Curah hujan dapat berpengaruh tidak langsung terhadap sintasan Collembola. Tingkat kematian akan lebih tinggi pada musim kering, karena
mereka tidak tahan terhadap kekeringan. Mereka peka terhadap perubahan kelembaban tanah baik yang terjadi di atas permukaan maupun di dalam tanah
sendiri. Perubahan kelembaban sangat berkaitan dengan perubahan suhu di lingkungan tanah dan sekitarnya. Manakala terjadi perubahan suhu dan atau
kelembaban di sekitar tempat hidupnya, mereka berusaha mempertahankan diri dengan berpindah tempat ke lapisan tanah lebih dalam untuk mencapai
perlindungan. Hal yang sama juga terjadi pada kelompok yang hidup di tajuk atau di sela-sela lumut pohon, mereka mencari tempat persembunyian yang lebih
terlindung dari perubahan suhu dan kelembaban Suhardjono
et al
., 2012.
2.6. Habitat Collembola Berdasarkan habitatnya, fauna tanah ada yang digolongkan sebagai
epigeon
,
hemiedafon
dan
euedafon
. Hewan
epigeon
hidup pada lapisan tumbuh- tumbuhan di permukaan tanah,
hemiedafon
pada lapisan organik tanah dan
euedafon
hidup pada tanah lapisan mineral Suin, 2006.
Collembola dapat ditemukan di berbagai macam habitat dari tepi laut atau pantai sampai pegunungan tinggi yang bersalju sekalipun. Setiap macam habitat
mempunyai komposisi keanekaragaman Collembola yang berbeda. Namun, sebagian besar mereka hidup pada habitat yang berkaitan dengan tanah, seperti di
dalam tanah, permukaan tanah, serasah yang membusuk, kotoran binatang, sarang binatang dan liang-liang. Habitat yang lain adalah vegetasi di atas permukaan
tanah terutama yang lembab dan hangat. Dalam hal ini Collembola dapat dijumpai di antara lembar-lembar lumut, dedaunan, atau ranting-ranting perdu dan serasah
yang tertampung pada rumpun paku-pakuan yang menempel di batang pohon Suhardjono
et al
., 2012.
2.7. Hutan
Undang-undang RI No. 41 Tahun 1999 menjelaskan bahwa hutan adalah kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang
didominasi pepohonan dalam persekutuan dengan lingkungannya, satu dengan
Universitas Sumatera Utara
lainnya tidak dapat dipisahkan yang terletak pada suatu kawasan. Kehutanan merupakan sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan, dan hasil hutan
yang diselenggarakan secara terpadu. Pengurusan hutn bertujuan untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dan lestari untuk kemakmuran
rakyat. Hutan merupakan masyarakat tumbuh-tumbuhan yang dikuasai oleh
pohon-pohon yang menempati suatu tempat dimana terdapat hubungan timbal balik antara tumbuhan tersebut dengan lingkungannya. Pepohonan yang tinggi
sebagai komponen dasar dari hutan memegang peranan penting dalam menjaga kesuburan tanah dengan menghasilkan serasah sebagai sumber hara penting bagi
vegetasi hutan Ewuise, 1990. Hutan bukan semata-mata kumpulan pohon-pohon yang hanya
dieksploitasi dari hasil kayunya saja, tetapi hutan merupakan persekutuan hidup alam hayati atau suatu masyarakat tumbuhan yang kompleks yang terdiri atas
pohon-pohon, semak, tumbuhan bawah, jasad renik tanah, hewan dan alam lingkungannya Arief, 2001.
Indriyanto 2008 menjelaskan bahwa hutan alam adalah hutan yang terjadi melalui proses suksesi secara alam. Hutan alam ini dibagi atas dua jenis
sebagai berikut: a.
Hutan alam primer merupakan hutan alam asli yang belum pernah dilakukan penebangan oleh manusia. Hutan itu dicirikan oleh pohon-pohon tinggi
berumur ratusan tahun yang tumbuh dari biji. Hutan alam primer mencakup hutan perawan, hutan alam primer tua, dan hutan alam primer muda.
b. Hutan alam sekunder merupakan hutan asli yang pernah mengalami kerusakan
oleh kegiatan alam. Hutan itu dicirikan oleh pohon-pohon yang lebih rendah dan kecil apabila dibandingkan dengan pohon-pohon pada hutan alam primer.
Akan tetapi, apabila umur pohon sudah mencapai ratusan tahun, hutan itu akan sulit dibedakan dengan hutan alam primer, kecuali diketahui sejarah proses
suksesi yang terjadi. Hutan alam sekunder mencakup hutan vulkanogen, hutan kebakaran alam, dan hutan penggembalaan alam.
Hutan sekunder merupakan hutan yang fase pertumbuhan dari keadaan tapak gundul, karena alam atau antropogen, sampai menjadi klimaks kembali.
Universitas Sumatera Utara
Sebagaimana halnya pada seluruh hutan lainnya, karakteristik-karaktristik dan perkembanan hutan-hutan sekunder juga tergantung pada kondisi-kondisi spesifik
pertumbuhannya. Kondisi-kondisi spesifik tersebut mencakup tidak hanya perkembangan dari pertumbuhan riap atau volume tegakan saja, melainkan juga
struktur dan komposisi tegakan. Kondisi-kondisi regional, serta oleh karakteristik dan perkembangan hutan tersbut Irwanto, 2006.
Zain 1992 menjelaskan bahwa hutan memiliki manfaat bagi kehidupan manusia yaitu: berupa manfaat langsung dirasakan maupun yang tidak langsung.
Manfaat hutan tersebut diperoleh apabila hutan terjamin ekstensinya sehingga dapat berfungsi secara optimal. Fungsi-fungsi ekologi, ekonomi dan sosial dari
hutan akan memberikan peranan nyata apabia pengelolaan sumberdaya alam berupa hutan seiring dengan upaya pelestarian guna mewujudkan pembangunan
nasional bekelanjutan, yaitu pembangunan yang tetap memperhatikan prinsip- prinsip konservasi.
Hutan memiliki beberapa fungsi bagi kehidupan manusia antara lain: 1 pengembangan dan penyediaan atmosfer yang baik dengan komponen oksigen
yang stabil, 2 produksi bahan bakar fosil batu bara, 3 pengembangan dan proteksi lapisan tanah, 4 produksi air bersih dan proteksi daerah aliran sungai
terhadap erosi, 5 penyediaan material bangunan, bahan bakar dan hasil hutan, 6 manfaat penting lainnya seperti nilai estesis, rekreasi, kondisi alam asli dan
taman. Semua manfaat tersebut kecuali produksi bahan bakar fosil, berhubungan dengan pengelolaan hutan Daniel
et al
., 1992.
2.8. Agroforestri