Pengaruh Pemberian Ekstrak Sambiloto (Andrographis Paniculata, Nees) Dengan Pelarut Etanol Dosis Bertingkat Diberikan Saat Infeksi Eimeria Tenella Terhadap Penampilan Ayam Pedaging

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK SAMBILOTO
(Andrographis paniculata, Nees) DENGAN PELARUT ETANOL
DOSIS BERTINGKAT DIBERIKAN SAAT INFEKSI Eimeria
tenella TERHADAP PENAMPILAN AYAM PEDAGING

NISRINA SIREGAR
B04104040

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

ABSTRAK
NISRINA SIREGAR. Pengaruh Pemberian Ekstrak Sambiloto (Andrographis
Paniculata, Nees) Dengan Pelarut Etanol Dosis Bertingkat Diberikan Saat Infeksi
Eimeria tenella terhadap Penampilan Ayam Pedaging, dibawah bimbingan UMI
CAHYANINGSIH.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penampilan ayam pedaging
yang diberi ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata, Nees) dalam pelarut
etanol dosis bertingkat yang diberikan bersamaan dengan infeksi Eimeria tenella.
Sebanyak 105 ekor ayam pedaging dibagi menjadi tujuh kelompok (masingmasing kelompok terdiri dari 15 ekor) yaitu Kontrol Negatif /KN (Kelompok

ayam yang tidak diinfeksi Eimeria tenella dan tidak diberi obat), Kontrol Positif
/KP (Kelompok ayam yang diinfeksi dan tidak diberi obat), Kontrol Obat /KO
(Kelompok ayam yang diinfeksi dan diberi sulfachlorophyrazine), Kontrol
Sambiloto /Ksb (Kelompok ayam yang tidak diinfeksi dan diberi eksrak
sambiloto), E1 (Kelompok ayam yang diinfeksi dan diberi ekstrak sambiloto
pelarut etanol dosis rendah), E2 ( Kelompok ayam yang diinfeksi dan diberi
ekstrak sambiloto pelarut etanol dosis sedang), dan E3 (Kelompok ayam yang
diinfeksi dan diberi ekstrak sambiloto pelarut etanol dosis tinggi). Infeksi
dilakukan pada ayam berumur 14 hari dengan Eimeria tenella dosis 1 x 105
ookista bersporulasi. Dua jam setelah infeksi, pada kontrol obat diberikan
sulfachlorophyrazine dengan dosis 180mg/kg BB dan masing-masing kelompok
perlakuan sambiloto diberikan ekstrak sambiloto sesuai dengan dosis yang telah
ditentukan secara peroral (cekok). Penghitungan dan pencatatan jumlah konsumsi
pakan dilakukan setiap hari. Penimbangan
bobot badan ayam dilakukan
sebanyak dua kali dalam seminggu. Pertambahan bobot badan dianalisis dengan
menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji wilayah
berganda Duncan (Duncan’s Multiple Range test). Data hasil konversi pakan dan
analisis ekonomi sederhana akan disajikan secara deskriptif. Perkembangan
pertambahan bobot badan menunjukkan hasil yang berbeda nyata diantara

kelompok perlakuan. Dari keseluruhan penelitian yang telah dilaksanakan
diperoleh hasil yaitu kelompok perlakuan dosis sedang (E2) merupakan dosis
yang lebih efektif dibandingkan dua kelompok lainnya ditinjau dari penampilan
ayam pedaging meliputi perkembangan pertambahan bobot badan, konversi
pakan, efisiensi ransum, income over feed chick cost (IOFCC) dan gross income.
Kata kunci : Eimeria tenella, sambiloto, penampilan ayam pedaging

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK SAMBILOTO
(Andrographis paniculata, Nees) DENGAN PELARUT ETANOL
DOSIS BERTINGKAT DIBERIKAN SAAT INFEKSI Eimeria
tenella TERHADAP PENAMPILAN AYAM PEDAGING

NISRINA SIREGAR
B04104040

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan Fakultas Kedokteran Hewan
Hewan Institut Pertanian Bogor


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

LEMBAR PENGESAHAN
Judul

: Pengaruh Pemberian Ekstrak Sambiloto (Andrographis Paniculata,
Nees) Dengan Pelarut Etanol Dosis Bertingkat Diberikan Saat Infeksi
Eimeria Tenella Terhadap Penampilan Ayam Pedaging

Nama

: Nisrina Siregar

NRP

: B04104040

Jurusan : Kedokteran Hewan


Menyetujui

Dr.drh.Hj.Umi Cahyaningsih. MS
Pembimbing

Menyejutui

Dr.Nastiti Kusumorini
Wakil Dekan FKH IPB

Tanggal lulus :

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Padangsidimpuan pada tanggal 20 Juli 1986 dari
keluarga bapak Malkan Siregar dan Ibu Kartini Harahap. Penulis merupakan anak
ketiga dari lima bersaudara.
Pada tahun 1998 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar dari SD
Negeri


26

Padangsidimpuan,

kemudian

lulus

dari

SLTP

Negeri

4

Padangsidimpuan tahun 2001. Selanjutnya penulis melanjutkan sekolah SMA
Negeri 1 Padangsidimpuan pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis lulus
seleksi masuk IPB melalui jalur USMI di Fakultas Kedokteran Hewan. Selama
menjalani studinya di IPB penulis aktif di Himpro Ruminansia dan organisasi

daerah IMATAPSEL (Ikatan Mahasiswa Tapanuli Selatan).

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarukatuh.
Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT
atas berkat rahmat dan karunia-Nya yang telah memberi kesempatan, kekuatan
dan petunjuk selama penulisan skripsi ini hingga selesai. Tak lupa Salawat dan
Salam selalu kita junjungkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang kita
harapkan safa’atnya di kemudian hari.
Skripsi ini merupakan tahap akhir dalam kegiatan penelitian sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas
Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Tulisan ini berisi tentang seluruh
kegiatan penelitian yang dilaksanakan selama bulan Oktober hingga November
2006.
Selama penulisan skripsi, penulis banyak menerima bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Orangtuaku tercinta, Papa dan Umak yang selalu memberikan dukungan,
didikan, kekuatan, pengorbanan dan kasih sayang yang tak terhingga.

2. Dr.drh.Hj.Umi Cahyaningsih. MS. selaku dosen pembimbing skripsi, atas
bimbingan, dukungan dan nasehat selama penyusunan skripsi.
3. Dr.drh. Wiwin Winarsih Msi. selaku dosen penguji seminar dan dosen penguji
sidang
4. Dr.dra.Hj. Ietje Wientarsih Apt.Msc. selaku dosen pembimbing akademik
5. Seluruh staf di Protozoologi, Pak Komaruddin, Pak Saryo dan Bu Nani.
6. Saudara-saudaraku tersayang, Bang Faisal, Kak Fatma, Dayat, dan Nia yang
selalu memberi inspirasi bagi penulis.
7. Temanku berbagi atap dalam suka dan duka, Rizky Rosanna .
8. Teman-teman koksidibimbum seperjuanganku, Eka, Nilam, Dini, Nina, Teteq,
Martian, Deni, dan Bg Boi untuk segala bantuan, kritik dan sarannya.

9. Teman-teman berbagi ceritaku, MonQ, Geger, Dini, Zammily, Yanti, Uni
betty, Puput-krido, Fitriyah, Yus, Ana-acha, Wahyu, Ratna, Sugi, Ivan, Arie,
Nanang, Agus, Mas Budi, Dani dan Arios.
10. Teman-teman di IMATAPSEL, khususnya angkatan 41, Ana, Kiki, Erika,
Ade, Zammy, Darwisah, Eli, Safura, Lia, Chyca, Aulia, Ilham, Insanul,
Amrul, Epit, Midi, Dody, Shaleh, Azis, Khoir, Kampas, Raden, Anwar dan
Gading, semoga persahabatan kita tetap langgeng, serta adik-adik, abang dan
kakak yang tak tersebutkan namanya satu persatu.

11. Teman-teman FKH 41 ”Asteroidea” semoga tetap menjadi yang terbaik dan
teristimewa.
12. Ayu, Nenek, Fitri, Mba’Ana, Mba’Rani, Mba’Toto, Mba’Nuci, Mba’Fery dan
Mba’Okky yang telah memberi banyak kenangan manis di MAHARLIKA
ATAS.
13. Semua pihak yang tidak disebutkan namun sangat membantu selama proses
penyusunan skripsi ini.

Penulis memohon maaf jika terdapat berbagai kekurangan, kekhilafan dan
keterbatasan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan bagi pembaca.

Bogor, Agustus 2008

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. x

DAFTAR TABEL...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. xii
PENDAHULUAN
Latar belakang....................................................................................... 1
Tujuan ................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Eimeria tenella
Klasifikasi .......................................................................................... 4
Morfologi ........................................................................................... 4
Siklus hidup ....................................................................................... 5
Patogenesa.......................................................................................... 9
Gejala klinis ..................................................................................... 10
Pencegahan dan Pengobatan ............................................................ 12
Sambiloto (Andrographis Paniculata Nees)
Klasifikasi ........................................................................................ 14
Morfologi ......................................................................................... 14
Budi Daya ........................................................................................ 16
Kandungan dan Khasiat ................................................................... 16
Ayam Broiler ...................................................................................... 19
Konversi Pakan ................................................................................... 21

BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat .............................................................................. 24
Bahan dan Alat.................................................................................... 24
Persiapan Kandang.............................................................................. 24
Pembuatan Ekstrak Sambiloto ............................................................ 24
Perbanyakan Ookista ......................................................................... 25
Infeksi Eimeria tenella........................................................................ 25
Perlakuan terhadap ayam .................................................................... 25

Pencacatan Jumlah Konsumsi Pakan dan Air minum......................... 26
Penimbangan Bobot Badan................................................................. 26
Penghitungan konversi Pakan ............................................................. 26
Income over feed chick cost (IOFCC) ................................................ 27
Gross income ...................................................................................... 27
Analisis Data ....................................................................................... 27
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Pertambahan Bobot Badan ......................................... 28
Konversi pakan ................................................................................... 33
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 39
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 40

LAMPIRAN.............................................................................................. 43

DAFTAR GAMBAR
No.

Halaman

1. Struktur Eimeria tenella yang telah bersporulasi.................................. 5
2. Struktur skematis sporozoit Eimeria tenella......................................... 5
3. Siklus hidup Eimeria tenella................................................................. 8
4. Sekum ayam yang diinfeksi Eimeria tenella ...................................... 10
5. Koksidiosis pada DOC........................................................................ 11
7. Andrographis Paniculata,Nees........................................................... 15
8. Struktur kimia Andrografolid dan Neoandrografolid ......................... 17
9. Perkembangan pertambahan bobot badan ayam pedaging hingga umur 36 hari
yang dinfeksi Eimeria tenella dan diberi ekstrak sambiloto (Andrographis
paniculata, Nees) dengan pelarut etanol dosis bertingkat .................. 28
10. Konsumsi pakan ayam dan pertambahan bobot badan pada ayam pedaging
hingga umur 36 hari yang diinfeksi Eimeria tenella dan diberi ekstrak
sambiloto (Andrographis paniculata, Nees) dengan pelarut etanol dosis
bertingkat ............................................................................................ 32
11. Nilai konversi pakan dan efisiensi ransum pada ayam pedaging hingga umur
36 hari yang diinfeksi Eimeria tenella dan diberi ekstrak sambiloto
(Andrographis paniculata, Nees) dengan pelarut etanol dosis bertingkat...................... 33
12. Gross income dan Income over feed chick cost (IOFCC) pada ayam pedaging
hingga umur 36 hari yang diinfeksi Eimeria tenella dan diberi ekstrak
sambiloto (Andrographis paniculata, Nees) dengan pelarut etanol dosis
bertingkat ........................................................................................... 36

DAFTAR TABEL

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK SAMBILOTO
(Andrographis paniculata, Nees) DENGAN PELARUT ETANOL
DOSIS BERTINGKAT DIBERIKAN SAAT INFEKSI Eimeria
tenella TERHADAP PENAMPILAN AYAM PEDAGING

NISRINA SIREGAR
B04104040

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

ABSTRAK
NISRINA SIREGAR. Pengaruh Pemberian Ekstrak Sambiloto (Andrographis
Paniculata, Nees) Dengan Pelarut Etanol Dosis Bertingkat Diberikan Saat Infeksi
Eimeria tenella terhadap Penampilan Ayam Pedaging, dibawah bimbingan UMI
CAHYANINGSIH.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penampilan ayam pedaging
yang diberi ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata, Nees) dalam pelarut
etanol dosis bertingkat yang diberikan bersamaan dengan infeksi Eimeria tenella.
Sebanyak 105 ekor ayam pedaging dibagi menjadi tujuh kelompok (masingmasing kelompok terdiri dari 15 ekor) yaitu Kontrol Negatif /KN (Kelompok
ayam yang tidak diinfeksi Eimeria tenella dan tidak diberi obat), Kontrol Positif
/KP (Kelompok ayam yang diinfeksi dan tidak diberi obat), Kontrol Obat /KO
(Kelompok ayam yang diinfeksi dan diberi sulfachlorophyrazine), Kontrol
Sambiloto /Ksb (Kelompok ayam yang tidak diinfeksi dan diberi eksrak
sambiloto), E1 (Kelompok ayam yang diinfeksi dan diberi ekstrak sambiloto
pelarut etanol dosis rendah), E2 ( Kelompok ayam yang diinfeksi dan diberi
ekstrak sambiloto pelarut etanol dosis sedang), dan E3 (Kelompok ayam yang
diinfeksi dan diberi ekstrak sambiloto pelarut etanol dosis tinggi). Infeksi
dilakukan pada ayam berumur 14 hari dengan Eimeria tenella dosis 1 x 105
ookista bersporulasi. Dua jam setelah infeksi, pada kontrol obat diberikan
sulfachlorophyrazine dengan dosis 180mg/kg BB dan masing-masing kelompok
perlakuan sambiloto diberikan ekstrak sambiloto sesuai dengan dosis yang telah
ditentukan secara peroral (cekok). Penghitungan dan pencatatan jumlah konsumsi
pakan dilakukan setiap hari. Penimbangan
bobot badan ayam dilakukan
sebanyak dua kali dalam seminggu. Pertambahan bobot badan dianalisis dengan
menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA) dan dilanjutkan dengan uji wilayah
berganda Duncan (Duncan’s Multiple Range test). Data hasil konversi pakan dan
analisis ekonomi sederhana akan disajikan secara deskriptif. Perkembangan
pertambahan bobot badan menunjukkan hasil yang berbeda nyata diantara
kelompok perlakuan. Dari keseluruhan penelitian yang telah dilaksanakan
diperoleh hasil yaitu kelompok perlakuan dosis sedang (E2) merupakan dosis
yang lebih efektif dibandingkan dua kelompok lainnya ditinjau dari penampilan
ayam pedaging meliputi perkembangan pertambahan bobot badan, konversi
pakan, efisiensi ransum, income over feed chick cost (IOFCC) dan gross income.
Kata kunci : Eimeria tenella, sambiloto, penampilan ayam pedaging

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK SAMBILOTO
(Andrographis paniculata, Nees) DENGAN PELARUT ETANOL
DOSIS BERTINGKAT DIBERIKAN SAAT INFEKSI Eimeria
tenella TERHADAP PENAMPILAN AYAM PEDAGING

NISRINA SIREGAR
B04104040

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan Fakultas Kedokteran Hewan
Hewan Institut Pertanian Bogor

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

LEMBAR PENGESAHAN
Judul

: Pengaruh Pemberian Ekstrak Sambiloto (Andrographis Paniculata,
Nees) Dengan Pelarut Etanol Dosis Bertingkat Diberikan Saat Infeksi
Eimeria Tenella Terhadap Penampilan Ayam Pedaging

Nama

: Nisrina Siregar

NRP

: B04104040

Jurusan : Kedokteran Hewan

Menyetujui

Dr.drh.Hj.Umi Cahyaningsih. MS
Pembimbing

Menyejutui

Dr.Nastiti Kusumorini
Wakil Dekan FKH IPB

Tanggal lulus :

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Padangsidimpuan pada tanggal 20 Juli 1986 dari
keluarga bapak Malkan Siregar dan Ibu Kartini Harahap. Penulis merupakan anak
ketiga dari lima bersaudara.
Pada tahun 1998 penulis menyelesaikan pendidikan sekolah dasar dari SD
Negeri

26

Padangsidimpuan,

kemudian

lulus

dari

SLTP

Negeri

4

Padangsidimpuan tahun 2001. Selanjutnya penulis melanjutkan sekolah SMA
Negeri 1 Padangsidimpuan pada tahun 2004. Pada tahun yang sama penulis lulus
seleksi masuk IPB melalui jalur USMI di Fakultas Kedokteran Hewan. Selama
menjalani studinya di IPB penulis aktif di Himpro Ruminansia dan organisasi
daerah IMATAPSEL (Ikatan Mahasiswa Tapanuli Selatan).

KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarukatuh.
Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT
atas berkat rahmat dan karunia-Nya yang telah memberi kesempatan, kekuatan
dan petunjuk selama penulisan skripsi ini hingga selesai. Tak lupa Salawat dan
Salam selalu kita junjungkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang kita
harapkan safa’atnya di kemudian hari.
Skripsi ini merupakan tahap akhir dalam kegiatan penelitian sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas
Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. Tulisan ini berisi tentang seluruh
kegiatan penelitian yang dilaksanakan selama bulan Oktober hingga November
2006.
Selama penulisan skripsi, penulis banyak menerima bantuan dan dukungan
dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Orangtuaku tercinta, Papa dan Umak yang selalu memberikan dukungan,
didikan, kekuatan, pengorbanan dan kasih sayang yang tak terhingga.
2. Dr.drh.Hj.Umi Cahyaningsih. MS. selaku dosen pembimbing skripsi, atas
bimbingan, dukungan dan nasehat selama penyusunan skripsi.
3. Dr.drh. Wiwin Winarsih Msi. selaku dosen penguji seminar dan dosen penguji
sidang
4. Dr.dra.Hj. Ietje Wientarsih Apt.Msc. selaku dosen pembimbing akademik
5. Seluruh staf di Protozoologi, Pak Komaruddin, Pak Saryo dan Bu Nani.
6. Saudara-saudaraku tersayang, Bang Faisal, Kak Fatma, Dayat, dan Nia yang
selalu memberi inspirasi bagi penulis.
7. Temanku berbagi atap dalam suka dan duka, Rizky Rosanna .
8. Teman-teman koksidibimbum seperjuanganku, Eka, Nilam, Dini, Nina, Teteq,
Martian, Deni, dan Bg Boi untuk segala bantuan, kritik dan sarannya.

9. Teman-teman berbagi ceritaku, MonQ, Geger, Dini, Zammily, Yanti, Uni
betty, Puput-krido, Fitriyah, Yus, Ana-acha, Wahyu, Ratna, Sugi, Ivan, Arie,
Nanang, Agus, Mas Budi, Dani dan Arios.
10. Teman-teman di IMATAPSEL, khususnya angkatan 41, Ana, Kiki, Erika,
Ade, Zammy, Darwisah, Eli, Safura, Lia, Chyca, Aulia, Ilham, Insanul,
Amrul, Epit, Midi, Dody, Shaleh, Azis, Khoir, Kampas, Raden, Anwar dan
Gading, semoga persahabatan kita tetap langgeng, serta adik-adik, abang dan
kakak yang tak tersebutkan namanya satu persatu.
11. Teman-teman FKH 41 ”Asteroidea” semoga tetap menjadi yang terbaik dan
teristimewa.
12. Ayu, Nenek, Fitri, Mba’Ana, Mba’Rani, Mba’Toto, Mba’Nuci, Mba’Fery dan
Mba’Okky yang telah memberi banyak kenangan manis di MAHARLIKA
ATAS.
13. Semua pihak yang tidak disebutkan namun sangat membantu selama proses
penyusunan skripsi ini.

Penulis memohon maaf jika terdapat berbagai kekurangan, kekhilafan dan
keterbatasan dalam penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi penulis dan bagi pembaca.

Bogor, Agustus 2008

Penulis

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ........................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. x
DAFTAR TABEL...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. xii
PENDAHULUAN
Latar belakang....................................................................................... 1
Tujuan ................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Eimeria tenella
Klasifikasi .......................................................................................... 4
Morfologi ........................................................................................... 4
Siklus hidup ....................................................................................... 5
Patogenesa.......................................................................................... 9
Gejala klinis ..................................................................................... 10
Pencegahan dan Pengobatan ............................................................ 12
Sambiloto (Andrographis Paniculata Nees)
Klasifikasi ........................................................................................ 14
Morfologi ......................................................................................... 14
Budi Daya ........................................................................................ 16
Kandungan dan Khasiat ................................................................... 16
Ayam Broiler ...................................................................................... 19
Konversi Pakan ................................................................................... 21
BAHAN DAN METODE
Waktu dan Tempat .............................................................................. 24
Bahan dan Alat.................................................................................... 24
Persiapan Kandang.............................................................................. 24
Pembuatan Ekstrak Sambiloto ............................................................ 24
Perbanyakan Ookista ......................................................................... 25
Infeksi Eimeria tenella........................................................................ 25
Perlakuan terhadap ayam .................................................................... 25

Pencacatan Jumlah Konsumsi Pakan dan Air minum......................... 26
Penimbangan Bobot Badan................................................................. 26
Penghitungan konversi Pakan ............................................................. 26
Income over feed chick cost (IOFCC) ................................................ 27
Gross income ...................................................................................... 27
Analisis Data ....................................................................................... 27
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Pertambahan Bobot Badan ......................................... 28
Konversi pakan ................................................................................... 33
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 39
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 40
LAMPIRAN.............................................................................................. 43

DAFTAR GAMBAR
No.

Halaman

1. Struktur Eimeria tenella yang telah bersporulasi.................................. 5
2. Struktur skematis sporozoit Eimeria tenella......................................... 5
3. Siklus hidup Eimeria tenella................................................................. 8
4. Sekum ayam yang diinfeksi Eimeria tenella ...................................... 10
5. Koksidiosis pada DOC........................................................................ 11
7. Andrographis Paniculata,Nees........................................................... 15
8. Struktur kimia Andrografolid dan Neoandrografolid ......................... 17
9. Perkembangan pertambahan bobot badan ayam pedaging hingga umur 36 hari
yang dinfeksi Eimeria tenella dan diberi ekstrak sambiloto (Andrographis
paniculata, Nees) dengan pelarut etanol dosis bertingkat .................. 28
10. Konsumsi pakan ayam dan pertambahan bobot badan pada ayam pedaging
hingga umur 36 hari yang diinfeksi Eimeria tenella dan diberi ekstrak
sambiloto (Andrographis paniculata, Nees) dengan pelarut etanol dosis
bertingkat ............................................................................................ 32
11. Nilai konversi pakan dan efisiensi ransum pada ayam pedaging hingga umur
36 hari yang diinfeksi Eimeria tenella dan diberi ekstrak sambiloto
(Andrographis paniculata, Nees) dengan pelarut etanol dosis bertingkat...................... 33
12. Gross income dan Income over feed chick cost (IOFCC) pada ayam pedaging
hingga umur 36 hari yang diinfeksi Eimeria tenella dan diberi ekstrak
sambiloto (Andrographis paniculata, Nees) dengan pelarut etanol dosis
bertingkat ........................................................................................... 36

DAFTAR TABEL

No

Halaman

1. Pertambahan bobot badan hingga hari ke-22 yang dinfeksi Eimeria tenella
dan diberi ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata, Nees)

dengan

pelarut etanol dosis bertingkat ............................................................ 27

2. Konversi pakan hingga hari ke-22 yang diinfeksi Eimeria tenella dan diberi
ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata, Nees) dengan pelarut etanol
dosis bertingkat ................................................................................... 32

3. Analisis ekonomi sederhana pada ayam pedaging hingga umur 36 hari yang
dinfeksi Eimeria tenella dan diberi ekstrak sambiloto (Andrographis
paniculata, Nees) dengan pelarut etanol dosis bertingkat ................. 36

DAFTAR LAMPIRAN

No
1. Hasil uji sidik ragam dan uji wilayah berganda Duncan

Halaman

terhadap rataan bobot badan ayam pada berbagai
kelompok perlakuan............................................................................ 44

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap daging ayam masih terus
meningkat dalam enam tahun terakhir. Survei yang dilakukan oleh FAO pada
tahun 2006 menyatakan bahwa tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap
daging ayam adalah 4,5 kg/kapita/tahun (Andang 2007). Seiring dengan
meningkatnya minat masyarakat untuk mengkonsumsi daging ayam pedaging,
terjadi juga peningkatan terhadap usaha peternakan ayam pedaging sehingga
tuntutan konsumen terhadap daging ayam yang aman untuk dikonsumsi juga
semakin tinggi. Secara otomatis kondisi ini juga menuntut peternak untuk
mengkondisikan peternakannya menjadi peternakan yang sehat.
Koksidiosis atau di Indonesia lebih dikenal sebagai penyakit berak darah
dapat ditemukan di hampir seluruh lokasi peternakan di dunia. Penyakit ini
berpeluang besar muncul pada daerah dengan

kelembaban tinggi. Walaupun

secara umum penyakit ini dapat diatasi, namun biaya untuk menanggulanginya
termasuk yang termahal dalam sebuah industri perunggasan. Hal ini disebabkan
karena solusi pengobatan yang kurang efektif untuk koksidiosis. Penggunaan
obat-obatan sintetik cenderung menimbulkan efek resistensi pada akhirnya,
ditambah dengan biosekuriti yang tidak memadai menyebabkan koksidiosis
menjadi satu penyakit yang tiada habisnya pada sepanjang tahun Bahkan dalam
suatu riset disebutkan, biaya pengobatan dan pemberian aditif pakan antioksidia
tidak kurang dari US $ 300 juta per tahun untuk seluruh wilayah penghasil unggas
dunia. Harga yang teramat mahal yang harus dibayar jika peternak lalai
melakukan tindak pencegahan terhadap berak darah (Anonim 2007b).
Koksidiosis disebabkan oleh berbagai protozoa yang termasuk dalam
genus Eimeria. Saat ini diketahui terdapat sembilan spesies Eimeria yang
menyerang ternak ayam yaitu E.tenella, E.necatrix, E.hagani, E.brunetti,
E.maxima, E.acervulina, E.mitis, E.mivati dan E.praecox. Infeksi berawal dari
tertelannya ookista yang telah mengalami sporulasi (Anonim 2007a). Sembilan
spesies Eimeria tersebut jika masuk ke tubuh ayam akan menyerang berbagai
bagian pencernaan ayam. Eimeria acervulina dan Eimeria mivati menyerang usus
dua belas jari dan usus halus hingga menyebabkan pendarahan. Eimeria necatrix

dan Eimeria maxima lebih suka berada di usus halus. Keduanya menyebabkan
pendarahan pada mukosa serta penggelembungan pada bagian tengah usus halus.
Kotoran yang terlihat bercampur darah merupakan akibat yang ditimbulkan oleh
Eimeria tenella. Ayam yang menderita berak darah kelihatan lemah, mengalami
depresi, bulu kusut dan mengalami diare (bercampur darah). Ayam yang telah
terinfeksi Eimeria tenella dapat dikenali dari jenggernya yang kelihatan pucat,
disamping kotorannya yang bercampur darah.
Ookista ini dapat ditularkan secara mekanik melalui anak kandang,
peralatan kandang atau litter yang tercemar. Sekam yang lembab dan basah
merupakan satu media yang disukai bagi perkembangan Eimeria. Wabah berak
darah menjadi makin mudah berjangkit ketika kandungan air pada litter melebihi
30% akibat air hujan atau kerusakan saluran air. Stress lingkungan dan kesalahan
manajemen pemeliharaan seperti kepadatan kandang ayam yang

berlebihan,

sistem pemberian pakan yang tidak benar dan sistem sirkulasi udara yang buruk,
dapat menimbulkan munculnya kasus berak darah. Sebab lain munculnya
penyakit berbahaya ini adalah pemberian obat antikoksidia yang tidak optimal
sesuai rekomendasi, pencampuran obat antioksidia yang tidak merata dalam
pakan, atau karena faktor melemahnya kekebalan ayam akibat penyakit lain
seperti Infectious Bursal Disease (IBD) atau Marek disease. Koksidiosis memang
tidak menimbulkan angka kematian yang sangat besar, namun cukup merugikan
peternak karena dapat menjadi sarana bagi masuknya agen penyakit lain misalnya
Salmonella sp. atau Clostridium Sp. Akibatnya akan terlihat langsung pada berat
badan yang menurun, tingkat produksi yang rendah dan yang paling fatal adalah
kematian (Anonim 2007d).
Penggunaan obat-obatan sintetik dapat menimbulkan efek resistensi dari
penggunaan koksidiostat dan residu antibiotik dalam daging dan telur. Alternatif
penggunaan obat herbal atau obat-obatan yang berasal dari tanaman semakin
digemari karena diyakini tanaman obat memiliki efek samping yang lebih sedikit
tanpa meninggalkan residu berbahaya dalam daging dan telur. Hal ini menjadi
salah satu penyebab banyaknya penelitian-penelitian tentang tanaman obat
sebagai salah satu upaya meminimalisir penggunaan obat-obat sintetik pada
industri peternakan. Tanaman ini juga telah digunakan sebagai bahan baku bagi

industri obat tradisional. Salah satu khasiat sambiloto adalah sebagai obat malaria.
Sesuai dengan yang disebutkan oleh Smyth (1976) bahwa penyakit malaria pada
unggas disebabkan oleh Plasmodium sp yang masih memiliki kekerabatan yang
dekat dengan Eimeria yaitu dalam satu subkelas Coccidiasina, dan dalam satu
ordo Eudococcidiorida. Hal ini menjadi salah satu alasan pemilihan sambiloto
tanaman obat untuk menangani koksidiosis pada ayam, sehingga diharapkan
sambiloto juga efektif menangani koksidiosis selain menangani penyakit malaria.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penampilan ayam pedaging
yang diberi ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata, Nees) dalam pelarut
etanol dosis bertingkat yang diberikan bersamaan dengan infeksi Eimeria tenella.

TINJAUAN PUSTAKA
Eimeria tenella

Klasifikasi
Klasifikasi Eimeria tenella menurut Levine (1985) :
Filum

: Protozoa

Subfilum

: Apicomplexa

Kelas

: Sporozoasida

Subkelas

: Coccidiasina

Ordo

: Eucoccidiorida

Subordo

: Eimeriorina

Famili

: Eimeriidae

Genus

: Eimeria

Spesies

: Eimeria tenella

Morfologi
Ookista dari E.tenella berbentuk telur yang lebar, halus dengan ukuran
14-31 x 9-25 µm (rata-rata 25 x 19 µm ) dengan satu dinding berlapis dua.
Sporokista-sporokista ovoid, tidak mempunyai suatu residuum. Waktu sporulasi
18 jam sampai 2 hari (Levine 1995). Ookista dikeluarkan bersama tinja ayam,
kemudian bersprorulasi pada suhu kamar. Waktu yang diperlukan untuk menjadi
ookista bersprorulasi adalah 18 jam pada suhu 29 0C ; 21 jam pada suhu 26-28 0C;
24-48 jam pada suhu kamar dan tidak terjadi sporulasi dibawah suhu 8 0C
(Soulsby 1982).
Ketika ookista disimpan dalam suhu kamar dengan ketersediaan oksigen
dan kelembaban yang cukup, ookista akan bersprorulasi dalam 48 jam. Ookista
yang bersprorulasi mengandung 4 sporokista, setiap sporokista mengandung 2
sporozoit (Morgan dan Hawkins 1955). Terdapat granula kutub di dalam ookista
dan juga terdapat residu bahan sisa dari protein. Sporozoit berisi satu atau lebih
gelembung jernih dari bahan protein yang belum diketahui fungsinya. Sporokista
memiliki dinding yang relatif tipis dan berbentuk seperti tombol pada salah satu

ujungnya, disebut badan stieda. Sporozoit berbentuk lonjong berbentuk dengan
salah satu ujungnya lebih lebar dari ujung lain, dan sporozoit tersebut saling
menyilang dalam sporokista (Levine 1995).

Gambar 1 Struktur Eimeria tenella yang telah bersporulasi
(Sumber : Desser 2000)

Gambar 2 Struktur skematis sporozoit Eimeria tenella
(Sumber : Anonim 2005b)
Siklus Hidup
Genus Eimeria mengalami perkembangan siklus hidup secara lengkap di
dalam dan di luar tubuh inangnya, dan dibagi menjadi siklus aseksual dan siklus
seksual. Siklus hidup ini lebih dikenal dengan tiga stadium, yaitu stadium
skizogoni, gametogoni dan sporogoni. Siklus aseksual meliputi stadium skizogoni
dan sporogoni, siklus seksual meliputi stadium gametogoni (Tampubolon 2004).
Proses skizogoni dalam sel sel induk semang memproduksi sejumlah
merozoit. Proses ini dikenal sebagai merogonia atau sering disebut skizogoni.

Skizogoni dan gametogoni terdapat di dalam induk semang, dan sporogoni
biasanya terdapat di luar tubuh. Ookista-ookista dikeluarkan lewat tinja, dengan
ookista berisi satu sel yaitu sporon. Ookista dalam suatu lingkungan yang lembab,
temperatur tinggi, dan jumlah oksigen yang cocok akan mengalami sporulasi.
Sporonnya yang diploid mengalami pembagian reaksi, dengan timbulnya badan
kutub, dan semua siklus hidup selanjutnya adalah haploid. Sporon ini langsung
membagi diri menjadi 4, membentuk 4 sporoblast yang masing-masing kemudian
menjadi sporokista. Dua sporozoit berkembang di dalam tiap sporokista. Dua hari
diperlukan untuk bersporulasi pada suhu kamar. Ookista itu kemudian menjadi
infektif dan siap untuk meneruskan siklus hidupnya (Levine 1985).
Soulsby (1982) menyatakan bahwa siklus hidup coccidia dimulai ketika
ookista infektif tertelan oleh inang. Dinding ookista yang bersporulasi akan pecah
oleh faktor mekanik dan kimiawi di dalam perut ayam yang kemudian
melepaskan sporokista dan sporozoit pada saluran pencernaan. Proses ini disebut
sebagai proses ekskistasi.
Ekskistasi dalam tubuh induk semang yang baru memerlukan dua macam
rangsangan. Rangsangan yang pertama adalah karbondioksida (CO2). Dengan
adanya CO2 tutup mikropil akan terangkat dan terjadilah permeabilitas dinding
ookista di tempat tersebut. CO2 mengaktivasi produksi enzim tripsin yang mampu
menstimulir kemampuan menembus permeabilitas membran dari mikropil pada
ookista. Pemecahan ookista secara mekanis dalam usus merupakan langkah
pertama. Pada langkah ke dua ekskitasi melibatkan pengaruh tripsin dan cairan
empedu. Setiap sporokista memiliki sebuah lubang yang tersumbat. Sumbat ini
disebut benda stieda yang dapat dicernakan oleh tripsin. Cairan empedu masuk
lewat lubang tersebut, memprakarsai gerakan sporozoit dan memungkinkan
mereka melepaskan diri dari lubang tersebut. Peristiwa ini menyebabkan kenaikan
respirasi dalam ookista. Selama proses pelepasan sporokista yang kemudian
memasuki sel induk semang, sporozoit menggunakan amilopektin yang tersisa
untuk memenuhi kebutuhan energinya (Noble 1982). Sesuai dengan yang
disebutkan oleh Soulsby (1982) bahwa sporozoit menyerang epitel saluran
pencernaan pada vili-vili usus dan kemudian ditelan oleh makrofag yang
membawa ookista kebagian lamina propria dari vili untuk mencapai epitelium

dalam kelenjar Lieberkhun. Di tempat ini ookista dilepas oleh makrofag dan
memasuki epitel sel untuk menjalani proses selanjutnya yaitu proses reproduksi
aseksual atau lebih sering disebut sebagai skizogoni.
Proses skizogoni diinisiasi ketika sporozoit memasuki epitel sel dan
berkumpul lalu berubah menjadi tropozoit, kemudian diikuti dengan pertumbuhan
intraseluler dan multiplikasi aseksual dengan periode pelepasan merozoit kembali
ke lumen usus. Selain itu sporoit juga menghasilkan enzim yang menyerang usus.
Sporozoit masuk kedalam sel epitel, kemudian membulat dan menjadi meron
generasi pertama. Proses pembelahan berganda secara aseksual membentuk kira
kira 900 merozoit generasi pertama dengan panjang sekitar 2-4 µm dan masuk ke
rongga sekum (Levine 1995). Menurut Soulsby (1982) sel inang tempat tinggal
skizon akan mengalami hipertropi untuk beberapa saat dari ukuran normalnya.
Skizon matang generasi pertama dapat ditemukan dibawah crypta dan kelenjar
caecal. Skizon generasi pertama ruptur pada lumen usus sekitar 60-72 jam setelah
infeksi dan merozoit mulai mempenetrasi sel epitel lainnya, berkumpul dan
membentuk skizon generasi ke-II.
Levine (1985) mengemukakan bahwa skizon generasi pertama ini
membentuk generasi merozoit lain sampai dua atau tiga generasi. Skizogoni
merupakan tahapan pembentukan merozoit untuk beberapa generasi. Setiap
merozoit generasi pertama memasuki sel hospes baru dan membulat, lalu
membentuk meron generasi kedua yang membelah menjadi 200-350 merozoit
generasi kedua dengan panjang sekitar 16 mikron. Jika ditotal maka satu ookista
Eimeria tenella berisi 8 sporozoit dapat menghasilkan 2.520.000 merozoitmerozoit (8 x 900 x 350 ). Hal ini ditemukan pada proximal nukleus sel inang.
Epitel yang sudah terkena parasit berubah ukuran dan susunan dari epitel yang
normal dan bermigrasi menjadi jaringan sub epitel. Koloni dari skizon ini pertama
kali ditemukan dalam waktu 72 jam dan matang dalam waktu 26 jam. Merozoit
ini keluar dari sel induk semang dan masuk kedalam sel baru dari induk semang
tersebut. Proses inilah yang menyebabkan pendarahan pada lumen caecal.
Sebagian berkembang menjadi meron generasi ketiga yang memproduksi 4 – 30
merozoit generasi ketiga, sementara itu sebagian besar mulai melaksanakan
bagian siklus hidup seksual.

Merozoit yang dihasilkan pada akhir tahap skizogoni masuk kedalam sel
inang. Kemudian membulat membentuk gamon dan berkembang menjadi
makrogamon dan mikrogamon. Mikrogamon berubah menjadi mikrogamet
(jantan) dan makrogamon yang berubah menjadi makrogamet (betina) (Soulsby
1982). Mikrogamet yang berflagella dan motil akan bermigrasi ke makrogamet
sehingga terjadi fertilisasi membentuk zigot dan kemudian menjadi ookista.
Ookista kemudian keluar dari inangnya, masuk kedalam rongga usus dan keluar
bersama tinja. Masa prepaten, yaitu dari saat inokulasi sampai timbulnya ookista
pertama didalam tinja adalah 7 hari. Jumlah okista yang dihasilkan didalam hewan
untuk setiap ookista yang dimakan tergantung kepada jumlah merozoit yang
terbentuk pada setiap generasi (Levine 1985).

Gambar 3 Siklus hidup Eimeria tenella (Sumber : Fanatico 2006)
Patogenesa
Berdasarkan lokasi kerusakan yang ditimbulkan, koksidiosis pada ayam
dapat dibedakan dalam dua bentuk yaitu koksidiosis sekum (caecal coccidiosis)
yang disebabkan oleh E.tenella, E.necatrix, dan koksidiosis usus ( intestinal
coccidiosis) disebabkan oleh E.necatrix, E.brunetti, E.maxima, E.acervulina,

E.mitis, E.mivati dan E.praecox. Koksidiosis sekum inilah yang kemudian dikenal
sebagai penyakit berak darah. Besarnya kerusakan alat pencernaan tergantung dari
jumlah ookista yang tertelan dan kepekaan dari ayam itu sendiri (Murtidjo 1992).
Menurut Barnes et al. (2003), patogenitas koksidiosis disebabkan oleh
beberapa faktor yaitu jumlah sel induk yang rusak, agen-agen penyakit lainnya,
stress dan faktor imunitas. Tahap yang paling patogen adalah pada saat skizon
generasi kedua

yang akan dewasa pada 4 hari setelah infeksi. Skizon akan

berkembang di bagian dalam lamina propria sehingga menyebabkan kerusakan
mukosa ketika skizon dewasa dan mengeluarkan merozoit.
Koksidiosis yang disebabkan oleh E. tenella paling sering terjadi pada
ayam muda dan umur 4 minggu adalah umur yang paling peka. Walaupun
demikian anak ayam umur sehari dapat terinfeksi. Unggas lebih tua
mengembangkan imunitas sebagai hasil keterbukaan terhadap serangan. Pada
umumnya gejala klinis koksidiosis hanya terlihat pada waktu yang relatif pendek
yaitu tidak melebihi 72 jam. Jumlah ookista yang diperlukan untuk menimbulkan
gejala klinis telah diteliti oleh Gardiner dalam Soulsby (1982). Pada umur 1-2
minggu diperlukan 200.000 ookista untuk menimbulkan kematian, sedangkan
50.000 sampai 100.000 ookista dapat menimbulkan kematian pada ayam yang
umurnya beberapa minggu lebih tua.
Senada dengan Barnes et al. (2003), Levine (1985) juga menyebutkan
bahwa darah muncul pada tinja 4 hari setelah infeksi. Pada waktu ini unggas
terlihat lemas, terkulai, tidak aktif, makan sedikit walaupun mereka masih minum.
Hemoragi paling banyak terjadi pada hari 5-6 setelah infeksi. Kemudian
hemoragi itu berkurang, ookista-ookista muncul di dalam tinja 7 hari sesudah
infeksi jika unggas masih hidup. Ookista-ookista bertambah sampai suatu puncak
pada hari ke 8 atau ke 9 dan kemudian berkurang jumlahnya cepat sekali. Sangat
sedikit yang dikeluarkan pada hari ke 11, beberapa ookista dapat ditemukan
setelah beberapa bulan. Koksidiosis memiliki sifat self limiting atau membatasi
sendiri, sehingga jika unggas dapat hidup sampai hari ke 8 dan 9 setelah infeksi,
mereka umumnya dapat sembuh.

Gambar 4 Sekum ayam yang diinfeksi Eimeria tenella
(Sumber : Grist 2006 dan Anonim 2008)
Eimeria merusak dan berkembang biak dalam sel-sel epitel usus sehingga
dapat menyebabkan enteritis akut dan diikuti dengan diare, kadang-kadang
disertai dengan darah. Pendarahan ini disebabkan adanya kerusakan sel-sel epitel
usus yang mengakibatkan luka sehingga akan merusak pembuluh darah yang
mengakibatkan pendarahan. Pendarahan ini mengakibatkan anemia yang dapat
berakhir kematian pada ayam.

Gejala Klinis
Gejala klinis pada unggas yang terkena koksidiosis meliputi kelemahan,
kehilangan selera makan, jengger dan cuping yang pucat, kusut, bulu yang
berantakan, berhimpitan di ujung kandang atau bertingkah seperti kedinginan,
adanya darah atau mukus pada feses, diare, dehidrasi dan bahkan mati. Gejala
lainnya adalah buruknya pencernaan pakan, berat badan yang rendah dan
buruknya efesiensi pakan. Beberapa gejala bisa menjadi rancu akibat adanya
gejala yang sama tetapi disebabkan oleh penyakit lain. Misalnya, necrotic enteritis
adalah penyakit saluran pencernaan yang juga menunjukkan gejala berak darah
(Fanatico 2006). Pada infeksi subklinis, terdapat bobot badan dan konversi pakan
yang jelek (Urquhart et al.1987). Pada pemeriksaan postmortem ditemukan tiga
ciri khas pada ayam yang terkena koksidiosis yaitu adanya perdarahan pada
caecum, pada stadium lanjut terjadi penggumpalan darah, mukosa menjadi
keputihan dan menebal (FAO 2007).

Kerugian utama pada segi ekonomi adalah penurunan berat badan akibat
mal-absorbsi nutrisi pada saluran pencernaan. Hal ini akan berpengaruh pada
peningkatan konversi pakan, yaitu peningkatan konsumsi pakan tanpa diimbangi
dengan pertambahan bobot badan yang sesuai akibat pakan yang dikonsumsi tidak
diserap dengan efisien. Ayam yang terinfeksi koksidia dengan level yang tinggi
akan menunjukkan gejala klinis berupa penurunan berat badan sehingga ayam
terlihat sangat kurus dan mungkin tidak pernah mencapai berat badan yang sama
dengan ayam yang sehat (Anonim 2005b).

Gambar 5 Koksidiosis pada anak ayam
(Sumber : Anonim 2007a dan Fanatico 2006)
Gejala koksidiosis mula-mula akan terlihat 72 jam setelah infeksi. Ayam
terkulai, anorexia, berkelompok supaya badannya hangat, dan sekitar 4 hari
sesudah infeksi terdapat darah dalam tinja. Kematian pada umumnya terjadi pada
hari ke-5 dan hari ke-6 setelah terinfeksi, pada kejadian akut gejala klinis pertama
kali akan telihat dalam hitungan jam. Penurunan berat badan secara drastis akan
terlihat pada hari ke-7 setelah infeksi (Barnes et al. 2003). Darah paling banyak
ditemukan pada hari ke-5 dan ke-6 sesudah infeksi, dan menjelang hari ke-8 atau
ke-9 ayam sudah mati atau dalam tahap persembuhan. Kematian paling tinggi
terjadi dari hari ke-4 sampai hari ke-6 karena kehilangan darah dalam jumlah yang
banyak. Kadang-kadang kematian terjadi tanpa diduga. Jika ayam sembuh dari
penyakit akut, penyakit menjadi bersifat kronis (Tampubolon 2004).

Pencegahan dan Pengobatan
Usaha pencegahan dan pengobatan kasus koksidiosis dapat dilakukan
dengan perbaikan sanitasi, pemberian obat dan pemberian vaksinasi. Pemakaian
anticoccidia merupakan usaha pengobatan yang utama yang dilakukan banyak
orang, akan tetapi penggunaan anticoccidia secara terus menerus dapat
menimbulkan galur coccidia yang resisten terhadap obat tersebut (Levine 1985).
Pencegahan penyakit dilakukan dengan cara menjaga kebersihan
lingkungan, menerapkan program sanitasi yang lebih baik, serta keadaan litter
yang selalu bersih, kering dan kelembapan yang tidak terlalu tinggi (Fadilah
2002). Penggunaan desinfektan ketika membersihkan kandang sangat penting
pada saat persiapan kandang., tujuannya adalah untuk memutus siklus penyakit
yang ada salah satunya temasuk koksidiosis. Bahan-bahan desinfektan yang
umum digunakan adalah chlorine, iodine, cresol, phenol atau quartenary
ammonium (Gillespie 2004). Fadilah (2002) juga menyebutkan bahwa
pencegahan bisa dilakukan dengan penambahan anticoccidia pada pakan. Akibat
ditekan oleh anticoccidia, jumlah ookista dapat berkurang sehingga ayam dapat
membuat kekebalan tubuhnya namun tidak semua species dapat ditekan oleh antikoksidia.
Sementara itu penggunaan vaksin baru untuk mencegah koksidiosis juga
telah ramai digunakan dibeberapa peternakan. Penelitian di bidang tersebut telah
menampakkan hasil yang memuaskan pada akhir-akhir tahun ini. Banyak produk
yang berkualitas telah dihasilkan, misalnya Paracox 7® dan Livacox 7® (Barnes et
al.2003).
Obat-obatan dapat digunakan untuk dua tujuan yang berbeda yaitu untuk
mencegah penyakit dan mengobati penyakit. Sebuah penelitian pada tahun 1930
membuktikan bahwa preparat sulfa dapat mencegah koksidiosis. Preparat sulfa
juga memiliki reaksi anti bakterial. Tetapi preparat sulfa rata-rata dibutuhkan
dalam jumlah yang besar (10-20% dari ransum) dan hanya bisa ditoleransi oleh
unggas dalam waktu yang pendek karena dapat menyebabkan penyakit ricketsia.
Preparat

sulfonamide

seperti

sulfaguanidine,

sulfaquinoxaline

dan

sulfachloropyrazine digunakan dalam jumlah yang sedikit dan secara berkala
yaitu tiga hari diberikan dan tiga hari dihentikan. (Fanatico 2006). Sulfonamide

mempunyai aktivitas spektrum yang luas untuk melawan emeria spp pada saluran
pencernaan

bagian

bawah

maupun

atas.

Pemberian

sulfaguanidine,

sulfaquinoxaline dan sulfachloropyrazine dapat mencegah penyakit dan
menurunkan produksi ookista dan kemudian diikuti oleh adanya perkembangan
sistem kekebalan tubuh ayam (Anonim 2007c).
Amprolium merupakan obat anti koksidiosis. Obat ini telah digunakan
selama bertahun-tahun dan tidak diperlukan waktu yang lama untuk mencegah
residu dalam daging. Amprolium diberikan melalui air minum dan dimetabolisme
dengan bantuan vitamin B1 (thiamin). Dapat digunakan pada seluruh bagian usus
dan koksidiosis sekum. Quinolon merupakan koksidiostat yang digunakan untuk
pertahanan terhadap koksidiosis pada awal pemeliharaan. Obat ini digunakan
untuk pencegahan. Ionophore adalah anti koksidia yang umum digunakan untuk
industri skala besar. Dapat mengubah fungsi membran sel dan merupturkan
parasit. Ionophore juga memiliki reaksi anti bakterial dan membantu mencegah
penyakit sekunder saluran pencernaan. Ionophore bukan obat sintetik, obat ini
diproduksi dari hasil fermentasi monensin dan salinomycin. Tetapi beberapa
preparat ionophore sekarang sudah tidak efektif melawan koksidia karena adanya
resistensi coccidia (Fanatico 2006).

Sambiloto (Andrographis paniculata, Nees)

Khasiat sambiloto sebagai salah satu bahan obat tradisional sudah dikenal
luas sejak zaman dahulu, baik oleh orang Indonesia maupun bangsa-bangsa di
dunia. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menetapkan sambiloto
sebagai salah satu tanaman obat unggulan (Prapanza dan Marianto 2003).
Sambiloto merupakan tanaman liar yang banyak ditemukan di Asia
tenggara, termasuk di Indonesia. Sambiloto tersebar di hampir seluruh kepulauan
Indonesia, tumbuh di hutan dan tepi sungai dengan ketinggian 1-700 meter diatas
permukaan laut. Tanaman ini dikenal dengan beberapa nama di Indonesia,
diantaranya sambiloto, andiloto, sambilata, ki oray, ki peurat, takilo, bidarat,
takila (Jawa), ampadu (Sumatera), ampadu tanah (Minang), pepaitan (Maluku)
(Kardono et al. 2003 ; Syukur dan Hernani 2002). Sambiloto di luar Indonesia

dikenal dengan Kalmegh, Chuan xin lian, yi jian xi, lan he lian (China), xuyen
tam lien, cong cong (Vietnam), kirata, mahatitka (India/Pakistan), Creat dan
green chiretta, halviva, kariyat (Inggris) (Kardono et al. 2003)

Klasifikasi
Klasifikasi Andrographis paniculata, Nees menurut Prapanza dan
Marianto (2003):
Divisi

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledonae

Subkelas

: Gametopalae

Ordo

: Personales

Famili

: Acanthaceae

Subfamili

: Acanthoidae

Genus

: Androgaphis

Species

: Andrographis paniculata, Nees

Morfologi
Sambiloto (Andrographis paniculata, Nees) merupakan tanaman perdu
yang tumbuh tegak, tanaman semusim dengan tinggi 50 - 90 cm, batang disertai
banyak cabang berbentuk segi empat (kwadrangularis) dengan nodus yang
membesar. Daun tunggal, bertangkai pendek, letak berhadapan bersilang, bentuk
lanset, pangkal runcing, ujung meruncing, tepi rata, permukaan atas hijau tua,
bagian bawah hijau muda, panjang 2 - 8 cm, lebar 1 - 3 cm. Bunga majemuk,
bentuk malai, ukuran kecil, berwarna putih, terdapat di ketiak dan ujun

Dokumen yang terkait

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 96% Daun Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) Terhadap Kualitas Sperma Pada Tikus Jantan Galur Sprague- Dawley Secara In Vivo dan Aktivitas Spermisidal Secara In Vitro

0 15 104

Pemberian ekstrak air sambiloto (Andrographis paniculata) terhadap kadar hemoglobin dan hematokrit ayam yang diinfeksi Eimeria tenella

0 9 4

Gambaran sel radang sekum ayam yang diinfeksi Eimeria tenella setelah pemberian ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata) dalam pelarut air dosis bertingkat

0 9 53

Pengaruh pemberian ekstrak sambiloto (Andographis paniculata Nees) dengan pelarut metanol terhadap bobot badan dan konversi pakan ayam yang diinfeksi Eimeria tenella

0 14 46

Pengaruh pemberian ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata) dengan pelarut air terhadap pertambahan bobot badan dan konversi pakan ayam pedaging yang diinfeksi Eimeria tenella

0 10 43

Diferensial Leukosit Ayam Pedaging Setelah Pemberian Ekstrak Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) dengan Pelarut Metanol Dosis Bertingkat Sebelum Diinfeksi Eimeria tenella

0 12 77

Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Sambiloto (Andrographis paniculata Ness) Dosis Bertingkat diberikan saat Diinfeksi Eimeria tenella terhadap Jumlah Ookista pada Tinja Ayam

0 11 65

Pengaruh Pemberian Ekstrak Sambiloto (Andrographis paniculata Nees) dengan Pelarut Etanol Dosis Bertingkat, Diberikan Sebelum dan Sesudah Infeksi Eimeria tenella Terhadap Produksi Ookista pada Tinja Ayam

0 10 78

Pengaruh Ekstrak Sambiloto (Andrographis paniculata nees) dengan Pelarut Metanol Dosis Bertingkat terhadap Penampilan Ayam Pedaging yang Diinfeksi Eimeria tenella

2 27 61

PENGGUNAAN FUNGSI ANTIOKSIDAN DARI SAMBILOTO (Andrographis paniculata Nees) SEBAGAI IMBUHAN PAKAN TERHADAP PERFORMA AYAM DIINFEKSI Eimeria tenella.

0 0 1