Bahasa Jawa Ragam Bahasa

3 Faktor kecepatan, pembicara segera melihat reaksi pendengar terhadap apa yang dibicarakannya, sehingga dapat langsung mengetahui respon yang diberikan oleh pendengar; 4 Lebih bebas bentuknya karena faktor situasi yang memperjelas pengertian bahasa yang dituturkan oleh penutur; Sedangkan kelemahan ragam bahasa lisan diantaranya sebagai berikut: 1 Bahasa lisan berisi beberapa kalimat yang tidak lengkap, bahkan terdapat frase-frase sederhana; 2 Penutur sering mengulangi beberapa kalimat. Hal ini dimaksudkan untuk lebih memperjelas maksud yang ingin disampaikan; 3 Tidak semua orang bisa melakukan bahasa lisan secara baik. Hal ini ditunjukkan dengan adanya jeda dalam penyampaiannya; 4 Aturan-aturan bahasa yang dilakukan seringkali menggunakan ragam tidak formal. Digunakannya ragam yang tidak formal bertujuan agar isi dan maksud dari si pembicara dapat dengan mudah dipahami oleh si pendengar sehingga akan mengurangi kesalahpahaman yang akan terjadi di antara penutur dan lawan tutur. http:id.wikipedia.orgwikiBahasa_Indonesia

b. Bahasa Jawa

Bahasa Jawa adalah bahasa yang digunakan penduduk suku bangsa Jawa di Jawa Tengah,Yogyakarta Jawa Timur. Selain itu, bahasa Jawa juga digunakan oleh penduduk yang tinggal beberapa daerah lain seperti di Banten terutama kota Serang, kabupaten Serang, kota Cilegon dan kabupaten Tangerang, Jawa Barat khususnya kawasan pantai utara terbentang dari pesisir utara Karawang, Subang, Indramayu, kota Cirebon dan kabupaten Cirebon. Di dalam bahasa Jawa terdapat pemilahan pemakaian bahasa akibat perbedaan tingkat sosial. Perbedaan ini dapat berupa tingkat pendidikan, umur, tingkat ekonomi, jenis kelamin, dan sebagainya Suwito, 1985: 3. Dari perbedaan ini timbullah tingkat tutur yang berupa Krama, Madya, dan Ngoko di samping Ngoko sae, Krama inggil, Madyantara, dan sebagainya sebagai salah satu varian dari ketiga tingkat tutur tersebut. Ada tiga hal yang dapat disebutkan yang oleh masyarakat dianggap sebagai faktor penting dalam menentukan pilihan tingkat tutur. Pertama tingkat keakraban dengan O2, kedua tingkat keangkeran O2, dan ketiga umur O2. 1 Tingkat keakraban dengan O2 dapat dilihat pada orang yang baru berkenalan, sahabat karib, hubungan orang tua dengan anak, murid dengan guru, dan sebagainya. 2 Tingkat keangkeran dapat berupa bentuk tubuh dan ekspresi wajah, cara berbahasanya, jabatan atau pangkat yang dimilikinya, kekuatan ekonomi, dan sebagainya. 3 Adapun tingkat umur, dapat dijelaskan bahwa sebagian besar orang Jawa berpendapat bahwa seseorang yang berumur lebih tua, utama untuk dihormati Soepomo, dkk., 1979:16--17. Bahasa Jawa memiliki berbagai macam dialek yang salah satunya adalah dialek Pekalongan. Seperti yang telah disinggung pada bab sebelumnya bahwa penelitian ini adalah tentang bahasa iklan radio di Pekalongan yang di dalamnya menggunakan bahasa Jawa dengan dialek Pekalongan. Dialek Pekalongan adalah salah satu dari dialek- dialek bahasa Jawa yang dituturkan di pesisir utara tanah Jawa, yaitu daerah Jawa Tengah terutama di Kota Pekalongan dan Kabupaten Pekalongan. Dialek Pekalongan termasuk bahasa antara yang dipergunakan antara daerah Tegal bagian barat, Weleri bagian timur, dan daerah Pegunungan Kendeng bagian selatan. Dialek Pekalongan termasuk dialek bahasa Jawa yang komunikatif. Meskipun ada di Jawa Tengah, dialek Pekalongan berbeda dengan daerah pesisir Jawa lainnya, contohnya Tegal, WeleriKendal, dan Semarang. Namun oleh orang Jogya atau Solo, dialek itu dianggap kasar dan sulit dimengerti, sementara oleh orang Tegal dianggap termasuk dialek yang sederajat namun juga sulit dimengerti. Hal ini dikarenakan banyak kosakata dalam dialek Pekalongan yang mempunyai makna yang agak berbeda dengan makna kosakata yang sama pada daerah lain yang menggunakan bahasa Jawa yang terkadang dapat menyebabkan kesalahpahaman yang dapat pula menimbulkan kebingungan. Adapun ciri dialek Pekalongan adalah mirip dengan dialek Tegal, misalnya pemakaian kata baé, nyong, kaya kuwé, kaya kuwi atau kokuwi, namun pengucapannya lebih datar. Ada lagi perbedaan lainnya, contohnya menggunakan pengucapan ri, ra, poo, haah, pok, lha, yé. http:en.wikipedia.orgwikiDialek Pekalongan.

2. Variasi Bahasa