1
BAB I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
Relasi kekuasaan antara pusat dan daerah dalam beberapa kurun waktu pasca reformasi 1998 dan Amandemen Undang-Undang Dasar 1945, senantiasa
menghiasi perdebatan akademis dan menjadi wacana publik terkait Pola Hubungan kekuasaan Pusat dan daerah di Indonesia. Beberapa kalangan bahkan
mengelompokkannya sebagai barometer pengukur denyut pegas tolak dan tarik kepentingan antara pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kekuatan payung hukum yang menjadi sumber kewenangan suatu organisasi pemerintahan menjadi tematika pertukaran
gagasan yang memiliki sensitifitas tinggi, karena selain terkait dengan ranah persoalan kuasa dan wenang, didalamnya juga terfragmentasi silang kepentingan
yang seiring waktu menjadi semakin menarik untuk diperdebatkan. Eksistensi Indonesia sebagai Negara Kesatuan yang berbentuk Republik
yang terdiri dari provinsi-provinsi dan kabupatenkota yang merupakan daerah otonom dan memiliki hak otonomi daerah sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah. Sebagai daerah otonom yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat, setiap daerah memiliki kewenangan menyusun
Peraturan Daerah Perda sesuai dengan kebutuhan daerahnya. Peraturan Daerah Perda sebagai peraturan perundang-undangan yang
dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD dibahas dengan Kepala Daerah untuk mendapat persetujuan bersama. Sehingga perda tersebut menjadi
peraturan yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh masyarakat dan penyelenggara pemerintahan di daerah.
Lahirnya otonomi daerah diharapkan dapat mempercepat laju pertumbuhan masyarakat di daerah dalam berbagai bidang, terutama dengan
adanya asas desentralisasi, dekonsentrasi dan pembantuan sehingga kesejahteraan masyarakat dan kerjasama pembangunan di daerah semakin meningkat. Untuk itu
2 Fakultas Hukum Universitas Lampung tertarik untuk melakukan penelitian untuk
mencari format mengenai hal tersebut dengan judul “Menata Ulang Hubungan Kekuasaan Pusat dan Daerah di Indonesia Telaah Normatif atas Pola Hubungan
Wewenang, Hubungan Keuangan dan Hubungan Pengawasan dalam Tata
Penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah”
Perdebatan politik maupun pertarungan ide dan gagasan berbasis akademik terkait dengan model penataan hubungan pusat-daerah terus mengalami
dialektika baik dalam perspektif praktikal maupun teoritik. Metamorfosa design dan perkembangan tata penyelenggaraan negara, hampir diseluruh negara-negara
di belahan dunia, akhirnya menjadi bahan kajian yang tak akan pernah dikategorikan sebagai kajian yang mudah lekang oleh perkembangan jaman.
Berbagai kajian terhadap gagasan penataan hubungan kekuasaan kerap dimulai melalui analisis berbasis perspektif historikal, khususnya untuk
memberikan argumentasi terkait eksistensi dan perlintasan tumbuh dan kembang perjalanan suatu negara-bangsa. Salah satu pedoman yang juga kerap
dipergunakan adalah analisa dengan metode penelusuran sejarah berbasis dokumen hukum legally document study.
Dengan metode tersebut pula, akhirnya dapat ditelusuri bahwa upaya penataan hubungan kekuasaan dalam praktik penyelenggaraan hubungan
kekuasaan antara pusat-daerah di Indonesia, telah dimulai sejak masa pemerintahan kolonial berkuasa. Dinamika penataan hubungan kekuasaan bergulir
seiring dengan pergantian kekuasaan kolonial,
1
dan berakhir ketika momentum Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, negara baru yang berdaulat dan menamakan
diri “Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Sebagai negara yang baru lepas dari belenggu kekuasaan kolonialisme,
ternyata Indonesia juga membekali diri dengan persiapan penyelenggaraan negara. Orientasi penataannya mempergunakan sistem pembagian kekuasaan, termasuk
dalam konteks penyelenggaraan pemerintahan daerah. Permasalahan yang
menarik untuk ditelusuri lebih jauh adalah bagaimana perspektif historis hubungan kekuasaan pusat daerah di Indonesia, serta bagaimana hubungan
1
Dalam rentang waktu 1903 sampai Indonesia merdeka 1945, setidaknya pernah terjadi 2 kali pergantian kekuasaan Kolonial yaitu Kerajaan Belanda dan Kekaisaran Jepang.
3 wewenang, hubungan keuangan dan hubungan pengawasan dalam tata
penyelenggaraan pemerintahan di daerah 1.2. Rumusan Permasalahan
Dari apa yang sudah dipaparkan tersebut, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah mengatur bahwa hakekat dari otonomi
daerah adalah untuk kesejahteraan masyarakat dan dapat terlaksananya pembangunan kerjasama antar daerah, maka yang menjadi masalah untuk diteliti
adalah : 1.
Bagaimanakah konstruksi pola hubungan kekuasaan pusat dan daerah di Indonesia berdasarkan UUD 1945 dikaitkan dengan kedudukan Dewan
Perwakilan Daerah Republik Indonesia? 2.
Bagaimanakah model ideal hubungan keuangan, hubungan tata penyelenggaraan pemerintahan serta hubungan pengawasan dalam tata
penyelenggaraan pemerintahan pusat dan daerah di Indonesia?
1.3.Urgensi Keutamaan Penelitian
Urgensi atau keutamaan dalam penelitian ini adalah terletak pada pelaksanaan hubungan tata kekuasaan antar pemerintahan di Indonesia dengan
tetap berlandaskan kepada asas penyelenggaraan pemerintahan yg baik, asas desentralisasi, asas dekonsentrasi dan tugas pembantuan apakah sudah berjalan
sejalan dengan tujuan pembangunan daerah dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Untuk melihat itu semua perlu adanya pengkajian mengenai penataan ulang hubungan kekuasaan pusat dan daerah di indonesia berdasarkan telaah normatif
atas pola hubungan wewenang, hubungan keuangan dan hubungan pengawasan dalam tata penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia. Sehingga tujuan
khusus, tujuan jangka pendek dan jangka panjang dari penelitian ini dapat tercapai.
4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA