Menyerukan untuk Mencintai Yahudi dan Nashrani

20

2. Menyerukan untuk Mencintai Yahudi dan Nashrani

Dakwah untuk mencintai ahli kitab bukan hanya dilakukan oleh Qaradhawi saja tapi juga dipropagandakan oleh para dai ikhwanul muslimin lainnya, baik yang masih hidup mahupun yang sudah meninggal dunia. Para pendahulu yang telah melakukan propaganda ini antara lain Hasan Al Banna, Muhammad Al Ghazali, Al Hudhaibi, dan lain-lainnya. Di antara mereka semua yang paling sering menyerukan adalah Qaradhawi, sebagaimana pengakuan yang dituangkan dalam berbagai buku, wawancara, dan ceramahnya secara terang-terangan. Untuk menggiring simpati kaum awam yang jahil dan taklid buta, Qaradhawi memoles dakwah yang batil ini dengan berbagai syubhat: Syubhat Pertama: Qaradhawi berdalil dengan firman Allah: Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu kerana agama dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.QS. Al Mumtahanah: 8 Di sini Qaradhawi telah berpaling dan pura-pura tidak tahu terhadap penjelasan Ahli Tafsir tentang makna ayat ini. Untuk menyanggah istidlal pengambilan dalil yang keliru ini, penulis mempunyai beberapa bantahan. Pertama, dalam ayat ini terdapat petunjuk untuk berbuat kebaikan kepada orang-orang yang tersirat di dalamnya. Ada perbezaan antara al birr kebaikan dengan al mawaddah kecintaan yang diserukan oleh Qaradhawi. Al Mawaddah adalah al hubb rasa cinta sebagaimana yang tertera dalam Lisaanul Arab 1:247 dan Al Qaamuus serta buku- buku bahasa Arab lainnya. Sedangkan al birr bermakna ash shillah penghubung, tidak durhaka serta berbuat ihsan kebajikan sebagaimana yang termaktub dalam Lisaanul Arab 1:371 dan Al Qaamuus. Berbuat kebaikan kepada orang-orang non Muslim yang tidak memerangi Islam dan dalam rangka mendakwahi mereka ke dalam Islam adalah perkara yang dianjurkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Namun, berbuat kebaikan dan kebajikan kepada non Muslim tidak menuntut adanya rasa kecintaan dan kasih sayang kepada mereka. Inilah yang dipahami oleh para ulama Salafus Shalih terdahulu dan kemudian, antara lain:

1. Al Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah.