11
dikemukan oleh Syadam memiliki makna yang lebih luas. Alasannya yaitu konsep mutasi tidak hanya
“pemindahan” dari satu pekerjaantugas kepada pekerjaantugas lain akan tetapi pemindahan itu juga
berlaku untuk unit atau tempat kerja yang baru dengan tugaspekerjaan yang lama. Dalam penelitian
ini dengan didasarkan pada konsep mutasi di atas maka konsep yang akan dipakai dan dikaji adalah
konsep mutasi Syadam yaitu tour of area mutasi tempat. Di mana konsep mutasi yang tour of area
adalah pemindahan tempat kerja yang lama ke tempat kerja yang baru tetapi tidak ada perubahan posisi,
jabatan atau tugas dari karyawan tersebut.
2.1 Kebijakan Mutasi
Menurut Syadam sebagaimana dikutip oleh Adryan 2013 mengatakan bahwa kebijakan mutasi dapat
terjadi didalam suatu organisasi baik itu organisasi profit atau non profit disebabkan oleh dua hal yaitu:
12
1. keinginan anggota itu sendiri. Biasanya
disebabkan oleh masalah keluarga, ekonomi, kesehatan dan juga rasa tidak nyaman dengan
lingkungan kerja yang ada. 2.
Keinginan organisasi atau instansi tertentu, dengan tujuan untuk memberikan kesempatan
bagi anggotanya agar bisa mengembangkan kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki.
Berlandaskan pada dua alasan dilakukannya mutasi, maka dapat dikatakan bahwa kebijakan mutasi itu
sendiri ditentukan oleh organisasi dalam hal ini pimpinan organisasi. Disinilah kebijakan pimpinan
organisasi sangat berpengaruh penting terhadap kinerja
organisasi dan
juga karyawan
yang bersangkutan SDM. Pimpinan organisasi tidak boleh
dengan sembarangan memutasikan karyawan tanpa alasan yang jelas dan haruslah menentukan waktu
yang tepat. Dengan pertimbangan bahwa karyawan yang dimutasikan butuh waktu untuk beradaptasi
dengan lingkungan kerja yang baru Nurani, 2013.
13
Begitu juga dengan gereja sebagai organisasi non profit dalam melakukan kebijakan mutasi pendeta.
Kebijakan mutasi tenaga didalam lingkungan Gereja biasanya ditentukan oleh Sinode sebagai otoritas
tertinggi dalam
organisasi ini.
Penelitian yang
dilakukan oleh Suryaningsih 2012 dikemukakan mutasi merupakan keputusan yang dibuat oleh Sinode
dan dituangkan dalam sebuah peraturan yang tertulis. Akan tetapi pada kenyataannya banyak pendeta yang
menolak untuk
dimutasikan setelah
kebijakan dikeluarkan.
Selanjutnya mutasi dilakukan oleh setiap organisasi memiliki
tujuan. Seperti
yang dikemukan
oleh Wahyudi 2003, kebijakan mutasi dilakukan dalam
suatu organisasi memiliki tujuan yaitu: 1.
Meningkatkan produktivitas kerja. Ketika anggota organisasi
melakukan mutasi
maka ada
pengalaman baru
yang didapatkan
dan menambah pengetahuan serta ketrampilannya.
Hal ini secara langsung akan meningkatkan
14
produktivitas kerja dari yang bersangkutan apabila pelaksanaan mutasi dilakukan dengan
memperhatikan waktu pelaksanan mutasi dan penempatan sesuai dengan ketrampilan dan
kemampuannya. 2.
Memberikan perangsang agar anggota dapat berupaya untuk meningkatkan karir yang lebih
tinggi. Tujuan mutasi yang ketiga ini akan terjadi apabila yang dimutasikan dapat berupaya untuk
meningkatkan kemampuan dan ketrampilan dengan ditopang oleh semangat kerja yang tinggi.
3. Memberikan pengakuan dan imbalan terhadap
prestasi anggota organisasi. Semua anggota akan memiliki semangat kerja yang tinggi apabila
mereka diberi pengakuan atau reward yang berupa peningkatan jabatan atau posisi yang
diikuti dengan peningkatan pendapatan atau gaji. 4.
Menyesuaikan pekerjaan dengan kondisi fisik anggota.
Ketika mereka
diberikan suatu
pekerjaan yang diluar dengan ketrampilan dan
15
kemampuan atau diberikan pekerjaan yang banyak maka akan menimbulkan kejenuhan dan
kelelahan yang berakhir dengan menurunnya semangat kerja. Oleh karena itu, organisasi perlu
melakukan penyegaran dalam hal ini mutasi agar nantinya anggota tidak mengalami kejenuhan
dan kelelahan.
2.2 Pelaksanan mutasi