Pengaruh Ekstrak Sambiloto (Andrographis paniculata nees) dengan Pelarut Metanol Dosis Bertingkat terhadap Penampilan Ayam Pedaging yang Diinfeksi Eimeria tenella

PENGARUH EKSTRAK SAMBILOTO (Andrographis paniculata, Nees)
DENGAN PELARUT METANOL DOSIS BERTINGKAT
TERHADAP PENAMPILAN AYAM PEDAGING
YANG DIINFEKSI Eimeria tenella

NILAM MADINA SIREGAR
B04104084

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

PENGARUH EKSTRAK SAMBILOTO (Andrographis paniculata, Nees)
DENGAN PELARUT METANOL DOSIS BERTINGKAT
TERHADAP PENAMPILAN AYAM PEDAGING
YANG DIINFEKSI Eimeria tenella

NILAM MADINA SIREGAR
B04104084


Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

2

ABSTRAK

NILAM MADINA SIREGAR. B04104084. Pengaruh Ekstrak Sambiloto
(Andrographis paniculata, Nees) dengan Pelarut Metanol Dosis Bertingkat
terhadap Penampilan Ayam Pedaging yang Diinfeksi Eimeria tenella.
Dibawah Bimbingan Dr. drh. Hj. Umi Cahyaningsih, MS
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak
sambiloto dengan pelarut metanol dosis bertingkat terhadap penampilan ayam

pedaging setelah diinfeksi oleh Eimeria tenella. Penelitian ini menggunakan ayam
pedaging umur sehari sebanyak 105 yang dibagi dalam 7 perlakuan (setiap
perlakuan terdiri dari 15 ekor ayam) yaitu : Kontrol Negatif /KN (kelompok
perlakuan yang tidak diinfeksi ookista E. tenella dan tidak diberi obat), Kontrol
Positif /KP (Kelompok perlakuan yang diinfeksi ookista E. tenella dan tidak
diberi obat), Kontrol Obat/ KO (kelompok perlakuan yang diinfeksi ookista E.
tenella dan diberi obat sulfachlorophyrazin), Kontrol sambiloto/ Ksb (kelompok
perlakuan yang tidak diinfeksi ookista E. tenella dan diberi ekstrak sambiloto),
ekstrak metanol dosis rendah/ M1 (kelompok perlakuan yang diinfeksi ookista E.
tenella dan diberi ekstrak sambiloto dosis rendah), ekstrak metanol dosis sedang/
M2 (kelompok perlakuan yang diinfeksi ookista ookista E. tenella dan diberi
ekstrak sambiloto dosis sedang), ekstrak metanol dosis tinggi/ M3 (kelompok
perlakuan yang diinfeksi ookista E. tenella dan diberi ekstrak sambiloto dosis
tinggi). Infeksi dilakukan pada saat ayam berumur 14 hari dengan dosis E tenella
1 x 105 ookista bersporulasi. Dua jam setelah infeksi, pada kontrol obat diberikan
sulfachlorophyrazin dengan dosis 180mg/kg BB dan masing-masing kelompok
perlakuan sambiloto diberikan ekstrak sambiloto sesuai dengan dosis yang telah
ditentukan secara peroral. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok ekstrak
sambiloto dengan pelarut metanol dosis rendah (M1) lebih efektif dari kelompok
ekstrak sambiloto dengan pelarut metanol dosis sedang (M2) dan kelompok

ekstrak sambiloto dengan pelarut metanol dosis tinggi (M3). Hal ini ditinjau dari
pertambahan bobot badan, konversi pakan, efisiensi ransum, income over feed and
chick cost (IOFCC) dan gross income.
Kata kunci : Eimeria tenella, sambiloto (Andrographis paniculata, Nees),
penampilan ayam pedaging.

3

LEMBAR PENGESAHAN

Judul skripsi

: Pengaruh Ekstrak Sambiloto (Andrographis paniculata
nees) dengan Pelarut Metanol Dosis Bertingkat
terhadap Penampilan Ayam Pedaging yang Diinfeksi
Eimeria tenella

Nama Mahasiswa

: Nilam Madina Siregar


Nomor Pokok

: B04104084

Fakultas

: Kedokteran Hewan

Menyetujui

Dr. drh. Hj. Umi Cahyaningsih, MS
NIP. 131124821

Mengetahui

Dr. Nastiti Kusumorini
NIP. 131669942

Tanggal lulus:


4

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sorong Irian Jaya Barat pada tanggal 16 April 1986
dari pasangan Bapak Djohan R. Siregar dan Ibu Intan. Penulis merupakan anak
pertama dari dua bersaudara.
Jenjang pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah Taman Kanakkanak tahun 1991, Sekolah Dasar tahun 1992-1998 di SD Inpres 68 Sorong,
Sekolah Menengah Pertama tahun 1998-2001 di SLTP Negeri 5 Sorong dan
Sekolah Menengah Atas tahun 2001-2004 di SMA Negeri 2 Sorong. Penulis
diterima di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor pada tahun 2004
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Tahun 2005 penulis lulus
dari Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB. Selama perkuliahan pernah menjadi
anggota Himpro Ruminansia tahun 2006.
Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kedokteran Hewan,
penulis

melakukan


penelitian

tentang

”Pengaruh

Ekstrak

Sambiloto

(Andrographis paniculata, Nees) dengan Pelarut Metanol Dosis Bertingkat
terhadap Penampilan Ayam Pedaging yang Diinfeksi Eimeria tenella” di bawah
bimbingan Dr. drh. Hj. Umi Cahyaningsih, MS.

5

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “ Pengaruh Ekstrak Sambiloto (Andrographis paniculata, Nees)
dengan Pelarut Metanol Dosis Bertingkat terhadap Penampilan Ayam Pedaging
yang Diinfeksi Eimeria tenella”. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Institut Pertanian Bogor.
Dengan tidak mengurangi rasa hormat dan penuh kerendahan hati, penulis
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua orangtua tercinta, Ayahanda Djohan Rizali Siregar dan Ibunda
Intan atas limpahan doa dan pengorbanan yang tak henti-hentinya, kasih
sayang, ketulusan cinta, kepercayaan, semangat serta kebahagiaan selama
hidup penulis.
2. Suami tercinta M. Ali Sadikin yang selalu memberi semangat dan
dukungan untuk meneruskan kuliah serta ananda tercinta Nisa Andriani
Sadikin yang selalu menjadi motivasi untuk dapat menyelesaikan kuliah.
3. Dr. drh. Hj. Umi Cahyaningsih. MS. selaku dosen pembimbing atas segala
arahan, saran, bimbingan dan kesabarannya selama proses penulisan
skripsi ini.
4. Dr. drh. Risa Tiuria. MS. selaku dosen penguji sidang.
5. Drh. Elok Budi Retnani MS. selaku dosen pembimbing akademik atas
segala perhatian dan motivasinya.

6. Seluruh staf dan pegawai Laboratorium bagian Protozoologi (Pak
Komaruddin, Pak Saryo dan Bu Nani) segala bantuannya selama proses
penelitian ini.
7. Saudaraku tersayang Amir Husin Siregar yang selalu membantu dan
memberi semangat bagi penulis.
8. Teman-teman sepenelitian ‘Koksidibimbum’ (Eka Sonia, Nina Siregar,
Nurina, Dini, Teteg, Martian, Deni dan kak Boi) atas bantuan dan
kerjasama yang tulus dan ikhlas selama penelitian.

6

9. Sahabat-sahabat dikosan Lapriezta (Astri, mba Oki, kak Eri,kak Joice, mba
Iyo, Ibu Rita, mba Eti, mba Linda, mba Tulis, kak Kris, kak Afni, kak
Vivie ), dan sahabat-sahabatku dari SMA atas semangat yang diberikan
serta persahabatan yang telah kita jalin bersama. Semoga persahabatan ini
akan abadi selamanya.
10. Teman-teman Asteroidea 41 yang tidak dapat disebutkan satu per satu
yang turut memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari banyak hal yang masih kurang dalam penyusunan
skripsi ini, baik dari segi tatabahasa, penulisan, ataupun dalam pembahasan materi

dan ini semata karena keterbatasan penulis. Kritik dan saran yang membangun
sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi
ini dapat bermanfaat bagi kita semua, siapapun yang membacanya.

Bogor, September 2008

Nilam M. Siregar

7

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI......................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL..............................................................................................

x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................


xi

DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................

xii

PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................

1

Tujuan Penelitian .....................................................................................

3

Manfaat Penelitian ...................................................................................

3

TINJAUAN PUSTAKA

Eimeria tenella ...........................................................................................

4

Klasifikasi ...............................................................................................

4

Morfologi ................................................................................................

4

Siklus Hidup ............................................................................................

5

Patogenesis ..............................................................................................

8

Gejala Klinis ............................................................................................

9

Pengendalian dan Pengobatan .................................................................

10

Sambiloto ( Andrographis paniculata Nees) ...............................................

11

Klasifikasi ...............................................................................................

11

Morfologi Tanaman ................................................................................

11

Kandungan Kimia ...................................................................................

13

Khasiat Tanaman .....................................................................................

13

Ayam Pedaging ..........................................................................................

15

Konversi Pakan ...........................................................................................

17

IOFCC (Income Over Feed and Chick Cost) ....................................

17

Gross Income ...................................................................................

18

BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat .....................................................................................

19

Bahan dan Alat ...........................................................................................

19

Metode Penelitian .......................................................................................

19

Tahap Persiapan ......................................................................................

19

Persiapan Kandang ...........................................................................

19

Pembuatan Ekstrak Sambiloto...........................................................

19

8

Perbanyakan Ookista .........................................................................

20

Tahap Pelaksanaan ...................................................................................

20

Infeksi Ookista Eimeria tenella .........................................................

20

Perlakuan terhadap Ayam .................................................................

20

Pencatatan Jumlah Konsumsi Pakan ................................................

21

Penimbangan Bobot Badan ...............................................................

21

Perhitungan Konversi Pakan .............................................................

22

Perhitungan IOFCC (Income Over Feed and Chick Cost) ...........

22

Perhitungan Gross Income ................................................................

22

Analisis Data .....................................................................................

22

HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Pertambahan Bobot Badan .................................................

23

Konversi Pakan ...........................................................................................

27

IOFCC dan Gross Income ...........................................................................

29

KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................................

31

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................

32

LAMPIRAN ......................................................................................................

35

9

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Perkembagan pertambahan bobot badan ayam pedaging hingga
hari ke-36 setelah dinfeksi Eimeria tenella dan diberi ekstrak
sambiloto (Androgaphis paniculata Nees) dengan pelarut metanol
dosis bertingkat .................................................................................

23

2. PBB, FCR, konsumsi, dan efisiensi ransum ayam pedaging hingga hari

ke-36 setelah dinfeksi Eimeria tenella dan diberi ekstrak sambiloto
(Androgaphis paniculata Nees) dengan pelarut metanol dosis
bertingkat ..........................................................................................

27

3. IOFCC dan gross income ayam pedaging hingga hari ke-36 setelah

dinfeksi Eimeria tenella dan diberi ekstrak sambiloto
(Androgaphis paniculata Nees) dengan pelarut metanol dosis
bertingkat ..........................................................................................

29

10

PENGARUH EKSTRAK SAMBILOTO (Andrographis paniculata, Nees)
DENGAN PELARUT METANOL DOSIS BERTINGKAT
TERHADAP PENAMPILAN AYAM PEDAGING
YANG DIINFEKSI Eimeria tenella

NILAM MADINA SIREGAR
B04104084

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

PENGARUH EKSTRAK SAMBILOTO (Andrographis paniculata, Nees)
DENGAN PELARUT METANOL DOSIS BERTINGKAT
TERHADAP PENAMPILAN AYAM PEDAGING
YANG DIINFEKSI Eimeria tenella

NILAM MADINA SIREGAR
B04104084

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2008

2

ABSTRAK

NILAM MADINA SIREGAR. B04104084. Pengaruh Ekstrak Sambiloto
(Andrographis paniculata, Nees) dengan Pelarut Metanol Dosis Bertingkat
terhadap Penampilan Ayam Pedaging yang Diinfeksi Eimeria tenella.
Dibawah Bimbingan Dr. drh. Hj. Umi Cahyaningsih, MS
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak
sambiloto dengan pelarut metanol dosis bertingkat terhadap penampilan ayam
pedaging setelah diinfeksi oleh Eimeria tenella. Penelitian ini menggunakan ayam
pedaging umur sehari sebanyak 105 yang dibagi dalam 7 perlakuan (setiap
perlakuan terdiri dari 15 ekor ayam) yaitu : Kontrol Negatif /KN (kelompok
perlakuan yang tidak diinfeksi ookista E. tenella dan tidak diberi obat), Kontrol
Positif /KP (Kelompok perlakuan yang diinfeksi ookista E. tenella dan tidak
diberi obat), Kontrol Obat/ KO (kelompok perlakuan yang diinfeksi ookista E.
tenella dan diberi obat sulfachlorophyrazin), Kontrol sambiloto/ Ksb (kelompok
perlakuan yang tidak diinfeksi ookista E. tenella dan diberi ekstrak sambiloto),
ekstrak metanol dosis rendah/ M1 (kelompok perlakuan yang diinfeksi ookista E.
tenella dan diberi ekstrak sambiloto dosis rendah), ekstrak metanol dosis sedang/
M2 (kelompok perlakuan yang diinfeksi ookista ookista E. tenella dan diberi
ekstrak sambiloto dosis sedang), ekstrak metanol dosis tinggi/ M3 (kelompok
perlakuan yang diinfeksi ookista E. tenella dan diberi ekstrak sambiloto dosis
tinggi). Infeksi dilakukan pada saat ayam berumur 14 hari dengan dosis E tenella
1 x 105 ookista bersporulasi. Dua jam setelah infeksi, pada kontrol obat diberikan
sulfachlorophyrazin dengan dosis 180mg/kg BB dan masing-masing kelompok
perlakuan sambiloto diberikan ekstrak sambiloto sesuai dengan dosis yang telah
ditentukan secara peroral. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok ekstrak
sambiloto dengan pelarut metanol dosis rendah (M1) lebih efektif dari kelompok
ekstrak sambiloto dengan pelarut metanol dosis sedang (M2) dan kelompok
ekstrak sambiloto dengan pelarut metanol dosis tinggi (M3). Hal ini ditinjau dari
pertambahan bobot badan, konversi pakan, efisiensi ransum, income over feed and
chick cost (IOFCC) dan gross income.
Kata kunci : Eimeria tenella, sambiloto (Andrographis paniculata, Nees),
penampilan ayam pedaging.

3

LEMBAR PENGESAHAN

Judul skripsi

: Pengaruh Ekstrak Sambiloto (Andrographis paniculata
nees) dengan Pelarut Metanol Dosis Bertingkat
terhadap Penampilan Ayam Pedaging yang Diinfeksi
Eimeria tenella

Nama Mahasiswa

: Nilam Madina Siregar

Nomor Pokok

: B04104084

Fakultas

: Kedokteran Hewan

Menyetujui

Dr. drh. Hj. Umi Cahyaningsih, MS
NIP. 131124821

Mengetahui

Dr. Nastiti Kusumorini
NIP. 131669942

Tanggal lulus:

4

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sorong Irian Jaya Barat pada tanggal 16 April 1986
dari pasangan Bapak Djohan R. Siregar dan Ibu Intan. Penulis merupakan anak
pertama dari dua bersaudara.
Jenjang pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah Taman Kanakkanak tahun 1991, Sekolah Dasar tahun 1992-1998 di SD Inpres 68 Sorong,
Sekolah Menengah Pertama tahun 1998-2001 di SLTP Negeri 5 Sorong dan
Sekolah Menengah Atas tahun 2001-2004 di SMA Negeri 2 Sorong. Penulis
diterima di Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor pada tahun 2004
melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Tahun 2005 penulis lulus
dari Tingkat Persiapan Bersama (TPB) IPB. Selama perkuliahan pernah menjadi
anggota Himpro Ruminansia tahun 2006.
Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Kedokteran Hewan,
penulis

melakukan

penelitian

tentang

”Pengaruh

Ekstrak

Sambiloto

(Andrographis paniculata, Nees) dengan Pelarut Metanol Dosis Bertingkat
terhadap Penampilan Ayam Pedaging yang Diinfeksi Eimeria tenella” di bawah
bimbingan Dr. drh. Hj. Umi Cahyaningsih, MS.

5

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “ Pengaruh Ekstrak Sambiloto (Andrographis paniculata, Nees)
dengan Pelarut Metanol Dosis Bertingkat terhadap Penampilan Ayam Pedaging
yang Diinfeksi Eimeria tenella”. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan
Universitas Institut Pertanian Bogor.
Dengan tidak mengurangi rasa hormat dan penuh kerendahan hati, penulis
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua orangtua tercinta, Ayahanda Djohan Rizali Siregar dan Ibunda
Intan atas limpahan doa dan pengorbanan yang tak henti-hentinya, kasih
sayang, ketulusan cinta, kepercayaan, semangat serta kebahagiaan selama
hidup penulis.
2. Suami tercinta M. Ali Sadikin yang selalu memberi semangat dan
dukungan untuk meneruskan kuliah serta ananda tercinta Nisa Andriani
Sadikin yang selalu menjadi motivasi untuk dapat menyelesaikan kuliah.
3. Dr. drh. Hj. Umi Cahyaningsih. MS. selaku dosen pembimbing atas segala
arahan, saran, bimbingan dan kesabarannya selama proses penulisan
skripsi ini.
4. Dr. drh. Risa Tiuria. MS. selaku dosen penguji sidang.
5. Drh. Elok Budi Retnani MS. selaku dosen pembimbing akademik atas
segala perhatian dan motivasinya.
6. Seluruh staf dan pegawai Laboratorium bagian Protozoologi (Pak
Komaruddin, Pak Saryo dan Bu Nani) segala bantuannya selama proses
penelitian ini.
7. Saudaraku tersayang Amir Husin Siregar yang selalu membantu dan
memberi semangat bagi penulis.
8. Teman-teman sepenelitian ‘Koksidibimbum’ (Eka Sonia, Nina Siregar,
Nurina, Dini, Teteg, Martian, Deni dan kak Boi) atas bantuan dan
kerjasama yang tulus dan ikhlas selama penelitian.

6

9. Sahabat-sahabat dikosan Lapriezta (Astri, mba Oki, kak Eri,kak Joice, mba
Iyo, Ibu Rita, mba Eti, mba Linda, mba Tulis, kak Kris, kak Afni, kak
Vivie ), dan sahabat-sahabatku dari SMA atas semangat yang diberikan
serta persahabatan yang telah kita jalin bersama. Semoga persahabatan ini
akan abadi selamanya.
10. Teman-teman Asteroidea 41 yang tidak dapat disebutkan satu per satu
yang turut memberikan semangat dan dukungan kepada penulis.
Penulis menyadari banyak hal yang masih kurang dalam penyusunan
skripsi ini, baik dari segi tatabahasa, penulisan, ataupun dalam pembahasan materi
dan ini semata karena keterbatasan penulis. Kritik dan saran yang membangun
sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap skripsi
ini dapat bermanfaat bagi kita semua, siapapun yang membacanya.

Bogor, September 2008

Nilam M. Siregar

7

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI......................................................................................................
viii
DAFTAR TABEL..............................................................................................

x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................

xi

DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................

xii

PENDAHULUAN
Latar Belakang ........................................................................................

1

Tujuan Penelitian .....................................................................................

3

Manfaat Penelitian ...................................................................................

3

TINJAUAN PUSTAKA
Eimeria tenella ...........................................................................................

4

Klasifikasi ...............................................................................................

4

Morfologi ................................................................................................

4

Siklus Hidup ............................................................................................

5

Patogenesis ..............................................................................................

8

Gejala Klinis ............................................................................................

9

Pengendalian dan Pengobatan .................................................................

10

Sambiloto ( Andrographis paniculata Nees) ...............................................

11

Klasifikasi ...............................................................................................

11

Morfologi Tanaman ................................................................................

11

Kandungan Kimia ...................................................................................

13

Khasiat Tanaman .....................................................................................

13

Ayam Pedaging ..........................................................................................

15

Konversi Pakan ...........................................................................................

17

IOFCC (Income Over Feed and Chick Cost) ....................................

17

Gross Income ...................................................................................

18

BAHAN DAN METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat .....................................................................................

19

Bahan dan Alat ...........................................................................................

19

Metode Penelitian .......................................................................................

19

Tahap Persiapan ......................................................................................

19

Persiapan Kandang ...........................................................................

19

Pembuatan Ekstrak Sambiloto...........................................................

19

8

Perbanyakan Ookista .........................................................................

20

Tahap Pelaksanaan ...................................................................................

20

Infeksi Ookista Eimeria tenella .........................................................

20

Perlakuan terhadap Ayam .................................................................

20

Pencatatan Jumlah Konsumsi Pakan ................................................

21

Penimbangan Bobot Badan ...............................................................

21

Perhitungan Konversi Pakan .............................................................

22

Perhitungan IOFCC (Income Over Feed and Chick Cost) ...........

22

Perhitungan Gross Income ................................................................

22

Analisis Data .....................................................................................

22

HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Pertambahan Bobot Badan .................................................

23

Konversi Pakan ...........................................................................................

27

IOFCC dan Gross Income ...........................................................................

29

KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................................

31

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................

32

LAMPIRAN ......................................................................................................

35

9

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Perkembagan pertambahan bobot badan ayam pedaging hingga
hari ke-36 setelah dinfeksi Eimeria tenella dan diberi ekstrak
sambiloto (Androgaphis paniculata Nees) dengan pelarut metanol
dosis bertingkat .................................................................................

23

2. PBB, FCR, konsumsi, dan efisiensi ransum ayam pedaging hingga hari

ke-36 setelah dinfeksi Eimeria tenella dan diberi ekstrak sambiloto
(Androgaphis paniculata Nees) dengan pelarut metanol dosis
bertingkat ..........................................................................................

27

3. IOFCC dan gross income ayam pedaging hingga hari ke-36 setelah

dinfeksi Eimeria tenella dan diberi ekstrak sambiloto
(Androgaphis paniculata Nees) dengan pelarut metanol dosis
bertingkat ..........................................................................................

29

10

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1. Morfologi ookista Eimeria tenella .............................................................

5

Struktur skematis sporozoit Eimeria tenella .....................................

5

3. Siklus hidup Eimeria tenella .......................................................................

7

4. Sekum ayam terinfeksi Eimeria tenella ......................................................

9

5. Gejala klinis ayam terinfeksi Eimeria tenella .............................................

9

6. Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) ................................................

12

7. Struktur kimia Andrografolid dan Neoandrografolid .......................

13

8. Perkembagan pertambahan bobot badan ayam pedaging hingga
hari ke-36 setelah dinfeksi Eimeria tenella dan diberi ekstrak
sambiloto (Androgaphis paniculata Nees) dengan pelarut metanol
dosis bertingkat ................................................................................

24

2

9. PBB, FCR, konsumsi, dan efisiensi ransum ayam pedaging hingga hari

ke-36 setelah dinfeksi Eimeria tenella dan diberi ekstrak sambiloto
(Androgaphis paniculata Nees) dengan pelarut metanol dosis
bertingkat ..........................................................................................

27

10. IOFCC dan Gross income ayam pedaging hingga hari ke-36 setelah

dinfeksi Eimeria tenella dan diberi ekstrak sambiloto
(Androgaphis paniculata Nees) dengan pelarut metanol dosis
bertingkat ..........................................................................................

30

11

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Olahan data ....................................................................................................

35

12

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Peningkatan pemenuhan protein dapat diperoleh dari daging ayam dan
telur ayam karena jumlah penduduk yang semakin bertambah Protein hewani
merupakan komponen yang esensial dalam peningkatan mutu sumber daya
manusia, khususnya di Indonesia (Muchtadi & Sugiyono 1989). Produk dari
peternakan ayam banyak diminati oleh masyarakat karena harganya yang relatif
murah, mudah diperoleh serta kandungan protein hewan yang cukup. Hal ini
mendorong usaha peningkatan produksi peternakan ayam. Usaha peningkatan
produksi dibidang peternakan ayam diantaranya pencegahan, pengobatan, dan
pemberantasan penyakit pada ayam. Salah satu penyakit yang saat ini sering
ditemukan adalah koksidiosis (berak darah) pada ayam pedaging dan petelur.
Kerugian yang ditimbulkan oleh penyakit ini antara lain penurunan berat
badan, penurunan produksi telur, penghambatan masa bertelur, dan penurunan
penggunaan efisiensi pakan. Walaupun secara umum penyakit ini dapat diatasi,
namun biaya untuk menanggulanginya termasuk yang termahal dalam sebuah
industri perunggasan. Berdasarkan suatu riset disebutkan, biaya pengobatan dan
pemberian aditif pakan anti-koksidiosis tidak kurang dari US $ 300 juta per tahun
untuk seluruh wilayah penghasil unggas dunia (Hasan 2002). Harga yang teramat
mahal yang harus dibayar jika peternak lalai melakukan tindakan pencegahan
berak darah.
Koksidiosis disebabkan oleh berbagai protozoa yang termasuk dalam
genus Eimeria. Saat ini diketahui terdapat sembilan spesies Eimeria yang
menyerang ternak ayam yaitu E.tenella, E.acervulina, E.brunetti, E.hagani,
E.maxima, E.mitis, E.mivati, E.necatrix, E.praecox. Sembilan spesies Eimeria
tersebut jika masuk ke tubuh ayam akan menyerang berbagai bagian pencernaan
ayam. Spesies yang paling patogen adalah E.tenella, E.necatrix dan E.brunetti.
Eimeria acervulina dan Eimeria mivati menyerang bagian atas usus halus hingga
menyebabkan pendarahan, sedangkan Eimeria necatrix dan Eimeria maxima lebih
suka berada pada bagian tengah usus halus. Keduanya menyebabkan pendarahan
pada mukosa serta penggelembungan pada bagian tengah usus halus. Eimeria

13

brunetti biasanya ditemukan di bagian bawah usus halus. Diare yang terlihat
bercampur darah merupakan akibat yang ditimbulkan oleh Eimeria tenella.
Spesies ini menyebabkan radang pada sekum. Eimeria tenella yang merusak
mukosa sekum sehingga menimbulkan diare berdarah, serta nafsu makan yang
menurun (Hasan 2002). Penurunan nafsu makan ini dapat mempengaruhi
penurunan berat badan.
Wabah berak darah menjadi makin mudah berjangkit ketika kandungan air
litter melebihi 30% akibat air hujan atau kerusakan saluran air. Demikian juga
dengan stres lingkungan dan kesalahan manajemen pemeliharaan seperti
kepadatan kandang ayam yang berlebihan, sistem pemberian pakan yang tidak
benar, dan sistem sirkulasi udara yang buruk, dapat menimbulkan munculnya
kasus berak darah. Sebab lain munculnya penyakit berbahaya ini adalah faktor
melemahnya kekebalan ayam akibat penyakit lain seperti Infectious Bursal
Disease (IBD) atau marek (Hasan 2002).
Untuk mencegah dan mengobati coccidia dapat digunakan obat-obatan
koksidsiostat. Pemakaian obat-obatan tersebut dapat menimbulkan efek resisten
dan meninggalkan residu apabila penggunaannya tidak sesuai dengan prosedur
(Ashadi 1982). Timbulnya efek samping tersebut, maka dicari penggunaan obatobatan alternatif lain yaitu dengan menggunakan tanaman obat. Sambiloto
(Andrographis paniculata,Nees) tergolong tanaman herbal yang tumbuh tegak
dengan tinggi sekitar 50 cm dan memiliki rasa yang sangat pahit. Di India bunga
dan buah bisa dijumpai pada bulan Oktober atau antara Maret sampai Juli. Di
Australia bunga dan buah antara bulan Nopember sampai Juni, sedang di
Indonesia bunga dan buah dapat ditemukan sepanjang tahun. Penyebaran tanaman
hampir diseluruh kepulauan Indonesia karena dapat tumbuh dan berkembang baik
pada berbagai topografi dan jenis tanah. Tumbuhan ini digunakan secara
tradisional oleh banyak suku di Indonesia (Dalimartha & Hadi 2007). Sambiloto
merupakan salah satu tanaman herbal yang bersifat imunostimulan, antibakteri,
antipiretik, antiinflamasi, dan antioksidan (Dalimartha & Hadi 2007).

14

Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian
sambiloto dengan pelarut metanol dosis bertingkat terhadap penampilan ayam
pedaging yang diinfeksi Eimeria tenella.

Manfaat Penelitian
Hasil

dari

penelitian

ini

diharapkan

Sambiloto

(Andrographis

paniculata,Nees) dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk mengobati
koksidiosis agar lebih aman, murah dan mudah diperoleh.

15

TINJAUAN PUSTAKA

Eimeria tenella

Klasifikasi
Klasifikasi Eimeria tenella menurut Levine (1985) adalah :
Filum

: Apicomplexa

Kelas

: Sporozoasina

Sub Kelas

: Coccidiasina

Ordo

: Eucoccidiosida

Sub Ordo

: Eimeriorina

Family

: Eimeriidae

Genus

: Eimeria

Spesies

: Eimeria tenella

Morfologi
Struktur Eimeria digambarkan dengan morfologi ookista infektif yang
terdiri dari empat sporokista yang masing-masing mengandung dua sporozoit
(Saif et al. 2003). Ookista Eimeria tenella berbentuk ovoid dengan ukuran
panjang antara 14,2-31,2 µm dan lebar 9,5-24,5 µm. Dinding ookista terdiri dari
dua lapisan yang transparan (McDoughald & Reid 1997)
Sporozoit-sporozoit biasanya memanjang, dengan ujung posterior yang
membulat dan ujung anterior yang meruncing atau dapat berbentuk seperti sosis
(Levine 1985). Sporozoit-sporozoit saling menyilang di dalam sporokista.
Sporozoit berisi satu atau lebih gelembung jernih dari bahan protein yang belum
diketahui fungsinya. Sporokista memiliki dinding yang relatif tipis dan berbentuk
seperti tombol pada salah satu ujungnya, yang disebut badan stieda (Levine 1985).

16

Gambar 1. Morfologi ookista Eimeria yang telah bersporulasi
(Sumber : Desser 2000)

Gambar 2. Struktur skematis sporozoit Eimeria tenella
(Sumber : Anonim 2005a)

Siklus hidup
Eimeria tenella mengalami siklus hidup secara lengkap dan dapat dibagi
menjadi tahap aseksual dan seksual. Ada tiga tahapan stadium yang dikenal dalam
perkembangan Eimeria tenella, yaitu stadium skizogoni, gametogoni, dan
sporogoni. Tahap aseksual merupakan stadium skizogoni dan sporogoni, tahap
seksual merupakan stadium gametogoni (Tampubolon 1992). Stadium skizogoni
dan gametogoni terjadi di dalam tubuh induk semang, sedangkan stadium
sporogoni terjadi diluar tubuh induk semang.
Ookista Eimeria tenella akan keluar bersama tinja ayam, kemudian akan
bersporulasi pada suhu kamar (Levine 1985). Proses sporulasi ini membutuhkan
waktu 18 jam sampai 2 hari (Levine 1985). Ookista melakukan sporulasi
membutuhkan waktu yang optimal, yaitu pada kelembaban yang tinggi (75%-

17

85%), suhu 290C-300C dan suplai oksigen yang memadai (Tampubolon 1992).
Ookista tidak dapat bersporulasi pada suhu dibawah 80C (Soulsby 1982). Ookista
yang infektif atau yang bersporulasi ditandai dengan adanya 4 sporokista, setiap
sporokista mengandung 2 sporozoit (Hofstad et al. 1978). Ookista bertahan
beberapa minggu di tanah, tetapi dapat bertahan pada litter hanya beberapa hari
karena panas dan amonia (Saif et al. 2003).
Siklus hidup coccidia dimulai ketika ookista infektif tertelan oleh inang
(Soulsby 1982). Ookista akan pecah akibat gerakan mekanik dan faktor kimia dari
aktivitas enzim pencernaan (tripsin), dan garam empedu (Jordan 1990). Sporozoit
yang ada didalam sporokista akan diaktifkan oleh empedu dan tripsin. Sporozoitsporozoit ini akan keluar bila sporokista mencapai usus halus. Sporozoit yang
bebas akan menyerang epitel saluran pencernaan pada vili-vili usus dan kemudian
ditelan oleh makrofag di lamina propria dan diangkut menuju kelenjar Liberkuhn
(Soulsby 1982). Disinilah sporozoit meninggalkan makrofag dan masuk ke sel
epitel untuk menjalani proses selanjutnya yaitu proses reproduksi aseksual atau
lebh sering disebut sebagai skizogoni ( Soulsby 1982).
Didalam sel epitel, sporozoit akan membulat dan menjadi tropozoit.
Tropozoit ini akan tumbuh dengan cepat

dan memasuki fase skizogoni

(pembelahan ganda aseksual) (Soulsby 1982). Pematangan skizon generasi I
terbentuk pada hari ke-2 (Soulsby 1982).
Pada hari ke- 3 setelah infeksi skizon generasi I pecah lalu membebaskan
merozoit generasi I kemudian merozoit ini masuk ke sel epitel yang lain (Farmer
1980). Kira-kira ada 900 merozoit generasi I dengan panjang 2-4 µm dan lebar 11,5 µm. Merozoit generasi I akan mengalami tahapan skizogoni untuk membentuk
skizon generasi II (Soulsby 1982). Skizon generasi II ini berlokasi diatas nukleus
dari sel inang (Farmer 1980). Pada hari ke-4 setelah infeksi, skizont generasi II
mengalami pematangan,kemudian pecah lalu mengeluarkan merozoit generasi II.
Hal ini ditandai dengan adanya hemoragi pada sekum. Skizon generasi ke-II ini
menghasilkan 200-300 merozoit generasi II dengan panjang 16 µm dan lebar 2
µm. Merozoit generasi ke II akan masuk ke dalam sel epitel yang lain (Farmer
1980). Beberapa merozoit generasi II diantaranya akan berubah menjadi skizon

18

generasi III dan sebagian besar mulai melaksanakan bagian siklus seksual yaitu
gametogoni (Farmer 1980).

4

5

3

6

2
1

7

8
B
10
A

9

11
12

Gambar 3. Siklus hidup Eimeria tenella
(Sumber : Fanatico 2006)
Keterangan : A. Sporokista akan bebas dan terpapar oleh enzim (tripsin dan bile). B. Sporozoit
yang dihasilkan kemudian dibebaskan. Sporozoit ini dikarakteristikan dengan tipe
organelnya. 1. Sporozoit-sporozoit bergerak secara aktif dan memasuki sel untuk
perkembangannya. 2. Pertama di intraseluler, sporozoit akan membulat dan
berkembang menjadi skizon generasi pertama. 3. Bentuk merozoit akan mengambil
tempat bersama skizon. Tergantung jenis, ratusan atau ribuan merozoit akan
terbentuk. 4. Dengan cara merusak sel inang, merozoit yang dilepaskan bisa
menginvasi sel epitel baru. 5. Dan kemudian berkembang menjadi skizon generasi
kedua. Merozoit generasi ini berbeda dalam ukuran dan jumlahnya. 6. Merozoit II
yang dilepaskan kemungkinan akan berkembang menjadi skizon generasi ketiga
(beberapa jenis Eimeria akan berkembang menjadi tahap merogoni keempat) atau
berubah ke perkembangan tahap seksual (gametogoni). 7. Jantan, yang disebut
mikrogamon. 8. Betina yang disebut makrogamon. 9+10. Proses fertilisasi
mikrogamet memasuki makrogamet secara aktif dan membentuk zigot intraseluler.
11. Zigot berubah menjadi ookista muda yang merusak sel inang. Ookista (belum
bersporulasi) akan keluar bersama feses. 12. Sporulasi akan terjadi di tempat yang
hangat dan lembab.

19

Gametogoni merupakan tahap terbentuknya makrogamet dan mikrogamet.
Mikrogamet yang berflagela dan motil akan bermigrasi menuju makrogamet
(Jordan 1990). Fertilisasi makrogamet oleh mikrogamet akan berkembang
menjadi zigot dan kemudian berkembang menjadi ookista terjadi pada hari ke-6
setelah infeksi (Soulsby 1982). Ookista akan keluar dari sel inang menuju ke
lumen intestinal dari saluran pencernaan untuk dikeluarkan bersama feses.
Ookista mulai muncul pada feses kira-kira 7 hari setelah infeksi (Farmer 1980).
Patogenesis
Patogenitas dari coccidia yang disebabkan oleh Eimeria tenella dapat
bervariasi, mulai dari suatu infeksi tidak terlihat sampai suatu penyakit akut dan
sangat mematikan. Patogenitas dari coccidia tergantung pada dosis infeksi ookista,
umur ayam, status gizi, lingkungan dan stress (Farmer 1980). Inokulasi ookista
Eimeria tenella dengan 1 x 104 atau lebih ookista sporulasi dapat menyebabkan
kesakitan, kematian, berkurangnya pertumbuhan berat badan. Inokulasi dengan 1
x 103 – 3 x 103 ookista dapat menyebabkan pendarahan dan tanda tanda infeksi
lainnya (Saif et al. 2003).
Koksidiosis sekum paling sering ditemukan pada ayam muda. Anak ayam
paling peka pada umur 4 minggu, sedangkan anak ayam umur 1-2 minggu lebih
tahan, walaupun anak ayam umur sehari dapat terinfeksi (Levine 1985). Levine
(1985) yang menyatakan bahwa darah akan muncul pada tinja pada hari ke-4
setelah infeksi yang disebabkan oleh meront–meront generasi kedua mulai
membesar sehingga dapat merobek epitel sekum. Hal ini yang menyebabkan
hemoragi pada sekum sehingga darah akan muncul dalam tinja 4 hari setelah
infeksi. Pada waktu itu ayam kelihatan lemas, terkulai, tidak aktif, dan makan
sedikit. Hemoragi paling banyak terjadi pada hari ke-5 sampai hari ke-6 setelah
infeksi. Kemudian hemoragi itu berkurang, ookista-ookista muncul di tinja pada
hari ke-7 setelah infeksi. Ookista-ookista bertambah sampai suatu puncak pada
hari ke-8 dan ke-9 setelah infeksi dan kemudian berkurang jumlahnya dengan
cepat (Levine 1985).
Pada umumnya kematian terjadi pada hari ke-5 sampai hari ke-6 setelah
infeksi (Hofstad et al. 1978). Kehilangan darah dapat mengurangi jumlah eritrosit
dan nilai hematokrit sebanyak 50 % (Saif et al. 2003). Efek yang maksimum

20

terhadap pertambahan berat badan terlihat pada hari ke-7 setelah infeksi (Saif et
al. 2003). Koksidiosis

bersifat self limiting yaitu dapat membatasi sendiri

perkembangannya bila tidak terjadi reinfeksi, sehingga ayam yang dapat hidup
sampai hari ke-8 dan ke-9 setelah infeksi, pada umumnya dapat sembuh (Levine
1985). Ayam yang mengalami self limiting dapat menjadi ”carrier” (Farmer
1980).

Gambar 4. Sekum ayam yang terinfeksi Eimeria tenella
(Sumber : Anonim 2008a)
Gejala Klinis
Ayam yang menderita koksidiosis akan mengalami diare biasanya diikuti
dengan dehidrasi (Saif et al. 2003), sehingga menyebabkan pertumbuhan menjadi
lambat. Ayam juga akan terlihat lemah, terkulai, depresi, bulu kusut, jengger
terlihat pucat, serta feses yang bercampur darah karena terjadi peradangan pada
sekum (Hasan 2002). Kehilangan bobot badan yang maksimum terjadi pada hari
ke-7 setelah infeksi (Saif et al. 2003). Secara patologis ditemukan adanya
perdarahan pada sekum, mukosa menjadi putih, serta penyumbatan pada sekum
yang disebabkan oleh penggumpalan darah (FAO 2007).

Gambar 5. Gejala klinis ayam terinfeksi Eimeria tenella.
(Sumber : Anonim 2007)

21

Pengobatan dan Pengendalian
Agar ayam terhindar dari berak darah, harus dilakukan langkah-langkah
pencegahan seperti pengaturan sistem ventilasi udara yang baik, pengaturan
kepadatan kandang yang sesuai dengan kapasitasnya dan penyediaan tempat
pakan dan minum yang cukup. Khusus untuk pengaturan tempat air minum,
sebaiknya menggunakan tempat minum nipple drinker agar tidak banyak air yang
tumpah ke litter. Hal ini dapat mengurangi resiko kelembaban tinggi pada litter
(Hasan 2002).
Pemberian anti koksidiosis juga dapat dilakukan sebagai upaya
pencegahan koksidiosis. Anti koksidiosis biasanya ditambahkan didalam pakan
seperti metionin dan menggunakan radiovaksin koksidiosis temuan Pusat Aplikasi
Isotop dan Radiasi Batan, cukup diberikan sekali melalui air minum (Anonim
2002). Obat anti koksidiosis yang dapat digunakan adalah ionophore, Pyridone,
Quinolon, Guanidin, Nitrobenzamide, Carbanilide (Jordan 1990). Pengobatan
menggunakan obat yang dapat larut dalam air yaitu larutan amprolium atau
sulfonamide yang dalam air minum (Hasan 2002). Disamping itu juga dibutuhkan
vitamin A untuk mempercepat penyembuhan luka di usus, dan vitamin K yang
berfungsi untuk mempercepat terhentinya pendarahan (Anonim 2002).
Quinolon dan clopidol menghambat energi metabolisme sitokrom dari
coccidia. Ionophore mengganggu keseimbangan osmotik dari sel protozoa dengan
mengubah permeabilitas membran sel. Ionophore dan Quinolon dapat membunuh
sporozoit atau tropozoit. Nicarbazin, robenidin, dan zoalen dapat menghancurkan
skizon generasi I dan II (Saif et al. 2003).
Salah satu turunan dari sulfonamid adalah sulfachlorophyrazin. Derivat
sulfonamide ini bekerja menghambat proses metabolisme bakteri dan protozoa.
Cara kerja sulfonamid adalah mencegah perkembangan sejumlah besar material
nukleus berupa DNA selama perkembangan skizon generasi kedua dengan cara
menghalangi jalur paraaminobenzoic acid (PABA) dan folic acid (Jones et al.
1977). Sulfonamid bekerja pada tahap perkembangan skizon dan pada tahap
sexual (Saif et al. 2003).

22

Sambiloto ( Andrographis paniculata Nees)

Klasifikasi
Secara taksonomi sambiloto dapat diklasifikasikan sebagai berikut
(Prapanza & Marianto 2003) :
Divisi

: Spermathophyta

Sub devisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledoneae

Subkelas

: Gamopetalae

Ordo

: Personales

Famili

: Acanthaceae

Sub famili

: Acanthoidae

Genus

: Andrographis

Spesies

:

Andrographis paniculata, Nees

Nama Daerah (Anonim 2005b)
Sunda

: Ki oray, ki peurat, takilo

Jawa

: Bidara, sadilata, sambilata, takila

Sumatra

: Sambilata

Maluku

: Pepaitan

China

: Chuan xin lian, yi jian xi, lan he lian

Vietnam

: Xuyen tam lien, cong cong

India/Pakistan

: Kirata, mahatitka

Inggris

: Creat, green chiretta, halviva, kariyat

Morfologi Tanaman
Tanaman Semusim, tinggi 50 - 90 cm, batang memiliki pangkal yang bulat
bila masih muda cabang berbentuk segi empat (kwardrangulars) dengan nodus
yang membesar, namun bila sudah tua menjadi bulat. Daun tunggal, bulat telur,
bertangkai pendek, letak berhadapan bersilang, bentuk lanset, ujung meruncing,
tepi rata, permukaan atas hijau tua, bagian bawah hijau muda, panjang 2 - 8 cm,
lebar 1 - 3 cm (Dalimartha & Hadi 2007). Pertulangan menyirip panjang lebih

23

kurang 30 mm, hijau keputih – putihan. Perbungaan rasemosa yang bercabang
membentuk malai, keluar sari ujung batang atau ketiak daun. Bunga berbibir
berbentuk tabung, kecil-kecil, warnanya putih bernoda ungu. Buah berbentuk
memanjang sampai lonjong, panjang sekitar 1,5 cm, lebar 0,5 cm, pangkal dan
ujung tajam, bila masak akan pecah membujur menjadi 4 keping. Biji gepeng,
kecil-kecil, warnanya cokelat muda. Perbanyakan dengan biji atau setek batang
(Muhlisah 1999).
Sambiloto tumbuh pada ketinggian 1000-700 m dpl. Curah hujan setahun
2000-3000 mm/tahun. Bulan basah (di atas 100 mm/bulan) : 5-7 bulan. Bulan
kering (dibawah 60 mm/bulan) : 4-7 bulan, suhu udara 25-32oC. Kedalaman air
tanah 200-300 cm dari permukaan tanah, keasaman (pH) : 5.5-6.5, kelembaban
sedang, penyinaran sedang, tekstur berpasir, drainase baik dan kesuburan sedang
(Prapanza & Marianto 2003).

Gambar 6. Sambiloto (Andrographis paniculata, Nees)
(Sumber : Dalimartha & Hadi 2007)

24

Kandungan Kimia
Daun dan percabangannya mengandung laktone yang terdiri dari
deoksiandrografolid, andrografolid (zat pahit) dan homoandrografolid, 14-deoksi11, 12-didehidroandrografolid dan homoandrodrafolid. Juga terdapat flavonoid
alkane, aldehid, mineral (kalium, kalsium, natrium), asam kersik dan damar.
Flavonoid diisolasi terbanyak dari akar, yaitu polimetoksiflavon, andrografin,
panikulin, mono-0-metilwithin dan apigenin-7,4-dimetileter (Dalimartha & Hadi
2007).

Gambar 7. Struktur kimia Andrografolid dan Neoandrografolid
(Sumber : Tipakorn 2002)
Khasiat Tanaman
Herba ini rasanya pahit, dingin, masuk meridian paru, lambung, usus besar
dan usus kecil. Khasiat sambiloto yaitu sebagai anti-bakteri, antiradang,
imunistimulan, penghilang nyeri (analgesik), pereda demam (antipiretik)
(Dalimartha & Hadi 2007). Kandungan zat kimia yang dimiliki sambiloto diduga
dapat menurunkan kolesterol dan trigliserida serum darah ayam.
Rasa pahit yang ada pada sambiloto disebabkan karena adanya senyawa
androgapholid (Syamsuhidayat & Jhonny 1991). Zat aktif andrografolid terbukti
berkhasiat sebagai hepatoprotektor (melindungi sel hati dari zat

toksin)

(Dalimartha & Hadi 2007). Andrografolid mampu meningkatkan fungsi sistem

25

pertahanan tubuh seperti produksi sel darah putih yang menyerang bakteri dan
benda asing lainnya, mampu memicu produksi interferon yang merupakan protein
spesifik (sitokin) yang dibuat oleh sel sebagai respon adanya benda asing
termasuk bakteri. Andrografolid selain tidak bersifat toksik pada manusia juga
tidak mempunyai efek samping seperti agen kemoterapi konvensional yang lain.
Ekstrak sambiloto dan zat aktif andrografolid dapat menstimulasi kekebalan
terhadap antigen baik yang spesifik maupun non-spesifik. Kekebalan spesifik
ditandai dengan adanya peningkatan jumlah sel-sel limfosit dalam peredaran
darah, sedangkan kekebalan non spesifik ditandai dengan adanya peningkatan
jumlah sel heterofil, eosinofil dan basofil (Mills & Bone 2000).
Flavonoid berfungsi untuk mencegah terjadinya penggumpalan darah
dengan cara meningkatkan kadar prostasiklin dan penurunan kadar leukotrien,
sehingga rasio leukotrien berbanding prostasiklin menurun. Prostasiklin adalah
substansi yang diproduksi oleh endothelium pembuluh darah dan menyebabkan
vasodilatasi, menghambat pembentukan platelet darah (kepingan sel-sel darah)
dan gumpalan darah serta menghambat masuknya kolesterol LDL ke dalam
dinding pembuluh darah. Senyawa leukotrien menyebabkan vasokonstriksi yang
berakibat menyempitnya pembuluh darah, serta mengaktifkan terbentuknya
platelet darah. Rasio leukotrien berbanding prostasiklin yang rendah merupakan
keadaan yang menguntungkan bagi kesehatan karena menyebabkan dilatasi
pembuluh darah dan tidak terbentuknya keping-keping darah yang berlebihan,
sehingga menghindari penggumpalan darah dan gangguan penyakit tekanan darah
tinggi (Karyadi 2008). Kalium yang berfungsi meningkatkan jumlah urine
sekaligus membantu mengeluarkannya. Lakton berfungsi sebagai antiradang dan
antipiretik (Prapanza & Marianto 2003).
Beberapa efek farmakologis dari sambiloto yang sudah diketahui.
1. Herba ini berkhasiat bakteriostatik pada Staphylococcus aureus,
Psedomonas aeruginosa, Proteus vulgaris, Shigella dysenteriae, dan
Escherichia coli.
2. Herba ini sangat efektif untuk pengobatan infeksi in vitro, air rebusannya
merangsang daya fagositosit sel darah putih.

26

3. Andrografolid menurunkan demam yang ditimbulkan oleh pemberian
vaksin yang menyebabkan panas pada kelinci.
4. Andrografolid dapat mengakhiri kehamilan dan menghambat pertumbuhan
trofosit plasenta.
5. Komponen

aktifnya

deoksiandrografolid

seperti
dan

neoandrografolid,

14-deoksi-11,

andrografolid,

12-didehidroandrografolid

berkhasiat antiradang dan antiperik.
6. Pemberian rebusan daun sambiloto 40% b/v sebanyak 20 ml/kg bb dapat
menurunkan kadar glukosa darah tikus putih.
7. Infus daun sambiloto 5%, 10% dan 15% semuanya dapat menurunkan
suhu tubuh marmut yang dibuat demam.
8. Infus herba sambiloto mempunyai daya anti jamur terhadap Microsporum
canis, Trichophyton mentagropytes, Trichophyton rubrum, candida
albicans dan Epidemophyton floccosum.

Ayam Pedaging
Dulunya ayam berasal dari ayam hutan dan itik liar yang ditangkap dan
dipelihara serta dapat bertelur cukup banyak (Bappenas 2007). Tahun demi tahun
ayam hutan dari wilayah dunia mengalami persilangan dan seleksi secara ketat.
Arah seleksi ditujukan pada produksi yang banyak, karena ayam hutan tadi dapat
diambil telur dan dagingnya maka arah dari produksi yang banyak dalam seleksi

Dokumen yang terkait

Pemberian ekstrak air sambiloto (Andrographis paniculata) terhadap kadar hemoglobin dan hematokrit ayam yang diinfeksi Eimeria tenella

0 9 4

Gambaran sel radang sekum ayam yang diinfeksi Eimeria tenella setelah pemberian ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata) dalam pelarut air dosis bertingkat

0 9 53

Pengaruh ekstrak sambiloto (Andrographis panicilata Ness) dengan pelarut metanol terhadap ayam yang diinfeksi Eimeria tenella : studi hispatologi organ jantung, limpa, dan paru-paru

0 13 41

Pengaruh pemberian ekstrak sambiloto (Andographis paniculata Nees) dengan pelarut metanol terhadap bobot badan dan konversi pakan ayam yang diinfeksi Eimeria tenella

0 14 46

Pengaruh pemberian ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata) dengan pelarut air terhadap pertambahan bobot badan dan konversi pakan ayam pedaging yang diinfeksi Eimeria tenella

0 10 43

Diferensial Leukosit Ayam Pedaging Setelah Pemberian Ekstrak Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) dengan Pelarut Metanol Dosis Bertingkat Sebelum Diinfeksi Eimeria tenella

0 12 77

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) Dosis Bertingkat diberikan saat Diinfeksi Eimeria tenella terhadap Jumlah Ookista pada Tinja Ayam

0 11 65

Pengaruh Pemberian Ekstrak Sambiloto (Andrographis Paniculata, Nees) Dengan Pelarut Etanol Dosis Bertingkat Diberikan Saat Infeksi Eimeria Tenella Terhadap Penampilan Ayam Pedaging

0 20 70

Pengaruh Pemberian Ekstrak Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) dengan Pelarut Etanol Dosis Bertingkat, Diberikan Sebelum dan Sesudah Infeksi Eimeria tenella Terhadap Produksi Ookista pada Tinja Ayam

0 10 78

PENGGUNAAN FUNGSI ANTIOKSIDAN DARI SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees) SEBAGAI IMBUHAN PAKAN TERHADAP PERFORMA AYAM DIINFEKSI Eimeria tenella.

0 0 1