mengimplementasikan prinsip-prinsip corporate governance sebagai dasar dalam aktivitas bisnisnya. Kode juga menyatakan bahwa masyarakat diminta
menjalankan kontrol secara objektif dan bertanggung jawab dengan cara mengkomunikasikan pendapat atau keberatannya kepada komunitas bisnis dan
pemerintah.
2. Asas Good Corporate Governance
Prinsip-prinsip umum Kode Corporate Governance Indonesia tidak berbeda dengan prinsip umum corporate governance OECD, kecuali prinsip kewajaran
Tjager, 2003: 52-53. Prinsip-prinsip tersebut antara lain:
a. Transparansi
Transparansi berkaitan dengan keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materil
dan relevan mengenai perusahaan.
b. Kemandirian
Kemandirian yaitu suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara professional tanpa benturan kepentingan dan tekanan dari pihak manapun.
c. Akuntabilitas
Akuntabilitas mencakup kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggung jawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara
efektif.
Universitas Sumatera Utara
d. Pertanggungjawaban
Prinsip pertanggungjawaban merupakan kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap regulasi pemerintah dan prinsip-prinsip korporasi.
e. Kewajaran
Prinsip kewajaran mencakup keadilan dan kesetaraan di dalammemenuhi hak-hak pemangku kepentingan yang muncul berdasarkan perjanjian dan
peraturan yang berlaku.
3. Etika Bisnis dan Pedoman Perilaku
Kode menyarankan perusahaan untuk memiliki seperangkat pedoman perilaku yang akan menjadi acuan bagi organ perusahaan dan karyawan dalam
mengimplementasikan nilai-nilai perusahaan dan etika bisnis.
4. Organ Perusahaan
Indonesia menjalankan struktur two tier board system yang memisahkan posisi dewan direksi sebagai pengelola dan dewan komisaris sebagai pengawas.
Tiga entitas yang harus ada dalam perusahaan adalah:
a. Rapat Umum Pemegang Saham
Kode menjelaskan bahwa RUPS merupakan forum untuk membuat keputusan strategis berkenaan dengan investasi pemegang saham.
Universitas Sumatera Utara
b. Dewan Komisaris
Tugas dewan komisaris adalah sebagai pengontrol dan pemberi masukan kepada dewan direksi sebagaimana yang diatur dalam peraturan perundang-
undangan.
c. Dewan Direksi
Kode menyatakan bahwa masing-masing anggota direksi, termasuk presiden direktur, memiliki posisi yang sejajar dimana posisi presiden direktur adalah
mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan direktur lainnya.
5. Pemegang Saham
Kode menyatakan bahwa pemegang saham sebagai pemilik perusahaan harus memperhatikan hak dan tanggung jawabnya dalam perusahaan sesuai
dengan aturan yang berlaku dan anggaran dasar perusahaan.
6. Pemangku Kepentingan
Pemangku kepentingan adalah pihak-pihak yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan dan mendapatkan pengaruh secara langsung oleh keputusan
strategis dan operasional perusahaan, termasuk di dalamnya karyawan, mitra bisnis dan masyarakat setempat.
7. Pernyataan Tentang Penerapan Pedoman Good Corporate Governance
Kode menjelaskan bahwa dalam laporan tahunan perusahaan harus memuat pernyataan tentang implementasi corporate governance yang harus didukung
Universitas Sumatera Utara
dengan laporan yang menjelaskan tentang struktur perusahaan, mekanisme kerja, di samping informasi lainnya tentang penerapan corporate governance.
8. Pedoman Praktis Penerapan Good Corporate Governance
Kode menyatakan bahwa pelaksanaan corporate governance perlu dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan. Oleh sebab itu, perusahaan
membutuhkan pedoman sebagai acuan dalam menerapkan corporate governance.
2.3.2 Faktor-faktor Pembentuk Corporate Governance
Steger dan Aman 2008: 17-18 mengemukakan bahwa selain model bisnisindustri dan perangkat hukum yang berlaku, terdapat dua faktor lain yang
membentuk sistem corporate governance, yaitu personalities karakteristik dewan komisaris dan dewan direksi serta ownership kepemilikan. Karakteristik
dewan komisaris dan dewan direksi akan memengaruhi setiap pengambilan keputusan dalam perusahaan, termasuk keputusan pengelolaan intellectual capital.
Karakteristik dewan yang diteliti dapat berupa gender, independensi, latar belakang pendidikan, dan kebangsaan Williams dan O’Reilly, 1998.
2.3.2.1 Dewan Komisaris Independen
Komisaris merupakan organ yang mengawasi kebijakan direksi dalam menjalankan perusahaan serta memberikan nasihat kepada direksi. Komisaris
independen adalah komisaris yang bukan merupakan anggota manajemen, pemegang saham mayoritas, pejabat atau dengan cara lain yang berhubungan
langsung atau tidak langsung dengan pemegang saham mayoritas dari suatu
Universitas Sumatera Utara
perusahaan yang mengawasi pengelolaan perusahaan Surya, 2008: 135. Komisaris independen diharapkan dapat menciptakan keseimbangan atas berbagai
kepentingan para pihak dalam hal pengambilan keputusan bisnis.
2.3.2.2 Dewan Komisaris dan Direksi Wanita
Pengertian direksi dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas adalah organ perseroan yang bertanggung jawab penuh atas pengurusan perseroan untuk
kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan baik di dalam maupun di luar pengadilan dengan ketentuan Anggaran Dasar Surya, 2008: 140. Dalam
pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa direksi bertanggung jawab penuh atas manajemen perusahaan.
Williams dan O’Reilly 1998 mengungkapkan bahwa diversitas dewan komisaris dan direksi yang semakin tinggi akan menimbulkan gaya kognitif yang
semakin bervariasi, sehingga semakin memperkaya pengetahuan, kebijaksanaan, ide dan pendekatan yang tersedia bagi perusahaan dan pada akhirnya
meningkatkan kualitas pengambilan keputusan. Salah satu diversitas yang sering muncul adalah isu gender.
Robins dan Judge 2008: 206 menyatakan bahwa wanita pada umumnya lebih memiliki pemikiran yang mendetail terkait dalam analisis pengambilan
keputusan. Dengan demikian keberadaan wanita dalam jajaran dewan komisaris dan direksi akan memengaruhi pengambilan keputusan yang tepat atas
pengelolaan intellectual capital perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2.3 Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan saham oleh manajemen dapat diartikan sebagai kepemilikan sejumlah saham suatu perusahaan oleh dewan direksi dan komisarisnya.
Kepemilikan manajerial ini diasumsikan dapat menurunkan potensi agency problem. Dewan direksi dan dewan komisaris yang memiliki saham di dalam
perusahaan yang mereka pimpin akan memiliki rasa kepemilikan yang kuat sehingga akan menjalankan fungsinya dengan sebaik-baiknya untuk
meningkatkan kekayaan perusahaan Makki, 2010: 22.
2.3.2.4 Kepemilikan Institusional
Menurut Hanafi 2003 dalam Priantana 2011: 68, kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh investor institusional yang dapat
dilihat dari proporsi saham yang dimiliki institusi dalam perusahaan. Institusi merupakan lembaga yang memiliki kepentingan besar terhadap investasi yang
dilakukan termasuk investasi saham.
2.4 Penelitian Terdahulu
Penelitian yang menghubungkan corporate governance dengan
intellectual capital yang diukur dengan metode VAIC belum banyak dilakukan terutama di Indonesia. Namun, di berbagai negara penelitian mengenai intellectual
capital ini telah dimulai sejak lama. Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan intellectual capital
adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
Peneliti Judul Penelitian
Variabel-variabel Metode
Analisis Hasil Penelitian
1. Indrianita Anis,
2013 Corporate
Governance- Driven to
Intellectual Capital and
Corporate Performance
Empirical Study in
Indonesian Banking
Industry 1.
Variabel independen: Value Added Intellectual
Capital VAIC 2.
Variabel dependen: a.
Tobin’s Q b.
ROA c.
ROE 3.
Variabel intervening: a.
Board of Commissioners
Effectiveness b.
Audit Committee Effectiveness
c. Institutional
Ownership d.
External Auditor 4.
Variabel kontrol: ukuran perusahaan
Structural Equation
Model a.
VAIC berpengaruh positif terhadap
corporate governance
b. Mekanisme
corporate governance
berpengaruh positif terhadap VAIC
c. Mekanisme CG
berpengaruh positif terhadap corporate performance
d. Mekanisme CG memoderasi
hubungan antara IC terhadap kinerja perusahaan
2. Chun-Yao
Tseng dan Chun-Yi Lin,
2011 The
Relationship between
Corporate Governance
and Intellectual Capital:
Empirical Study of Taiwanese
Electronics Manufactures
1. Variabel independen:
a. Number of the
boards b.
The proportion of outside directors
c. The proportion of
shareholding of the boards
d. Chairman duality
e. Proportion of
female directors f.
Education level of the board chairman
g. Reward level of the
whole board directors
2. Variabel dependen:
a. Human capital
b. Relationship capital
c. Organizational
capital Innovation capital
Panel Data Estimation
a. Proportion of outside
directors dan
reward memiliki hubungan positif
signifikan terhadap human capital
b. Proportion of shareholding if
the boards
memiliki hubungan negatif signifikan
terhadap human capital c.
Number of the boards dan proportion of female
directors memiliki hubungan yang positif signifikan
terhadap relationship capital Number of the boards,
proportion of female directors dan reward level
memiliki hubungan yang positif signifikan terhadap
organizational capital
d. Proportion of shareholding
of the boards memiliki
hubungan negatif signifikan terhadap
organizational capital
e. Proportion of outside
directors dan education level memiliki hubungan yang
positif signifikan terhadap innovation capital
Universitas Sumatera Utara
Peneliti Judul Penelitian
Variabel-variabel Metode
Analisis Hasil Penelitian
3. Muhammad
Abdul Majid Makki, 2010
Impact of Corporate
Governance on Intellectual
Capital Efficiency and
Financial Statement
1. Variabel independen:
Corporate governance: a.
Percentage share of all directors
b. Percentage share
of all executive directors
c. Ratio of non
executive directors d.
Number of meetings of audit
committee e.
CEO duality f.
Managerial remuneration
2. Variabel dependen:
Financial performance yang diukur dengan:
a. ROI
b. ROE
c. NPAT
3. Variabel intervening:
Intellectual capital: a.
Human capital effectiveness
b. Capital Employed
effectiveness c.
Structural capital effectiveness
Structural Equation
Model 1.
Corporate governance tidak berpengaruh secara langsung
terhadap kinerja perusahaan 2.
Corporate governance berpengaruh positif
signifikan terhadap kinerja intellectual capital
3. Kinerja intellectual capital
berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja
perusahaan.
4. N-P Swastz dan
S. Firer, 2005 Board Structure
and Intellectual Capital
Performance in South Africa
1. Variabel independen:
a. Persentase direksi
wanita b.
Persentase direksi kulit hitam
2. Variabel dependen:
VAIC 3.
Variabel kontrol: a.
Ukuran perusahaan b.
Tipe industry c.
Debt to asset ratio d.
Turnover ratio e.
Return on asset f.
Return on equity Regresi
Linear Berganda
a. Persentase direksi wanita
berpengaruh namun tidak signifikan terhadap kinerja
intellectual capital.
b. Persentase direksi kulit
hitam berpengaruh signifikan terhadap kinerja
intellectual capital.
2.5 Kerangka Konseptual