Jenis Jenis Larva Nyamuk Di Kelurahan Karang Berombak, Kecamatan Medan Barat, Kotamadya Medan

(1)

JENIS JENIS LARVA NYAMUK DI KELURAHAN KARANG BEROMBAK, KECAMATAN MEDAN BARAT, KOTAMADYA MEDAN

Oleh: Dixie Tri Susanti

100100087

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

JENIS JENIS LARVA NYAMUK DI KELURAHAN KARANG BEROMBAK, KECAMATAN MEDAN BARAT, KOTAMADYA MEDAN

“Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

Oleh: DIXIE TRI SUSANTI

100100087

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(3)

(4)

ABSTRAK

Nyamuk merupakan vektor atau penular utama dari penyakit – penyakit yang disebabkan oleh virus, nematoda dan protozoa. Larva nyamuk merupakan peringkat penting dalam daur hidup nyamuk. Larva nyamuk merupakan saat yang rentan dalam siklus hidup nyamuk, untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh nyamuk kita harus membasmi nyamuk di peringkat larva.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Penelitian ini bertujuan mengetahui perilaku berkembang biak dan inventarisasi tempat berkembangbiak nyamuk yang diperlukan sebagai upaya tindakan anti larva nyamuk dan membantu membasmi angka penyakit yang ditularkan oleh nyamuk di kelurahan Karang Berombak, kecamatan Medan Barat.

Data yang diambil merupakan sampel larva nyamuk yang dikoleksi dari air yang terdapat di wadah buatan, wadah alami, dan genangan air tanah yang ada di dalam dan luar rumah di lokasi penelitian dan diperiksa di bawah mikroskop untuk mengidentifikasi jenisnya dengan menggunakan buku dan jurnal identifikasi. Jenis larva diidentifikasi dengan melihat morfologi larva nyamuk dan wadah larva nyamuk ditemui. Hasil penelitian menunjukkan jenis nyamuk yang terdapat di lokasi penelitian ialah nyamuk jenis Aedes aegypti sebanyak 109 (69.1%) larva yang ditemukan di wadah artifisial, Aedes albopictus sebanyak 1 (0.6%) larva yang ditemukan di wadah alami, dan Culex sp sebanyak 48 (30.3%) larva yang ditemukan di genangan air tanah.

Kata kunci: larva nyamuk


(5)

ABSTRACT

Mosquitoes are the main vectors or of diseases caused by viruses, nematodes and protozoa. Mosquito larvae are the most vulnerable stage in the mosquito life cycle. To prevent diseases that are transmitted by mosquitoes, we have to eliminate mosquitoes in the larvae stage.

Using descriptive method, this study aims to determine the breeding behavior and breeding habitats of mosquitoes that are needed to eradicate mosquito larvae and prevent diseases that are transmitted by the mosquitoes in kelurahan Karang Berombak, kecamatan Medan Barat, kotamadya Medan.

Sample larvae were collected from water in artificial containers, natural containers, and ground waters that found inside and outside houses in kelurahan Karang Berombak and examined under a microscope to identify it species using identification books and journals. Larvae are identified by its morphology and type of container where it was found. The results showed that several types mosquitoes were found in the study site. They are 109 ( 69.1 % ) Aedes aegypti larvae were found in artificial containers, There is 1 (0.6%) Aedes albopictus larvae were found in natural container, and Culex sp, as many as 48 ( 30.3 % ) larvae were found in ground waters.


(6)

Keywords: mosquitoe larvae

KATA PENGANTAR

Penulis bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-Nya yang telah memelihara dan membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Banyak sekali hambatan dan tantangan yang dialami penulis selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Dengan dorongan, bimbingan, dan arahan dari semua pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada :

1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD. KGEH atas izin penelitian yang telah diberikan.


(7)

2. Dra. Merina Panggabean, M.Med.Sc sebagai dosen pembimbing, yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

3. dr. Syahril Rachmat Lubis, SpKK(K) dan dr. Ida Nensi Gultom, SpPD sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran demi kesempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini.

4. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5. Orang tua, Ayah drg. H.M Sumarno, dan Ibu drg. Dwi Tjahjaning Putranti, MS, serta kakak dr. Prita Esti Handayani, drg. Teguh Aryo Nugroho dan Achmad Rifqy Rupawan

6. Teman-teman stambuk 2010 kelas praktikum B5 atas segala bantuan, masukan yang berguna serta canda tawa selama penulis menyelesaikan penelitian ini.

7. Lurah Kelurahan karang Berombak Kecamatan Medan Barat yang telah mengizinkan penelitian dilakukan di wilayahnya

8. Serta pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu atas bantuannya secara langsung maupun tidak langsung sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Untuk seluruh bantuan baik moral atau materi yang diberikan kepada penulis selama ini, penulis ucapkan terima kasih.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak. Demikian dan terima kasih.


(8)

Medan,14 Desember 2013.

Penulis,

( DIXIE TRI SUSANTI ) 100100087

DAFTAR ISI

HALAMAN

Lembar persetujuan.……….….ii

Abstrak………...……….…iii

Kata pengantar………...……....v

Daftar Isi………..……..………vii

Daftar Tabel……...……….…x

Daftar Gambar……….………...……....xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang………...………...1


(9)

1.2. Rumusan Masalah………...2

1.3. Tujuan Penelitian………...………...2

1.3.1 Tujuan umum………..2

1.3.2 Tujuan khusus……….3

1.4. Manfaat Penelitian………..……….………..3

1.4.1 Bagi penulis………3

1.4.2 Bagi masyarakat……….3

1.4.3 Bagi dinas kesehatan……….3

1.4.4 Bagi ilmu pengetahuan………..3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengenalan Nyamuk………..4

2.2 Siklus Hidup Nyamuk (Aedes sp, Culex sp, Anopheles sp)……….5

2.2.1 Telur………...5

2.2.2 Larva………..5

2.2.3 Pupa………...6

2.2.4 Dewasa……….6

2.3 Habitat Pembiakan nyamuk………7

2.3.1 Berdasarkan tempat bertelur………7

2.3.2 Berdasarkan Spesies………8


(10)

2.4.1 Survei larva………..9

2.4.2 Ciri-ciri Larva Nyamuk………..11

2.4.3 Morfologi larva Nyamuk………13

2.4.4 Morfologi Larva Nyamuk Berdasarkan Spesies………14

2.5 Pencegahan Larva Nyamuk………17

2.5.1 Pengendalian dengan Cara Sanitasi………17

2.5.2 Pengendalian dengan Insektisida………17

2.5.3 Pengembangan Infrastruktur Kesehatan……….17

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep Penelitian ……….…...19

3.2. Definisi Operasional………..……….………...19

3.2.1. Larva Nyamuk……….…...………...19

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian………...………...………...20

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian………...………...20

4.2.1. Lokasi Penelitian………...20

4.2.2. Waktu Penelitian………...20

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian………..……….20


(11)

4.3.2. Sampel Penelitian………21

4.4. Teknik Pengambilan Sampel………...…………..……...21

4.5. Cara identifikasi jenis larva………...……….22

4.5.1. Di lapangan………..22

4.5.2. Di laboratorium……….22

4.6. Metode Analisis Data……….……….………23

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ... ... ... 25

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... ... ... 25

5.1.2. Karakteristik Sampel ... ... ... 25

5.1.3. Distribusi Karakteristik Sampel ... ... ... 25

5.2. Pembahasan...31

5.2.1. Gambaran Distribusi Larva Nyamuk yang Ditemukan di Kelurahan Karang Berombak... . ...31

5.2.2. Gambaran Distribusi Larva Nyamuk Berdasarkan Jenis Wadah .. ...31

5.2.3. Gambaran Distribusi Larva Nyamuk Berdasarkan Musim Penelitian Nyamuk... ... ...31

5.2.4 Gambaran Distribusi Larva Nyamuk Berdasarkan Indeks Larva...32


(12)

5.2.6 Gambaran Distribusi Morfologi Larva Nyamuk

Berdasarkan Jenis Wadah dan Musim... .. ...34

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan...35

6.2. Saran...36

DAFTAR PUSTAKA………...…… ……37

LAMPIRAN………..……… 41

DAFTAR TABEL Tabel 5.1. Jumlah Rumah yang Ditemukan Larva di Kelurahan Karang Berombak ... 26

Tabel 5.2. Distribusi Larva Nyamuk Berdasarkan Jenis Wadah……….26

Tabel 5.3. Distribusi Larva Nyamuk Berdasarkan Musim Penelitian…………..26

Tabel 5.4. Gambaran Distribusi Larva Nyamuk Berdasarkan Indeks Larva……27

Tabel 5.5. Distribusi Larva Nyamuk Berdasarkan Morfologi………..28

Table 5.6. Distribusi Morfologi Larva Nyamuk Berdasarkan Wadah………….29


(13)

DAFTAR GAMBAR


(14)

Culex sp, Anopheles

sp………7

Gambar 2.2. Morfologi larva nyamuk……….12

Gambar 2.3 Larva

instar………..14 Gambar 2.4 Telur dan larva nyamuk berdasarkan

spesies………..15 Gambar 2.5 Morfologi Larva Aedes

aegypti………..15

Gambar 2.6 Morfologi Larva Anopheles quadrimaculatus (Littig,1997)…………...16


(15)

ABSTRAK

Nyamuk merupakan vektor atau penular utama dari penyakit – penyakit yang disebabkan oleh virus, nematoda dan protozoa. Larva nyamuk merupakan peringkat penting dalam daur hidup nyamuk. Larva nyamuk merupakan saat yang rentan dalam siklus hidup nyamuk, untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh nyamuk kita harus membasmi nyamuk di peringkat larva.

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Penelitian ini bertujuan mengetahui perilaku berkembang biak dan inventarisasi tempat berkembangbiak nyamuk yang diperlukan sebagai upaya tindakan anti larva nyamuk dan membantu membasmi angka penyakit yang ditularkan oleh nyamuk di kelurahan Karang Berombak, kecamatan Medan Barat.

Data yang diambil merupakan sampel larva nyamuk yang dikoleksi dari air yang terdapat di wadah buatan, wadah alami, dan genangan air tanah yang ada di dalam dan luar rumah di lokasi penelitian dan diperiksa di bawah mikroskop untuk mengidentifikasi jenisnya dengan menggunakan buku dan jurnal identifikasi. Jenis larva diidentifikasi dengan melihat morfologi larva nyamuk dan wadah larva nyamuk ditemui. Hasil penelitian menunjukkan jenis nyamuk yang terdapat di lokasi penelitian ialah nyamuk jenis Aedes aegypti sebanyak 109 (69.1%) larva yang ditemukan di wadah artifisial, Aedes albopictus sebanyak 1 (0.6%) larva yang ditemukan di wadah alami, dan Culex sp sebanyak 48 (30.3%) larva yang ditemukan di genangan air tanah.

Kata kunci: larva nyamuk


(16)

ABSTRACT

Mosquitoes are the main vectors or of diseases caused by viruses, nematodes and protozoa. Mosquito larvae are the most vulnerable stage in the mosquito life cycle. To prevent diseases that are transmitted by mosquitoes, we have to eliminate mosquitoes in the larvae stage.

Using descriptive method, this study aims to determine the breeding behavior and breeding habitats of mosquitoes that are needed to eradicate mosquito larvae and prevent diseases that are transmitted by the mosquitoes in kelurahan Karang Berombak, kecamatan Medan Barat, kotamadya Medan.

Sample larvae were collected from water in artificial containers, natural containers, and ground waters that found inside and outside houses in kelurahan Karang Berombak and examined under a microscope to identify it species using identification books and journals. Larvae are identified by its morphology and type of container where it was found. The results showed that several types mosquitoes were found in the study site. They are 109 ( 69.1 % ) Aedes aegypti larvae were found in artificial containers, There is 1 (0.6%) Aedes albopictus larvae were found in natural container, and Culex sp, as many as 48 ( 30.3 % ) larvae were found in ground waters.


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Nyamuk termasuk ke dalam ordo Diptera, famili Culicidae, merupakan vektor atau penular utama dari penyakit – penyakit yang disebabkan oleh virus misalnya: demam berdarah, chikungunya, demam kuning, encephalitis dan lain-lain. Serta penyakit-penyakit yang disebabkan oleh nematoda seperti filariasis, riketsia dan protozoa misalnya malaria. Jenis-jenis nyamuk yang menjadi vektor utama, biasanya adalah Aedes sp, Culex sp, Anopheles sp, dan Mansonia sp (Sembel,2009)

Kebanyakan spesies nyamuk betina memiliki pola memangsa secara nocturnal (menghisap darah pada sore sampai malam hari) seperti Anopheles sp dan Aedes sp menunjukan pola diurnal (menghisap darah pada pagi hari- siang). Beberapa spesies nyamuk betina mampu terbang beberapa kilometer dari tempat perindukan ke tempat mangsa berada seperti Culex sp, Anopheles sp. Beberapa spesies hanya dapat terbang dalam jarak pendek dari tempat perindukan ke tempat mangsa berada seperti Aedes sp (Rattanarithikul dan Harrison, 2005).

Menurut habitat tempat nyamuk betina bertelur dapat dibagi menjadi container habitats dan ground water habitats (genangan air tanah). Container habitat terdiri dari wadah alami misalnya lubang di pohon, ruas-ruas bambu, daun bunga, tempurung kelapa, ketiak daun, kelopak bunga dan wadah artifisial misalnya ban bekas, botol, ember, kaleng bekas. Genangan air tanah adalah genangan air yang terdapat tanah di dasarnya seperti selokan, genangan air di tanah. Perubahan alam dapat menyebabkan perubahan habitat. Misalnya banjir dapat menyapu telur yang ada di selokan. (Rattanarithikul dan Harrison, 2005).

Selain itu, aktifitas manusia dapat menyebabkan peningkatan populasi nyamuk, misalnya urbanisasi yang tidak terencana, program kontrol yang kurang efektif, pengelolaan limbah padat yang tidak memadai sehingga menyebabkan perubahan habitat nyamuk dan pola memangsa (Saleeza dkk, 2011).


(18)

Stadium larva penting karena pada stadium ini merupakan saat yang rentan dalam siklus hidup nyamuk dan penting untuk perencanaan program pengendalian yang efektif. Untuk mencegah penyakit yang disebabkan oleh nyamuk kita harus membasminya di peringkat larva (Sembel, 2009)

Dipilihnya kecamatan Medan Barat untuk penelitian oleh peneliti karena kecamatan ini merupakan salah satu kecamatan dengan kasus DBD tertinggi pada tahun 2010 dengan jumlah kasus 74, bersama dengan kecamatan Medan Johor (132 kasus), kecamatan Medan Maimun (65 kasus) dan kelurahan Karang Berombak merupakan kelurahan yang berbatasan langsung dengan aliran sungai Deli (Dinkes Medan, 2010).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penting untuk mengidentifikasikan jenis larva nyamuk di kelurahan Karang Berombak, kecamatan Medan Barat dan cara menghindari untuk berkembang biak.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum

Mengetahui perilaku berkembang biak dan inventarisasi tempat perindukan atau tempat berkembangbiak nyamuk yang diperlukan sebagai upaya tindakan anti larva nyamuk, membantu membasmi angka penyakit yang ditularkan oleh nyamuk di kelurahan Karang Berombak, kecamatan Medan Barat.


(19)

1.3.2 Tujuan khusus

1. Mengetahui jenis-jenis larva nyamuk yang terdapat di Kelurahan Karang Berombak, Kecamatan Medan Barat

2. Mengetahui perilaku berkembang biak nyamuk.

3. Menghitung kepadatan larva nyamuk di kelurahan Karang Berombak, kecamatan Medan Barat

4. Mengetahui jenis larva nyamuk yang paling banyak dijumpai Kelurahan Karang Berombak, Kecamatan Medan Barat

1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Bagi penulis

Memberikan informasi jenis nyamuk, penyakit yang ditularkannya dan perilaku berkembang biak. Mengetahui cara menghitung kepadatan larva.

1.4.2 Bagi masyarakat

Memberikan informasi kepada masyarakat tentang jenis nyamuk yang terdapat di kelurahan Karang berombak, Kecamatan Medan Barat. Memberikan Informasi tentang penyakit yang dapat ditularkan oleh nyamuk dan cara membasmi larva nyamuk.

1.4.3 Bagi dinas kesehatan

Memberikan informasi kepada tenaga kesehatan dan dinas kesehatan setempat dalam menyusun program pencegahan penyakit yang ditularkan nyamuk dan pengendalian larva nyamuk di kelurahan Karang Berombak, kecamatan Medan Barat.

1.4.4 Bagi ilmu pengetahuan

Menambah khasanah ilmu pengetahuan dan data dasar untuk penelitian selanjutnya


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Nyamuk

Nyamuk merupakan vektor atau penular utama dari penyakit. Menurut klasifikasinya nyamuk dibagi dalam dua subfamili yait

menjadi 109 genus dan

dunia terdapat lebih dari 2500 spesies nyamuk namun sebagian besar dari spesies nyamuk tidak berasosiasi dengan penyakit virus (arbovirus) dan penyakit- penyakit lainnya. Jenis–jenis nyamuk yang menjadi vektor utama, dari subfamili Culicinae adalah Aedes sp, Culex sp, dan Mansonia sp, sedangkan dari subfamili Anophelinae adalah Anopheles sp (Harbach,2008).

Semua jenis nyamuk membutuhkan air untuk hidupnya, karena larva nyamuk melanjutkan hidupnya di air dan hanya bentuk dewasa yang hidup di darat (Sunaryo, 2001). Telur nyamuk menetas dalam air dan menjadi larva. Nyamuk betina biasanya memilih jenis air tertentu untuk meletakkan telur seperti pada air bersih, air kotor, air payau, atau jenis air lainnya. Bahkan ada nyamuk yang meletakkan telurnya pada axil tanaman, lubang kayu (tree holes), tanaman berkantung yang dapat menampung air, atau dalam wadah bekas yang menampung air hujan atau air bersih (Rattanarithikul dan Harrison, 2005).

Telur nyamuk menetas dalam air dan menjadi larva. Larva nyamuk hidup dengan memakan organisme kecil, tetapi ada juga yang bersifat sebagai predator seperti larva Toxorhynchites sp yang memangsa jenis larva nyamuk lain yang hidup dalam air. Kebanyakan nyamuk betina menghisap darah manusia atau hewan lain seperti kuda, sapi, babi, dan burung dalam jumlah yang cukup sebelum perkembangan telurnya. Namun ada jenis nyamuk yang bersifat spesifik dan hanya menggigit manusia atau mamalia. Nyamuk jantan biasanya hidup dengan memakan cairan tumbuhan (Sembel, 2009).


(21)

Tingkah laku dan aktivitas nyamuk pada saat terbang dan menghisap darah berbeda-beda menurut jenisnya. Ada nyamuk yang aktif pada waktu siang hari seperti Aedes sp dan aktif pada waktu malam hari seperti Anopheles sp dan Culex sp. (Sembel, 2009).

2.2 Siklus Hidup Nyamuk (Aedes sp, Culex sp, Anopheles sp)

Nyamuk termasuk dalam kelompok serangga yang mengalami metamormofosa sempurna dengan bentuk siklus hidup berupa telur, larva, pupa dewasa (Sembel, 2009).

2.2.1 Telur

Telur biasanya diletakkan di atas permukaan air satu per satu atau berkelompok. Telur-telur dari jenis Culex sp diletakkan berkelompok (raft). Dalam satu kelompok biasa terdapat puluhan atau ratusan ribu nyamuk. Nyamuk Anopheles sp dan Aedes sp meletakkan telur di atas permukaan air satu persatu. Telur dapat bertahan hidup dalam waktu yang cukup lama dalam bentuk dorman. Namun, bila air cukup tersedia, telur telur itu biasanya menetas 2-3 hari sesudah diletakkan (Sembel, 2009).

2.2.2 Larva

Telur menetas menjadi larva. Berbeda dengan larva dari anggota Diptera yang lain seperti lalat yang larvanya tidak bertungkai, larva nyamuk memiliki kepala yang cukup besar serta toraks dan abdomen yang cukup jelas. Larva dari kebanyakan nyamuk menggantungkan diri di permukaan air. Untuk mendapatkan oksigen dan udara, larva-larva nyamuk Culex sp dan Aedes sp biasanya menggantungkan tubuhnya membentuk sudut terhadap permukaan air. Ada jenis larva nyamuk yang hidup dalam air dan bernapas melalui difusi kutin (cutaneous diffusion) seperti Mansonia sp. Mansonia sp memiliki tabung udara yang berbentuk pendek dan runcing yang dipergunakan untuk menusuk akar tanaman air. Stadium larva memerlukan waktu kurang lebih satu minggu. Pertumbuhan dan


(22)

perkembangan larva dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya adalah temperatur, cukup tidaknya bahan makanan, ada tidaknya pemangsa dalam air dan lain sebagainya (Soegijanto 2006). Kebanyakan larva nyamuk menyaring mikroorganisme dan partikel-partikel lainnya yang ada di dalam air. Larva biasanya melakukan pergantian kulit empat kali dan berpupasi sesudah tujuh hari (Sembel, 2009).

2.2.3 Pupa

Sesudah melewati pergantian kulit keempat, maka terjadi pupasi. Pupa berbentuk agak pendek, tidak makan, tetapi tetap aktif bergerak dalam air terutama bila diganggu. Mereka berenang naik turun dari bagian dasar ke permukaan air. Bila perkembangan pupa sudah sempurna, yaitu sesudah dua atau tiga hari, maka kulit pupa akan pecah dan nyamuk dewasa keluar serta terbang (Sembel, 2009).

2.2.4 Dewasa

Nyamuk dewasa yang baru keluar dari pupa berhenti sejenak di atas permukaan air untuk mengeringkan tubuhnya terutama sayap – sayapnya dan sesudah mampu mengembangkan sayapnya, nyamuk dewasa terbang mencari makan. Dalam keadaan istirahat, bentuk dewasa Culex sp dan Aedes sp hinggap dalam keadaan sejajar dengan permukaan, sedangkan Anopheles sp hinggap membentuk sudut dengan permukaan (Sembel, 2009).


(23)

Gambar 2.1 Perbedaan siklus hidup nyamuk Aedes sp, Culex sp, Anopheles sp (Sembel,2009)

2.3 Habitat Pembiakan nyamuk 2.3.1 Berdasarkan tempat bertelur

Berdasarkan tempat bertelur, habitat nyamuk dapat dibagi menjadi container habitats dan ground water habitats (genangan air tanah). Container habitat terdiri dari wadah alami dan wadah artifisial. Genangan air tanah adalah genangan air yang terdapat tanah di dasarnya. Spesies yang memiliki habitat genangan air tanah adalah Anopheles sp, Culex sp (Qomariah, 2004).

Wadah alami banyak terdapat di area hutan atau area perkebunan. Namun wadah alami juga banyak terdapat di tempat lain, misalnya area bekas penebangan pohon, ruas- ruas bambu, area pantai dimana terdapat banyak tempurung kelapa. Spesies yang memiliki habitat wadah alami adalah Aedes sp, Anopheles sp, Culex sp (Rattanarithikul dan Harrison, 2005).


(24)

Wadah artifisial adalah wadah terindikasi adanya aktifitas manusia atau modifikasi manusia. Habitat ini kebanyakan berada di area pemukiman. Contoh wadah artifisial yaitu, barang-barang bekas, penampung air kulkas/dispenser, tempat penampungan air. Spesies yang memiliki habitat wadah artifisial adalah Aedes sp, Culex sp. Beberapa wadah artifisial memiliki ukuran dan daya tarik yang cukup besar untuk menarik spesies dan genera nyamuk yang memiliki habitat genangan air tanah (Rattanarithikul dan Harrison, 2005).

Perubahan alam dapat menyebabkan perubahan habitat. Misalnya banjir dapat menyapu telur yang ada di selokan (Rattanarithikul dan Harrison, 2005).

2.3.2 Berdasarkan Spesies

A. Aedes sp

Nyamuk Aedes sp aktif pada waktu siang hari. Aedes aegypti dan Aedes albopictus meletakkan telur dan berbiak pada tempat penampungan air bersih atau air hujan seperti bak mandi, tangki penampungan air, vas bunga, kaleng-kaleng, atau kantung plastik bekas, di atas lantai gedung terbuka, talang rumah, bambu pagar, ban-ban bekas, dan semua bentuk wadah yang menampung air bersih. A. albopictus meletakkan telur dan berbiak pada wadah-wadah alami seperti kulit-kulit buah misalnya kulit buah rambutan, tempurung kelapa, (Said,2009). Larva-larva nyamuk dapat terlihat berenang naik turun di tempat-tempat penampungan air tersebut. Kedua jenis nyamuk A. albocpictus dan A.aegypti merupakan vektor utama penyakit demam berdarah (Sembel, 2009).

B. Culex sp

Nyamuk-nyamuk Culex sp ada yang aktif pada waktu pagi, siang, dan ada yang aktif waktu sore atau malam. Nyamuk ini meletakkan telur dan berbiak di selokan yang berisi air bersih ataupun selokan air pembuangan domestik yang kotor (organik), serta di tempat penggenangan air domestik atau air hujan di atas permukaan tanah. Larva nyamuk Culex sp sering kali terlihat dalam jumlah yang sangat besar di selokan air kotor.


(25)

Jenis nyamuk seperti Culex pipiens dapat menularkan penyakit filariasis (kaki gajah), ensefalitis, dan virus chikungunya (Sembel, 2009).

C. Mansonia sp

Nyamuk Mansonia sp biasanya berbiak dalam kolam – kolam air tawar seperti kolam ikan. Larva –larva nyamuk ini bernapas dengan mempenetrasi akar tanaman air. Nyamuk Mansonia sp selain menularkan penyakit chikungunya juga dapat menularkan penyakit filariasis dan encephalitis (Sembel, 2009).

D. Anopheles sp

Nyamuk Anopheles sp dapat berbiak dalam kolam air tawar yang bersih, air kotor, air payau, maupun air yang tergenang di pinggiran laut. Nyamuk-nyamuk ini ada yang senang hidup di dalam rumah dan ada yang aktif di luar rumah. Ada yang aktif terbang pada waktu pagi, siang, sore, ataupun malam. Nyamuk Anopheles sp sering disebut nyamuk malaria karena banyak dari spesies nyamuk ini menularkan malaria. Jenis nyamuk ini juga dilaporkan menularkan penyakit chikungunya. Spesies Anopheles sp yang berbeda sering menunjukkan tingkah laku yang berbeda dan kemampuan menularkan penyakit yang berbeda pula. Oleh sebab itu, jenis nyamuk Anopheles sp yang menularkan penyakit di satu daerah sering berbeda dengan Anopheles sp yang menularkan penyakit malaria atau chikungunya di daerah lain (Sembel, 2009).

2.4 Identifikasi Larva Nyamuk 2.4.1 Survei larva

Survei larva dilakukan dengan mengambil larva nyamuk di berbagai habitat. Kemudian diidentifikasi dan dihitung. Survei larva bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya larva nyamuk (Soekirno dkk, 2006). Pemeriksaan dilakukan dengan mata telanjang di semua tempat air di dalam dan di luar rumah di suatu daerah. Survei larva terdiri dari 2 metode, yaitu :


(26)

A. Metode Single Survey

Dilakukan dengan mengambil satu larva di setiap genangan air yang terdapat larva, kemudian dilakukan identifikasi jenis larva.

B. Metode Visual

Dilakukan dengan melihat ada tidaknya larva di setiap genangan air tanpa melakukan pengambilan larva. Survei ini bertujuan untuk mengukur kepadatan larva.

1. Angka bebas Larva (ABL)

Angka bebas larva adalah persentase jumlah rumah bebas larva diantara rumah yang diperiksa secara acak (Yuniati, 2012).

���= �����ℎ����ℎ����������

�����ℎ����ℎ�������������× 100%

>50% resiko penularan penyakit rendah <50% resiko penularan penyakit tinggi 2. House Index (HI)

House Index adalah persentase jumlah rumah yang ditemukan larva dengan rumah yang diperiksa secara acak (Yuniati, 2012).

HI =�����ℎ����ℎ��������������

�����ℎ����ℎ��������� × 100%

>50% resiko penularan penyakit tinggi <50% resiko penularan penyakit rendah


(27)

3. Container Index (CI)

Container Index adalah persentase jumlah wadah yang ditemukan larva pada jumlah wadah yang diperiksa yang dipilih secara acak (Yuniati, 2012).

CI =�����ℎ����ℎ��������������

�����ℎ����ℎ��������� × 100%

>50% resiko penularan penyakit tinggi <50% resiko penularan penyakit rendah

4. Breteau Index(BI)

Breteau Index adalah jumlah persentase wadah yang terdapat larva dengan rumah yang diperiksa (Zulkarnaini, 2009).

BI =�����ℎ����ℎ��������������

�����ℎ����ℎ��������� × 100%

>50% resiko penularan penyakit tinggi <50% resiko penularan penyakit rendah

2.4.2 Ciri-ciri Larva Nyamuk

1. Pada sisi abdomen segmen VIII terdapat comb scale. Comb scale adalah baris sisik seperti duri pada segmen VIII yang mempunyai bentuk dan ukuran yang bervariasi, biasanya berjumlah 8 – 21 yang terbagi dalam beberapa deret (Breeland dan Loyless, 1982 ).

2. Larva nyamuk Mansonia sp, Culex sp, Culiseta sp, dan Aedes sp memiliki corong udara (siphon) pada segmen VIII, pada corong udara tersebut terdapat pecten serta beberapa pasang siphonic tuft (Utrio, 1976).


(28)

3. Saddle adalah struktur yang mengelilingi segmen anal larva, yang terdapat pada nyamuk Culex sp, Mansonia sp dan Aedes sp (Utrio, 1976)

4. Pada segmen kepala terdapat beberapa Antena, Mata, dan beberapa pasang rambut seperti midfrontal hairs dan inner frontal hairs. Mid frontal hairs adalah bulu yang terdapat pada kepala larva bagian tengah, sedangkan Inner frontal hairs adalah bulu yang terdapat di kepala nyamuk, di bawah midfrontal hairs (Dodge, 1966).


(29)

2.4.3 Morfologi larva Nyamuk

Larva nyamuk memerlukan empat tahap perkembangan. Waktu perkembangan larva tergantung pada suhu, ketersediaan makanan dan keberadaan larva dalam sebuah wadah. Dalam kondisi optimal, waktu yang dibutuhkan dari telur menetas hingga menjadi nyamuk dewasa adalah tujuh hari, termasuk dua hari dalam masa pupa. Sedangkan pada suhu rendah dibutuhkan waktu beberapa minggu Larva ini dalam pertumbuhan dan perkembangannya mengalami 4 kali pergantian kulit (ecdysis) dan larva yang terbentuk berturut-turut disebut instar I, II, III dan IV (Depkes RI, 2003).

(a) Larva instar I, tubuhnya sangat kecil, warna transparan, panjang 1-2 mm, duri-duri (spinae) pada dada (thorax) belum begitu jelas dan corong pernapasan (siphon) belum menghitam.

(b) Larva instar II bertambah besar, ukuran 2,5-3,9 mm, duri dada belum jelas, dan corong pernapasan sudah berwarna hitam.Larva instar II mengambil oksigen dari udara, dengan menempatkan corong udara (siphon) pada permukaan air seolah-olah badan larva berada pada posisi membentuk sudut dengan suhu permukaan air sekitar 30°C, larva instar II dalam bergerak tidak terlalu aktif.

(c) Larva Instar III lebih besar sedikit dari larva instar II dan lebih aktif bergerak.

(d) Larva instar IV telah lengkap struktur morfologinya dan jelas tubuh dapat dibagi jelas menjadi bagian kepala (cepal), dada (thorax) dan perut (abdomen). Larva ini berukuran paling besar 5 mm. Larva ini tubuhnya langsing dan bergerak sangat lincah, bersifat fototaksis negatif dan waktu. Temperatur optimal untuk perkembangan larva ini adalah 25°C – 30°C (Depkes RI, 2005).


(30)

Gambar 2.3 Larva instar (Barry dan William, 1996)

2.4.4 Morfologi Larva Nyamuk Berdasarkan Spesies

A. Aedes sp

Larva nyamuk Aedes sp menggantungkan tubuhnya dengan membentuk sudut terhadap permukaan air. Larva Aedes sp memiliki ciri – ciri yaitu memiliki 2-3 deret comb scale, mempunyai siphon dengan panjang 4x lebar basal (Breeland dan Loyless, 1982). Diatas siphon terdapat sepasang siphonic tufts (Prianto, 2004) dan memiliki lebih dari 4 pecten (Utrio,1976). Pada segmen kepala, larva Aedes sp memiliki 2-4 cabang midfrontal hairs dan inner frontal hairs (Utrio, 1976).

B. Anopheles sp

Larva Anopheles sp tidak memiliki siphon sehingga Larva Anopheles sp menggantungkan dirinya sejajar dengan permukaan air (Prianto,2004).

C. Culex sp

Larva Culex sp menggantungkan tubuhnya dengan membentuk sudut terhadap permukaan air (Prianto, 2004). Larva Culex sp memiliki ciri-ciri . Larva Culex sp


(31)

panjang 5-6x lebar basal (Breeland dan Loyless, 1982). Diatas siphon terdapat 4-5 pasang siphonic tufts (Prianto, 2004) dan memiliki kurang dari 4 pecten (Utrio,1976). Pada segmen kepala, larva Culex sp memiliki 5-7 cabang midfrontal hairs dan 4-8 cabang inner frontal hairs (Utrio, 1976).

Gambar 2.4 Telur dan larva nyamuk berdasarkan spesies ( WHO, 1997)


(32)

Gambar 2.6 Morfologi Larva Anopheles quadrimaculatus (Littig dan Stojanovich,1997).


(33)

Gambar 2.7 Morfologi Larva Culex quenquefasciatus (Littig dan Stojanovich,1997).

2.5 Pencegahan Larva Nyamuk 2.5.1 Pengendalian dengan Cara Sanitasi

Pengendalian melalui sanitasi lingkungan merupakan pengendalian secara tidak langsung, yaitu membersihkan atau mengeluarkan tempat-tempat pembiakan nyamuk seperti kaleng-kaleng bekas, plastik-plastik bekas, ban mobil /motor bekas, dan wadah-wadah lain yang dapat menampung air bersih atau genangan air hujan. Barang-barang tersebut dapat dipendam atau dibakar. Tempat-tempat yang bisa menampung air sebagai dari konstruksi bangunan harus dibersihkan dan air-air yang tergenang sesudah hujan harus dikeluarkan.

Tempat-tempat penampungan air termasuk sumur harus dibersihkan untuk mengeluarkan atau membunuh telur-telur, larva-larva, dan pupa-pupa nyamuk. Program yang dicanangkan oleh pemerintah Indonesia melalui Departemen Kesehatan RI ialah menguras, menimbun, dan mengubur (3M). Menguras berarti membersihkan tempat penampungan air (bak mandi) untuk mengeluarkan larva nyamuk, menimbun berarti mengumpulkaan wadah-wadah yang dapat menampung air menjadi tempat pembiakan


(34)

nyamuk, dan mengubur yaitu mengumpulkan wadah-wadah dan menguburkannya dalam tanah (Normitasari dkk, 2012)

2.5.2 Pengendalian dengan Insektisida

Penyemprotan dengan malathion (fogging) masih merupakan cara yang umum dipakai untuk membunuh nyamuk dewasa, tetapi cara ini tidak dapat membunuh larva yang hidup dalam air (Sembiring, 2009). Pengendalian yang umum dipergunakan untuk larva nyamuk adalah dengan menggunakan larvasida seperti abate (Sembel, 2009).

2.5.3 Pengembangan Infrastruktur Kesehatan

Sejumlah ahli meyakini bahwa negara-negara yang sedang berkembang harus memfokuskan diri pada pengimplementasian infrastruktur pusat-pusat kesehatan seperti puskesmas. Demikian pula pencegahan penyakit dengan melibatkan individu-individu dalam satu keluarga dan di sekitarnya serta oleh berbagai lapisan masyarakat dan pusat-pusat pelayanan kesehatan sangat diperlukan. Kebutuhan yang paling kritis bukan terletak pada metode pengendalian yang lebih baik, tetapi para ahli pengendali vektor yang lebih terampil sehingga mereka dapat melatih atau memberdayakan masyarakat mengenai cara mengendalikan vektor. Selanjutnya, kelompok profesional harus melakukan penelitian lapangan, evaluasi entomologis dan epidemiologis di daerah endemik tempat aktivitas program pengendalian vektor (Sembel,2009).


(35)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

3.2 Definisi Operasional 3.2.1 Larva Nyamuk

Merupakan salah satu bentuk metamorfosa siklus hidup nyamuk. Nyamuk mengalami metamormofosa sempurna dengan bentuk siklus hidup berupa telur, larva (beberapa instar), pupa, dan dewasa. Larva nyamuk dapat ditemukan dengan mudah menggantungkan diri di permukaan air. Karena mudah ditemukan, tahap ini merupakan tahap hidup nyamuk yang paling ideal untuk dibasmi.

- Identifikasi larva nyamuk

- Menghitung kepadatan larva nyamuk

- Lokasi larva yang dijumpai

o Wadah

artifisial

o Wadah

alami

o Genangan

air tanah

- Musim larva yang dijumpai


(36)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis larva nyamuk di Kelurahan Karang Berombak, Kecamatan Medan Barat, Medan.

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan Kelurahan Karang Berombak, Kecamatan Medan Barat, Medan. Dipilihnya kecamatan Medan Barat untuk penelitian oleh peneliti karena kecamatan ini merupakan salah satu kecamatan dengan kasus DBD tertinggi pada tahun 2010 dengan jumlah kasus 74 dan kelurahan Karang Berombak merupakan kelurahan yang berbatasan langsung dengan aliran sungai Deli (Dinkes Medan, 2010).

4.2.2. Waktu Penelitian

Waktu pengumpulan sampel dan data dilaksanakan mulai bulan September 2013 hingga Desember 2013 yaitu selama 4 bulan.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi dari penelitian ini adalah rumah penduduk di Kelurahan Karang Berombak, Kecamatan Medan Barat, Medan.


(37)

Kriteria Inklusi

Larva nyamuk sebagai sampel yang berada di genangan air di dalam dan di luar rumah penduduk yang meliputi halaman dan selokan di sekitar rumah penduduk Kelurahan Karang Berombak, Kecamatan Medan Barat, Medan

Kriteria Eksklusi

Sampel yang berada di dalam rumah yang terkunci atau pemilik rumah tidak mengizinkan pengambilan sampel. Sampel yang berada di luar halaman dan bukan di selokan sekitar rumah penduduk di Kelurahan Karang Berombak, Kecamatan Medan Barat, Medan. 4.3.2. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah larva nyamuk di dalam dan luar rumah penduduk di Kelurahan Karang Berombak, Kecamatan Medan Barat, Medan.

4.4. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara “selected random sampling” dimana semua sampel yang dimasukkan ke dalam penelitian ini memenuhi kriteria pemilihan sampel. Hasil penjajakan awal, jumlah rumah penduduk di Kelurahan Karang Berombak, kecamatan Medan Barat adalah 3478. Menurut Notoatmodjo (2005), untuk mencapai jumlah sampel dari populasi yang jumlahnya lebih kecil dari 10.000 dapat dihitung berdasarkan rumus berikut.

n = �

1 + N (�2)

n = 3478

1 + 3478 (0.052) = 358.74 @ 360

Keterangan :

N = Besar populasi n = Besar sampel


(38)

Dari rumus di atas, maka sekurang-kurangnya 360 rumah diperlukan dalam penelitian ini.

4.5. Cara identifikasi jenis larva. 4.5.1. Di lapangan

Lokasi penemuan larva nyamuk mencakup genangan air yang terdapat di dalam wadah artifisial (plastik bekas, vas bunga, ban bekas), wadah alami (tempurung kelapa, ruas bambu, lubang pohon) dan genangan air tanah (kolam, rawa, selokan). Larva diambil dengan menggunakan pipet untuk larva yang ditemukan di tempat yang kecil, atau diambil menggunakan gayung untuk larva yang berada di tempat yang luas. Larva yang berada di air keruh diambil dengan bantuan senter. Larva yang sudah diambil dipindahkan ke dalam plastik. Plastik diberi label dan dicatat lokasi pengambilan larva dan pH air saat pengambilan. Larva kemudian diidentifikasi di laboratorium menggunakan buku identifikasi.

4.5.2. Di laboratorium

Larva diambil dengan menggunakan pipet dan ditempatkan dalam plastik dan larva dimatikan menggunakan air yang bertemperatur 600 C. Tempatkan larva nyamuk pada kaca objek di bawah mikroskop kemudian diamati. Identifikasi larva berdasarkan buku dan jurnal kunci identifikasi seperti bentuk kepala, segmen abdomen akhir, segmen anal dan sisirnya.

4.6. Metode Analisis Data

Data yang terkumpul di analisis meliputi index larva-larva yang merupakan angka bebas larva, breteau index, house index, dan container index untuk nyamuk Aedes sp.

A. Angka bebas Larva (ABL)


(39)

��� = �����ℎ����ℎ����������

�����ℎ����ℎ�������������× 100%

>50% resiko penularan penyakit rendah <50% resiko penularan penyakit tinggi

B. House Index (HI)

House Index adalah persentase jumlah rumah yang ditemukan larva dengan rumah yang diperiksa secara acak

HI =�����ℎ����ℎ��������������

�����ℎ����ℎ��������� × 100%

>50% resiko penularan penyakit tinggi <50% resiko penularan penyakit rendah

C. Container Index (CI)

Container Index adalah persentase jumlah wadah yang ditemukan larva pada jumlah wadah yang diperiksa yang dipilih secara acak (Yuniati, 2012)

CI =�����ℎ����ℎ��������������

�����ℎ����ℎ��������� × 100%

>50% resiko penularan penyakit tinggi <50% resiko penularan penyakit rendah

D. Breteau Index(BI)

Breteau Index adalah jumlah persentase wadah yang terdapat larva dengan rumah yang diperiksa (Zulkarnaini, 2009).

BI =�����ℎ����ℎ��������������

�����ℎ����ℎ��������� × 100%

>50% resiko penularan penyakit tinggi <50% resiko penularan penyakit rendah


(40)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Kelurahan Karang Berombak, kecamatan Medan Barat adalah salah satu dari 6 kelurahan di kecamatan Medan Barat, kotamadaya Medan, propinsi dengan sungai Deli dan kelurahan Glugur Kota kecamatan Medan Barat di sebelah timur. Sebelah barat berbatasan dengan kelurahan Helvetia Timur, kecamatan Medan Helvetia. Sebelah selatan berbatasan dengan kelurahan Sei Agul, kecamtan Medan Barat. Sebelah utara


(41)

rumah yang terbagi dalam 19 lingkungan (Data Umum PKK Kelurahan Karang Berombak, 2012)

5.1.2 Karakteristik Sampel

Semua sampel didapat dari rumah kelurahan Karang Berombak, kecamatan Medan Barat. Dari 3478 rumah, sebanyak 360 rumah diikutsertakan dalam penelitian. Dari jumlah tersebut didapati 158 buah rumah terdapat larva nyamuk.

5.1.3 Distribusi Karakteristik Sampel

Dari keseluruhan sampel yang ada, diperoleh gambaran mengenai karakteristik larva nyamuk mencakup jenis larva nyamuk yang ditemui, musim, jenis wadah tempat sampel ditemukan dan index larva nyamuk.

Tabel 5.1. Jumlah Rumah yang Ditemukan Larva di Kelurahan Karang Berombak

Rumah N Persentase

Ada larva 158 43.9

Tidak ada larva 202 56.1

Total 360 100.0

Tabel 5.2. Distribusi Larva Nyamuk Berdasarkan Jenis Wadah

Wadah N Persentase

Wadah alami 1 0.6

Wadah artifisial 109 69

Genangan air tanah 48 30.4


(42)

Tabel 5.3. Distribusi Larva Nyamuk Berdasarkan Musim Penelitian

Musim N Persentase

Kemarau 126 79.7

Hujan 32 20.3

Total 158 100.0

Tabel 5.4 Gambaran Distribusi Larva Nyamuk Berdasarkan Indeks Larva

Indeks Larva Persentase

Angka Bebas Larva (ABL) 56.1%

House Index (HI) 43.9%

Container Index (CI) 30.2%


(43)

Tabel 5.5 Distribusi Larva Nyamuk Berdasarkan Morfologi Morfologi

N Persentase

Organ Jumlah

Segmen VIII

Combs scale

2 deret 6 3.8

3 deret 104 65.8

4 deret 48 30.4

Siphonic tufts

1 pasang 110 69.6

4 pasang 41 25.9

5 pasang 7 4.4

Siphon 4x lebar basal 110 69.6

5-6x lebar basal 48 30.4

Tidak Ada 0 0

Pecten

<4 110 69.6

>4 48 30.4

Saddle Ada 158 100.0

Tidak ada 0 0

Mid frontal Hairs

2-4 110 69.6


(44)

Segmen Kepala

Inner frontal Hairs

2-4 110 69.6

5-8 48 30.4

Table 5.6 Distribusi Morfologi Larva Nyamuk Berdasarkan Wadah

Morfologi Wadah

Total

Organ Jumlah Wadah

Alami

Wadah Artifisial

Genangan Air Tanah

Segmen VIII

Combs scale

2 deret 0 6 0 6

158

3 deret 1 103 0 104

4 deret 0 0 48 48

Siphonic tufts

1 pasang 1 109 0 110

158

4 pasang 0 0 41 41

5 pasang 0 0 7 7

Siphon

4x lebar basal 1 109 0 110

5-6x lebar basal

0 0 48 48

Tidak Ada 0 0 0 0

Pecten

<4 1 109 0 110

>4 0 0 48 48

Saddle Ada 1 109 48 158

158

Tidak ada 0 0 0 0

Mid

2-4 1 109 0 110

158


(45)

Segmen Kepala

frontal hairs

5-7 0 0 48 48

158 Inner

frontal hairs

2-4 1 109 0 110

158

5-8 0 0 48 48

Tabel 5.7 Distribusi Larva Nyamuk Berdasarkan Morfologi dengan Musim

Morfologi Musim

Total

Organ Jumlah Kemarau Hujan

Segmen VII

Combs Scale

2 deret 5 1 6

158

3 deret 83 21 104

4 deret 38 10 48

Siphonic Tufts

1 pasang 88 22 110

158

4 pasang 34 7 41

5 pasang 4 3 7

Siphon

4x lebar basal

88 22 110

158 5-6x lebar

basal

38 0 48

Pecten >4 88 22 110

158

<4 38 10 48

Saddle ada 126 32 158

158

Tidak ada 0 0 0

Segmen Kepala

Mid frontal

Hairs

2-4 88 22 110

158

5-7 38 10 48

Inner frontal Hairs

2-4 88 22 110

158


(46)

Morfologi Musim

Total

Organ Jumlah Kemarau Hujan

Segmen VII

Combs Scale

2 deret 5 1 6

158

3 deret 83 21 104

4 deret 38 10 48

Siphonic Tufts

1 pasang 88 22 110

158

4 pasang 34 7 41

5 pasang 4 3 7

Siphon

4x lebar basal

88 22 110

158 5-6x lebar

basal

38 0 48

Pecten >4 88 22 110

158

<4 38 10 48

Saddle ada 126 32 158

158

Tidak ada 0 0 0

Segmen Kepala

Mid frontal

Hairs

2-4 88 22 110

158

5-7 38 10 48

Inner frontal Hairs

2-4 88 22 110

158


(47)

5.2.1 Gambaran Distribusi Larva Nyamuk yang Ditemukan di Kelurahan Karang Berombak

Berdasarkan hasil yang didapat pada tabel 5.1, jumlah rumah yang tidak ditemukan larva nyamuk adalah sebanyak 202 rumah (56.1%) dan jumlah rumah yang ditemukan larva nyamuk adalah 158 (43.9%). Jumlah rumah penduduk yang diikutsertakan dalam penelitian ini adalah 360 rumah. Adanya larva yang ditemukan pada rumah di kelurahan ini karena terdapat banyak genangan air, barang-barang bekas, dan penampungan air di kulkas/dispenser yg tidak dibersihkan di sekitar rumah yang terdapat larva.

5.2.2 Gambaran Distribusi Larva Nyamuk Berdasarkan Jenis Wadah

Dari tabel 5.2 terlihat distribusi larva nyamuk berdasarkan jenis wadah yang terbanyak yaitu wadah artifisial sebanyak 109 wadah (69%) wadah alami sebanyak 1 wadah (0.6%) dan genangan air tanah sebanyak 48 wadah (30.4%). Wadah artifisial yang lebih banyak ditemukan karena banyaknya barang bekas yang dapat menampung air disekitar rumah warga, misalnya ban bekas dan kaleng bekas, selain itu penampung air di kulkas/dispenser yg tidak dibersihkan juga dapat menjadi tempat larva berkembang biak.

5.2.3 Gambaran Distribusi Larva Nyamuk Berdasarkan Musim Penelitian Nyamuk. Penelitian dilakukan pada musim kemarau (September-Oktober 2013) dan pada musim hujan (November-Desember 2013). Sebanyak 126 (79.7%) wadah ditemukan pada musim kemarau dan 32 (20.3%) wadah ditemukan pada musim hujan. Kurangnya jumlah larva nyamuk saat musim hujan karena larva nyamuk yang sedang berkembang tersapu oleh banjir.

5.2.4 Gambaran Distribusi Larva Nyamuk Berdasarkan Indeks Larva

Dari hasil penelitian didapatkan persentase ABL 56.1%, persentase HI 43.9%, persentase BI 43.9, dan persentase CI 30.2%, CI adalah indeks yang dikhususkan untuk Aedes sp. Menurut (Zulkarnaini, 2009) ABL adalah persentase jumlah rumah bebas larva, persentase lebih besar dari 50% menunjukan risiko penularan penyakit yang rendah.


(48)

Sedangkan pada HI, CI, dan BI, persentase lebih kecil dari 50% menunjukan risiko penularan penyakit yang rendah. Jadi dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa risiko penularan rendah.

5.2.5 Gambaran Distribusi Larva Nyamuk Berdasarkan Morfologi A. Combs Scale

Breeland dan Loyless (1982 ), menyatakan Aedes sp memiliki 2-3 deret comb scale, sedangkan Culex sp memiliki 4 deret comb scale. Dari hasil penelitian ditemukan sebanyak 110 larva (69.6%) memiliki 2-3 deret comb scale, Larva dengan 4 deret comb scale ditemukan sebanyak 48 larva (30.4%).

B. Siphonic tufts

Sepasang siphonic tufts mencirikan nyamuk Aedes sp (Prianto, 2004), sedangkan 4-5 pasang siphonic tufts mencirikan nyamuk Culex sp (Breeland dan Loyless, 1982). Hasil penelitian didapatkan sebanyak 110 (69.6%) nyamuk memiliki sepasang siphonic tufts, Sedangkan larva yang memiliki 4 dan 5 pasang siphonic tufts berjumlah 48 larva (30.4%).

C. Siphon

Nyamuk dengan panjang siphon 5-6 kali lebar basal adalah Culex sp, sedangkan nyamuk dengan panjang siphon 4 kali lebar basal adalah Aedes sp (Breeland dan Loyless, 1982). Ditemukan 110 larva (69.6%) memiliki panjang siphon 4 kali lebar basal. Larva dengan panjang 5-6 kali lebar basal ditemukan sebanyak 48 larva (30.4%).

D. Pecten

Utrio (1976), menyatakan Aedes sp memiliki > 4 pecten, sedangkan Culex sp memiliki <4 pecten. Dari hasil penelitian ditemukan sebanyak 110 larva (69.6%) memiliki > 4 pecten, sedangkan Larva yang memiliki <4 pecten ditemukan sebanyak


(49)

E. Saddle

Menurut Utrio (1976), larva nyamuk yang memiliki saddle adalah subfamili culicinae yang terdiri darigenus Aedes sp, Culex sp dan Mansonia sp. hasil penelitian didapatkan 158 (100%) larva memiliki saddle.

F. Midfrontal hairs

Menurut Utrio (1976), larva nyamuk dengan 2-4 cabang midfrontal hairs adalah Aedes sp, sedangkan larva nyamuk dengan 5-7 cabang midfrontal hairs mencirikan Culex sp. Hasil didapati sebanyak 110 larva (69.6%) memiliki 2-4 midfrontal hairs. Larva dengan 5-7 midfrontal hairs ditemukan sebanyak 48 larva (30.4%).

G. Inner frontal hairs

Larva Aedes sp memiliki 2-4 cabang, sedangkan Culex sp memiliki 4-8 cabang (Utrio, 1976). Hasil penelitian didapatkan sebanyak110 larva (69.6%) memiliki 2-4 cabang dan larva dengan 5-8 cabang ditemukan sebanyak 48 larva (30.4%),

5.2.6 Gambaran Distribusi Morfologi Larva Nyamuk Berdasarkan Jenis Wadah dan Musim.

A. Wadah

Rattanarithikul dan Harrison ( 2005), menyatakan spesies yang memiliki habitat wadah alami adalah Aedes albopictus sedangkan spesies yang memiliki habitat wadah artifisial adalah Aedes sp. Qomariah (2004), menyatakan spesies yang memiliki habitat wadah alami adalah Anopheles sp dan Culex sp. Hasil penelitian didapatkan , larva nyamuk Aedes aegypti ditemukan di wadah artifisial yaitu sebanyak 109 wadah dan di wadah alami sebanyak 1 wadah. Sedangkan nyamuk Culex sp ditemukan di genangan air tanah yaitu sebanyak 48 wadah.


(50)

Larva Aedes sp lebih banyak ditemukan pada musim kemarau, yaitu sebanyak 88 larva dan pada musim hujan ditemukan sebanyak 22 larva. Nyamuk Culex sp ditemukan sebanyak 38 larva pada musim kemarau dan pada musim hujan ditemukan sebanyak 10 larva.

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Dari penelitian ini, dapat disimpulkan:

1. Jumlah rumah yang ditemukan larva nyamuk adalah 158 rumah dari 360 rumah yang diteliti (43.9%).

2. Jumlah larva nyamuk yang paling banyak ditemukan berada di wadah artifisial yaitu sebanyak 109 wadah (69%), diikuti genangan air tanah sebanyak 48 wadah (30.4%), dan wadah alami sebanyak 1 wadah (0.6%).

3. Angka Bebas Larva nyamuk ( ABL ) 56.1%, house index (HI) 43.9%, dan Breateau Index 43.9%. Hal ini menunjukkan lokasi penelitian mempunyai resiko penularan


(51)

4. Berdasarkan morfologi didapatkan 110 larva (69.6%) adalah Aedes sp, yang terdiri dari A. Aegypti dan A. Albopictus, 48 larva (30.4%) adalah Culex sp.

5. Berdasarkan wadah, larva nyamuk Aedes sp ditemukan di wadah artifisial yaitu sebanyak 109 wadah dan wadah alami sebanyak 1 wadah, sedangkan larva nyamuk Culex sp hanya ditemukan di genangan air tanah sebanyak 48 wadah.

6. Didapatkan angka Container Index 30.2%, yang menunjukan risiko penularan penyakit dengan vektor Aedessp yang rendah.

7. Penelitian dilakukan pada musim kemarau (September-Oktober 2013) dan pada musim hujan (November-Desember). 126 (79.7%) wadah ditemukan pada musim kemarau dan 32 (20.3%) wadah ditemukan pada musim hujan. Larva Aedes sp, dan Culex sp paling banyak ditemukan pada musim kemarau.

6.2Saran

1. Warga tetap harus menjaga kebersihan dan melakukan langkah-langkah pencegahan. Walaupun index larva nyamuk menunjukan risiko penularan penyakit oleh vektor nyamuk yang rendah, namun lokasi penelitian berpeluang tinggi untuk perkembangbiakan nyamuk, hal ini dilihat dari banyaknya genangan air disekitar rumah warga. .

2. Hasil penelitian menunjukan adanya nyamuk yang berkembang biak di lokasi peneltian yaitu Culex sp, Aedes agypti, dan Aedesalbopictus. Diharapkan agar warga dan dinas kesehatan setempat segera mengambil tindakan anti larva nyamuk untuk memberantas nyamuk tersebut, misalnya dengan melakukan 3M (meguras,menimbun, mengubur) dan fogging.

3. Adanya larva Culex sp di lokasi menunjukan kemungkinan penularan penyakit yang dibawa oleh nyamuk Culex sp.


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Barry, J. dan William. 1996. The Biology of Disease Control, University Press of Colorado

Breeland, S.G. dan Loyless, T.M. 1982. Journal of the Florida Anti-Mosquito Association. Illustrated Keys to the Mosquitoes of the Florida adult Females and Fourth Stage Larvae. Volume 58, Number 2, 1982. Florids

Belton, P. 1983. Handbook No. 41. The Mosquitoes of British Columbia. British Columbia Provincial Museum.

Carruthers, L. Anatomy of Mosquitoes Larva. Available from [accessed 20 Mei 2013]

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2003. Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Demam Denggi dan Demam Berdarah Denggi. http://www.depkes.go.id.pdf. [accessed 23 April 2013]

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2005. Pencegahan dan Pemberatasan DBD di Indonesia. Available from

Dinas Kesehatan Kota Medan, 2010, Profil Kesehatan Kota Medan.

[accessed 23 April 2013].

[accessed 23 April 2013].


(53)

Dodge, H.R. 1966. The Canadian Entomology, Department of Entomology, Washington State University. http://journals.cambridge.org [accessed 20 November 2013].

Harbach, R, 2008. Famili Culicidae Meigen, Mosquito Taxonomic Inventory,

[accessed 12

Desember 2013].

Littig, S.K dan Stojanovich, 1997. C.J. Mosqutoes: Characteristic of Anophelines and Culicines. http://journals.cambridge.org [accessed 21 November 2013].

Normitasari, D., Saraswati, L.D. dan Ginandjar, P. 2012. Perbedaan Praktik 3M Plus di Kelurahan Percontohan Program Pemantauan Jentik Rutin Kota Semarang. Jurnal Entomologi Indonesia, Volume 9, Nomor 1, April 2012: 32-37

Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Peneliti Kesehatan.Edisi Revisi. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Pemerintahan Kota Medan. 2012, Data Umum PKK Kelurahan Karang Berombak, 2012.

Prianto, J. 2004. Atlas Parasitologi Kedokteran. Jakarta : Gramedia Pustaka.

Qomariah, M. 2004. Survei Nyamuk Anopheles yang Berpotensi sebagai Vektor Malaria di Bekas penggalian Timah Kolong Ijo Kelurahan Bacang Kota Pangkal Pinang. Available from

Rattanarithikul R dan Harrison B. 2005. Illustrated Keys to the Mosquitoes of Thailand I. Background; Geographic Distribution; Lists of Genera, Subgenera, dan Species; dan a Key to the Genera. The southeast Asian journal of Tropical Medicine, Volume 36 Supplement 1, 2005, Bangkok.


(54)

Said, G.P.S. 2012. Survei Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes sp pada Sumur Gali Milik Warga di Keluraahan Bulusan Kota Semarang (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Rowosari Semarang). Jurnal kesehatan masyarakat, volume 1, nomor 2: 326-337.

Saleeza, S.N.R, Norma-Rashid dan Sofian-Azirun, M. 2011. Mosquitoes Larval Breeding Habitat in Urban and Suburban Areas, Peninsular Malaysia. World Academy of Science, Engineering and Technology 5: 569-573.

Sembel, D. 2009. Entomologi kedokteran. Yogyakarta: Penerbit Andi: 49-105.

Sembiring, O. 2009. Efektifitas Beberapa Jenis Insektisida Terhdap Nyamuk Aedes

aegypti (L.). Available from

Soegijanto, S. 2006. Demam Berdarah Dengue Edisi kedua. Surabaya. Airlangga University

Press.Available from [accessed 22 Mei 2013]

Soekirno, N., Ariati,Y. dan Mardiana. 2006. Jenis-Jenis Larva Nyamuk yang Ditemukan di Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jurnal Ekologi Kesehatan, volume 5, nomor 1, April 2006: 356-360.

Sunaryo. 2001. Bionomik Vektor Malaria di Kabupaten Banjarnegara. SLPV, Banjarnegara. Kes Malaria di Kabupaten Banjarnegara. SLPV, Banjarnegara.

Utrio, P. 1976. Annales Agriculture Fenniae. Identification Key to Finnish Larvae (Diptera, Culicidae), Volume 15: 128-136 (1976), Helsisnki

World Health Organizations. 1997. Vector Control: Methods for Use by Indiividuals and Communities, prepared by Jan A. Rozeendal. Available from Mei 2013]

Yuniati, 2012. Pengaruh Sanitasi Lingkungan Pemukiman Terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Daerah Aliran Sungai di Kota Medan. Available from


(55)

Demam Berdarah Dengue Kota Dumai Tahun 2008. Ilmu lingkungan Jurnal of Environmental Science:115-124

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dixie Tri Susanti

Tempat/ tanggal lahir : Medan/ 14 Juni 1992

Pekerjaan : Mahasiswa

Agama : Islam

Alamat : Jl. Putri Hijau I no 17i Nomor Telepon : 081973009892

Alamat Email : susantidixie@gmail.com Orang Tua : Ayah: drg. H.M. Sumarno


(56)

Riwayat Pendidikan : SD Harapan 2 Medan SMP Negeri 1 Medan SMA Negeri 1 Medan


(57)

Lampiran 3 Tabel Morfologi Larva Nyamuk

No tempat wadah musim Cs st Siphon pc sd mf if

1. bambu + tanah genangan air tanah musim kemarau 4

4 5-6x lebar basal

2

ada 6 6 2. tanah genangan air

tanah

musim kemarau

4

4 5-6x lebar basal

3

ada 5 8 3. plastik wadah buatan musim

kemarau 3

1 4x lebar basal 5 ada 2 2 4. bak wadah buatan musim

kemarau 3

1 4x lebar basal 5 ada 2 2 5. kulkas wadah buatan musim

kemarau 3

1 4x lebar basal 5 ada 2 2 6. plastik wadah buatan musim

kemarau 3

1 4x lebar basal 5 ada 2 2 7. ember wadah buatan musim

kemarau 3

1 4x lebar basal 5 ada 2 2 8. ember wadah buatan musim

kemarau 3

1 4x lebar basal 5 ada 4 4 9. ember wadah buatan musim

kemarau 3

1 4x lebar basal 5 ada 2 2 10. kaleng wadah buatan musim

kemarau 3

1 4x lebar basal 5 ada 4 2 11. daun +

tanah genangan air tanah musim kemarau 4

4 5-6x lebar basal

3

ada 6 8 12. daun +

tanah genangan air tanah musim kemarau 4

5 5-6x lebar basal

3


(58)

vas wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 4

4 13.

plastik wadah buatan

musim kemarau

2

1 4x lebar basal 5

ada 4

4 14.

bak wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 4

4 15. Pohon +

tanah genangan air tanah musim kemarau 4 4 5-6x lebar basal 2 ada 6 8 16. kolam genangan air tanah musim kemarau 4 5 5-6x lebar basal 3 ada 6 8 17. selokan genangan air tanah musim kemarau 4 4 5-6x lebar basal 3 ada 6 8 18. kolam genangan air tanah musim kemarau 4 4 5-6x lebar basal 3 ada 6 8 19.

dispenser wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 3

4 20.

dispenser wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 3

2 21.

vas wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 4

2 22.

Ban wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 4

2 23. Daun +

tanah genangan air tanah musim kemarau 4 4 5-6x lebar basal 3 ada 6 8 24.

ban wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 4

2 25.

vas wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 4

2 26.

bak wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 4

2 27.

bak wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 4

2 28. Sampah +

tanah genangan air tanah musim kemarau 4 5 5-6x lebar basal 2 ada 6 8 29. Pohon +

tanah genangan air tanah musim kemarau 4 3 5-6x lebar basal 3 ada 6 8 30. sampah +

tanah genangan air tanah musim kemarau 4 5 5-6x lebar basal 2 ada 6 6 31. selokan genangan air tanah musim kemarau 4 4 5-6x lebar basal 2 ada 6 6 32. kolam genangan air tanah musim kemarau 4 4 5-6x lebar basal 2 ada 6 8 33.

kaleng wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 4

2 34.

kaleng wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5 ada 2 2 35. pot tanaman genangan air tanah musim kemarau 4 4 5-6x lebar basal 2 ada 6 8


(59)

36.

plastik wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

2 37.

dispenser wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

2 38.

dispenser wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5 ada 2 2 39. pot tanaman + tanah Genangan air tanah musim kemarau 4 4 5-6x lebar basal 2 ada 6 8 40.

dispenser wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

2 41.

kulkas wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

2 42.

kulkas wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

2 43.

ember wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

2 44.

bak wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

2 45.

kulkas wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

2 46.

bak wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

2 47.

selokan wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 4

2 48.

plastik wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 3

2 49.

plastik wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 3

4 50.

botol wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 3

4 51.

aquarium wadah buatan

musim kemarau

2

1 4x lebar basal 5

ada 3

4 52.

botol wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 3

4 53.

dispenser wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 3

4 54.

bak wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

2 55.

dispenser wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 3

4 56.

ember wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

4 57.

plastik wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 2


(60)

58.

dispenser wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

4 59.

dispenser wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

2 60.

dispenser wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

2 61.

dispenser wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

2 62.

kulkas wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

2 63.

kulkas wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

2 64.

ember wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

2 65.

bak wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

2 66.

kulkas wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

2 67.

bak wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5 ada 2 2 68. selokan genangan air tanah musim kemarau 4 4 5-6x lebar basal 2 ada 6 8 69.

plastik wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 4

4 70.

plastik wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 4

4 71.

botol wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 4

4 72.

aquarium wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 4

4 73.

botol wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 4

4 74.

dispenser wadah buatan

musim kemarau

2

1 4x lebar basal 5

ada 4

4 75.

bak wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 4

4 76.

dispenser wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

4 77.

ember wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

4 78.

plastik wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

2 79.

Bambu Wadah alami

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

4


(61)

81.

plastik wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 4

2 82.

bak wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 4

4 83.

kulkas wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5 ada 4 4 84. selokan genangan air tanah musim kemarau 4 4 5-6x lebar basal 3 ada 6 8 85. bambu +

tanah genangan air tanah musim kemarau 4 3 5-6x lebar basal 2 ada 6 8 86. daun +

tanah genangan air tanah musim kemarau 4 4 5-6x lebar basal 3 ada 6 8 87. lubang pohon + tanah genangan air tanah musim kemarau 4 4 5-6x lebar basal 3 ada 6 8 88. pot tanaman genangan air tanah musim kemarau 4 4 5-6x lebar basal 3 ada 6 6 89. Ember +

tanah genangan air tanah musim kemarau 4 4 5-6x lebar basal 3 ada 6 6 90. pot tanaman genangan air tanah musim kemarau 4 4 5-6x lebar basal 2 ada 6 6 91. bak +

tanah genangan air tanah musim kemarau 4 4 5-6x lebar basal 2 ada 6 8 92. bak sampah genangan air tanah musim kemarau 4 4 5-6x lebar basal 2 ada 6 8 93. Ember +

tanah genangan air tanah musim kemarau 4 4 5-6x lebar basal 2 ada 6 8 94.

ember wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 4

4 95.

bak wadah buatan

musim kemarau

2

1 4x lebar basal 5

ada 3

4 96.

kulkas wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 3

4 97.

bak wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 3

2 98.

kaleng wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

2 99.

kaleng wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

4 100

plastik wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

4 101

dispenser wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5 ada 2 4 102 Kaleng + tanah genangan air tanah musim kemarau 4 4 5-6x lebar basal 3 ada 6 6


(62)

103

dispenser wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

4 104

dispenser wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

3 105

kulkas wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5 ada 2 4 106 kaleng+ tanah genangan air tanah musim kemarau 4 3 5-6x lebar basal 3 ada 6 6 107

ember wadah buatan

musim kemarau

2

1 4x lebar basal 5

ada 2

3 108 bak +

tanah genangan air tanah musim kemarau 4 3 5-6x lebar basal 3 ada 6 6 109

kulkas wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

3 110

bak wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

4 111

selokan wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

4 112

plastik wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

2 113

plastik wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

4 114

botol wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

4 115

aquarium wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

2 116

botol wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

2 117

dispenser wadah buatan

Musim hujan

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

2 118

bak wadah buatan

Musim hujan

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

2 119

dispenser wadah buatan

Musim hujan

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

2 120

ember wadah buatan

Musim hujan

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

2 121

plastik wadah buatan

Musim hujan

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

2 122

dispenser wadah buatan

musim hujan

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

2 123

dispenser wadah buatan

musim hujan

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

2 124

dispenser wadah buatan

musim hujan

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

2


(63)

126

kulkas wadah buatan

musim hujan

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

2 127

kulkas wadah buatan

musim hujan

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

2 128

ember wadah buatan

musim hujan

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

2 129

bak wadah buatan

musim hujan

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

4 130

kulkas wadah buatan

musim hujan

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

2 131

bak wadah buatan

musim hujan

3

1 4x lebar basal 5 ada 2 2 132 selokan genangan air tanah musim hujan 4 4 5-6x lebar basal 2 ada 6 6 133 Kaleng +

tanah genangan air tanah musim hujan 4 4 5-6x lebar basal 2 ada 6 6 134 plastik +

tanah genangan air tanah musim hujan 4 4 5-6x lebar basal 2 ada 6 8 135 kaleng+

tanah genangan air tanah musim hujan 4 3 5-6x lebar basal 2 ada 6 8 136

aquarium wadah buatan

musim hujan

3

1 4x lebar basal 5

ada 4

4 137

botol wadah buatan

musim hujan

3

1 4x lebar basal 5

ada 4

4 138

dispenser wadah buatan

musim hujan

3

1 4x lebar basal 5

ada 4

4 139 bak +

tanah genangan air tanah musim hujan 4 3 5-6x lebar basal 2 ada 6 8 140

dispenser wadah buatan

musim hujan

3

1 4x lebar basal 5

ada 4

4 141 ember +

tanah genangan air tanah musim hujan 4 4 5-6x lebar basal 2 ada 6 8 142 plastik +

tanah genangan air tanah musim hujan 4 5 5-6x lebar basal 3 ada 6 8 143 bambu +

tanah genangan air tanah musim hujan 4 4 5-6x lebar basal 2 ada 6 8 144 tanah genangan air tanah musim hujan 4 5 5-6x lebar basal 2 ada 6 8 145

plastik wadah buatan

musim hujan

2

1 4x lebar basal 5

ada 2

4 146

bak wadah buatan

musim hujan

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

4 147

kulkas wadah buatan

musim hujan

3

1 4x lebar basal 5 ada 2 4 148 selokan genangan air tanah musim hujan 4 4 5-6x lebar basal 3 ada 6 6


(64)

Cs = combscale St = siphonic tuft Pc = pecten

Sd = saddle

Mf = midfrontal hairs If = innerfrontal hairs

149 bambu + tanah genangan air tanah musim kemarau 4 4 5-6x lebar basal 3 ada 6 8 150 daun +

tanah genangan air tanah musim kemarau 4 4 5-6x lebar basal 3 ada 6 8 151 lubang pohon + tanah genangan air tanah musim kemarau 4 4 5-6x lebar basal 3 ada 6 8 152 pot tanaman genangan air tanah musim kemarau 4 4 5-6x lebar basal 3 ada 5 6 153

aquarium wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5 ada 4 2 154 pot tanaman genangan air tanah musim kemarau 4 4 5-6x lebar basal 3 ada 6 6 155 bak +

tanah genangan air tanah musim kemarau 4 4 5-6x lebar basal 3 ada 6 6 156 bak sampah genangan air tanah musim kemarau 4 4 5-6x lebar basal 3 ada 6 8 157

tangki air wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 2

2 158

aquarium wadah buatan

musim kemarau

3

1 4x lebar basal 5

ada 4


(65)

(66)

Lampiran 4 Gambaran Distribusi Larva Nyamuk Berdasarkan Index Larva

A. Angka bebas Larva (ABL)

Angka bebas larva adalah persentasetase jumlah rumah bebas larva diantara rumah yang diperiksa secara acak.

���������������= 202 ����ℎ

360 ����ℎ× 100% = 56.1%

B. House Index (HI)

House Index adalah persentasetase jumlah rumah yang ditemukan larva dengan rumah yang diperiksa secara acak

HI =158 ����ℎ

360 ����ℎ× 100% = 43.9%

C. Container Index (CI)

Container Index adalah persentasetase jumlah wadahyang ditemukan larva pada jumlah wadah yang diperiksa yang dipilih secara acak. (Yuniati, 2012).

CI = 109 ����ℎ

360 ����ℎ× 100% = 30.2%

D. Breteau Index(BI)

Breteau Index adalah jumlah persentasetase wadah yang terdapat larva dengan rumah yang diperiksa (Zulkarnaini, 2009).

BI =158 ����ℎ

360 ����ℎ× 100% = 43.9%

>50% resiko penularan penyakit tinggi <50% resiko penularan penyakit rendah

Genangan air tanah : 1


(67)

Lampiran 5 Tabel Frekuensi

Rumah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ada larva 43.9 43.9 43.9 43.9

tidak ada larva 56.1 56.1 56.1 100

Total 100.0 100.0 100.0

Wadah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid wadah alami 1 0.6 0.6 0.6

wadah buatan 109 69.1 69.1 69.7

genangan air tanah 48 30.4 30.4 100.0

Total 158 100.0 100.0

Musim

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid musim kemarau 126 79.7 79.7 79.7

musim hujan 32 20.3 20.3 100.0


(68)

Combscale

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 6 3.8 3.8 3.8

3 104 65.8 65.8 69.6

4 48 30.4 30.4 100.0

Total 158 100.0 100.0

Siphonictuft

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 110 69.6 69.6 69.6

4 41 25.9 25.9 95.6

5 7 4.4 4.4 100.0

Total 158 100.0 100.0

Siphon

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 4x lebar basal 110 69.6 69.6 69.6

5-6x lebar basal 48 30.4 30.4 100.0

Total 158 100.0 100.0

pecten

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid >4 110 69.6 69.6 69.6

<4 48 30.4 30.4 100.0


(69)

saddle

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Ada 158 100.0 100.0 100.0

mfhairs

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2-4 110 69.6 69.6 69.6

5-7 48 30.4 30.4 100.0

Total 158 100.0 100.0

ifhairs

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2-4 110 69.6 69.6 69.6

5-8 48 30.4 30.4 100.0


(70)

Lampiran 4 Tabel Cross Tabs

Wadah

combscale * wadah Crosstabulation

Count

wadah

Total wadah alami wadah buatan

genangan air tanah

combscale 2 0 6 0 6

3 1 103 0 104

4 0 0 48 48

Total 1 109 48 158

siphonictuft * wadah Crosstabulation

Count

Wadah

Total wadah alami wadah buatan

genangan air tanah

siphonictuft 1 1 109 0 110

4 0 0 41 41

5 0 0 7 7


(71)

siphon * wadah Crosstabulation

Count

Wadah

Total wadah alami wadah buatan

genangan air tanah

siphon 4x lebar basal 1 109 0 110

5-6x lebar basal 0 0 48 48

Total 1 109 48 158

pecten * wadah Crosstabulation

Count

wadah

Total wadah alami wadah buatan

genangan air tanah

pecten >4 1 109 0 110

<4 0 0 48 48

Total 1 109 48 158

saddle * wadah Crosstabulation

Count

wadah

Total wadah alami wadah buatan

genangan air tanah

saddle Ada 1 123 48 158


(1)

siphon * wadah Crosstabulation Count

Wadah

Total wadah alami wadah buatan

genangan air tanah

siphon 4x lebar basal 1 109 0 110

5-6x lebar basal 0 0 48 48

Total 1 109 48 158

pecten * wadah Crosstabulation

Count

wadah

Total wadah alami wadah buatan

genangan air tanah

pecten >4 1 109 0 110

<4 0 0 48 48

Total 1 109 48 158

saddle * wadah Crosstabulation

Count

wadah

Total wadah alami wadah buatan

genangan air tanah

saddle Ada 1 123 48 158


(2)

mfhairs * wadah Crosstabulation

Count

wadah

Total wadah alami wadah buatan

genangan air tanah

mfhairs 2-4 1 109 0 110

5-7 0 14 48 48

Total 1 109 48 158

ifhairs * wadah Crosstabulation

Count

wadah

Total wadah alami wadah buatan

genangan air tanah

ifhairs 2-4 1 109 0 110

5-8 0 0 48 48

Total 1 109 48 158

Musim

combscale * musim Crosstabulation Count

musim

Total musim kemarau musim hujan

combscale 2 5 1 6

3 83 21 104

4 38 10 48


(3)

siphonictuft * musim Crosstabulation

Count

musim

Total musim kemarau musim hujan

siphonictuft 1 88 22 110

4 34 7 41

5 4 3 7

Total 126 32 158

siphon * musim Crosstabulation Count

musim

Total musim kemarau musim hujan

Siphon 4x lebar basal 88 22 110

5-6x lebar basal 38 10 48

Total 126 32 158

pecten * musim Crosstabulation Count

musim

Total musim kemarau musim hujan

pecten >4 88 22 110

<4 38 10 48


(4)

saddle * musim Crosstabulation

Count

musim

Total musim kemarau musim hujan

saddle Ada 126 32 158

Total 126 32 158

mfhairs * musim Crosstabulation Count

musim

Total musim kemarau musim hujan

mfhairs 2-4 88 22 110

5-7 38 10 48

Total 126 32 158

ifhairs * musim Crosstabulation

Count

musim

Total musim kemarau musim hujan

ifhairs 2-4 88 22 110

5-8 38 10 48


(5)

(6)