Nurul Hikmah, 2016 EFEKTIVITAS TEKNIK SOLUTION-FOCUSED BRIEF COUNSELING SFBC DALAM SETTING KELOMPOK
UNTUK MENINGKATKAN SELF CONTROL SISWA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini merupakan pendahuluan yang membahas latarbelakang penelitian yang menjadi titik tolak penelitian, identifikasi masalah, tujuan penelitian,
pertanyaan penelitian, manfaat penelitian, sistematika penulisan.
A. Latar Belakang Penelitian
Self-control atau mengendalikan diri merupakan dimensi utama untuk meraih masa depan yang lebih baik. Manusia pada umumnya memiliki self-
control baik anak-anak, remaja maupun orang dewasa. Self-control yang ada pada manusia memiliki kadar yang berbeda sesuai dengan berbagai faktor yang
melatarbelakanginya. Duckworth Kern 2011 menyatakan self-control memiliki arti yang berbeda dari berbagai literatur baik nama, mendefinisikan
maupun kontruks dari self-control. Namun ada teori umum yang disepakati bahwa self-control didefinisikan sebagai kapasitas untuk mengubah atau mengganti
kecenderungan respon yang dominan dan untuk mengatur perilaku, pikiran, dan emosi. Self-control berfokus menghambat respon yang tidak diinginkan yang
merusak dan berupaya agar dapat merangsang respon yang diinginkan. Self- control juga prasyarat penting untuk self-regulation Ridder et al 2012. Self-
control melibatkan penundaan sesuatu yang baik saat ini untuk mencapai sesuatu yang baik di masa depan Pervin dan Corveno, 2012: hal. 258.
Pada masa kehidupan manusia, masa remaja menjadi titik awal untuk mengingkatkan self-control, karena pada masa remaja mulai belajar
mempertanggungjawabkan semua perkataan dan perbuatannya. Masa remaja adolescence sebagai periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak
dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional Santrock, 2007: hal.20. Masa remaja juga kadang-kadang
dikenal sebagai the ten years, yaitu masa ketika remaja mengalami lompatan- lompatan yang besar Rabee’, 2011: hal.304. Lompatan-lompatan itu
menyebabkan beberapa hal terjadi pada remaja seperti keinginan untuk
Nurul Hikmah, 2016 EFEKTIVITAS TEKNIK SOLUTION-FOCUSED BRIEF COUNSELING SFBC DALAM SETTING KELOMPOK
UNTUK MENINGKATKAN SELF CONTROL SISWA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
menyendiri, merasa bosan, tidak nyaman, menolak, membangkang dan emosi yang memuncak serta berbagai ciri-ciri yang biasa terjadi pada remaja. Beberapa
hal yang dirasakan remaja tersebut menuntut remaja untuk mampu untuk mengontrol dirinya self-control. Hurlock 2002 berpendapat salah satu tugas
perkembangan yang harus dimiliki remaja adalah memiliki perilaku self-control yaitu dengan mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok dari padanya dan
kemudian mau membentuk perilakunya agar sesuai dengan harapan sosial tanpa harus dibimbing, diawasi, didorong, dan diancam hukuman seperti yang alaminya
waktu masa kanak-kanak. Remaja diharapkan mengganti konsep-konsep moral yang berlaku khusus di masa kanak-kanak dengan prinsip moral yang berlaku
umum dan merumuskan ke dalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman bagi perilakunya Hurlock, 2002: hal.225.
Menurut Mischel dalam Cervone dan Pervin, 2012 kemampuan self- control seseorang dipengaruhi pengalaman yang di alami ketika masa kanak-
kanak, Mischel melakukan penelitian dengan menghubungkan skor penundaan kepuasaan anak prasekolah untuk mengukur kompetensi kognitif dan sosial
mereka saat remaja, dalam rentang waktu 10 tahun, hasilnya menunjukkan bahwa remaja yang mampu menunda kepuasaan ketika masa kanak-kanak, setelah
remaja memiliki self-control yang baik seperti, penuh perhatian, mampu berkonsentasi, dapat mengekspresikan ide-ide baik, responsif terhadap alasan,
kompeten, terampil, mampu berpikir ke depan, serta mampu menghadapi dan mengatasi stres secara matang Cervone dan Pervin, 2012, hal. 262. Menurut
Surya dalam Lestari, 2012 self-control mempunyai makna sebagai daya yang memberi arah bagi individu dalam hidupnya dan tangungjawab penuh terhadap
konsekuensi dari perilakunya. Semakin mampu individu mengendalikan perilakunya, maka semakin mungkin menjalani hidupnya secara efektif dan
terhindar dari situasi yang dapat menggangu perjalanan hidupnya. Individu yang kurang memiliki self-control disebabkan karena tidak belajar kecakapan dan
pengorbanan untuk mencapai suatu tujuan, dan tidak belajar bagaimana untuk menjadi dirinya sendiri Lestari, 2012: hal.17.
Nurul Hikmah, 2016 EFEKTIVITAS TEKNIK SOLUTION-FOCUSED BRIEF COUNSELING SFBC DALAM SETTING KELOMPOK
UNTUK MENINGKATKAN SELF CONTROL SISWA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Untuk menjadi dirinya sendiri kepribadian individu dipengaruhi oleh faktor lingkungan yaitu keluarga, kebudayaan dan sekolah. Keluarga dipandang
sebagai penentu utama pembentukan kepribadian seseorang. Kebudayaan mengatur kehidupan dari mulai lahir sampai meninggal, baik yang disadari
maupun tidak disadari. Pada lingkungan sekolah, ada beberapa hal yang mempengaruhi antara lain; a iklim emosional kelas; b sikap dan perilaku guru;
c disiplin tata-tertib; d prestasi belajar dan penerimaan teman sebaya Yusuf Nurihsan, 2013: hal. 27-33. Salah satu lingkungan yang menjadi tempat untuk
menjalankan tugas perkembangan bagi remaja adalah sekolah. Sekolah merupakan tempat berkumpulnya berbagai individu dengan latarbelakang yang
beragam, sehingga dalam interaksi sosial remaja memerlukan perilaku self-control yang tinggi untuk dapat selaras dengan irama kehidupan di sekolah maupun diluar
sekolah. Brooks-Gunn Warren dalam Santrock, 2012 menyebutkan pengalaman
lingkungan dapat memberikan kontribusi lebih besar dalam depresi dan kemarahan remaja. Meningkatkan kemampuan kognitif dan self-control melalui
kesadaran diri dapat mempersiapkan remaja dapat mengatasi stress dan fluktuasi emosional Santrock, 2007: hal. 202. Self-control yang rendah dapat merusak
masa depan remaja, remaja yang sudah terlibat dalam perilaku yang bermasalah seperti merokok, narkoba, minum-minuman keras, dan pergaulan bebas
membutuhkan penangganan khusus. Ketidakcakapan dalam mengelola self- control bagi remaja memberikan dampak tersendiri bagi kehidupan remaja.
Tsukayama, Kim dan Duckworth, 2013 menyebutkkan hasil penelitiannya bahwa remaja awal early adolescence yang memiliki self-control rendah
merupakan salah satu pemicu stress. Gallupe dan Baron 2010 menyebutkan moralitas dan self-control yang rendah memiliki keterkaitan dengan
kecenderungan untuk mengunakan obat-obatan terlarang pada remaja. Li, Li dan Newman 2013 menyatakan remaja yang memiliki self-control yang tinggi
menunjukkan penurunan Problematic Internet Use PIU disamping adanya efek diferensial kontrol dari orang tua terhadap remaja. Gottfredson dan Hirschi dalam
Blumenstein dan Ford, 2013 berpendapat self-control yang rendah merupakan
Nurul Hikmah, 2016 EFEKTIVITAS TEKNIK SOLUTION-FOCUSED BRIEF COUNSELING SFBC DALAM SETTING KELOMPOK
UNTUK MENINGKATKAN SELF CONTROL SISWA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
pemicu awal terjadinya kejahatan. Orang-orang dengan self-control yang rendah tidak dapat mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang dari tindakan
mereka demi memuaskan diri, dan kesenangan sesaat. Para ahli berpendapat remaja yang memiliki self-control rendah lebih mungkin untuk terlibat dalam
kegiatan kriminal, seperti minum-minuman keras, merokok, dan perjudian. Menurut Blumenstein dan Ford 2013 self-control yang rendah terjadi akibat dari
kurangnya interaksi sosial, pola asuh orang tua yang tidak memadai, dan tidak stabilnya pengasuhan ketika masa kecil. Self-control yang rendah memiliki ciri-
ciri seperti tidak sensitif, impulsif, berani mengambil resiko risk-taking, suka dengan sesuatu yang menantang secara fisik, melihat secara sinis. De Kemp,
Vermulst, FinKenauer, Scholte, Overbeek, dan Rommes 2009 menyebutkan temuan dari studi longitudinal yang menyelidiki hubungan antara self-control dan
perilaku agresif antisocial behavoir pada remaja awal laki-laki dan perempuan. Self-control yang tinggi pada secara konsisten menurunkan perilaku agresif dan
nakal dalam 6 bulan berikutnya. Moon dan Alarid 2014 menyatakan remaja dengan self-control rendah cenderung suka mengertak baik secara fisik maupun
psikologis, sifat bullying ini semakin diperkuat dengan faktor-faktor kesempatan seperti bekerja sama dengan penggangu, pengawasan orang tua yang lemah,
lingkungan sekolah yang negatif serta sikap guru yang suka menghukum remaja. Ruhban 2013 menyebutkan hasil temuannya bahwa self-control yang rendah
memiliki hubungan positif dengan intensitas penggunaan facebook pada remaja. Beberapa hasil penelitian yang menggambarkan rendahnya self-control
pada remaja serupa dengan hasil studi lapangan yang dilakukan pada salah satu SMPN yang ada di Kota Cimahi. Guru Bimbingan dan Konseling telah berusaha
melakukan need assessment pada murid-murid yang menjadi kelas binaannya, namun belum sepenuhnya mengoptimalkan hasil need assessment, hal ini terlihat
dari hasil observasi masih memprioritaskan siswa-siswa yang memiliki masalah yang terkait laporan baik dari siswa maupun laporan dari orang tua siswa
Hikmah, 2015. Akhirnya sebagian kecil siswa yang mampu ditanggani untuk diselesaikan masalahnya. Self-control yang merupakan penunjang kesuksesan
individu, belum sepenuhnya menjadi perhatian guru Bimbingan dan Konseling.
Nurul Hikmah, 2016 EFEKTIVITAS TEKNIK SOLUTION-FOCUSED BRIEF COUNSELING SFBC DALAM SETTING KELOMPOK
UNTUK MENINGKATKAN SELF CONTROL SISWA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Self-control tinggi menunjukkan remaja tersebut mampu untuk mengatur perilaku, pikiran dan keputusan. Hal ini didukung oleh hasil tes pada aspek self-control
yang secara umum menggambarkan: 1 sejumlah 12 siswa 16 memiliki self- control rendah; 2 sejumlah 48 siswa 64 memiliki self-control sedang; dan 3
sejumlah 15 orang siswa 20 memiliki self-control tinggi. Sedangkan berdasarkan persentase per aspek siswa yang masuk dalam kategori rendah adalah
: 1 aspek kontrol prilaku berjumlah 9 orang; 2 aspek kontrol kognitif berjumlah 12 orang; dan 3 aspek kontrol keputusan berjumlah 11 orang Hikmah, 2015.
Remaja pada SMPN tersebut merupakan siswa yang memiliki orang tua dengan latar belakang pendidikan yang berbeda, mulai dari orang tua dengan
berlatar pendidikan tamatan Sekolah Dasar hingga Sarjana. Hal ini menimbulkan permasalahan tersendiri yang memicu terjadinya berbagai masalah internal antar
sesama siswa di lingkungan sekolah. Permasalahan muncul karena adanya perbedaan kepribadian dan pengalaman lingkungan yang berbeda pada tiap siswa
di SMPN tersebut. Lingkungan keluarga memberikan kontribusi bagi self-control yang rendah pada beberapa remaja di SMPN tersebut. Hal ini sesuai hasil
observasi dan penelitian pendahuluan, ada siswa yang diberi surat peringkatan serta paling berat dikeluarkan dari sekolah karena masalah-masalah yang terkait
self-control yang rendah serta lingkungan keluarga yang kurang mendukung, seperti orang tua sering berhantam dirumah, orang tua dalam proses perceraian
serta siswa yang diasuh oleh nenek atau kakeknya dan jauh dari orang tua. Selain itu juga, terlihat adanya beberapa siswa yang memiliki sifat bulliying seperti
meminta uang adik kelas, kecanduan penggunaan internet seperti game online, agresif dan nakal, mencontek ketika ujian, prestasi akademik yang menurun,
kabur dari rumah, merokok, pergi kemana-mana tanpa tujuan yang jelas berkeluyuran, malas belajar, malas untuk melaksanakan ibadah seperti sholat
dan lain sebagainya Hikmah, 2015. Upaya untuk meningkatkan self-control pada siswa di sekolah seharusnya
menjadi prioritas khususnya bidang bimbingan dan konseling. Pada bimbingan dan konseling komprehensif ada yang disebut layanan responsif. Layanan
responsif menurut Nurihsan 2006 merupakan layanan bimbingan yang bertujuan
Nurul Hikmah, 2016 EFEKTIVITAS TEKNIK SOLUTION-FOCUSED BRIEF COUNSELING SFBC DALAM SETTING KELOMPOK
UNTUK MENINGKATKAN SELF CONTROL SISWA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
membantu memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat penting oleh siswa pada saat ini. Layanan ini lebih bersifat kuratif Nurihsan, 2006: hal. 45. Keberhasilan
remaja dalam usaha untuk memperbaiki kepribadiannya tergantung pada banyak faktor. Hurlock 2002 menyebutkan empat faktor usaha untuk memperbaiki
pribadian remaja yaitu; 1 remaja harus menentukan ideal-ideal yang realistik dan dapat mereka capai; 2 remaja harus membuat penilaian yang realistik mengenai
kekuatan dan kelemahannya; 3 remaja harus mempunyai konsep diri yang stabil; dan 4 remaja harus merasa cukup puas dengan apa yang mereka capai dan
bersedia memperbaiki prestasi-prestasi di bidang-bidang yang mereka anggap kurang Hurlock, 2002: hal. 235.
Layanan yang lebih bersifat kuratif salah satunya adalah konseling kelompok. Konseling kelompok yang dimaksud untuk meningkatkan self-control
pada siswa adalah Solution-Focused Brief Counseling SFBC dalam setting kelompok. Dipilihnya solution focused brief counseling untuk meningkatkan self-
control karena adanya keberhasilan dari beberapa penelitian sebelumnya yang mengunakan pendekatan ini. Temuan Garner 2000 yang meneliti persepsi
konselor sekolah pada multi isu dengan mengunakan pendekatan solution focused group counseling menunjukkan konselor sekolah menganggap model solution
focused group counseling merupakan model yang layak dijadikan sebagai alternatif pada konseling kelompok.
Model solution focused group counseling memiliki banyak dampak positif, walaupun ada tantangan yang terkait lingkungan sekolah. Hasil penelitian lain
oleh Javanmini, Kimiace, Hashem 2013 menunjukkan adanya penurunan tingkat depresi pada remaja putri, setelah dilaksanakan intervensi mengunakan
solution focused group counseling. Fitch, Marshall McCarthy 2012 menyebutkan solution-focused brief counseling juga mampu meningkatkan
keterampilan akademis yang berkaitan dengan self-regulated learning. Temuan Jones, Hart, Jimerson, Dowdy, Earhart, James Tyler 2009 rekomendasi untuk
mengunakan solution-focosed brief counseling dalam proses konseling yang dilaksanakan di sekolah.
Nurul Hikmah, 2016 EFEKTIVITAS TEKNIK SOLUTION-FOCUSED BRIEF COUNSELING SFBC DALAM SETTING KELOMPOK
UNTUK MENINGKATKAN SELF CONTROL SISWA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
Beberapa hasil penelitian menunjukan solution-focused brief counseling efektif dan efisien dalam mengatasi masalah-masalah yang dialami individu
remaja, sehingga diharapkan solution-focused brief counseling dalam setting kelompok pun mampu untuk meningkatkan self-control yang rendah pada siswa
di SMP 6 Cimahi. Disamping itu solution-focused brief counseling pada prinsipnya percaya konseli sudah siap pada saat memasuki sesi konseling. Peran
konselor dalam solution-focused brief counseling membantu mengenal sumber daya yang miliki konseli Gladding, 2012: hal.285. Menurut Cavanagh dalam
Dahlan, 2011: hal. 37 setiap orang memiliki psychological strength daya psikologi untuk menyelesaikan masalahnya. Orang yang membutuhkan konseling
adalah orang yang kurang baik dalam daya psikologi, sehingga mengalami ketidaknyaman distress dalam kehidupan lebih dari semestinya. Salah satu daya
psikologi yang dimiliki remaja adalah self-control. Dengan demikian perlu ada upaya bantuan berupa konseling bagi siswa
yang berada pada salah satu SMPN di Cimahi melalui solution-focused brief counseling dalam setting kelompok sehingga dapat meningkatkan self-control,
agar remaja mampu melewati masa perkembangan menuju dewasa dengan baik.
Nurul Hikmah, 2016 EFEKTIVITAS TEKNIK SOLUTION-FOCUSED BRIEF COUNSELING SFBC DALAM SETTING KELOMPOK
UNTUK MENINGKATKAN SELF CONTROL SISWA Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah