DEIKSIS DALAM PENGGUNAAN BAHASA JAWA DI DESA GEDANGAN KECAMATAN PULO BANDRING KABUPATEN ASAHAN.

(1)

DEIKSIS DALAM PENGGUNAAN BAHASA JAWA DI DESA

GEDANGAN KECAMATAN PULO BANDRING

KABUPATEN ASAHAN

SKRIPSI

Dinyatakan telah Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Oleh

JAKARIA

NIM 2122210004

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

Jakaria. Nim 2122210004. Deiksis dalam Penggunaan Bahasa Jawa di Desa Gedangan Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan. Program Studi Sastra Indonesia/S-1. Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Medan.

Deiksis yaitu penunjukan melalui bahasa, baik dalam bentuk kata atau frase yang dapat diketahui berdasarkan pemahaman yang sama antara pembicara dan pendengar. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk deiksis persona, bentuk-bentuk deiksis ruang, dan bentuk-bentuk deiksis waktu yang digunakan dalam bahasa Jawa di Desa Gedangan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan data penelitian berupa ujaran bahasa Jawa yang dituturkan informan yang mengandung kata atau frase yang deiktis. Berdasarkan pengumpulan dan analisis data terdapat 51 bentuk deiksis dalam penggunaan bahasa Jawa di Desa Gedangan. Bentuk-bentuk tersebut berupa kata. Masing-masing bentuk dirinci menjadi: 24 bentuk termasuk dalam deiksis persona, 15 bentuk termasuk dalam deiksis ruang, dan 12 bentuk termasuk dalam deiksis waktu. Penggunaan deiksis dalam bahasa Jawa di Desa Gedangan memiliki persamaan dan perbedaan dengan deiksis dalam bahasa Indonesia baik dari segi bentuk maupun maknanya. Selain itu, terdapat beberapa bentuk deiksis yang mengalami perubahan dan pergeseran. Faktor penyebab yang paling dominan adalah perpindahan penduduk ke luar dari daerah asal karena pekerjaan, pendidikan, keluarga, dan sebagainya. Pengaruh dari perpindahan tersebut menambah beberapa bentuk deiksis bahasa Indonesia ke dalam penggunaan deiksis bahasa Jawa di Desa Gedangan. Bentuk-bentuk tersebut di antaranya;

kami, kita, kamu, kalian, sini, abang dan kakak. Di lain sisi, terdapat beberapa

bentuk deiksis bahasa Jawa, seperti kakang, mas, dan kae yang sangat sedikit digunakan dalam tuturan sehari-hari sehingga memungkinkan bentuk kakang,

mas, dan kae akan hilang dalam penggunaan deiksis bahasa Jawa di Desa

Gedangan pada generasi berikutnya.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT. atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Skripsi yang berjudul“Deiksis dalam Penggunaan Bahasa Jawa di Desa Gedangan Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan.

Semoga Skripsi ini mampu memberikan kontribusi khasanah pengetahuan dan juga dapat membantu kegiatan penelitian berikutnya. Disamping itu, penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan arahan sehingga Skripsi ini tersusun. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada.

1. Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd., Rektor Universitas Negeri Medan, 2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Medan,

3. Drs. Syamsul Arif, M.Pd., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi yang telah banyak memberikan masukan dan bimbangan dalam penyusunan Skripsi ini,

4. Dr. Wisman Hadi, M.Hum., Ketua Program Studi Sastra Indonesia, sekaligus Dosen Penguji yang telah memberikan banyak masukan dan bimbingan dalam penyusunan Skripsi ini,

5. Fitriani Lubis, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, sekaligus Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan masukannya,

6. Dr. Syahnan Daulay, M.Pd., Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan saran dan bimbingan dalam penyusunan Skripsi ini,


(8)

7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen serta staf Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Staf Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan,

8. Kedua orang tua penulis, Ayahanda tercinta Sukino dan Ibunda tersayang Tukiyem atas segala pengorbanan, perhatian, dan doa yang selalu diberikan kepada penulis,

9. Saudara kandung penulis, Kakak Ely Ermawati, Abang Supriadi, Muraddona, Abdul Muthalib, Adik Nur Indah Sari, dan Kemenakan M. Kasfih Alfatan yang selalu memberikan semangat serta dukungan moril maupun material kepada penulis, serta seluruh sanak saudara,

10. Seluruh Bapak dan Ibu yang berada di Pemerintahan Desa Gedangan, 11. Seluruh informan atas kerja sama dan informasi yang diberikan sehingga

Skripsi ini bisa terselesaikan,

12. Teman-teman seperjuangan kelas Nondik 2012 yang telah banyak membantu penulis selama proses menuntut ilmu di Unimed,

13. Teman-teman HMJ Bahasa dan Sastra Indonesia periode 2014/2015, 14. Teman-teman seperjuangan selama mengikuti KKN Berbasis KKNI 2015

di Kabupaten Asahan,

15. Teman-teman komunitas Gelitar atas kontribusinya membangun Gelitar dan semoga terus berjalan dan berkarya.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan doa dan semangat kepada penulis yang tidak dapat disebut satu persatu. Semoga Allah memberikan rahmat dan karunia kepada kita semua, dan Skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca guna menambah wawasan pengetahuan. Amin

Medan, Agustus 2016 Penulis

Jakaria 2122210004


(9)

DAFTAR ISI

Halaman SURAT PERNYATAAN BUKAN PLAGIAT

LEMBAR PENGESAHAN

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian... 7

BAB II LANDASAN TEORI DAN PERTANYAAN PENELITIAN... 8

A. Landasan Teori... 8

1. Pengertian Deiksis... 8

2. Jenis-Jenis Deiksis ... 9

3. Tingkat Tutur Bahasa Jawa ... 16

4. Makna Deiksis dan Proses Pemaknaan Deiksis... 25

5. Sosiolinguistik: Perubahan dan Pergeseran Bahasa ... 27

B. Penelitian Terdahulu ... 31

C. Pertanyaan Penelitian ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 32

A. Metode Penelitian ... 32

B. Lokasi Penelitian dan waktu pelaksanaan... 32

C. Objek, Sumber Data, dan Data Penelitian ... 33

D. Instrumen Penelitian ... 34

E. Teknik Pengumpulan Data... 34

F. Teknik Analisis Data... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 37

A. Deiksis Persona... 37

1. Kategori Orang Pertama... 37

a. Bentuk dan Pemaknaan Deiksis Persona Pertama Tunggal Aku‘Saya’ dan –ku/Ku-‘-ku/Ku-’... 38

b. Bentuk dan Pemaknaan Deiksis Persona Pertama Awak‘Saya/Kami’... 41

c. Bentuk dan Pemaknaan Deiksis Persona Pertama Jamak Kami‘Kami’ danKita‘Kita’... 42


(10)

2. Kategori Orang Kedua ... 44 a. Bentuk dan Pemaknaan Deiksis Persona Kedua

Tunggal Kuwe/Ke‘Engkau’... 44 b. Bentuk dan Pemaknaan Deiksis Persona Kedua

Awakmu‘Kamu’,Kamu‘Kamu/Kalian’

dan -mu‘-mu’... 46 c. Bentuk dan Pemaknaan Deiksis Persona Kedua

Tunggal Riko‘Anda’... 48 d. Bentuk dan Pemaknaan Deiksis Persona Kedua Jamak

Kalian‘Kalian’... 49 3. Kategori Orang Ketiga ... 51

a. Bentuk dan Pemaknaan Deiksis Persona

Ketiga Tunggal Ndeknen‘Dia’ dan-e‘-nya’... 51 b. Bentuk dan Pemaknaan Deiksis Persona Ketiga Jamak

Wong Iku/Wong Iko‘Mereka’... 54 4. Bentuk-bentuk Deiksis Persona yang Termasuk dalam

Kategori Orang Pertama, Kategori Orang Kedua, dan

Kategori Orang Ketiga ... 55 a. Bentuk dan Pemaknaan Deiksis Persona Bapak/Pak

‘Ayah’ danMamak/Mak‘Ibu’... 56 b. Bentuk dan Pemaknaan Deiksis Persona

Kakang/Abang[1]‘Sapaan Adik kepada Kakak Laki-Laki Kandung’,Kakang/Abang[2] ‘Sapaan Kepada Orang Laki-Laki yang Lebih Tua/ Sapaan kepada Anak Laki-Laki dari Kakak Ayah/Ibu’, dan

Kakang/Abang[3] ‘Sapaan Istri Kepada Suami’... 59 c. Bentuk dan Pemaknaan Deiksis Persona Mas [1]

‘Sapaan Hormat untuk Laki-Laki tanpa Memandang

Usia’ danMas[2] ‘Sapaan Istri kepada Suami’... 61 d. Bentuk dan Pemaknaan Deiksis Persona

Iyuk/Yuk, Kakak/Kakak [1]‘Sapaan Adik kepada Kakak Perempuan Kandung’,Iyuk/Yuk, Kakak/Kak [2]

‘Sapaan kepada Orang Perempuan yang Dianggap Lebih Tua/ Sapaan kepada Anak Perempuan dari

Kakak Ayah/Ibu’... 62 e. Bentuk dan Pemaknaan Deiksis Persona Adek/Dek [1]

‘Saudara Kandung yang Lebih Muda (Laki-Laki atau Perempuan)’ danAdek/Dek[2] ‘Sapaan Karib Suami

kepada Istri’... 65 f. Bentuk dan Pemaknaan Deiksis Persona Wawak/Wak [1]

‘Kakak (Perempuan atau Laki-Laki) dari Ayah dan Ibu’ danWawak/Wak[2] ‘Sapaan Kepada Orang Laki Laki atau Perempuan yang Sudah Tua (Sebaya

Uak)Baik yang Dikenal Maupun yang Tidak Dikenal’... 66 g. Bentuk dan Pemaknaan Deiksis Persona Lelek/Lek [1]


(11)

dan Lelek/Lek[2] ‘Sapaan kepada Orang Laki-Laki atau Perempuan yang Sudah Tua (Sebaya Paman/

Bibi) Baik yang Dikenal Maupun yang Tidak Dikenal... 68

h. Bentuk dan Pemaknaan Deiksis Persona Mbah [1] ‘Sapaan kepada Orang Tua dari (Ayah atau Ibu)’ dan Mbah [2]‘Sapaan kepada Orang Laki-Laki atau Perempuan yang Sudah Tua Sekali (Sebaya Kakek atau Nenek) Baik yang Dikenal Maupun yang Tidak Dikenal’... 69

B. Deiksis Ruang ... 70

1. Bentuk dan Pemaknaan Deiksis Ruang Iki‘Ini’, Iku/Iko‘Itu’,dan Kae‘Itu’... 71

2. Bentuk dan Pemaknaan Deiksis Ruang Kene‘Sini’, Sini‘Sini’, danMrene/Rene‘Ke Sini/Kemari’... 73

3. Bentuk dan Pemaknaan Deiksis Ruang Kono‘Sana’ dan Mrono/Rono‘Ke Sana’... 74

4. Bentuk dan Pemaknaan Deiksis Ruang Ngarep‘Depan’, Mburi‘Belakang’,Nduwor‘Atas’, danNgisor‘Bawah’... 76

5. Bentuk dan Pemaknaan Deiksis Ruang Njeroh‘Dalam’ dan Njoboh‘Luar’... 78

6. Bentuk dan Pemaknaan Deiksis Ruang Pingger‘Samping’... 79

C. Deiksis Waktu... 80

1. Bentuk dan Pemaknaan Deiksis Waktu Mengko/Engko‘Nanti’ danMau‘Tadi’... 80

2. Bentuk dan Pemaknaan Deiksis Waktu Wingi‘Kemarin’,Semalem‘Kemarin’, dan Winginane/Wingi Iku‘Kemarin Itu’... 83

3. Bentuk dan Pemaknaan Deiksis Waktu Seiko‘Waktu itu’, Abene ‘Waktu Itu’, danMbien‘Dulu’... 85

4. Bentuk dan Pemaknaan Deiksis Waktu Saiki‘Sekarang’ dan Sisok‘Besok’... 86

5. Bentuk dan Pemaknaan Deiksis Waktu Suwi‘Lama’ dan Sedilit/Dilit ‘Sebentar’... 88

D. Perubahan dan Pergeseran dalam Penggunaan Deiksis Bahasa Jawa di Desa Gedangan ... 95

BAB V PENUTUP ... 97

A. Simpulan ... 97

B. Saran ... 99


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Data Penelitian Lapangan ... 102

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian ... 125

Lampiran 3 Surat Balasan Izin Penelitian ... 126

Lampiran 4 Lembar Revisi Skripsi ... 127


(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa daerah memiliki fungsi dan peran utama dalam hal pengembangan bahasa nasional. Fungsi dan peran tersebut di ataranya, yaitu: (a) sebagai lambang kebaggaan daerah, (b) sebagai lambang identitas daerah, (c) sebagai alat perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah, (d) sebagai sarana pendukung budaya daerah dan bahasa Indonesia, (e) pendukung sastra daerah dan sastra Indonesia (Alwi. dkk., 2011:6). Melihat fungsi dan peran bahasa daerah tersebut jelaslah bahwa penelitian yang berkaitan dengan bahasa-bahasa daerah mempunyai makna yang sangat penting bagi masyarakat maupun bahasa daerah itu sendiri.

Pentingnya bahasa daerah dalam menunjang perkembangan dan pembinaan bahasa nasional maka perlu diadakan usaha nyata. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan cara melakukan penelitian dalam bidang struktur bahasa, pragmatik, dan sebagainya. Dalam rangka itulah, peneliti ingin melakukan penelitian tentang deiksis dalam penggunaan bahasa Jawa di Desa Gedangan Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan.

Deiksis yaitu ‘penunjukan’ melalui bahasa, baik dalam bentuk kata atau frase. Penunjukan tersebut dapat diketahui berdasarkan penafsiran penutur dan pendengar dalam konteks (pemahaman) yang sama. Untuk mengetahui sebuah


(14)

2

kata bersifat deiktis atau tidak yaitu dengan melihat acuan atau rujukan sebuah tuturan yang selalu berpindah-pindah.

Bahasa Jawa memiliki tingkatan-tingkatan dalam penggunaannya atau disebut dengan unggah-ungguhing basa Jawa. Tingkatan tersebut meliputi: (1) tingkat tutur krama, (2) tingkat tutur madya, dan (3) tingkat tutur ngoko. Tutur krama dibagi lagi menjadi tiga, yaitu Muda Krama, Kramantara, dan Wredha Krama. Tutur madya dibagi lagi menjadi tiga yaitu Madya Krama, Madyantara, dan Madya Ngoko. Tutur ngoko juga dibagi lagi menjadi tiga, yaitu Antya Basa, Basa Antya, dan Ngoko Lugu (Poedjasoedarmo dalam Suherman, 2009:215).

Penggunaan bahasa Jawa di Desa Gedangan Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan termasuk ke dalam tingkat tutur ngoko. Hanya saja, ngoko lugu paling banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari daripada antya basa dan basa antya atau disebut dengan istilah ngoko alus.

Dalam bahasa Jawa ngoko terdapat kata atau frase yang menujukkan kontruksi deiktis. Seperti kalimat (1), (2), dan (3) di bawah ini yang terdapat di lapangan.

(1) Aku sisok arep budal. Aku-besok-akan-pergi ‘Sayabesokakan pergi’

(2) Neng kene orak eneng ujan babarblas.

Di sini-tidak ada-hujan-samasekali ‘Di sini tidak ada hujan samasekali’ (3) Iku jimok wae neng mburi.

Itu-ambil saja-di belakang ‘Itu ambil saja di belakang’


(15)

3

Pada kalimat (1), (2), dan (3) di atas, bentuk sisok‘besok’, neng kene ‘di sini’, dan neng mburi ‘di belakang’ merupakan kata yang bersifat deiktis. Kata

sisok ‘besok’ pada kalimat (1) bisa berarti hari Senin, Selasa, Kamis, dan sebagainya. Frase neng kene ‘di sini’ pada kalimat (2) bisa berarti di Medan, di Gedangan, di Dusun III, dan sebagainya. Frase neng mburi ‘di belakang’ pada kalimat (3) bisa berarti di belakang rumah, di belakang kandang sapi, dan sebagainya.

Contoh di atas menunjukkan bahwa sebuah kata atau frase yang deiktis memiliki makna yang beragam. Karena makna yang beragam itu maka tidak semua orang dapat memahami kata atau frase yang deiktis tersebut. Hal itu terkait dengan aspek budaya penutur yang bisa dimaknai jika penutur dan pendengar berada dalam konteks (pemahaman) yang sama.

Dalam perkembangan suatu bahasa, ada unsur baru yang tercipta, dan ada unsur yang hilang dalam penggunaannya. Hal ini sesuai dengan sifat bahasa yaitu dinamis. Karena bahasa yang hidup selalu mengalami perubahan. Perubahan-perubahan tersebut meliputi semua aspek bahasa, seperti: aspek fonologi, aspek kosa kata, dan aspek tata bahasa (Moeljono. dkk., 1986:1). Perubahan bahasa akan berdampak pada pergeseran bahasa yang bisa terjadi akibat perpindahan dari satu masyarakat tutur ke masyarakat tutur yang lain.

Pergeseran tersebut sepertinya tengah terjadi pada penutur bahasa Jawa ngoko di Desa Gedangan. Karena, masyarakat Desa Gedangan setiap harinya melakukan interaksi ke kota, seperti bekerja, sekolah, atau mencari kebutuhan sehari-hari. Bahasa yang digunakan dalam interaksi tersebut adalah bahasa


(16)

4

Indonesia. Hal ini tentu sangat mempengaruhi aspek-aspek bahasa dalam bahasa Jawa ngoko itu sendiri, khususnya dari segi deiksis.

Fanny Henry Tondo tahun (2009) dalam penelitiannya telah mengidentifikasi 10 faktor penyebab kepunahan bahasa-bahasa daerah. Salah satu faktor yang teridentifikasi yaitu pengaruh bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang seringkali menyebabkan frekuensi pemakaian bahasa daerah semakin berkurang. Bahkan bagi banyak orang Indonesia, bahasa Indonesia telah menjadi bahasa primer sehingga tidak sedikit yang menggunakannya sebagai bahasa pertama, menggeser bahasa daerah.

Tingkat pengaruh bahasa Indonesia yang begitu kuat secara implisit telah menyebabkan bahasa-bahasa daerah mengalami pergeseran (language shift). Karenanya, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui penggunaan deiksis bahasa Jawa masyarakat Desa Gedangan Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan.


(17)

5

B. Identifikasi Masalah

Dilihat dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas, dapat diindentifikasikan beberapa masalah, antara lain:

(1) jenis-jenis deiksis bahasa Jawa di Desa Gedangan Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan.

(2) bentuk-bentuk deiksis yang digunakan oleh masyarakat Desa Gedangan Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan.

(3) makna dan pemaknaan setiap bentuk deiksis yang digunakan oleh masyarakat Desa Gedangan Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan.

(4) pergeseran aspek-aspek bahasa dalam bahasa Jawa Desa Gedangan Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang sudah diutarakan, ternyata permasalahan yang ingin diteliti masih luas. Karena itu penulis ingin memfokuskan penelitian ini pada jenis dan bentuk deiksis dalam penggunaan bahasa Jawa di Desa Gedangan Kecamatan Pulo Bandring. Adapun jenis deiksis yang akan diteliti yaitu deiksis persona, deiksis ruang, dan deiksis waktu.


(18)

6

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

(1) bentuk-bentuk deiksis persona apakah yang digunakan dalam bahasa Jawa di Desa Gedangan?

(2) bentuk-bentuk deiksis ruang apakah yang digunakan dalam bahasa Jawa di Desa Gedangan?

(3) bentuk-bentuk deiksis waktu apakah yang digunakan dalam bahasa Jawa di Desa Gedangan?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

(1) bentuk-bentuk deiksis persona yang digunakan dalam bahasa Jawa di Desa Gedangan.

(2) bentuk-bentuk deiksis ruang yang digunakan dalam bahasa Jawa di Desa Gedangan.

(3) bentuk-bentuk deiksis waktu yang digunakan dalam bahasa Jawa di Desa Gedangan.


(19)

7

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat dilihat dari dua segi, yaitu segi teoretis dan segi praktis. Manfaat teoretis penelitian ini yaitu menambah khazanah penelitian bahasa khususnya bahasa Jawa. Manfaat praktis penelitian ini adalah: (1) dapat memberikan manfaat bagi masyarakat untuk dijadikan pedoman sebagai penunjang dalam mempelajari bahasa Jawa (2) memberikan sumbangan bagi lembaga pendidikan dalam menambah khazanah kebahasaan, baik terhadap bahasa Indonesia maupun bahasa daerah.


(20)

BAB V PENUTUP

A. SIMPULAN

Bentuk deiksis dalam penggunaan bahasa Jawa di Desa Gedangan berupa kata. Bentuk-bentuk tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dengan deiksis dalam bahasa Indonesia baik dari segi bentuk maupun maknanya. Terdapat persamaan dari segi bentuk dan makna, terdapat perbedaan dari segi bentuk dan makna, terdapat perbedaan dari segi bentuk namun dari segi makna sama, dan terdapat persamaan dari segi bentuk namun dari segi makna berbeda.

Ditemukan deiksis persona, deiksis ruang, dan deiksis waktu dalam penggunaan bahasa Jawa di Desa Gedangan. Deiksis persona terdiri dari 24 bentuk, deiksis ruang terdiri dari 15 bentuk, dan deiksis waktu terdiri dari 12 bentuk.

Deiksis persona dapat dirinci ke dalam beberapa bagian, yaitu deiksis persona pertama; aku ‘aku’, -ku/ku- ‘-ku/ku-’, awak ‘saya/kami’, kami ‘kami’,

kita ‘kita’, deiksis persona kedua; kuwe/ke ‘engkau’, awakmu ‘kamu’, kamu ‘kamu’, -mu ‘-mu’, riko ‘anda’, kalian ‘kalian’, deiksis persona ketiga; deknen ‘dia’, -e‘-nya’, wong iku‘mereka’, serta deiksis yang termasuk ke dalam kategori orang pertama, kategori orang kedua, dan kategori orang ketiga; bapak/pak ‘ayah’, mamak/mak ‘ibu’, kakang/abang[1] ‘sapaan adik kepada kakak laki-laki kandung’ kakang/abang [2] ‘sapaan kepada orang laki laki yang lebih tua atau tidak dikenal’ kakang/abang [3] ‘sapaan istri kepada suami’, mas [1] ‘sapaan


(21)

98

hormat untuk laki-laki tanpa memandang usia’ mas [2] ‘sapaan istri kepada suami’,iyuk/yuk[1] ‘sapaan adik kepada kakak perempuan kandung’iyuk/yuk [2]

‘sapaan kepada orang perempuan yang dianggap lebih tua’,kakak/kak[1] ‘sapaan adik kepada kakak perempuan kandung’ kakak/kak [2] ‘sapaan kepada orang perempuan yang dianggap lebih tua’, adek/dek [1] ‘saudara kandung yang lebih muda (laki-laki atau perempuan)’adek/dek[2] ‘sapaan karib suami kepada istri’,

wawak/wak[1] ‘kakak (perempuan atau laki-laki) dari ayah dan ibu’wawak/wak

[2] ‘sapaan kepada orang laki laki atau perempuan yang sudah tua (sebaya uak) baik yang dikenalmaupun yang tidak dikenal’, lelek/lek [1] ‘adik (laki- laki atau perempuan) dari ayah dan ibu’ lelek/lek [2] ‘sapaan kepada orang laki-laki atau perempuan yang sudah tua (sebaya paman) baik yang dikenal maupun yang tidak dikenal’, mbah [1] ‘sapaan kepada orang tua dari ayah atau ibu (kakek/nenek)’

mbah[2] ‘sapaan kepada orang laki-laki atau perempuan yang sudah tua sekali (sebaya kakek atau nenek) baik yang dikenal maupun yang tidak dikenal’.

Deiksis ruang dalam penggunaan bahasa Jawa di Desa Gedangan terdiri dari; iki ‘ini’, iku/iko ‘itu’, kae ‘itu’, kene ‘sini’, sini ‘sini’, mrene/rene ‘ke sini/kemari’, kono ‘sana’, mrono/rono ‘ke sana’, ngarep ‘di depan’, mburi ‘di belakang’,nduwor ‘atas’,ngisor ‘bawah’,njeroh ‘dalam’,njoboh ‘luar’,pingger

‘samping’.

Deiksis waktu dalam penggunaan bahasa Jawa di Desa Gedangan terdiri dari; saiki ‘sekarang’, mengko/engko ‘nanti’, wingi ‘kemarin’, winginane/wingi iku ‘kemarin itu’, semalem ‘kemarin’, mau ‘tadi’, sesok ‘besok’ , seiko ‘waktu itu’, mbien ‘dulu’, abene‘waktu itu’, suwi‘lama’, sedilit/dilit‘sebentar’.


(22)

99

Beberapa bentuk deiksis dalam penggunaan bahasa Jawa di Desa Gedangan ada yang mengalami perubahan dan pergeseran. Faktor penyebab yang paling dominan adalah perpindahan penduduk ke luar dari daerah asal karena pekerjaan, pendidikan, keluarga, dan sebagainya. Pengaruh dari perpindahan tersebut menambah beberapa bentuk deiksis bahasa Indonesia ke dalam penggunaan deiksis bahasa Jawa di Desa Gedangan. Bentuk-bentuk tersebut di antaranya; kami, kita, kamu, kalian, sini, abang dan kakak. Di lain sisi, terdapat beberapa bentuk deiksis, seperti kakang, mas, dan kae yang sangat sedikit digunakan. Bentuk kakang dan mas sangat sedikit digunakan daripada bentuk

abang untuk mewakili maksud dari bentuk kakang dan mas. Begitu juga dengan

bentuk kae yang sering digantikan dengan bentuk iko/iku untuk menghunjuk sesuatu yang jauh dari pembicara. Sehingga memungkinkan bentuk kakang, mas, dan kae akan hilang dalam penggunaan deiksis bahasa Jawa di Desa Gedangan pada generasi berikutnya.

B. SARAN

Sehubungan dengan penelitian terhadap penggunaan deiksis bahasa Jawa masyarakat Desa Gedangan Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan maka penulis menyarankan agar penelitian yang berkaitan dengan bahasa daerah terus dilakukan dan digiatkan. Mengingat perubahan zaman yang semakin pesat dan secara tidak langsung memberikan dampak kepada keberadaan bahasa daerah. Maka perlu kiranya penelitian-penelitian secara berkelanjutan untuk mengetahui sekaligus menginventarisasikan perkembangan-perkembangan terhadap


(23)

DAFTAR PUSTAKA

A Kastini, N Kadek. 2013. Penggunaan Deiksis Bahasa Bali Dialek Bangli di

Desa Laantula Jaya Kecamatan Wita Ponda Kabupaten Morowali. Jurnal.

Vol 2, No 1. Untad.

Alwi, Hasan (ed.). 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2011. Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 24 Tahun 2009. Jakarta: Kemendikbud.

Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal-Kristal Ilmu Bahasa. Surabaya: Airlangga University Prees.

Chaer, Abdul & Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Cummings, Louise. 2007. Pragmatik: Sebuah Perspektif Multidisipliner.

Diterjemahkan oleh: Eti Setiawati. dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Darsoatmadja, Djoeroe. dkk. 1980. Memetri Paramasastra Unggah-Ungguhing

Basa Jawi. Solo: Tiga Serangkai.

Djajasudarma, Fatimah. 2013. Semantik 2: Relasi Makna Paradigmatik,

Sintagmatik, dan Derivasional. Bandung: PT Refika Aditama.

Hanafi, Hilaluddin. 2009. Pola Kontruksi Klitik Bahasa Tolaki. Jurnal. Volume 21. Halaman (294-300).

Kridalaksana, Harimurti. 1984. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia.

Leech, Geoffrey. 2011. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Diterjemahkan oleh: M.D.D. Oka. Jakarta: UI-Press.

Lyon, Jhon. 1995. Pengantar Teori Linguistik. (Terjemahan I. Soetikno). Jakarta: Gramedia.

Mahsun. 2006. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Maksan, Marjusman. 1996. Ilmu Bahasa. Padang: IKIP Padang Press.

Mardalis. 2009. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: PT Bumi Aksara.


(24)

101

Moeljono, dkk. 1986. Tingkat Tutur Bahasa Jawa Dialek Banyuwangi. Jakarta: Kemendikbud.

Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nababan, P.W.J. 1991. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Nadar, F. X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Nazir, Moh. 1983. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Purwo, Bambang Kaswanti. 1984. Deiksis dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Rusbiantoro, Wenni. 2011. Penggunaan Kata Sapaan dalam Bahasa Melayu

Kutai. Jurnal Parole. Vol.2 No.1. Hal (59-76).

Subandi. 2009. Kesalahan Pemilihan Leksikon oleh Santri Pondok Pesantren Al

Asror Ditinjau dari Unggah-Ungguh Basa dalam Bertindak Tutur.

Semarang: Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Semarang. Sudarmawan, Hengki. 2005. Tingkat Tutur Bahasa Jawa Karma pada Generasi

Muda Sinoman di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo. Surakarta.

Universitas Sebelas Maret.

Sudjalil. 2005. Studi Pemetaan Bahasa Jawa Sub Malang (Studi Awal Menuju ke

Arah Studi Geografi Dialek Bahasa Jawa Malang di Kotamadia Malang).

Jurnal. Vol 1. No 1. Hal (53-59).

Suherman, Eman. 2009. Tingkat Tutur Bahasa Jepang dan Bahasa Jawa: Analisis Kontrastif. Jurnal Humaniora, Vol 21 No. 2, Hal (213-122).

Tondo, Fanny Henry. 2009. Kepunahan Bahasa-Bahasa Daerah: Faktor

Penyebab dan Implikasi Etnolinguistis. Jurnal Masyarakat & Budaya,

Volume 11 No. 2.

Wirartha, I Made. 2006. Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi dan Tesis. Yogyakarta: CV Andi Offset.

Wiladi, Ribka Andresti. 2014. Bahasa Jawa di Kabupaten Batang (Tataran

Fonologi dan Leksikon). Jurnal. Sutasoma 3 (1).


(1)

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat dilihat dari dua segi, yaitu segi teoretis dan segi praktis. Manfaat teoretis penelitian ini yaitu menambah khazanah penelitian bahasa khususnya bahasa Jawa. Manfaat praktis penelitian ini adalah: (1) dapat memberikan manfaat bagi masyarakat untuk dijadikan pedoman sebagai penunjang dalam mempelajari bahasa Jawa (2) memberikan sumbangan bagi lembaga pendidikan dalam menambah khazanah kebahasaan, baik terhadap bahasa Indonesia maupun bahasa daerah.


(2)

97 BAB V PENUTUP

A. SIMPULAN

Bentuk deiksis dalam penggunaan bahasa Jawa di Desa Gedangan berupa kata. Bentuk-bentuk tersebut memiliki persamaan dan perbedaan dengan deiksis dalam bahasa Indonesia baik dari segi bentuk maupun maknanya. Terdapat persamaan dari segi bentuk dan makna, terdapat perbedaan dari segi bentuk dan makna, terdapat perbedaan dari segi bentuk namun dari segi makna sama, dan terdapat persamaan dari segi bentuk namun dari segi makna berbeda.

Ditemukan deiksis persona, deiksis ruang, dan deiksis waktu dalam penggunaan bahasa Jawa di Desa Gedangan. Deiksis persona terdiri dari 24 bentuk, deiksis ruang terdiri dari 15 bentuk, dan deiksis waktu terdiri dari 12 bentuk.

Deiksis persona dapat dirinci ke dalam beberapa bagian, yaitu deiksis persona pertama; aku ‘aku’, -ku/ku- ‘-ku/ku-’, awak ‘saya/kami’, kami ‘kami’, kita ‘kita’, deiksis persona kedua; kuwe/ke ‘engkau’, awakmu ‘kamu’, kamu ‘kamu’, -mu ‘-mu’, riko ‘anda’, kalian ‘kalian’, deiksis persona ketiga; deknen ‘dia’, -e‘-nya’, wong iku‘mereka’, serta deiksis yang termasuk ke dalam kategori orang pertama, kategori orang kedua, dan kategori orang ketiga; bapak/pak ‘ayah’, mamak/mak ‘ibu’, kakang/abang[1] ‘sapaan adik kepada kakak laki-laki kandung’ kakang/abang [2] ‘sapaan kepada orang laki laki yang lebih tua atau tidak dikenal’ kakang/abang [3] ‘sapaan istri kepada suami’, mas [1] ‘sapaan


(3)

hormat untuk laki-laki tanpa memandang usia’ mas [2] ‘sapaan istri kepada suami’,iyuk/yuk[1] ‘sapaan adik kepada kakak perempuan kandung’iyuk/yuk [2] ‘sapaan kepada orang perempuan yang dianggap lebih tua’,kakak/kak[1] ‘sapaan adik kepada kakak perempuan kandung’ kakak/kak [2] ‘sapaan kepada orang perempuan yang dianggap lebih tua’, adek/dek [1] ‘saudara kandung yang lebih muda (laki-laki atau perempuan)’adek/dek[2] ‘sapaan karib suami kepada istri’, wawak/wak[1] ‘kakak (perempuan atau laki-laki) dari ayah dan ibu’wawak/wak [2] ‘sapaan kepada orang laki laki atau perempuan yang sudah tua (sebaya uak) baik yang dikenalmaupun yang tidak dikenal’, lelek/lek [1] ‘adik (laki- laki atau perempuan) dari ayah dan ibu’ lelek/lek [2] ‘sapaan kepada orang laki-laki atau perempuan yang sudah tua (sebaya paman) baik yang dikenal maupun yang tidak dikenal’, mbah [1] ‘sapaan kepada orang tua dari ayah atau ibu (kakek/nenek)’ mbah[2] ‘sapaan kepada orang laki-laki atau perempuan yang sudah tua sekali (sebaya kakek atau nenek) baik yang dikenal maupun yang tidak dikenal’.

Deiksis ruang dalam penggunaan bahasa Jawa di Desa Gedangan terdiri dari; iki ‘ini’, iku/iko ‘itu’, kae ‘itu’, kene ‘sini’, sini ‘sini’, mrene/rene ‘ke sini/kemari’, kono ‘sana’, mrono/rono ‘ke sana’, ngarep ‘di depan’, mburi ‘di belakang’,nduwor ‘atas’,ngisor ‘bawah’,njeroh ‘dalam’,njoboh ‘luar’,pingger ‘samping’.

Deiksis waktu dalam penggunaan bahasa Jawa di Desa Gedangan terdiri dari; saiki ‘sekarang’, mengko/engko ‘nanti’, wingi ‘kemarin’, winginane/wingi iku ‘kemarin itu’, semalem ‘kemarin’, mau ‘tadi’, sesok ‘besok’ , seiko ‘waktu itu’, mbien ‘dulu’, abenewaktu itu’, suwi‘lama’, sedilit/dilit‘sebentar’.


(4)

99

Beberapa bentuk deiksis dalam penggunaan bahasa Jawa di Desa Gedangan ada yang mengalami perubahan dan pergeseran. Faktor penyebab yang paling dominan adalah perpindahan penduduk ke luar dari daerah asal karena pekerjaan, pendidikan, keluarga, dan sebagainya. Pengaruh dari perpindahan tersebut menambah beberapa bentuk deiksis bahasa Indonesia ke dalam penggunaan deiksis bahasa Jawa di Desa Gedangan. Bentuk-bentuk tersebut di antaranya; kami, kita, kamu, kalian, sini, abang dan kakak. Di lain sisi, terdapat beberapa bentuk deiksis, seperti kakang, mas, dan kae yang sangat sedikit digunakan. Bentuk kakang dan mas sangat sedikit digunakan daripada bentuk abang untuk mewakili maksud dari bentuk kakang dan mas. Begitu juga dengan bentuk kae yang sering digantikan dengan bentuk iko/iku untuk menghunjuk sesuatu yang jauh dari pembicara. Sehingga memungkinkan bentuk kakang, mas, dan kae akan hilang dalam penggunaan deiksis bahasa Jawa di Desa Gedangan pada generasi berikutnya.

B. SARAN

Sehubungan dengan penelitian terhadap penggunaan deiksis bahasa Jawa masyarakat Desa Gedangan Kecamatan Pulo Bandring Kabupaten Asahan maka penulis menyarankan agar penelitian yang berkaitan dengan bahasa daerah terus dilakukan dan digiatkan. Mengingat perubahan zaman yang semakin pesat dan secara tidak langsung memberikan dampak kepada keberadaan bahasa daerah. Maka perlu kiranya penelitian-penelitian secara berkelanjutan untuk mengetahui sekaligus menginventarisasikan perkembangan-perkembangan terhadap keberadaan bahasa daerah.


(5)

100

A Kastini, N Kadek. 2013. Penggunaan Deiksis Bahasa Bali Dialek Bangli di Desa Laantula Jaya Kecamatan Wita Ponda Kabupaten Morowali. Jurnal. Vol 2, No 1. Untad.

Alwi, Hasan (ed.). 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa. 2011. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009. Jakarta: Kemendikbud.

Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal-Kristal Ilmu Bahasa. Surabaya: Airlangga University Prees.

Chaer, Abdul & Leonie Agustina. 2010. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Cummings, Louise. 2007. Pragmatik: Sebuah Perspektif Multidisipliner. Diterjemahkan oleh: Eti Setiawati. dkk. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Darsoatmadja, Djoeroe. dkk. 1980. Memetri Paramasastra Unggah-Ungguhing

Basa Jawi. Solo: Tiga Serangkai.

Djajasudarma, Fatimah. 2013. Semantik 2: Relasi Makna Paradigmatik, Sintagmatik, dan Derivasional. Bandung: PT Refika Aditama.

Hanafi, Hilaluddin. 2009. Pola Kontruksi Klitik Bahasa Tolaki. Jurnal. Volume 21. Halaman (294-300).

Kridalaksana, Harimurti. 1984. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia.

Leech, Geoffrey. 2011. Prinsip-Prinsip Pragmatik. Diterjemahkan oleh: M.D.D. Oka. Jakarta: UI-Press.

Lyon, Jhon. 1995. Pengantar Teori Linguistik. (Terjemahan I. Soetikno). Jakarta: Gramedia.

Mahsun. 2006. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Maksan, Marjusman. 1996. Ilmu Bahasa. Padang: IKIP Padang Press.

Mardalis. 2009. Metode Penelitian Suatu Pendekatan Proposal. Jakarta: PT Bumi Aksara.


(6)

101

Moeljono, dkk. 1986. Tingkat Tutur Bahasa Jawa Dialek Banyuwangi. Jakarta: Kemendikbud.

Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nababan, P.W.J. 1991. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Nadar, F. X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Nazir, Moh. 1983. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Purwo, Bambang Kaswanti. 1984. Deiksis dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Rusbiantoro, Wenni. 2011. Penggunaan Kata Sapaan dalam Bahasa Melayu Kutai. Jurnal Parole. Vol.2 No.1. Hal (59-76).

Subandi. 2009. Kesalahan Pemilihan Leksikon oleh Santri Pondok Pesantren Al Asror Ditinjau dari Unggah-Ungguh Basa dalam Bertindak Tutur. Semarang: Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Semarang. Sudarmawan, Hengki. 2005. Tingkat Tutur Bahasa Jawa Karma pada Generasi

Muda Sinoman di Kecamatan Grogol Kabupaten Sukoharjo. Surakarta. Universitas Sebelas Maret.

Sudjalil. 2005. Studi Pemetaan Bahasa Jawa Sub Malang (Studi Awal Menuju ke Arah Studi Geografi Dialek Bahasa Jawa Malang di Kotamadia Malang). Jurnal. Vol 1. No 1. Hal (53-59).

Suherman, Eman. 2009. Tingkat Tutur Bahasa Jepang dan Bahasa Jawa: Analisis Kontrastif. Jurnal Humaniora, Vol 21 No. 2, Hal (213-122).

Tondo, Fanny Henry. 2009. Kepunahan Bahasa-Bahasa Daerah: Faktor Penyebab dan Implikasi Etnolinguistis. Jurnal Masyarakat & Budaya, Volume 11 No. 2.

Wirartha, I Made. 2006. Pedoman Penulisan Usulan Penelitian, Skripsi dan Tesis. Yogyakarta: CV Andi Offset.

Wiladi, Ribka Andresti. 2014. Bahasa Jawa di Kabupaten Batang (Tataran Fonologi dan Leksikon). Jurnal. Sutasoma 3 (1).

Yule, George. 2006. Pragmatik. Diterjemahkan oleh: Indah Fajar Wahyuni.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.