penulis UM: Ustad Mirwan

1 LAMPIRAN 7 TRANSKRIP I WANCARA DENGAN USTAD MIRWAN TANGGAL : 15 AGUSTUS 2010 PUKUL : 08: 30 LOKASI : HALAMAN MASJID SALAH SATU UNIVERSITAS DI YOGYAKARTA Keterangan:

P: penulis UM: Ustad Mirwan

Ini adalah pertemuan pertama dengan Ustad Mirwan. Penulis belum bisa mengobrol banyak dengannya karena Ustad harus memimpin dakwah pada pukul 09.00 P: Film Perempuan Berkalung Sorban membahas beberapa hal berkaitan dengan kepemimpinan, misalnya Annisa batal menjadi ketua kelas karena dia perempuan. Menurut Ustad, apakah perempuan boleh memimpin? UM: Kalau jadi ketua kelas boleh. Pemimpin pesantren juga ada yang perempuan. Kalau misalnya untuk pemerintahan, politik, contohnya gubernur, presiden, itu harus laki-laki. P: Jadi, di Islam menurut Ustad ada tingkatan-tingkatan tertentu perempuan boleh memimpin? Di pesantren boleh, tapi di tingkat gubernur, presiden, itu tidak? UM: Sebenarnya bukan tingkatan, tapi pembagian. jadi kalo tingkatan itu kan kemudian ada kesan pengkastaan. Jadi ini bukan tingkatan, hanya pembagian, pada wilayah apa perempuan boleh memimpin, pada wilayah apa perempuan tidak boleh memimpin. Kalau perusahaan, pesantren, itu boleh. Karena apa? Karena ada hadis Nabi yang menjelaskan dari Imam Bukhori, tidak akan beruntung suatu kaum yang urusan mereka itu diserahkan kepada perempuan. Nah, konteks hadis ini berkenaan dengan pada waktu itu terjadi peralihan kekuasaan, jadi di Persia dari raja kepada putri Persia waktu itu karena ada konflik politik di Persia. Berita ini sampai kepada Nabi, kemudian Nabi memberikan tanggapan dengan pernyataan itu tadi “tidak beruntung suatu kaum yang urusan mereka diserahkan kepada perempuan.” Ini kalau melihat konteks hadis ini adalah dalam hal pemerintahan, bukan dalam konteks yang lain, sehingga kalau dalam konteks pemerintahan, saya melihat, kami memandang, presiden, gubernur, bupati, itu adalah jabatan pemerintahan di mana perempuan tidak boleh memimpin, tapi selain itu, boleh. Maka saya katakan perusahaan, pesantren, bahkan perguruan tinggi, islam nggak melarang. Partai politik, kalau ada partai politik perempuan, itu nggak masalah. P: Pertamanya ustad nonton PBS karena apa? UM: Saya punya toko buku, kemudian saya sempat menjual bukunya, saya tidak sempat membaca, kemudian kan terjadi kontroversi, saya lihat di TV, lalu saya tertarik untuk melihat. Setelah melihat ternyata begitu.. P: Setelah itu masih menjual bukunya? UM: Setelah itu tidak lagi. P: Berarti stok buku yang masih ada itu disimpan atau gimana, Ustad? UM: Saya tinggalkan sudah lama ya toko itu, kan di Banjarmasin. Rasanya sudah habis, sudah habis sebelum saya tahu buku itu kontroversi. Nah, tapi meskipun yang saya tahu, antara isi buku dengan film itu ada sedikit perbedaan, tidak sama persis. Dan setahu saya, kontroversinya itu lebih tajam yang di film daripada yang di buku. P: Berarti secara umum lebih cenderung ke tidak suka filmnya daripada suka? 2 UM: Ya ya, karena ada, tentu pembuat film pasti punya message tertentu. Yang terlihat itu adalah tadi, sikap tidak adil, tidak proporsional terhadap dunia pesantren. Padahal dunia pesantren tidak seperti itu. Kita bisa lihat bahkan di pesantren itu ada pemimpin pesantren perempuan. Kemudian yang terlihat juga di sana adalah pendiskreditan terhadap Islam. Jadi Islam tidak membenarkan, kalau di film itu digambarkan seorang suami yang menggauli istrinya pada saat istrinya haid, kan ada itu kan.. Kemudian bahkan waktu Annisa tengah berwudhu mau sholat tiba-tiba suaminya mengajak. Nah itu bukan akhlak islami yang seperti itu. Namun, itu justru mendapat pelegalan dari pihak pesantren, terutama ibunya Nisa. Ini tidak benar, Islam tidak membenarkan hal semacam itu meskipun kepada sorang istri. Seorang Islam dalam Islam dia punya hak menyampaikan kebenaran, dia punya hak menolak kalau itu sebuah kemaksiatan. Dalam sebuah hadis nabi berkata tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam bermaksiat kepada Allah. Jadi suami dalam hal itu tidak wajib ditaati kalo suaminya itu mengajak bermaksiat. Itu dalam konteks Islam, itu yang benar, tidak seperti di dalam film itu. Maka saya katakan ini adalah pendiskreditan terhadap islam, dan itu di dunia pesantren. Kalo misalnya itu di dunia dugem, masyarakat umum, yang mereka tidak paham agama mungkin agak tidak terlalu kontroversi, persoalannya adalah karena itu ditampilkan dengan latar belakang pesantren, itu persoalannya. P: Dari film itu, bagian mana yang Ustad anggap paling menarik? Paling kontroversial, paling menarik? UM: Ya itu tadi, waktu, terutama yang paling kontroversi adalah pelegalan terhadap suami Nisa yang melakukan pelanggaran suatu syariat, kemudian mendapat pembenaran dari pihak pesantren. Kemudian juga dalam Islam itu ada hak untuk menyuarakan pendapat, di majelis-majelis taklim itu kan digambarkan di sana Nisa membantah kemudian tidak diperkenankan. Islam membolehkan perempuan menyampaikan pendapatnya, cuma pada masa Nabi, pernah ada semacam protes kepada Nabi. Ada seorang wanita yang dipilih oleh para wanita untuk mewakili aspirasi mereka, semacam demolah. Itu tidak ditolak oleh nabi, bahkan diterima. Artinya apa? artinya nabi menerima aspirasi para perempuan. P: Ada tokoh yang Ustad suka dalam PBS? UM: Siapa. ya? Ya kalau tokoh dalam film ya, bukan dalam dunia nyata ya.. emm.. ya saya kira yang berangkat ke Mesir itu, siapa namanya itu? P: Khudori. UM: Khudori, ya? Nah, ya. Paling tidak saya kagum dengan semangat belajarnya.Saya kira itu. Kalau perlakuannya terhdap istri? UM: Si Khudori? P: Iya. UM: Eee.. di bagian yang mana itu? P: Kan tadi Ustad bilang kagum dengan semangat belajarnya khudori. Kalau hubungannya dengan Annisa ketika sudah menjadi suaminya, pendapat ustad gimana? UM: Saya agak lupa bagian akhirnya.. Gimana itu? P: Jadi intinya kemudian Annisa cerai dengan Samsudin, nikah dengan Khudori. Terus ya itu, di rumah tangga mereka nyuci bareng, masak bareng.. UM: Ya itulah Islam. Jadi Islam itu memandang bahwa pernikahan itu bentuk persahabatan. Suami dan istri dalam Alquran disebutkan mereka itu, istri-istrimu adalah pakaian untuk kalian dan kalian adalah pakaian untuk mereka. Filosofi pakaian adalah pakaian itu membentuk keindahan. Sebuah rumah tangga harus menjaga keindahan. Pakaian itu gunanya adalah untuk menutup aurat, sehingga artinya relasi suami-istri itu harus saling menutupi, bukan membuka aib. P: Kalau tokoh yang paling tidak Ustad suka? UM: ketawa Ya paling tidak suka ya… sutradaranya, hehehe.. P: Sutradaranya kan nggak ada di film.. 3 UM: Ya, karena filmnya itu, ya dia kan cuma mengikuti skenario gitu.. Ya jadi saya tidak menyukai, tidak menyukai ya, saya tidak membenci siapa pun di sana, ya karena saya kira yang paling berperan sutradara. P: Dari sisi penokohan, yang paling Ustad tidak suka siapa sih? UM: Saya tidak mau jawab itulah kayaknya, saya tidak ingin terjebak pada sukatidak suka. Kalau suka oke, kalau tidak suka saya nggak bisa komen karena itu sudah tau… P: Sebenarnya bukan nggak suka sih ustad, cuma penggambaran yang menurut Ustad nggak pas kalau seperti ini. Annisa misalnya, ada yang suka sama Annisa, atau Samsudin karena penggambarannya seperti itu. Jadi ini tentang penggambaran keseluruhan seorang tokoh. UM: Ya, siapa pun yang terlibat dalam sikap pendiskreditan terhadap Islam, boleh dibilang saya tidak suka, siapa pun di sana. Saya tidak menyebut satu nama. Ya istilahnya, kalo dalam tinjauan Islam, tidak seharusnya dia mau menjadi pemain sebuah film yang film itu merupakan thoib. Apalagi sebagian pemainnya kan Islam. Saya kira siapa pun dan apa pun agamanya, kalau agamanya dihina dengan cara-cara seperti itu, pasti tidak suka. P: Terus, film ini beberapa kali menyebutkan kata kodrat. Menurut Ustad yang dimaksud dengan kodrat itu apa untuk perempuan dan laki-laki? UM: Secara bahasa sebenarnya fukroh itu artinya kemampuan. Tapi yang dipahami masyakarakat, yang dipahami masyarakat dalam film itu adalah ya, perempuan itu memiliki batasan-batasan tertentu dan laki-laki memiliki batasan tertentu juga. Seperti kalau dalam film itu dikatakan kodrat perempuan itu tidak boleh menjadi pemimpin, nah itu, tapi sekali lagi, seperti yang saya sampaikan tadi, itu pemahaman yang keliru. Ada perempuan yang terlibat dalam berjihad, bahkan ada perempuan yang membunuh musuh di medan syiah tu ada pada masa Nabi. Oleh karena itu perempuan yang ikut adalah yang memiliki keahlian berperang, tapi mungkin lebih proporsional jika mereka ada di bagian logistik, kesehatan. Ya mungkin akan lebih bagus sesuai dengan kemampuan mereka. Namun satu hal yang tidak bisa kita pungkiri, ee.. laki-laki iutu berbeda dari perempuan secara fisik,iya to.. Dia juga punya kekuatan lebih dibading perempuan, itu kan juga fakta kodrati sehingga kalau diminta berjihad, berperang, lebih pas kalau laki-laki di garda depan. P: Kalo kodrat laki-laki apa, Ustad? UM: Tadi kembali ya, secara fisik yang bisa terlihat bahwa laki-laki itu memiliki kekuatan, lebih kuat ketimbang perempuan. Kemudian laki-laki juga punya ketegasan sikap, ini kalo secara psikologis. P: Secara keseluruhan, menurut Ustad film ini mau menyampaikan apa sih? UM: Ya itu tadi, kesetaraan gender, sepertinya Hanung Bramantyo mau mendobrak pemikiran di masyarakat, terutama dia ingin menanamkan kesetaraan gender, tapi saya kira dia keliru, karena dalam Islam laki-laki dan perempuan sudah setara, namun dalam Islam itu nanti ada pembagian- pembagiannya. Kan tidak mungkin laki-laki menyususi anak. Kan lali-laki tidak bisa secara kodrati, tidak mungkin laki-laki bisa hamil. Itu contoh-contoh dan Islam membagi itu. Hamil itu hak perempuan, tidak mungkin laki-laki hamil karena secara kodrati tidak mungkin. Menyusui itu juga perempuan karena laki-laki tidak bisa secara kodrati. Yang kedua, di film itu ada pendeskreditan terhadap islam, tidak menempatkan yang sesungguhnya dalam ajaran Islam. Dalam Islam juga perempuan dibolehkan untuk menuntut ilmu tanpa batas. Kalau di sana kan Nisa digambarkan dapat beasiswa kuliah malah ga boleh sama bapaknya, nah itu juga tidak benar. P: Sudah mau mulai, Ustad? UM: Ya, yang lain saya tulis aja, ya.. 4 EMAIL USTAD MIRWAN TANGGAL 17 SEPTEMBER 2010 Keterangan

T: Tanya penulis J: Jawab Ustad Mirwan

Dokumen yang terkait

Perempuan Berkalung Sorban Karya Abidah El Khalieqy: Ketidakadilan Gender.

3 91 76

KETIDAKADILAN GENDER DALAM FILM PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN (PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM)

0 3 95

PEMBACAAN PENONTON MUSLIM TERHADAP KODE-KODE DOMINAN FILM PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN PEMBACAAN PENONTON MUSLIM TERHADAP KODE-KODE DOMINAN FILM PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN TENTANG GENDER DAN SEKSUALITAS.

0 4 22

PENDAHULUAN PEMBACAAN PENONTON MUSLIM TERHADAP KODE-KODE DOMINAN FILM PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN TENTANG GENDER DAN SEKSUALITAS.

0 10 54

DESKRIPSI OBJEK ANALISIS PEMBACAAN PENONTON MUSLIM TERHADAP KODE-KODE DOMINAN FILM PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN TENTANG GENDER DAN SEKSUALITAS.

0 3 22

ASPEK PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER (Analisis Isi dalam Perspektif PKn terhadap Film Perempuan Berkalung Aspek Pendidikan Kesetaraan Gender, Analisis Isi dalam Perspektif PKn terhadap Film Perempuan Berkalung Sorban.

0 2 18

ASPEK PENDIDIKAN KESETARAAN GENDER (Analisis Isi dalam Perspektif PKn terhadap Film Perempuan Berkalung Aspek Pendidikan Kesetaraan Gender, Analisis Isi dalam Perspektif PKn terhadap Film Perempuan Berkalung Sorban.

0 3 16

PERJUANGAN PEREMPUAN DALAM KESETARAAN GENDER PADA FILM PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN PERJUANGAN PEREMPUAN DALAM KESETARAAN GENDER PADA FILM PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN (Analisis Semiotika terhadap Film Perempuan Berkalung Sorban).

1 4 15

PENDAHULUAN PERJUANGAN PEREMPUAN DALAM KESETARAAN GENDER PADA FILM PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN (Analisis Semiotika terhadap Film Perempuan Berkalung Sorban).

0 7 7

REPRESENTASI KEKERASAN PADA PEREMPUAN DALAM FILM PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN (Studi Semiotik Representasi Kekerasan Pasa Perempuan dalam Film Perempuan Berkalung Sorban).

5 11 83