Bahasa Indonesia Bahasa yang digunakan

1. Bahasa yang digunakan

Iklan yang disiarkan melalui berbagai stasiun radio di Pekalongan biasanya menggunakan dua bahasa sekaligus dalam satu kali penyampaiannya yaitu penggunaan bahasa Indonesia yang ditunjukkan melalui tuturan narator dan penggunaan bahasa Jawa yang ditunjukkan dalam ilustrasi percakapan yang biasanya terdapat pada awal penyampaian iklan.

a. Bahasa Indonesia

Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa iklan yang disampaikan melalui radio di Pekalongan menggunakan bahasa Indonesia. Penggunaan bahasa Indonesia ini tampak pada hampir keseluruhan tuturan narator dalam memperkenalkan suatu produk tertentu. Penggunaan bahasa Indonesia ini tidak pada keseluruhan penyampaian iklan, melainkan hanya pada sebagian saja karena iklan yang disampaikan juga menggunakan bahasa Jawa yang ditunjukkan dalam ilustrasi percakapan. Contoh penggunaan bahasa Indonesia dapat dilihat dalam tuturan berikut ini: 1 Iklan 1 Jangan salah pilih, sarung yang berkualitas, pas dan berkelas....sarung Mangga. Sarung Mangga banyak macamnya. 2 Iklan 2 Sarung Bintang Mas produksi Kalpatex diproses dengan mesin- mesin moderen. 3 Iklan 3 Ya hanya Batik Berkah khas Solo yang lain dari yang lain. Penggunaan bahasa Indonesia dalam iklan yang disampaikan melalui radio di Pekalongan ini adalah bahasa Indonesia untuk percakapan atau bahasa Indonesia tidak formal. Penggunaan bahasa Indonesia yang tidak formal atau tidak baku ini dibuktikan dengan adanya pemakaian unsur bahasa daerah atau dialek dalam kalimat atau tuturan yang disampaikan oleh narator. Jika dalam bahasa yang baku, yang dalam penelitian ini data yang didapatkan berupa data lisan maka ucapan yang digunakan juga ucapan yang baku yaitu ucapan yang tidak terrpengaruh oleh bahasa daerah atau dialek-dialek yang ada. Sedangkan dari data yang diperoleh ditemukan adanya unsur dialek dan unsur bahasa sehari-hari yang biasa diucapkan dalam situasi yang tidak resmi. Hal ini dapat dilihat pada keseluruhan data yang diperoleh yang ditunjukkan dalam tuturan narator. Contoh tuturannya adalah sebagai berikut: 1 Iklan 5 Sarung palekat Tursina diproduksi dengan mesin moderen dan bahan berkualitas tinggi. Lebih kinyis-kinyis, lebih nyaman dan berkualitas. 2 Iklan 6 Harganya tidak mahal dan tempatnya—wuuuuuh..nyaman. Semua rasanya hmmmmm..nyamiiii.... Baksonya wuenak tenan, tempatnya wuih..nyaman. Dari contoh tuturan yang didapatkan pada data iklan 5 dan iklan 6 di atas dapat dilihat adanya penggunaan kata tidak baku yaitu adanya penggunaan unsur dialek dan kata yang biasanya hanya diucapkan dalam situasi yang tidak resmi. Iklan 5 menggunakan kata kinyis-kinyis yang sebenarnya merupakan kata dalam bahasa Jawa yang berarti ‘bagus’ jika dalam bahasa Indonesia, namun jika dalam bahasa Jawa kata kinyis-kinyis ini dapat mempunyai makna ‘lebih dari sekedar bagus’. Pada iklan 6 digunakan beberapa kosakata yang tidak resmi yaitu kosakata wuuuuuh, nyamiiii, dan wuih yang merupakan kosakata yang sering dipakai dalam bahasa lisan yang mewakili apa yang dirasakan dan dapat berfungsi sebagai makna yang melebih- lebihkan sesuatu hiperbola yang sebenarnya penggunaan kata tersebut dapat dihilangkan dan hal tersebut tidak akan mengubah makna kalimat. Digunakan pula kosakata dalam bahasa daerah yaitu kata wuenak tenan yang sebenarnya dapat diganti dengan kata enak sekali. Penggunaan kosakata yang tidak baku ini bertujuan agar bahasa yang digunakan untuk menyampaikan inti iklan tidak berkesan kaku, lebih mudah diterima, dan diingat oleh konsumen. Adapun fungsi dari penggunaan bahasa Indonesia ini adalah agar pesan dalam iklan yang disampaikan dapat dipahami dengan mudah oleh konsumen yang tidak memahami bahasa Jawa, sehingga inti pesan yang ingin disampaikan dapat diterima oleh konsumen. Dalam data yang diperoleh pada penelitian ini, unsur persuasif atau pun inti iklan disampaikan melalui dua bahasa yaitu dengan menggunakan bahasa Jawa yang tampak pada percakapan sebelum narator dan diulang kembali pada tuturan narator. Tuturan narator dengan menggunakan bahasa Indonesia berfungsi memperkuat unsur persuasif dan inti pesan dari iklan, yang telah disampaikan dalam ilustrasi percakapan sebelumnya yang menggunakan bahasa Jawa.

b. Bahasa Jawa