Rancang Bangun Alat Pemarut Kelapa Tipe Screw

36

Lampiran 1.Flow chart pelaksanaan penelitian

Mulai

Merancang bentuk alat

Menggambar dan menentukan
dimensi alat

Memilih bahan

Diukur bahan yang akan
digunakan

Dipotong bahan yang
digunakan sesuai dengan
dimensi pada gambar

Merangkai alat


Pengelasan

Digerinda permukaan
yang kasar

Pengecatan

b

a

Universitas Sumatera Utara

37

b

a


Pengujian alat
Tidak

Layak

Pengukuran parameter

Data

Analisis data

Selesai

Universitas Sumatera Utara

38

Lampiran 2. Spesifikasi alat pemarut kelapa tipe screw
1. Dimensi alat
Panjang


= 66 cm

Lebar

= 50 cm

Tinggi

= 110cm

2. Bahan yang digunakan
Rangka

= Besi UNP dan besi siku

Screw Pendorong

= Stainless steel


Tabung Screw

=Stainless steel

3. Transmisi daya pada belt conveyor
Puli motor listrik

= 2 inch

Puli pada as screw

= 8 inch

Sabuk-V

= Tipe B-60

4. Motor listrik
Tenaga


=1 HP

Kecepatan tanpa beban

= 1400 rpm

Universitas Sumatera Utara

39

Lampiran 3. Data pengamatan pemarutan kelapa

Ulangan

Berat
bahan
(Kg)

Waktu
pemarutan

(jam)

I
II
III
Total
Rataan

1
1
1
3
1

0,0161
0,0168
0,0166
0,0495
0,0165


Kapasitas efektif alat

=
=

Waktu
awal
bahan
terparut
(jam)
0,00115
0,00087
0,00089
0,00291
0,00097

Berat
kopra
terparut
(kg)


Berat
kopra tak
terparut
(kg)

0,969
0,966
0,971
2,906
0,968

0,012
0,014
0,015
0,041
0,013

Berat kelapa terparut
Waktu yang dibutuhkan


Berat
kelapa
parut
tertinggal
(kg)
0,019
0,02
0,014
0,053
0,017

(kg/jam)

1 kg
0,0165 jam

= 60,60kg/jam

Rendemen


=
=

Berat kelapa terparut
Berat awal bahan
0,968 Kg
1 Kg

× 100%

× 100%

= 96,8%
Pers.Kelapa Tidak Terparut =
=

Berat kelapa tidak terparut
Berat awal bahan
0,013 kg

1 kg

× 100%

×100%

= 1,3%

Pers. Kelapa parut tertiggal =
=

Berat kelapa parut tertinggal
Berat awal bahan
0,017 kg
1 kg

× 100%

×100%

= 1,7%

Universitas Sumatera Utara

40

Lampiran 4. Biaya pemakaian alat

Unsur produksi
1. Biaya pembuatan alat (P)

= Rp6.000.000

2. Umur ekonomi (n)

= 5 tahun

3. Nilai akhir alat (S)

= Rp600.000

4. Jam kerja

= 8 jam/hari

5. Produksi/hari

= 484,848 kg/hari

6. Biaya operator

= Rp 10.000/jam

7. Biaya listrik

= Rp 1051,233/jam

8. Biaya perbaikan

= Rp 26,91/ jam

9. Bunga modal dan asuransi

= Rp 342.000 /tahun

10. Jam kerja alat per tahun

= 2408 jam/tahun asumsi 301 hari
efektif berdasarkan tahun 2015)

Universitas Sumatera Utara

41

Lampiran 5. Biaya produksi

Perhitungan biaya produksi
a. Biaya Tetap (BT)
1. Biaya penyusutan (D)
Dt

= (P-S) (A/F, i, n) (F/P, i, n-1)

Tabel perhitungan biaya penyusutan dengan metode sinking fund
Akhir Tahun k(P-S) (Rp)

0
1
2
3
4
5

(A/F, 7.5%, n)

(F/P, 7.5%, n-1)

Dt

0.1722
0.1722
0.1722
0.1722
0.1722

1
1.075
1.15565
1.24235
1.33565

929.880
999.621
1.074.616
1.155.236
1.241.994

5.400.000
5.400.000
5.400.000
5.400.000
5.400.000

Nilai Mesin Tiap
Akhir Tahun
(Rp)
6.000.000
5.070.120
4.070.499
2.995.883
1.840.647
598.653

2. Bunga modal (7,5%) dan asuransi (2%)

I

=
=

i(P)(n+1)
2n

(9,5%)Rp 6.000.000 (5+1)
2(5)

= Rp342.000/tahun
Tabel perhitungan biaya tetap tiap tahun
Tahun

D (Rp)

I(Rp)/tahun

1
2
3
4
5

929.880
999.621
1.074.616
1.155.236
1.241.994

342.000
342.000
342.000
342.000
342.000

Biaya tetap
(Rp)/tahun
1.271.880
1.341.621
1.416.616
1.497.236
1.583.994

b. Biaya tidak tetap (BTT)
1. Biaya perbaikan alat (reparasi)
Biaya reparasi =

=

1,2%(P-S)
x jam

1,2%(Rp6.000.000-Rp 600.000)
2408 jam

= Rp26,91/jam

Universitas Sumatera Utara

42

2. Biaya listrik

Motor listrik 1 HP

= 0.746 kW

Biaya listrik

= 0.746 kW x Rp1.409,16/kWh

Biaya listrik

= Rp 1051,233/jam

3. Biaya operator
Biaya operator

= Rp 10.000/jam

Total Biaya Tidak Tetap (BTT)

= Rp 11.051,233/jam

c. Biaya Pemarutan Kopra Kelapa
Biaya pokok = [

BT
x

+ BTT] C

Tabel perhitungan biaya pokok tiap tahun
Tahun
1
2
3
4
5

BT
(Rp/tahun)
1.271.880
1.341.621
1.416.616
1.497.236
1.583.994

X
(jam/tahun)
2.408
2.408
2.408
2.408
2.408

BTT (Rp/jam)
11.051,233
11.051,233
11.051,233
11.051,233
11.051,233

C
(jam/kg)
0,0165
0,0165
0,0165
0,0165
0,0165

BP (Rp/kg)
191,0605
191,5383
192,0522
192,6046
193,1991

Universitas Sumatera Utara

43

Lampiran 6.Break even point
Break even point atau analisis titik impas (BEP) umumnya berhubungan
dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha
yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing), dan selanjutnya dapat
berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap
sama dengan nol.
FC + P

S

= SP – VC

Keterangan :
S

=

sales variabel (produksi) (Kg)

FC

=

fix cash (biaya tetap) per tahun (Rp)

P

=

profit (keuntungan) (Rp) dianggap nol untuk mendapat titik impas.

SP

=

selling per unit (penerimaan dari tiap unit produksi) (Rp)

VC =

variabel cash (biaya tidak tetap) per unit produksi (Rp)

Biaya tidak tetap (VC)

= Rp 11.051,233/jam (1 jam = 60,60 kg)
= Rp182,363/kg

Penerimaan setiap produksi (SP)

= Rp2.000/kg

SP-VC

= Rp 1817,637

Tahun
1
2
3
4
5

Biaya Tetap (Rp/tahun) BEP (kg/tahun)
1.271.880
699,744
1.341.621
738,113
1.416.616
779,372
1.497.236
823,727
1.583.994
871,458

Universitas Sumatera Utara

44

Lampiran 7.Net present value
Net Present Value (NPV) adalah metode menghitung nilai bersih (netto)
pada waktu sekarang (present).Asumsi present yaitu menjelaskan waktu awal
perhitungan bertepatan dengan saat evaluasi dilakukan atau pada periode tahun ke
nol (0) dalam perhitungan cash flow investasi.
NPV = PWB – PWC
Keterangan :
PWB = present worth of benefit
PWC = present worth of cost
Untuk mengetahui apakah rencana suatu investasi tersebut layak
ekonomis atau tidak, diperlukan suatu ukuran atau kriteria tertentu dalam metode
NPV, yaitu:
NPV > 0 artinya investasi akan menguntungkan/ layak
NPV < 0 artinya investasi tidak menguntungkan
Investasi

= Rp6.000.000

Nilai akhir

= Rp 600.000

Suku bunga bank

= Rp 7.5%

Suku bunga coba-coba

= Rp 10%

Umur alat

= 5 tahun

Pendapatan

= penerimaan x kapasitas alat x jam kerja alat 1 tahun
dengan asumsi alat bekerja pada kapasitas penuh
= Rp 249.429.600/tahun

Pembiayaan

= biaya pokok x kapasitas alat x jam kerja alat 1 tahun

Tabel perhitungan pembiayaan tiap tahun

Universitas Sumatera Utara

45

Tahun
1
2
3
4
5

BP (Rp/kg)
191,0605
191,5383
192,0522
192,6046
193,1991

Kap. Alat (kg/jam)
60,60
60,60
60,60
60,60
60,60

Jam kerja (jam/tahun)
2.058
2.058
2.058
2.058
2.058

Pembiayaan
23.828.072,05
23.887.660,78
23.951.751,71
24.020.644,17
24.094.787,12

Cash in Flow 7.5%
1. Pendapatan

= Pendapatan x (P/A, 7.5%,5)
= Rp 249.429.600 x 4,04645
= Rp 1.009.304.404,920

2. Nilai akhir

= Nilai akhir x (P/F, 7.5%,5)
= Rp 600.000 x 0,6968
= Rp 418.080

Jumlah CIF

= Rp 1.009.304.404,920 + Rp 418.080
= Rp 1.009.722.484,92

1. Investasi

= Rp 6.000.000

2. Pembiayaan

= Pembiayaan x (P/F, 7.5%,n)

Tabel perhitungan pembiayaan
Tahun (n)
1
2
3
4
5
Total

Biaya
24.213.132,62
24.278.805,32
24.349.380,78
24.425.282,69
24.506.995,27

(P/F, 7.5%, n)
0.9302
0.8654
0.8050
0.7489
0.6968

Pembiayaan (Rp)
22.164.872,62
20.672.381,64
19.281.160,13
17.989.060,42
16.789.247,66
96.896.722,46

Jumlah COF = Rp 6.000.000 + Rp96.896.722,46
= Rp102.896.722,46
NPV 7.5%

= CIF – COF
= Rp1.009.722.484,92 – Rp102.896.722,46
= Rp906.825.762,46
Jadi besarnya NPV 7.5% adalah Rp906.825.762,46> 0 maka usaha ini

layak untuk dijalankan.

Universitas Sumatera Utara

46

Lampiran 8. Internal rate of return
Internal Rate of Return (IRR) ini digunakan untuk memperkirakan
kelayakan lama (umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan
tertentu. IRR adalah suatu tingkatan discount rate, dimana diperoleh B/C ratio =
1 atau NPV = 0.
X

IRR = q% +X - Y× (q% - p%)
Keterangan :
p

= suku bunga bank paling atraktif

q

= suku bunga coba-coba ( > dari p)

X

= NPV awal pada p

Y

= NPV awal pada q

Suku bunga bank paling atraktif (i1) = 7.5%
Suku bunga coba-coba ( > dari i1) (i2) = 10%
Cash in Flow 10%
1. Pendapatan

= Pendapatan x (P/A, 10%,5)
= Rp 249.429.600x 3,7908
= Rp945.537.727,68

2. Nilai akhir

= Nilai akhir x (P/F, 10%,5)
= Rp 600.000 x 0,6209
= Rp372.540

Jumlah CIF

= Rp945.537.727,68+ Rp372.540
= Rp945.165.187,68

Cash out flow 10 %
a.

Investasi

= Rp6.000.000

Universitas Sumatera Utara

47

2.

Pembiayaan

= Pembiayaan x (P/A, 10%, 5)

Tabel perhitungan pembiayaan
Tahun (n)
1
2
3
4
5

Biaya
24.213.132,62
24.278.805,32
24.349.380,78
24.425.282,69
24.506.995,27
Total

(P/F, 10%, n)
0,9091
0,8264
0,7513
0,6830
0,6209

Pembiayaan (Rp)
21.662.100,30
19.740.762,87
17.994.951,06
16.406.099,97
14.960.453,32
90.764.367,51

Jumlah COF = Rp 6.000.000+ Rp 90.764.367,51
= Rp 96.764.367,51
NPV 10 %

= CIF – COF
= Rp945.165.187,68– Rp 96.764.367,51
= Rp 848.400.820,17

Karena nilai X dan Y adalah positif maka digunakan rumus:
X

IRR = q% +X - Y× (q% - p%)
Rp 945.165.187,68

= 10% + Rp945.165.187,68 – Rp 848.400.820,17 × (10% - 7.5%)
= 10% + (9,76 × 2,5 %)
= 25,4 %

Universitas Sumatera Utara

48

Lampiran 9. Gambar Bahan (Kopra)

Kopra Kelapa Sebelum Diparut

Kopra Kelapa Sebelum Diparut

Universitas Sumatera Utara

49

Hasil Parutan Kelapa Kopra

Universitas Sumatera Utara

50

Kopra Yang Tidak Terparut

Universitas Sumatera Utara

51

Lampiran 10. Gambar Alat Pemarut Kelapa Tipe Screw

Tampak Depan

Tampak Belakang

Universitas Sumatera Utara

52

Tampak Samping

Tampak Atas

Universitas Sumatera Utara

53

Mata Pemarut

Screw Pendorong

Universitas Sumatera Utara

54

Lampiran 11.Gambar Teknik Alat Pemarut Kelapa Tipe Screw

Universitas Sumatera Utara

55

Universitas Sumatera Utara

56

Universitas Sumatera Utara

57

Universitas Sumatera Utara

58

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Z., 2006. Elemen Mesin 1. PT Refika Aditama, Bandung.
Amanto, H dan Haryanto. 1999. Ilmu Bahan. Bumi Aksara, Jakarta.
.

Daryanto. 1993. Dasar-Dasar Teknik Mesin. Rineka Cipta. Jakarta.
Daywin, F. J., R. G. Sitompul dan I. Hidayat. 2008. Mesin-Mesin Budidaya
Pertanian di Lahan Kering. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Djoekardi, D. 1996. Mesin-Mesin Motor Induksi. Universitas Trisakti, Jakarta.
Giatman, M. 2006. Ekonomi Teknik. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Hidayat, I., dkk., 1999. Mesin-Mesin Budidaya Pertanian di Lahan Kering. IPB
Press, Bogor.
Hardjosentono, dkk. 1996. Mesin-Mesin Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta.
Maleev, L. 1991. Operasi dan Pemeliharaan Mesin Diesel. Erlangga. Jakarta.
Purba, R. 1997. Analisa Biaya dan Manfaat. PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Rindengan.2004. Pertumbuhan Kelapa Di Daerah Tropis.Bumi Aksara, Jakarta.
Rizaldi, T. 2006. Mesin Peralatan. Departemen Teknologi Pertanian FP-USU.
Medan.
Shigley dan Mitchell. 1999. Coconuts : production, processing, products. The
AVI Publishing Company Inc., Westport, Connecticut.
Smith, H. P., dan Wilkes, L.H. 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. UGMPress. Yogyakarta.
Soeharno. 2007. Teori Mikroekonomi. Andi Press. Yogyakarta.
Soenarta, N dan S. Furuhama. 2002. Motor Serbaguna. Pradnya Paramita, Jakarta.
Stolk, J dan Kros. 1986. Elemen Mesin. Erlangga. Jakarta.
Suhardiman, P. 1999. Bertanam Kelapa Hibrida. Penebar Swadaya. Jakarta.
Suhardiyono, L. 1987. Tanaman Kelapa. Kanisius. Yogyakarta.
Sukamto.2001. Upaya Meningkatkan Produksi Kelapa. Penebar Swadaya. Jakarta.

34
Universitas Sumatera Utara

35

Sukirno. 1999. Mekanisasi Pertanian. UGM. Yogyakarta.
Sularso dan K. Suga. 2004. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin.
Pradya Paramitha. Jakarta.
Waldiyono. 2008 . Ekonomi Teknik (Konsep, Teori dan Aplikasi). Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Warisno. 1998. Budidaya Kelapa Kopyor. Kanisius. Yogyakarta.

Universitas Sumatera Utara

22

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2016 sampai dengan Maret
2016 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Program Studi Keteknikan Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Bahan dan Alat Penelitian
Adapun bahan-bahan yang digunakan adalah kopra kelapa, baut dan mur,
motor listrik, stainless steel, besi cat dan thinner.
Adapun alat-alat yang digunakan adalahmeteran, mesin bubut, mesin bor,
mata bor, mesin gerinda, mesin las, obeng, kunci L, pisau, kunci T, drip,
kalkulator, komputer dan alat tulis.
Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan cara studi
literatur (kepustakaan), kemudian dilakukan perancangan bentuk dan pembuatan
atau perangkaian komponen-komponen alat kelapa parut tipe screw. Setelah itu,
dilakukan pengujian alat dan pengamatan parameter.
Pelaksanaan Penelitian
a.Perancangan dan pembuatan alat
Sebelum penelitian dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan persiapan
untuk penelitian yaitu merancang bentuk dan ukuran alat pemarut kelapa tipe
screw, mempersiapkan bahan-bahan dan peralatan-peralatan yang akan digunakan
dalam penelitian.

Universitas Sumatera Utara

23

Adapun langkah-langkah pembuatan alat pemarut kelapa tipe screwadalah:
1. Merancang bentuk alat pemarut kelapa tipe screw kemudian dibuat gambar
tekniknya.
2. Memilih bahan yang akan digunakan untuk membuat alat pemarut kelapa
3. Melakukan pengukuran terhadap bahan-bahan yang akan digunakan sesuai
dengan ukuran yang telah ditentukan.
4. Memotong bahan sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan.
5. Melakukan pengelasan dan pengeboran untuk pemasangan kerangka alat.
6. Menggerinda permukaan yang terlihat kasar bekas pengelasan.
7. Melakukan pengecatan guna memperpanjang umur pemakaian alat dan
menambah daya tarik alat pemarut kelapa tipe screw.
8. Merangkai komponen alat pemarut kelapa tipe screw.
Prosedur Penelitian
1. Menyiapkan kopra kelapa sebanyak 1 kg
2. Menyalakan motor listrik dengan menghubungkannya pada arus listrik
3. Memasukkan kopra kelapa kedalam hopper
4. Mencatat waktu pertama kali kopra terparut setelah dimasukkan bahan
5. Mencatat waktu yang dibutuhkan alat untuk pemarutan per kg kopra
6. Ditimbang bahan yang telah terparut
7. Ditimbang bahan yang tidak terparut
8. Mengulangi perlakuan 1-7 sebanyak 3 kali ulangan
9. Dilakukan pengujian parameter

Universitas Sumatera Utara

24

Parameter Penelitian
Kapasitas efektif alat
Pengukuran kapasitas alat dilakukan dengan membagi berat kopra kelapa
yang

diparut

terhadap

waktu

yang

dibutuhkan

untuk

melakukan

pemarutan. Kapasitas biasanya dihitung dalam satuan kg/jam. Hal ini dapat
dihitung berdasarkan persamaan (1).
Persentase kopra tidak terparut
Persentase kopra tidak terparut dihitung dengan membagikan berat kopra
tidak terparut terhadap berat kopra awal.
Persentase kopra tidak terparut =

Berat kopra tidak terparut (kg)
berat kopra awal(kg)

× 100% ................... (11)

Persentase kelapa parut tertinggal
Persentase kelapa parut tertinggal dihitung dengan membagikan berat
kopra tertinggal terhadap berat kopra awal.
Persentase kelapa parut tertinggal =

berat kelapa parut tertinggal
berat kopra awal

x100% ................... (12)

Analisis Ekonomi
Biaya pokok
Analisis ekonomi dilakukan dengan menghitung biaya pokok yang tediri
dari biaya tetap dan biaya tidak tetap yakni dengan menggunakan persamaan (3).
Kemudian dilanjutkan dengan menghitung biaya tetap dan biaya tidak tetap
sebagai berikut:
Biaya tetap
Menurut Daywin, dkk., (2008), biaya tetap terdiri dari :
1)

Biaya penyusutan (Sinking Fund Methods)

Universitas Sumatera Utara

25

Dihitung dengan persamaan (4) dengan menggunakan I = 7,5%.
2)

Biaya bunga modal dan asuransi
Diperhitungkan untuk mengembalikan nilai modal yang ditanam sehingga
pada akhir umur peralatan diperoleh suatu nilai uang yang present value nya
sama dengan nilai modal yang ditanam. Dihitung dengan persamaan (5).

Biaya tidak tetap
Menurut Daywin, dkk., (2008), biaya tidak tetap terdiri dari :
1)

Biaya listrik (Rp/Kwh) = Rp.1.352.

2)

Biaya perbaikan alat. Biaya perbaikan ini dapat dihitung dengan persamaan
(6)

3)

Biaya Operator
Biaya operator tergantung pada kondisi lokal,dapat diperkirakan dari gaji
bulanan atau gaji pertahunan dibagi dengan total jam kerjanya.

Break even point
Manfaat perhitungan BEP adalah untuk mengetahui batas produksi
minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha yang dikelola layak untuk
dijalankan.Pada kondisi ini income yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi
biaya operasional tanpa adanya keuntungan.Hal ini dapat dianalisis dengan
persamaan (7).
Net present value
Dalam perhitungan NPV ini, umur ekonomi alatnya diperkirakan lima
tahun, besarnya suku bunga adalah 7,5%. Penetapan umur ekonomi alat ini
disebabkan antara lain: keausan dan keusangan dari alat tersebut, biaya perbaikan
makin naik sampai akhirnya tidak lagi ekonomis untuk memperbaikinya serta

Universitas Sumatera Utara

26

teknologi yang semakin berkembang yang membuat unjuk kerja dari alat ini lebih
kecil dibandingkan alat yang dibuat dimasa yang akan datang.Dihitung dengan
persamaan (8).
Internal rate of return
Dalam perhitungan IRR ini, besarnya suku bunga yang digunakan adalah
7,5%. Besarnya suku bunga yang ditetapkan ini diharapkan mampu menghasilkan
perhitungan IRR yang lebih besar dari bunga bank yang berlaku sehingga usaha
masih tetap layak untuk dijalankan.Dihitung dengan persamaan (9) atau (10).

Universitas Sumatera Utara

27

HASIL DAN PEMBAHASAN
Alat Pemarut Kelapa Tipe Screw
Alat pemarut kelapa tipe screw adalah alat yang dirancang untuk memarut
kelapa kopra yaitu kelapa yang sudah dipisahkan dari tempurungnya. Perancangan
dan pembuatan alat ini bertujuan untuk membantu dan mempermudah masyarakat
untuk menghasilkan kelapa parut.Kelapa parut yang dihasilkan dari alat ini dapat
digunakan untuk keperluan rumah tangga dan dapat juga diolah lebih lanjut
menjadi tepung kelapa melalui proses pengeringan terlebih dahulu.
Alat ini mempunyai dimensi panjang 50 cm, lebar 65 cm dan tinggi 110
cm. Alat pemarut kelapa tipe screw ini terdiri dari empat bagian utama
yaitu rangka alat, screw pendorong, motor listrik dan mata pemarut berbentuk
lingkaran. Kerangka alat terbuat dari besi siku agar mampu menahan beban kerja
dari silinder pengupas.
Screw pendorong terbuat dari bahan stainless steel dengan diameter 4,8
cm dan panjang 48,5 cm. Jarak antar ulir 6 cm, Tebal plat ulir 5mm, jumlah ulir 4
buah, panjang poros ulir 20,5 cm, kemiringan ulir 450.Screw pendorong berfungsi
untuk mendorong kopra kelapa dari tabung pemasukan menuju mata pemarut.
Pada alat pemarut kelapa tipe screw ini digunakan puli dan sabuk V untuk
mentransmisikan tenaganya. Motor listrik yang digunakan berdaya 1 HP dengan
putaran maksimum 1400 rpm. Pada alat ini terdapat 2 puli yaitu pada as motor
listrik 2 inci dan pada as rotor 8 inci kemudian diserikan dengan puli 2 inci dan
disambungkan dengan puli 8 inci ke as screw pendorong sehingga diperoleh rpm
pada screw pendorong sebesar 175 putaran per menitnya.

Universitas Sumatera Utara

28

Prinsip Pemarutan
Alat pemarut kelapa tipe screw ini bekerja berdasarkan prinsip putaran
pada screw pendorong . Putaran pada screw pendorong dihasilkan oleh putaran
pada motor listrik yang ditransmisikan kepulidan sabuk V. Puli ini terhubung
dengan poros yang berfungsi untuk memutar silinder pengupas.
Proses pemarutan dimulai dengan masuknya kopra kelapa melalui
hopper dan dihantarkan menuju area pemarutan. Pada area pemarutan kopra
kelapa diparut oleh mata pemarut yang berbentuk lingkaran dengan putaran 1400
rpm. Kopra yang telah terparut akan jatuh ke saluran pengeluaran.
Tabel 2. Data pengamatan pemarutan kelapa

Ulangan

Berat
bahan
(Kg)

Waktu
pemarutan
(jam)

I
II
III
Total
Rataan

1
1
1
3
1

0,0161
0,0168
0,0166
0,0495
0,0165

Waktu
awal
bahan
terparut
(jam)
0,00115
0,00087
0,00089
0,00291
0,00097

Berat
kopra
terparut
(kg)

Berat
kopra tak
terparut
(kg)

0,969
0,966
0,971
2,906
0,968

0,012
0,014
0,015
0,041
0,013

Berat
kelapa
parut
tertinggal
(kg)
0,019
0,02
0,014
0,053
0,017

Kapasitas Efektif Alat
Kapasitas efektif alat didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin
dalam menghasilkan suatu produk (kg) persatuan waktu (jam). Dalam hal ini
kapasitas efektif alat dihitung dari perbandingan antara banyaknya kelapa yang
diparut (kg) dengan waktu (jam) yang dibutuhkan selama proses pemarutan,
dimana kapasitas efektif alat memiliki satuan (Kg/Jam).
Pada penelitian ini, lama waktu pemarutan dihitung mulai dari kopra
kelapa dimasukkan ke dalam saluran pemasukan (hopper) sampai dengan kopra

Universitas Sumatera Utara

29

kelapa selesai diparut dan mesin dimatikan. Dari penelitian yang telah dilakukan
tiga kali ulangan diperoleh

Tabel 3 Kapasitas Efektif Alat
Ulangan
I
II
III
Total
Rataan

Berat awal (kg)
1
1
1
3
1

Waktu (jam)
0,0161
0,0168
0,0166
0,0495
0,0165

Kapasitas (kg/jam)
62,111
59,523
60,240
60,606
60,606

Dari Tabel 3 diperoleh waktu pemarut kelapa kopra adalah 0,0165 jam
sehingga diperoleh kapasitas efektif alat sebesar 60,606 kg/jam. Dalam hal ini
proses pemarutan pada setiap ulangan dilakukan tidak secara kontinyu agar
perlakuan pada setiap percobaan menjadi sama. Pada hasil pengamatan didapat
bahwa kapasitas alat yang tertinggi terdapat pada ulangan ke I yaitu 62,111kg/jam
dan kapasitas alat terendah terdapat pada ulangan II yaitu 59,523 kg/jam.
Persentase Kopra Tidak Terparut
Persentase kopra tidak terparut dapat dihitung dengan membagikan berat
kopra tidak terparut dengan berat kopra awal dikali 100%. Dari hasil penelitian
diperoleh persentase kopra yang tidak terparut sebagai berikut
Tabel 7. Persentase kopra tidak terparut
Ulangan

Berat awal (kg)

I
II
III
Total
Rataan

1
1
1
3
1

Berat kopra tidak
terparut (kg)
0,012
0,014
0,015
0,041
0,013

% Kopra tidak
terparut
1,2
1,4
1,5
4,1
1,3

Dari Tabel 7 diperoleh bahwa persentase rata-rata kopra tidak terparut sebesar 1,3%..

Universitas Sumatera Utara

30

Persentase Kelapa Parut Tertinggal
Persentase kelapa parut tertinggal dapat dihitung dengan membagikan
berat kelapa parut tertinggal dengan berat bahan awal dikali dengan 100%. Dari
hasil penelitian diperoleh persen kelapa parut tertinggal sebagai berikut:
Tabel 8. Persentase kelapa parut tertinggal
Ulangan

Berat awal (kg)

I
II
III
Total
Rataan

1
1
1
9
1

Berat kelapa parut
tertinggal
0,019
0,020
0,014
0,053
0,017

% kelapa parut
tertinggal
1,9
2,0
1,4
5,3
1,7

Dari tabel 8 diperoleh persentase rataan kelapa parut tertinggal sebesar
1,7%.
Analisis Ekonomi
Biaya Pokok
Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus
dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat
diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat
diperhitungkan.
Dari penelitian yang dilakukan (lampiran 4) diperoleh bahwa biaya
produksi pemarutan kopra kelapa tiap tahun berbeda-beda. Diperoleh biaya
pemarutan kopra kelapa sebesar Rp191,060/kg pada tahun pertama, Rp191,538/kg
pada tahun ke-dua, Rp192,052/kg pada tahun ke-tiga, Rp192,604/kg pada tahun
ke-empat, danRp193,199/kg pada tahun ke-lima. Hal ini disebabkan perbedaan
nilai biaya penyusutan tiap tahun sehingga mengakibatkan biaya tetap alat tiap
tahun berbeda juga.

Universitas Sumatera Utara

31

Break even point
Menurut Waldiyono (2008) analisis titik impas umumnya berhubungan
dengan proses penentuan tingkat produksi untuk menjamin agar kegiatan usaha
yang dilakukan dapat membiayai sendiri (self financing). Selanjutnya dapat
berkembang sendiri (self growing). Dalam analisis ini, keuntungan awal dianggap
sama dengan nol.
Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan diperoleh
nilai BEP yang dapat dilihat pada lampiran 5. Alat ni mencapai titik impas apabila
telah memarut kopra sebanyak 699,744 kg pada tahun pertama, 738,113 kg pada
tahun ke-dua, 779,372 kg pada tahun ke-tiga, 823,727 kg pada tahun ke-empat
dan 871,458 kg pada tahun ke-lima. Peningkatan BEP dipengaruhi oleh biaya
penyusutan yang meningkat setiap tahun.
Net present value
Dalam menginvestasikan modal dalam penambahan alat pada suatu usaha
maka net present value dapat dijadikan salah satu alternatif dalam analisa
finansial. Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian pada lampiran 6 dapat
diketahui besarnya NPV7,5% adalah Rp 906.825.762,46. Pada suku bunga 7,5%,
penerimaan yang diperoleh akan lebih besar daripada pengeluaran sehingga usaha
ini layak untuk dijalankan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai NPV > 0.
Internal rate of return
Internal rate of return berfungsi untuk melihat seberapa layak suatu usaha
dapat dilaksanakan atau seberapa besar keuntungan investasi maksimum yang
ingin dicapai. Hasil yang didapat dari perhitungan IRR adalah sebesar 25,4%
(Lampiran 7). Usaha ini masih layak dijalankan apabila bunga pinjaman bank

Universitas Sumatera Utara

32

tidak melebihi 25,4% jika bunga pinjaman di bank melebihi angka tersebut maka
usaha ini tidak layak lagi diusahakan. Semakin tinggi bunga pinjaman di bank
maka keuntungan yang diperoleh dari usaha ini semakin kecil.
Didapatkan besarnya kapasitas efektif alat pemarut kelapa tipe screw
sebesar 60,606 Kg/Jam, kapasitas efektif alat pemarut kelapa mekanis yang
digunakan di pajak sebesar 26,666 Kg/Jam, dan kapasitas efektif alat pemarut
kelapa tradisional/manual sebesar 2,76 Kg/Jam.

Universitas Sumatera Utara

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Kapasitas efektif alat pemarut kelapa tipe screw yang digunakan dalam
penelitian sebesar 60,606 kg/jam.
2. Persentase bahan tertinggal adalah 1,7%, persentase bahan tidak terparut
adalah 1,3%.
3. Biaya pokok yang dikeluarkan untuk memproduksi kopra kelapa sebanyak 1
kg dari alat pemarut kelapa tipe screw adalah Rp191,060 pada tahun pertama
dan Rp 193,458 pada tahun ke-lima.
4. Alat ini akan mencapai break even point (titik impas) setelah memarut kopra
kelapa sebanyak 699,744 kg pada tahun pertama dan 871,458 kg pada tahun
kelima.
5. Net present value 7,5% dari alat pemarut kopra tipe screw ini adalah Rp
906.825.762,46 yang artinya usaha ini layak untuk dijalankan.
6. Internal rate of return dari alat pemarut kelapa tipe screw ini adalah 25,4%.
Saran
1. Perlu penelitian lebih lanjut pada screw pendorong.

33
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA
Sejarah Kelapa
Indonesia yang merupakan negara tropis dengan banyaknya pulau merupa
kan negara produsen kelapa utama di dunia. Hal ini terjadi karena kelapa
umumnya tumbuh di kawasan pantai. Hampir di semua provinsi di Indonesia
dapat dijumpai tanaman kelapa yang pengusahaannya berupa perkebunan
rakyat. Pohon kelapa sering disebut pohon kehidupan karena sangat bermanfaat
bagi kehidupan manusia di seluruh dunia. Hampir semua bagian tanaman kelapa
memberikan manfaat bagi manusia.Hanya saja selama ini produk kelapa
mendapatkan saingan dari produk kelapa sawit. Namun, ditinjau dari ragam
produk yang dapat dihasilkan oleh buah kelapa, produk kelapa sawit belum
mampu menyainginya.Hal ini merupakan peluang untuk pengembangan kelapa
menjadi aneka produk yang bermanfaat (Rindengan, 2004).
Dengan mengamati pembudidayaan tanaman di daerah daerah berperadaba
n tertua di dunia, dimana di Philipina dan Srilanka telah dikenal sejak 300 tahun
sebelum Masehi dan di India telah pula dikenal sejak 3000 tahun yang lalu, maka
diperkirakan bahwa kelapa pasti berasal dari daerah tropis sekitarnya. Pada
akhirnya para peneliti berkesimpulan bahwa kelapa berasal dari kawasan yang
sekarang kita kenal sebagai Malaysia-Indonesia. Dari kawasan inilah, baik arus
laut maupun perantaraan manusia, kelapa menyebar ke daerah-daerah lain
(Suhardiyono, 1987).
Ada 3 teori menyatakan tentang daerah asal tanaman kelapa. Teori
pertama memperkirakan bahwa kelapa adalah salah satu anggota genus Cocos
seperti yang tumbuh di Amerika, dan daerah asalnya adalah lembah-lembah

5
Universitas Sumatera Utara

6

Andes di Columbia, Amerika Serikat. Dari sinilah pada zaman prasejarah kelapa
menyebar dibawa oleh penjelajah-penjelajah di kawasan Pasifik. Teori kedua
beranggapan bahwa kelapa berasal dari daerah pantai kawasan Amerika Tengah,
dimana dengan perantaraan arus lautan terbawa dan menyebar ke pulau-pulau
Samudera Pasifik. Teori ketiga menyatakan bahwa daerah asal kelapa adalah
suatu kawasan di Asia Selatan atau Malaysia atau mungkin Pasifik Barat.
Berlawanan dengan teori kedua, menurut teori ketiga ini dari kawasan terakhir
itulah kelapa menyebar ke pantai-pantai barat benua Amerika, terutama pada
daerah tropis (Warisno, 1998).
Botani Kelapa
Dalam dunia tumbuh-tumbuhan, maka kelapa bisa digolongkan sebagai:
Kingdom

: Plantae

Divisio

: Spermatophyta

Kelas

: Monocotyledoneae

Ordo

: Palmales

Famili

: Palmae

Genus

: Cocos

Species

: Cocos nucifera

Penggolongan varietas kelapa umumnya berdasarkan perbedaan-perbedaan
umur pohon mulai berbuah, bentuk dan ukuran buah, warna buah serta sifat-sifat
khusus yang lain (Suhardiman, 1999).
Kondisi Perkelapaan di Indonesia
Kelapa telah ditanam hampir di seluruh Indonesia dan luas arealnya terus
meningkat. Namun yang menjadi sentral produksinya adalah Aceh, Sumatera

Universitas Sumatera Utara

7

Utara, Riau, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, NTT, dan Maluku. Dari seluruh luas areal
perkebunan kelapa, sekitar 97,4% dikelola oleh perkebunan rakyat yang
melibatkan sekitar 3,1 juta keluarga petani, sisanya sebanyak 2,1% dikelola
perkebunan besar swasta dan 0,5% dikelola perkebunan besar negara. Meskipun
Indonesia memiliki areal kebun kelapa yang paling luas, tetapi produksinya hanya
menduduki urutan kedua (Sukamto, 2001).
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara perkembangan luas
areal tanaman kelapa di Sumatera Utara terus meningkat dari tahun ketahun. Hal
ini dapat dilihat pada Tabel1 di bawah ini.
Tabel 1. Luas tanaman dan produksi kelapa tanaman perkebunan rakyat Sumatera
tahun 2011
Luas tanaman / Area (ha)
TBM
TM
(Not Yet
(Productive)
Productive)
2011
9 367,77
91 554,00
2010
9 346,21
88 751,62
2009
9 285,41
91 870,42
2008
8 633,93
99 897,59
Sumber/Source : Dinas Perkebunan Provinsi
Sumatera Utara Province
Sumatera Utara

Utara

Produksi
(Production)
(ton)

TTM
Jumlah
(UnproTotal
Ductive)
9 184,04
110 105,81
91 629,89
10 143,86 108 241,69 103 606,06
9 602,06
110 757,89
93 087,64
5 988,33
114 519,85
96 823,50
Sumatera Utara/Plantation Office of

Peranan Mekanisasi Pertanian
Ilmu mekanisasi pertanian di Indonesia telah dipraktikkan atau
dilaksanakan untuk mendukung berbagai usaha pembangunan pertanian terutama
di bidang usaha swasembada pangan. Dengan mempertimbangkan aspek
kepadatan penduduk, nilai sosial ekonomi, danteknis, maka pengembangan
mekanisasi pertanian di Indonesia dilaksanakan melalui sistem pengembangan
selektif. Sistem mekanisasi pertanian selektif adalah usaha memperkenalkan,
mengembangkan, dan membina pemakaian jenis atau kelompok jenis alat dan

Universitas Sumatera Utara

8

mesin pertanian yang serasi atau yang sesuai dengan keadaan wilayah
setempat (Hardjosentono, dkk., 1996).
Peranan mekanisasi pertanian dalam pembangunan pertanian di Indonesia
adalah:
1. Meningkatkan efisiensi tenaga manusia
2. Meningkatkan derajat dan taraf hidup petani
3. Menjamin kenaikan kualitas dan kuantitas serta kapasitas produksi
pertanian
4. Memungkinkan pertumbuhan tipe usaha tani, yaitu dari tipe pertanian
untuk kebutuhan keluarga (subsistence farming) menjadi tipe pertanian
perusahaan (commercial farming)
5. Mempercepat transisi bentuk ekonomi Indonesia dari bersifat agraris
menjadi bersifat industri
(Hardjosentono, dkk, 1996).
Komponen Alat Pemarut Kelapa Tipe Screw
Rangka alat
Kerangka alat berfungsi sebagai pendukung komponen alat lainnya yang
terbuat dari besi yang berbentuk siku yang akan disambung dengan menggunakan
teknik pengelasan.
Motor listrik
Motor listrik adalah mesin yang mengubah energi listrik menjadi energi
mekanis. Misalnya mesin pembangkit tenaga listrik maka dapat memutar motor
listrik yang menggunakan mesin untuk berbagai keperluan separti mesin untuk

Universitas Sumatera Utara

9

menggiling padi menjadi beras, untuk pompa irigasi untuk pertanian, untuk kipas
angin serta mesin pendingin (Djoekardi, 1996).
Motor listrik mempunyai keuntungan yakni dapat dihidupkan dengan
hanya memutar saklar, suara dan getaran tidak menjadi gangguan, udara tidak ada
yang dihisap juga tidak ada gas buang dan pada motor DC mempunyai daya besar
pada putaran rendah dan pada motor AC menggunakan sumber daya umum yang
tidak mudah mengubah putarannya. Namun motor listrik memiliki kekurangan
yakni,motor listrik ini membutuhkan sumber daya, kabel harus dapat dihubungkan
dengan stop kontak, dengan demikian tempat penggunannya sangat terbatas oleh
panjang kabel, kalau dipergunakan baterai sebagai sumber daya maka beratnya
akan menjadi besar, secara umum biaya listrik motor listrik ini lebih tinggi
daripada harga bahan bakar minyak dan untuk menghasilkan daya yang sama
dihasilkan oleh sebuah motor pembakaran, maka motor listrik akan lebih berat
(Soenarta dan Furuhama, 2002).
Tenaga listrik merupakan ubahan dari tenaga lain. Tenaga listrik melalui
motor listrik dapat menghasilkan tenaga mekanik lainnya. Keuntungan penggunaa
n tenaga listrik melalui motor listrik antara lain motor listrik konstruksinya
sederhana dan kompak, pengambilan tenaga listrik mudah, membutuhkan
pemeliharaan dan perawatan yang sederhana, cara pengoperasiannya sangat
mudah yaitu hanya dengan memutar kontak, tidak menimbulkan suara,
menghasilkan tenaga yang halus dan seragam dan dapat menyesuaikan dengan
beban (Rizaldi, 2006).

Universitas Sumatera Utara

10

Puli
Puli berfungsi untuk memindahkan daya dan putaran yang dihasilkan dari
motor yang selanjutnya diteruskan lagi ke sabuk V dan akan memutar poros.Puli
sabuk dibuat

dari

besi

cor

atau

dari

baja. Puli

kayu tidak banyak

lagi dijumpai. Untuk konstruksi ringan diterapkan puli dari paduan aluminium.
(Stolk dan Kros, 1986).
Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin.
Hampir semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran utama
dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros.
Hal- hal yang perlu diperhatikan di dalam merencanakan sebuah poros
adalah:
1. Kekuatan poros
Suatu poros dapat mengalami beban puntir atau lentur atau gabungan
antara puntir dan lentur. Juga ada poros yang mendapat beban tarik atau
tekan.Kelelahan, tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila
diameter poros diperkecil (poros bertangga) atau bila poros mempunyai
alur pasak, harus diperhatikan.Sebuah poros harus direncanakan hingga
cukup kuat untuk menahan beban-beban di atasnya.
2. Kekakuan poros
Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan cukup tetapi jika lenturan
atau defleksi puntirnya terlalu besar akan mengakibatkan ketidaktelitian
(pada mesin perkakas) atau getaran dan suara. Karena itu, disamping

Universitas Sumatera Utara

11

kekuatan poros, kekakuannya juga harus diperhatikan dan disesuaikan
dengan macam mesin yang akan dilayani poros tersebut.
3. Putaran kritis
Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran tertentu
dapat terjadi getaran yang luar biasa besarnya. Putaran ini disebut putaran
kritis. Hal ini dapat mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagianbagian lainnya. Poros harus direncanakan hingga putaran kerjanya lebih
rendah dari putaran kritisnya.
4. Korosi
Bahan-bahan poros yang terancam kavitasi, poros-poros mesin yang
berhenti lama, dan poros propeler dan pompa yang kontak dengan fluida
yang korosif sampai batas-batas tertentu dapat dilakukan perlindungan
terhadap korosi.
5. Bahan poros
Poros untuk mesin biasanya dibuat dari baja batang yang ditarik dingin
(Sularso dan Suga, 2004).
Bantalan
Bantalan(bearing)berguna

untuk

menumpu

poros

dan

memberi

kemungkinan poros dapat berputar dengan leluasa (dengan gesekan yang sekecil
mungkin). Beberapa

macam

bantalan, pada prinsipnya bantalan

dapat

digolongkan menjadi:
-

Bantalan luncur

-

Bantalan gelinding

-

Bantalan dengan beban radial

Universitas Sumatera Utara

12

-

Bantalan dengan beban aksial

-

Bantalan dengan beban campuran (aksial-radial)

(Maleev, 1991).
Sabuk V
Sabuk bentuk trapesium atau V dinamakan demikian karena sisi sabuk
dibuat serong, supaya cocok dengan alur roda transmisi yang berbentuk V. Kontak
gesekan yang terjadi antara sisi sabuk V dengan dinding alur menyebabkan
berkurangnya kemungkinan selipnya sabuk penggerak dengan tegangan yang
lebih kecil dari pada sabuk yang pipih. Dalam kerjanya, sabuk V mengalami
pembengkokan ketika melingkar melalui roda transmisi. Bagian sebelah luar akan
mengalami tegangan, sedangkan bagian dalam akan mengalami tekanan.
Susunan khas sabuk V terdiri atas :
1. Bagian elastis yang tahan tegangan dan bagian yang tahan kompresi
2. Bagian yang membawa beban yang dibuat dari bahan tenunan dengan daya
rentangan yang rendah dan tahan minyak sebagai pembalut
(Smith dan Wilkes, 1990).
Screw Pendorong
Ulir penggerak digunakan untuk meneruskan gerakan secara halus dan
merata serta untuk menghasilkan gerakan linear dari gerakan berputar.
Kinematika dari gerakan ulir penggerak sama dengan gerakan kinematika dari
baut dan mur, hanya terdapat perbedaan dari geometri dari ulirnya. Sehingga ulir
penggerak memberikan aplikasi gerakan, sedang ulir baut dan mur memberikan
aplikasi sebagai pengikat. Macam-macam aplikasi dari ulir penggerak:
1. Dongkrak mobil

Universitas Sumatera Utara

13

2. Ulir penggerak pada mesin bubut
3. Ulir penggerak pada mesin pres
4. Tempat tidur rumah sakit
5. C klem dan lain sebagainya
(Achmad, 2006).
Saluran pemasukan bahan (hopper)
Merupakan saluran pemasukan bahan untuk selanjutnya dilakukan
pengolahan dengan proses pengepresan bahan oleh screw press.
Tabung Screw
Tabung screw berfungsi sebagai tempat dari ulir atau screw pendorong
untuk mendorong bahan dari hopper menuju mata pemarut. Tabung press
berbentuk tabung silinder yang terbuat dari material yang padat dan kokoh.
Mata Pemarut
Mata pemarut pada alat ini berbentuk lingkaran berbahan teflon dimana
pada permukaan teflon disusun paku yang jumlahnya mencapai ratusan. Ujungujung paku yang menempel pada teflon ini yang berfungsi sebagai mata
pemarutnya.
Logam yang Digunakan
Baja tahan karat (stainless steel)
Logam yang digunakan merupakan logam baja tahan karat (stainless
steel). Baja tahan karat yang mempunyai seratus lebih jenis yang berbeda-beda.
Seluruh baja itu mempunyai satu sifat karena kandungan kromium yang
membuatnya tahan terhadap karat. Baja tahan karat dapat dibagi dalam tiga
kelompok dasar, yakni :

Universitas Sumatera Utara

14

1. Baja tahan karat ferit
Baja ini mengandung unsur karbon yang rendah (sekitar 0,04 % C) dan
sebagian besar dilarutkan dalam besi. Sementara itu, unsur lainnya yaitu
kromium sekitar 13%- 20% dan tambahan kromium tergantung pada
tingkat ketahanan karat yang diperlukan.
2.Baja tahan karat austenit
Baja tahan karat austenit mengandung nikel dan kromium yang amat
tinggi, nikel akan membuat temperatur transformasinya rendah, sedangkan
kromium akan membuat kecepatan pendinginan kritisnya rendah.
3

Baja tahan karat martensit
Baja tahan karat martensit mengandung sejumlah besar unsur karbon. Baja
yang mengandung 0,1 % C, 13 % Cr, dan 0,5 % Mn ini dapat didinginkan
untuk memperbaiki kekuatannya, tetapi tidak menambah kekerasan.

(Amanto dan Haryanto, 1999).
Campuran yang bahan dasarnya besi yang mengandung paling sedikitnya
12 persen chromium disebut baja tak-berkarat (stainless steel). Sifat yang paling
penting dari baja ini adalah ketahanannya terhadap berbagai macam, walaupun
tidak semua, kondisi korosi. Ada empat jenis baja tak-berkarat yang ada, yaitu
ferritic-chromium steel, austentic chromium-nickel steel, dan martensitic
andprecipitation hardenable stainless steel (Shigley dan Mitchell, 1999).
Hampir semua komponen alat menggunakan bahan tahan karat (stainless
steel), hal ini dikarenakan dalam proses pengolahan bahan pangan harus
menggunakan bahan yang aman untuk bahan pangan, seperti bahan yang harus
tahan terhadap korosi. Stanless steel merupakan logam tahan korosi yang umum

Universitas Sumatera Utara

15

digunakan pada alat pengolahan bahan pangan. Komponen alat yang akan
bersentuhan langsung dengan bahan akan menggunakan stainless steel seperti
saluran pemasukan (hopper), silinder tabung, screw penorong, dan saluran
pengeluran.
Besi
Besi adalah logam putih seperti perak, dapat di poles, keras, dapat
ditempa, dapat dilengkungkan, dan bersifat magnetik. Besi adalah unsur yang
sangat stabil dan merupakan unsur terbanyak kedelapan di bumi ini setelah
Silikon, juga merupakan unsur logam terbanyak ketiga pada lapisan kulit bumi
setelah Aluminium dan Silokon. Bijih besi yang banyak dikenal diantaranya
Magnetite (Fe3O4), Hermanite (Fe2O3), Siderite (FeCO3), Pirite (FeS2)
(Amanto dan Haryanto, 1999).
Mekanisme Pemarut Kelapa Kopra
Kopra yang telah dipisahkan dari tempurung kelapa dimasukkan kedalam
hopper kemudian diteruskan ke mata pemarut yang berbentuk lingkaran oleh
screw pendorong, hasil parutan dari kopra tersebut jatuh kedalam saluran
pengeluaran dan kemudian kelapa yang sudah diparut ditampung pada alat
penampung yang sudah disiapkan.
Mekanisme Pembuatan Alat
Dalam pekerjaan bengkel alat dan mesin, benda kerja yang akan dijadikan
dalam bentuk tertentu sehingga menjadi barang siap pakai dalam kehidupan
sehari-hari, maka dilakukan proses pengerjaan dengan mesin–mesin perkakas,
antara lain mesin bubut, mesin bor, mesin gergaji, mesin frais, mesin skrap, mesin
asah, mesin gerinda, dan mesin yang lainnya (Daryanto, 1993).

Universitas Sumatera Utara

16

Kekuatan, keawetan, dan pelayanan yang diberikan peralatan usaha tani
bergantung terutama pada macam dan kualitas bahan yang digunakan untuk
pembuatannya.

Dalam

pembuatannya

terdapat

kecenderungan

konstruksi

peralatan untuk meniadakan sebanyak mungkin baja tuangan dan mengganti
dengan baja tekan atau baja cetak. Bilamana hal ini dilakukan dapat menekan
biaya membuat mesin dalam jumlah besar. Keberhasilan atau kegagalan alat
sering sekali tergantung pada bahan yang dipakai untuk pembuatannya. Bahan
yang digunakan untuk pembuatan peralatan usaha tani dapat diklasifikasikan
dalam logam dan non logam (Smith dan Wilkes, 1990).
Kapasitas Efektif Alat
Menurut Daywin,dkk.,(2008) kapasitas efektif suatu alat atau mesin
didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam menghasilkan suatu
produk (contoh : ha. Kg, lt) persatuan waktu (jam). Dari satuan kapasitas kerja
dapat dikonversikan menjadi satuan produk per kW per jam, bila alat/mesin itu
menggunakan daya penggerak motor. Jadi satuan kapasitas kerja menjadi :
Ha.jam/kW, Kg.jam/kW, Lt.jam/kW (Daywin, dkk., 2008).
Kapasitas Efektif Alat =

Produk Yang Diolah
Waktu

................................. (1)

Rendemen
Rendemen

adalah

presentase

produk

yang

didapatkan

dengan

membandingkan berat awal bahan dengan berat akhirnya. Sehingga didapat
kehilangan berat proses pengolahan. Rendemen didapat dengan cara menimbang
berat akhir bahan yang dihasilkan dari proses di bandingkan dengan berat bahan
awal (Soeharno, 2007).

Universitas Sumatera Utara

17

Rendemen =

Berat Bahan Yang Dihasilkan
Berat Bahan Baku

x 100% ......................................... (2)

Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi digunakan untuk menentukan besarnya biaya yang harus
dikeluarkan saat produksi menggunakan alat ini. Dengan analisis ekonomi dapat
diketahui seberapa besar biaya produksi sehingga keuntungan alat dapat
diperhitungkan.
Biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung pada output yang
dihasilkan. Dimana semakin banyak produk yang dihasilkan maka semakin
banyak bahan yang digunakan. Sedangkan, biaya tetap adalah biaya yang tidak
tergantung pada banyak sedikitnya produk yang akan dihasilkan
(Soeharno, 2007).
Biaya Pemakaian Alat
Pengukuran biaya pemarutan bahan dilakukan dengan cara menjumlahkan
biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya pokok).
Biaya pokok = [

BT
x

+BTT] C ......................................................................... (3)

Keterangan:
BT

:

Total biaya tetap (Rp/tahun)

BTT :

Total biaya tidak tetap (Rp/jam)

x

:

Total jam kerja pertahun (jam/tahun)

C

:

Kapasitas alat (jam/satuan produksi)

Ada dua kelompok biaya pemakaian alat atau mesin (alsin) yang umum
dibicarakan, yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap.Jumlah biaya tetap tidak tidak

Universitas Sumatera Utara

18

dipengaruhi oleh jam kerja alsin, sedangkan biaya tidak tetap sangat dipengaruhi
oleh alsin.
1.

Biaya tetap
a. Biaya penyusutan (metode garis lurus)
Dalam pemakaian alsin, biaya ini merupakan biaya yang sangat
penting dan dapat merupakan biaya yang terbesar.Biaya ini merupakan
biaya untuk mengganti alsin jika umur ekonominya telah sampai atau
jika alsin itu dijual sebelum habis masa umur ekonominya. Dapat
dihitung dengan metoda garis lurus dengan rumus sebagai berikut :
Dt= (P-S) (A/F, i, n) (F/P, i, t-1) .................................................... (4)
Keterangan:
D

= Biaya penyusutan (Rp/tahun)

P

= Nilai awal (harga beli/pembuatan) alsin (Rp)

S

= Nilai akhir alsin (10% dari P) (Rp)

n

= Umur ekonomi (tahun)

b. Biaya bunga modal dan asuransi
Bunga modal dan asuransi ada kalanya perhitungannya digabung
dan kadang kala dipisah, maka biaya-biaya ini diperhitungkan berdasarkan
persentase nilai awal. Jika digabung, besarnya adalah:
I=

i(P)(n+1)
2n

...................................................................................... (5)

Keterangan:
I

= Total biaya bunga modal dan asuransi (Rp/th)

i

= Total persentase bunga modal dan asuransi (17% pertahun)

P

= Nilai awal (harga beli) alsin (Rp)

Universitas Sumatera Utara

19

N

= Perkiraan umur ekonomi alsin (th)

c. Biaya pajak
Di negara kita belum ada ketentuan besar pajak secara khusus
untuk mesin-mesin dan peralatan pertanian, namun beberapa literatur
menganjurkan bahwa biaya pajak alsin pertanian diperkirakan sebesar
2% pertahun dari nilai awalnya.
d. Biaya gudang/gedung
Biaya gudang atau gedung diperkirakan berkisar antara 0,5-1%,
rata-rata diperhitungkan 1% nilai awal (P) pertahun.
2.

Biaya tidak tetap
Biaya tidak tetap terdiri dari :
a. Biaya perbaikan untuk motor listrik sebagai sumber tenaga penggerak.
Biaya perbaikan ini dapat dihitung dengan persamaan :
Biaya reparasi =

1,2 % (P-S)
1000 jam

............................................................ (6)

Biaya karyawan/operator yaitu biaya untuk gaji operator.Biaya ini
tergantung kepada kondisi lokal, dapat diperkirakan dari gaji bulanan atau
gaji pertahun dibagi dengan total jam kerjanya(Hidayat,dkk.,1999). .
Break Even Point
Manfaat perhitungan titik impas (break event point) adalah untuk
mengetahui batas produksi minimal yang harus dicapai dan dipasarkan agar usaha
yang dikelola masih layak untuk dijalankan.Pada kondisi ini income yang
diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya operasional tanpa adanya
keuntungan.

Universitas Sumatera Utara

20

Untuk menentukan produksi titik impas (BEP) maka dapat digunakan rumus
sebagai berikut:
N=

F

................................................................................................... (7)
R-V

Keterangan:
N :

jumlah produksi minimal untuk mencapai titik impas per tahun(Kg)

F :

biaya tetap per tahun (rupiah)

R :

penerimaan dari tiap unit produksi (harga jual) (rupiah)

V :

biaya tidak tetap per unit produksi

(Waldiyono,2008).
Net present value
Net Present Value (NPV) adalah metode menghitung nilai bersih (netto)
pada waktu sekarang (present).Asumsi present yaitu menjelaskan waktu awal
perhitungan bertepatan dengan saat evaluasi dilakukan atau pada periode tahun ke
nol (0) dalam perhitungan cash flow investasi.
Cash flow yang benefit saja perhitungannya disebut dengan present worth
of benefit (PWB), sedangkan jika yang diperhitungkan hanya cash out (cost)
disebut dengan present worth of cost (PWC). Sementara itu NPV diperoleh dari
PWB dikurangi PWC, yakni:
NPV = PWB - PWC ...................................................................................... (8)
PWB = present worth of benefit
PWC = present worth of cost
Untuk mengetahui apakah rencana suatu investasi tersebut layak ekonomis
atau tidak, diperlukan suatu ukuran atau kriteria tertentu dalam metode NPV,
yaitu:

Universitas Sumatera Utara

21

NPV > 0 artinya investasi akan menguntungkan atau layak
NPV < 0 artinya investasi tidak menguntungkan
(Giatman, 2006).
Internal rate of return
Internal rate of return (IRR) ini digunakan untuk memperkirakan
kelayakan lama (umur) pemilikan suatu alat atau mesin pada tingkat keuntungan
tertentu. IRR adalah suatu tingkatan discount rate, dimana diperoleh:
B/C ratio = 1 atau NPV = 0. Berdasarkan harga dari NPV = X (positif) atau NPV=
Y (positif) dan NPV = X (positif) atau NPV = Y (negatif), dihitunglah harga IRR
dengan menggunakan rumus berikut:
IRR = p % +

X
X+Y

× (q % - p %) (positif dan negatif) ......................... (9)

atau
IRR = q % +

X
X-Y

× (q % - p%) (positif dan positif)............................ (10)

Keterangan:
P= suku bunga bank paling atraktif
q= suku bunga coba-coba ( > dari p)
X = NPV awal pada p
Y = NPV awal pada q
(Purba, 1997).

Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam meningkatkan produksi pertanian, proses produksi yang meliputi
prapanen sampai pascapanen memerlukan dukungan berbagai sarana dan
prasarana

yang efektif, diantaranya adalah

dukungan

alat dan mesin

pertanian.Hasil-hasil pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan harus memiliki
penanganan pascapanen yang baik.Penanganan yang dilakukan diusahakan
memperhatikan tingkat standarisasi mutu yang diizinkan agar hasil yang diperoleh
baik. Penanganan yang tidak baik akan berdampak pada kualitas bahan yang
buruk, harga jual yang rendah, serta dapat menimbulkan kerugian bagi para
produsen hasil pertanian tersebut.
Dari masa ke masa kebutuhan manusia selalu meningkat. Itulah sebabnya
manusia dituntut untuk selalu berusaha dalam rangka pemenuhan kebutuhan
hidup. Sektor pertanian merupakan sektor yang paling penting dalam pemenuhan
kebutuhan hidup manusia.Oleh karena itu, untuk meningkatkan kebutuhan hidup
manusia di sektor pertanian maka produksi pertanian harus ditingkatkan.
Di daerah agraria dimana mata pencaharian di sektor pertanian lebih
dominan, maka peralatan produksi dan distribusi disesuaikan dengan kebutuhan
daerah tersebut. Peralatan produksi tradisional masih digunaka