Juluk - Adok Nemui-Nyimah

71 kedondong, Kota Agung, Cukuh Balak, Padang cermin, Pesisir Selatan, Pesisir Utara, Pesisir Tengah, Balik Bukit, dan Belalau. Beberapa faktor pendukung eksistensi dan dinamika Masyarakat Adat Lampung, antara lain: 1. Adanya pengakuan secara yuridis-konstitusional mengenai keberadaan masyarakat adat, termasuk adat Lampung, sebagaimana terdapat pada Pasal 18B ayat 2 UUD 1945…Negara mengakui dan menghormati kesatuankesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang- undang. 2. Adanya tatanan nilai Masyarakat Adat Lampung yang masih dipegang dan berlaku dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat Lampung dibangun dalam suatu sistem yang dikenal dengan Piil Pasenggiri, sebagai etos titie gemantitie yang memberikan pedoman bagi perilaku dan bagi masyarakat ini membangun karya-karyanya. Piil pasenggiri tersebut merupakan suatu keutuhan dan unsur unsur yang mencakup: a. Juluk adok; b. Nemui nyimah; c. Nengah nyappur dan d. Sakai sambaiyan. 59 Makna dari masing-masing sudnya antara lain adalah:

a. Juluk - Adok

Juluk adok adalah gelar adat. Secara etimologi terdiri dan kata juluk dan adok, yang masing masing mempunyai makna sebagai berikut; Juluk adalah nama gelar adat untuk wanita dan pria sewaktu yang bersangkutan masih muda atau remaja atau belum menikah, dan adok bermakna sebagai nama panggilan keluarga seorang lakiperempuan yang sudah menikah. Pada dasarnya semua anggota masyarakat Lampung rnempunyai nama adat juluk adok. Pemberian nama juluk adok kepada seseorang ditetapkan atas kesepakatan keluarga seketurunan dengan pertimbangan antara lain a status atau kedudukan yang bersangkutan dalam keluarga batih, b mengacu pada adok atau nama dalam keturunan dua atau tiga tingkat ke atas secara genealogis. Juluk adok merupakan hak bagi anggota 59 Ibid, hal 3 72 masyarakat Lampung, oleh karena itu juluk adok merupakan identitas utama yang melekat pada pribadi yang bersangkutan. Biasanya penobatan juluk adok ini dilakukan dalam suatu upacara tertentu sebagai media peresmiannya. Juluk adok ini biasanya mengikuti tatanan yang telah ditetapkan berdasarkan status atau tingkatan pribadi. Sebagai contoh; suttan, kemudian pangiran, raja, ratu, radin, dalom, dst. Dalam hal ini masing masing buway sama, demikian pula urutannya tergantung pada kesepakatan anggota masyarakat yang bersangkutan. Karena juluk adok melekat pada pribadi, maka seyogyanya anggota masyarakat Lampung harus memelihara nama tersebut dalam prilakunya maupun dalam pergaulannya bermasyarakat. Juluk adok merupakan asas identitas bagi anggota masyarakat Lampung.

b. Nemui-Nyimah

Nemui nyimah diartikan sebagai sikap pemurah, buka tangan, suka memberi dan menerima dalam arti materiil sesuai dengan kemampuan. Nemui nyimah merupakan ungkapan asas kekeluargaan untuk menciptakan suatu sikap keakraban dan kerukunan serta silaturahini. Nemui nyimah merupakan kewajiban bagi suatu keluarga Lampung untuk tetap menjaga silaturahini, dimana ikatan keluarga secara genealogis selalu tetap terpelihara dengan perasaan yang berlandaskan keterbukaan dan kewajaran. Pada hakekatnya nemui nyimah dilandasi rasa keikhlasan dan lubuk hati yang sangat dalam untuk menciptakan kerukunan hidup berkeluarga. Atas dasar ungkapan di atas maka nemui nyimah tidak dapat diartikan keliru yang mengarah kepada perbuatan atau sikap tercela atau terlarang yang tidak sesuai dengan norma kehidupan antara lain budaya sogok atau suap, dsb. Bentuk konkrit nemui nyimah dalam konteks kehidupan masyarakat dewasa ini lebih tepat diterjemahkan sebagai sikap kepedulian sosial dan rasa setia kawan.

c. Nengah Nyappur