Pasal 25
1 Pemerintah Daerah wajib mewujudkan kawasan tanpa rokok. 2 Setiap orang dilarang merokok di kawasan tanpa rokok sebagaimana dimaksud pada
ayat 1.
Pasal 26
1 Pimpinan atau penanggung jawab tempat umum dan tempat kerja dapat menyediakan tempat khusus untuk merokok.
2 Pimpinan atau penanggung jawab tempat umum dan tempat kerja yang menyediakan tempat khusus untuk merokok harus menyediakan alat penghisap udara sehingga
tidak mengganggu kesehatan bagi yang tidak merokok. 3 Penanggung jawab atau pemilik usaha angkutan umum dapat menyediakan tempat
khusus untuk merokok dengan ketentuan: a.
lokasi tempat khusus untuk merokok terpisah secara fisik atau tidak bercampur dengan kawasan tanpa rokok pada angkutan umum yang sama.
b. Dalam tempat khusus untuk merokok harus dilengkapi alat penghisap udara atau
memiliki sistem sirkulasi. 4 Setiap orang dilarang merokok di tempat umum dan tempat kerja diluar tempat
khusus untuk merokok sebagaimana dimaksud pada ayat 1.
BAB IX TERTIB MINUMAN BERALKOHOL
Pasal 27
1 Setiap orang danatau badan tanpa izin dilarang : a.
Meyimpan, menimbun, mempunyai dalam peyediaan, memiliki, menggunakan, menjual atau menguasai minuman beralkohal;
b. Memproduksi, mengolah dan mengekstraksi minuman beralkohol;
c. Membawa, mengirim, mengangkut atau menyimpan
sementara minuman beralkohol;
2 Setiap orang danatau badan dilarang menjual, mengedarkan dan atau memberikan minuman beralkohol di tempat-tempat umum, lingkungan sekolah, tempat
peribadatan atau keramaian yang dapat menggangu ketertiban umum. 3 Setiap orang dilarang menggunakan, mengkonsumsi atau mabuk minuman beralkohol
di tempat-tempat umum, lingkungan sekolah, tempat peribadatan atau keramaian yang dapat menggangu ketertiban umum.
4 Setiap pegemudi kendaraan bermotor, baik umum, Pribadi atau kendaraan dinas dilarang mengkonsumsi minuman beralkohol.
BAB X TERTIB TEMPAT DAN USAHA TERTENTU
Bagian Kesatu Tempat Usaha
Pasal 28
1 Setiap orang atau badan dalam melakukan kegiatan usaha yang menimbulkan dampak terhadap lingkungan wajib memiliki izin tempat usaha berdasarkan ketentuan
perundang-perundangan.
2 Pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan oleh Walikota atau pejabat yang ditunjuk setelah memenuhi persyaratan.
Pasal 29
1 Setiap orang atau badan dilarang berdagang, berusaha dibagian jalantrotoar, halte, dan tempat-tempat untuk kepentingan umum lainnya diluar ketentuan.
2 Setiap orang dilarang membeli barang dagangan pedagang kaki lima sebagaimana dimaksud pada ayat 1.
3 Kecuali sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 setelah mendapatkan izin dari Walikota atau pejabat yang ditunjuk.
Pasal 30
1 Setiap pedagang kaki lima yang menggunakan tempat berdagang sebagaimana dimaksud dalam pasal 30 ayat 3 harus bertanggung jawab terhadap ketertiban,
kebersihan dan menjaga kesehatan lingkungan serta keindahan di sekitar tempat berdagang yang bersangkutan.
2 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan prosedur penetapan tempat usaha tertentu sebagaimana dimaksud dalam pasal 30 ayat 3 diatur dengan Peraturan
Walikota.
Bagian Kedua Usaha Tertentu
Pasal 31
1 Setiap orangbadan dilarang menempatkan benda-benda dengan maksud untuk melakukan sesuatu usaha dijalan, jalur hijau, taman dan tempat-tempat umum,
kecuali ditempat-tempat yang telah diizinkan oleh pejabat yang berwenang yang ditunjuk oleh Walikota.
2 Setiap orangbadan dilarang menjajakan barang dagangan, membagikan selebaran atau melakukan usaha-usaha tertentu dengan mengharapkan imbalan di jalan, jalur
hijau, taman dan tempat-tempat umum, kecuali tempat-tempat yang ditetapkan oleh Walikota.
3 Setiap orang dilarang membeli barang dagangan dan menerima selebaran sebagaimana dimaksud pada ayat 2.
Pasal 32
1 Setiap orangbadan dilarang melakukan pekerjaan atau bertindak sebagai perantara karcis kendaraan umum, pengujian kendaraan bermotor, karcis hiburan danatau
kegiatan lainnya yang sejenis tanpa izin dari Walikota atau pejabat yang ditunjuk. 2 Setiap orang atau badan dilarang memanfaatkan
mempergunakan perantara sebagaimana dimaksud pada ayat 1.
Pasal 33
1 Setiap usaha pemotongan hewan ternak wajib dilakukan di rumah pemotongan hewan yang ditetapkan oleh Walikota atau pejabat yang telah ditunjuk.
2 Pemotongan hewan dapat dilakukan diluar rumah pemotongan hewan untuk keperluan peribadatan atau upacara-upacara adat setelah mendapat izin dari Walikota
atau pejabat yang telah ditunjuk.
Pasal 34
1 Setiap orang atau badan yang melakukan tata niaga daging yang dikonsumsi oleh konsumen muslim mencantumkan label halal sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. 2 Setiap orang atau badan dilarang menjual, mengedarkan, menyimpan, mengelola
daging danatau bagian-bagian lainnya yang : a. Berupa daging selundupan;
b. Tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan dan tidak layak dikonsumsi.
Pasal 35
Setiap pengusaha daging, pemasok daging, penggilingan daging dan pengelola daging wajib memiliki izin dari Walikota atau pejabat yang ditunjuk.
Pasal 36
1 Setiap usaha untuk memasukan danatau mengeluarkan ternak keluar daerah dan dari luar daerah harus mendapat rekomendasi dari pejabat berwenang yang ditunjuk
oleh Walikota. 2 Setiap pemasukan ternak kedaerah harus disertai surat kesehatan hewan dan tujuan
pengiriman dari pejabat instansi berwenang dari daerah asal ternak.
Pasal 37
Setiap orangbadan dilarang melakukan usaha pengumpulan, penampungan, penyaluran tenaga kerja atau pengasuh tanpa izin dari Walikota atau pejabat yang ditunjuk.
Pasal 38
1 Setiap orang atau badan melakukan usaha pengumpulan, penampungan, barang- barang bekas dan mendirikan tempat kegiatan usaha tidak menimbulkan pencemaran
serta mengganggu ketertiban umum. 2 Setiap orang atau badan melakukan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat 1
diatas setelah mendapt izin Walikota atau pejabat yang ditunjuk.
BAB XI TERTIB BANGUNAN