Persepsi Pemirsa tentang Tayangan Infotainment di Televisi (Kasus Pemirsa di Bojong Gede, Bogor)

(1)

104

PERSEPSI PEMIRSA TENTANG TAYANGAN

INFOTAINMENT

DI TELEVISI

(Kasus Pemirsa Di Bojong Gede, Bogor)

SUKARELAWATI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Persepsi Pemirsa tentang Tayangan Infotainment Di Televisi: Kasus Pemirsa Di Bojong Gede, Bogor adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2009

Sukarelawati NIM I353060091


(3)

103

©Hak cipta milik IPB, tahun 2009 Hak cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB


(4)

ABSTRACT

SUKARELAWATI 2009. The Audiences Perception towards the Infotainment Program

on Television (Audiences Case in Bojong Gede, Bogor). Counsellor by AIDA

VITAYALA S. HUBEIS and RICHARD W.E. LUMINTANG.

This research purposes to know and study the characteristic and perception of the

audiences towards the infotainment program on television and the relation between them.

The research is conducted in Perumahan Gaperi, Bojong Gede, since November 2008

until 26 January 2009. The research design uses correlation descriptive survey with

questioner as a primary instrument data collection. Sampling of this research uses simple

random sampling procedure. The amount samples are 80 citizens of Perumahan Gaperi

Bojong Gede. The data are analyzed descriptively such as the distribution of frequency

and inferential analyze uses Rank Spearman correlation analyze and Chi-Square. The

results indicate that the characteristic of the audiences, such as sex does not have

correlation to the information value, and the attractiveness of the program format, the age

does not have correlation to the information value, but there has negative correlation to

the attractiveness of program format, the audiences exposure does not have correlation to

the information value and the attractiveness of the program format, there has positive

correlation between the audiences frequency watching the program to the information

value, but does not have correlation to the attractiveness of the program format, only the

occupation and the past experience of the audiences have correlation to the information

value and the attractiveness of the program format. The infotainment is inclined to having

negative attention or uneducated from some others, so it is normally if the program is

reviewed by the television producer. The attractiveness of the program format tends

having not correlation to the audiences, according to the result above it should be better if

the producer of the television increases the more interesting to the program format, such

as increasing the consistency and objectivity of the information in order to the

infotainment has a bright value for the audiences.


(5)

RINGKASAN

SUKARELAWATI 2009. Persepsi Pemirsa tentang Tayangan

Infotainment

di Televisi

(Kasus Pemirsa di Bojong Gede, Bogor). Dibimbing oleh AIDA VITAYALA S.

HUBEIS dan RICHARD W.E. LUMINTANG.

Indonesia sebagai negara terbuka, maka keterbukaan informasi dapat dinikmati

oleh berbagai kalangan masyarakat. Ada kecenderungan penyajian informasi lewat media

massa yang sulit dibendung seperti tayangan

infotainment

oleh hampir seluruh stasiun

televisi swasta, selama 15 jam dalam sehari, dimungkinkan akan memberi dampak bagi

kalangan tertentu, khususnya anak didik yang masih perlu dilindungi. Hal ini terkait

dengan persoalan penyiaran di Indonesia bahwa masalah “ frekuensi” sebagai milik

publik. Masih ditemukan tayangan

infotainment

televisi yang hanya mengejar selera

masyarakat dengan mengabaikan nilai-nilai moral yang seharusnya diutamakan atau

dijunjung tinggi, sehingga eksisnya tayangan

infotainment

dalam persaingan siaran

televisi di Indonesia menuai pro-kontra dari berbagai kalangan pemirsa, yang cenderung

memperdebatkan objektivitas informasi sebagai nilai kebenaran dalam memperjuangkan

nilai moral keinformasian, perlu dipertanggungjawabkan oleh berbagai kalangan terkait

dan industri media. Mengarah pada fenomena tersebut maka penelitian tentang persepsi

pemirsa terhadap tayangan

infotainment

di televisi perlu dilakukan, guna memberi

kontribusi bagi seluruh kalangan masyarakat dan pemerhati media.

Penelitian ini didesain sebagai penelitian Deskriptif Korelasional. Tujuan

penelitian adalah untuk: mengkaji karakteristik pemirsa

infotainment

televisi, mengkaji

persepsi pemirsa tentang tayangan

infotainment

televisi, mengkaji hubungan antara

karakteristik dan persepsi pemirsa

infotainment

televisi.

Analisis data penelitian ini adalah analisis uji kebebasan antar kategori

Chi

Square

dan analisis korelasi

Rank

Spearman. Responden berjumlah 80 orang yang tinggal

di Perumahan Gaperi, Genteng Biru, Bojong Gede Indah Rt 01 dan Rt 02, Rw 18 Bojong

Gede, Bogor, sebagai bagian dari masyarakat di wilayah desakota yang cukup rentan

terhadap terpaan informasi dari berbagai media, khususnya

infotainment

televisi.

Hasil Analisis menunjukkan bahwa: ada korelasi nyata antara dayatarik format

tayangan (dialog, narasi dan wawancara) dengan nilai informasi yang mencerahkan.

Keragaman format dan penamaan

infotainment

televisi swasta pun menunjukkan

persaingan yang kuat merebut

rating

tertinggi dari pemirsanya. Sebagian besar pemirsa

atau responden (37 dari 59 orang) perempuan cenderung sebagai ibu rumah tangga

berumur lebih dari 40 tahun dengan pendidikan SD – SMA. Pemirsa cenderung terdedah

infotainment

dari televisi dengan materi yang disenangi berkisar tentang karir, selebihnya

tentang aksi sosial, perceraian atau perselingkuhan, narkoba dan pembunuhan. Pemirsa

cenderung menonton

infotainment

setiap hari dalam seminggu dan cenderung selalu

menonton tayangan Silet RCTI, kadang-kadang melihat Cek and Ricek RCTI dan tidak

pernah melihat Sindang Laya TPI. Ibu rumah tangga yang memiliki kedekatan dengan

infotainment menganggap

infotainment

memiliki nilai informasi yang didukung oleh

dayatarik format tayangan sebagai objektivitas informasi. Persepsi pemirsa terhadap ada

tidaknya nilai informasi dan dayatarik format tayangan

infotainment

tidak dipengaruhi

oleh jenis kelamin. Ada korelasi negatif antara umur dan peubah dayatarik format

tayangan. Ada korelasi negatif antara pendidikan pemirsa dan nilai informasi

infotainment

. Terdapat asosiasi antara pekerjaan pemirsa dan nilai informasi dan


(6)

tayangan

infotainment

.

Ada korelasi nyata antara nilai informasi yang mencerahkan dan dayatarik format

tayangan, hal ini menunjukkan bahwa objektivitas informasi yang sebagian masih

diabaikan oleh televisi swasta dalam menayangkan

infotainment

perlu dipertegas dan

dipertanggungjawabkan, sebagai upaya nyata dalam memperjuangkan kebenaran

informasi sebagai nilai moral yang harus dijunjung tinggi dalam menyiarkan

infotainment

. Pemirsa yang memiliki kedekatan dengan

infotainment

menganggap

infotainment

memiliki nilai informasi dan dayatarik format tayangan. Kebenaran suatu

infotainment

sebagaimana yang dinarasikan didukung oleh pernyataan atau pengakuan

selebritis atau orang ternama sebagai hasil wawancara pihak media, dimaksudkan agar

kebenaran suatu persoalan yang diinformasikan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini

masih diabaikan oleh sebagian televisi dalam menyajikan tayangan

infotainment


(7)

93

PERSEPSI PEMIRSA TENTANG TAYANGAN

INFOTAINMENT

DI TELEVISI

(Kasus Pemirsa Di Bojong Gede, Bogor)

SUKARELAWATI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(8)

Judul Tesis : Persepsi Pemirsa tentang Tayangan Infotainment di Televisi (Kasus Pemirsa di Bojong Gede, Bogor)

Nama : Sukarelawati NIM : I 353060091

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Hj. Aida Vitayala S. Hubeis Ir. Richard W.E. Lumintang, MSEA Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Komunikasi Pembangunan

Pertanian dan Pedesaan

Prof.Dr.Ir.H. Sumardjo, M.S. Prof.Dr.Ir.H.Khairil A. Notodiputro, M.S


(9)

95

RIWAYAT HIDUP

Penulis adalah puteri ke 8 dari sepuluh bersaudara, pasangan Bapak Rachmat Hasyim (alm), mantan Mayor Purnawirawan TNI angkatan 45 dan Ibu Supiat (alm) mantan guru, lahir di Cirebon pada Tanggal 2 Agustus 1964. Penulis telah menikah dengan Zainuddin, Drs. Pada 16 juli 1989 dengan dikaruniai tiga orang anak yaitu Wahyu Perdana Putera (28 Maret 1990), Dinawati Ekaputri ( 30 Juli 1994) dan Dani Rachmanto Syarief (1 Juni 1998).

Penulis menempuh Pendidikan Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas di tanah kelahiran Cirebon dan selesai menempuh sarjana Strata 1 di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta Fakultas Ilmu Komunikasi pada Tahun 1988. Selama 17 tahun bekerja sebagai pengajar di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta hingga Tahun 2006 dan melanjutkan kuliah di Program Magister pada program studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, Institut Pertanian Bogor. Saat ini penulis mengajar di perguruan tinggi swasta Bogor.


(10)

PRAKATA

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan karunia dan hidayah yang tidak pernah putus kepada penulis hingga pada penyelesaian tesis ini. Walau pun agak tertatih-tatih langkah penulis dalam menyelesaikan tesis, Alhamdulillah masih punya semangat untuk menyelesaikannya berkat dorongan dari keluarga, suami dan anak-anak, juga orang tua, pembimbing dan kerabat penulis.

Tesis dengan judul: Persepsi Pemirsa tentang Tayangan Infotainment di Televisi (Kasus Pemirsa di Bojong Gede, Bogor), disusun guna memenuhi syarat mencapai gelar Magister Sains Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ibu Prof.Dr.Ir.Hj. Aida Vitayala S. Hubeis selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir. Richard W.E. Lumintang, MSEA selaku Anggota Komisi Pembimbing, yang dengan sabar dan selalu memberi motivasi, arahan serta saran kepada penulis hingga menyelesaikan tesis ini dalam segala prosesnya.

Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rektor Institut Pertanian Bogor, Dekan Sekolah Pascasarjana IPB, Ketua Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, Pengelola S-2 beserta staf pengajar Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis.

2. Teman-teman kuliah angkatan 2006, Riska, Melati, Meri, Mbak Masnah, Bang Marwan, Tini, Mbak Wiwin, Avia Tahoba, Mas Irianus Rohi, Mas Yusuf, Mas Wawan Toligi, Mas David Nugroho, Mas Haryo, Mbak Nia, Mba ita dan Mas Ali Irfan walau hanya satu semester kebersamaan kita di KMP, terimakasih atas motivasi dan suka-dukanya ketika kita bersama. 3. Orang tua penulis yang selalu mendoakan untuk kelancaran pendidikan

dan keluarga penulis, serta Mama dan Mamih yang selama hidupnya selalu berdoa ingin serta selalu memperjuangkan perkembangan karier dan masa depan penulis.


(11)

104

PERSEPSI PEMIRSA TENTANG TAYANGAN

INFOTAINMENT

DI TELEVISI

(Kasus Pemirsa Di Bojong Gede, Bogor)

SUKARELAWATI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(12)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Persepsi Pemirsa tentang Tayangan Infotainment Di Televisi: Kasus Pemirsa Di Bojong Gede, Bogor adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2009

Sukarelawati NIM I353060091


(13)

103

©Hak cipta milik IPB, tahun 2009 Hak cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB


(14)

ABSTRACT

SUKARELAWATI 2009. The Audiences Perception towards the Infotainment Program

on Television (Audiences Case in Bojong Gede, Bogor). Counsellor by AIDA

VITAYALA S. HUBEIS and RICHARD W.E. LUMINTANG.

This research purposes to know and study the characteristic and perception of the

audiences towards the infotainment program on television and the relation between them.

The research is conducted in Perumahan Gaperi, Bojong Gede, since November 2008

until 26 January 2009. The research design uses correlation descriptive survey with

questioner as a primary instrument data collection. Sampling of this research uses simple

random sampling procedure. The amount samples are 80 citizens of Perumahan Gaperi

Bojong Gede. The data are analyzed descriptively such as the distribution of frequency

and inferential analyze uses Rank Spearman correlation analyze and Chi-Square. The

results indicate that the characteristic of the audiences, such as sex does not have

correlation to the information value, and the attractiveness of the program format, the age

does not have correlation to the information value, but there has negative correlation to

the attractiveness of program format, the audiences exposure does not have correlation to

the information value and the attractiveness of the program format, there has positive

correlation between the audiences frequency watching the program to the information

value, but does not have correlation to the attractiveness of the program format, only the

occupation and the past experience of the audiences have correlation to the information

value and the attractiveness of the program format. The infotainment is inclined to having

negative attention or uneducated from some others, so it is normally if the program is

reviewed by the television producer. The attractiveness of the program format tends

having not correlation to the audiences, according to the result above it should be better if

the producer of the television increases the more interesting to the program format, such

as increasing the consistency and objectivity of the information in order to the

infotainment has a bright value for the audiences.


(15)

RINGKASAN

SUKARELAWATI 2009. Persepsi Pemirsa tentang Tayangan

Infotainment

di Televisi

(Kasus Pemirsa di Bojong Gede, Bogor). Dibimbing oleh AIDA VITAYALA S.

HUBEIS dan RICHARD W.E. LUMINTANG.

Indonesia sebagai negara terbuka, maka keterbukaan informasi dapat dinikmati

oleh berbagai kalangan masyarakat. Ada kecenderungan penyajian informasi lewat media

massa yang sulit dibendung seperti tayangan

infotainment

oleh hampir seluruh stasiun

televisi swasta, selama 15 jam dalam sehari, dimungkinkan akan memberi dampak bagi

kalangan tertentu, khususnya anak didik yang masih perlu dilindungi. Hal ini terkait

dengan persoalan penyiaran di Indonesia bahwa masalah “ frekuensi” sebagai milik

publik. Masih ditemukan tayangan

infotainment

televisi yang hanya mengejar selera

masyarakat dengan mengabaikan nilai-nilai moral yang seharusnya diutamakan atau

dijunjung tinggi, sehingga eksisnya tayangan

infotainment

dalam persaingan siaran

televisi di Indonesia menuai pro-kontra dari berbagai kalangan pemirsa, yang cenderung

memperdebatkan objektivitas informasi sebagai nilai kebenaran dalam memperjuangkan

nilai moral keinformasian, perlu dipertanggungjawabkan oleh berbagai kalangan terkait

dan industri media. Mengarah pada fenomena tersebut maka penelitian tentang persepsi

pemirsa terhadap tayangan

infotainment

di televisi perlu dilakukan, guna memberi

kontribusi bagi seluruh kalangan masyarakat dan pemerhati media.

Penelitian ini didesain sebagai penelitian Deskriptif Korelasional. Tujuan

penelitian adalah untuk: mengkaji karakteristik pemirsa

infotainment

televisi, mengkaji

persepsi pemirsa tentang tayangan

infotainment

televisi, mengkaji hubungan antara

karakteristik dan persepsi pemirsa

infotainment

televisi.

Analisis data penelitian ini adalah analisis uji kebebasan antar kategori

Chi

Square

dan analisis korelasi

Rank

Spearman. Responden berjumlah 80 orang yang tinggal

di Perumahan Gaperi, Genteng Biru, Bojong Gede Indah Rt 01 dan Rt 02, Rw 18 Bojong

Gede, Bogor, sebagai bagian dari masyarakat di wilayah desakota yang cukup rentan

terhadap terpaan informasi dari berbagai media, khususnya

infotainment

televisi.

Hasil Analisis menunjukkan bahwa: ada korelasi nyata antara dayatarik format

tayangan (dialog, narasi dan wawancara) dengan nilai informasi yang mencerahkan.

Keragaman format dan penamaan

infotainment

televisi swasta pun menunjukkan

persaingan yang kuat merebut

rating

tertinggi dari pemirsanya. Sebagian besar pemirsa

atau responden (37 dari 59 orang) perempuan cenderung sebagai ibu rumah tangga

berumur lebih dari 40 tahun dengan pendidikan SD – SMA. Pemirsa cenderung terdedah

infotainment

dari televisi dengan materi yang disenangi berkisar tentang karir, selebihnya

tentang aksi sosial, perceraian atau perselingkuhan, narkoba dan pembunuhan. Pemirsa

cenderung menonton

infotainment

setiap hari dalam seminggu dan cenderung selalu

menonton tayangan Silet RCTI, kadang-kadang melihat Cek and Ricek RCTI dan tidak

pernah melihat Sindang Laya TPI. Ibu rumah tangga yang memiliki kedekatan dengan

infotainment menganggap

infotainment

memiliki nilai informasi yang didukung oleh

dayatarik format tayangan sebagai objektivitas informasi. Persepsi pemirsa terhadap ada

tidaknya nilai informasi dan dayatarik format tayangan

infotainment

tidak dipengaruhi

oleh jenis kelamin. Ada korelasi negatif antara umur dan peubah dayatarik format

tayangan. Ada korelasi negatif antara pendidikan pemirsa dan nilai informasi

infotainment

. Terdapat asosiasi antara pekerjaan pemirsa dan nilai informasi dan


(16)

tayangan

infotainment

.

Ada korelasi nyata antara nilai informasi yang mencerahkan dan dayatarik format

tayangan, hal ini menunjukkan bahwa objektivitas informasi yang sebagian masih

diabaikan oleh televisi swasta dalam menayangkan

infotainment

perlu dipertegas dan

dipertanggungjawabkan, sebagai upaya nyata dalam memperjuangkan kebenaran

informasi sebagai nilai moral yang harus dijunjung tinggi dalam menyiarkan

infotainment

. Pemirsa yang memiliki kedekatan dengan

infotainment

menganggap

infotainment

memiliki nilai informasi dan dayatarik format tayangan. Kebenaran suatu

infotainment

sebagaimana yang dinarasikan didukung oleh pernyataan atau pengakuan

selebritis atau orang ternama sebagai hasil wawancara pihak media, dimaksudkan agar

kebenaran suatu persoalan yang diinformasikan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini

masih diabaikan oleh sebagian televisi dalam menyajikan tayangan

infotainment


(17)

93

PERSEPSI PEMIRSA TENTANG TAYANGAN

INFOTAINMENT

DI TELEVISI

(Kasus Pemirsa Di Bojong Gede, Bogor)

SUKARELAWATI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2009


(18)

Judul Tesis : Persepsi Pemirsa tentang Tayangan Infotainment di Televisi (Kasus Pemirsa di Bojong Gede, Bogor)

Nama : Sukarelawati NIM : I 353060091

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Hj. Aida Vitayala S. Hubeis Ir. Richard W.E. Lumintang, MSEA Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Komunikasi Pembangunan

Pertanian dan Pedesaan

Prof.Dr.Ir.H. Sumardjo, M.S. Prof.Dr.Ir.H.Khairil A. Notodiputro, M.S


(19)

95

RIWAYAT HIDUP

Penulis adalah puteri ke 8 dari sepuluh bersaudara, pasangan Bapak Rachmat Hasyim (alm), mantan Mayor Purnawirawan TNI angkatan 45 dan Ibu Supiat (alm) mantan guru, lahir di Cirebon pada Tanggal 2 Agustus 1964. Penulis telah menikah dengan Zainuddin, Drs. Pada 16 juli 1989 dengan dikaruniai tiga orang anak yaitu Wahyu Perdana Putera (28 Maret 1990), Dinawati Ekaputri ( 30 Juli 1994) dan Dani Rachmanto Syarief (1 Juni 1998).

Penulis menempuh Pendidikan Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas di tanah kelahiran Cirebon dan selesai menempuh sarjana Strata 1 di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta Fakultas Ilmu Komunikasi pada Tahun 1988. Selama 17 tahun bekerja sebagai pengajar di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta hingga Tahun 2006 dan melanjutkan kuliah di Program Magister pada program studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, Institut Pertanian Bogor. Saat ini penulis mengajar di perguruan tinggi swasta Bogor.


(20)

PRAKATA

Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan karunia dan hidayah yang tidak pernah putus kepada penulis hingga pada penyelesaian tesis ini. Walau pun agak tertatih-tatih langkah penulis dalam menyelesaikan tesis, Alhamdulillah masih punya semangat untuk menyelesaikannya berkat dorongan dari keluarga, suami dan anak-anak, juga orang tua, pembimbing dan kerabat penulis.

Tesis dengan judul: Persepsi Pemirsa tentang Tayangan Infotainment di Televisi (Kasus Pemirsa di Bojong Gede, Bogor), disusun guna memenuhi syarat mencapai gelar Magister Sains Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ibu Prof.Dr.Ir.Hj. Aida Vitayala S. Hubeis selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Ir. Richard W.E. Lumintang, MSEA selaku Anggota Komisi Pembimbing, yang dengan sabar dan selalu memberi motivasi, arahan serta saran kepada penulis hingga menyelesaikan tesis ini dalam segala prosesnya.

Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rektor Institut Pertanian Bogor, Dekan Sekolah Pascasarjana IPB, Ketua Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, Pengelola S-2 beserta staf pengajar Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis.

2. Teman-teman kuliah angkatan 2006, Riska, Melati, Meri, Mbak Masnah, Bang Marwan, Tini, Mbak Wiwin, Avia Tahoba, Mas Irianus Rohi, Mas Yusuf, Mas Wawan Toligi, Mas David Nugroho, Mas Haryo, Mbak Nia, Mba ita dan Mas Ali Irfan walau hanya satu semester kebersamaan kita di KMP, terimakasih atas motivasi dan suka-dukanya ketika kita bersama. 3. Orang tua penulis yang selalu mendoakan untuk kelancaran pendidikan

dan keluarga penulis, serta Mama dan Mamih yang selama hidupnya selalu berdoa ingin serta selalu memperjuangkan perkembangan karier dan masa depan penulis.


(21)

97

4. Kakak, adik dan keluarga lainnya yang selalu menanyakan penyelesaian tesis penulis.

Kepada suamiku Zainuddin dan anak-anakku Wahyu Perdana Putera, Dinawati Ekaputri dan Dani Rachmanto Syarief, terimakasih atas bantuan materiil, moril dan spiritual dari kalian yang selalu menyertai langkah penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Suami dan anak-anakku, dorongan dan semangat yang kalian berikan tak pernah putus membangkitkanku ketika jatuh bangun menyelesaikan kuliah hingga ke jenjang tesis ini, itu pun merupakan pengorbanan kalian yang tidak akan pernah tergantikan oleh apapun. Terimakasih pula kepada semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan tesis ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Insyaallah Tuhan akan membalas kebaikan kalian.

Kesempurnaan hanyalah milik Allah, namun dengan kritik dan saran pembaca serta semua pihak, terhadap permasalahan dan hasil penelitian penulis, merupakan masukan yang sangat berarti bagi penulis dalam usaha menyempurnakannya. Harapan penulis semoga hasil penelitian ini bisa memperkaya khasanah bagi ajang komunikasi dalam pembangunan pertanian dan pedesaan, terutama pembangunan sumberdaya manusia dalam menghadapi pengaruh dan perkembangan teknologi komunikasi dan informasi khususnya media massa.

Bogor, Juli 2009


(22)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ... xiii DAFTAR GAMBAR ... xiv DAFTAR LAMPIRAN ... xv

PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang Masalah... 1 Perumusan Masalah... 5 Tujuan Penelitian ... 6 Kegunaan Penelitian ... 6

TINJAUAN PUSTAKA ... 7 Televisi Swasta Indonesia ... 7 Infotainment Televisi ... 9 Format Tayangan Infotainment Televisi ... 11 Persepsi Pemirsa tentang Acara Infotainment ... 13 Karakteristik Pemirsa ... 18

KARANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ... 24 Kerangka pemikiran ... 24 Hipotesis Penelitian ... 26

METODE PENELITIAN ... 27 Desain Penelitian ... ... 27 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 27 Lokasi Penelitian ... 27 Waktu Penelitian ... 28 Populasi dan Sampel ... 28 Populasi Penelitian... 28 Sampel Penelitian ... 28 Data dan Instrumentasi ... 28 Data ... 28 Instrumentasi ... 29 Definisi Operasional ... 29 Karakteristik demografis Responden ... 29 Karakteristik Psikografis Responden ... 30 Persepsi Pemirsa (responden) Infotainment ... 30 Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 33 Validitas ... 33


(23)

99

Reliabilitas ... 34 Analisis Data ... 35

HASIL DAN PEMBAHASAN... 36 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 36 Kondisi Geografis dan Demografis ... 36 Potensi Desa Bojong Gede ... 37 Karakteristik Pemirsa Infotainment ... 37 Karakteristik Demografis ... 37 Karakteristik Psikografis... 40 Persepsi Pemirsa Infotainment ... 42

SIMPULAN SARAN ... 58 Simpulan ... 58 Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 60


(24)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Ragam acara infotainment di televisi ... 2 2. Karakteristik demografis pemirsa infotainment ... 40 3. Keterdedahan dan materi infotainment yang disenangi pemirsa ... 41 4. Frekuensi pemirsa menonton infotainment dalam seminggu ... 41 5. Pengalaman masa lalu pemirsa pada infotainment ... 42 6. Materi infotainment yang disenangi pemirsa berdasarkan jenis kelamin ... 43 7. Materi infotainment yang disenangi pemirsa laki-laki berdasarkan umur .. 44 8. Materi infotainment yang disenangi pemirsa perempuan berdasarkan umur 44 9. Materi infotainment yang disenangi pemirsa laki-laki berdasarkan

pendidikan ... 45 10. Materi infotainment yang disenangi pemirsa perempaun berdasarkan

pendidikan ... 45 11. Materi infotainment yang disenangi pemirsa laki-laki berdasarkan ... Pekerjaan ... 46 12. Materi infotainment yang disenangi pemirsa perempuan berdasarkan ... Pekerjaan ... 47 13. Korelasi peubah umur, pendidikan, frekuensi, pengalaman, materi, ... keterdedahan dan persepsi pemirsa tentang nilai informasi dan dayatarik format tayangan infotainment ... 48 14. Jenis kelamin pemirsa infotainment dan nilai informasi ... 49 15. Jenis pekerjaan pemirsa infotainment dan nilai informasi ... 53 16. Jenis kelamin pemirsa infotainment dan dayatarik format tayangan ... 54 17. Jenis pekerjaan pemirsa infotainment dan dayatarik format tayangan ... 56


(25)

101

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Kerangka Pemikiran Hubungan Karakteristik Pemirsa pada

Dimensi Demografis dan dimensi Psikografisnya dengan Persepsi


(26)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Peta Wilayah Desa Bojong Gede, Bogor………. 64 2. Peta Wilayah Kecamatan Bojong Gede, Bogor……… 65 3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas……… 66 4. Rekapitulasi Variabel Penelitian……… 69 - Karakteristik Demografis Pemirsa Infotainment di Bojong Gede……….. 69 - Karakteristis Psikografis Pemirsa Infotainment di Bojong Gede ………. 69 5. Korelasi Peubah Karakteristik dengan Peubah Persepsi……… 71 6. Rundown Program Reality *103 (Program KISS Indosiar 2008)…………. 72 7. Kuesioner Penelitian……….. 78 8. Surat Izin Penelitian……….. 85


(27)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Komunikasi merupakan hal pokok yang dilakukan manusia dalam keseharian, untuk mengetahui dan mengungkap berbagai gejala sosial dalam suatu interaksi sosial. Salah satu saluran yang digunakan manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya, yaitu menggunakan media massa seperti televisi.

Televisi sebagai ruang publik yang menyoroti dan menyikapi berbagai stimuli disajikan melalui berbagai program berita (news), program pendidikan dan hiburan, seperti infotainment yang dikemas dalam bentuk berita. Hal tersebut dimungkinkan karena televisi merupakan gabungan dari media dengar dan gambar yang dapat sekaligus menggabungkan penayangan yang bersifat informatif, hiburan maupun pendidikan. Selain itu, infotainment terkait dengan informasi selebritis, sehingga memungkinkan pula menonjolkan unsur hiburan dengan

memperkecil nilai berita yang lain (nilai informasi yang mendidik atau mencerahkan) pemirsa. Menurut Skomis (1985) diacu dalam Syahputra (2006),

jika dibandingkan dengan media massa lainnya (radio, suratkabar, majalah dan buku), maka televisi mempunyai sifat istimewa yang dapat menggabungkan tayangan informatif, hiburan maupun pendidikan.

Infotainment televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1993 diawali dengan munculnya tayangan Bulletin Sinetron, disusul Kabar-Kabari (1996) dan Cek & Ricek (1997) dan bermunculan sejenis. Dengan demikian, termasuk pelopor utama dalam tayangan tersebut adalah Rajawali Citra Televisi Indonesia (RCTI). Pada saat ini sudah ada antara lain tujuh stasiun televisi yang menayangkan infotainment dengan ragam kemasan dan penamaan masing-masing, sebagai berikut:


(28)

Tabel 1. Ragam acara infotainment di televisi

No. Nama Acara Stasiun Televisi

1. Go Spot Kabar-Kabari Cek & Ricek Silet

Peri Gosip

RCTI

2. Was-Was Gosip Apa Gosip OTISTA Kasak-Kusuk Hot Shot Hallo Selebriti Bibir Plus Sketsa Selebritis SCTV 3. Kassel Go Show KIPAS-KIPAS SINDANGLAIA TPI 4. BETIS TOP GOSIP MATA-MATA BUKAN GOSIP Antv 5. KISS Sensor Indosiar 6. Star 7

Kabar Idola Blow Up Klise

TRANS 7

7. Insert Insert pagi Insert Sore Kroscek

BEBI (Bebas Bicara)

Trans TV

Infotainment yang ditayangkan tujuh stasiun televisi tersebut memiliki durasi tayangan antara 30-60 menit dengan jam tayang pagi, siang atau malam hari. Materi yang disampaikan dalam infotainment berkisar seputar kehidupan selebritis atau public figure, mulai dari karier sampai hal-hal yang bersifat pribadi, seperti perceraian dan perselingkuhan.

Pantauan Komisi Penyiaran Indonesia, hingga Agustus 2005 menunjukkan bahwa dalam satu hari penayangan televisi menyajikan program infotainment selama 13 jam. Selama kurun waktu 2002 hingga 2005, jumlah program


(29)

3

infotainment di tv swasta selalu meningkat. Gumilar (2008) menyatakan, petunjuk yang dijadikan patokan program acara oleh stasiun televisi di antaranya adalah acara harus utuh: Pembahasan materi terjaga, tidak keluar dari konsep yang telah ditetapkan, mulai dari pengantar, permasalahan, pembahasan dan penyelesaian masalah secara sistematis. Dengan demikian sistematika dan kesinambungan acara tetap terjaga.

Ragam, format dan nama infotainment bisa mengingatkan pemirsanya pada tayangan televisi tertentu, terkait dengan keyakinan pemirsa pada nilai informasinya. Departemen Komunikasi dan Informatika 2006 menyatakan, Infotainment awalnya dikemas melalui bincang-bincang gosip yang menyajikan rangkaian informasi. Kemasan berikutnya berupa bentuk liputan khusus investigasi. Setiap episode difokuskan untuk membahas isu tertentu. Ada pula kemasan dalam bentuk news round-up, semacam kompilasi informasi selama periode waktu tertentu (seminggu), seperti “Espresso Weekend” Satu dua program infotainment mengambil format bincang-bincang di antara dua penyiar (host) sehingga nuansa “gosip” lebih terasa. Ragam tayangan infotainment televisi cenderung didominasi oleh kehadiran sosok perempuan sebagai pelaku perbincangan (penyiar atau presenter) dengan label bawel/suka bicara atau bincang-bincang gosip.

Hasil observasi dari Depkominfo (2006) menunjukkan adanya kecenderungan perbedaan waktu menonton tayangan infotainment antara pemirsa laki-laki dan perempuan. Sebanyak 74,83% pemirsa perempuan menonton infotainment di siang hari pada pukul 12.00-15.59. Sedangkan 42,86% pemirsa laki-laki menonton pada pagi hari pukul 05.00-11.59. Berdasar kategori usia, sebanyak 85,71% pemirsa berusia 35-50 tahun, 35,76 % berusia 25-34 tahun dan 33,77% berusia 15-24 tahun. Persentase terbanyak 66,23% pemirsa berada pada rentang waktu menonton di siang hari. Inilah saat infotainment gencar-gencarnya ditayangkan kepada kelas sosial menengah ke bawah, yaitu sebagian besar kepada perempuan (ibu-ibu berusia di atas 35 tahun), sebuah kelas yang secara tidak adil acap diidentikkan dengan kebiasaan ngerumpi. Infotainment di Indonesia sebagai urusan informasi tapi santai dan berhubung khalayak Indonesia kesulitan mencerna Plain Serious Information maka wajah pertelevisian Indonesia


(30)

berdasarkan pemetaan infotainment ini tampak tidak lebih dari sekedar ajang gosip belaka yang tidak mencerdaskan dan memberdayakan penontonnya.

Menurut Wardhana diacu dalam Pikiran Rakyat (2006), bahwa enam karakteristik sosok infotainment Indonesia, yaitu mengarang realitas, menggelapkan fakta, memaksa bertanya persoalan selebritis yang mestinya punya hak bungkam, banyak istilah yang disalahkaprahkan, wawancara eksklusif bersama sumber sebagai kesempatan mempromosikan diri dan cenderung prestatif. Dalam hal ini persepsi pemirsa juga menunjukkan adanya keragaman dalam melihat infotainment. Hasil penelitian Lestari (2005) menunjukkan, penonton tayangan infotainment terbanyak 56% adalah wanita. Wanita lebih menyukai tayangan yang bersifat emosional, seperti acara infotainment, karena dalam acara tersebut menyuguhkan kasus-kasus atau masalah realita yang dihadapi orang ternama (selebritis). Wanita akan membicarakan kembali tayangan ini dengan teman wanita dan cenderung meniru perilaku selebritis tersebut. Bahkan bukan tidak mungkin bila mereka ditimpa masalah yang sama, maka akan menyelesaikan dengan cara seperti selebritis yang mereka idolakan, sedangkan pria cenderung berpikir realistis.

Dari beberapa penelitian tersebut maka tampak adanya perbedaan antara pemirsa dalam memahami realitas sosial yang ditayangkan di tiap acara infotainment. Dengan demikian penelitian untuk memahami persepsi pemirsa terhadap tayangan infotainment dianggap perlu untuk dilakukan.


(31)

5

Perumusan Masalah

Istilah infotainment bagi penggemarnya, bukan lagi hal yang asing untuk mencirikan penamaan masing-masing suatu program di acara televisi tertentu di setiap jam tayang. Ciri tersebut memberikan gambaran bagi pemirsa untuk menonton tayangan infotainment tertentu guna memenuhi kebutuhan suatu informasi atau hanya sekedar mengisi waktu luang. Menurut Wardana diacu dalam Fajar.co.id (2006), sebutan infotainment mengindikasikan format dan kemasan tayangan program televisi dalam menyajikan informasi. Ciri yang paling menonjol adalah infotainment menyajikan informasi yang dikemas dalam bentuk hiburan. Informasi yang ditampilkan adalah seputar kehidupan selebritis. Format tayangan infotainment dimaksudkan agar informasi yang cenderung kaku dan formal diolah menjadi lebih luwes dan informal.

Ragam kemasan dan penamaan dalam format tayangan infotaiment yang beragam antara lain di tujuh stasiun televisi swasta, memungkinkan persepsi pemirsa yang juga beragam terhadap tiap tayangan infotainment. Karakteristik pemirsa juga cenderung beragam dilihat dari latar belakang sosial budaya. Panjaitan (2006) menyatakan, klasifikasi baku karakteristik secara demografis dibagi menjadi beberapa area, seperti jenis kelamin, umur, pekerjaan, terutama status sosial ekonomi yang dapat membedakan pengaruh suatu informasi bagi seseorang berdasarkan kepemilikan atau penggunaan media seperti televisi.

Berdasarkan pemikiran tersebut, pertanyaan penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana karakteristik pemirsa infotainment?

2. Bagaimana persepsi pemirsa tentang tayangan infotainment?

3. Bagaimana hubungan karakteristik dengan persepsi pemirsa tentang infotainment?


(32)

Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Mengkaji karakteristik pemirsa infotainment televisi

2. Mengkaji persepsi pemirsa tentang tayangan infotainment televisi

3. Mengkaji hubungan karakteristik dengan persepsi pemirsa infotainment televisi.

Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian, sebagai berikut:

1. Bagi masyarakat pemirsa diharapkan dapat memfilter tayangan infotainment, terutama para orang tua dalam mengarahkan keluarga, dalam memenuhi kebutuhan informasi dan hiburan.

2. Hasil penelitian diharapkan berguna bagi stasiun televisi dalam mengemas infotainment yang menarik dan memberikan nilai pencerahan bagi pemirsa.


(33)

7

TINJAUAN PUSTAKA Televisi Swasta Indonesia

Informasi yang ditayangkan televisi sebagai media massa sampai diterima pemirsa terjadi melalui sebuah proses. Littleljohn (1996) mengulas model transmisi dasar yang dikembangkan Shannon dan Weaver bahwa sumber memformulasi atau menyeleksi suatu pesan dalam bentuk tanda-tanda yang akan dikirim. Transmiter mengkonversi pesan tersebut ke dalam suatu perangkat sinyal yang dikirim melalui saluran ke suatu penerima yang kemudian mengkonversi sinyal-sinyal tersebut ke dalam suatu pesan. Dalam arena elektronik, suatu pesan televisi adalah suatu contoh yang baik mengenai proses transmisi pesan. Sebagai contoh, produser, sutradara (pengarah acara) dan penyiar adalah sumber pesan yang kemudian mengirim pesan tersebut melalui gelombang udara (saluran) ke pesawat televisi. Gelombang-gelombang elektro magnetik dikonversikan kembali ke dalam suatu impresi visual (kesan gambar) kepada pemirsa dalam bentuk motion picture.

Menurut Gilang (2005), televisi mempunyai pengaruh yang cukup ampuh dibanding media massa lainnya seperti suratkabar, majalah, tabloid dalam mempengaruhi perilaku pemirsa. Motion picture di televisi dapat membuat informasi yang disampaikan sedemikian menarik dan menyenangkan sehingga penonton dapat terlena dengan tayangan-tayangan yang disajikan. Sadar atau tidak setiap hari pemirsa diterpa dengan pesan-pesan yang belum tentu sesuai dengan konsumsi mereka. Menurut Nitibaskara (1994) dalam Gilang (2005), televisi berpotensi mempengaruhi 75% pemirsa, radio tidak lebih dari 25% dan suratkabar hanya mempengaruhi 13% pembaca.

Kuatnya pesan televisi mempengaruhi pemirsa dimungkinkan oleh adanya daya tarik dari suatu tayangan program acara yang terkait dengan informasi yang dibutuhkan pemirsa. Departemen Komunikasi dan Informatika 2006 menyatakan, televisi sebagai media massa memiliki empat fungsi, yaitu menyampaikan informasi, pendidikan, hiburan dan mempengaruhi.

Komisi Penyiaran Indonesia mempunyai kewajiban membantu pemerintah dalam pengaturan infrastruktur tentang penggunaan frekuensi seperti televisi untuk mengatur iklim persaingan yang sehat antara lembaga penyiaran dan


(34)

industri terkait (Depkominfo, 2006). Dewan Pers dalam makalah seminarnya tentang Standar Perusahaan Pers (2008), antara lain menyebutkan bahwa untuk mewujudkan kemerdekaan pers yang profesional maka disusunlah Standar Pedoman Perusahaan Pers agar pers mampu menjalankan fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial.

Departemen komunikasi dan Informatika (2006) dalam kaitan itu pula menjelaskan bahwa sebagai pilar demokrasi maka televisi memiliki fungsi: pertama, sebagai penyambung lidah dan penyampai informasi bagi masyarakat. Kedua, menjadi dinamisator bagi Indonesia. Ketiga, dituntut untuk menyajikan informasi yang benar, akurat, valid dan kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan kepada publik. Keempat, sebagai pengawasan terhadap kritik, koreksi. Kelima, menjadi kontrol bagi tiap usaha-usaha pengaburan kebenaran dan praktik-praktik “pandang bulu”.

Pernyataan ini mengasumsikan bahwa fungsi televisi adalah harus sesuai dengan koridor kebebasan yang bertanggungjawab sehingga dalam menyampaikan informasi dapat menjadi saluran komunikasi timbal-balik antara sumber dan penerima. Berbagai ide maupun gagasan dari sumber termasuk dari pihak media di dalam mengungkap peristiwa-peristiwa sosial yang perlu diketahui oleh publik dilakukan secara timbal-balik. Fungsi televisi sebagai media pendidikan, diharapkan dapat menanamkan pesan informasi yang memberi pencerahan bagi pemirsa. Pemirsa dimotivasi untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat bagi dirinya sebagai warga negara maupun peranannya dalam kehidupan bermasyarakat. Televisi layaknya menyajikan informasi yang benar, akurat, valid antara pernyataan atau pesan yang diinformasikan dengan bukti atau keadaan yang sebenarnya, sekaligus terbuka terhadap setiap kritik dan koreksi yang dapat dipertangungjawabkan pada kepentingan publik. Fungsi televisi sebagai media penghibur, pada dasarnya merupakan faktor penting sebagai pendukung fungsi utama, yaitu menyampaikan informasi dan fungsi pendidikan. Dengan nilai hiburan, diharapkan televisi memiliki nilai tambah bagi kecerdasan dan kesejahteraan lahir batin pemirsa, dalam memenuhi kebutuhan hidup dari suatu informasi. Pada tahap tertentu, televisi diharapkan pula memiliki kekuatan dalam mempengaruhi pemirsa kalangan tertentu yang perlu didorong dan


(35)

9

diarahkan pada suatu kepentingan, antara lain bagaimana mengadopsi suatu temuan yang bermanfaat bagi kepentingannya.

Infotainment Televisi

Infotainment di televisi swasta cenderung merupakan bisnis yang menjanjikan. Tayangan ini ada yang diproduksi oleh Production House, di luar kelembagaan pers. Hasil penelitian Nielsen Media Research, menyatakan dari jumlah belanja iklan di televisi sebesar 70% atau Rp. 16,22 Triliun, sebagian dari jumlah itu diperoleh dari infotainment. Program infotainment tetap dinilai kompetitif dengan program lain dalam hal meraih penonton, meskipun ditaruh pada pukul 07.00, 09.00, 15.00 dan 16.00. Harga jual bervariasi, dari Rp. 15 juta hingga Rp. 60 juta per episode. Rata-rata sekitar Rp 25 juta per episode. Nahwi Rasul diacu dalam Fajar 2006 menjelaskan, Fatwa NU tentang pengharaman infotainment merupakan penguatan gerakan Civil Society yang resisten terhadap kebijakan publik yang distorsi akibat kepentingan ekonomi dan politik di industri media. Hal ini merupakan wujud kejengkelan masyarakat terhadap kebijakan di bidang penyiaran yang berpihak kepada industri dan mengorbankan hak-hak publik. Tayangan infotainment tidak semuanya dipandang negatif, karena masih banyak ditemukan pihak media yang masih memegang teguh nilai moral atau nilai-nilai jurnalistik infotainment, sebagai kategori produk pemberitaan atau informasi. Pemaparan pesan tersebut disajikan secara faktual dan objektif. Pemirsa dapat memperoleh gambaran bahkan sekaligus pelajaran lewat tayangan infotainment tersebut (Depkominfo 2006). Sebagai contoh, ada acara infotainment yang mengungkap sisi positif artis dalam hal mengajak berbuat kebaikan demi kemaslahatan rakyat secara luas yang patut ditiru oleh pemirsa televisi berupa publikasi dari artis yang rajin beribadah, menolong orang kesusahan, menyelenggarakan buka puasa bersama anak yatim dan mengadakan pengajian akbar di rumahnya.

Departemen Komunikasi dan Informatika (2006) menjelaskan bahwa acara infotainment hampir seluruhnya bernuansa hiburan dan menceritakan aib selebritas. Unsur pendidikan hampir tidak ada. Pihak televisi tidak melakukan fungsi media secara proporsional, yaitu fungsi informasi, pendidikan dan hiburan.


(36)

Infotainment lazim disajikan di berbagai negara yang dilindungi oleh prinsip kemerdekaan berekspresi. Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat menyatakan bahwa acara infotainment berisi tontonan dan tuntutan. Jadi suatu lembaga penyiaran dapat menyajikan suatu acara infotainment selama tunduk pada Undang-Undang penyiaran, Undang-Undang Pers, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran (P3-SPS) yang dikeluarkan oleh KPI dan Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI).

McQuail (1992) dalam Depkominfo (2006), menjelaskan bahwa suatu informasi, pertama, mengandung factualness untuk mengukur tingkat korespondensi antara informasi dan fakta. Indikatornya main point, nilai informasi, readability dan checkability. Kedua, accuracy sebagai kualitas informasi yang juga penting bagi reputasi sumber informasi. Dimensi akurasi meliputi verifikasi terhadap fakta, relevansi sumber informasi dan akurasi sumber penyajian, seperti konfirmasi terhadap sumber informasi, pencantuman sumber informasi dan tidak ada kesalahan pengutipan data, nara sumber, tanggal, nama dan alamat. Ketiga, completeness seperti memenuhi unsur 5W+1H. Keempat, balance dan kelima, netrality atau ketidakberpihakan dalam keinformasian.

Nilai informasi yang diharapkan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik (pemirsa), bahwa suatu informasi selayaknya mengandung kebenaran antara yang disampaikan dengan kejadian atau peristiwa yang sebenarnya. Hal tersebut menyangkut relevansi sumber, apakah informasi tersebut disampaikan oleh seseorang yang sesuai bidangnya. Informasi bersifat akurat. Informasi yang disajikan mencantumkan sumber informasi. Informasi sebagai hasil konfirmasi dengan sumber beserta alamat dan tanggal kejadian. Informasi pun selayaknya bersifat komplit, memenuhi berbagai unsur, antara lain memenuhi harapan pemirsa terkait dengan jawaban apa dan siapa, dimana dan kapan, mengapa dan bagaimana sesuatu hal yang diinformasikan, serta seimbang dan netral.

Mengacu pada pendapat McQuail tentang unsur suatu berita atau informasi yang dapat dipertanggungjawabkan, maka dapat diasumsikan bahwa dalam kategori infotainment, isi tayangan diharapkan memberikan solusi terhadap suatu persoalan sebagai berikut:


(37)

11

1. Sumbernya relevan, sesuai bidangnya, sehingga informasi akurat dengan mencantumkan sumbernya.

2. Informasi merupakan hasil konfirmasi dengan sumber beserta alamat dan tanggal kejadian.

3. Infotainment komplit, mengandung hal penting yang perlu diketahui oleh pemirsa, terkait dengan jawaban mengenai apa dan siapa, dimana dan kapan, serta mengapa dan bagaimana sesuatu hal yang diinformasikan.

4. Infotainment bersifat seimbang, antara lain mengungkap sesuatu hal yang terkait dengan sumber “A dan B’ (yang menjadi topik informasi). Sehingga diharapkan informasi netral, tidak timpang atau berat sebelah (memihak kepada salah satu sumber informasi).

Format Tayangan Infotainment Televisi

Acara infotainment televisi menggambarkan suatu proses komunikasi berupa rangkaian informasi tertentu yang disajikan dalam bentuk bincang-bincang “gosip” yang menggambarkan dialog antara beberapa orang atau sumber pembicara. Selain itu, bisa dalam bentuk liputan khusus (investigasi). Hal ini menggambarkan adanya proses wawancara antara sumber atau pewawancara (investigator) dan pihak yang diwawancarai, terkait dengan isu tertentu yang menjadi topik informasi. Bentuk lainnya, berupa kompilasi informasi dari beberapa periode waktu tertentu (penggabungan informasi) yang menggambarkan adanya penyampaian informasi dari beberapa topik yang diungkap dan dipandu oleh dua orang penyiar.

Indosiar (2008), memaparkan salah satu “Rundown” program REALITY # 103 (terlampir). “Rundown program Reality Indosiar” salah satu contoh proses komunikasi dalam format tayangan infotainment, sebagai salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan permasalahan penelitian. Karena dimungkinkan ada kemiripan dengan format tayangan infotainment televisi lain, dengan asumsi, pada dasarnya keragaman tayangan infotainment televisi merujuk pada aturan umum yang menjadi dasar dari suatu program acara televisi. Dalam hal ini seperti yang telah disebutkan dalam latar belakang, patokan program acara televisi adalah selayaknya utuh, mulai dari pengantar, permasalahan, pembahasan


(38)

dan penyelesaian masalah secara sistematis, sehingga sistematika dan kesinambungan terjaga. (Gumilar 2008).

Berdasarkan gambaran rundown tersebut dapat disimpulkan bahwa ada tiga kategori dalam format tayangan infotainment televisi yang dimungkinkan cenderung terkait dengan nilai informasi dan bobot muatan pesan infotainment, yaitu dialog, narasi dan wawancara. Runtut format tayangan infotainment yang berisi dialog interaktif, narasi dan wawancara sebagai satu proses komunikasi memperlihatkan, apakah nilai keutuhan suatu acara sebagai patokan suatu program televisi sudah terpenuhi atau belum.

Penjelasan tiga kategori format penayangan infotainment yaitu dialog, narasi dan wawancara sebagai berikut:

1) Dialog (Interaktif) merupakan input manusia dan tanggapan langsung yang membentuk percakapan antara komputer interaktif dan orang yang memakainya (Febrian, 2004).

Input manusia, terkait dengan komunikasi timbal-balik, antara lain berupa dialog antara sumber yang terlibat (sumber yang diinformasikan, saling mendukung atau membantah), atau saat pihak tertentu saling berdialog mengomentari sumber yang diinformasikan, secara langsung tatap muka atau tidak langsung (menggunakan media/tanpa tatap muka), tersaji dalam tayangan tersebut.

2) Narasi, terkait dengan penyajian infotainment tv dalam bentuk/tipe narasi. Fisher diacuh dalam Littlejohn (1996) menyimpulkan bahwa narasi adalah proses komunikasi. Hal ini berupa penyampaian pesan dari sumber kepada sasaran. Pesan tersebut disampaikan dalam hal ini lewat media massa. Isi cerita bersifat fiksi maupun non fiksi, berupa segala kejadian yang disampaikan secara verbal dan non verbal, yang memiliki sederet peristiwa yang diberi arti oleh khalayak sasarannya. Sisi penyampaiannya memerlukan keutuhan dan ketepatan.

Keutuhan dan ketepatan, dengan demikian minimal merupakan dua unsur yang terarah ada dalam suatu narasi. Keutuhan bisa terkait dengan ulasan narasi oleh narator yang disertai dengan ungkapan selebritis atau tokoh yang


(39)

13

diberitakan, sedangkan ketepatan dapat terkait dengan konsistensi atau objektivitas antara ulasan narator dan ungkapan tohoh atau selebritis.

3) Wawancara adalah tanya-jawab dengan seseorang Interviewee untuk

mendapatkan keterangan atau pendapatnya tentang sesuatu hal atau masalah. Wawancara dapat dilakukan oleh pihak (interviewer) untuk keperluan, misalnya penelitian atau penerimaan pegawai, maupun pekerjaan jurnalis. Perbedaan penting antara wawancara dengan percakapan biasa, wawancara bertujuan pasti (sehingga terstruktur atau terencana), menggali permasalahan yang ingin diketahui untuk disampaikan kepada khalayak pemirsa (televisi), namun berbeda dengan penyidik perkara atau interogator. Sehingga wartawan atau interviewer tidak memaksa, tetapi membujuk orang agar bersedia memberikan keterangan yang diperlukan, sehingga perlu meredam emosi. (Arismunandar, 2006).

Persepsi Pemirsa tentang Acara Infotainment

Menurut Desiderato (1976), dalam Rachmat (1985), persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah pemberian makna pada stimuli indrawi (sensory stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walau demikian, menafsirkan makna informasi indrawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan memori.

Secara sederhana, persepsi pemirsa infotainment tv dapat disebut sebagai suatu penafsiran seseorang tentang sesuatu hal, setelah memaknai sesuatu stimuli atau rangsangan tentang sesuatu objek yang diperolehnya melalui panca indera. Sesuatu objek tadi dapat berupa informasi yang diperoleh dari media massa seperti televisi. Informasi yang dimaksudkan disebut sensasi. Tetapi, seseorang menafsirkan makna suatu informasi tidak hanya melibatkan sensasi tetapi juga melibatkan faktor lain, seperti atensi (perhatian), motivasi (dorongan) dan memori (ingatan atau pengalaman). Dalam hal tayangan infotainment di televisi, pemirsa melakukan selektivitas (pemilihan) informasi sesuai yang dikehendakinya dan memungkinkannya untuk mendekatkan diri (proximity) dengan informasi yang dimaksud. Caranya adalah dengan melakukan perhatian penuh pada informasi


(40)

tersebut dan mengabaikan perhatian pada informasi yang lain. Semakin dekat pemirsa dengan informasi yang dikehendakinya maka semakin cermat atau sempurna pemirsa menafsirkan (mempersepsi) makna pesan infotainment dari televisi tersebut.

Faktor fakta, selektivitas, motivasi, memori atau pengalaman, kedekatan dan kecermatan atau kesempurnaan pemaknaan pesan atau informasi, merupakan unsur dalam proses pemirsa menafsirkan atau mempersepsi tayangan infotainment. Faktor awal yang sangat berpengaruh dalam proses tersebut dimulai dari unsur perhatian pemirsa terhadap stimuli pesan pada acara infotainment. Andersen (1972), dalam Rachmat 1985) mempertegas apa yang dimaksud dengan perhatian, sebagai faktor yang sangat mempengaruhi persepsi. Perhatian (attention) adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya merendah. Perhatian terjadi bila mengkonsentrasikan diri pada salah satu alat indra dan menyampingkan masukan-masukan melalui indra yang lain.

Persepsi merupakan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu dan penafsiran pada stimuli indrawi yang dimulai dari perhatian pemirsa pada stimuli berupa acara infotainment televisi. Pemirsa memperhatikan infotainment karena memiliki motivasi atau dorongan untuk mengetahui sesuatu hal dan masuk ke dalam memori (ingatan atau pengalamannya) sehingga memungkinkan pemirsa melakukan selektivitas pada tayangan infotainment terkait, sesuai apa yang diharapkannya. Pengalaman pemirsa sebelumnya tentang pesan pada acara infotainment akan menentukan proximity (kedekatan) pemirsa pada informasi yang lebih mendalam tentang hal tersebut. Pemirsa bisa mengabaikan pesan infotainment dari saluran televisi yang lain. Semakin dekat pemirsa dengan acara infotainment televisi tertentu, dimungkinkan pemirsa akan semakin cermat memaknai informasi tersebut.

Andersen dalam Rakhmat (1985), mengemukakan bahwa sesuatu yang diperhatikan pemirsa akan ditentukan oleh faktor-faktor situasional dan personal. Faktor situasional terkadang disebut sebagai determinan perhatian yang bersifat eksternal atau penarik perhatian (attention getter) dan faktor personal sebagai determinan internal.


(41)

15

Empat sifat stimuli yang mempunyai sifat-sifat yang menonjol, antara lain adalah gerakan, intensitas, kebaruan dan perulangan. Uraian ringkas dari sifat stimuli adalah sebagai berikut:

1) Gerakan; manusia tertarik pada objek-objek yang bergerak.

2) Intensitas; manusia akan memperhatikan stimuli yang lebih menonjol dibanding stimuli yang lain. Dengan demikian, menguatkan pemahaman pemirsa terhadap isi pesan dalam tayangan infotainment dan sekaligus memperkuat perhatiannya tentang sesuatu hal.

3) Kebaruan, (novelty); manusia akan tertarik perhatiannya pada hal-hal yang baru, yang luar biasa dan yang berbeda dari sebelumnya, tidak hanya pada isi pesan tetapi juga dari metode atau cara penyampaian tokoh atau sumber pesan dalam tayangan infotainment.

4) Perulangan; hal-hal yang disajikan berkali-kali disertai dengan sedikit variasi atau hal yang sudah dikenal sebelumnya, berpadu dengan unsur yang baru, termasuk unsur sugesti (mempengaruhi bawah sadar pemirsa), akan dapat menarik perhatian pemirsa terhadap acara infotainment yang ditayangkan televisi. Pemirsa menjadi mungkin untuk melakukan seleksi di dalam menonton tayangan infotainment sesuai dengan yang diharapkannya.

Menurut Rakhmat (1985), faktor internal penaruh perhatian adalah menjelaskan kemampuan indera manusia untuk menunjukkan perhatian yang selektif (selective attention), yang bisa lolos dari perhatian orang lain. Faktor tersebut terkait dengan faktor biologis, meliputi kebutuhan terpenting seseorang dalam memenuhi pencapaian tujuan atau keinginan yang diharapkan. Hal ini dipengaruhi oleh latar belakang kebudayaan, pengalaman dan pendidikannya.

Persepsi pemirsa terhadap tayangan infotainment televisi, dengan demikian diasumsikan dapat dilihat dari; apakah isi pesannya memiliki nilai informasi yang mendidik dan menghibur (nilai pencerahan bagi pemirsa) dan apakah format tayangan infotainment memiliki daya tarik bagi pemirsa. Faktor selektivitas penaruh perhatian yang membentuk persepsi pemirsa terhadap nilai pencerahan suatu informasi (infotainment), terkait dengan daya tarik kemasan pesan dalam format tayangan infotainment, sebagai berikut.


(42)

1. Nilai Pencerahan

Munthe dalam Gumilar 2008 menggambarkan tentang patokan program acara televisi, antara lain adalah acara harus disajikan dengan kualitas baik. Menurut Munthe dalam Gumilar (2008), penonton televisi selalu menuntut hasil yang prima tanpa gangguan, karena mereka sangat mendambakan kenyamanan pada saat menonton acara. Penyelenggara program acara televisi dengan demikian memiliki kewajiban untuk memberikan yang terbaik kepada penonton, sehingga acara disajikan dengan kualitas baik. Seseorang dapat mencapai pencerahan (kesempurnaa pemikiran dan perbaikan tindakan yang terarah dan transparan) antara lain dapat dicapai melalui arena dialog atau pertukaran pendapat. Biasanya dilakukan oleh orang yang memiliki jiwa moderen. “Modern dalam berpikir dan bertingkahlaku ke arah yang lebih baik”, antara lain karena memiliki pengalaman atau tingkat pendidikan yang memadai dalam memandang sesuatu hal (pesan komunikasi). Hal tersebut sebagaimana disinggung Salim (2002), dinamika sosial dalam masyarakat moderen bisa membimbing orang mencapai pencerahan (kesempurnaan pikiran dan perbaikan tindakan secara sistematis dan transparan) melalui arena debat-transformasi pernyataan.

Pengalaman atau tingkat pendidikan seseorang dengan demikian memungkinkannya untuk dapat membedakan persepsinya terhadap nilai dari suatu informasi (media massa televisi) yang memberi nilai pendidikan dan atau nilai hiburan (nilai pencerahan). Terkait dengan infotainment televisi, Effendy (1993) dalam Desti (2004), menyinggung fungsi media massa televisi sebagai berikut:

a) Fungsi Penerangan (The Information function) media yang mampu menyiarkan informasi yang amat memuaskan yang disebabkan dua faktor yang terdapat pada media massa audio visual. Dua faktor tersebut adalah (a) immediacy (langsung, dekat); peristiwa yang disiarkan oleh stasiun televisi dapat dilihat dan didengar oleh para pemirsa pada saat peristiwa itu berlangsung, dan (b) realism (fakta, nyata); stasiun televisi menyiarkan informasinya secara audio visual dengan perantaraan mikrofon dan kamera sesuai dengan kenyataan. Jadi para pemirsa melihat dan mendengar sendiri. Dalam melaksanakan fungsinya sebagai sarana penerangan, selain menyiarkan informasi dalam bentuk siaran


(43)

17

pandangan mata atau berita yang dibacakan maka seorang penyiar juga dilengkapi dengan gambar-gambar yang faktual.

b) Fungsi pendidikan (The Educational Function); televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak secara simultan. Televisi juga dapat meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat dengan menyiarkan acara-acara tertentu secara teratur.

c) Fungsi hiburan; fungsi hiburan yang melekat pada televisi siaran tampak dominan, karena pada layar televisi dapat ditampilkan gambar hidup beserta suaranya, sehingga dapat dinikmati oleh seluruh anggota masyarakat termasuk khalayak yang tidak mengerti bahasa asing, bahkan yang tuna aksara.

Hasil penelitian Desti (2004) menjelaskan bahwa sebanyak 51% penonton berita kriminal televisi menganggap tidak hanya sebagai informasi semata, tetapi juga sebagai salah satu acara yang dapat menghibur dalam upaya melepaskan diri dari permasalahan, melepas kelelahan dan kepenatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Effendy (1993) yang menyatakan bahwa fungsi hiburan yang melekat pada televisi siaran tampak dominan karena pada layar televisi dapat ditampilkan gambar hidup beserta suaranya sehingga dapat dinikmati secara utuh. Dengan demikian, infotainment sebagai informasi yang dikemas dalam bentuk berita, merupakan tuntutan bagi pemirsa dalam memberi nuansa hiburan, pendidikan dan penerangan.

2. Daya Tarik Format tayangan

Hanafiah (2007) menjelaskan bahwa daya tarik televisi di mata pemirsa bukan pada kotak (bentuk) fisiknya, tetapi pada menu program yang telah disuguhkan oleh televisi secara beragam. Atas alasan itu, televisi menjadi magnet yang menyeret siapa saja sampai menjadi kebutuhan akan kehadirannya. Begitu besar daya pikat televisi sehingga mampu mempengaruhi watak dan karakter bahkan pola hidup (waktu) seseorang (pemirsa). Sains dan Televisi diacu dalam Hanafiah (2007), menggambarkan televisi sebagai medium yang sangat bagus untuk membagi informasi dan prinsip-prinsip ilmu kepada masyarakat secara luas.


(44)

Melalui program-program televisi yang mendidik sambil menghibur kita dapat meningkatkan daya tarik masyarakat untuk belajar ilmu atau pengetahuan.

Dayatarik bobot muatan pesan infotainment dalam bentuk dialog, narasi dan wawancara, dengan demikian merupakan daya tarik dari format tayangan infotainment. Keseluruhan bobot muatan ini dapat membentuk persepsi pemirsa tentang tayangan infotainment televisi swasta tertentu, sehingga dimungkinkan pula akan membentuk daya pikat terhadap pemirsa untuk selalu menonton atau menerima pesan infotainment televisi tertentu atau bahkan sebaliknya mengabaikannya karena terdedah tayangan infotainment dari media infotainment lainnya seperti dari radio, media cetak atau media elektronik lainnya.

Karakteristik Pemirsa

Setiadi ( 2003) menjelaskan, variabel utama yang dapat digunakan sebagai dasar pengelompokkan sasaran, yaitu demografi, geografi, psikografi dan perilaku. Segmentasi geografi terkait dengan beberapa unit, seperti negara, kota atau komplek perumahan. Segmentasi demografi antara lain terkait dengan umur, jenis kelamin, pendapatan, pekerjaan dan pendidikan. Segmentasi psikografi terkait dengan cara-cara atau kebiasaan seseorang dalam bertingkahlaku. Segmentasi perilaku terkait dengan tindakan atau tingkah laku seseorang sebagai realisasi dari suatu keputusan.

Sampson dalam Rakhmat (1985) menggambarkan karakteristik individu sebagai sifat atau ciri yang dimiliki seseorang yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dan lingkungannya. Karakteristik tersebut terbentuk oleh faktor biologis dan faktor sosiopsikologis. Faktor biologis mencakup genetik, sistem syaraf dan sistem hormonal. Sedangkan faktor sosiopsikologis terdiri dari komponen-komponen kognitif (intelektual) yang berhubungan dengan kebiasaan dan afektif (faktor emosional).

Krech and Crutchfield dalam Rakhmat (1985) antara lain menjelaskan bahwa faktor yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli, tetapi karakteristik orang, seperti umur, pendidikan, status sosial ekonomi dan pengalaman masa lalu. Faktor-faktor inilah yang memberi respons pada suatu stimuli dan berhubungan nyata dengan persepsi seseorang tentang suatu stimuli.


(45)

19

Berkaitan dengan pengalaman masa lalu seseorang (pemirsa) tentang sesuatu informasi (infotainment) yang terdedah dari media infotainment dan frekuensi menonton atau menerima infotainment tersebut, bisa memperkuat kedekatannya dengan informasi tersebut. Dengan demikian dimungkinkan dapat memperkuat pemaknaan pemirsa pada informasi (infotainment) tersebut sehingga dapat menentukan aktivitasnya di masa yang akan datang antara lain bagaimana mempersepsi infotainment dalam usaha memenuhi kebutuhan suatu informasi. Menurut Setiadi (2003), pengalaman masa lalu mempengaruhi sikap seseorang terhadap sesuatu hal. Pengalaman pengguna suatu produk pada masa lalu misalnya, akan memberikan evaluasi atas hal tersebut tergantung apakah hal tersebut menyenangkan atau tidak. Jika menyenangkan, maka sikapnya di masa mendatang akan positif, jika tidak menyenangkan maka sikapnya di masa mendatang pun akan negatif.

Cara-cara atau kebiasaan seseorang dalam bertingkahlaku sebagai segmentasi psikografi sebagaimana disinggung setiadi tersebut diasumsikan karena adanya faktor keterdedahan atau terpaan infotainment pada seseorang dari media infotainment yang membuka ingatannya sebagai pengalaman masa lalu pemirsa menonton atau menerima infotainment. Frekuensi seseorang menonton atau menerima infotainment, akan memperlihatkan persepsinya tentang tayangan infotainment. Khairil (1994) menjelaskan bahwa keterdedahan pada siaran melalui radio dan televisi dipakai sebagai panduan kata “media exposure” yang merupakan perilaku penggunaan media komunikasi. Keterdedahan media massa tersebut merupakan aktivitas dalam mendengarkan radio dan menonton televisi. Menyadur pendapat Blumer dalam Rakhmat (1985) yang mengemukakan beberapa jenis kebutuhan akan informasi dan eksplorasi, yaitu kebutuhan untuk melepaskan ketegangan dan untuk mencari hiburan serta kebutuhan akan identitas diri.

Keterdedahan seseorang terhadap sesuatu informasi dari media massa radio dan televisi, memungkinkan pula seseorang akan terdedah infotainment dari beberapa media selain televisi dan radio yaitu seperti suratkabar, majalah atau bulletin, internet, Handphone atau media lainnya. Menurut Jahi (1988) bahwa akibat media exposure, dalam keadaan normal orang akan berperilaku atau


(46)

berpartisipasi setelah memahami dan bersikap setuju terhadap isi pesan dari media tersebut. Asmira (2006), menjelaskan bahwa frekuensi keterdedahan adalah jumlah intensitas responden menonton informasi setiap hari dalam rentang waktu seminggu, dikategorikan dengan jumlah frekuensi jarang, kurang sering dan sering. Frekuensi keterdedahan diasumsikan sebagai frekuensi seseorang menonton atau menerima infotainment yang terdedah dari media tertentu seperti televisi swasta, radio, suratkabar, majalah atau bulletin, Handphone maupun media lainnya. Frekuensi tersebut dihitung berdasarkan jumlah intensitas seseorang menerima informasi tersebut setiap hari dalam seminggu.

Berdasarkan tinjauan di atas, karakteristik individu (pemirsa) infotainment merupakan ciri-ciri atau sifat-sifat individual yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan dan lingkungan seseorang. Hal ini terkait dengan bagaimana pemirsa terstimuli infotainment dari televisi swasta tertentu yang berisi dialog interaktif, narasi dan wawancara. Proses ini akan membentuk persepsi pemirsa tentang tayangan suatu infotainment, mencakup kategori nilai informasi yang mendidik dan menghibur (nilai pencerahan yang bermanfaat bagi kepentingan publik) dan kategori dayatarik format tayangannya. Penelitian ini menetapkan beberapa karakteristik dalam dimensi demografi yang diamati, yakni meliputi jenis kelamin, umur, pendidikan dan pekerjaan. Pada dimensi psikografi yang diamati terkait dengan keterdedahan pemirsa pada infotainment dari media infotainment seperti televisi swasta, pengalaman masa lalu pemirsa atau seseorang menonton atau menerima infotainment dan frekuensi menonton atau menerima infotainment. Masing-masing dimensi demografi dapat dijelaskan, sebagai berikut:

1. Jenis Kelamin

Jenis kelamin (laki dan perempuan) seseorang (pemirsa infotainment) yang berbeda, dimungkinkan akan mempersepsi infotainment yang berbeda pula. Banyak didapat bukti pria dan wanita berbeda untuk beberapa hal penting tertentu, misalnya wanita dapat memproses informasi secara berbeda-beda daripada pria, dan tampaknya lebih sabar, telaten dan kurang begitu dominan seperti pria. Atau wanita sebaliknya, cenderung menilai tinggi barang milik yang dapat memperkuat hubungan personal dan sosial.


(47)

21

Departemen Komunikasi dan Informatika (2006) menjelaskan bahwa tidak hanya wanita yang cenderung menonton tayangan infotainment, akan tetapi sebanyak 42,86% menunjukkan bahwa pemirsa infotainment adalah laki-laki. Laki-laki dan perempuan dengan demikian memiliki kecenderungan perbedaan secara emosional, mental dan fisik yang dimungkinkan akan bisa memperkuat persepsinya terhadap sesuatu hal termasuk infotainment. Yuniati (2008), menjelaskan bahwa wanita dan pria memiliki kondisi yang berbeda secara fisik biologis maupun psikologis sebagai sumber dari perbedaan fungsi dan peran yang diemban oleh pria dan wanita, sehingga mempengaruhi pola hubungan sosial yang terbentuk di masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari, wanita dihadapkan pada kewajiban untuk melaksanakan dan menyelenggarakan tiga fungsi atau peran (Bamberger diacu dalam Yuniati 2008) yaitu:

a) Fungsi reproduksi, seperti mengurus anak dan mengatur atau mengelola urusan rumah tangga.

b) Fungsi produksi, terkait dengan aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh wanita dalam rangka membantu perekonomian keluarga.

c) Fungsi manajemen kemasyarakatan, terkait dengan pengaruh pola dan tata cara wanita dalam pengelolaan lingkungan dan pemeliharaan infrastruktur komunitas.

Sonny (2008) menjelaskan tentang perbedaan secara mental atau emosional bahwa wanita cenderung lebih bersifat pribadi dibandingkan pria. Wanita memiliki minat yang lebih dalam terhadap orang dan perasaan, sementara pria lebih berminat terhadap hal-hal praktis yang dapat dipahami dengan logika. Osborne dalam Sonny 2008 menyatakan bahwa wanita cenderung menjadi “bagian intim” dari orang-orang yang mereka kenal dalam hal-hal di sekelilingnya dan menyatu dengan lingkungannya. Seorang pria berhubungan dengan orang dan situasi, namun biasanya tidak membiarkan identitasnya dijalin bersama orang lain. Emosi wanita berkaitan erat dengan orang dan tempat disekelilingnya, maka wanita membutuhkan lebih banyak waktu untuk menyesuaikan diri dengan perubahan dibandingkan pria. Seorang pria dapat menyimpulkan manfaat dari suatu perubahan dengan logis dan menjiwainya dalam beberapa menit. Wanita memusatkan perhatian pada akibat yang bisa muncul dari perubahan tersebut dan


(48)

kesulitan-kesulitan yang mungkin akan melibatkan dirinya dan keluarganya. Ia memerlukan waktu untuk melakukan penyesuaian awal sebelum dapat mulai melihat keuntungan-keuntungan dari perubahan yang terjadi.

2. Umur

Umur atau usia dapat dihitung sejak awal kelahiran seseorang hingga batas kehidupan atau kematian. Usia seseorang dapat pula dikategorikan sebagai masa anak-anak, masa remaja, masa dewasa dan masa tua (manula). Tiap kelompok usia memiliki nilai dan perilaku yang berbeda. Setiadi (2003) menjelaskan bahwa terkadang seseorang yang dewasa mengaku usianya masih muda atau sebaliknya remaja menganggap dirinya sudah dewasa. Usia subjektif atau usia kognitif adalah usia yang sebenarnya dapat dianggap sebagai usia yang tepat bagi diri pribadi seseorang. Namun realita di masyarakat lebih mengutamakan usia kronologis atau usia nyata. Kategori responden penelitian dalam hal ini dibatasi yaitu individu yang sudah dewasa berusia 17 tahun ke atas.

3. Pendidikan

Pendidikan merupakan proses pengetahuan, yang dapat diperoleh seseorang melalui jenjang formal resmi seperti SD, SLTP, SLTA atau Perguruan Tinggi. Sedangkan non formal atau jenjang tidak resmi, seperti penataran atau pelatihan secara langsung atau tatap muka atau tidak langsung lewat media seperti televisi. Setiadi (2003) menjelaskan bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan unsur dari kepribadian orang yang bersangkutan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan yang dimiliki, seseorang semakin mantap serta lebih berhati-hati dalam menentukan keputusan. Badan Pusat Statistik (2008), menjelaskan bahwa pendidikan yang dicapai merupakan salah satu indikator kualitas hidup manusia serta menunjukkan status sosial dan status kesejahteraan seseorang. Semakin tinggi pendidikan yang dicapai oleh seseorang maka dapat diharapkan semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan orang yang bersangkutan maupun anggota rumah tangganya. Jenjang pendidikan yang dicapai oleh kepala rumah tangga dapat digunakan untuk melihat gambaran kasar kualitas sosial maupun tingkat ekonomi dari rumah tangga yang bersangkutan.


(49)

23

Pekerjaan merupakan indikator aktivitas seseorang yang bisa menentukan status sosial dan gengsi seseorang dalam keluarga yang berorientasi pada status ekonomi atau sumber keuangan. Menurut Desti (2004), aktivitas yaitu kegiatan khalayak penonton yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan diri atau keluarganya, antara lain ditandai dengan mendapatkan imbalan, dengan kategori pelajar atau mahasiswa, karyawan swasta, Pegawai Negeri Sipil (PNS), Tentara Nasional Indonesia (TNI) atau Polisi Republik Indonesia (Polri), ibu rumah tangga, wiraswasta, dan tidak bekerja. Setiadi (2003) menjelaskan, pekerjaan merupakan status seseorang sebagai indikator tunggal terbaik mengenai kelas sosial dan merupakan satu-satunya basis terpenting untuk menyampaikan prestise dan kehormatan. Status seseorang dapat pula dipengaruhi oleh keberhasilan yang berhubungan dengan status orang lain di dalam pekerjaan. Asmira (2006) menjelaskan bahwa jenis pekerjaan adalah kegiatan ekonomis yang dilakukan oleh responden setiap hari.


(50)

KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Kerangka Pemikiran

Pemirsa infotainment televisi swasta, memiliki karakteristik secara demografik, yaitu berdasarkan kategori jenis kelamin, umur, pendidikan dan pekerjaan. Bobot muatan pesan infotainment sebagai stimuli yang disajikan oleh televisi tertentu melalui keragaman format tayangan dimungkinkan akan memperlihatkan keragaman persepsi pemirsa tentang tayangan infotainment tersebut berdasarkan keragaman karakteristik pemirsanya. Pada dimensi psikografik menggambarkan ciri-ciri atau identitas pemirsa berdasarkan keterdedahan pemirsa pada infotainment dari media infotainment antara lain televisi swasta, pengalaman masa lalu pemirsa menonton atau menerima infotainment dan frekuensi pemirsa menonton atau menerima infotainment.

Kemasan format tayangan infotainment dalam bentuk dialog interaktif, yaitu menggambarkan adanya percakapan atau komunikasi timbal balik antara tokoh atau selebritis yang diinformasikan, antara selebritis dan pihak tertentu, atau antara pihak lain, secara langsung (tatap muka) atau tidak langsung (tanpa tatap muka). Biasanya dialog interaktif disisipkan pada proses narasi. Percakapan tersebut dapat berupa pernyataan saling mendukung atau saling bertentangan. Kemasan dalam bentuk narasi, yaitu menggambarkan ulasan pesan oleh narator tentang peristiwa atau kejadian yang terkait dengan tokoh atau selebritis yang diinformasikan, disertai dengan sisipan dialog atau wawancara atau hasil wawancara pihak terkait, serta rekaman kejadian atau peristiwa. Sehingga akan bisa memperlihatkan keutuhan dan ketepatan informasi. Sedangkan kemasan dalam bentuk wawancara atau hasil wawancara, yaitu berupa tanya jawab pihak televisi dengan tokoh yang diberitakan atau pihak tertentu, secara terstruktur atau terencana dan sistematis, guna menggali permasalahan yang terkait dengan topik yang dibahas. Kemasan tersebut bisa disajikan secara langsung atau dalam bentuk rekaman. Biasanya disisipkan dalam proses narasi. Hal ini dimungkinkan bisa mencerminkan daya tarik format tayangan infotainment bagi pemirsa, sehingga persepsi pemirsa sebagai nilai yang berarti diharapkan bisa memberikan masukan bagi beberapa kalangan dalam perkembangan pertelevisian di Indonesia. Dari format tayangan infotainment berupa dialog interaktif, narasi dan wawancara


(51)

25

(rekaman hasil wawancara pihak televisi) tersebut, juga akan dapat diketahui, dalam format yang mana cenderung bisa memperkuat bobot muatan pesan suatu tayangan.

Pemirsa infotainment televisi, pada dasarnya membutuhkan suatu informasi, dimulai dari perhatiannya secara selektif pada stimuli (infotainment) yang ditayangkan televisi dan lamanya perhatian tersebut, karena adanya motivasi atau dorongan untuk mengetahui sesuatu dari suatu informasi (infotainment). Pengalaman atau ingatannya tentang hal tertentu dan menentukan kedekatan pemirsa pada informasi tersebut, sehingga akan memperkuat pemahaman atau pemaknaan dan penafsiran, sebagai persepsi pemirsa terhadap infotainment tersebut. Hal itu menyangkut nilai informasi maupun dayatarik format tayangan infotainment. Pemirsa akan bisa mempertahankan pilihannya pada pesan infotainment televisi tertentu jika pemirsa menganggap pesan pada acara tersebut berkesan baginya. Antara lain, apakah baru isi pesannya atau baru dalam hal penyajian tayangannya, apakah informasinya dianggap objektif dan faktual atau hanya gosip belaka, sebagai dayatarik infotainment bagi pemirsa. Pesan dalam acara infotainment tersebut dimungkinkan bisa sebagai dasar bagi pemirsa dalam membantu mencari jalan ke luar atas persoalan yang dihadapi. Pemirsa pun berharap televisi tertentu tetap memenuhi harapan-harapan pemirsa pada sesuatu hal yang dibutuhkannya, jika tidak, dimungkinkan pemirsa berpaling pada infotainment televisi yang lain, maupun dari media lain atau sumber lain secara selektif, sebagai peneguhan atau kepercayaan atau keyakinan pada acara infotainment yang bisa memenuhi kebutuhannya, sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada dalam diri pemirsa.


(52)

PERSEPSI

Y (Pemahaman atau Pemaknaan dan penafsiran) - Nilai Informasi yang

men-didik dan menghibur (Nilai Pencerahan).

- Daya Tarik format tayangan infotainment.

Hubungan antar variabel tersebut bila divisualisasikan pada Gambar 2. Peubah bebas Peubah terikat

D

Gambar 1 Kerangka Pemikiran hubungan karakteristik pemirsa pada dimensi demografi dan dimensi psikografinya dengan persepsi pemirsa tentang acara Infotainment televisi.

Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran, dirumuskan hipotesis sebagai berikut: Terdapat hubungan nyata antara karakteristik pemirsa pada dimensi demografi dan dimensi psikografinya dengan persepsi pemirsa tentang acara infotainment televisi swasta.

KARAKTERISTIK

Demografis: X1 Jenis Kelamin

X2 Umur

X3 Pendidikan

X4 Pekerjaan

Psikografis :

X5 Keterdedahan pemirsa

Menonton/ menerima infotainment

X6 Pengalaman masa lalu

X7 Frekuensi menonton atau


(1)

No Pernyataan 5 4 3 2 1 11. Isi tayangan Hallo Selebriti di acara

SCTV sudah baik.

12. Isi tayangan Bibir Plus di acara SCTV sudah baik.

13. Isi tayangan Sketsa Selebritis di acara SCTV sudah baik.

14. Isi tayangan Kassel di acara TPI sudah baik.

15. Isi tayangan Go Show di acara TPI sudah baik.

16. Isi tayangan Kipas-Kipas di acara TPI sudah baik.

17. Isi tayangan Sindanglaia di acara TPI sudah baik.

18. Isi tayangan BETIS di acara Antv sudah baik.

19. Isi tayangan TOP Gosip di acara Antv sudah baik.

20. Isi tayangan Mata-Mata di acara Antv sudah baik.

21. Isi tayangan Bukan Gosip di acara Antv sudah baik.

22. Isi tayangan KISS di acara Indosiar sudah baik.

23. Isi tayangan Sensor di acara Indosiar sudah baik.

24. Isi tayangan Star 7 di acara TRANS 7 sudah baik.

25. Isi tayangan Kabar Idola di acara TRANS 7 sudah baik.

26. Isi tayangan Blow Up di acara TRANS 7 sudah baik.

27. Isi tayangan Klise di acara TRANS 7 sudah baik.

28. Isi tayangan Insert di acara Trans TV sudah baik.

29. Isi tayangan Insert pagi di acara Trans TV sudah baik.

30. Isi tayangan Insert Sore di acara Trans TV tidak baik.

31. Isi tayangan Kroscek di acara Trans TV sudah baik.

32. Isi tayangan BEBI (Bebas Bicara), di acara Trans TV sudah baik.

Keterangan : 5 = sangat setuju; 4 = setuju; 3 = kurang setuju; 2 = tidak setuju; 1 = sangat tidak setuju.


(2)

No Pernyataan 5 4 3 2 1 33. Isi tayangan infotainment di televisi

swasta bersifat dinamis, mengandung kebenaran dan dapat dibuktikan oleh siapa saja dan kapan saja.

34. Isi tayangan infotainment di televisi swasta bersifat tulus dan jujur, mengungkap fakta apa adanya bukan hasil rekayasa pihak televisi atau kalangan tertentu.

35. Isi tayangan infotainment di televisi swasta tanggap pada hal-hal yang baru.. 36. Isi tayangan infotainment di televisi

swasta meyakinkan pemirsa (responden) tentang sesuatu yang diinformasikan untuk tujuan responden. 37. Isi tayangan infotainment di televisi

swasta membujuk responden pada sesuatu hal yang penting untuk

kepentingan responden dan sumber atau tokoh yang diinformasikan.

38. Isi tayangan infotainment di televisi swasta mengarahkan terjadinya dialog timbal balik antara tokoh yang

diinformasikan.

39. Isi tayangan infotainment di televisi swasta cocok dengan nilai-nilai yang dimiliki sumber atau tokoh yang diinformasikan atau cocok antara yang diberitakan dengan ungkapan sumber. 40. Isi tayangan infotainment televisi

swasta bersifat objektif, tidak melebih-lebihkan sehingga berguna untuk membantu memecahkan masalah yang dihadapi tokoh atau pihak lainnya. 41. Isi tayangan infotainment televisi

swasta bersifat komplit (menjawab unsur apa, siapa, di mana, kapan, mengapa dan bagaimana) tentang sesuatu hal, sehingga bisa memenuhi kebutuhan responden tentang sesuatu informasi.

Keterangan : 5 = sangat setuju; 4 = setuju; 3 = kurang setuju; 2 = tidak setuju; 1 = sangat tidak setuju.


(3)

No Pernyataan 5 4 3 2 1 42. Isi tayangan infotainment televisi

swasta bersifat etis dan

bertanggungjawab dalam mengungkap peristiwa tertentu, sehingga melindungi responden dari pengaruh buruk suatu informasi.

43. Isi tayangan infotainment televisi swasta dapat memberikan hiburan bagi responden.

44. Isi tayangan infotainment televisi swasta digunakan responden sebagai upaya untuk bisa melepaskan diri atau mengurangi beban permasalahan yang sedang dihadapi.

45. Isi tayangan infotainment televisi swasta digunakan oleh responden sebagai salah satu upaya untuk bisa melepaskan rasa lelah atau penat setelah melakukan aktifitas sehari-hari.

Keterangan : 5 = sangat setuju; 4 = setuju; 3 = kurang setuju; 2 = tidak setuju; 1 = sangat tidak setuju.

Daya Tarik Format Tayangan Beri tanda √ pada jawaban yang anda pilih.

No Pernyataan 5 4 3 2 1

1. Format tayangan infotainment televisi swasta memuat dialog antara sumber atau tokoh yang diinformasikan.

2. Format tayangan infotainment televisi swasta memuat dialog antara tokoh atau sumber yang diinfomasikan dengan pihak lain.

3. Format tayangan infotainment televisi swasta memuat ulasan informasi atau narasi yang dibacakan oleh narator. Tayangan tersebut bersifat utuh yaitu ada pemberitaan juga komentar dari tokoh selebritisnya.

4. Format tayangan infotainment televisi swasta bersifat objektif (konsisten) antara yang diinformasikan dengan pengakuan atau komentar artisnya.

Keterangan : 5 = sangat sering; 4 = sering; 3 = kadang-kadang; 2 = jarang;1=tidak pernah.


(4)

No Pernyataan 5 4 3 2 1 5. Format tayangan infotainment televisi

swasta memuat wawancara langsung tatap muka dan terstruktur antara pewawancara atau pihak televisi dengan artis atau tokoh yang diberitakan. 6. Format tayangan infotainment televisi

swasta memuat wawancara, tetapi cenderung berupa rekaman hasil wawancara pihak televisi dengan artis atau tokoh yang diinformasikan atau dengan pihak tertentu.

Keterangan : 5 = sangat sering; 4 = sering; 3 = kadang-kadang; 2 = jarang; 1 = tidak pernah.

Saran bapak/ibu/saudara untuk perbaikan tayangan infotainment di masa yang akan datang: ……….. ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ………


(5)

(6)