Fakultas Pertanian USU yang telah membantu menyelesaikan skripsi serta dukungan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk perbaikan skripsi ini dikemudian hari. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Desember 2014


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 6

2.2 Landasan Teori ... 10

2.3Kerangka Pemikiran ... 15

2.4Hipotesis Penelitian ... 16

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 17

3.2 Metode Pengambilan Sampel ... 18

3.3 Metode Pengambilan Data ... 19

3.4 Metode Analisis Data ... 20

3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 22

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1Kondisi Geografis ... 32

4.2 Keadaan Penduduk ... 32

4.3 Tata Guna Lahan ... 33

4.4 Sarana dan Prasarana ... 34

4.5 Karakteristik Sampel ... 35

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman dalam Peningkatan Produksi Jagung ... 38

5.2Strategi Peningkatan Produksi Jagung ... 46

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 55


(9)

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal

1 Produksi Jagung Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara (ton)

4

2 Luas dan Produksi Tanaman Jagung Menurut Kecamatan, Kabupaten Karo 2013

17

3 Luas Areal dan Jumlah Produksi Jagung Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Munte Kabupaten Karo 2013

18

4 Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Kineppen 2013

25

5 Penggunaan Lahan di Desa Kineppen 2013 26

6 Sarana dan Prasarana di Desa Kineppen 26

7 Karakteristik Petani Desa Kineppen, Kecamatan Munte, Kabupaten Karo 2014

27

8 Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur 28

9 Distribusi Sampel Berdasarkan Pendidikan 28

10 Distribusi Sampel Berdasarkan Pengalaman Bertani 29 11 Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Peningkatan

Produksi Jagung

38

12 Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS) 39 13 Matriks Evaluasi Faktor Strategi Eksternal (EFAS) 40 14 Penggabungan Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal dan

Eksternal Peningkatan Produksi Jagung

41


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal

1 Skema Kerangka Pemikiran Strategi Peningkatan Produksi Jagung

16


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Lampiran

1 Data Sampel di Desa Kineppen 1

2 Skor Kekuatan Yang Ada di Daerah Penelitian 2 3 Skor Kelemahan Yang Ada di Daerah Penelitian 3

4 Skor Peluang Yang Ada di Daerah Penelitian 4 5

6

Skor Ancaman Yang Ada di Daerah Penelitian Faktor –Faktor Internal IFAS

5 6


(13)

ABSTRAK

Theodoric C.S (090304091) dengan judulStrategi Peningkatan Produksi Jagung di Desa Kineppen Kecamatan Munthe Kabupaten Karo. Penelitian ini dibimbing olehIbu Ir. Iskandarini, MM, Ph.Ddan Bapak Ir.M.Jufri,M.Si.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi produksi jagung dan mengetahui bagaimana strategi untuk meningkatkan produksi jagung di daerah penelitian.

Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis regresi linier berganda dan analisis swot. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, dan untuk pengambilan data dilakukan wawancara menggunakan kuesioner terhadap petani jagung di daerah penelitian. Kuesioner yang digunakan mencakup karakteristik petani dan pertanyaan mengenai faktor – faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan eksternal (peluang dan ancaman) yang mempengaruhi peningkatan produksi jagung . Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober tahun 2014 di Desa Kineppen Kecamatan Munthe, Kabupaten Karo

Hasil penelitian diperoleh : 1) Terdapat faktor internal yang terdiri dari lima kekuatan dan empat kelemahan sedangkan faktor eksternal yang terdiri dari tiga peluang dan enam ancaman yang mempengaruhi peningkatan produksi jagung di daerah penelitian. 2) Strategi yang diperoleh untuk meningkatkan produksi jagung di daerah penelitian adalah strategi agresif atau strategi SO (Strengths – Opportunities) yaitu menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada.


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia adalah negara tropis dan memiliki kondisi geografis yang mendukung, sehingga memberikan kesempatan pada para petani untuk bisa menanam segala macam tumbuhan. Selain itu iklim di Indonesia juga mendukung untuk bisa bercocok tanam sepanjang tahun. Begitu banyak jenis tanaman pertanian yang ada di Indonesia yang seyogyanya menjadi bahan makan masyarakatnya.

Keadaan ini menjadikan sektor pertanian sebagai salah satu sektor yang diandalkan di Indonesia. Sektor pertanian juga mampu memberikan pemulihan dalam mengatasi krisis yang terjadi sehingga dikatakan mempunyai potensi besar untuk berperan sebagai pemicu pemulihan ekonomi nasional (Husodo, dkk, 2004) Bagi Indonesia, jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi.Bahkan di beberapa tempat,jagung merupakan bahan pokok makanan utama pengganti beras atau sebagai campuran beras. Kebutuhan jagung di Indonesia saat ini cukup besar yaitu lebih dari 10 juta ton pipilan kering per tahun (Khalik, 2010).

Produksi jagung dunia menempati urutan ke tiga setelah padi dan gandum yaitu 612,5 juta ton. Distribusi penananaman jagung terus meluas di berbagai Negara di dunia karena tanaman ini mempunyai daya adaptasi yang luas di daerah subtropik ataupun tropik. Indonesia merupakan Negara penghasil terbesar di kawasan Asia Tenggara, maka tidak berlebihan bila Indonesia mencanangkan swasembada jagung (Rukmana, 2008).


(15)

Selain sebagai bahan mmakanan pokok, jagung juga berfungsi sebagai pakan ternak. Ketersediaan bahan baku yang kontiniu dan bermutu tinggi seering kali menjadi kendala utama, industri pakan ternak yang bahan bakunya 50 persen jagung setiap tahun harus mengimpor jagung rata-rata 1,5 juta ton untuk memenuhi kapasitas pabriknya. Dengan kebutuhan pakar sebesar 3,5 juta ton pertahun, seharusnya dapat dipenuhi oleh produksi dalam negeri yang mencapai sekitar 10 juta ton per tahun. Namun hal ini tidak dapat dipenuhi karena ketersediaan jagung yang tidak kontiniu (Subhana, 2010).

Produksi jagung terbesar di Indonesia terdapat di pulau Jawa, yakni Jawa Timur dan Jawa Tengah, masing-masing lima juta ton pertahun. Setelah itu menyusul beberapa daerah di sumatera, antara lain Sumatera Utara dan Lampung,sehingga produksi Indonesia mencapai 16 juta ton per tahun (Tim Karya Mandiri, 2010). Selain untuk industri pakan ternak dan konsumsi bahan pangan, kebutuhan jagung juga meningkat dengan kebutuhan industri bahan pangan olahan (snack food) dan industry pengolahan jagung modern(corn wet and miling) yang memproduksi corn starch, corn gluten, dan corn meal yang diperkirakan membutuhkan 1.000 jagung perharinya. Produksi jagung di Indonesia pada tahun 2011 mencapai 17,2 juta ton atau naik sekitar 4,3 persen dibandingkan produksi tahunh 2010 masih mampu memenuhi kebutuhan jagung nasional yang meningkat rata-rata 9,6 persen per tahun. Kecenderungan konsumsi jagung di Indonesia yang makin tinggi menyebabkan jumlah impor yang tinggi (Subhana, 2010).

Pada tahun 2008 Sumatera Utara diharapkan menjadi sentra produsen jagung terbesar di Indonesia. Hal ini diupayakan untuk menjawab tantangan kekurangan


(16)

jagung di Sumatera Utara. Untuk berbagai kepentingan, Sumatera Utara masih kekurangan jagung. Kebutuhan jagung Sumatera Utara mencapai 2000 ton per hari sementara kebutuhan ini hanya dipenuhi sebesar 700 ton. Akibat kekurangan itu harus dipenuhi dengan cara mengimpor. Agar impor itu bias dikurangi, Sumatera Utara terus mengembangkan produksi jagung (Pemprovsu, 2007). Kebijakan pemerintah yang menyetujui impor jagung sebanyak 200.000 ton untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sangat disesalkan petani jagung di Sumatera Utara. Hal ini terjadi pengulangan kembali kebijakan beberapa waktu lalau saat panen raya terjadi di Sumatera Utara khususnya di daerah sentra produkai jagung.Harga jagung yang semula sudah membaik di kisaran Rp2500/kg kini merosot jauh ke angka Rp.1700/ kg (Prasaja, 2012).

Harga jagung dewasa ini bukan hanya anjlok dari arga sebelumnya,tetapi sudah dibawah harga referensi daerah HRD. Harga jagung yang ditetapkan provinsi Sumatera Utara adalah sebesar 2.133/kg, petani mengalami kerugian akibat harga jagung tertekan terus.Banyak petani beralih pada komoditi lain unntuk menghindar kerugian yang lebih besar. Untuk petani sekarang sudah sulit menanam jagung dengan harga bekisar 1.700/kg dimana harga produksi jagung untuk satu kilogramnya sudah mencapai Rp.2.200, idealnya harga jagung di tingkat petani sedikitnya Rp.2500/kg baru petani bias mendapatkan untung (Sihotang, 2012).

Menurut Badan Pusat Statistik (2012) di Sumatera Utara, jagung sejak sudah dikembangkan sejak zaman orde baru. Pengembangan komoditas jagung dipusatkan di beberapa kabupaten di Sumatera Utara termasuk Kab


(17)

Karo,Simalungun, Deli Serdang, Langkat, dan daerah Tapanuli. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 1. Produksi Jagung Menurut Kabupaten/Kota di Sumatera Utara (ton) Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rata

1. Nias 794 579 1048 195 127 548,6

2. Mandailing Natal 2497 2579 7572 2502 5283 4086,6 3. Tapanuli Selatan 10227 11088 7930 9244 12463 10190,4

4. Tapanuli Tengah 5585 7379 7704 9286 6358 7262,4

5. Tapanuli Utara 12435 16119 20971 31528 15470 19304,6 6. Toba Samosir 12424 27914 30646 33737 24201 25784,4

7. Labuhanbatu 4988 5352 8641 2182 3403 4913,2

8. Asahan 22597 28971 32292 36420 18962 27848,4

9. Simalungun 250694 298861 311724 319282 371070 310326

10. Dairi 89734 139236 130001 161053 149500 133905

11. Karo 215026 300291 305136 454178 369848 328896

12. Deli Serdang 73498 96914 115190 101593 85405 94520 13. Langkat 66221 93964 105734 117004 121803 100945

14. Nias Selatan 471 430 744 1895 1568 1021,6

15. Humbang Hasundutan 1485 3161 2705 2727 2827 2581

16. Pakpak Barat 6652 6625 5327 15348 12128 9216

17. Samosir 1131 3587 5701 4714 9224 4871,4

18. Serdang Bedagai 21033 39134 32508 47834 43426 36787

19. Batu Bara X 8571 12153 2973 8139 7959

20. Padang Lawas Utara X x 4765 2587 1524 2958,67

21. Padang Lawas X x 5634 6750 2405 4929,67

22. Labuhanbatu Selatan X x x 598 3915 2256,5

23. Labuhanbatu Utara X x x 3632 4066 3849

24. Nias Utara X x x 196 406 301

25. Nias Barat X x x 66 120 93


(18)

Kabupaten/Kota 2009 2010 2011 2012 2013 Rata-rata

27. Tanjungbalai 125 203 51 120 60 111,8

28. Pematangsiantar 2386 2192 4321 3902 14966 5553,4

29. Tebing Tinggi 80 114 164 235 112 141

30. Medan 1413 1484 1873 1333 997 1420

31. Binjai 2818 3744 5189 3466 3226 3688,6

32. Padangsidempuan 538 477 826 972 1449 852,4

33. Gunungsitoli X x x 166 194 180

Sumatera Utara 804850 1098969 1166548 1377718 1294645

Sumber: Badan Pusat Statistika SUMUT 2014

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa produksi jagung di Sumatera Utara merupakan daerah yang potensial . Jika dilihat dari rata-rata daerah Kab Karo adalah produksi tertinggi dengan 328.896 ton dan Kab Nias Barat adalah daerah produktifitas terendah yaitu 93 ton.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung di daerah

penelitian?

2. Bagaimana strategi untuk meningkatkan produksi di daerah penelitian? 1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi jagung di daerah penelitian?


(19)

2. Untuk mengetahui bagaimana strategi untuk meningkatkan produksi jagung di daerah penelitan.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sebagai bahan masukan bagi petani dalam mengembangkan usahataninya. 2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam mengambil keputusan

dan kebijakan strategis untuk komoditas jagung.

3. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya dan juga bagi pihak yang membutuhkan.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN

KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Tinjauan Pustaka

Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika (Tim Karya Mandiri, 2010).

Tanaman jagung dikenal di Indonesia sejak 400 tahun yang lalu, didatangkan oleh orang portugis dan spanyol. Daerah sentra produsen jagung paling luas adalah provinsi Jawa Timur,Jawa Tengah, Sulawesi Selatan,Nusa Tenggara Timur, Lampung dan Jawa Barat. Areal pertanaman jagung sekarang sudah terdapat di seluruh provinsi di Indonesia (Rukmana, 2008).

Menurut Purwanto dan Hartono (2011) secara umum klasifikasi dan sistematika tanaman jagung sebagai berikut

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan) Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledone

Ordo : Graminae

Famili : Graminaceae

Genus : Zea


(21)

Tanaman jagung termasuk jenis tanaman semusim (annual). Susunan tubuh (morfologi) tanaman jagung terdiri atas akar,batang,batang,daun,bunga dan buah.Perakaran tanaman jagung terdiri atas empat macam akar , akar utama,akar cabang, akar lateral,dan akar rambut (Rukmana, 2008).

Batang jagung tidak bercabang, berbentuk silinder, dan terdiri dari beberapa ruas dan buku ruas. Pada buku ruas akan muncul tunas yang akan berkembang menjadi tongkol. Tinggi batang jagung tergantung varietas dan tempat penanaman, umumnya bekisar 60-300 cm (Purwono dan Hartono, 2011).

Struktur daun jagung terdiri atas 3 bagian yaitu kelopak daun, lidah daun, dan helaian daun. Jumlah daun tiap tanaman pohon bervariasi antara 8-48 helai. Ukuran daun berbeda-beda, yaitu panjang antara 30cm-150cm dan lebar mencapai 15 cm (Rukmana, 2008).

Bunga jagung termasuk bunga yang tidak sempurna karena bunga jjantan dan betina berada pada bunga yang berbeda. Bunga jantan terdapat di ujung batang.Adapun bunga betina terdapat di ketiak daun ke-6 dan ke-8 dari bunga jantan (Purwono dan Hartono, 2011).

Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai daari dataran rendah sampai ke daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1.000-1.800 mdpl. Daerah dengan ketingian antara 0-600mdpl merupakan ketinggian yang opimum bagi pertumbuhan tanaman jagung (Tim Karya Mandiri, 2010).

Salah satu cara untuk mengatasi rendahnya produktifitas jagung yaitu dengan perbaikan varietas. Biji jagung terdiri atas tongkol, biji dan daun pembungkus.


(22)

Pada umumnya, biji jagung tersusun dalam barisan yang melekat secara lurus atau berkeolok-kelok dan berjumlah antara 8-20 baris biji. Biji jagung terdiri atas tiga bagian utama, yaitu kulit biji, endosperm, dan embrio (Rukmana, 2008).

Tanah berdebu dan kaya hara dan humus cocok untuk tanaman jagung. Tanaman jagung toleran terhadap reaksi keasaman tanah pada kisaran Ph 5,5-7.0, tingkat keasaman tanah yang paling baik untuk jagung adalah 6,8 (Rukmana, 2008). Manfaat penggunaan benih unggul jagung bersertifikat adalah menghemat jumlah pemakaian benih persatuan luas areal, pertumbuhan tanaman relatif seragam, tingkat kemasukan merata sehingga dapat mengurangi besarnya kehilangan atau susut hasil, menjamin peningkatan hasil secara optimal, dan meningkatkan pendapatan usahatani (Rukmana, 2008).

Agar hasil panen maksimal, diperlukan teknik pengolahan lahan sebelum ditanami. Pengolahan lahan diawali dengan pembersihan lahan dari sisa-sisa tanaman sebelumnya, kegiatan dilanjutkan dengan persiapan lahan yang diantaranya pembajakan agar diperoleh tanah yang gembur, untuk tanah yang keras perlu dibajak sedalam 30cm sedangkan tanah yang lunak cukup 15-20cm. Setelah diolah, setiap 3 meter dibuat saluran drainase sepanjang barisan tanaman. Lebar saluran sekitar 25-30cm dengan kedalaman 30cm. Pada lahan dengan pH kurang dari 5, harus diberi kapur, jumlah kapur yang diberikan berkisar antara 1-3 ton per-hektar (Purwono dan Hartono, 2011).

Waktu yang paling tepat untuk menanam jagung adalah pada awal musim hujan September-November dan pada awal kemarau Februari-April. Jarak tanam bergantung pada varietas. Varietas berumur lama ditanam dengan jarak 100 x


(23)

40cm sehingga populasi mencapai 50.000 tanam per ha. Kondisi iklim mempengaruhi pola tanam, lahan kering beriklim basah, tumpang sari adalah pilihan terbaik. Agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, cara tanam jagung mempertimbangkan beberapa hal seperti, kedalaman penempatan benih berkisar 2,5-5cm, bergantung pada kondisi tanah, populasi tanam antara 20.000-200.000 tanaman/ha, cara tanam adalah dengan alur-alur yang dibuat teratur atau jarak tanam yang teratur dalam alur sehingga memungkinkan penyiangan mekanis 2 arah (Tim Karya Mandiri, 2010).

Pemeliharaan tanaman jagung di lapangan meliputi kegiatan pokok seperti, penyulaman dilakukan satu minggu setelah tanam dengan cara mengganti benih yang tidak tumbuh atau tumbuh abnormal. Selain penyulaman ada pengairan yang biasanya dilakukan 1-2 kali seminggu atau tergantung pada keadaan air tanah. Penjarangan tanaman dengan mencabut tanaman yang tumbuh kurang baik, untuk disisakan 1-2 tanaman paling baik perlubang tanam, waktu penjarangan dilakukan 2-3 minggu setelah tanam atau bersama-sama saat penyiangan. Penyiangan dilakukan pada tanaman jagung yang berumur ± 15 hari setelah tanaman atau pertumbuhan tanaman mencapai setinggi lutut (Rukmana, 2008).

Selama pertumbuhan, tanaman jagung membutuhkan ketersediaan unsur hara yang memadai. Untuk memenuhinya dilakukan pemupukan, jenis dan dosis pupuk harus mengacu pada hasil analisis tanah ataupun tanaman di labratorium (Rukmana, 2008).

Banyak macam hama yang dapat merusak panen jagung. Bagian-bagian tanaman yang sering diserang pun sangat bervariasi. Ada hama yang menyukai daun yang


(24)

masih muda, pucuk daun, pangkal batang, dan akar tanaman. Hampir semua bagian tanaman jagung dapat menjadi sasaran serangan hama. Jadi, mencegah ataupun memberantasnya merupakan salah satu kegiatan yang penting dalam membudidayakan tanaman jagung (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Hasil panen jagung tidak semua berupa jagung tua/matang fisiologis, tergantung dari tujuan panen. Seperti pada tanaman padi, tingkat kemasakan buah jagungjuga dapat dibedakan dalam empat tingkat: masak susu, masak lunak, masak tua, dan masak kering/masak mati. Ciri jagung yang siap di panen adalah : umur panen adalah 86-96 hari setelah tanam, jagung siap dipanen dengan tongkol atau kelobot mulai mengering yang ditandai dengan adanya lapisan hitam pada biji bagian lembaga, biji kering, keras, dan mengkilat, apabila ditekan tidak membekas (Tim Karya Tani Mandiri, 2011).

2.2 Landasan Teori

Produksi

Produksi adalah proses yang telah terlahir dimuka bumi ini semenjak manusia menghuni planet ini. Produksi sangat prinsip bagi kelangsungan hidup dan juga peradaban manusia dan bumi. Sesungguhnya produksi lahir dan tumbuh dari menyatunya manusia dengan alam. Maka untuk menyatukan antara manusia dan ala mini, Allah telah menetapkans bahwa manusia adalah pengelola segala apa yang terhampar di muka bumi ini untuk dimaksimalkan fungsi dan system tidak akan keluar dari unsur kerja atau upaya manusia (Adiwarman A. Karim, 2007).


(25)

Menurut Sadono Sukirno (2005), fungsi produksi adalah hubungan diantara factor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakannya dinamakan fungsi produksi. Factor-faktor produksi seperti yang telah dijelaskan dapat dibedakan kepada empat golongan yaitu: tenaga kerja, tanah, modal dan keahlian keusahawaan. Didalam teori ekonomi, didalam menganalisis mengenai produksi selalu dimisalkan bahwa tiga factor produksi yang belakangan dinyatakan (tanah, modal dan keahlian keusahawanan) adalah tetap jumlahnya.

Menurut Kartasapoetra (1985), secara kenyataan bahwa rakyat Indonesia di pelosok- pelosok tanah air dan yang tinggal di kota-kota, dari dahulu hingga sekarang merupakan rakyat yang mampu berproduksi, tetapi secara kenyataan pula hanya sebagian kecil sekali yang mampu mengembangkan produksinya, sedangkan sebagian yang lainnya merupakan usahawan-usahawan perorangan yang sulit mengembangkan usaha produksinya (home industry) dan tetap hidup dibawah garis kemiskinan, hal ini dikarenakan :

 Modal yang mereka miliki sangat terbatas,  Pengetahuan ekonomi mereka terbatas,

 Usaha hanya ditujukan untuk menanggulangi kesulitan hidup keluarga,  Cara dan teknik pemasaran produksi yang menguntungkan belum

dikuasai dengan wajar,

 Kesadaran untuk menyatukan usaha sehingga merupakan suatu usaha yang besar masih kurang.

Peningkatan produksi hanya akan tercapai, selain karena adanya kegairahan kerja para petani adalah juga karena pihak pemerintah mampu memberikan pembinaan,


(26)

pengarahan, dan penyuluhan tentang pola kerja yang menguntungkan (efektif), jenis dan kualitas benda yang harus diproduksi, cara dan teknik pengolahan, dan pengelolaan yang berkaitan dengan itu. Karena para petani menginginkan terwujudnya peningkatan produksi, dimana mereka dapat memperoleh peningkatan pendapatan dan peningkatan taraf hidupnya maka segala pembinaan, pengarahan dan penyuluhan dilaksanakan sebagaimana mestinya. Dalam pembinaan, pengarahan, dan penyuluhan terkandung pengetahuan yang mudah diserap oleh mereka (Kartasapoetra, 1985).

Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah instrumen yang digunakan untuk melakukan analisis strategis, analisis SWOT merupakan suatu alat yang efektif dalam membantu menstrukturkan masalah, terutama dengan melakukan analisis atas lingkungan strategis, yang lazim disebut sebagai lingkungan internal dan lingkungan eksternal.

Strategi yang tepat didasarkan pada kemampuan menemukenali diri dan lingkungannya, sehingga strategi benar-benar dapat terwujud dari kekuatan yang dimilikinya dan peluang yang dihadapinya. Analisis yang tepat untuk menyusun strategi adalah analisis SWOT.Kegiatan yang paling penting dalam proses analisis SWOT adalah memahami seluruh informasi dalam suatu kasus, menganalisis situasi untuk mengetahui isu apa yang sedang terjadi dan memutuskan tindakan apa yang harus segera dilakukan untuk memecahkan masalah (Rangkuti, 2001). SWOT merupakan singkatan dari strengths (kekuatan-kekuatan),weaknesses (kelemahan-kelemahan),opportunities (peluang-peluang) dan threats


(27)

(ancaman-ancaman).Pengertian-pengertian kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam analsis SWOT adalah sebagai berikut :

- Kekuatan (strengths)

Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan atau keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan dari pasar suatu perusahaan. Kekuatan kawasan pariwisata adalah sumber daya alam, pengelolaan dan keunggulan relatif industri pariwisata dari pasar dan pesaing sejenis.

- Kelemahan (weaknesses)

Kelemahan adalah keterbatasan/kekurangan dalam sumber daya alam, keterampilan dan kemampuan yang secara serius menghalangi kinerja efektif suatu perusahaan. Kelemahan kawasan pariwisata adalah keterbatasan/kekurangan dalam sumber daya alam, keterampilan dan kemampuan pengelolaan industri pariwisata.

- Peluang (opportunities)

Peluang adalah situasi/kecenderungan utama yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan. Peluang kawasan pariwisata adalah situasi/kecenderungan utama yang menguntungkan industri pariwisata dalam lingkungan suatu kawasan pariwisata.

- Ancaman (threats)

Ancaman adalah situasi/kecenderungan utama yang tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan (Nini, 2010).


(28)

Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman. Proses pengambilan keputusan harus menganalsis faktor-faktor strategis dalam kondisi saat ini. Hal ini disebut dengan analisis situasi, model yang paling popular disebut analisis SWOT.

Langkah Menyusun Analisis SWOT 1. Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Data yang berhubungan erat dengan studi dan objek penelitian. Data yang dikumpulkan dapat berupa data primer maupun sekunder.

Data primer didapat melalui beberapa metode. yaitu: a. Metode Pengamatan Langsung

Metode ini cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Cara mencatat pengamatan tidak mempunyai standar tertentu yang terpenting adalah fenomena dapat dicatat dan prilaku dapat diketahui dengan jelas.

b. Metode dengan menggunakan Pertanyaan - Kuesioner


(29)

Kuesioner adalah sebuah set pertanyaan yang secara logis berhubungan dengan masalah penelitian dimana yang menulis isiannya adalah responden.

- Wawancara

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara penanya dengan penjawab dengan menggunkan alat yang dinamakan paduan wawancara (interview guide)

2. Analisis

Analisis merupakan suatu proses yang dapat memberi makna pada data dalam memecahkan permasalahan penelitian dengan memperlihatkan hubungan-hubungan antara fenomena yang kemudian dibuat penafsiran-penafsiran terhadap hubungan antara fenomena yang terjadi (Nazir, 1988).

Tahapan analsis dalam SWOT adalah memanfaatkan semua data dan informasi dalam model-model kuantitatif perumusan strategi (Rangkuti, 2001). Analisis SWOT terlebih dahulu dilakukan pencermatan (scanning) yang pada hakekatnya merupakan pendataan dan pengidentifikasian sebagai pra analisis.

Model-model yang digunakan dalam analisis SWOT antara lain sebagai berikut : - IFAS – EFAS (internal - eksternal strategic factor analysis summary) - Matrik Space


(30)

Formulasi strategi mencakup berbagai aktivitas analisis, perencanaan, dan pemilihan strategi yang dapat meningkatkan kesempatan bagi perusahaan di dalam berupaya mencapai tujuan perusahaan, yang mana hal ini merupakan keterangan ilmiah dari Kusnaidi pada tahun 1999 (vVhavgoD, 2011).

2.3 Kerangka Pemikiran

Jagung merupakan salah satu komoditas yang penting dan perlu diperhatikan pembudidayaannya. Dalam hal ini, petani sebagai pelaku usaha tani sudah selayaknya menyadari bahwa jagung begitu diminati berbagai kalangan masyarakat terlebih karena manfaat dan keunggulannya. Jumlah permintaan jagung yang terus meningkat setiap tahunnya ternyata tidak diikuti dengan jumlah produksi yang seimbang. Untuk itu, perlu kiranya produksi jagung di tanah air lebih ditingkatkan.

Dalam penerapan usaha tani jagung jagung tentunya masalah-masalah pasti akan dihadapi petani. Masalah tersebut menyangkut faktor eksternal dan faktor internal, yaitu kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam usaha tani jagung. Sehingga dalam penentuan strategi peningkatan produksi jagung dapat digunakan analisis SWOT. Analisis tersebut menggunakan matrik SWOT dan matrik posisi untuk menentukan strategi dalam peningkatan produksi jagung.


(31)

Secara sistematis, kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

---

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian

Keterangan :

: Menyatakan hubungan

Faktor-faktor mempengaruhi produksi : 1.Luas Lahan 2.Modal Strategi

Produksi Jagung

Kekuatan Strenghs

(S)

Kelemahan Weaknesses

(W) Peluang

Opportunity yies (O)

Ancaman Threats

(T) Usahatani Jagung


(32)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive, yaitu Desa Kineppen, Kecamatan Munte, Kabupaten Karo.Berdasarkan pertimbangan bahwa daerah tersebut sangat representatif dari segi akses dan peluang untuk mendapatkan data yang diinginkan oleh peneliti. Selain itu, kondisi lingkungan di daerah ini cukup mendukung dalam memproduksi jagung.

Tabel 2. Luas dan Produksi Tanaman Jagung Menurut Kecamatan, Kabupaten Karo Tahun 2013

Kecamatan Luas Areal (Ha) Produksi (Ton) Produksi per Hektar (Kw/Ha)

Mardingding 10.554 64.559 61,18

Laubaleng 13.645 85.731 62,76

Tigabinanga 22.442 139.101 61,96

Juhar 6.251 39.086 62,24

Munte 11.519 72.143 62,37

Kutabuluh 6.419 39.728 61,89

Payung 494 3.001 60,51

Tiganderket 2.085 12.629 60,57

Simpang Empat 2.841 17.380 61,18

Naman Teran 358 2.204 61,56

Merdeka 0 6 0

Kabanjahe 533 3.272 61,39


(33)

Tigapanah 694 4250 61,24

Dolat Rakyat 123 748 60,85

Merek 2333 1425 61,15

Barus Jahe 153 927 60,19

Jumlah 78350 486283 161,98 Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Karo, 2012

Dari data diatas dapat dilihat bahwa Kecamatan Munte merupakan salah kecamatan dengan produksi jagung tertinggi setelah Tiga binanga dan Laubaleng. dan dari 22 desa yang ada di Kecamatan Munte, hanya ada 1 desa yang tidak menjadi penghasil jagung di Kecamatan Munte yaitu desa Merdeka. Data berikut merupakan data yang menunjukkan luas areal dan jumlah produksi tanaman menurut desa di Kecamatan Munte di Kabupaten Karo.

Tabel 3. Luas Areal dan Jumlah Produksi Jagung Menurut Desa/Kelurahan di Kecamatan Munte Kabupaten Karo Tahun 2011

Desa/ Kelurahan Jumlah

Produksi(Ton)

Sarimunte 1520

Kutambaru 2201

Gunung Saribu 1730

Kabantua 157

Guru Benua 2022

Barung Kersap 135

Biak Nampe 553

Tanjung Beringin 1917

Pertumbungan 4059


(34)

Munte 3766

Gunung Manumpak 1498

Selakkar 119

Sarinembah 5391

Singgamanik 5842

Nageri 1453

Kuta Suah 1048

Kineppen 1063

Buluh Naman 2995

Bandar Meriah 2359

Sukarame 809

Kuta Great 839

Total 44591

Sumber:Badan Pusat Statistik Kabupaten Karo, 2014

Dari data diatas dapat dilihat di Desa Kineppen merupakan salah satu desa dengan produksi rata-rata terendah. Hal ini menjadi acuan dalam menentukan daerah penelitian sehingga diharapkan di masa mendatang produksinya dapat lebih ditingkatkan lagi.

3.2 Metode Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah petani jagung di Desa Kineppen, Kecamatan Munte, Kabupaten Karo. Sampel adalah bagian dari populasi yang akan diteliti dan yang dianggap dapat menggambarkan populasi. Adapun besar sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan metode Slovin. Menurut Slovin dalam pengantar metode penelitian (Sevilla, 1993), besarnya sampel dapat diperoleh dengan rumus:


(35)

� =1 + ��2

Dimana :

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi d = Galat penduga (10%)

Jumlah populasi petani jagung di daerah penelitian adalah sebanyak 60 Orang. Maka didapat besar sampel penelitian sebagai berikut :

N n =

N (d)2+ 1 60 n =

60 (0,1)2 + 1 = 37 Orang

3.3 Metode Pengambilan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer yaitu berupa kuisioner diperoleh dari hasil wawancara pada petani jagung dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya. Data sekunder yaitu berupa data-data pendukung yang diperoleh dari instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, BPS Kabupaten Karo, dan instansi terkait lainnya, juga literatur buku dan media internet.


(36)

3.4 Metode Analisis Data

Untuk menyelesaikan masalah 1, digunakan analisis deskriptif dengan cara menggambarkan dan menjelaskan produksi kedelai di daerah penelitian dan membandingkannya dengan produksi kedelai di daerah lain yang juga merupakan sentra produksi kedelai.

Untuk masalah 2, 3 dan 4, digunakan metode analisis SWOT. Sesuai dengan teori yang telah dikemukakan, alat yang dipakai untuk menyusun faktor-fsktor strategis adalah matrik SWOT. Matrik ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.

Sebelum melakukan analisis data seperti diatas maka terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan model matrik faktor strategi internal dan matrik faktor strategi eksternal sebagai berikut :

Rating Kategori Faktor Internal Faktor Eksternal

4 Sangat Baik Kekuatan Peluang

3 Baik Kekuatan Peluang

2 Cukup Baik Kekuatan Peluang

1 Tidak Baik Kekuatan Peluang

-4 Sangat Baik Kelemahan Ancaman

-3 Baik Kelemahan Ancaman

-2 Cukup Baik Kelemahan Ancaman

-1 Tidak Baik Kelemahan Ancaman


(37)

Setiap faktor internal kekuatan dan faktor eksternal peluang diberi kategori sangat baik sampai tidak baik dan diberi rating mulai dari 4 untuk kategoti sangat baik sampai 1 untuk tidak baik. Sedangkan setiap faktor internal kelemahan dan faktor eksternal ancaman diberi rating mulai -4 untuk kategori sangat baik hingga -1 untuk kategori tidak baik.

Faktor Strategi

Faktor Strategi

Eksternal/Internal Rating Bobot

Skoring (Rating × Bobot) Kekuatan/Peluang

1. 2. 3. 4.

Total Bobot Kekuatan/Peluang 100 Kelemahan/Ancaman

1. 2. 3. 4.

Total Bobot Kelemahan/Ancaman 100 Selisih

Kekuatan-Peluang/Kelemahan-Ancaman

Berdasarkan tabel di atas, tahapan yang dilakukan dalam menentukan faktor strateginya adalah menentukan faktor-faktor yang menjadi kelemahan-kekuatan serta peluang-ancaman dalam kolom 1, lalu beri bobot masing-masing faktor tersebut yang jumlahnya tidak boleh melebihi total 100 pada kolom 2. Kemudian peringkatkan setiap faktor dari 4 (sangat baik) sampai 1 (tidak baik) dalam kolom


(38)

3berdasarkan respon petani terhadao faktor itu. Kamudian yang terakhir, kalikan setiap bobot faktor dengan rating untuk mendapatkan skoring dalam kolom 4. Setelah itu, hasil analisis pada tabel matrik faktor strategi internal dan faktor eksternal dipetakan pada matrik posisi.

3.5 Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran penelitian ini, maka perlu dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut :

Definisi

1. Petani jagung adalah orang yang melaksanakan dan mengelola usaha tani jagung.

2. Usahatani jagung adalah usahatani yang diusahakan oleh petani untuk memproduksi jagung.

3. Produksi jagung adalah jumlah hasil panen tanaman jagung (kg).

4. Faktor internal adalah faktor dalam usahatani jagung yang mempengaruhi peningkatan produksi jagung dilihat dari kekuatan dan kelemahan yang dimiliki usahatani.

5. Faktor eksternal adalah faktor luar dari usahatani yang mempengaruhi peningkatan produksi dilihat dari peluang dan ancaman yang dihadapi petani.

6. Kekuatan (Strength), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kekuatan dari usahatani dalam melakukan usahatani.

7. Kelemahan (Weakness), adalah situasi atau kondisi yang merupakan kelemahan dari usahatani dalam melakukan usahatani.


(39)

8. Kesempatan (Opportunity), adalah situasi atau kondisi yang merupakan peluang diluar usahatani dan memberikan kesempatan berkembang bagi usahatani dimasa depan.

9. Ancaman (Threat), adalah situasi atau kondisi yang merupakan ancaman bagi usahatani yang harus dihadapi namun datang dari luar usahatani dan dapat mengancam eksistensi usahatani di masa depan.

10.Strategi peningkatan produksi jagung adalah hal-hal yang dapat digunakan sebagai langkah untuk meningkatkan produksi jagung.

Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Desa Kineppen, Kecamatan Munte, Kabupaten Karo.

2. Sampel penelitian ini adalah para petani yang mengusahakan tanaman jagung di Desa Kineppen, Kecamatan Munte, Kabupaten Karo.


(40)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1KondisiGeografis

DesaKineppenterletak di KecamatanMunte, KabupatenKaro, Provinsi Sumatera Utara denganluaswilayah652Ha.JaraktempuhDesa Kineppen keIbukotaKecamatan Munte 8 Km dengan lama tempuh20menitdankeIbukotaKabupaten Karo 20 Km dengan waktu tempuh 35menit.

Desainimerupakandesadataranrendahdandesapersawahandenganhamparancukuplu aspadaketinggian50 m di ataspermukaanlautdenganbataswilayahsebagaiberikut :

- Sebelah Utara : DesaCimbang - Sebelah Selatan : DesaBisakNampe - SebelahTimur : Desa Bandar Meriah - Sebelah Barat : Desa Buluh Naman 4.2KeadaanPenduduk

JumlahpendudukDesa Kineppen adalah 1558 jiwadengan 450 KK. Jumlah penduduk lakilaki 736 orang dan jumlah perempuan 822 orang. Berikut komposisi penduduk berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada tabel berikut :


(41)

Tabel 4.DistribusiPendudukMenurut Tingkat Pendidikan di Desa Kineppen 2013

Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%) TK SD 256 182 16,4 11,6

SLTP 526 33,7

,SLTA 524 33,6

Diploma - -

Sarjana Magister 70 - 4,7 -

Total 1558 100

Sumber :Monografi Desa Kineppen, 2013

Pada Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan penduduk paling banyak adalah tamatan SLTP sebesar526 jiwa (33,7%). Hal ini karena masyarakat di desa tersebut lebih banyak memilih bekerja setelah tamat SLTP karena kesulitan ekonomi dan kurangnya sarana pendidikan di daerah tersebut. Sarana pendidikan yang lebih tinggi letaknya jauh dari tempat tinggal penduduk.Ditinjau dari sudut pendidikan, masyarakat Desa Kineppen telah mengikuti program pendidikan yang dianjurkan pemerintah. Ada penduduk di desa ini mampu menyelesaikan pendidikan hingga SLTA, beberapa diantaranya bahkan mencapai jenjang Sarjana.

4.3TataGunaLahan

Wilayah Desa Kineppen mempunyailuas yang fungsinyadibagimenjadi areal

persawahan, pemukiman,


(42)

Tabel5.PenggunaanLahan di DesaKineppen 2013 Jenis Penggunaan Lahan Luas Lahan

(Ha)

Persentase (%)

Luas Persawahan 10 2,17

Luas Pemukiman 151 32,8

Luas Perkebunan 186 40,4

Luas Pekuburan 1 0,2

Luas Pekarangan 102 22,17

Perkantoran 0,1 0.02

Lain lain 9,9 2,15

Total 460 100

Sumber: Monografi Desa Tahun 2013

BerdasarkanTabel 7dapatdiketahuibahwapenggunaanlahan yang dominanadapada areal perkebunan sebesar186 Ha (40,4%) dari seluruh lahan. Sedangkan luas lahan terkecil digunakan pada areal perkantoran.

4.4SaranadanPrasarana

Sarana dan prasarana yang ada di desa sangat dibutuhkan demi perkembangan dan kemajuan masyarakat di desa tersebut. Sarana dan prasarana yang ada di Desa Stabat Lama Barat dapat dilihat pada tabel 6.


(43)

Tabel 6.SaranadanPrasarana di Desa Kineppen 2013

Fasilitas Sarana & Prasarana Jumlah

Pendidikan TK/Paud 1 unit

SD/Sederajat 2 unit

SLTP/Sederajat 1 unit

SLTA/Sederajat -

Lembaga Pendidikan Agama 3 unit

Kesehatan Puskesmas Pembantu 1 unit

Posyandu 1 unit

Peribadahan Mesjid 4 unit

Musholla 9 unit

Transportasi Jalan 21 km

Jembatan 6 unit

Sumber :Monografi Desa Kineppen 2013

Berdasarkan Tabel 8. Diatas dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana di daerah penelitian terdiri dari fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas peribadahan dan transportasi. Fasilitas pendidikan yang jumlahnya terbatas menyebabkan tingkat pendidikan yang ditempuh masyarakat di desa penelitian cukup rendah, belum lagi lokasinya yang cukup jauh dan memerlukan waktu yang cukup lama untuk menjangkaunya. Kondisi jalan di desa tersebut juga belum rata. Fasilitas kesehatan letaknya terpisah sehingga untuk menjangkaunya tidak terlau sulit. 4.5 Karakteristik Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah petani jagung di DesaKineppen, Kecamatan Munte, Kabupaten Karo. Karakteristik petani sampel yang diteliti meliputi Umur, Pendidikan, Lama berusahatani dengan deskripsi sebagai berikut.


(44)

Tabel 7. Karakteristik Petani DesaKineppen, Kecamatan Munte, Kabupaten Karo2013

No Uraian Range

1 Umur (Tahun) 30-63 tahun

2 Pendidikan (Tahun) 6-12 tahun

3 Lamanya Berusahatani (Tahun) 1-20 tahun Sumber : Data Diolah dari Lampiran 1

Umur

Umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan petani dalam melakukan kegiatan usahataninya. Semakin tua umur petani maka kemampuan untuk melakukan kegiatan usahataninya cenderung semakin menurun dan mempengaruhi jumlah produksi usahataninya karena kegiatan usahatani banyak mengandalkan kegiatan fisik. Keadaan umur sampel di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 8. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur No. Kelompok Umur

(Tahun)

Besar Sampel (Jiwa)

Besar Sampel (%)

1 30 – 39 4 10,81

2 40 – 49 12 32,43

3 50 – 59 14 37,83

4 ≥ 60 7 18,91

Jumlah 37 100

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 1

Dari tabel 10 diatas dapat dilihat bahwa umur petani yang terbesar berada di kisaran 50 -59 tahun. Hal ini karena petani tersebut merupakan buruh tani di usia


(45)

muda dan belum memiliki lahan sendiri sehingga menjadi buruh tani unutk mencari modal berusahatani.

Pendidikan

Pendidikan erat hubungannya dengan pengetahuan terhadap cara cara bertani baik dari segi manfaat ataupun kualitasnya. Pendidikan sampel dilokasi penelitian bervariasi mulai dari tingkat SD (Sekolah Dasar) sampai SMA (Sekolah Menegah Atas). Tingkat pendidikan petani jagung di Desa Kineppen dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 9. Distribusi Sampel Berdasarkan Pendidikan No Tingkat Pendidikan Besar Sampel

(Jiwa)

Besar Sampel (%)

1 SD 20 54,05

2 SMP 7 18,91

3 SMA 10 27,02

Jumlah 37 100

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 1

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan petani di daerah penelitian bervariasi dimana yuang terbanyak tikngkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) yaitu 54,05 %. Hal ini karena petani sampel di daerah penelitian mengalami kesulitan ekonomi untuk menempuh pendidikan dan fasilitas pendidikan belum sebanyak sekarang. Untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi, harus ditempuh jarak yang cukup jauh karena letak sarana pendidikannya berada di ibukota kabupaten.


(46)

Pengalaman Bertani

Pengalaman bertani merupakan kondisi yang menyangkut lamanya usahatani yang telah dilakukan. Hal ini menentukan kemampuan petani dalam mengelola usahataninya. Semakin lama pengalaman petani yang dimiliki petani maka petani cenderung semakin baik dalam mengelola usahataninya. Berikut ini adalah pengalaman bertani petani jagung di Desa Kineppen :

Tabel 10. Distribusi Sampel Berdasarkan Pengalaman Bertani No Lama Berusahatani Besar Sampel

(Jiwa)

Besar Sampel (%) 1

2

1 – 5 tahun 6 - 10 tahun

17 11

45,9 29,72

3 > 10 tahun 9 24,32

Jumlah 37 100

Sumber : Data diolah dari lampiran 1

Berdasarkan tabel 12 diketahui bahwa karakteristik petani sampel berdasarkan pengalaman bertani yang terbanyak berada pada kisaran 1-5 tahun. Hal ini karena petani lebih banyak menjadi buruh tani untuk mencari modal dan menafkahi keluarganya. Selain itu, bantuan pemerintah yang mulai terkucur dalam 5 tahun terakhir menyebabkan petani lebih banyak yang memiliki pengalaman bertani dalam 5 tahun terakhir.


(47)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman dalam Peningkatan Produksi Jagung

Kekuatan dalam Peningkatan Produksi Jagung

Adapun kekuatan dalam peningkatan produksi jagung di daerah penelitian adalah sebagai berikut:

1. Potensi Alam yang mendukung

Dalam usaha tani jagung, diperlukan penyiraman yang baik, hal itu terbantu dengan letak daerah penelitian yang berada di dataran tinggi yang curah hujannya sangat baik,sehingga petani di daerah penelitian tidak memiliki kendala dalam memperoleh ketersediaan air untuk tanaman jagung dan menjadi kekuatan dalam produksi jagung.

2. Kesuburan Lahan yang sesuai

Pertumbuhan tanaman jagung tidak memerlukan lahan yang khusus agar dia bertumbuh dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani jagung di daerah penelitian, tingkat kesuburan lahan dan kesesuaiannya m.emang cocok untuk pertanaman jagung. Dari dulu jagung di daerah tersebut sudah dibudidayakan karena memang dianggap sesuai. Maka, kesesuaian lahan dan kesuburannya dijadikan sebagai kekuatan dalam peningkatan produksi jagung.


(48)

3. Ketersediaan tenaga kerja dalam Memproduksi Jagung

Didalam usaha tani jagung diperlukan tenaga kerja yang mempunyai kemauan dan pengalaman serta handal dalam melakukan proses tersebut. Penentuan tenaga kerja yang tepat dapat menjamin keberlangsungan proses produksi yang baik sehingga hasil produksi dapat mempertahankan kualitasnya dan diupayakan meningkat kuantitasnya. Penetapan tenaga kerja yang tidak terstruktur (asal-asalan) menyebabkan meningkatnya resiko gagal panen dan penurunan kualitas, hal ini akan berpengaruh pada kelangsungan hidup petani dan usahataninya. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani jagung di daerah penelitian, sumber daya manusia di daerah penelitian sudah terstuktur dan tidak kekurangan tenaga kerja. Petani mau dan mampu mengerjakan upaya produksi jagung. Dengan demikian, sumber daya manusia dalam memproduksi jagung merupakan kekuatan dalam meningkatkan produksi jagung.

.4. Modal yang Digunakan Petani

Setiap usahatani pasti memerlukan modal untuk biaya investasi dan produksi. Modal usaha dapat berasal dari modal sendiri, modal keluarga ataupun pinjaman dari lembaga keuangan/bank.Lembaga keuangan memang sangat dibutuhkan oleh dunia usaha agribisnis, terutama bagi usahatani kecil yang biasanya membutuhkan modal tambahan sebagai modal investasi dan modal produksi.

Di daerah penelitian modal merupakan kekuatan dalam menjalankan usahataninya. Hal ini karena perusahaan usahatani jagung tidak memerlukan modal yang besar untuk melakukan proses produksi dan rata-rata modal yang digunakan untuk mendirikan usaha adalah modal pribadi.


(49)

Kelemahan dalam Peningkatan Produksi Jagung

Adapun kelemahan dalam peningkatan produksi jagung di daerah penelitian adalah :

1. Teknologi yang Digunakan Petani Masih Sederhana

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani di daerah penelitian, petani masih menggunakan teknologi yang sederhana. Jumlah petani yang mulai memakai teknologi yang sudah maju sangat kecil. Kurangnya biaya dan kecilnya perhatian pemerintah terhadap petani menjadi alasan utama masih minimya penggunaan tehnologi terhadap usaha tani jagung.

Penggunaan teknologi yang masih sederhana dianggap sebagai kelemahan dalam meningkatkan produksi jagung. Padahal dengan menggunakan teknologi yang maju ataupun sesuai dengan perkembangan teknologi sekarang, produksi jagung dapat ditingkatkan dan mempermudah pekerjaan petani dalam melakukakn proses produksi jagung.

2. Penggunaan Sarana Produksi yang masih kurang

Pada usaha tani jagung sering mengalami kendala,salah satunya adalah penggunaan sarana produksi Beberapa sarana produksi memang diberikan subsidi oleh pemerintah, namun beberapa petani terlalu berpatokan pada jumlah yang diberikan pemerintah. Akibatnya hasil produksi yang dihasilkan masih kurang memuaskan. Petani lain mengeluh karena harus menambah biaya tambahan untuk membeli saran produksi karena lebih memntingkan kebutuhan lahan


(50)

usahataninya. Hal ini menjadi kelemahan karena peningkatan produksi jagung menjadi terhambat.

3. Pencatatan biaya usaha tani yang belum dilakukan.

Pencatatan biaya usaha tani dalam berusahatani merupakan faktor yang sangat pentingdalam usaha tani jagung, itu dimaksudkan agar petani sebagai pengusaha lebih teliti dalam mengetahui kondisi usahataninya dengan mencatat segala yang diperlukan dalam menjalankan proses produksi mulai dari awal penanaman sampai panen. Dengan melakukan fungsi-fungsi manajemen dalam berusahatani, maka petani dapat dapat mengambil langkah-langkah yang diangggap perlu untuk menjaga keberlangsungan usahataninya sehingga petani dapat mengetahui apakah usahatani yang dijalankan memberikan keuntungan atau tidak.

Berdasarkan wawancara dengan petani di daerh penelitian, para petani belum melakukan manajemen yang baik dalam usahataninya. Petani cenderung melakukan usahatani tanpa melakukan fungsi-fungsi manajemen yang baik mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan hingga ke pengontrolan. Tidak ada catatan yang baik mengenai proses produksi yang dijalankan dalam berusahatani, sehingga sistem manajemen dalam berusahatani dianggap sebagai kelemahan dalam berusahatani.

4. Penyediaan bibit jagung

Untuk usaha tani jagung diperlukan penggunaan benih yang unggul untuk menjamin kualitas mutu hasil panen kelak. Benih yang unggul didapat dari lembaga yang memang berkompeten dalam penyediaan benih sehingga memperoleh sertifikat.


(51)

Di daerah penelitian penyediaan benih bersertifikat merupakan kekuatan dalam menjalankan usahatani jagung. Hal ini dikarenakan petani di daerah penelitian tidak kesulitan mendapatkan benih yang unggul dan bersertifikat dalam menjalankan usahatani mereka. Berdasarkan hasil wawancara dengan para petani, jagung, penyediaan benih yang bersertifikat di daerah penelitian sudah terpenuhi dengan baik, dimana kelompok tani dan gabungan kelompok tani di daerah tersebut merupakan wadah dalam penyediaan benih jagung yang bersertifikat. Peluang dalam Peningkatan Produksi Jagung

1. Adanya Kelompok Tani yang mendukung

Organisasi petani yang tergabung dalam Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani di daerah penelitian dijadikan petani sebagai tempat berbagi tentang segala hal yang dialami dalam menjalankan usahataninya. Permasalahan yang dihadapi dimusyawarahkan dan dicari solusinya melalui pertemuan antar sesama anggota kelompok yang diadakan secara berkala oleh pengurus anggota kelompok tani. Kelompok tani didaerah penelitian juga dijadikan sebagai jembatan penghubung antara pemerintah dan petani dalam upaya meningkatkan hasil produksi petani. Hal ini menurut petani dianggap sebagai peluang sehingga petani ikut serta dan berperan aktif dalam produksinya.

2.Jarak distribusi hasil Produksi.

Pendistribusian jagung sangatlah mudah, karena jarak yang ditempuh tergolong dekat disebabkan rata – rata para petani menyalurkan hasil produksi ke kota Medan yang hanya berjarak 30 km, sehingga membantu kelancaran penyaluran hasil produksi.


(52)

3. Permintaan Jagung

Jagung merupakan salah satu produk yang banyak diminati masyarakat selain karena mudah didapat, harganya pun terjangkau. Tingkat konsumsi masyarakat terhadap jagung meningkat dari tahun ke tahun sehingga menyebabkan permintaan jagung pun ikut meningkat, disamping itu juga ada permintaan yang cukup besar dari Industri pembuat pakan yang membuat jumlah permintaan jagung meningkat.

Ancaman dalam Peningkatan Produksi Jagung

1. Penyuluhan Jagung yang Masih Kurang

Sistem penyuluhan di daerah penelitian belum berjalan dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara dengan petani di daerah penelitian, penyuluhan di daerah penelitian masih sangatlah minim. Hal ini karena petugas penyuluh lapangan (PPL) jarang melakukan pendekatan-pendekatan terhadap petani terkait usahatani jagung yang dijalankannya. Petugas penyuluh masih kurang memiliki program yang dapat membantu petani dalam meningkatkan produksi jagungnya. Menurut para petani, PPL terkesan kaku dan terlalu berpatokan pada instruksi dan program dari pemerintah daerah. PPL hanya terjun ke petani saat ada program dari pemerintah terkait usahatani jagung namun tidak memahami kondisi petani di lapangan dan memberi solusi atas permasalahan yang dihadapi petani di daerah penelitian.


(53)

2. Masuknya Jagung Impor

Jagung impor dirasakan petani di daerah penelitian sebagai kendala dalam meningkatkan produksi jagung. Pasalnya, petanni kurang percaya diri dan menganggap kualitas produksi jagung lokal tidak dapat bersaing dengan kualitas impor. Petani berpendapat bahwa industri besar lebih memilih menggunakan jagung impor yang pasokannya lebih banyak daripada mengharapkan hasil produksi jagung lokal yang pasokannya tidak jelas. Berdasarkan pengamatan di daerah penelitian banyak petani yang mengurangi luas tanaman jagungnya ataupun beralih menanam padi dan holtikultura lainnya daripada jagung karena menurut petani pemerintah lebih menyukai impor jagung daripada berusaha meningkatkan produksi jagung lokal.

3. Perubahan Iklim dan Cuaca Akibat Pemanasan Global

Beberapa tahun belakangan ini dirasakan petani di daerah penelitian perubahan iklim dan cuaca yang membuat petani bingung untuk memulai pertanaman jagung. Musim kemarau dan musim hujan tak dapat lagi diketahui petani kapan mulainya. Akibatnya, pertanaman jagung sering mengalami kegagalan dan pertumbuhannya terganggu. Berdasarkan pengamatan di daerah penelitian, banyak tanaman jagung yang kekeringan dan kekurangan air. Jika terlihat tanaman jagung, pertumbuhannya pun terlihat tidak bagus. Menurut petani, di musim hujan pertanaman jagung pun mengalami gangguan. Kondisi hujan yang sulit diprediksi terkadang menyebabkan lahan menjadi kelebihan air dan membuat akar tanaman jagung busuk. Hal ini menjadi ancaman bagi petani dalam meningkatkan produksi jagung di daerah penelitian.


(54)

4. Kurang Mengakses Informsi Pasar Melalui SINGOSARI

Dewasa ini, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi berkembang dengan pesat. Perkembangannya pun sampai ke sektor pertanian seperti teknologi sistem pengolahan dan pemasaran hasil pertanian (SINGOSARI) yang dapat diakses melalui internet dan telepon genggam. Jika petani dapat mengakses teknologi tersebut, maka petani dapat belajar dan mengetahui berbagai informasi yang dibutuhkan untuk mengembangkan dan meningkatkan produksi usahataninya. Namun berdasarkan wawancara dengan petani di daerah penelitian, banyak petani tidak dapat mengikuti perkembangan teknologi tersebut. Hal ini tentu menjadi ancaman karena petani bisa terlambat mengetahui perkembangan informasi yang mereka perlukan untuk meningkatkan produksi usahataninya, terutama mengenai jagung.

5. Serangan Hama dan Penyakit

Tanaman jagung memang rentan terhadap penyakit. Perlu perlakuan lebih untuk dapat mencegah dan mengatasi serangan hama dan penyakit pada tanaman ini. Di daerah penelitian, petani memang sudah mampu mengatasi penyakit selama ini dengan bantuan subsidi pestisida dari pemerintah. Namun seiring perubahan iklim dan cuaca, hama dan penyakit lain menjadi masalah baru bagi petani dalam meningkatkan produksi jagungnya. Hal ini menurut petani menjadi acaman karena petani belum menerima informasi dan teknik mengatasinya.


(55)

6. Ketersediaan Kios Sarana Produksi (Kios Saprodi)

Kios sarana produksi (kios saprodi) merupakan tempat dimana petani dapat membeli dan memperoleh segala yang dibutuhkan unutk melakukan proses produksi jagung mulai dari benih, pupuk, pestisida dan alat-alat pertanian. Di daerah penelitian, berdasarkan wawancara dan pengamatan di lapngan, tidak tersedia kios saprodi tersebut. Petani di daerah penelitian harus menempuh jarak puluhan kilometer ke ibukota kabupaten untuk mendapatkan kios yang hampir sama. Hal ini diakui petani sebagai ancaman dimana mereka menjadi kesulitan dan mendapatkan kendala dalam meningkatkan produksi jagungnya.

5.2 Strategi Peningkatan Produksi Jagung

Setiap usahatani tentunya mengahdapi masalah-masalah dalam menjalani proses produksi. Namun masalah-masalah dalam menghadapi tujuan tersebut harus dapat menentukan strategi peningkatan produksi yang tepat agar mampu menempatkan diri pada posisi yang menguntungkan. Dalam menetapkan strategi peningkatan produksi yang tepat bagi petani sebagai pelaku usahatani, dilakukan identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang memberikan dampak bagi pelaku usahatani. Melalui faktor internal dapat diketahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki petani untuk meningkatkan kemampuan petani dalam melakukan proses produksi usahatani. Sedangkan melalui faktor-faktor eksternal dapat diketahui usahatani dapat berubah setiap saat dengan cepat yang melahirkan berbagai peluang dan ancaman.


(56)

Tabel 11. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Peningkatan Produksi Jagung

Faktor-Faktor Parameter Faktor Internal

1. Kekuatan a. Potensi Alam yang Mendukung b. Kesuburan Lahan yang Sesuai

c. Ketersediaan tenaga kerja dalam memproduksi jagung d. Modal yang digunakan petani

e. Luas lahan yang diusahakan

2. Kelemahan a. Teknologi yang digunakan Petani masih sederhana b. Penggunaan sarana produksi yang masih kurang c. Tidak adanya pencatatan usaha tani.

d. Penyediaan Bibit Jagung Faktor Eksternal

1. Peluang a. Adanya Kelompok tani yang mendukung b. Jarak distribusi hasil jagung

c. Permintaan jagung 2. Ancaman a. Sistem Penyuluhan

b. Masuknya Jagung Impor c. Perubahan Iklim ddan Cuaca

d. Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi e. Serangan Hama dan Penyakit

f. Ketersediaan Kios Sarana Produksi (Kios Saprodi) Sumber : Analisis Data Primer


(57)

Berdasarkan hasil wawancara dan pengolahan data yang diperoleh dari petani jagung di daerah penelitian, dapat dilihat faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang mempengaruhi peningkatan produksi jagung seperti pada tabel 13.

Setelah diketahui faktor-faktor internal dan eksternal dalam peningkatan produksi jagung di daerah penelitian, tahap selanjutnya adalah tahap pengumpulan data. Model yang digunakan adalah Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS) dan Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS).

Hasil identifikasi faktor-faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan, rating dan pembobotan dipindahkan ke tabel matriks IFAS untuk diberi skoring (rating x bobot) seperti pada tabel berikut:


(58)

Tabel 12. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS)

Faktor-Faktor Strategi Internal Rating Bobot Skor Strength (Kekuatan)

1. Potensi Alam yang mendukung 4 11,11 44,44 2. Kesuburan lahan yang sesuai 3 8,33 24,99 3. Ketersediaan tenaga kerja 4 11,11 44,44

4. Modal yang digunakan petani 3 8,33 24,99

5. Luas lahan yang disesuaikan 4 11,11 44,44

Weakness (Kelemahan)

1. Teknologi yang Digunakan 2 10 20 Petani Sedeerhana

2. Penggunaan sarana produksi 3 15 45

3. Pencatatan biaya usaha tani 3 15 45

4. Penyediaan bibit jagung 2 10 20

TOTAL 28 50 313,12

Sumber : Analisis Data Primer

Selanjutnya, hasil identifikasi faktor-faktor eksternal yang merupakan peluang dari ancaman juga dilakukan pemberian rating dan bobot. Rating dan pembobotan dipindahkan ke tabel matriks EFAS untuk di beri skoring (rating x bobot) seperti pada tabel berikut :


(59)

Tabel 13. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Eksternal (EFAS)

Faktor- Faktor Strategi Eksternal Peluang Bobot Skor Oppurtunity (Peluang)

1. Adanya Kelompok Tani yang mendukung 4 18,8 75,2 2. Jarak distibusi hasil produksi 3 13,63 40,90

3. Permintaan Jagung 4 18,8 75,2

Threats (Ancaman)

1. Penyuluhan jagung yang masih kurang 1 10 10

2. Masuknya Jagung Impor 3 30 90

3. Perubahan Iklim dan Cuaca 2 20 40

4. Perkembangan Teknologi Informasi 2 20 40

dan Komunikasi

5. Serangan Hama dan Penyakit 1 10 10

6. Ketersediaan Kios Sarana Produksi 1 10 10

TOTAL 21 100 391,3

Sumber : Analisis Data Primer

Setelah dilakukan pemindahan rating dan bobot untuk tabel matrik EFAS, selanjutnya dilakukan penggabungan antara faktor strategis internal dan faktor strategis eksternal. Adapun penggabungan keduanya akan ditampilkan dengan menghitung bobot dari tiap faktor dikalikan dengan rating dari tiap faktor yang kemudian menghasilkan skor seperti pada tabel 16 di bawah ini :


(60)

Tabel 14. Penggabungan Matriks Evaluasi Faktor Strategis Internal dan Eksternal Peningkatan Produksi Jagung

Faktor-Faktor Strategi Internal Rating Bobot Skor Strength (Kekuatan)

1. Potensi alam yang mendukung 4 11,11 44,44

2. Tingkat Kesuburan Lahan 3 8,33 24,99 3. Sumber Daya Manusia dalam 4 11,11 44,44

Memproduksi Jagung

4. Luas lahan yang disesuaikan 4 11,11 44,44

5. Modal yang Digunakan Petani 3 8,33 24,99

Total Skor Kekuatan 18 50 183,21

Weakness (Kelemahan)

1. Teknologi yang Digunakan Sederhana 2 10 20 2. Sarana produksi yang kurang 3 15 45

3. Tidak adanya pencatatan usaha tani 3 15 45

4. Penyediaan bibit jagung 2 10 20

Total Skor Kelemahan 10 50 130


(61)

Faktor- Faktor Strategi Eksternal Peluang Bobot Skor Oppurtunity (Peluang)

1. Adanya kelompok tani yang mendukung 4 18,8 75,2 2. Jarak distibusi hasil produksi 3 13,63 40,90

3. Permintaan jagung 4 18,8 75,2

Total Skor Peluang 11 50 191,3

Threats (Ancaman)

1. Sistem Penyuluhan 1 5 5

2. Masuknya Jagung Impor 3 15 45

3. Perubahan Iklim dan Cuaca 2 10 20 4. Perkembangan Teknologi Informasi 2 10 20

dan Komunikasi

5. Serangan Hama dan Penyakit 1 5 5

6. Ketersediaan Kios Sarana Produksi 1 5 5

Total Skor Ancaman 10 50 100

Selisih (Peluang-Ancaman) 91,3

Sumber : Analisis Data Primer

Tabel 16 menunjukkan bahwa selisih faktor strategis internal (kekuatan – kelemahan) adalah sebesar 91,3 yang artinya pengaruh kekuatan lebih besar dibandingkan pengaruh kelemahan pada peningkatan produksi jagung daerah penelitian. Sedangkan selisih faktor strategis eksternal (peluang – ancaman)


(62)

sebesar 100 yang artinya pengaruh peluang lebih besar dibandingkan pengaruh ancaman pada peningkatan produksi jagung di daerah penelitian.

Berdasarkan penggabungan matriks evaluasi faktor internal dan eksternal tersebut, maka dapat diketahui posisi strategi peningkatan produksi jagung di Desa Kineppen, Kecamatan Munte, Kabupaten Karo. Posisi strategis peningkatan produksi dianalisis menggunakan matriks posisi, sehingga akan menghasilkan titik koordinat (x,y). Nilai x diperoleh dari selisih faktor internal (kekuatan – kelemahan) dan nilai y diperoleh dari selisih faktor eksternal (peluang – ancaman). Posisi titik koordinatnya dapat dilihat sebagai berikut :

Y (+) 100

Kuadran III Kuadran I

Strategi Turn Around Strategi Agresif

X (-) 59,12 X (+)

Kuadran IV Kuadran II

Strategi Defensif Startegi Diversifikasi Y (-)

Gambar 3. Matriks Posisi Strategi Peningkatan Produksi Jagung

F A K T O R I N T E R N A L FAKTOR EKSTERNAL


(63)

Peningkatan produksi jagung di Desa Kineppen, KecamatanMunte Kabupaten Karo berada pada posisi yang menguntungkan. Posisi usahatani tersebut berada di kuadran I, artinya posisi ini menandakan bahwa usahatani tersebut tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang untuk meningkatkan produksi jagung. Untuk itu, maka strategi yang harus diterapkan dalam kondisi yang demikian adalahmendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth Oriented Strategy).

Penentuan alternatif dapat dilakukan dengan beberapa alternatif strategi bagi peningkatan produksi jagung yang sesuai dengan cara membuat matriks SWOT. Matriks SWOT ini dibangun berdasarkan faktor-faktor strategi baik internal (kekuatan-kelemahan) maupun eksternal (peluang-ancaman).

Setelah mengetahui hasil pada gambar 3 diatas, perlu dilakukan analisis dengan menyusun faktor-faktor strategis dalam matriks SWOT. Matriks ini menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategis yaitu strategi SO (Strengths-Oppurtunities), strategi ST (Strengths-Threats), strategi WO (Weaknesses-Oppurtunities) dan strategi WT (Weaknesses-Threats).


(64)

Tabel 15. Matriks SWOT

INTERNAL

EKSTERNAL

KEKUATAN (S) 1. Potensi Alam yang

mendukung (S1)

2. Tin gkatKesuburan lahan yg sesuai (S2)

3. Sumber daya manusia dalam memproduksi jagung (S3)

4. Luas lahan yang disesuaikan (S4)

5. Modal yang digunakan petani (S5)

KELEMAHAN (W)

1. Teknologi yang digunakan petani masih sederhana(W1)

2. Penggunaan sarana produksi yang masih kurang(W2)

3. Tidak adanya pencatatan usahatani (W3)

4. Penyediaan bibit jagung (W4)

PELUANG (O)

1. Adanya kelompok tani yang mendukung (O1) 2. Jarak distribusi hasil

jagung (O2) 3. Permintaan jagung

(O3)

STRATEGI SO

1. Memanfaatkan kondisi alam terutama curah hujan dalam proses pertumbuhan jagung (S1,O3)

2.Memanfaatkan tingkat kesuburan lahan dengan meningkatkan produksi jagung..

(S2,S4,O1,O2,O5) 3. Meningkatkan kualitas

sumber daya manusia denganmengikuti anjuran pemerintah dan menjadi anggota kelompok tani. (S3,O1)

STRATEGI WO

1. Melakukan pelatihan untuk meningkatkan jumlah produksi jagung (W1,W3,W4,O3,O4) 2. Memanfaatkan permintaaan dan

harga jual jagung dengan melakukan intensifikasi pertanian (W1,W3,W5,O2,O5)

3. Menjalin kerja sama dengan anggota kelompok tani untuk membentuk sistem manajemen usahatani yang lebih baik. (W4,O4)


(65)

ANCAMAN (T) 1. Sistem penyuluhan

(T1)

2. Masuknya jagung impor(T2)

3. Perubahan iklim dan cuaca(T3)

4. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi(T4) 5. Serangan hama dan

penyakit(T5) 6. Ketersediaan kios

sarana produksi(T6)

STRATEGI ST

1. Meningkatkan kemandirian petani dalam berusahatani jagung. (S3,S4,S5,T1,T3) 2. Memanfaatkan kualitas

SDM yang dimiliki petani untuk dapat mengatasi serangan hama penyakit . (S3,T3,T5)

STRATEGI WT

1. Melakukan pengurangan luasan lahan demi menghindari kegagalan panen. (W5,T3,T5)

2. Mencari informasi dari penyluh dan alat komunikasi yang dapat memberikan harapan untuk berusahatani menjadi lebih baik. (W4,T4)

Keempat berbagai kemungkinan strategi di atas tidak digunakan seluruhnya dalam peningkatan produksi jagung di daerah penelitian melainkan disesuaikan dengan posisi yang telah diketahui dalam matriks posisi SWOT. Di daerah penelitian, posisi usahatani jagung dalam meningkatkan produksinya berada di kuadran I, sehingga strategi yang tepat digunakan dalam posisi tersebut adalah strategi agresif.

Strategi agresif merupakan strategi yang fokus pada strategi SO (Strenghts-Oppurtunities) yaitu menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang. Sehingga strategi-strategi yang tepat digunakan untuk usahatani jagung dalam meningkatkan produksi di daerah penelitian adalah :


(66)

Potensi Alam yang mendukung yang dimaksudkan disini adalah di daerah penelitan terdapat banyak kelompok tani khususnya dalam produksi jagung,sehingga segala permasalahan produksi baik itu modal, transportasi, sumber tenaga kerja, dan juga keadaan stabilitas harga jagung menjadi tanggung jawab yang diselesaikan bersama-sama, sehingga dengan kurangnya perhatian pemerintah kendala tersebut dapat tertutupi dengan adanya kelompok tani.

2. Tingkat kesuburan lahan yang sesuai. (S2,S4,O1,O2,O5)

Tingginya permintaan jagung merupakan peluang bagi petani jagung untuk meningkatkan produksinya . Kesuburan lahan yang mendukung harus dimanfatkan sebaik-baiknya untuk memperoleh hasil produksi yang maksimal. Selain itu, pemanfaatan lahan-lahan pertanian yang bera pasca panen padi juga perlu dilakukan agar lahan tidak terbiarkan kosong begitu saja. Di daerah penelitian banyak lahan yang masih bera pasca panen padi, hal ini tentunya jangan dibiarkan terus menerus dan diupayakan agar lahan tersebut tetap produktif. Dengan demikian, produksi jagung di daerah penelitian dapat meningkat dan permintaan jagung dapat terpenuhi dengan baik.

3. Sumberdaya manusia dalam memproduksi (S3,O4)

Setiap petani pasti memiliki kelebihan masing-masing dalam berusahatani sesuai dengan pengetahuan dan pengalamannya. Untuk itu, kelebihan-kelebihan tersebut perlu dipersatukan dalam wadah kelompok tani sehingga petani mampu berbagi dan bersama-sama meningkatkan produksi jagungnya. Kelompok tani yang mampu menjadi penghubung petani dengan pasar dan pemerintah selayaknya diaktifkan pengorganisasiannya agar memberi manfaat yang dapat dirasakan petani.


(67)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Faktor internal dalam peningkatan produksi jagung di daerah penelitian terdiri dari kekuatan dan kelemahan. Kekuatan dalampeningkatan produksi jagung di daerahpenelitianadalahPotensiAlam yang mendukung, kesuburanlahan yang sesuai,ketersediaantenagakerja yang mendukung dan modal yang digunakan petani Kelemahandalam peningkatan produksi jagung di daerahpenelitianadalahteknologi yang digunakan petani masih sederhana, penggunaan sarana produksi yang masih kurang, pencatatan biaya usaha tani dan kurangnya penyediaan bibit jagung dalam berusahatani.

2. Faktor eksternal dalam peningkatan produksi di daerah penelitian terdiri dari peluang dan ancaman. Peluang dalam peningkatan produksi jagung di daerah penelitian adalahadanya kelompoktani yang mendukung, jarakdistribusihasilproduksidanpermintaanjagung, keikutsertaan petani dalam anggota kelompok tani dan permintaan jagung. Ancaman dalam peningkatan produksi jagung di daerah penelitian adalah sistem penyuluhan, masuknya jagung impor, perubahan iklim dan cuaca, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, serangan hama dan penyakit serta ketersediaan kios sarana produksi.

3. Strategi yang diperolehuntukmeningkatkanproduksi jagung di daerah penelitian adalah strategi agresif atau strategi SO (Strengths – Oppurtunities)


(1)

DAFTAR PUSTAKA

Adiwarman A. Karim,Bank Islam; AnalisisFiqhdanKeuangan,Raja GrafindoPersada, Jakarta, 2010

Husodo, dkk. 2004. MembangunKemandirianPangan :SuatuKebutuhanBagi Indonesia, Negara BerpendudukBanyakDenganPotensiPangan Yang Besar, PT TemaBaru Jakarta

Khalik, R.S. 2010. Diversifikasikonsumsipangan di Indonesia: antaraharapandankenyataan. Pusatanalisis social ekonomidankebijakanpertanian. Bogor

Nazir. 1988.MetodePenelitian.Ghalia Indonesia. Jakarta.

Nini. 2010. Analisis SWOT. http://euforia-arisam.blogspot.com/2010/12/analisis-swot.html

PemerintahPropinsi Sumatera Utara. 2007. ImporJagung. PemerintahPropinsi Sumatera Utara. Medan

Prasaja.2012.PetaniSumutSesalkanPemerintahSetujuImporJagung.www.Kemend ag.go.id

Purwonodan Hartono, R. 2011 BertanamJagungUnggul.PenebarSwadaya. Jakarta

Rangkuti, Freddy. 2001. AnalisisSWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Rukmana,R, 2008. UsahataniJagung. Kanisius, Yogyakarta. Sihotang, M. 2012. HargaSumutAnjlok. www.bisnis-sumatera.com


(2)

Tim KaryaTaniMandiri, 2010. PedomanBertanamJagung. NuansaAulia, Bandung.

vVhavgoD.2011. Analisis SWOT. http://vvhavgod.blogspot.com/2011/02/analisis-swot.html


(3)

LAMPIRAN

Lampiran Faktor – Faktor Internal : - Strength

IFAS

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Strength

Potensi Alam yang Mendukung 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 3 Kesuburan lahan yang sesuai 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 4 3 Ketesediaan tenaga kerja 4 4 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 Modal yang digunakan Petani 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 Luas lahan yang disesuaikan 4 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3

Strength

21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 Total Potensi Alam yang Mendukung 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3.810810811

Kesuburan lahan yang sesuai 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3.297297297 Ketesediaan tenaga kerja 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3.621621622 Modal yang digunakan Petani 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3.378378378 Luas lahan yang disesuaikan 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3.567567568


(4)

IFAS

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Weakness

Tekhnologi yang digunakan Petani 2 2 2 2 2 3 3 4 3 2 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 Penggunaan Sarana Produksi 2 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 Pencatatan Biaya usaha tani 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 4 4 3 Penyediaan bibit jagung 3 2 2 2 3 3 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

Weakness

21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 Total Tekhnologi yang digunakan Petani 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2.189189189

Penggunaan Saana Produksi 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 2 2 2 4 4 4 3.054054054 Pencatatan Biaya usaha tani 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3.054054054 Penyediaan bibit jagung 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2.135135135


(5)

LAMPIRAN

Lampiran Faktor – Faktor Eksternal : - Opportunity

EFAS

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Opportunity

Adanya kelompok tani 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4

Jarak distribusi hasil produksi 2 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4

Permintaan jagung 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4

Opportunity

21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 Total Adanya kelompok tani 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3.810810811 Jarak distribusi hasil produksi 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3.324324324 Permintaan jagung 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3.810810811


(6)

- Threats IFAS

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Threats

Penyuluhan Jagung 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1

Masuknya jagung import 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 3 2 Perubahan iklim dan cahaya 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 1 1 1 3 2 2

Perkembangan TIK 2 2 2 2 1 2 2 3 3 2 1 1 1 3 2 2 2 1 3 2

Hama dan Penyakit 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 3

Ketersediaan Kios 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1

Threats

21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 Total Penyuluhan Jagung 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1.378378378 Masuknya jagung import 2 2 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 3 2.837837838 Perubahan iklim dan cahaya 3 2 2 3 2 2 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 3 2.297297297

Perkembangan TIK 3 2 2 3 2 3 3 2 2 1 1 2 3 3 3 3 2 2.135135135

Hama dan Penyakit 1 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 3 2 2 2 1 1 1.513513514 Ketersediaan Kios 1 1 1 1 2 2 1 1 3 1 3 1 2 1 1 1 1 1.324324324