Landasan Teori Definisi Operaional

4. Yang terakhir adalah penjelasan penggunaan setiap piranti appraisal di kedua harian tersebut. Metode dan langkah kerja penelitian ini dipaparkan secara rinci pada Bab III, dengan judul Desain Penelitian.

E. Landasan Teori

Landasan teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah teori appraisal TA yang dicetuskan kali pertama oleh White 1998 dan ditumbuhkembangkan penggunaannya oleh Martin and Rose 2003 yang merupakan pengembangan Teori Linguistik Halliday 1994 dalam Functional Grammar dari ranah makna interpersonal. Teori Appraisal ini merupakan alat analisis dalam lingkup analisis wacana yang menekankan pemosisian pembaca suatu teks dengan tiga ranah utama, yaitu 1 engagement 2 attitude dan 3 graduation yang masing-masing menjadi satu kesatuan untuk menganalisis makna interpersonal di mana dalam satu teks pasti ada negosiasi makna antara penulis dan pembaca. Secara rinci Teori Appraisal tersebut, termasuk beberapa teori terkait penulis paparkan secara terpisah dalam Bab II, dengan judul: Tinjauan Pustaka.

F. Definisi Operaional

Berikut ini dijabarkan definisi operasional istilah teknis yang dipakai dalam penelitian ini agar makna masing masing istilah dapat ditunjukkan lebih jelas. 1. Systemic Functional Linguistics yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan Linguistik Sistemik Fungsional LSF adalah salah satu aliran linguistik yang dikembangkan oleh M.A.K Halliday dari Aliran Praha Praque School 2. Ideational meanings yang dalam bahasa Indonesia disebut makna gagasan adalah makna leksikal yang mengacu pada apa yang ditulis dibicarakan. 3. Interpersonal meanings adalah makna yang dibangun untuk menunjukkan hubungan antarpribadi pembicara-pendengar, penulis-pembaca untuk menunjukkan norma tindak tutur, vokatif, modalitas, dan modus. 4. Textual meanings adalah makna pada tingkat discourse semantics yang menjadi ikatan leksikogramatikal yakni berupa: kata sambung yang menghubungkan satu klausa dengan klausa yang lain, satu paragraf dengan paragraf lain sehingga membentuk satu kesatuan wacana. 5. Appraisal adalah sistem evaluasi penggunaan bahasa yang dikembangkan dari ranah makna interpersonal salah satu ranah dalam LSF. 6. Engagement salah satu ranah dalam sistem appraisal yang mengacu pada jenis tampilan fisik klausa 7. Proposition adalah jenis klausa deklaratif informatif yang bisa negatif ataupun positif. 8. Proposal adalah jenis klausa perintah, permohonan, dan larangan. 9. Monogloss adalah klausa sederhana tanpa keterangan waktu, tempat, modalitas, modus. 10. Heterogloss adalah jenis klausa yang sudah dikembangkan maknanya dengan keterangan waktu, tempat, modalitas, modus, ataupun dengan mengembangkan klausa tersebut menjadi klausa mayor, klausa minor, bertingkat maupun setara. 11. Intravocalise adalah jenis klausa yang mengungkapkan informasi dari penulis pembicara tanpa mengutip dari sumber manapun dan oleh karenanya sangat bersifat objektif. 12. Close adalah klausa intravocalise yang maknanya sudah pasti dan tegas. 13. Disclaim memberi makna negatif pada klausa. 14. Deny adalah jenis disclaim langsung. 15. Counter-expect jenis disclaim tidak langsung misalnya dengan ungkapan ‘tapi’, ‘mespkipun’ ‘tidak saja .... melainkan... . 16. Proclaim adalah antonim disclaim dan tentunya memberi makna positif. 17. Expect adalah jenis proclaim yang fungsinya memberi informasi. 18. Pronounce adalah jenis proclaim yang fungsinya memberi pernyataan resmi, misalnya dengan frasa ‘dengan ini, bersama ini.. dsb. 19. Open klausa intravocalise yang maknanya mengandung ketidaktegasan 20. Probablise adalah klausa dengan makna ‘kemungkinan’ misalnya dengan frasa, mungkin, barangkali...dst. 21. Appearance adalah klausa dengan makna ‘kelihatannya’ misalnya dengan memakai frasa ‘nampaknya, kelihatannya’. 22. Hearsay adalah klausa dengan makna ‘kabar burung’ misalnya dengan frasa ‘katanya, konon, kata orang...dst. 23. Extravocalise jenis klausa pernyataan dengan mengambil sumber dari luar. 24. Insert jenis klausa extravocalise dengan kutipan langsung. 25. Assimilate jenis klausa extravocalise dengan kutipan tidak langsung 26. Attitude sikap penulis wartawan terhadap suatu informasi yang tercermin dalam penulisan. 27. Appreciation pemberian sikap ‘positif’ maupun ‘negatif’ terhadap suatu produk, benda, tindakan. 28. Judgement pemberian sikap ‘positif’ maupun ‘negatif’ terhadap individu. 29. Inscribe jenis judgement dengan penggunaan ajektiva dan verba yang ekplisit. 30. Invoke jenis judgement dengan penggunaan ajektiva dan verba yang implisit. 31. Provoke jenis invoke dengan ajectiva implisit. 32. Evoke jenis invoke dengan verba implisit. 33. Affect adalah dampak terhadap pembaca sebagai respon pada klausa. 34. Graduation ranah skala makna bisa menguatan, pelemahan, baik eksplisit maupun implisit. 35. Force jenis graduation yang memberikan ‘tekanan’ baik eksplisit maupun implisit. 36. Focus jenis graduation yang memberikan titik makna, yang bisa menguat juga bisa melamah. 37. Ideolgy adalah asumsi dasar terhadap tindakan, misalnya harian ‘x’ terkesan berani sedang harian ‘y’ terkesan hati-hati. Perbedaan ini disebabkan adanya perbedaan ideologi. Harian ‘x’ didukung LSM tertentu, sadang harian ‘y’ adalah ‘corong’ pemerintah 38. Rhetorical strategy adalah strategi tata tulis yang dengan ketrampilan olah kata dan olah gramatika lexicogrammar yang pada akhirnya menghasilkan teks tertentu yang berpotensi menggiring pembaca pada posisi tertentu pula.

G. Sistematika Penulisan Laporan