Identifikasi Preferensi Konsumen Jamur dengan Metode Proses Hirarki Analitik (PHA) di Kotamadya Bogor

Muhammad Fahrudin. F03495044. ldentifikasi Preferensi Konsumen Jamur dengan Metode
Proses Hirarki Analitik (PHA) di Kotamadya Bogor. Dibawah Bimbingan Lien Herlina.

Perekonomian lndonesia dalam tahun 1998 ditandai dengan laju pertumbuhan yang
memprihatinkan. Krisis moneter yang berlarut-larut telah menimbulkan pertumbuhan ekonomi
menjadi negatif, meskipun Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku pada tahun
1998 yang diperkirakan sebesar 989.573,l miliar rupiah jauh lebih tinggi dibandingkan dengan
tahun sebelumnya yaitu 625.505,9 miliar rupiah, namun berdasarkan harga konstan 1993 nilai
Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 1998 yang diperkirakan 374.718,7 miliar rupiah lebih
rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu 434.095,5 miliar rupiah. Hal ini berarti
dalam tahun 1998 ekonomi lndonesia mencatat penurunan hampir 14 persen (Biro Pusat
Statistik, 1998).
Dalam pembangunan ekonomi di idonesia, bidang agroindustri yang berbasiskan pertanian
merupakan usaha yang menguntungkan dan tentunya sangat strategis untuk meningkatkan
pendapatan masyarakat. Terlebih sekarang ini, di mana krisis ekonomi melanda lndonesia yang
menyebabkan sektor-sektor industri dan perbankkan mengalami pertumbuhan yang negatif
kecuali sektor pertanian yang tumbuh sebesar 0,2 persen pada tahun 1998 (Biro Pusat Statistik,
1998).
Untuk memantapkan peranan sektor pertanian dalam pembangunan nasional,
pengembangan tanaman hortikultura (khususnya jamur) merupakan salah satu yang dapat
dilakukan. Prospek pengembangan jamur untuk kebutuhan ekspor maupun permintaan pasar

dalam negeri terus meningkat. Keadaan ini terlihat dari nilai ekspor jamur lndonesia yang lebih
rendah dari nilai impornya Selain itu, kandungan protein yang cukup tinggi (19-35%)
menyebabkan jamur dapat menjadi salah satu alternatif pangan "kaya" protein. Dalam sosialisasi
jamur sebagai alternatif pangan "kaya" protein perlu diidentifikasi terlebih dahulu preferensi
konsumen terhadap jamur, khususnya jamur merang. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa
konsumen di dalam memilih produk tentunya akan melakukan identifikasi terhadap produk
tersebut dengan menilai atribut-atribut yang dimiliki produk yang sesuai dengan keinginannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi preferensi konsumen terhadap berbagai jenis
jamur konsumsi berdasarkan atribut-atribut yang diinginkan oleh konsumen dan menentukan
bobot dan prioritas dari berbagai jenis jamur konsumsi tersebut.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka dilakukan identifikasi preferensi konsumen jamur
dengan menggunakan metode Proses Hirarki Analitik (PHA). Penggunaan metode Proses
Hirarki Analitik (PHA) memungkinkan penentuan bobot dan prioritas dari alternatif jenis jamur
konsumsi yang paling disukai oleh konsumen berdasarkan pembobotan yang diberikan oleh
konsumen itu sendiri.
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah berupa data primer dan data sekunder.
Data primer digunakan untuk mengidentifikasi preferensi konsumen yang dilakukan pada tahap
awal studi pendahuluan dengan menyebarkan 300 kuesioner pertama kepada responden di
wilayah Kotamadya Bogor. Selain itu data primer diperlukan sebagai input dalam komparasi
berpasangan yang diperoleh dari hasil pembagian kuisioner kedua dan wawancara terhadap

responden sebagai para pelaku (actors) sehubungan dengan sasaran utamanya (ultimate goal).
Pengambilan data sekunder dilakukan dengan studi literatur sebagai data penunjang dalam

penelitian. Data sekunder ini diperoleh dari Direktorat Biro Pusat Statistik dan literatur-literatur
lainnya.
Hasil studi pendahuluan diperoleh bahwa yang pernah mengkonsumsi jamur sebanyak 218
responden dan 12 responden tidak pernah mengkonsumsi jamur. Responden yang berjumlah
218 orang dikelompokkan ke dalam dua katagori, yaitu responden yang menyatakan sering
mengkonsumsi jamur sebesar 33,02 persen (72 orang) dan responden yang jarang atau kadangkadang mengkonsumsi jamur sebesar 66,97 persen (146 orang). Profil responden menunjukkan
bahwa mayoritas responden yang mengkonsumsi jamur adalah responden yang berusia antara
15 tahun sampai 24 tahun dengan latar belakang pendidikan SMU atau setingkatnya dan
berstatus sebagai pegawai swasta.
Rasa, harga, alternatif pengganti sayur, kemudahan atau ketersediaan produk tersebut dan
gizi merupakan alasan yang banyak diberikan oleh responden. Alasan responden yang dapat
dijadikan sebagai atribut dalam penyusunan hirarki meliputi rasa, harga, kemudahan atau
ketersediaan produk dan gizi. Atribut merupakan sesuatu yang memiliki intensitas penilaian,
misalnya harga (intensitas penilaian : mahal atau murah) dan kemudahan (intensitas penilaian :
mudah didapat atau sulit didapat). Alasan responden yang dapat dijadikan sebagai atribut dalam
penyusunan hirarki meliputi rasa, harga, kemudahan atau ketersediaan produk dan gizi. Alasan
responden tersebut merupakan jawaban dari pertanyaan terbuka yang terdapat pada kuesioner

pertama dan ini merupakan kelemahan dari kuesioner tersebut. Alternatif pengganti sayur
merupakan salah satu alasan yang memiliki persentase yang cukup besar yaitu 13,65 persen,
namun tidak dapat dijadikan sebagai atribut karena merupakan suatu alasan yang tidak memiliki
intensitas penilaian. Alternatif jenis jamur yang menjadi pilihan responden terdiri dari empat jenis,
yaitu jamur merang, jamur kuping, jamur champignon atau jamur kancing dan jamur tiram. Jenis
jamur tersebut disusun menjadi alternatif dalam suatu hirarki.
Atribut rasa merupakan prioritas utama bagi responden untuk membeli jamur, karena
memiliki bobot yang paling besar yaitu 0,3794 bila dibandingkan dengan atribut yang lainnya.
Atribut Kemudahan memperoleh jamurlketersediaan produk jamur dengan bobot 0,3368 menjadi
prioritas kedua, diikuti oleh atribut harga dan atribut gizi dengan bobot masing-masing 0,1497
dan 0,1342. Alternatif jenis jamur yang menjadi pilihan konsumen adalah jenis jamur merang
dengan bobot 0,3416 yang menjadi prioritas utama responden didalam membeli jamur. Prioritas
kedua sampai keempat adalah jamur tiram, jamur kuping dan jamur champignon atau jamur
kancing dengan bobot masing-masingjamur tersebut adalah 0,2460,0,2365 dan 0,1760. Secara
keseluruhan dari hasil performance sensitivity analysis, jamur merang menjadi prioritas pertama
bagi konsumen didalam proses pembelian produk jamur, karena jamur merang mempunyai
atribut-atribut penting yang menjadi pertimbangan konsumen didalam menentukan alternatif
pilihannya.
Dari hasil analisis terlihat bahwa terdapat dua atribut jamur yang perlu mendapatkan
perhatian khusus, yaitu atribut harga jamur konsumsi dan atribut gizi yang terdapat didalam jamur

konsumsi. Salah satu langkah yang perlu ditempuh oleh para pengusaha jamur konsumsi untuk
memperbaiki atribut harga jamur adalah dengan memperbaiki sistem budidaya jamur konsumsi
kearah yang lebih baik dan tentunya lebih profesional. Sedangkan untuk memperbaiki atribut gizi
adalah dengan menciptakan brand image dan brand awareness yang kuat di dalam benak
konsumen bahwa jamur konsumsi merupakan makanan bergizi dan berkhasiat obat.

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKfilOLOGl PERTANIAN
IDENTIFIKASI PREFERENSI KONSUMEN JAMUR
DENGAN METODE PROSES HlRARKl ANALITIK [PHA)
Dl KOTAMADYA BOGOR

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mernpwdeh
Gdar Sarjana Teknologi Pertanian
pada Jurusan Tekndogi lndustri Pertanian
Fakultas Tekndogi Pertanian, lnstitut Pertanian Bogor

Oleh

Dilahirkan pada tanggal 26 Wlei 197

d Jakarta

Tanggal lulus, 1 September2000