2.4.1 Sruktur dan Sifat-sifat dari Baja Cor Tahan Panas
Umumnya, bahwa baja cor tahan panas adalah nama umum untuk baja cor yang dipakai pada temperatur tinggi yaitu di atas 650
C. Logam tersebut terdiri dari baja cor paduan tinggi dengan khrom tinggi dan baja cor paduan tinggi dengan nikel tinggi
sesuai dengan komposisi kimianya. Perbedaannya dengan baja cor tahan karat ialah kandungan karbonnya lebih tinggi dan kekuatannya yang tinggi pada temperatur
tinggi. Sifat-sifat yang harus dipunyai oleh baja cor tahan panas ialah sebagai berikut: 1.
Kestabilan permukaan tahan korosi dan tahan asam yang baik
2. Kekuatan jalar pada temperatur tinggi
3. Keuletan pada temperatur tinggi
4. Tahanan yang tinggi terhadap kegetasan karena pengarbonan
5. Tahanan yang tinggi terhadap kelelahan panas
6. Tahan aus yang baik dan deformasi yang kecil
Baja cor tahan panas dipakai untuk baggian-bagian tungku pelebur logam aparat pengolah minyak, klin untuk semen, ketel uap, mesin jet, turbin gas, aparat pembuat
gelas, aparat pembuat karet sintesis, dan tungku pemanas logam.
2.4.2 Struktur dan Sifat-sifat dari Baja Cor Pospor P Tinggi
Dari semua unsur-unsur yang umum ditemukan dalam baja, pospor berdiri unggulan. Hal ini pantas di rolling mill, untuk itu cenderung menghasilkan kristalisasi kasar,
dan karenanya menurunkan suhu yang aman untuk panas baja, dan untuk alasan ini logam phosphoritic harus selesai pada suhu lebih rendah dari baja murni, untuk
mencegah pembentukan struktur kristal selama pendinginan. Baja cor pospor P mengandung pospor 11 sampai 14 dan karbon 0,9
sampai 1,2 dimana harga perbandingan antara pospor P dan C kira-kira 10. Struktur setelah di cor sangat getas karena karbid mengendap pada batas butir
austensit, sedangkan struktur yang dicelup dingin dalam air dari 1000 C menjadi
austensit seluruhnya dan keuletannya jauh lebih baik. Kadar pospor menentukan beberapa bagian dari karbon yang terikat dengan besi, dan beberapa bagian yang
Universitas Sumatera Utara
berbentuk grifit karbon bebas setelah tercapai keadaan yang seimbang. Kelebihan pospor akan membentuk ikatan yang keras dengan besi, sehingga dapat dikatakan
bahwa pospor diatas 3,2 akan meningkatkan kekerasan Iqbal,2007.
2.5 Sifat- Sifat Mekanik Bahan
Sifat mekanik bahan adalah hubungan antara respons atau reformasi bahan terhadap benda yang bekerja. Sifat-sifat mekanik yang dilakukan terhadap baja carbon SC 37
meliputi kuat tarik, kekerasan, dan impact struktur mikro.
2.5.1 Uji tarik
Melalui uji tarik akan didapat kuat tarik maksimum dan pertambahan panjang elongation.
2.5.1.1 Kuat tarik maksimum
Pengujian tarik yang dilakukan pada suatu material padatan logam dan nonlogam dapat memberikan keterangan yang relatif lengkap mengenai perilaku material
tersebut terhadap pembebanan mekanis. Informasi penting yang bisa didapat adalah kuat tarik maksimum dan perpanjangan.
Kuat tarik suatu bahan dapat ditentukan dengan menarik bahan tersebut sampai beban maksimum. Keterangan-keterangan
yang diperoleh pada penarikan bahan dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran benda uji sesuai dengan standard yang digunakan.
Sifat yang umum dilakukan terhadap logam adalah kuat tarik maksimum UTS, yaitu pembebanan maksimum yang diberikan terhadap bahan yang
menyebabkan penciutan luas penampang yang akhirnya putus. Nilai kuat tarik maksimum dinyatakan dengan persamaan berikut Surdia,T. Dan Shinroku, 1995.
UTS, σ
TS =
2.1
Dimana: σ
TS
= kuat tarik maksimum Nm
2
P
max
= beban maksimum pada watu pengujian N A
= luas penampang m
2
Universitas Sumatera Utara
Kenaikan tegangan dari titik luluh sampai kuat tarik maksimum menunjukan bahwa bahan mengalami pengerasan pengerjaan, sehingga pada logam terjadi
deformasi plastis. Kuat tarik maksimum sampai kuat tarik putus mengakibatkan luas penampang bahan mereduksi mengecil dan terjadi lokalisasi pertambahan panjang
hingga akhirnya putus.
2.5.1.2 Perpanjangan elongation
Pertambahan panjang suatu bahan setelah mengalami uji tarik disebut elongation. Nilai keuletan suatu bahan biasanya ditunjukan oleh harga elongation ini. Apabila
harga elongation besar maka bahan tersebut dikatakan ulet ductility. Keuletan ductility adalah kemampuan logam untuk berdeformasi plastis sebelum putus.
Persetase elongation dinyatakan dengan persamaan berikut.
elongation = 2.2
Dimana: L
= panjang mula-mula mm L = panjang setelah bahan putus mm
Panjang mula-mula diukur pada dua batas bagian tengah sampel uji tarik dan panjang akhir sampel diukur pada batas yang sama setelah kedua bagian yang putus
disatukan kembali. 2.5.2 Uji
Kekerasan
Kekerasan didefenisikan sebagai ketahanan suatu bahan terhadap penetrasi permukaan, yang disebabkan oleh penekanan oleh benda tekan yang berbentuk
tertentu karena pengaruh gaya tertentu. Pengujian kekerasan sangat berguna sekali untuk mengetahui kualitas suatu bahan yang akan dipergunakan pada produk-produk
logam seperti komponen mesin. Beberapa metode pengujian kekerasan logan, yaitu: -
Metode gores -
Metode kekerasan Brinell
Universitas Sumatera Utara
- Metode kekerasan Rockwell
- Metode kekerasan Vickers
- Metode kekerasan Vickers mikro
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode kekerasan Brinell Metode ini sangat cocok untuk mengukur bahan-bahan yang tidak homogen seperti
baja cor karbon rendah. Brinnell menggunakan indentor bola baja sebagai alat untuk mengukur kekerasan logam. Besarnya nilai uji kekerasan Brinnell dinyatakan dengan
persamaan berikut Gordonengland, 2009e
BHN =
2.3 Dimana:
BHN = Nilai Kekerasan Brinnell F = Beban Penekan
D = Diameter Indentor Pemukul mm
Di = Diameter Indentasi Jejak mm
2.5.3 Uji Impact