ALASAN DAN TUJUAN PEDAGANG MADURA MEMBENTUK KELOMPOK DI TEMPAT PERANTAUANNYA

ALASAN DAN TUJUAN PEDAGANG MADURA MEMBENTUK KELOMPOK DI TEMPAT PERANTAUANNYA

Oleh:

Triyo Utomo & Millatul Mahmudah

Pedagang Madura perantauan membentuk kelompok didasarkan pada kebutuhan untuk berinteraksi antar sesama anggota, kebutuhan akan keamanan, kebutuhan akan status, dan kedekatan tempat kerja. Selain itu, kelompok tersebut dibuat untuk menyelesaikan ataupun mencapai tujuan mereka masing-masing, yakni untuk mencari keuntungan tersendiri yang akan bermanfaat untuk menafkahi keluarga mereka yang menanti di rumah masing-masing. Para pedagang Madura yang berada di luar

pulau Madura tersebut membentuk kelompok karena merasa memiliki kesamaan berdasarkan etnisnya. Ini sesuai dengan motto orang Madura, “Settong Dara, Taretan Dhibi”, yang artinya “Satu Darah Saudara

Sendiri (T.U & M.M).” ***

Madura adalah suatu etnis yang populasinya cukup besar di Indonesia. Anggapan Suku Madura yang terkenal dengan sifatnya keras, kasar dan suka kekerasan membuat sebagian masyarakat mem- punyai streotipe negatif terhadap Madura. Untungnya, di jaman sekarang, stereotipe seperti itu tidaklah demikian terlihat. Ini disebabkan karena di pelosok-pelosok desa di Madura, ada banyak kaum muda yang sudah mampu membawa dan menerapkan ilmunya dalam menghadapi berbagai persoalan-persoalan yang ada, dan

Madura 2020

mengikis stereotipe ini secara perlahan. Di jaman sekarang, tidaklah mudah bagi kita untuk menjumpai dalam kehidupan sehari-hari orang Madura, adanya prosesi bunuh-membunuh yang dikenal sebagai Carok.

Orang Madura pada dasarnya adalah orang yang mempunyai etos kerja yang tinggi, ramah, giat bekerja, ulet dan tangguh. Sifat ini terbentuk oleh salah satu sifat dasarnya yaitu sifat yang keras. Ini berarti, bahwa orang Madura adalah orang identik dengan pekerja keras. Tidaklah heran jika orang Madura terutama para lelaki bekerja keras untuk menafkahi kehidupan keluarganya. Mereka harus bekerja keras karena wilayah Madura kurang memiliki iklim yang cukup baik untuk bertani. Tidak seperti daerah lain, misalnya Jawa, yang memiliki tanah subur dan mudah mencari air.

Kebanyakan dari laki-laki Madura memilih jalan untuk merantau. Mereka lebih suka merantau, salah satunya karena kondisi mereka yang merasa mempunyai tanggungan yang wajib dan harus dipenuhi, yakni tanggungan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Or- ang perantauan asal Madura umumnya berprofesi sebagai pedagang, misalnya: jual beli besi tua, pedagang asongan, dan pedagang pasar. Tidak heran jika sebagian kelompok Madura yang merantau tersebut, satu sama lain saling dukung-mendukung dalam memenuhi kebutu- han kehidupan mereka yang keras di luar sana.

Orang Madura yang tinggal di kota lain yang kita kenal sebagai orang Madura perantauan, mereka kebanyakan menyatu atau membuat kelompok-kelompok sendiri. Dengan adanya kelompok- kelompok tersebut mereka saling mendukung dan saling membantu demi tercapainya tujuan mereka masing-masing yakni keuntungan mereka dalam menjadi seorang pedagang yang sukses. Dalam menjual dagangan mereka, untuk meminimalisir konflik diantara mereka semua, mereka biasanya akan bermusyarah untuk membahas suatu keputusan dalam menetapkan suatu harga minimum untuk diperjual-belikan. Sehingga, sangat jarang sekali adanya konflik diantara mereka.

Jika ada kelompok perantauan yang baru datang dari Madura, biasanya mereka menyambutnya dengan sangat hangat. Bagi mereka, saudara seperantauan adalah satu ikatan darah yang tidak bisa ditukar dengan apapun. Solidaritas yang kuat antar migran Madura

Membumikan Madura Menuju Globalisasi

diwadahi dengan adanya suatu perkumpulan migran Madura yang menjadi simpul kuat sebagai pegangan untuk dapat mengembang- kan usaha dagang mereka masing-masing. Solidaritas orang-orang Madura dalam kegiatan ekonomi dapat dilihat dalam pasar-pasar, di antaranya mereka saling membantu, baik dalam penjualan maupun pembelian barang.

Jika suatu tempat telah diduduki oleh orang Madura, maka biasanya dominasi orang Madura terhadap kawasan itu semakin besar. Pola penyebaran orang Jawa dan orang Madura pada struktur kekuasaan dan pekerjaan akan membentuk pelapisan sosial. Terdapat pelapisan yang jelas yang membedakan kedudukan antara orang Jawa yang lebih berorientasi pada sektor formal (PNS, guru, pegawai), sedangkan orang Madura pada sektor informal (pedagang besi tua, barang bekas, penjual makanan, dan lain-lain).

Kelompok masyarakat merupakan kumpulan dari dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain serta memiliki tujuan bersama (Yuwono dkk, 2005). Hal ini sejalan dengan keadaan kelompok pedagang Madura yang merantau. Mereka saling berkumpul menjadi satu kesatuan dan saling ber- interaksi serta bersama-sama untuk mewujudkan tujuan bersama yakni mencari nafkah untuk memenuhi kewajiban kebutuhan keluarga mereka.

Ada beberapa alasan kenapa orang Madura membentuk suatu kelompok. Berikut adalah alasannya:

1) Mengurangi perasaan tidak aman. Hal ini dapat diketahui bahwa mereka secara sengaja membuat kelompok-kelompok tersebut di kota perantauan agar tidak sendiri-sendiri (untuk mengurangi perasaan tidakaman). Jika suatu waktu terdapat konflik, masalah ini akan diatasi secara bersama, terutama ketika konfliknya berasal dari outgroup.

2) Kebanggaan diri karena menjadi bagian dari kelompok tertentu. Hal ini dapat diketahui dengan cara ketika mereka menghubungi keluarga mereka di kampung halaman, biasanya sebagian dari mereka akan menceritakan keadaannya di sana kepada keluarga- nya yang ada di Madura dan akan bersyukur bisa bersama teman satu daerah di kota orang (non Madura).

Madura 2020

3) Mendapatkan harga diri yg lebih baik. Hal ini dapat dilihat bahwa mereka dalam menjalin dan membuat kelompok tersebut akan lebih mendapatkan harga diri dan pengakuan dari para migran Madura daripada mereka yang memilih merantau sendiri serta tidak menemukan adanya suatu kelompok dari daerah mereka masing-masing.

4) Memenuhi kebutuhan afiliasi. Hal ini dapat dilihat dari cara

mereka berhubungan dan membentuk kerjasama ketika memilih merantau.

5) Memuaskan kebutuhan untuk menguasai orang lain. Hal ini

dapat diketahui dari bagaimana mereka ingin menguasai para pembeli agar keuntungan yang diperoleh dapat meningkatkan kehidupan mereka bersama.

6) Mencapai prestasi atas tujuan yang telah ditetapkan oleh

kelompok. Dalam hal ini prestasi atau kesuksesan mereka dalam berdagang (merantau) adalah dalam rangka untuk mencari keuntungan bersama dan memenuhi tanggungjawab keluarga mereka masing-masing.

Pedagang Madura perantauan membentuk dan berada dalam suatu kelompok karena mempunyai beberapa tujuan. Hal ini sejalan dengan tujuan-tujuan dari adanya kelompok. Berikut ini adalah penjelasannya:

1) Kebutuhan interaksi anggota. Hal ini dapat dilihat apabila

pedagang Madura perantauan memilih untuk meminimalisir konflik dalam ingroup, biasanya mereka akan melakukan musya- warah terlebih dahulu dalam menetapkan harga minimum patokan barang yang akan mereka jual. Jadi secara tidak langsung akan melibatkan kebutuhan dalam berinteraksi antaranggota.

2) Kebutuhan akan keamanan. Hal ini dapat dilihat bahwa pedagang Madura perantauan secara sengaja membuat kelompok-kelompok tersebut di kota perantauan agar tidak sendiri-sendiri (untuk mengurangi perasaan tidak aman). Mereka percaya bahwa bahwa berada dalam kelompok, utamanya kelompok seperantauan, mereka akan merasakan keamanan. Jika suatu waktu terdapat konflik, konflik ini akan diatasi secara bersama, terutama ketika penyebab konfliknya berasal dari outgroup.

Membumikan Madura Menuju Globalisasi

3) Kebutuhan akan status. Ketika para pedagang Madura perantauan baru datang dan memilih untuk bergabung dengan saudara seperantauan mereka, mereka secara tidak langsung membu- tuhkan adanya suatu status dalam kelompok tersebut dan ujung- ujungnya juga akan berdampak dalam mengurangi rasa tidak aman jika harus merantau menyendiri.

4) Kedekatan tempat kerja. Kedekatan tempat kerja diantara mereka membutuhkan adanya suatu kelompok dalam mengurangi adanya suatu konflik ingroup agar tidak terjadi suatu persaingan- persaingan harga dengan konsekuensi harga-harga yang dapat melonjak tak terkendali (harga naik drastis).

5) Tujuan bersama. Hal ini dapat diketahui dengan adanya tujuan mereka bersama yakni mencari keuntungan sebanyak-banyak- nya dan untuk memenuhi kewajiban keluarga mereka di rumah yakni mencari nafkah.

Para pedagang Madura yang berada di perantauan biasanya akan membentuk kelompok tersendiri. Sehingga dengan adanya kelompok tersebut diharapkan dapat meningkatkan solidaritas dan mempererat tali persaudaraan mereka walaupun berada di luar pulau Madura. Solidaritas yang ada pada kelompok pedagang Madura perantauan tersebut biasanya muncul ketika dihadapkan pada suatu masalah.

Masalah itu akan diselesaikannya dengan cara bermusyawarah terlebih dahulu, seperti misalnya untuk meminimalkan masalah dalam persaingan penjualan, mereka akan bermusyawarah terlebih dahulu untuk menetapkan patokan harga minimum yang akan mereka jual. Para pedagang Madura perantauan berkeyakinan bahwa sesama etnis harus saling membantu dan diusahakan agar konflik tidak terjadi di antara mereka.

Referensi Hak Ciptamilik IPB (Institut Pertanian Bogor), Bogor Agricultural

University. http://repository.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/ 59046/10/BAB%20VIII%20Diaspora%20Madura.pdf. Diakses pada tanggal 24 Juni 2017.

http://digilib.uinsby.ac.id/8451/4/Bab2.pdf. Diakses pada 24 Juni 2017

Madura 2020

Alfia, Triwik & Turhan, Muhammad. (2015). Pola Interaksi Sosial Antar

Pedagang di Wilayah Ampel Surabaya. Volume 02 Nomor 03 Tahun 2015, 497-511.

Yuwono, Ino, dkk. (2005). Psikologi Industri & Organisasi. Surabaya: Fakultas Psikologi Universitas Airlangga.

Membumikan Madura Menuju Globalisasi