The Anxiety Levels of Preoperative Patients in General Hospital of Dr Pirngadi Medan

(1)

TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PREOPERATIF

DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

DR PIRNGADI MEDAN

SKRIPSI

Oleh

JEFRI BANJARNAHOR 121121120

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Jefri Banjarnahor

NIM : 121121120

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul : Tingkat Kecemasan Pada Pasien Preoperatif di Rumah Sakit Umum Daerah Pirngadi Kota Medan, kecuali jika dalam pengutipan substansi disebutkan sumbernya, dan belum pernah diajukan dalam institusi manapun, serta bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan skripsi ilmiah yang harus dijunjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata di kemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Medan, Februari 2014 Yang menyatakan,

Jefri Banjarnahor NIM 121121120


(4)

iv PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Tingkat Kecemasan Pada Pasien Preoperaif Di RSU Daerah Kota Medan”.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian Skripsi ini, sebagai berikut:

1. dr.Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara,

2. Erniyati, S.Kp. MNS selaku PD I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

3. Evi Karota Bukit, S.Kp. MNS selaku PD II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

4. Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp. MNS selaku PD III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

5. Mula Tarigan Skp, M.Kes selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan motivasi, arahan, bimbingan dan ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

6. Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D selaku Dosen Penguji I dan Ikram, S.Kep, Ns, Mkep selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan masukan dalam penyelesaian skripsi ini.


(5)

7. Hj. Masnelli Lubis, SST, MARS yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di RSU Dr. Pirngadi Medan.

8. Teristimewa kepada orang tua penulis, Rensus Banjarnahor S.Pd, dan Basaria Hutagalung Amkeb yang selalu memberikan motivasi, dukungan moral maupun material serta yang tiada henti mendoakan penulis.

9. Adek saya Yosef Banjarnahor, Sergio Banjarnahor, Bobi Banjarnahor yang selalu mendukung dan mendoakan penulis.

10.Teman-teman angkatan 2012 yang saling memberikan dukungan dan berjuang bersama dalam pengerjaan skripsi, dan

11.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan dan pihak- piahk yang membutuhkan. Penulis sangat mengharapkan adanya saran yang bersifat membangun untuk perbaikan yang lebih baik dimasa yang akan datang.

Medan, Januari 2014


(6)

vi DAFTAR ISI

Halaman Judul ... ... i

Halaman pengesahan ... ii

Surat Pernyataan ... iii

Prakata ... iv

Daftar Isi ... ... v

Daftar tabel ... ... vi

Abstrak ... .... vii

Bab 1. Pendahuluan ... ... 1

1. Latar Belakang ... ... 1

2. Rumusan masalah ... ... 5

3. Tujuan Penelitian ... ... 5

4. Manfaat Penelitian ... ... 5

Bab 2. Tinjauan Pustaka ... ... 6

1.Kecemasan ... ... 6

1.1 Pengertian Kecemasan ... ... 6

1.2 Faktor predisposisi dan presipitasi kecemasan ... ... 7

1.3 Tingkat Kecemasan ... ... 9

a. Kecemasan Ringan ... ... 9

b. Kecemasan Sedang ... ... 9

c. Kecemasan Berat ... ... 9

d. Kecemasan Panik ... .... 10

1.4 Tingkat Kecemasan menurut Zung ... .... 11

2. Preoperatif ... ... 12

2.1 Pengertian ... ... 12

2.1.1 Tipe pembedahan ... ... 12

a. Menurut Fungsi ... .... 12

b. Meurut Tingkat urgensi dan luas tingkat resiko.... . 13

c. Klasifikasi Tindakan ... .... 14

d. Luas dan Tingkat Resiko ... .... 16

Bab 3. Kerangka Konsep ... ... 11

1. Kerangka Konsep ... ... 17

2. Defenisi Operasional ... ... 18

Bab 4. Metodeologi ... .... 19

1. Desain penelitian ... ... 19

2. Populasi dan sampel ... ... 19

3. Lokasi waktu dan tempat penelitian ... ... 21

4. Pertimbangan etik ... .... 21


(7)

6. Teknik pengumpulan Data ... .... 24

7. Analisa Data ... .... 25

Bab 5. Hasil penelitian dan pembahasan ... .... 27

1. Hasil penelitian ... ... 27

2. Pembahasan ... ... 33

Bab 6. Kesimpulan dan saran ... .... 37

1. Kesimpulan ... .... 37

2. Saran ... .... 37

Daftar Pustaka………39 Lampiran-lampiran

1. Lembar persetujuan responden 2. Kuisioner penelitian

3. Hasil uji realibilitas 4. Surat izin Penelitian 5. Daftar riwayat Hidup

6. Surat Persetujuan Komisi Etik Penelitian 7. Surat Pernyataan Keaslian terjemahan


(8)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Distribusi Frekuensi dan Presentase Karakteristik Responden dengan tingkat kecemasan pada pasien Preoperatif di Rumah Sakit umum Dr Pirngadi Medan……….28 Tabel 2 Distribusi Frekuensi Hasil Tingkat Kecemasan Pada Pasien

Preoperatif Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan………..30 Tabel 3 Distribusi Frekuensi Jenis Jenis Operasi Pada Pasien

Preoperatif Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan………...31 Tabel 4 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Pada Pasien


(9)

Judul : Tingkat Kecemasan Pada Pasien Preoperatif Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

Nama Mahasiswa : Jefri Banjarnahor

Nim : 121121120

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2014

Abstrak

Preoperatif kondisi yang dimulainya keputusan intervensi bedah dan berakhir ketika pasien dikirim ke kamar operasi, proses perawatan di rumah sakit sering sekali mengabaikan aspek psikologis sehingga menimbulkan berbagai permasalahan psikologis dan fisiologi bagi pasien salah satunya kecemasan. Kecemasan yang dialami biasanya terkait dengan ancaman terhadap jiwa akibat tindakan pembedahan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat kecemasan pada pasien preoperative di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan sampel 40 responden dan teknik pengambilan sampel consecutive sampling. Hasil yang didapatkan kecemasan ringan 19 responden (47.5%), kecemasan sedang 13 responden (32.5%) dan kecemasan berat 8 responden (20%). Tingkat kecemasan pada pasien preoperatif dapat memberikan gambaran kepada perawat Rumah Sakit umum Dr. Pirngadi Medan untuk melakukam pengkajian dan intervensi selanjutnya.


(10)

(11)

Judul : Tingkat Kecemasan Pada Pasien Preoperatif Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan

Nama Mahasiswa : Jefri Banjarnahor

Nim : 121121120

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2014

Abstrak

Preoperatif kondisi yang dimulainya keputusan intervensi bedah dan berakhir ketika pasien dikirim ke kamar operasi, proses perawatan di rumah sakit sering sekali mengabaikan aspek psikologis sehingga menimbulkan berbagai permasalahan psikologis dan fisiologi bagi pasien salah satunya kecemasan. Kecemasan yang dialami biasanya terkait dengan ancaman terhadap jiwa akibat tindakan pembedahan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui tingkat kecemasan pada pasien preoperative di Rumah Sakit Umum dr. Pirngadi Medan. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan sampel 40 responden dan teknik pengambilan sampel consecutive sampling. Hasil yang didapatkan kecemasan ringan 19 responden (47.5%), kecemasan sedang 13 responden (32.5%) dan kecemasan berat 8 responden (20%). Tingkat kecemasan pada pasien preoperatif dapat memberikan gambaran kepada perawat Rumah Sakit umum Dr. Pirngadi Medan untuk melakukam pengkajian dan intervensi selanjutnya.


(12)

(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu pelayanan yang ada di rumah sakit adalah pelayanan pengobatan melalui operasi. Operasi adalah tindakan pengobatan yang menimbulkan kecemasan. Kecemasan terjadi ketika seseorang merasa terancam baik fisik, maupun psikologisnya, misalnya harga diri, gambaran diri, dan identitas diri (Stuart&Sudden, 2005).

Tindakan bedah salah satu bentuk tindakan medis yang akan mendatangkan stresor terhadap integritas seseorang. Pembedahan akan membangkitkan reaksi stress baik fisiologis maupun pskologis. Salah satu respon psikologis adalah cemas. Suatu penelitian menyebutkan bahwa 80% dari pasien yang akan menjalani pembedahan akan mengalami kecemasan (Ferlina, 2002).

Penelitian Makmuri et.al (2007) tentang tingkat kecemasan preoperatif menunjukan bahwa dari 40 orang responden terdapat 16 orang atau 40% yang memiliki tingkat kecemasan dalam kategori sedang, 15 orang atau 37,5 % ringan, responden dengan tingkat kecemasan berat 7 orang 17,5 %, responden yang merasa tidak cemas 2 orang atau 5 %.

Pada pasien yang mengalami kecemasan pre operatif terdapat respon yang mempengaruhinya salah satu respon fisiologi pada kecemasan meliputi palpitasi, jantung berdebar, tekanan darah meningkat, denyut nadi menurun, dan nafas cepat ( Dektorat Jendral Pelayanan Medik Dektorat Pelayanan Keperawatan, 2000).


(14)

2

Pada setiap pasien berbeda-beda dalam menanggapi operasi atau pembedahan sehingga responnya berbeda-beda, namun sesungguhnya selalu terjadi ketakutan dan penghayatan yang umum antara lain: keinginan untuk mengelak dan orang tidak ingin mengetahui penyebabnya, diagnosis belum pasti, takut hasil pemeriksaan keganasan, takut anesthesia dan takut tidak bangun lagi, takut nyeri, berubah bentuk, kurang pengetahuan atau salah persepsi (Smeltzer, S.C & Bare, B.G, 2002). Menurut Brunner & Suddarth (2002) bahwa pasien preoperatif cenderung mengalami kecemasan, karena tindakan operasi menjadi penyebab kecemasan seseorang. Pasien preoperatif dapat mengalami ketakutan seperti takut terhadap anestesi, takut terhadap nyeri, takut terhadap kematian.

Menurut Long (2002), kecemasan (ansietas) adalah respon psikologik terhadap stres yang mengandung komponen fisiologi dan psikologi. Reaksi fisiologis terhadap kecemasan merupakan reaksi yang pertama timbul pada sistem saraf otonom, meliputi peningkatan frekuensi nadi dan respirasi, pergeseran tekanan darah dan suhu, relaksasi otot polos pada kandung kemih dan usus, kulit dingin dan lembab. Manifestasi yang khas pada pasien pre operatif tergantung pada setiap individu dan dapat meliputi menarik diri, membisu, mengumpat, mengeluh dan menangis. Respon psikologis secara umum berhubungan adanya kecemasan menghadapi anestesi, diagnosa penyakit yang belum pasti, keganasan, nyeri, ketidaktahuan tentang prosedur operasi dan sebagainya.

Kecemasan sering kali ditandai dengan perasaan mudah marah, tegang, mudah gugup, kewaspadaan berlebihan dan terkadang menyebabkan keringat pada telapak tangan. Kecemasan tersebut juga dapat memberi dampak negatif dan


(15)

dampak positif. Dampak positif terjadi apabila kecemasan muncul pada tingkat moderate dan memberi kekuatan untuk melakukan sesuatu, membantu individu membangun pertahanan dirinya agar rasa cemas yang dirasakan dapat berkurang sedikit demi sedikit, sedangkan dampak negatif terjadi jika kecemasan muncul pada tingkat tinggi dan menimbulkan simtom fisik dan dapat menghalangi individu untuk berfungsi efektif dalam kehidupan sehari hari, seperti meningkatnya detak jantung, dan meneganggnya otot-otot tubuh sehingga dapat terlihat sebagai suatu reaksi panik (Henderson, 2005).

Angka kejadian pasien yang dilakukan tindakan pembedahan di Amerika Serikat adalah dari 1000 orang, 5 orang meninggal dan 100 orang mengalami kelumpuhan, sedangkan di Indonesia dari 1000 pasien yang meninggal 6 orang dan lumpuh 90 orang. Setelah di persentasekan di dunia Internasional, standart Indonesia tidak beda jauh dari negara Amerika Serikat negara maju. Tindakan pembedahan merupakan stressor yang dapat menimbulkan cemas psikologik dan fisik (Budiman, 2008).

Berbagai penelitian yang telah dilakukan peneliti di berbagai rumah sakit Indonesia yang di posting dari situs resmi di internet, diketahui berbagai hal penting mengenai angka kejadian kecemasan pada pasien preoperatif. Menurut Indra, (2002) di laporkan bahwa tanpa meyebutkan tingkat kecemasan preoperatif diketahui 80% pasien preoperatif mengalami kecemasan sebelum tindakan pembedahan. Sedikit berbeda dari hasil yang di peroleh dengan Amaliah (2009) RSD pembedahan Sinopati Bantul Yogjakarta menemukan sekitar (65,71%) pasien mengalami kecemasan saat sebelum di lakukan tindakan. Berdasarkan


(16)

4

penelitian Wijayanti (2009), RSUD Dr. Soeraji tirto Negoro Klaten Jawa Tengah ditemukan bahwa (64,5%) pasien mengalami cemas ringan dan (35,5%) pasien mengatakan cemas berat.

Di Indonesia sendiri khususnya Rumah sakit umum daerah Dr. Pirngadi kota Medan adalah salah satu institusi yang memberikan pelayanan kepada masyarakat kota medan dan sekitarnya, rumah sakit ini juga memberikan pelayanan tindakan operasi baik operasi kecil, sedang, besar. Pada priode tahun 2012 yang menjalani operasi di ruangn kamar bedah IBS sebanyak 3128 orang dan kamar bedah KBE 1523 orang tercatat dalam medical record dengan berbagai diagnosis.

Berdasarkan fenomena diatas peneliti ingin melakukan penelitian tingkat kecemasan pada pasien preoperatif di RSUD Dr. Pirngadi Medan. Agar dapat mengetahui tingkat kecemasan pada pasien yang akan menjalani tindakan operasi.


(17)

1.2. Rumusan Masalah

Bagaimana Tingkat Kecemasan Pasien Pre Operatif Di RSU Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan.

1.3. Tujuan Penelitian

Mengidentifikasi Tingkat Kecemasan Pasien Pre operatif Di RSU Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi penelitian keperawatan

Dapat menambah pengetahuan, wawasan dan pengalaman mengenai Tingkat Kecemasan preoperatif Di RSU Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan, dan dapat menjadi bahan pertimbangan peneliti berikutnya

1.4.2. Bagi pelayanan kesehatan

Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat atau petugas kesehatan lainnya tentang bagaimana Tingkat Kecemasan Preoperatif Di RSU Daerah dr. Pirngadi Kota Medan.

1.4.3. Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini sebagai bahan masukan yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu keperawatan terhadap pasien preoperatif di RSU Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan Sehingga dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan selanjutnya.


(18)

6 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. KECEMASAN 1.1. Pengertian

Kecemasan adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Cemas dialami secara subjektif dan dikomunikasikan secara interpersonal. Cemas berbeda dengan rasa takut. Cemas adalah respon emosional terhadap yang penilaian intelektual akan bahaya. Kapasitas untuk menjadi cemas diperlukan untuk bertahan hidup, tetapi tingkat cemas yang berat tidak sejalan dengan kehidupan (Suliswati, 2005). Menurut nanda 1994 kutipan dari Taylor (1997) kecemasan merupakan suatu hal yang tidak jelas, adanya perasaan gelisah atau tidak tenang dengan sumber yang tidak spesifik dan tidak diketahui seseorang.

Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan pada individu merupakan pengalaman yang subjektif, dapat memberikan motivasi untuk mencapai sesuatu dan sumber penting dalam usaha memelihara keseimbangan hidup (Suliswati, 2005) .

Kecemasan juga didefinisikan sebagai suatu keadaan yang ditandai dengan perasaan ketakutan yang disertai dengan tanda somatik yang menyatakan terjadinya hiperaktivitas sistem saraf otonom (Hudak & Gallo, 1997). Sedangkan


(19)

menurut Smeltzer dan Bare (2002) kecemasan merupakan reaksi yang normal terhadap stres dan ancaman bahaya, kecemasan juga dapat dikatakan sebagai reaksi emosional terhadap persepsi adanya bahaya, baik yang nyata maupun yang dibayangkan.

Kecemasan (ansietas) adalah respon psikologis terhadap stres yang mengandung komponen fisiologis dan psikologi (Long, 2002). Respon fisiologis terhadap ansietas merupakan reaksi yang pertama timbul pada sistem saraf otonom, meliputi peningkatan frekuensi nadi dan respirasi, pergeseran tekanan darah dan suhu, relaksasi otot polos pada kandung kemih dan usus, kulit dingin dan lembab. Manifestasi yang khas pada ansietas tergantung pada masing-masing individu dan dapat meliputi menarik diri, membisu, mengumpat, mengeluh, dan menangis.

Respon psikologi secara umum berhubungan adanya ansietas menghadapi anestesi, diagnose penyakit yang belum pasti, keganasan, nyeri, ketidaktahuan tentang prosedur operasi dan sebagainya.

1.2. Faktor predisposisi dan presipitasi kecemasan

Faktor predisposisi dan presipitasi kecemasan, menurut Stuart & Sundeen ( 1998 ) meliputi :

1.2.1. Faktor predisposisi

Dalam pandangan psikoanalitik kecemasan, konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian (id dengan superego), dimana id mewakili dorongan insting sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan


(20)

8

dikendalikan oleh norma-norma budaya, ego memenuhi tuntutan ke dua elemen (mengingatkan adanya bahaya).

Dalam pandangan interpersonal kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dan penolakan interpersonal, kecemasan juga berhubungan dengan perkembangan trauma seperti perpisahan dan kehilangan yang menimbulkan kelemahan spesifik.

Dalam pandangan perilaku kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam kajian biologis menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzodiazepines, reseptor ini mungkin membantu mengatur kecemasan dan penghambat asam aminobutirik-gamma neuroregulator (GABA) mungkin memainkan peranan penting dalam mekanisme biologis yang berhubungan dengan kecemasan.

1.2.2. Faktor presipitasi

Stressor pencetus kecemasan mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal yang dapat dikelompokkan dalam dua kategori :

a. Ancaman terhadap integritas seseorang

Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari.

b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang

Ancaman terhadap sistem diri seseorang yang dapat membahayakan identitas, harga diri, fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.


(21)

1.3. Tingkat kecemasan

Tingkat kecemasan menurut Stuart & Sudden (1998) adalah sebagai berikut:

a. Kecemasan ringan

Cemas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas. Kecemasan ini normal dalam kehidupan karena meningkatkan motivasi dalam membuat individu siap bertindak stimulus dari luar siap untuk di internalisasi dan pada tingkat individu mampu memecahkan masalah secara efektif.

b. Kecemasan sedang

Cemas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain, sehingga seseorang mengalami rentang perhatian yang lebih selektif namun masih dapat melakukan sesuatu lebih terarah. Kecemasan sedang ditandai dengan lapangan presepsi mulai menyempit. Pada kondisi ini masih bisa belajar dari arahan orang lain.

c. Kecemasan berat

Kecemas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang terhadap suatu objek, seseorang cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik serta tidak dapat berpikir tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut


(22)

10

memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memuasatkan pada suatu area lain. Lapangan presepsi individu sempit. Pusat perhatian pada detail yang kecil (spesifik) dan tidak berfikir tentang hal-hal lain. Seluruh perilaku dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan perlu banyak perintah atau arahan untuk berfokus pada area lain.

d. Panik

Panik berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror, perhatian terpecah dari proporsinya karena mengalami kehilangan kendali sehingga orang mengalami kepanikan dan tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik disertai dengan dengan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini tidak sejalan dengan kehidupan, dan jika berlangsung dan waktu yang lama dapat terjadi kelelahan yang sangat bahkan kematian.Individu hilang kendali diri dan detail perhatian hilang, karena hilang kontrol, maka tidak dapat melakukan apapun meskipun dengan perintah, terjadi peningkatan aktivitas motorik, berkurang kemampuan dengan orang lain, penyimpanan presepsi dan hilangnya pemikiran rasional, tidak mampu berfungsi secara efektif.


(23)

Ringan Sedang Berat Panik

Gambar 2.1 Rentang respon kecemasan (Stuart & Sundeen, 1998)

1.4. Penilaian Tingkat Kecemasan Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS)

Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS) adalah penilaian kecemasan pada pasien yang dirancang oleh William W.K.Zung, dikembangkan berdasarkan gejala kecemasan dalam diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-II). Terdapat 20 pertanyaan, dimana setiap pertanyaan dinilai 1-4 (1: tidak pernah, 2: kadang-kadang, 3: sebagaian waktu, 4: hampir setiap waktu). Terdapat 15 pertanyaan ke arah peningkatan kecemasan dan 5 pertanyaan ke arah penurunan kecemasan (Z ung Self-Rating Anxiety Scale dalam Ian mcdowell, 2006). Rentang penilaian 20-80, dengan pengelompokan antara lain :

Skor 20-44 : kecemasan ringan Skor 45-59 : kecemasan sedang Skor 75-80 : kecemasan panik Skor 60-74 : kecemasan berat

Respons adaptif Respons maladaptif


(24)

12

2. PRE OPERATIF 2.1. Pengertian

Operasi merupakan tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh. Preoperatif adalah fase dimulai ketika keputusan untuk menjalani operasi suatu pembedahan dibuat dan berakhir ketika pasien di pindahkam di meja operasi ( Smeltzer and Barre, 2002 ).

2.1.1.Tipe Pembedahan

a. Menurut fungsinya ( tujuannya ), Pottter & Perry ( 2006 ) membagi menjadi:

1) Diagnostik

Biopsi, laparatomi eksporasi untuk memperkuat diagnosisi dokter. 2) Kuratif ( ablatif )

Eksisi atau pengangkatan bagian tubuh yang menderita penyakit seperti, pengangkatan tumor, appendiktomi, amputasi.

3) Paliatif

Menghilangkan atau mengurangi intensitas gejala penyakit tidak menghilangkan penyakit, kolonostomi, debridemen jaringan nekrotik. 4) Rekontruktif

Mengembalikan fungsi atau penampilan jaringan yang mengalami trauma atau malfungsi, seperti; fiksasi internal pada fraktur, perbaikan jaringan parut.


(25)

5) Transplantasi

Dilakukan penggantian organ atau struktur yang mengalami malfungsi. b. Menurut Smeltzer and Barre ( 2002 ), membagi operasi menurut tingkat

urgensi dan luas atau tingkat resiko. 1. Kedaruratan

klien membutuhkan perhatian dengan segera, gangguan yang di akibatkannya di perkirakan dapat mengancam jiwanya ( kematian atau kecacatan fisika), tidak dapat di tunda.

2. Urgen

klien membutuhkan perhatian dengan segera, dilaksanakan dalam 24- 30 jam

3. Diperlukan

Klien harus menjalani pembedahan, direncanakan dalam beberapa minggu atau bulan.

4. Operasi Elektif ( Terpogram )

Klien harus dioperasi ketika diperlukan, tidak terlalu membahayakan jika tidak dilakukan.

Menurut Ester 2001 Operasi elektif operasi yang sehari sebelumnya telah didaftarkan ke IBS (Instalasi Bedah Sentral) dengan ACC dari dokter anestesi. Semua prosedur operasi sudah memenuhi syarat termasuk persiapan pasien puasa, laboratorium.


(26)

14

5. Operasi Cyto (emergency)

Operasi segera atau mendadak (emergency) dimana pasien harus di operasi segera dengan alasan medic misalnya SC dengan perdarahan, placenta previa dan lain-lain. Fraktur terbuka dengan perdarahan hebat dan lain-lain.

c. Klasifikasi tindakan operasi

a. Sederhana meliputi operasi ringan

1). Incici adalah membuka kulit/ organ tanpa mengambil organ atau kulit tersebut.

2). Cateterisasi lesi kecil adalah pemasangan selang kedalam jaringan yang fungsinya terganggu karena penyakit atau cedera, seperti tumor, ulkus, atau abses.

3). Menjahit luka < 5 cm

Menjahit luka adalah tindakan mendekatkan tepi-tepi luka dan mempertahankan dengan benang atau jahitan sampai luka tersebut dapat tersambung.

4). Exterpasi tumor kulit superfisial diameter kecili adalah tindakan pengangkatan seluruh massa tumor beserta kapsulnya.

5). Wound toilet luka kecil adalah membersihkan luka kecil dengan teknik steril

6). Exterpasi klavus adalah pengangkatan massa karena ada penebalan dibawah kulit


(27)

b. Sedang

1). Herniorapy reponible adalah pemasangan mesh graf

2). Apendectomy simple tanpa penyulit adalah pengangangkatan apendik tanpa ada komlikasi

3). Incici abses dengan anestesi ringan c. Besar

1). Laparatomy explorasi (Lilies, peritonitis) merupakan prosedur pembedahan yang melibatkan suatu insisi pada dinding abdomen hingga ke peritonium abdomen

2). Apendiksitis dengan penyulit (perforasi,infiltrat) 3). Thiroidectomy para anal

4). Amputasi extremitas superior atau external d. Canggih

1. Prostatectomy terbuka adalah pengangkatan prostat 2. Urectrolitotomy adalah pengangkatan uretro

e. Khusus

1. Laparatomy explorasi reseksi dan anastomosis usus 2. Laparatomy coloctomi


(28)

16

f. Pilihan

Keputusan operasi atau tidaknya tergantung kepada klien ( pilihan pribadi klien)

d. Menurut luas atau tingkat resiko 1. Mayor

Operasi yang melibatkan organ tubuh secara luas dan mempunyai tingkat resiko yang tinggi terhadap kelangsungan hidup klien.

2. Minor

Operasi sebagian kecil dari tubuh yang mempunyai resiko komplikasi lebih kecil dibandingkan operasi mayor.


(29)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka konsep

Penelitian ini menjelaskan tentang Tingkat Kecemasan pada pasien preoperatif di RSU Daerah dr.Pirngadi Kota Medan.

Kecemasan merupakan reaksi yang terjadi terhadap stres dan ancaman bahaya, kecemasan juga dapat dikatakan sebagai reaksi emosional terhadap persepsi adanya bahaya baik yang nyata maupun yang dibayangkan. (Smeltzer dan Barre, 2002)

Operasi merupakan tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh. Preoperatif adalah fase dimulai ketika keputusan untuk menjalani operasi suatu pembedahan dibuat dan berakhir ketika pasien di pindahkam di meja operasi ( Smeltzer and Barre, 2002 ).

Adapun kerangka konsep Tingkat kecemasan Pada pasien Preoperatif adalah sebagai berikut :

Kategori kecemasan:

1. Panik

2. Berat 3. Sedang 4. Ringan

Tingkat Kecemasan Pasien Preoperatif


(30)

18

2.Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi operasional

Alat ukur Hasil ukur Skala

1. Tingkat

kecemasan pada pasien

preoperatif

Suatu keadaan dimana perasaan atau respon emosional

seseorang yang merasa dirinya terancam sebelum menghadapi tindakan pembedahan Zung Self- Axiety Rating Scale

20-44 =

kecemasan ringan 45-59 =

kecemasan sedang 60-74 = Kecemasan berat 75-80= Kecemasan (panik). Ordinal


(31)

BAB 4

METODELOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah bersifat deksriptif yang bertujuan untuk mengidentifikasi Tingkat Kecemasan Pada pasien Preoperatif Di RSU Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan.

4.2. Populasi dan Sampel 4.2.1. Populasi

Menurut Arikunto (2006) populasi merupakan keseluruhan subjek penelitian. Populasi adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2003). Populasi dalam penelitian ini adalah Pasien Preoperatif Di RSU Dr. Pirngadi Kota Medan.

4.2.1. Sampel

Penentuan jumlah sampel untuk data populasi adalah infinit( tidak diketahui), maka penentuan besar sampel dengan menggunakan rumus.

Rumus:

n= Z 1-α/2. P(1-P) d2

n = Besar sampel minimum

Z1α/2 = Nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada α tertentu


(32)

20

P = Harga proporsi di populasi, bila tidak diketahui proporsinya, ditetapkan 50%(0,50)

d = Kesalahan absolut yang dapat di toleransi, penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan: 10%(0,10), 5%(0,05) atau 1%(0,01)

(Notoadmojo, 2002)

maka dengan itu peneliti mengambil sampel 40 hasil dari : n= Z1-α/2. P(1-P)

d2

n = 1,96 . 0,50 (1-0,50) 0,102

n = 1,96x0,50x0,5

0,102

n = 0,94/0,01 = 40

Sehingga sampel dalam penelitian ini adalah 40 orang.

Adapun pengambilan sampel dalam penelitian adalah dengan menggunakan Teknik consecutive sampling yaitu cara pengambilan sample ini dilakukan dengan memilih sampel yang memenuhi kriteria penelitian sampai kurun waktu tertentu sehingga jumlah sampel terpenuhi (Nursalam, 2003).


(33)

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek peneliti dari suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Adapun kriteria inklusi sampel yang digunakan dalam penelitian adalah, kriteria dimana subjek peneliti mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sample (Nursalam, 2003)

Kriteria sampel yang digunakan peneliti adalah ;

a. Pasien yang akan dilaksanakan tindakan pembedahan dengan usia dewasa

b. Bersedia menjadi responden dan menandatangani surat perjanjian menjadi responden peneliti.

c. Pasien yang dapat membaca dan menulis serta mengerti pertanyaan yang akan di berikan oleh peneliti.

4.3. Lokasi Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di RSU Daerah Dr. Pirngadi Medan. Alasan peneliti memilih rumah sakit ini sebagai tempat penelitian dengan pertimbangan bahwa rumah sakit tersebut menyediakan pelayanan tindakan operasi. Penelitian di lakukan pada bulan Agustus - September 2013.

4.4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini mempertimbangkan tiga aspek penting terkait dengan etik yaitu Informed Consent, Anonimity dan Confidentiality. Penelitian dilakukan setelah memperoleh rekomendasi dari Fakultas Keperawatan Sumatra Utara dan izin dari RSU Daerah Dr. Pirngadi Medan. Dalam


(34)

22

melakukan penelitian ini ada beberapa pertimbangan etik yang harus diperhatikan, yaitu hak kebebasan dan kerahasian menjadi responden, serta tidak menimbulkan resiko terhadap fisik maupun mental dan peneliti akan melindungi responden dalam hal nama baik serta resiko bahaya yang timbul akibat penelitian.

Lembaran persetujuan (Informed Consent) diberikan secara tulisan maupun lisan apabila responden bersedia untuk ambil bagian dalam penelitian dan dilanjutkan pengisian kuesioner. Dalam hal ini responden berhak untuk menolak terlibat dalam penelitian ini ataupun menarik kesediaannya pada proses pengumpulan data, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghargai hak-haknya tanpa ada pengaruh terhadap pelayanan asuhan keperawatan yang akan di berikan selama dirawat di rumah sakit.

Untuk menjaga kerahasiaan, maka kuesioner yang akan diberikan tidak mencantumkan nama (Anonimity) responden namun dengan menggunakan kode pada lembaran kuesioner tersebut. Sehingga hanya peneliti yang memiliki akses terhadap informasi tersebut. Peneliti menjamin kerahasiaan (Confidentiality) data-data responden dan informsai yang diperoleh dan data tersebut dipergunakan hanya untuk penelitian ini.


(35)

4.5. Instrumen penelitian dan pengukuran validasi- realibilitas 4.5.1 Kuesioner penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS) yaitu instrumen yang digunakan untuk menilai kecemasan pada pasien dewasa yang dirancang oleh William W.K.Zung, dikembangkan berdasarkan gejala kecemasan dalam diagnostic

and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-II). Terdapat 20

pertanyaan, dimana setiap pertanyaan dinilai 1-4 (1: tidak pernah, 2: kadang-kadang, 3: sebagaian waktu, 4: hampir setiap waktu). Terdapat 15 pertanyaan ke arah peningkatan kecemasan dan 5 pertanyaan ke arah penurunan kecemasan (Zung Self-Rating Anxiety Scale dalam Ian mcdowell, 2006). Rentang penilaian 20-80, dengan pengelompokan antara lain :

Skor 20-44 : kecemasan ringan Skor 45-59 : kecemasan sedang Skor 60-74 : kecemasan berat Skor 75-80 : kecemasan panik

4.5.2. Validitas dan Reliabilitas instrumen a. Uji Validitas

Validitas adalah ketepatan dan kecermatan skala dalam menjalankan fungsi ukurannya, artinya sejauh mana skala itu mampu mengukur atribut yang dirancang untuk mengukur komponen item (Sugyona, 2007). Instrumen


(36)

24

yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen “Zung Self-Rating Anxiety Scale” yang merupakan kuesioner yang digunakan untuk mengkaji tingkat kecemasan. Instrumen “Zung Self-Rating Anxiety Scale” tidak dilakukan validitas karena instrument tersebut sudah baku.

b.Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada suatu pengertian bahwa suatu instrument cukup dapat di percaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data karena instrument tersebut sudah baik. Dalam penelitian ini uji reliabilitas instrument menggunakan rumus cronbach alpha, yang dilakukan pada 30 orang responden yang bukan merupakan subjek penelitian dimana nilai cronbach alpha dari instrument ini adalah 0,803. Apabila instrumen peneliti yang di uji bernilai > 0,70 maka kuesioner tersebut layak untuk digunakan.

4.6. Teknik pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan pada pasien preoperatif sebelum pasien masuk ke ruangan intra operatif. Prosedur pengumpulan data terdiri dari dua tahap yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan.

4.6.1. Tahap persiapan

Pada tahap ini peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan peneliti pada institusi pendidikan yaitu Fakultas Keperawatan Sumatra Utara


(37)

yang diikuti dengan pengajuan permohonan peneliti kepada kepala Badan Pelayanan Kesehatan RSU Daerah dr. Pirngadi Kota Medan.

4.6.2. Tahap Pelaksanaan

Peneliti menjelaskan tujuan dan prosedur peneliti kepada responden dan menanyakan kesediaan untuk menjadi responden secara sukarela. Responden yang bersedia baik secara lisan ataupun secara tulisan akan menjadi responden penelitian.

Responden diberikan kuesioner dan selama pengisian kuesioner responden diberikan kesempatan untuk bertanya kepada peneliti apabila ada pertanyaan yang tidak di mengerti. Peneliti mendampingi responden saat mengisi kuesioner untuk menjawab pertanyaan mengenai hal-hal yang tidak di mengerti dalam kuesioner. Kuesioner yang telah dijawab dikumpulkan kembali oleh peneliti dan di periksa kelengkapannya sehingga data yang di peroleh terpenuhi utuk di analisa.

4.7. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul maka analisa dilakukan melalui empat tahapan yaitu dimulai dengan editing untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh dan dikumpulkan. Data diedit untuk mengevaluasi kelengkapan pengisian kuesioner, kemudian coding (memberi kode data) untuk memberikan kode numerik terhadap data yang terdiri atas beberapa kategorik. Pemberian kode data dilakukan untuk mempermudah pada saat analisis data dan mempercepat pada pemasukan data. Kemudian memasukkan data (data entry), data yang terkumpul kemudian dimasukkan ke dalam komputer atau distribusi frekuensi


(38)

26

sederhana untuk diolah dan dianalisis. Proses terakhir adalah cleaning, yaitu merupakan proses pembersihan data, langkah ini merupakan pengecekan kembali data yang telah dimasukkan ke dalam komputer.


(39)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Tingkat Kecemasan Pada Pasien Preoperatif Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Kota Medan pada tahun 2013. Desain yang digunakan adalah deskriptif, yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui Tingkat Kecemasan Pada pasien Preoperatif Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan pada tahun 2013 yang dilakukan dari bulan Agustus – September 2013. Dengan jumlah sampel 40 orang Hasil penelitian menguraikan tentang karakteristik responden Tingkat Kecemasan pada Pasien Preoperatif.

1.1. Karakteristik responden

Data distibusi frekuensi karakteristik responden meliputi jenis kelamin, pekerjaan, pendidikan, status pernikahan. Mayoritas besar responden berjenis kelamin wanita sebanyak 23 orang (57,5%), mayoritas pekerjaan wiraswasta sebanyak 31 orang ( 77,5%), mayoritas pendidikan mayoritas menikah sebanyak 28 orang ( 70% ) SMA sebanyak 29 orang ( 72,5%).


(40)

28

Tabel 1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden dengan tingkat kecemasan pada pasien Preoperatif di Rumah Sakit umum Dr Pirngadi Medan.

Karakteristik responden frekuensi Persentase ( % )

Jenis Kelamin

Laki – laki 17 42,5

Perempuan 23 ` 57,5

Pendidikan

DIII 2 5

SMA 29 72,5

SMP 8 20

SD 1 2,5

Pekerjaan

Wirasasta 31 82,5

IRT 4 10

Belum bekerja 3 7,5

Status Pernikahan

Menikah 28 70

Belum menikah 12 30

Usia

26- 35 24 60

36- 45 4 10

46-55 7 17.5


(41)

1.2. Tingkat Kecemasan Pada Pasien Preoperatif Di Rumah Sakit Umum Dr Pirngadi Medan

Berdasarkan hasil Tingkat Kecemasan pada pasien preoperatif, mayoritas responden menyatakan sering mengalami cemas, gelisah dan gugup (48%), mayoritas responden menyatakan kadang- kadang merasa takut tanpa alasan yang jelas (45%), mayoritas responden menyatakan tidak pernah merasa seakan tubuh berantakan (93%), mayoritas responden menyatakan kadang-kadang mudah marah atau tersinggung (35%), mayoritas responden menyatakan tidak pernah selau merasa kesulitan mengerjakan segala sesuatu atau merasakan yang jelek akan terjadi (22,5%), mayoritas responden menyatakan kadang-kadang kedua tangan dan kaki merasa gemetaran, mayoritas responden menyatakan kadang kadang merasa terganggu dan sakit kepala,(43%), mayoritas responden sering mengalami jantung berdebar debar (50%), mayoritas responden menyatakan sering kencing dari biasanya (45%), mayoritas responden yang menyatakan sering mengalami sulit tidur dan tidak dapat istrahat (37%), mayoritas responden menyatakan kadang-kadang mengalami mimpi buruk (40%).


(42)

30

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Hasil Tingkat Kecemasan Pada Pasien Preoperatif Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan (n=40)

NO Pertanyaan TP(%) KK(%) SR(%) SL(%)

1 2. 3. 4. 5. 6 . 7 8. 9. 10. 11. 12. 13 14 15. 16 17. 18. 19. 20

Merasa lebih gelisah atau gugup dan cemas dari biasanya

Merasa takut tanpa alasan yang jelas

Merasa seakan tubuh berantakan atau hancur

Mudah marah, tersinggung atau panik

Selalu merasa kesulitan mengerjakan segala sesuatu atau merasa sesuatu yang jelek akan terjadi

Kedua tangan dan kaki saya sering gemetar

Sering terganggu oleh sakit kepala, nyeri leher dan otot

Merasa badan saya lemah dan mudah lelah

Tidak dapat istrahat atau duduk dengan tenang

Merasa jantung berdebar-debar dengan keras dan cepat

Sering mengalami pusing

Sering pingsan atau merasa seperti pingsan

Mudah sesak napas tersengal-sengal

Merasa kaku atau mati rasa dan kesemutan pada jari-jari saya Merasa sakit perut atau gangguan pencernaan

Sering kencing daripada biasanya

Merasa tangan saya dingin dan sering basah oleh keringat

Wajah saya terasa panas dan kemerahan

Sulit tidur dan tidak dapat istirahat malam

Mengalami mimpi-mimpi buruk 3(7) 1(2,5) 37(93) 5(12,5) 19(22,5) 12(30) 17(43) 2(5) 3(7,5) 4(5) 10(25) 32(80) 14(35) 25(63) 15(38) 9(23) 16(40) 22(55) 6(15) 7(18) 6(15) 18(45) 3(7,5) 14(35) 12(30) 16(40) 17(43) 21(52) 17(45) 6(12) 15(38) 6(15) 17(43) 3(8) 20(50) 12(30) 11(28) 6(15) 12(30) 16(40) 19(48) 13(33) 0(0) 12(30) 18(12) 6(15) 6(15) 8(20) 8(20) 18(50) 14(35) 2(5) 9(23) 10(25) 4(10) 18(45) 10(25) 8(20) 15(37) 8(20) 12(30) 8(20) 0(0) 9(22,5) 1(2,5) 6(15) 0(0) 9(22,5) 12(30) 10(25) 1(2,5) 0(0) 0(0) 2(5) 1(3) 1(3) 3(7,5) 4(10) 7(17,5) 9(23)


(43)

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Jenis Operasi Pada Pasien Preoperatif Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan (n=40)

No Jenis Operasi Frekuensi Persentase(%)

1. Fraktur 5 12,5

2. URS 2 5

3. Apendectomy 11 27,5

4. Hernia 5 12,5

5. Limpoma 3 7,5

6. PAM 4 10

7. Coleklitiasis 3 7,5

8. Laparatomi 2 5

9. Haemoroidectomy 3 7,5

10 Prostat 1 2,5

11. PV-Sunt 1 2,5

Berdasarkan hasil tabel 3 Jenis operasi bedah mayor yang diketahui pada penelitian ini adalah Fraktur sebanyak (12,5%), Coleliktiasi (7,5%), Laparatomy (5%), PV-Sunt, jenis operasi tindakan pembedahan Sedang yaitu apendectomy (27,5%), PAM (10%), jenis Operasi Khusus yaitu Prostat (2,5%), URS (5%). Menurut Carpenito (1999), Menyatakan bahwa 90% pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan berpotensi mengalami kecemasan. Maka dalam hal ini hasil penelitian mengukur tingkat kecemasan semua pasien dan berbagai diagnosis yang di Teliti di Rumah sakit Umum Dr. Pirngadi Medan, dan semua respon cemas dialami pasien yang akan di lakukan tindakan pembedahan.


(44)

32

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Tingkat Kecemasan Pada Pasien Preoperatif Di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan (n=40)

NO Kategori Frekuensi Persentase

1. Kecemasan Ringan 19 47,5%

2. Kecemasan Sedang 13 32,5%

3. Kecemasan Berat 8 20%

4. Kecemasan Panik 0 0%

Berdasarkan hasil pada tabel 4 dapat di lihat bahwa 40 responden preoperatif yang mengalami tingkat kecemasan ringan 19 responden (47,5%), cemas sedang 13 responden (32,5%), Cemas berat 8 responden (20%).


(45)

5.2 Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan pada pasien preoperatif di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan.

Kecemasan merupakan respon individu terhadap suatu keadaan yang tidak menyenangkan dan dialami oleh semua makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari. Kecemasan pada individu merupakan pengalaman yang subjektif, dapat memberikan motivasi untuk mencapai sesuatu dan sumber penting dalam usaha memelihara keseimbangan hidup (Suliswati, 2005) .

Dari 40 responden 19 responden mengalami cemas ringan(47,5%) dengan tanda dan gejala merasa lebih gelisah atau gugup dari biasanya, mudah marah dan tersinggung. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Suliswati (2005), bahwa tanda dan gejala cemas ringan yaitu mudah tersinggung, gelisah, seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan persepsinya. Dapat memotivasi individu untuk belajar dan mampu memecahkan masalah secara efektif dan menghasilkan pertumbuhan kreatifitas. Kecemasan ringan yang dirasakan pada pasien preoperatif wajar dirasakan individu dalam menghadapi pembedahan, tanda dan gejalanya masih adaptif.

Bila dihubungkan dengan tingkat pendidikan pada pasien preoperatif dengan tingkat kecemasan ringan diperoleh sebagian besar responden dengan pendidikan SMA (79%) mengalami tingkat kecemasan ringan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa semakin tinggi pendidikan semakin rendah respon kecemasannya. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan pendapat Gallo(1997) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan yang di miliki seseorang menjadikan


(46)

34

individu lebih selektif selama respon kecemasan berlangsung. Pendidikan merupakan salah satu factor penting untuk mendapatkan dan mencerna informasi secara lebih mudah. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi memiliki respon yang lebih baik karena respon yang diberikan lebih rasional dan juga mempengaruhi kesadaran dan pemahaman terhadap stimulus.(Feist, 2009)

Berdasarkan dari hasil penelitian yang mengalami cemas sedang yaitu sebanyak 13 responden (32,5%) menunjukan gejala yang sering dialami oleh responden dengan cemas sedang yaitu merasa gelisah, merasa jantung berdebar debar dan mudah sesak nafas tersenggal-senggal.Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hendri(2009) dengan sample 38 orang menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang mengalami tingkat kecemasan sedang (28,9%) tanda gejala yang sering muncul pada responden yaitu irama jantung meningkat, nafas pendek, gejala tidak enak lambung, dan gemetar. Hal ini juga sejalan dengan teori yang dikemukan oleh Stuart&Sudden(1998), dimana individu memusatkan pada hal yang penting dan mengesampingkan yang lain sehingga individu mengalami perhatian yang selektif namun melakukan sesuatu yang terarah. Dimana tanda dan gejala kecemasan yang timbul : nafas sering memendek, nadi dan tekanan darah meningkat, gelisah, dan berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya.

Berdasarkan hasil penelitian pada responden dengan kecemasan berat sebanyak (20%). Kecemasan berat ini dapat di rasakan pasien yang sedang menjalani tindakan operasi, kecemasan berat ini termasuk kecemasan maladaptif yang dapat menggangu kesiapan mental dalam melaksanakan tindakan


(47)

pembedahan. Menurut Stuart&Sudden(2002) bahwa kecemasan berat ini termasuk kecemasan yang maladaptif, seperti perasaan ingin buang air, individu merasakan ancaman meningkat, dan tidak mampu menyelesaikan masalah. Seluruh perilaku dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan dan perlu banyak perintah atau arahan untuk berfokus pada area lain.

Bila dihubungkan dengan usia pada penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar responden yang berusia 26-35 tahun mengalami kecemasan berat (60%) hasil penelitian menunjukan kecemasan di pengaruhi oleh factor usia di buktikan dengan kecemasan pada tahap usia 26-35 tahun lebih besar dari tingkat kecemasan usia 45-55 tahun (30%). Hal ini sesuai dengan pendapat Feist (2009) mengungkapkan bahwa semakin bertambahnya usia kematangan psikologi individu semakin baik. Artinya semakin matang psikologis seseorang, semakin baik pula adaptasi terhadap kecemasan.

Pada penelitian ini masih ditemukan kecemasan adaptif dan maladaptif walaupun pembedahan dilakukan perencanaan preoperatif. Hal ini mungkin bukan karena jenis pembedahannya akan tetapi respon setiap individu dalam memecahkan masalah berbeda, yang peneliti tidak menelitinya dan mungkin saja kurang informasi dan penjelasan pada pasien preoperatif sehingga klien berfikir tentang hal-hal negatif tentang apa yang terjadi pada saat pembedahan. Pasien cemas ketika menghadapi pembedahan dan hal yang wajar dirasakan setiap individu merupakan respon terhadap ancaman atau bahaya yang mengancam jiwanya. Dari hasil penelitian ini jelas bahwa setiap individu yang akan menghadapi tindakan operasi akan mengalami respon cemas, namun respon


(48)

36

cemas yang dihadapi setiap individu berbeda. Dari data yang di dapat sebagian besar individu mengalami kecemasan ringan dan sedang .


(49)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai Tingkat Kecemasan Pada Pasien Preoperatif di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan secara keseluruhan berada pada tingkat kecemasan ringan yaitu sebanyak (47,5%). Hal ini disebabkan karena respon cemas dapat diatasi secara adaptif oleh responden dan juga dipengaruhi oleh banyak faktor yang mendukung seperti tingkat kematangan psikologi responden, pendidikan responden, pekerjaan dan dukungan sosial dari keluarga.

Dan Tingkat kecemasan Pada Pasien Preoperatif di Rumah Sakit Umum Dr. Pirngadi Medan dalam kategori sedang sebanyak (32,5%), dan dalam kategori tingkat kecemasan berat sebanyak (20%).

6.2. Saran

Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang sudah dipaparkan, peneliti ingin menyampaikan saran yaitu:

1. Keluarga pasien

Keluarga diharapkan memberikan dukungan kepada pasien dan meningkatkan kepedulian kepada pasien untuk mengurangi kecemasan pada pasien


(50)

38

2. Praktek Keperawatan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecemasan pada pasien pre operatif menunjukkan tingkat kecemasan dengan kategori ringan sehingga tindakan keeperawatan perlu dipertahankan dan ditingkatkan dalam memberikan asuhan keperawatan serta memberikan informasi yang tepat kepada pasien.

3. Penelitian selanjutnya

Perlu Penelitian selanjutnya dengan mengambil jumlah sampel yang lebih besar, serta seleksi sampel yang lebih ketat dan homogen untuk mengontrol faktor-faktor yang mnyebabkan kecemasan.


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A, (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan lmiah. Jakarta : Salamba Medika.

Arikunto, S. (2010). Praktek prosedur penelitian suatu pendekatan, Edisi 2,. Jakarta : Rineka Cipta

Brunner dan Suddart, 2005. Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Vol. 2, jakarta. EGC

Effendy, C. 2005 . Kiat Sukses menghadapi Operasi. Yogyakarta : Sahabat Setia Hawari, D (2008). Manajemen stres, cemas, dan depresi FKUI, Jakarta:

Salemba Medika

Ikram, 2012. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkat Kecemasan Pada pasien yang akan Menghadapi Percutaneus Coronary Intervention (PCI) Di RSUP.Dr. Hasan Sadikin , Bandung :

Kuresin(2009).faktor- factor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan pasien yang akan menjalani operasi mayor elektif di ruanagan rawat bedah rsup fatmawati Jakarta selatan. Tesis UIN Syarifh Hidayatullah

Long, B.C. (1996). Perawatan medikal bedah. Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan

Natalizah (2011). Pengaruh pelayanan perawat terhadap tingkat kecemasan pasien preopatif di ruang rawat siti rahmah Padang. Skripsi Universitas Andalas

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi penelitian kesehatan. Edisi Revisi I. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam, (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu keperawatan edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Oswari E (2000), Bedah dan Perawatan, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama Perry & Potter. (2006). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik.

Edisi 4, Vol 2. Alih Bahasa: Anita Komalasar, S.Kp, dkk. Jakarta: EGC Smeltzer, C.S. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medical : Bedah Bruner &


(52)

40

Sugiyono. (2003), Statistika untuk penelitian. Bandung : Alfabeta Sulaiman, (1995). Manajemen Stres dan Depresi. Jakarta Gramedia

Suliswati, dkk. (2005). Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Psikososial. Jakarta : Trans Infomedica.

Stuart & Sudden. (2002). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: ECG Utami, wulan. Pengaruh manajemen stress terhadap kecemasan preoperative

diruangan mawar kuning Rumah Sakit Umum Siduardjo.


(53)

Lampiran 1

Nama saya Jefri Banjarnahor. Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang Tingkat Kecemasan Pada Pasien Preoperatif di RSU Daerah Dr. Pirngadi Kota Medan.

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas skripsi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Kepada bapak/ibu diharapkan kesediaannya untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, dimana jawaban yang bapak/ibu berikan sangat memberikan manfaat untuk penelitian ini jika bapak/ibu bersedia, maka saya akan memberikan lembar kuesioner untuk diisi. Partisipasi bapak/ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, peneliti akan menjamin identitas dan kerahasiaan jawaban yang bapak/ibu berikan. Bapak/ibu bebas menanyakan tentang penelitian ini.

Terima kasih atas perhatian dan kesediaan bapak/ibu sekalian dalam penelitian ini.

Medan, 2013

Peneliti Responden


(54)

42

Lampiran 2

Kode Responden : ___________ Tanggal:_____________________

A. Karakteristik Responden

Umur :

Jenis Kelamin :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Status Perkawinan :

Jenis Operasi :


(55)

B. Kuisioner Anxiety Scale

Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang paling tepat sesuai dengan keadaan anda atau apa yang anda rasakan saat akan menjalani Pre operatif.

 Tidak pernah sama sekali : 1

 Kadang-kadang saja mengalami demikian : 2  Sering mengalami demikian : 3  Selalu mengalami demikian setiap hari : 4

No Pernyataan Jawaban

1 Saya merasa lebih gelisah atau gugup dan cemas dari

biasanya 1 2 3 4

2 Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas 1 2 3 4 3 Saya merasa seakan tubuh saya berantakan atau

hancur 1 2 3 4

4 Saya mudah marah, tersinggung atau panic 1 2 3 4 5 Saya selalu merasa kesulitan mengerjakan segala

sesuatu atau merasa sesuatu yang jelek akan terjadi 1 2 3 4 6 Kedua tangan dan kaki saya sering gemetar 1 2 3 4 7 Saya sering terganggu oleh sakit kepala, nyeri leher

atau nyeri otot 1 2 3 4

8 Saya merasa badan saya lemah dan mudah lelah 1 2 3 4 9 Saya tidak dapat istirahat atau duduk dengan tenang 1 2 3 4 10 Saya merasa jantung saya berdebar-debar dengan

keras dan cepat 1 2 3 4

11 Saya sering mengalami pusing 1 2 3 4

12 Saya sering pingsan atau merasa seperti pingsan 1 2 3 4 13 Saya mudah sesak napas tersengal-sengal 1 2 3 4 14 Saya merasa kaku atau mati rasa dan kesemutan pada

jari-jari saya 1 2 3 4

15 Saya merasa sakit perut atau gangguan pencernaan 1 2 3 4 16 Saya sering kencing daripada biasanya 1 2 3 4 17 Saya merasa tangan saya dingin dan sering basah

oleh keringat 1 2 3 4

18 Wajah saya terasa panas dan kemerahan 1 2 3 4 19 Saya sulit tidur dan tidak dapat istirahat malam 1 2 3 4


(56)

44

Keterangan Cara Penilaian Tingkat Kecemasan

Zung Self-Rating Anxiety Scale (SAS/SRAS) adalah penilaian kecemasan pada pasien dewasa yang dirancang oleh William W.K.Zung, dikembangkan berdasarkan gejala kecemasan dalam diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-II). Terdapat 20 pertanyaan, dimana setiap pertanyaan dinilai 1-4 (1: tidak pernah, 2: kadang-kadang, 3: sebagaian waktu, 1-4: hampir setiap waktu). Terdapat 15 pertanyaan ke arah peningkatan kecemasan dan 5 pertanyaan ke arah penurunan kecemasan (Z ung Self-Rating Anxiety Scale dalam Ian mcdowell, 2006).

Rentang penilaian 20-80, dengan pengelompokan antara lain : Skor 20-44 : kecemasan ringan

Skor 45-59 : kecemasan sedang Skor 60-74 : kecemasan berat Skor 75-80 : kecemasan panik


(57)

(58)

(59)

(60)

(61)

(62)

50

Lampiran 7

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Jefri Banjarnahor

Tempat Tanggal Lahir : Medan, Oktober 1989

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Tanjung Morawa km 11,5

No Telepon/Hp : 082169828829

Orangtua (Ayah) : Rensus Banjarnahor, S.Pd

Orangtua (Ibu) : Basaria Hutagalung, Amkeb

Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri Medan No:105324 , Lulus Tahun 2001 2. SLTP Negeri 22 Medan Johor medan, Lulus Tahun 2004 3. SMA St. Maria Medan, Lulus Tahun 2007

4. Akademi Keperawatan Darmo Medan, Lulus Tahun 2010 Pengalaman Lainnya : 2 Tahun bekerja di EKA Hospital


(63)

Lampiran 5

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Jefri Banjarnahor

Tempat tanggal Lahir : Medan 27 oktober 1989

Jenis kelamin : Laki laki

Agama : Kristen protesan

Alamat : Jl. Tanjung Morawa km 11,5

No Telepon/Hp : 082169828829

Orang Tua (Ayah) : Rensus Banjarnahor, S.Pd

Orang Tua (Ibu) : Basaria Hutagalung Amkeb

Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri Medan No : 105324, Lulus Tahun 2001 2. SLTP Negeri 22 Medan Johor, Lulus Tahun 2004 3. SMA St. Maria Medan, Lulus 2007

4. Akademi Keperawatan Darmo Medan, Lulus Tahun 2010


(64)

(65)

(1)

(2)

(3)

Lampiran 7 Daftar Riwayat Hidup

Nama : Jefri Banjarnahor

Tempat Tanggal Lahir : Medan, Oktober 1989 Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Tanjung Morawa km 11,5 No Telepon/Hp : 082169828829

Orangtua (Ayah) : Rensus Banjarnahor, S.Pd Orangtua (Ibu) : Basaria Hutagalung, Amkeb Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri Medan No:105324 , Lulus Tahun 2001 2. SLTP Negeri 22 Medan Johor medan, Lulus Tahun 2004 3. SMA St. Maria Medan, Lulus Tahun 2007

4. Akademi Keperawatan Darmo Medan, Lulus Tahun 2010 Pengalaman Lainnya : 2 Tahun bekerja di EKA Hospital


(4)

Lampiran 5

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Jefri Banjarnahor Tempat tanggal Lahir : Medan 27 oktober 1989 Jenis kelamin : Laki laki

Agama : Kristen protesan

Alamat : Jl. Tanjung Morawa km 11,5 No Telepon/Hp : 082169828829

Orang Tua (Ayah) : Rensus Banjarnahor, S.Pd Orang Tua (Ibu) : Basaria Hutagalung Amkeb Riwayat Pendidikan

1. SD Negeri Medan No : 105324, Lulus Tahun 2001 2. SLTP Negeri 22 Medan Johor, Lulus Tahun 2004 3. SMA St. Maria Medan, Lulus 2007

4. Akademi Keperawatan Darmo Medan, Lulus Tahun 2010 Pengalaman Lainnya : 2 Tahun Bekerja di EKA HOSPITAL


(5)

(6)