Pemberdayaan anak jalanan melalui program sekolah otonom oleh sanggar anak akar di gudang seng Jakarta timur

PEMBERDAYAAN ANAK JALANAN MELALUI
PROGRAM SEKOLAH OTONOM OLEH SANGGAR
ANAK AKAR DI GUDANG SENG JAKARTA TIMUR

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi sebagai
Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh:
Fenny Oktaviany
NIM: 106054002036

Di bawah bimbingan

Drs. Yusra Kilun, M.Pd
NIP. 19570605 199103 1 004

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA

2010 M/1431 H

PEMBERDAYAAN ANAK JALANAN MELALUI
PROGRAM SEKOLAH OTONOM OLEH SANGGAR
ANAK AKAR DI GUDANG SENG JAKARTA TIMUR

SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi sebagai
Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Disusun Oleh:
Fenny Oktaviany
NIM: 106054002036

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2010 M/1431 H


PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi yang berjudul “Pemberdayaan Anak Jalanan melalui Program Sekolah
Otonom oleh Sanggar Anak Akar di Gudang Seng Jakarta Timur” telah
diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 02 September 2010. Skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program
Strata 1 (S1) pada Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam.
Jakarta, 02 September 2010

Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota

Sekretaris Merangkap Anggota

Drs. Studi Rizal LK, MA
NIP. 19640428 199301 3 002

Dr. Moh. Ali Wafa, S.Ag, M.Ag
NIP. 150 321 584


Anggota
Penguji I

Penguji II

Dr. Suparto, M.Ed
NIP. 19710330 199803 1 004

Wati Nilamsari, M.Si
NIP. 19710520 199903 2 002

Pembimbing

Drs. Yusra Kilun, M.Pd
NIP. 19570605 199103 1 004

LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas islam

negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa hasil karya asli saya merupakan
jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang
berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, Agustus 2010

Fenny Oktaviany

ABSTRAK

FENNY OKTAVIANY
Pemberdayaan Anak Jalanan melalui Program Sekolah Otonom di
Sanggar Anak Akar, Gudang Seng, Cipinang Melayu, Jakarta Timur.
Banyaknya anak-anak yang terlantar di jalan, baik itu sebagai pengamen,
pedangang asongan, pengemis, dan lainnya adalah salah satu bukti masih
buruknya kondisi sosial ekonomi bangsa kita. Kondisi ekonomi yang memaksa

mereka untuk tidak mengenyam pendidikan, sementara pendidikan adalah kunci
utama untuk memperbaiki kondisi penerus bangsa ini. Karena itu, Sanggar
Anak Akar sebagai satu yayasan yang tergerak untuk mengembangkan
pendidikan alternatif dalam bentuk Sekolah Otonom, sebagai upaya untuk
memberdayakan anak jalanan.
Penelitian ini bermaksud mengetahui lebih jauh bagaimana proes
pelaksanaan belajar-mengajar di Sanggar Anak Akar ini, apa saja faktor
pendukung dan penghambatnya, serta hasil dari pelaksanaan program Sekolah
Otonom tersebut.
Penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan dari
hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian ini dilakukan Sanggar
Anak Akar yang terletak di Gudang Seng, Jakarta Timur. Terletak di pinggir
kali malang. Masyarakatnya hidup dengan kondisi ekonomi kelas menengah ke
bawah.
Proses pelaksanaan belajar-mengajar di Sanggar Anak Akar ini tidak
terlalu jauh berbeda dengan sekolah formal yaitu belajar di kelas dan mata
pelajarannya pun hampir sama, cuma ditambah dengan pelajaran musik dan
keterampilan. Dengan begitu, mereka dapat meningkatkan kapasistas
intelektualnya serta menyalurkan bakat dan keterampilan yang mereka miliki.
Beberapa faktor pendukung dalam proses belajar-mengajarnya adalah

tersedianya sarana dan prasarana, luasnya kemitraan yang terjalin, serta adanya
konsistensi dari para moderator dan anak didik. Faktor penghambatnya, hanya
masalah keragaman latar belakang diantara mereka.
Hasil dari pelaksanaan program Sekolah Otonom ini pun dapat dilihat
dari segi peningkatan kreatifitas dan keterampilan anak-anak. Meskipun Sekolah
Otonom ini baru berjalan satu tahun akan tetapi perubahan anak-anak pun sudah
dapat dilihat oleh para staf sanggar maupun dirasakan sendiri oleh anak-anak
tersebut.

i

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan
nikmat serta karunia yang tak terhingga kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik tanpa suatu kendala yang berarti.
Sholawat beserta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad
SAW, sebagai Nabi dan Rasul terakhir yang telah membimbing umatnya ke
jalan yang benar yaitu jalan yang diridhai Allah SWT.

Tujuan dari pada dibuatnya skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat
untuk meraih gelar Sarjana Strata I (SI). Adapun skripsi ini penulis beri judul
“Pemberdayaan Anak Jalanan Melalui Program Sekolah Otonom, Studi Kasus:
Sanggar Anak Akar di Cipinang Melayu, Gudang Seng, Jakarta Timur.”
Penulis menyadari tanpa bimbingan, bantuan dan dukungan dari semua
pihak skripsi tidaklah mungkin dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis
ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Papa dan Mama yang senantiasa memberikan kasih sayang yang tak
terhingga serta dukungan moril dan materil yang tak pernah terputus. Adikadikku Imam dan Ade Indah yang sangat kusayangi dan cintai. Tanpa
adanya mereka aku bukanlah aku seperti sekarang ini. Dan segenap keluarga
besarku yang selalu memberikan semangat untuk dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini.

ii

2. Dr. Arif Subhan, MA, selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
beserta para pembantu Dekan I, II, dan III Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Wati Nilamsari, M.Si dan M. Hudri, MA selaku Ketua dan Sekretaris
Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, yang telah banyak membantu

dengan memberi masukan ataupun nasehat dan juga motivasi kepada penulis
dalam penulisan skripsi ini.
4. Drs. Yusra Kilun, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
banyak

meluangkan

waktunya

dalam

membantu

dan

memberikan

pengarahan dan bimbingannya kepada penulis dalam penyelesaian skripsi
ini, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi serta seluruh

civitas akademika yang telah memberikan sumbangan wawasan keilmuan
dan bimbingan selama penulis berada dalam perkuliahan.
6. Seluruh pengurus Perpustakaan Dakwah dan Perpustakaan Utama atas
tersedianya buku-buku yang penulis butuhkan dalam penulisan skripsi ini.
7. Bapak Ibe Karyanto selaku pimpinan Sanggar Anak Akar, yang telah
mengizinkan dan membantu penulis melakukan penelitian di sanggar
tersebut.
8. Mas Doge dan Mas Roger serta seluruh pengurus Sanggar Anak Akar yang
turut membantu penulis dalam mengumpulkan data yang dibutuhkan penulis
dalam penulisan skripsi ini.
9. Segenap Anak-anak dan keluarga besar Sanggar Anak Akar yang telah
menyempatkan waktu dan memberikan bantuannya kepada penulis.

iii

10. Untuk sahabat-sahabatku, Milastri Muzakkar, Ida Nur Aeni, Ika Lestari,
yang tak terpisahkan, dan orang bilang seperti perangko kemana-kemana
selalu bersama. Sedih, senang, dan marahan telah kita lalui, semoga waktu
dan ruang tidak akan menghapus kebersamaan kita.
11. Teman-temanku seperjuangan di Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam

angkatan 2006, Siti Rohmah, Yanis Sarohmah, Iin Nurhayati, Lia Fitria
Farhanah, Nurdiana Ratna Sari, Syarifuddin, Ari Kurniawan, Ahmad
Rokhoul Alamin, Kurnia Aji, Aji Purnama Ismail, Fressha Rezkana, dll.
semoga kita akan selalu kompak walaupun kita telah berpisah untuk
berjuang di jalan kita masing-masing.
12. Sahabatku tersayang Wawa di Yogyakarta, yang selalu memberiku
semangat dan motivasi walaupun dari jauh, persahabatan kita tak terhapus
ruang dan waktu, dan semoga terus selalu seperti itu.
13. Teman-temanku, Khilda Kholishoh, Hilda Mardhotillah, Nanni, Sima, Evi,
Iik, dan semua teman-teman ABA English Department BSI terima kasih atas
motivasi

kalian,

yang

selalu

mendukung


dan

menyemangatiku

menyelesaikan skripsi ini.
14. Dan terima kasih kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu
per satu.
Penulis hanya dapat mengucapkan banyak terima kasih tanpa
memberikan apapun, semoga kebaikan kalian dibalas oleh Allah SWT. Amin.
Jakarta, Agustus 2010

Penulis

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR...................................................................................ii
DAFTAR ISI..................................................................................................v
DAFTAR TABEL ....................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..........................................................1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .....................................6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...............................................7
D. Metodologi Penelitian .............................................................8
E. Tinjauan Pustaka ....................................................................16
F. Sistematika Penulisan ............................................................17

BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pemberdayaan ..............................................................................19
1. Pengertian Pemberdayaan ................................................19
2. Tahap-tahap Pemberdayaan .............................................23
3. Proses Pemberdayaan.......................................................25
4. Strategi Pemberdayaan.....................................................29
B. Anak Jalanan ................................................................................31
1.

Pengertian Anak Jalanan................................................ 31

2.

Penanganan Anak Jalanan ..............................................33

v

3.

Pemberdayaan Anak Jalanan ..........................................35

C. Sekolah Otonom...........................................................................36
1. Pengertian Sekolah Otonom ............................................36

BAB III GAMBARAN UMUM SANGGAR ANAK AKAR
A. Profil Sanggar Anak Akar ...........................................................38
1.

Sejarah Berdirinya ..........................................................38

2.

Visi dan Misi...................................................................39

3.

Kegiatan Harian Sanggar ................................................40

4.

Struktur Organisasi Sanggar ...........................................41

B. Program Sekolah Otonom ...........................................................43
1. Materi Pembelajaran ........................................................44
2. Proses Pembelajaran ........................................................45
3. Dukungan ........................................................................47
C. Gambaran Umum Wilayah Gudang Seng Jakarta Timur .............48

BAB IV ANALISIS DAN HASIL TEMUAN LAPANGAN
A. Proses Pelaksanaan Program Sekolah Otonom ...........................50
B. Faktor Penghambat dan Pendukung Pelaksanaan Program
Sekolah Otonom...........................................................................72
Faktor Pendukung .......................................................................72
Faktor Penghambat .....................................................................75
C. Hasil Program Sekolah Otonom dalam Pemberdayaan Anak
Jalanan .........................................................................................77

vi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .................................................................................81
B. Saran ...........................................................................................82
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Rancangan Informan...................................................................12
Tabel 2 Keterangan Anak yang Mengikuti Sekolah Otonom ..................43
Tabel 3 Jadwal Belajar Sekolah Otonom ................................................61
Table 4 Data Anak yang Mengikuti Sekolah Otonom ............................63
Table 5 Data Moderator Sekolah Otonom ..............................................64

viii

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara berpenduduk padat, pertumbuhan
penduduk di Indonesia mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun ke
tahun. Akan tetapi, peningkatan penduduk Indonesia tidak diiringi dengan
kemajuan dan peningkatan perekonomian bangsa. Seiring peningkatan jumlah
penduduk, meningkat pula jumlah penduduk miskin di Indonesia.
Seiring dengan itu, kualitas sumber daya manusia pun perlu ditingkatkan
karena sangat menentukan kemajuan suatu bangsa. Sumber daya manusia yang
berkualitas pada umumnya lahir melalui proses pendidikan yang baik dan
bermutu. Akan tetapi, kemiskinan tetap menjadi faktor utama penghambat
masyarakat memperoleh pendidikan yang layak.
Pemerintah telah berupaya mengentaskan kemiskinan dan juga
meningkatkan mutu pendidikan. Salah satunya dengan memberikan Biaya
Operasional Sekolah (BOS) pada sekolah-sekolah. Meski begitu, belum terlihat
hasil yang signifikan, sehingga masih banyak anak-anak yang belum
mendapatkan pendidikan layak karena faktor ekonomi salah satunya.
Apabila fungsi pembangunan nasional disederhanakan, maka ia dapat
dirumuskan ke dalam tiga tugas utama yang mesti dilakukan sebuah negarabangsa (nation-state), yakni pertumbuhan ekonomi (economy growth),
perawatan masyarakat (community care) dan pengembangan manusia (human

1

2

development). 1 Dalam hal ini perawatan masyarakat dan pengembangan
manusia yang menjadi topik di penelitian ini, dengan demikian diperlukan
adanya pemberdayaan terhadap masyarakat agar tercipta sumber daya manusia
yang memadai, khususnya pemberdayaan di bidang pendidikan.
Tidak dapat diingkari, salah satu cara yang cukup penting dalam upaya
peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah melalui pendidikan. Dalam
hal ini upaya pengembangan sumber daya manusia menjangkau dimensi yang
lebih luas dari sekedar membentuk manusia profesional dan terampil yang
sesuai dengan kebutuhan sistem untuk dapat memberikan kontribusinya di
dalam proses pembangunan, tetapi lebih menekankan pentingnya kemampuan
(empowerment) manusia, termasuk kemampuan untuk mengaktualisasikan
segala potensinya sebagai manusia (Tjokrowinoto, 1996: 29). 2
Pendidikan membawa perubahan yang sangat besar bagi ketercapaian
bangsa yang ideal. Pendidikan merupakan pilar utama dalam pembangunaan
sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan yang berkualitas akan
mampu mengantarkan Indonesia menjadi bangsa yang modern, maju dan
sejahtera, mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Di Indonesia, prinsip tersebut ditulis dalam UUD 1945 pasal 31 yang
menyatakan bahwa “setiap warga Negara memiliki hak untuk memperoleh
pengajaran”. 3 Namun sampai detik ini permasalahan pendidikan tak kunjung
selesai. Kenyatannya di lapangan menggambarkan bahwa, kesempatan
1

Edi Suharto, Ph.D, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT. Refika
Aditama), 2005, h. 5
2
Soetomo, Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006) h.
13
3
Perubahan Ke IV Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
www.bappenas.go.id

3

memperoleh pendidikan belum dirasakan oleh semua warga negara kita. Hal ini
tercermin pada permasalahan anak jalanan yang sampai saat ini belum
terselesaikan.
Anak jalanan masih menjadi salah satu masalah yang belum
terselesaikan di Indonesia. Masih banyak kita lihat anak-anak tidak sekolah dan
terlantar di jalanan, terminal, kolong jembatan dan seterusnya.

Anak-anak

jalanan usia sekolah masih berkeliaran khususnya di ibu kota Jakarta.
Keberadaan anak jalanan tak lain merupakan dampak dari krisis
ekonomi bangsa ini. Anak-anak pada usia sekolah yang seharusnya
mendapatkan pendidikan dan masa bermain justru membantu keluarga mereka
dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan cara mengamen, memulung,
atau bahkan mengemis.
Jumlah anak yang turun ke jalan untuk mencari nafkah dari hari ke hari
terus naik. Data dari Kementerian Sosial menunjukan, jumlah anak jalanan pada
tahun 1997 masih sekitar 36.000 orang dan sekarang menjadi sekitar 232.894
orang. Jumlah anak Indonesia berusia 0-18 tahun menurut Badan Pusat Statistik
(BPS) pada tahun 2006 mencapai 79.8 juta anak. Mereka yang masuk kategori
terlantar dan hampir terlantar mencapai 17.6 juta atau 22.14 persen. Anak
jalanan menurut Kementerian Sosial termasuk anak terlantar. 4
Jika hal itu terus dibiarkan berlangsung, maka Indonesia tidak akan
melahirkan sumber daya manusia yang bisa diandalkan terlebih jika harus
bersaing di era global ini. Sayangnya, pemerintah belum juga menjadikan

4

Jumlah Anak Jalanan Kian Meningkat, www.menkokesra.go.id, di akses pada tanggal 26
Maret 2010.

4

permasalahan anak jalanan sebagai masalah yang diprioritaskan. Kondisi ini
hanya akan menambah jumlah orang-orang yang tidak berdaya dalam segala
hal. Ketidaktahuan berarti ketidakberdayaan (powerless). Setiap hari, kita
menyaksikan banyaknya anak kecil yang terpaksa harus mengemis di lampu
merah, ibu-ibu yang meminta-minta, dan lain-lain.
Dalam ayat Al-Qur’an disebutkan:

...


Artinya

: “… Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum

sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan
apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada
yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain
Dia.” 5

Dalam ayat tersebut disebutkan esensi sebuah pemberdayaan, bahwa
Allah tidak akan merubah suatu kaum sampai kaum itu merubah dirinya sendiri.
Disini tersirat makna pemberdayaan, bahwa pemberdayaan membahas
bagaimana individu, kelompok ataupun komunitas berusaha mengontrol

5

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemah, (Jakarta: Depag RI, 1980),
cet. Ke-1

5

kehidupan mereka sendiri dan mengusahakan untuk membentuk masa depan
sesuai dengan keinginan mereka. 6
Pemberdayaan merupakan salah satu langkah menuju arah yang lebih
baik dimana memberikan atau membuat suatu perubahan dari masyarakat yang
tidak berdaya menjadi berdaya dan mempunyai kehidupan yang lebih baik dari
sebelumnya. Dengan adanya pemberdayaan, setidaknya dapat menumbuhkan
rasa percaya diri dan memberikan kekuasaan bagi setiap individu untuk dapat
memilih sesuatu yang bermanfaat bagi hidupnya.
Dalam konteks pembangunan, istilah pemberdayaan pada dasarnya
bukanlah istilah baru melainkan sudah sering dilontarkan semenjak adanya
kesadaran

bahwa

faktor

manusia

memegang

peran

penting

dalam

pembanguanan. 7 Berdasarkan permasalahan di atas, diperlukan adanya
pemberdayaan terhadap anak jalanan, dimana anak jalanan merupakan salah
satu komunitas yang termarjinalkan yang memiliki banyak kekurangan, baik
dari segi ekonomi maupun dari segi ilmu pengetahuan.
Keadaan di atas mendorong sejumlah Yayasan, Rumah Singgah dan
Lembaga Swadaya Masyaraat (LSM) untuk mengambil alih peran pemerintah
demi mewujudkan masyarakat yang berpendidikan.
Salah satu LSM yang konsen dalam pemberdayaan melalui pendidikan
adalah Sanggar Anak Akar. Sanggar ini berada di Cipinang Melayu Gudang
Seng, Jakarta Timur. Programnya begerak di bidang pendidikan. Salah satu
programnya adalah program Sekolah Otonom untuk anak-anak yang kurang
6

Shardlow (1998: 32) dalam Roesmidi dan Riza Risyanti, Pemberdayaan Masyarakat,
(Bandung: Alqaprint Jatinangor, 2006), h. 3
7
Ibid, h. 2

6

beruntung dalam hal ekonomi, anak putus sekolah dan tidak pernah
mendapatkan pendidikan di bangku sekolah.
Tidak mudah merekrut anak-anak jalanan dan memberikan pendidikan
kepada mereka. Karena mereka sudah terbiasa dengan kehidupan jalanan dan
mencari nafkah untuk keluarga, dan mereka juga tidak pernah mendapatkan
masukan yang menyadarkan mereka bahwa pendidikan itu penting.
Oleh karena itu, penulis ingin melihat sejauh mana program sekolah
otonom ini dapat membantu menyelesaikan persoalan Anak Jalanan dan juga
sekaligus membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran dan
kriminaltas, yang biasanya terjadi di kalangan antar anak jalanan.
Apakah program tersebut dapat memberdayakan anak-anak jalanan yang
berada di lingkungan sekitar untuk mendapatkan pendidikan seperti anak
lainnya. Keingintahuan penulis ini dituangkan dalam penelitian skripsi yang
berjudul ”Pemberdayaan Anak Jalanan melalui Program Sekolah Otonom
oleh Sanggar Anak Akar di Gudang Seng Jakarta Timur.”

B. Perumusan Dan Pembatasan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan fokus dengan apa yang menjadi
tujuan penulis, maka penulis memfokuskan dan membatasi masalah penelitian
ini pada Proses Pemberdayaan Anak Jalanan, melalui Program Sekolah Otonom
di Sanggar Anak Akar.

2. Perumusan Masalah

7

Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka penulis merumuskan
permasalahan ini pada:
1. Bagaimana proses pelaksanaan program pemberdayaan melalui Sekolah
Otonom di Sanggar Anak Akar?
2. Apa faktor penghambat dan faktor pendukung yang dihadapi dalam
pelaksanaan program Sekolah Otonom?
3. Bagaimana hasil dari pelaksanaan program pemberdayaan melalui Sekolah
Otonom tersebut?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui proses pelaksanaan program pemberdayaan tersebut
di Sanggar Anak Akar.
2. Untuk mengetahui faktor penghambat dan faktor pendukung yang
dihadapi dalam pelaksanaan program tersebut.
3. Untuk

mengetahui

bagaimana

hasil

dari

pelaksanaan

program

pemberdayaan melalui Sekolah Otonom tersebut.

2. Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka manfaat dari penelitian ini
adalah:
a. Manfaat Akademis

8

1. Dapat dijadikan informasi dalam pengembangan mutu pembelajaran
Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) di Fakultas Dakwah
dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatuallah Jakarta.
2. Untuk

menambah

referensi

baru

dalam

materi

tentang

pengembangan masyarat di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Untuk memenuhi syarat-syarat menyelesaikan gelar Sarjana Sosial
Islam (S.Sos.I) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Manfaat Praktis
1. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi bagi masyarakat
umumnya,

dan

para

pekerja

sosial/pendamping

masyarakat

khususnya.
2. Dan penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi masyarakat
luas agar menyadari pentingnya pendidikan dan juga masukan bagi
pemerintah untuk lebih memperhatikan anak jalanan di Indonesia.

D. Metodologi Penelitian
1.

Pendekatan Penelitian
Untuk penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif.

Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata, tertulis atau lisan dari orang dan prilaku yang dapat diamati.

9

Kirk dan Miller memberikan pengertian penelitian kualitatif sebagai
tradisi penelitian yang tergantung pada pengamatan sesuai dengan orang-orang
di sekitar objek penelitian dalam bahasa dan peristilahan sendiri. 8
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk
mengeksplorasi dan mengklasifikasikan suatu fenomena atau kenyataan sosial,
dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan
masalah dan unit yang diteliti. 9
Berdasarkan beberapa definisi di atas, peneliti melakukan penelitian
dengan menguraikan fakta-fakta yang didapat di lapangan berdasarkan hasil dari
penelitian lapangan (field research) yang kemudian diolah, dikaji dan dianalisis
agar dapat menghasilkan suatu kesimpulan.

2. Macam dan Sumber Data
Adapun macam data pada penelitian ini terbagi menjadi dua bagian,
yaitu data primer dan data sekunder.
Data Primer diperoleh melalui proses penelitian langsung dari partisipan
atau sasaran penelitian, yaitu data yang berasal dari anak-anak yang mengikuti
program sekolah otonom di Sanggar Anak Akar, pengurus yayasan, dan
pimpinan sanggar.
Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari catatan-catatan atau
dokumen yang terkait dengan penelitian dari lembaga yang diteliti ataupun
referensi dan buku-buku dari perpustakaan.
8

Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2009),
edisi revisi cet. Ke 26, h. 3
9
Prof. Dr. H. Syamsir Salam, MS dan Jaenal Aripin, M.Ag, Metodologi Penelitian Sosial,
(Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 13

10

3. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Sanggar Akar, Jl. Inspeksi Saluran Jatiluhur
no. 30 Rt. 04/01, Cipinang Melayu Gudang Seng, Jakarta Timur. Penelitian ini
dilakukan bulan Maret sampai pada Agustus 2010.
Alasan peneliti memilih lokasi tersebut adalah karena tempat tersebut
mudah diakses oleh peneliti, dan tempatnya pun strategis. Hal tersebut yang
membuat penulis melakukan penelitian di lokasi tersebut.

4. Teknik Penggalian Data
Untuk mendapatkan data yang objektif, penulis melakukan observasi dan
wawancara, berupa:
a. Observasi adalah usaha untuk memperoleh dan mengumpulkan data dengan
melakukan pengamatan langsung di lapangan terhadap suatu kegiatan secara
akurat, serta mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan
hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. 10
Dalam proses observasi ini penulis melakukan pengamatan langsung
terhadap pelaksanaan program pendidikan akademis, yaitu proses belajar
mengajar dan kegiatan keseharian anak didik di Sekolah Otonom. Dalam
melakukan observasi tersebut, keberadaan penulis diketahui oleh pengelola,
tutor, dan anak didik.
10

Wardi Bachtiar, Metode Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), cet. Ke I, h. 24

11

b. Wawancara adalah salah satu upaya untuk memperoleh data yang berkaitan
dengan permasalahan penelitian sehingga dapat menemukan data atau
keterangan mengenai program Sekolah Otonom. Dalam penelitian ini
penulis mewawancarai pimpinan yayasan, tim pengajar dan anak jalanan
yang mengikuti program Sekolah Otonom atau unsur-unsur yang
berhubungan dengan penelitian atau berkaitan dengan permasalahan yang
ingin digali.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumendokumen dan pustaka sebagai bahan analisis dalam penelitian ini. Yang
memfokuskan masalah mengenai program Sekolah Otonom.

5. Teknik Pemilihan Subjek Penelitian
Sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif teknik pemilihan
informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sample bertujuan
(purpossive sample). 11 Dalam menetukan subjek penelitian ini peneliti memilih
para informan yang menurut peneliti dapat memberikan data yang dibutuhkan
dalam penellitian ini.
Dalam mencari data peneliti mewawancarai Pimpinan dari SAA yaitu
Ibe Karyanto, beberapa staf SAA yang juga merupakan moderator dari Sekolah
Otonom seperti Abdurrahman staf sekaligus kepala sekolah dari Sekolah
Otonom, Saneri, Andry Setiawan, dan Martin, peneliti juga mewawancarai

11

Lexy J. Moloeng, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2009),
edisi revisi cet. Ke 26, h. 241

12

beberapa anak SAA yang mengikuti Sekolah Otonom, yaitu Hermawan,
Muhammad Ghazzali, Zulaeman, Yuli Vega Ananda, Putri Oktafiani, Agus
Supriyatna, Anggini, Marshandi, dan Wahyudi. Dengan pengklasifikasian latar
belakang dengan rancangan informan sebagai berikut:

Tabel 1
Rancangan Informan

NO

1

2

3

4

INFORMAN

Pimpinan
Sanggar

Staf Sanggar

Moderator

Anak Sanggar

INFORMASI
YANG DICARI
Gambaran
lembaga, latar
belakang program
sekolah otonom,
hasil yang dicapai,
faktor penghambat
dan pendukung.
Gambaran
lembaga, latar
belakang dan
pelaksanaan
program sekolah
otonom,
dokumentasi.
Pelaksanaan
program sekolah
otonom, faktor
penghambat dan
pendukung, hasil
yang dicapai,
gambaran anakanak sanggar.
Pelaksanaan
program sekolah
otonom, faktor
penghambat dan
pendukung, hasil
yang dicapai.

METODE
JUMLAH PENGUMPULAN
DATA

1

Wawancara bebas
terstruktur

2

Wawancara bebas
terstruktur,
dokumentasi

2

Wawancara bebas
terstruktur,
observasi

9

Wawancara bebas
terstruktur,
observasi

13

6. Teknik Analisis Data
Analisis Data Kualitatif (Bogdan & Biklen, 1982) adalah upaya yang
dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilahmilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan
menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan
memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.12
Di pihak lain, Analisis Data Kualitatif (Seiddel, 1998), prosesnya
berjalan sebagai berikut: 13
a. Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi
kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri,
b. Mengumpulkan,

memilah-milah,

mengklasifikasikan,

mensintensiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya,
c. Berfikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai
makna, mencari dan menemukan pola dan hubungan-hubungan, dan
membuat temuan-temuan umum.
Berdasarkan hal tersebut maka metode analisa yang digunakan adalah
metode deskripsi analisis yakni dengan cara mengumpulkan data kemudian
menyusun, menyajikan, baru kemudian menganalisis untuk mengungkapkan arti
data

tersebut.

Pada

saat

menganalisa

data

hasil

observasi,

peneliti

menginterpretasikan catatan lapangan yang ada kemudian menyimpulkannya.

12
13

Ibid. h. 248
Ibid.

14

Setelah itu peneliti menganalisa kategori-kategori yang nampak pada data
tersebut.
7. Teknik Pemerikasaan Keabsahan Data
Data yang telah digali, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan
penelitian. Untuk menjaga keabsahan data dalam penelitian ini diperlukan
teknik pemeriksaan. Adapun teknik yang digunakan untuk menjaga keabsahan
adalah sebagai berikut:
1. Kriterium Kredibilitas/Kepercayaan
Fungsi kriterium kredibilitas ini adalah untuk melaksanakan inkuiri
sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan penemuannya dapat dicapai,
kemudian mempertunjukkan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan
jalan pembuktian oleh penulis pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.
Kriterium kredibilitas ini menggunakan dua teknik pemeriksaan.
a. Ketekunan Pengamatan
Dimaksudkan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam
situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu dalam
penelitian ini dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut
secara rinci.
Dengan kata lain, peneliti mengadakan pengamatan kepada subyek
penelitian yaitu, pengurus dan staf Sanggar Anak Akar, pimpinan
Sanggar dan beberapa anak-anak yang aktif di sekolah otonom
dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan, sehingga data yang
didapat benar-benar valid, objektif dan saling mendukung, untuk

15

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu
(triangulasi).

b. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain, hal tersebut dapat dicapai melalui
jalan: a) membandingkan data hasil wawancara dengan pengamatan
di lapangan, misalnya peneliti membandingkan hasil wawancara
subyek penelitian dengan hasil temuan pengamatan lapangan tentang
program sekolah otonom di Sanggar Anak Akar . b) membandingkan
keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan
pandangan orang lain, misalnya peneliti membandingkan jawaban
yang diberikan oleh staf atau pengurus sanggar dengan jawaban
wawancara dengan anak yang mengikuti sekolah otonom. c)
membandingkan hasil wawancara dengan hasil dokumen yang
berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti. Wawancara tersebut
untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data
tersebut. 14

2. Kriterium Kepastian
Mengutip pendapat Scriven (dalam Lexy, 2007), yang menyatakan
bahwa masih ada unsur ’kualitas’ yang melekat pada konsep objektifitas, hal ini
dapat digali, dari pengertian bahwa jika sesuatu itu objektif, berarti dapat
14

Ibid. h. 331

16

dipercaya, faktual, dan dapat dipastikan. Dari sini peneliti dapat membuktikan
bahwa data-data ini terpercaya. Keterpercayaan ini didasarkan pada hasil datadata yang diperoleh dari hasil rekaman wawancara informan dan observasi
terhadap subjek penelitian.
Kepastian dengan teknik pemeriksaan audit, kepastian auditor dalam hal
ini ialah objektif atau tergantung pada persetujuan beberapa orang terhadap
pandangan, pendapat dan penemuan seseorang. Dapatlah dikatakan bahwa
pengalaman seseorang itu subjektif, sedangkan jika disepakati oleh beberapa
orang barulah dapat dikatakan objektif. 15

E. Tinjauan Pustaka
Ada beberapa hasil penelitian yang hampir sama dengan penelitian yang
akan penulis jadikan bahan perbandingan. Pertama, Skripsi berjudul ”Upaya
Pemberdayaan Pekerja Anak Usia Sekolah di Yayasan Nanda Dian Nusantara”
2006, yang disusun oleh Nurjamil. Skripsi berisi mengenai upaya yang
dilakukan oleh Yayasan Nanda Dian Nusantara dalam membina dan
memberdayakan pekerja (anak-anak pemulung) usia sekolah dalam bidang
pendidikan, keagamaan, dan keterampilan.
Kedua, skripsi yang berjudul ”Program Pengembangan Usaha Mandiri
Anak Jalanan di Yayasan Bina Anak Pertiwi di Jakarta Selatan”, 2007, yang
disusun oleh Farhanah. Skripsi ini berisi tentang program usaha mandiri yang
dilakukan oleh anak jalanan di yayasan Bina Anak Pertiwi, dan tentang

15

Ibid. h. 325

17

bagaimana kemandirian anak jalanan yang membuka usaha agar dapat hidup
mandiri dan tidak bergantung pada orang lain.
Ketiga, Skripsi yang berjudul ”Peranan Rumah Singgah Setia Kawan
Mandiri Dalam Membina Kemandirian Anak Jalanan” 2006, yang disusun oleh
Sasti Himmah. Skripsi ini berisi tentang pembinaan kemandirian anak jalanan
yang diterapkan oleh rumah singgah tersebut.
Skripsi yang penulis bahas adalah mengenai pemberdayaan anak jalanan
yang dilakukan oleh Sanggar Anak Akar melalui program Sekolah Otonom.
Fokus program lembaga tersebut adalah memberikan pendidikan kepada anak
jalanan melalui pembelajaran dialogis. Fokus penulis pada skripsi ini adalah
pemberdayaan anak jalanan melalui program Sekolah Otonom yang ada di
Sanggar Anak Akar.

F. Sistematika Penulisan
Untuk lebih memudahkan pembahasan dalam skripsi ini, penulis
menyusun ke dalam lima bab yang terdiri dari beberapa sub bab tersendiri. Babbab tersebut secara keseluruhan saling berkaitan satu sama lainnya yang diawali
dengan pendahuluan dan diakhiri dengan penutup serta kesimpulan dan saran,
adapun susunannya adalah sebagai berikut:

BAB I

PENDAHULUAN

Yang meliputi A) Latar Belakang Masalah, B) Pembatasan dan Perumusan
Masalah, C) Tujuan dan Manfaat Penelitian, D) Metodologi Penelitian, E)
Tinjauan Pustaka, F) Sistematika Penulisan.

18

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

Yang meliputi A) Pemberdayaan, 1. Pengertian Pemberdayaan, 2. Tahap-tahap
Pemberdayaan, 3. Proses Pemberdayaan, 4. Strategi Pemberdayaan, B. Anak
Jalanan, 1. Pengertian Anak Jalanan, 2. Penanganan Anak Jalanan, C.
Pemberdayaan Anak Jalanan, D. Sekolah Otonom, 1. Pengertian Sekolah
Otonom.
BAB III

GAMBARAN UMUM SANGGAR ANAK AKAR

Yaitu meliputi A) Profil Sanggar Akar, 1. Sejarah Berdirinya, 2. Visi dan Misi,
3. Kegiatan Harian Sanggar, 4. Struktur Organisasi Sanggar Anak Akar, B)
Program Sekolah Otonom, 1. Materi Pembelajaran, 2. Proses Pembelajaran, 3.
Dukungan, C) Gambaran Umum Wilayah Gudang Seng Jakarta Timur
BAB IV

ANALISIS DAN HASIL TEMUAN

Yang meliputi A) Proses Pelaksanaan Program Sekolah Otonom, B) Faktor
Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Program Sekolah Otonom. C) Hasil
Program Sekolah Otonom dalam Pemberdayaan Anak Jalanan.
BAB V

PENUTUP

Yang meliputi A) Kesimpulan, B) Saran-saran.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pemberdayaan
1. Pengertian Pemberdayaan
Pemberdayaan berasal dari kata “daya” yang mendapat awalan bermenjadi kata “berdaya” artinya memiliki atau mempunyai daya. Daya artinya
kekuatan, berdaya artinya memiliki kekuatan. Kata “berdaya” apabila diberi
awalan pe- dengan mendapat sisipan –m- dan akhiran –an menjadi
“pembedayaan” artinya membuat sesuatu menjadi berdaya atau mempunyai
daya atau kekuatan. 1
Istilah pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah asing yaitu
empowerment. Secara teknis istilah pemberdayaan dapat disamakan atau
setidaknya diserupakan dengan istilah pengembangan, dan istilah ini dalam
batasan-batasan tertentu dapat dipertukarkan. 2

Dalam pengertian lain,

pemberdayaan atau pengembangan – atau tepatnya pengembangan sumber daya
manusia – adalah upaya memperluas horizon pilihan bagi masyarakat. Ini berarti
masyarakat diberdayakan agar memiliki dan memilih sesuatu yang bermanfaat
bagi dirinya. Dengan demikian, proses pengembangan dan pemberdayaan akan
menyediakan sebuah ruang kepada masyarakat yang memiliki kualitas. 3

1

Roesmidi dan Riza Risyanti, Pemberdayaan Masyarakat, (Bandung: Alqaprint Jatinangor,
2006), h. 1
2
Nanih Machendrawati dan Agus Ahmad Safe’I, Pengembangan MAsyarakat Islam: Dari
Ideologi, Strategi, Sampai Tradisi, (Bnadung: Remaja Rosdakarya, 2001), h. 41-42
3
Ibid. h. 42

19

20

Pemberdayaan adalah upaya peningkatan kemampuan dalam mencapai
penguatan diri guna meraih keinginan yang dicapai. Pemberdayaan akan
melahirkan kemandirian, baik kemandirian berfikir, sikap, tindakan yang
bermuara pada pencapaian harapan hidup yang lebih baik. 4
Menurut T. Hani Handoko, pemberdayaan adalah suatu usaha jangka
panjang untuk memperbaiki proses pemecahan masalah dan melakukan
pembaharuan. 5
Pemberdayaan dapat juga diartikan sebagai perubahan ke arah yang
lebih baik dari tidak berdaya menjadi berdaya. Pemberdayaan terkait dengan
upaya meningkatkan taraf hidup ke tingkat yang lebih baik. 6
Carlzon & Macauley, sebagaimana dikutip oleh Wasistiono (1998: 46)
mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan pemberdayaan adalah sebagai
berikut:
“Membebaskan seseorang dari kendali yang kaku, dan memberi orang
tersebut kebebasan untk bertanggung jawab terhadap ide-idenya,
keputusan-keputusannya dan tindakan-tondakannya.” 7

Sementara Shardlow (1998: 32) mengatakan pada intinya:
“Pemberdayaan membahas bagaimana individu, kelompok ataupun
komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan
mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai dengan keinginan
mereka.” 8

4

Rofiq A. dkk., Pemberdayaan Pesantren: Menuju Kemandirian dan Profesionalisme Santri
dengan Metode Daurah Kebudayaan, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2005), h. 33
5
T. Hani Handoko, Manajemen, edisi II, (Yogyakarta, 1997) cet. Ke-XI, h. 337
6
Diana, Perencanaan Sosial Negara Berkembang, (Yogyakarta, Gajah Mada University Press,
1999), h. 15
7
Roesmidi dan Riza Risyanti, Pemberdayaan Masyarakat, (Bandung: Alqaprint Jatinangor,
2006), h. 2
8 Ibid. h. 3

21

Payne

sebagaimana

dikutip

Adi

(2003)

menjelaskan

bahwa

pemberdayaan adalah:
“To help client gain power of decision and action over their own lives by
reducing the effect of social or personal block to exercising power, by
increasing capacity and self confidence to use power and by transferring
power from the environment to clients.”

(Membantu klien memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan
menentukan tindakan yang akan ia lakukan terkait dengan diri mereka,
termasuk mengurangi efek hambatan pribadi dan social dalam
melakukan tindakan. Hal ini dilakukan melalui peningkatan kemampuan
dan rasa percaya diri yang ia miliki, antara lain melalui transfer daya dari
lingkungannya) 9

Syahrin Harahap mendefinisikan pemberdayaan (empowerment) sebagai
upaya untuk memberi kemampuan atau keberdayaan, yang dalam konteks ini
adalah bagi mereka yang fakir, miskin, dan anak yatim. 10
Kata pemberdayaan juga menunjuk pada kemampuan orang, khususnya
kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau
kemampuan dalam (a) memenuhi kebutuhan dasarnya sehingga mereka
memiliki kebebasan (freedom), dalam arti bukan saja bebas mengemukakan
pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari kesakitan; (b) menjangkau
sumber-sumber produktif yang memungkinkan mereka dapat meningkatkan
pendapatannya dan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka

9

Isbandi Adi Rukminto, Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat Sebagai Upaya
Pemberdayaan Masyarakat, (Jakarta: Rajawali Press, 2008), h. 77-78.
10
Syahrin Harahap, Islam: Konsep dan Implementasi Pemberdayaan, (Yogyakarta: Tiara
Wacana Yogya, 1999), h. 87

22

perlukan; dan (c) berpartisipasi dalam pembangunan dan keputusan yang
mempengaruhi mereka. 11
Dengan demikian, pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan.
Sebagai proses, pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat
kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk
individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan. 12 Sebagai tujuan, maka
pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh
sebuah perubahan social; yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan
atau mempunyai pengetahuan dan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. 13
Istilah pemberdayaan lahir sebagai sebuah konsep dari perkembangan
alam pikiran dan kebudayaan masyarakat. Berdasarkan penelitian kepustakaan
pranarka, proses pemberdayaan mengandung dua kecenderungan di antaranya:
a. Kecenderungan primer, yaitu pemberdayaan yang menekankan kepada
proses memberikan atau mengalihkan sebagian kakuasaan, kekuatan atau
kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya.
b. Kecenderungan sekunder, yaitu pemberdayaan yang menekankan pada
proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar
mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang
menjadi pilihan hidupnya. 14

11

Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandung: PT. Refika
Aditama, 2005), h. 58
12
Ibid. h. 59
13
Ibid. h. 60
14
Bambang Sutrisno, dkk, Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengembangan Ekonomi
Kerakyatan Dalam Akses Peran Serta Masyarakat, Lebih Jauh Memahami Community
Development, (Jakarta: ICSD, 2003), h. 133

23

Pemberdayaan masyarakat dapat diartikan bahwa masyarakat diberi
kuasa, dalam upaya untuk menyebarkan kekuasaan, melalui pemberdayaan
masyarakat, organisasi agar mampu menguasai atau berkuasa atas kehidupannya
untuk semua aspek kehidupan politik, ekonomi, pendidikan, kesehatan,
pengelolaan lingkungan dan sebagainya. 15
Menurut definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pada
hakekatnya pemberdayaan adalah usaha mengembangkan kemampuan dan
kemandirian masyarakat dengan memberikan kuasa atau kemampuan kepada
individu atau komunitas untuk dapat menentukan jalan hidup mereka sendiri dan
juga dapat bertanggung jawab atas apa yang mereka pilih tanpa adanya
ketergantungan.

2. Tahap-tahap Pemberdayaan Masyarakat
Dalam pemberdayaan tidak langsung terbentuk atau terjadi secara
langsung maupun tiba-tiba, tetapi melalui beberapa proses tahapan yakni: 16
1. Tahap persiapan
Tahapan ini meliputi penyiapan petugas (community development),
dimana tujuan utama ini adalah untuk menyamakan persepsi antar anggota agen
perubah (agent of change) mengenai pendekatan apa yang dipilih dalam
melakukan pengembangan masyarakat. Sedangkan pada tahap penyiapan
lapangan, petugas melakukan studi kelayakan terhadap daerah yang akan

15

Dr. K. Suhendra, SH., M.Si., Peranan Birokrasi Dalam Pemberdayaan Masyarakat,
(Bandung: Alfabeta, 2006), h. 75
16
Amelia, Skripsi: Pemberdayaan masyarakat Melalui Pelatihan Keterampilan Teknisi
Handphone Di Institut Kemandirian Dompet Dhuafa, (Jakarta: FDK, 2009), h. 27

24

dijadikan sasaran. Pada tahap inilah terjadi kontak dan kontrak awal dengan
kelompok sasaran.
2. Tahap Assessment
Proses assessment yang dilakukan disini adalah dengan mengidentifikasi
masalah (kebutuhan yang dirasakan) dan juga sumber daya manusia yang
dimiliki klien. Dalam proses penilaian ini dapat pula digunakan teknik SWOT,
dengan melihat kekutan, kelemahan, kesempatan dan ancaman.
3. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan
Pada tahap ini agen perubah (agent of change) secara partisipatif
mencoba melibatkan warga untuk berfikir tentang masalah yang mereka hadapi
dan bagaimana cara mengatasinya.
4. Tahap Pemformulasikan Rencana Aksi
Pada tahap ini agen membantu masing-masing kelompok untuk merumuskan
dan menentukan program dan kegiatan apa yang akan mereka lakukan untuk
mengatasi permasalahan yang ada.
5. Tahap Pelaksanaan (implementasi) Program
Tahap pelaksanaan ini merupakan salah satu tahap yang paling krusial
(penting) dalam proses pengembangan masyarakat, karena sesuatu yang sudah
direncanakan dengan baik akan dapat melenceng dalam pelaksanaan di lapangan
bila tidak ada kerja sama antar warga.
6. Tahap Evaluasi
Tahap ini sebagai proses pengawasan dari warga dan petugas terhadap
program yang sedang berjalan pada pengembangan masyarakat sebaiknya
dilakukan dengan melibatkan warga.

25

7. Tahap Terminasi
Tahap ini merupakan tahap pemutusan hubungan secara formal dengan
komunitas sasaran. Terminasi dilakukan seringkali bukan karena masyarakat
sudah dianggap mandiri, tetapi tidak jarang terjadi karena proyek sudah harus
dihentikan karena sudah melebihi jangka waktu yang sudah ditetapkan
sebelumnya, atau karena anggaran sudah selesai dan tidak ada penyandang dana
yang dapat dan mau meneruskan.

3. Proses Pemberdayaan
Merujuk kepada apa yang dicontohkan Rasulullah SAW ketika
membangun masyarakat setidaknya harus ditempuh tiga tahap atau proses
pemberdayaan masyarakat, sebagai berikut:
1. Proses Takwin, yaitu tahap pembentukan masyarakat. Kegiatan pokok
pada tahap ini adalah proses sosialisasi dari unit terkecil dan terdekat
sampai kepada perwujudan-perwujudan kesepakatan.
2. Proses Tanzim, yaitu tahap pembinaan dan penataan masyarakat. Pada
fase ini internalisasi dan eksternalisasi isu-isu muncul dalam bentuk
institusionalisasi secara komprehensif dalam realitas social.
3. Proses Taudi’, yaitu tahap keterlepasan dan kemandirian. Pada tahap ini
masyarakat telah siap menjadi masyarakat mandiri terutama secara
manajerial. 17

17

Nanih Machendrawaty, h. 31-34

26

Pelaksanaan proses dan pencapaian tujuan pemberdayaan dapat dicapai
melalui penerapan pendekatan pemberdayaan yang dapat disingkat menjadi 5P,
yaitu:
a. Pemungkinan; menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan
potensi masyarakat berkembang secara optimal.
b. Penguatan; memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhankebutuhannya.
c. Perlindungan; melindungi masyarakat terutama kelompok-kelompok
lemah agar tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya
persaingan tidak seimbang dan mencegah eksploitasi terhadap kelompok
lemah.
d. Penyokongan; memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat
mampu menjalankan peranan dan tugas-tugas kehidupannya.
e. Pemeliharaan; memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi
keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam
masayarakat. 18

Dari sumber lain, proses pemberdayaan dapat dilakukan melalui tiga
tahap: 19
1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi seseorang
atau masyarakat berkembang.
18

Edi Suharto, h. 67-68
Gunawan Sumadiningrat, Pembangunan Daerah dan Pemberdayaan Masyarakat, (Jakarta:
Bina Rena Pariwara, 1997), h. 165

19

27

2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat. Dalam rangka
ini diperlukan langkah-langkah lebih positif dan nyata, penyediaan
berbagai masukan (input), serta pembukaan akses kepada berbagai
peluang yang akan membuat diri menjadi makin berdaya memanfaatkan
peluang.
3. Memberdayakan mengandung pula arti melindungi. Pemberdayaan
secara pasti dapat diwujudkan, tetapi perjalanan tersebut tidaklah berlaku
bagi mereka yang lemah semangat. Dalam proses pemberdayaan harus
dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah. Contohnya dengan
memberikan dorongan dan semangat untuk berubah.

Proses pemberdayaan yang dikembangkan oleh Prijono, dan dikutip oleh
Rajuminropa, mengandung dua kecenderungan yaitu:
1. Kecenderungan primer, proses pemberdayaan yang menekankan kepada
proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau
kemampuan kepada masyarakat agar individu lebih berdaya. Proses ini
dilengkapi dengan upaya membangun asset material guna mendukung
pembangunan kemandirian mereka melalui organisasi.
2. Kecenderungan sekunder, proses pemberdayaan yang menekankan
kepada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar
mempunyai kemampuan atau berdaya untuk menentukan pilihan
hidupnya melalui proses dialog. 20
20

Rajuminropa, Pemberdayaan Anak dari Keluarga Miskin, (Universitas Indonesia Jurusan

Ilmu Kesejahteraan Sosial, 2003)

28

Selanjutnya menurut Rubin (1992) “central to empowerment is
willingness to challenge formal authority and to escape dependency on yhose in
power.” Yang dikutip oleh Rajuminropa bahwa pendapat Rubin diartikan bahwa
pemberdayaan sebagai proses ataupun sebagai tujuan pada dasarnya akan
memunculkan keberanian pada individu atau kelompok. Kondisi semula yang
cenderung hanya menerima keadaan, selanjutnya kan lebih berani bertindak
untuk merubah keadaan. Bentuk keberanian itu juga dapat merupakan kekuatan
formal guna menghapus ketergantungannya. 21
Hogon seperti dikutip oleh Adi menggambarkan proses pemberdayaan
yang kesinambungan sebagai suatu siklus yang terdiri dari lima tahap utama
yaitu:
1. Menghadirkan kembali pengalaman yang memberdayakan dan tidak
memberdayakan (recall dopowering/empowering experience).
2. Mendiskusikan

alasan

mengapa

terjadi

pemberdayaan

dan

pentidakberdayaan (discuss reason for depowerment/empowerment)
3. Mengidentifikasi suatu masalah ataupun proyek (identify useful power
bases), dan
4. Mengembangkan rencana-rencana aksi dan mengimplementasikan
(develop and implement action plans).
Dari pernyataan di atas tergambar mengapa Hogon meyakini bahwa
pros