Pengaruh Pemberian Tahu Cina yang Mengandung Formalin terhadap Kondisi Fisiologis dan Morfologis Tikus (Rattus norvegicus)

PENGARUH PEMBERIAN TAHU ClNA YANG MENGANDUNG FORMALIN
TERHADAP KONDlSl FlSlOLOGIS DAN MORFOLOGIS
TI KUS (Rattus norvegicus)

JURUSAN GlZl MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTAMIAN BOGOR
1997

RINGKASAN
WIDAWATI. Pengaruh Pemberian Tahu Cina yang Mengandung Formalin
Terhadap Kondisi Fisiologis dan Morfologis Tikus (Hntrzcv norvegiczrs). Dibawah
bimbingan FUiiIBAWAN, E W DAMAYANTHI dan SRI ESTUNINGSM.
Kondisi keamanan pangan hdonesia saat ini dapat dikatakan masih riskan
dan betum dapat mendukung sepenuhnya kondisi kesehatan masyarakat. Hal tersebut
terbukti dari masih banyak makanan menggunakan bahan tambahan yang tidak
diizinkan, diantaranya adalah pengawet. Tahu merupakan salah satu makanan yang
diawetkan dengan pengawet yang dilarang, yaitu formalin. Menurut Untajana
(1996), hampir semua tahu yang ada di pasar tradisional maupun pasar swalayan di
Kotamadya Bogor diawetkan dengan formafin, dimana konsentrasi formalin tertinggi
terdapat pada tahu cina. Untuk mengetahui sampai sejauh mana kondisi yang terjadi

akibat mengkonsumsi tahu yang mengandung formalin, dilakukan uji biologis pada
tikus percobaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya formalin pada tahu
cina yang dijual di pasar tradisional sekitar Darmaga, Kabupaten Bogor; menentukan
kadar fotmalin yang ditambahkan kedalam air perendam tahu cina sehingga
diperoleh kadar formaldehida pada tahu cina tertinggi sesuai hasil penelitian
Untajana (1996); mempelajari pengaruh penggorengan terhadap kadar formaldehida
tahu cina; mempelajari kandungan protein, lemak, abu dan air dari tahu cina baik
mentah maupun goreng yang mengandung formalin dan dibandingkan dengan kontrol
(tahu tidak mengandung formalin); mempelajari pengaruh peinberian tahu cina yang
mengadung formalin dan tidak mengandung formalin terhadap kondisi fisiologis
tikus (kekeringan kulit, timbulnya flek dan kerontokan bulu), kondisi makroskopis
atau patologi anatomi (PA) dan kondisi nlikroskopis atau histopatologi (HP)organorgan dalam tubuh tikus (hati, ginjal, limpa, jantung lambung, usus), berat badan,
jumlah ransum yang dimakan, volume urin, ada tidaknya kasus haematuria dan kadar
protein plasma tikus percobaan.
Pada penelitian pendahuluan dilakukan pengujian formalin pada tahu cina
yang dijual di Pasar Ciampea, Ciherang dan Gunung Batu. Selain itu dilakukan
survey ke pabrik tahu tradisional Cibanteng untuk menentukan prosedur pembuatan
tahu cina yang akan diterapkan di AP4 IPB. Untuk mendapatkan kadar formaldehida
tertinggi menurut hasil penelitian Untajana (1996) yaitu 0,805 ppm, maka dilakukan

perendaman tahu cina dengan larutan formalin 0,05%, 0,1%, 0,15% dan 0,2%
(Winarno & Rahayu, 1994) selama 11 jam (kebiasaan di pabrik tahu Cibanteng)
kemudian dianalisis kadar formaldehidanya. Pada penelitian lanjutan dilakukan
analisis kadar formaldehida pada tahu cina yang telah digoreng. Analisis proksimat
dilakukan baik untuk tahu cina yang mengandung formalin dan tidak mengandung
formalin (mentah maupun goreng). Tahu yang telah dianalisis dikeringkan dengan
"Freez Dryer", kemudian dianalisis kadar formaldehida dan digunakan sebagai
ransum tikus. Selanjutnya dilakukan uji biolo$s dengan menggunakan tikus Wistar

jantan. Terdapat lima perlakuan tikus yang mendapat ransum berbeda yaitu
perlakuan ransurn tahu mentah yang tidak mengandung formalin tetapi formalin
ditambahkan pada saat ransum akan diaduk (Kontrol positif), perlakuan ransurn tahu
mentah yang mengandung formalin (Mentah Formalin), perlakuan ransum tahu
mentah yang tidak mengandung formalin (Mentah), perlakuan ransum tahu goreng
yang mengandung formalin (Goreng Fonnalin) dan perlakuan ransum tahu goreng
yang tidak mengandung formalin (Goreng). Perlakuan Casein (kontrol negatif)
digunakan sebagai pembanding pada pengamatan PA dan HI?. Pada hari ke-31 tikus
dibedah (nekropsi), diiakukan pcngamataii PA &an HP pada ocjan hati, ginjal, li~~xpa,
jantung, lambung dan usus. Data rata-rata konsumsi ransum, pertambahan berat
badan, FCE, volume urin, total protein plasma, berat relatif organ hati, ginjal, limpa,

jantung dan "screening" terhadap organ ginjal dianalisis menggunakan uji sidik
ragam Rancangan Acak Lengkap (Sudjana,l984) sedangkan data analisis proksimat
secara deskriptif. Apabila data RAL berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan
menggunakan uji beda antar nilai tengah (uji Duncan) (Steel & Torrie, 1991).
Analisis data "screening" organ hati dan lambung menggunakan uji Khi-Kuadrat dan
uji Fisher (Daniel, 1990).
Tahu cina yang dijual di pasar tradisional sekitar Darmaga Kabupaten Bogor
temyata positif menggunakan formalin sebagai pengatvet. Dari hasil analisis
formaldehida pada tahu cina dengan beberapa konsentrasi formalin diketahui bahwa
semakin tinggi kadar formalin yang digunakan untuk merendaln tahu, semakin tinggi
pula kadar formaldehida pada tahu cina dan air perendamnya. Kadar formaldehida
pada air perendam tahu cina lebih tinggi dibandingkan kadar fonnaldehida pada tahu
cina. Penggorengan pada suhu i 170°C selama 2 3 menit akan menurunkan kadar
formaldehida tahu sebanyak 76,87% (dari 0,843 ppm menjadi 0,195 ppm dalam berat
basah) atau 88,426 (4,971 menjadi 0,576 ppm dalam berat kering). Kandungan zat
gizi (96 b.k) kadar abu, protein dan le~nakpada tahu mentah yang mengandung
formalin berturut-turut adalah 4,Ol; 53,s; 37,26; tahu inentah yang tidak mengandung
formalin (% b.k) adalah 3,69; 45,07; 26,37; tahu goreng yang mengandung fonnalin
(% b.k) adalah 3,84; 41,38; 40,41; dan tahu goreng yang tidak mengandung formalin
(% b.k) adalah 3,34; 38,63; 39,16. Tidak ditemukan adanya kelainan fisiologis dan

darah dalam urin (haematuria) pada semua perlakuan tikus. Rata-rata konsumsi
ransum per hari (yam) perlakuan Kontrol positif, Mentah Formalin, Mentah, Goreng
Formalin dan Goreng berturut-tumt adalah 11,39; 12,45; 12,75; 13,26 dan 11,59.
Rata-rata pertambahan berat badan tikus dibandingkan dengan berat badan awal
(gram) perlakuan Kontrol positif, Mentah Formalin, Mentah, Goreng Formalin dan
Goreng adalah 94,05; 108,9; 112,8; 98,10 dan 91,05. FCE perlakuan Kontrol positif,
Mentah Formalin, Mentah, Goreng Formalin dan Goreng adalah 0,272; 0,288; 0,296;
0,245 dan 0,262. Rata-rata volume urin perhari (ml) perlakuan Kontrol positif,
Mentah Formalin, Mentah, Goreng Formalin dan Goreng adalah 2,42; 3,62; 4,17;
3,29 dan 3,05. Kadar protein plasma total ( d l 0 0 ml) perlakuan Kontrol positif,
Mentah Formalin, Mentah, Goreng Formalin dan Goreng adalah 5,86; 6,80; 6,54;
6,06 dan 6,lO. Hasil pengamatan PA menunjukkan kondisi organ ginjal, limpa dan

jantung untuk semua perlakuan tikus tidak menunjukkan perubahan yang menonjol.
Bila dibandingkan dengan perlakuan Casein, hati nampak pucat, lambung benvama
kemerahan (iritasi). Organ usus perlakuan Casein dan Goreng tarnpak normal, tetapi
perlakuan Kontrol positif mukosa menipis, perlakuan Mentah Formalin, Mentah dan
Goreng Formatin usus mengalami nekrosa. Berat relatif organ hati, ginjal, limpa dan
jantung (x 1000) untuk perlakuan Kontrol positif adalah 37,80; 4,56; 1,90 dan 3,82;
perlakuan Mentah Formalin adalah 37,OO; 4,18; 1,89 dan 3,87; perlakuan Mentah

adalah 38,48; 4,18; 1,87 dan 4,15; perlakuan Goreng Formalin adalah 40,l.l; 4,59;
2,17 clan 4,05; pzrlahuan Goreng adalah 3S,14; 4,?9; 1,91 dan 3,82. IIasil
pengamatan HP organ limpa dan jantung semua perlakuan tikus tampak normal.
Tetapi hati mengalami perlemakan, ginjal mengalami mineralisasi, lambung
mengalami keratinisasi, selain perlakuan Casein, Mentah dan Goreng vili-vili usus
melepas akibat nekrosa.
Disimpulkan bahwa tahu cina yang mengandung formalin ternyata masih
diternui di pasar sekitar Dannaga, Kabupaten Bogor. Kadar formaldehida pada air
perendaman tahu cina lebih tinggi dibandingkan kadar formaldehida pada tahu cina
dan ha1 ini sejalan dengan peningkatan konsentrasi formalin yang ditambahkan.
Kadar formalin yang digunakan untilk merendam tahu cina adalah 0,24%.
Kandungan protein dan lemak tahu nlentah dan goreng yang mengandung fonnalin
lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Proses penggorengan dapat menurunkan
kadar fonnaldehida pada tahu cina. Tidak ditemukan adanya kelainan fisiologis dan
darah dalam urin (haematuria). Pemberian ransum tahu cina yang mengandung
formalin (rata-rata sebanyak 11,39; 13,26 dan 12,45 ghari dengan kadar 0 , l l ; 0,14
dan 0,22 mgkg BBihari) pada tikus percobaan selama 30 hari secara umum dapat
menurunkan FCE, volume urin dan kadar protein plasma total. Berat relatif organ
ginjal dan limpa secara umum juga meningkat pada tikus yang diberi ransum
mengandung formalin. Hasil pengamatan PA organ ginjal, limpa dan jantung untuk

semua perlakuan tikus terlihat normal. Organ hati benvama pucat, lambung
mengalami nekrosa dan usus mengalami iritasi selain pada perlakuan Casein.
Pengamatan HP menujukkan adanya kelainan pada organ hati (perlemakan), ginjal
(mineralisasi) dan lambung (keratinisasi) selain pada perlakuan Casein. Organ usus,
perlahvan Casein, Mentah dan Goreng tampak normal dibandingkan perlakuan
Kontrol positif, Mentah Formalin dan Goreng Formalin (nekrosa). Organ limpa dan
jantung pada semua perlakuan tikus terlihat normal. Dengan demikian tahu cina
yang mengandung formalin baik mentah maupun goreng dapat memsak organ hati,
ginjal, lambung dan usus tikus percobaan lebih berat dibandingkan tikus yang diberi
ransum kasein, tahu mentah dan goreng yang tidak mengandung formalin.
Disarankan perlu dilakukan pengamatan histopatologis pada organ-organ
tikus yang akan dijadikan hewan percobaan apabila penelitian bertujuan untuk
rnelihat perubahan organ-organ secara mikroskopis. Selain itu perlu dilakukan
penelitian pengaruh waktu pemaparan yang berbeda terhadap tingkat kerusakan sel,
penentuan LDjo tahu yang mengandung fom~alindan penganlh pengolahan
berbeda-beda terhadap kadar formaldehida tahu, terutama tahu cina.

PENGARUH PEMBERIAN TAHU ClNA YANG MENGANDUNG FORMALIN
TERHADAP KONDlSl FlSlOLOGlS DAN MORFOLOGIS
TlKUS (Raftus norvegicus)


Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
lnstiutut Pertanian Bogor

Oleh :
WIDAWATI
A 30.1713

JURUSAN GlZl MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997

PENGARUH PEMBERIAN TAHU ClNA YANG MENGANDUNG FORMALIN
TERHADAP KONDlSl FlSlOLOGIS DAN MORFOLOGIS
TI KUS (Rattus norvegicus)


JURUSAN GlZl MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTAMIAN BOGOR
1997

RINGKASAN
WIDAWATI. Pengaruh Pemberian Tahu Cina yang Mengandung Formalin
Terhadap Kondisi Fisiologis dan Morfologis Tikus (Hntrzcv norvegiczrs). Dibawah
bimbingan FUiiIBAWAN, E W DAMAYANTHI dan SRI ESTUNINGSM.
Kondisi keamanan pangan hdonesia saat ini dapat dikatakan masih riskan
dan betum dapat mendukung sepenuhnya kondisi kesehatan masyarakat. Hal tersebut
terbukti dari masih banyak makanan menggunakan bahan tambahan yang tidak
diizinkan, diantaranya adalah pengawet. Tahu merupakan salah satu makanan yang
diawetkan dengan pengawet yang dilarang, yaitu formalin. Menurut Untajana
(1996), hampir semua tahu yang ada di pasar tradisional maupun pasar swalayan di
Kotamadya Bogor diawetkan dengan formafin, dimana konsentrasi formalin tertinggi
terdapat pada tahu cina. Untuk mengetahui sampai sejauh mana kondisi yang terjadi
akibat mengkonsumsi tahu yang mengandung formalin, dilakukan uji biologis pada
tikus percobaan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya formalin pada tahu

cina yang dijual di pasar tradisional sekitar Darmaga, Kabupaten Bogor; menentukan
kadar fotmalin yang ditambahkan kedalam air perendam tahu cina sehingga
diperoleh kadar formaldehida pada tahu cina tertinggi sesuai hasil penelitian
Untajana (1996); mempelajari pengaruh penggorengan terhadap kadar formaldehida
tahu cina; mempelajari kandungan protein, lemak, abu dan air dari tahu cina baik
mentah maupun goreng yang mengandung formalin dan dibandingkan dengan kontrol
(tahu tidak mengandung formalin); mempelajari pengaruh peinberian tahu cina yang
mengadung formalin dan tidak mengandung formalin terhadap kondisi fisiologis
tikus (kekeringan kulit, timbulnya flek dan kerontokan bulu), kondisi makroskopis
atau patologi anatomi (PA) dan kondisi nlikroskopis atau histopatologi (HP)organorgan dalam tubuh tikus (hati, ginjal, limpa, jantung lambung, usus), berat badan,
jumlah ransum yang dimakan, volume urin, ada tidaknya kasus haematuria dan kadar
protein plasma tikus percobaan.
Pada penelitian pendahuluan dilakukan pengujian formalin pada tahu cina
yang dijual di Pasar Ciampea, Ciherang dan Gunung Batu. Selain itu dilakukan
survey ke pabrik tahu tradisional Cibanteng untuk menentukan prosedur pembuatan
tahu cina yang akan diterapkan di AP4 IPB. Untuk mendapatkan kadar formaldehida
tertinggi menurut hasil penelitian Untajana (1996) yaitu 0,805 ppm, maka dilakukan
perendaman tahu cina dengan larutan formalin 0,05%, 0,1%, 0,15% dan 0,2%
(Winarno & Rahayu, 1994) selama 11 jam (kebiasaan di pabrik tahu Cibanteng)
kemudian dianalisis kadar formaldehidanya. Pada penelitian lanjutan dilakukan

analisis kadar formaldehida pada tahu cina yang telah digoreng. Analisis proksimat
dilakukan baik untuk tahu cina yang mengandung formalin dan tidak mengandung
formalin (mentah maupun goreng). Tahu yang telah dianalisis dikeringkan dengan
"Freez Dryer", kemudian dianalisis kadar formaldehida dan digunakan sebagai
ransum tikus. Selanjutnya dilakukan uji biolo$s dengan menggunakan tikus Wistar

jantan. Terdapat lima perlakuan tikus yang mendapat ransum berbeda yaitu
perlakuan ransurn tahu mentah yang tidak mengandung formalin tetapi formalin
ditambahkan pada saat ransum akan diaduk (Kontrol positif), perlakuan ransurn tahu
mentah yang mengandung formalin (Mentah Formalin), perlakuan ransum tahu
mentah yang tidak mengandung formalin (Mentah), perlakuan ransum tahu goreng
yang mengandung formalin (Goreng Fonnalin) dan perlakuan ransum tahu goreng
yang tidak mengandung formalin (Goreng). Perlakuan Casein (kontrol negatif)
digunakan sebagai pembanding pada pengamatan PA dan HI?. Pada hari ke-31 tikus
dibedah (nekropsi), diiakukan pcngamataii PA &an HP pada ocjan hati, ginjal, li~~xpa,
jantung, lambung dan usus. Data rata-rata konsumsi ransum, pertambahan berat
badan, FCE, volume urin, total protein plasma, berat relatif organ hati, ginjal, limpa,
jantung dan "screening" terhadap organ ginjal dianalisis menggunakan uji sidik
ragam Rancangan Acak Lengkap (Sudjana,l984) sedangkan data analisis proksimat
secara deskriptif. Apabila data RAL berbeda nyata, maka dilanjutkan dengan

menggunakan uji beda antar nilai tengah (uji Duncan) (Steel & Torrie, 1991).
Analisis data "screening" organ hati dan lambung menggunakan uji Khi-Kuadrat dan
uji Fisher (Daniel, 1990).
Tahu cina yang dijual di pasar tradisional sekitar Darmaga Kabupaten Bogor
temyata positif menggunakan formalin sebagai pengatvet. Dari hasil analisis
formaldehida pada tahu cina dengan beberapa konsentrasi formalin diketahui bahwa
semakin tinggi kadar formalin yang digunakan untuk merendaln tahu, semakin tinggi
pula kadar formaldehida pada tahu cina dan air perendamnya. Kadar formaldehida
pada air perendam tahu cina lebih tinggi dibandingkan kadar fonnaldehida pada tahu
cina. Penggorengan pada suhu i 170°C selama 2 3 menit akan menurunkan kadar
formaldehida tahu sebanyak 76,87% (dari 0,843 ppm menjadi 0,195 ppm dalam berat
basah) atau 88,426 (4,971 menjadi 0,576 ppm dalam berat kering). Kandungan zat
gizi (96 b.k) kadar abu, protein dan le~nakpada tahu mentah yang mengandung
formalin berturut-turut adalah 4,Ol; 53,s; 37,26; tahu inentah yang tidak mengandung
formalin (% b.k) adalah 3,69; 45,07; 26,37; tahu goreng yang mengandung fonnalin
(% b.k) adalah 3,84; 41,38; 40,41; dan tahu goreng yang tidak mengandung formalin
(% b.k) adalah 3,34; 38,63; 39,16. Tidak ditemukan adanya kelainan fisiologis dan
darah dalam urin (haematuria) pada semua perlakuan tikus. Rata-rata konsumsi
ransum per hari (yam) perlakuan Kontrol positif, Mentah Formalin, Mentah, Goreng
Formalin dan Goreng berturut-tumt adalah 11,39; 12,45; 12,75; 13,26 dan 11,59.
Rata-rata pertambahan berat badan tikus dibandingkan dengan berat badan awal
(gram) perlakuan Kontrol positif, Mentah Formalin, Mentah, Goreng Formalin dan
Goreng adalah 94,05; 108,9; 112,8; 98,10 dan 91,05. FCE perlakuan Kontrol positif,
Mentah Formalin, Mentah, Goreng Formalin dan Goreng adalah 0,272; 0,288; 0,296;
0,245 dan 0,262. Rata-rata volume urin perhari (ml) perlakuan Kontrol positif,
Mentah Formalin, Mentah, Goreng Formalin dan Goreng adalah 2,42; 3,62; 4,17;
3,29 dan 3,05. Kadar protein plasma total ( d l 0 0 ml) perlakuan Kontrol positif,
Mentah Formalin, Mentah, Goreng Formalin dan Goreng adalah 5,86; 6,80; 6,54;
6,06 dan 6,lO. Hasil pengamatan PA menunjukkan kondisi organ ginjal, limpa dan

jantung untuk semua perlakuan tikus tidak menunjukkan perubahan yang menonjol.
Bila dibandingkan dengan perlakuan Casein, hati nampak pucat, lambung benvama
kemerahan (iritasi). Organ usus perlakuan Casein dan Goreng tarnpak normal, tetapi
perlakuan Kontrol positif mukosa menipis, perlakuan Mentah Formalin, Mentah dan
Goreng Formatin usus mengalami nekrosa. Berat relatif organ hati, ginjal, limpa dan
jantung (x 1000) untuk perlakuan Kontrol positif adalah 37,80; 4,56; 1,90 dan 3,82;
perlakuan Mentah Formalin adalah 37,OO; 4,18; 1,89 dan 3,87; perlakuan Mentah
adalah 38,48; 4,18; 1,87 dan 4,15; perlakuan Goreng Formalin adalah 40,l.l; 4,59;
2,17 clan 4,05; pzrlahuan Goreng adalah 3S,14; 4,?9; 1,91 dan 3,82. IIasil
pengamatan HP organ limpa dan jantung semua perlakuan tikus tampak normal.
Tetapi hati mengalami perlemakan, ginjal mengalami mineralisasi, lambung
mengalami keratinisasi, selain perlakuan Casein, Mentah dan Goreng vili-vili usus
melepas akibat nekrosa.
Disimpulkan bahwa tahu cina yang mengandung formalin ternyata masih
diternui di pasar sekitar Dannaga, Kabupaten Bogor. Kadar formaldehida pada air
perendaman tahu cina lebih tinggi dibandingkan kadar formaldehida pada tahu cina
dan ha1 ini sejalan dengan peningkatan konsentrasi formalin yang ditambahkan.
Kadar formalin yang digunakan untilk merendam tahu cina adalah 0,24%.
Kandungan protein dan lemak tahu nlentah dan goreng yang mengandung fonnalin
lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Proses penggorengan dapat menurunkan
kadar fonnaldehida pada tahu cina. Tidak ditemukan adanya kelainan fisiologis dan
darah dalam urin (haematuria). Pemberian ransum tahu cina yang mengandung
formalin (rata-rata sebanyak 11,39; 13,26 dan 12,45 ghari dengan kadar 0 , l l ; 0,14
dan 0,22 mgkg BBihari) pada tikus percobaan selama 30 hari secara umum dapat
menurunkan FCE, volume urin dan kadar protein plasma total. Berat relatif organ
ginjal dan limpa secara umum juga meningkat pada tikus yang diberi ransum
mengandung formalin. Hasil pengamatan PA organ ginjal, limpa dan jantung untuk
semua perlakuan tikus terlihat normal. Organ hati benvama pucat, lambung
mengalami nekrosa dan usus mengalami iritasi selain pada perlakuan Casein.
Pengamatan HP menujukkan adanya kelainan pada organ hati (perlemakan), ginjal
(mineralisasi) dan lambung (keratinisasi) selain pada perlakuan Casein. Organ usus,
perlahvan Casein, Mentah dan Goreng tampak normal dibandingkan perlakuan
Kontrol positif, Mentah Formalin dan Goreng Formalin (nekrosa). Organ limpa dan
jantung pada semua perlakuan tikus terlihat normal. Dengan demikian tahu cina
yang mengandung formalin baik mentah maupun goreng dapat memsak organ hati,
ginjal, lambung dan usus tikus percobaan lebih berat dibandingkan tikus yang diberi
ransum kasein, tahu mentah dan goreng yang tidak mengandung formalin.
Disarankan perlu dilakukan pengamatan histopatologis pada organ-organ
tikus yang akan dijadikan hewan percobaan apabila penelitian bertujuan untuk
rnelihat perubahan organ-organ secara mikroskopis. Selain itu perlu dilakukan
penelitian pengaruh waktu pemaparan yang berbeda terhadap tingkat kerusakan sel,
penentuan LDjo tahu yang mengandung fom~alindan penganlh pengolahan
berbeda-beda terhadap kadar formaldehida tahu, terutama tahu cina.

PENGARUH PEMBERIAN TAHU ClNA YANG MENGANDUNG FORMALIN
TERHADAP KONDlSl FlSlOLOGlS DAN MORFOLOGIS
TlKUS (Raftus norvegicus)

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian
lnstiutut Pertanian Bogor

Oleh :
WIDAWATI
A 30.1713

JURUSAN GlZl MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
1997