Pelaksanan mutasi Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mutasi Tenaga Pendeta: Suatu Analisis tentang Mutasi Tenaga Pendeta di GPM T2 912013020 BAB II

15 kemampuan atau diberikan pekerjaan yang banyak maka akan menimbulkan kejenuhan dan kelelahan yang berakhir dengan menurunnya semangat kerja. Oleh karena itu, organisasi perlu melakukan penyegaran dalam hal ini mutasi agar nantinya anggota tidak mengalami kejenuhan dan kelelahan.

2.2 Pelaksanan mutasi

Proses mutasi rutin dilakukan oleh organisasi tertentu berdasarkan peraturan-peraturan dan ketentuan yang berlaku. Hal ini dikemukakan oleh Nitisemito 1996 bahwa proses mutasi telah dituangkan dalam sebuah peraturan secara tertulis. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar pelaksanaan proses mutasi jangan sampai dilakukan seenaknya oleh atasan. Selain itu juga proses mutasi dapat terkordinasi dan dikelola dengan baik sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang ada. 16 Dalam proses pelaksanaan mutasi ada beberapa cara yang digunakan organisasi yang coba dikemukakan oleh Hasibuhan 2001, yaitu: 1. Cara ilmiah mutasi rutin. Biasanya mutasi rutin ini dilakukan dengan berbagai pertimbangan dan dilakukan setelah atasanpimpinan melakukan penilaian kinerja terhadap bawahan atau anggota organisasi. Selain itu juga mutasi ini dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan dari organisasi dan juga anggota untuk tetap menjaga efektifitas dari organisasi tersebut. 2. Cara tidak ilmiah bukan mutasi rutin. Proses mutasi ini berbeda dengan mutasi rutin diatas, dimana ketika mutasi rutin dilakukan berdasarkan peraturan yang ada dan memiliki jenjang waktu maka mutasi ini tidak dilakukan melalui penilain kinerja. Biasanya mutasi dilakukan ketika ada anggota yang bermasalah, produktivitas kerja menurun dan juga berdasarkan like atau dislike dari pimpinan. 17 Selain itu juga, mutasi bisa terjadi ketika ada konflik baik itu dengan pimpinan ataupun dengan rekan sekerja. Adapun proses mutasi yang dilakukan oleh organisasi profit maupun non profit yaitu : 1. Adanya analisis kinerja. Sebelum melakukan mutasi, organisasi dalam hal ini manajer pimpinan melakukan analisis kinerja terhadap anggota organisasi yang ada. Putra, Utami dan Riza 2015 mengemukakan bahwa analisis kinerja diperlukan untuk memudahkan pihak manajemen mengambil keputusan yang erat kaitannya dengan pengembangan kinerja karyawan. Misalnya pelaksananaan mutasi dan promosi, kenaikan gaji dan juga pemberian bonus. 2. Analisis situasi lingkungankondisi kerja. Selain analisis kinerja yang dilakukan sebelum memutasikan anggota, pihak organisasi juga melakukan analisis lingkungan kerja. Artinya 18 lingkungan kerja sangat mempengaruhi kinerja dan produktivitas kerja dari seorang. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Afrizal, Musadieq dan Ruhana 2014 menyatakan bahwa lingkungankondisi kerja sangat mendukung karyawan untuk giat bekerja yang secara langsung akan mempengaruhi produktivitas kerja dari karyawan tersebut. 3. Setelah kedua analisis dilakukan baik analisis kinerja dan lingkungakondisi kerja dilakukan, maka pimpinan akan memutuskan siapa yang akan dimutasikan. Kemudian keputusan memutasikan anggota akan disosialisasikan kepada yang bersangkutan. Banyak kasus tidak sedikit anggota organisasi menolak dimutasikan setelah kebijakan mutasi dikeluarkan oleh organisasiinstansi. Ada beberapa faktor yang mendasari penolakan tersebut yang coba dikemukakan oleh Sastrohadiwiryo 2002, yaitu: 19 1. Faktor Rasional. Penolakan ini terjadi karena pertimbangan waktu yang diperlukan untuk bisa menyesuaikan diri dan upaya untuk belajar kembali. Biasanya ini terjadi apabila anggota akan dimutasikan tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu dan sangat nyaman dengan lingkungan kerja dan rekan kerja yang ada. 2. Faktor Psikologi. Penolakan didasarkan bahwa anggota tidak suka dengan lingkungan kerja yang baru dikarenakan kurangnya pengetahuan dan pengelaman kerja yang ada tentang lingkungan dan pekerjaan yang ada. Biasanya anggota yang menolak ini adalah tipe karyawan tidak menyukai perubahan dan ingin tetap ada dalam zona nyaman. 3. Faktor Sosiologi. Penolakan terjadi karena akan bertentangan dengan nilai kelompok yang ada, adanya kepentingan pribadi dan juga ingin mempertahankan hubungan yang terjalin sekarang. 20

2.3 Konsep mutasi dalam Gereja

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Indonesia dalam Pemahaman Pendeta Gereja Protestan Maluku (GPM) T2 752011022 BAB I

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Indonesia dalam Pemahaman Pendeta Gereja Protestan Maluku (GPM) T2 752011022 BAB II

1 6 38

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Indonesia dalam Pemahaman Pendeta Gereja Protestan Maluku (GPM) T2 752011022 BAB IV

0 0 29

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Indonesia dalam Pemahaman Pendeta Gereja Protestan Maluku (GPM) T2 752011022 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mutasi Pendeta-Pendeta di GKPB Ditinjau dari Manajemen Gerejawi T1 712007015 BAB II

0 0 19

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mutasi Tenaga Pendeta: Suatu Analisis tentang Mutasi Tenaga Pendeta di GPM

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mutasi Tenaga Pendeta: Suatu Analisis tentang Mutasi Tenaga Pendeta di GPM

0 0 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mutasi Tenaga Pendeta: Suatu Analisis tentang Mutasi Tenaga Pendeta di GPM T2 912013020 BAB V

0 0 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mutasi Tenaga Pendeta: Suatu Analisis tentang Mutasi Tenaga Pendeta di GPM T2 912013020 BAB IV

0 0 41

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mutasi Tenaga Pendeta: Suatu Analisis tentang Mutasi Tenaga Pendeta di GPM T2 912013020 BAB I

0 0 9