kerusakan pembuluh darah dan sistem saraf pada organ seksual Garnadi, 2012.
2.1.3 Komplikasi Diabetes Melitus
a. Komplikasi akut
Keadaan yang termasuk dalam komplikasi akut DM adalah ketoasidosis diabetik KAD dan Status Hiperglikemi Hiperosmolar SHH. Pada dua
keadaan ini kadar glukosa darah sangat tinggi pada KAD 300-600 mgdL, pada SHH 600-1200 mgdL, dan pasien biasanya tidak sadarkan diri. Karena angka
kematiannya tinggi, pasien harus segera dibawa ke rumah sakit untuk penanganan yang memadai.
Keadaan hipoglikemia juga termasuk dalam komplikasi akut DM, di mana terjadi penurunan kadar glukosa darah sampai 60 mgdL. Pasien DM
yang tidak sadarkan diri harus dipikirkan mengalami keadaan hipoglikemia. Hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya hipoglikemia misalnya pasien
meminum obat terlalu banyak paling sering golongan sulfonilurea atau menyuntik insulin terlalu banyak, atau pasien tidak makan setelah minum obat
atau menyuntik insulin. Gejala hipoglikemia antara lain banyak berkeringat, berdebar-debar,
gemetar, rasa lapar, pusing, gelisah, dan jika berat, dapat hilang kesadaran sampai koma. Jika pasien sadar, dapat segera diberikan minuman manis yang
mengandung glukosa. Jika keadaan pasien tidak membaik atau pasien tidak sadarkan diri harus segera dibawa ke rumah sakit untuk penanganan dan
pemantauan selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
b. Komplikasi kronik
Penyakit diabetes melitus yang tidak terkontrol dalam waktu lama akan menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah dan saraf. Pembuluh darah yang
dapat mengalami kerusakan dibagi menjadi dua jenis, yakni pembuluh darah besar dan kecil.
Yang termasuk dalam pembuluh darah besar antara lain: 1
Pembuluh darah jantung, yang jika rusak akan menyebabkan penyakit
jantung koroner dan serangan jantung mendadak
2 Pembuluh darah tepi, terutama pada tungkai, yang jika rusak akan
menyebabkan luka iskemik pada kaki
3 Pembuluh darah otak, yang jika rusak akan dapat menyebabkan stroke
Kerusakan pembuluh darah kecil mikroangiopati misalnya mengenai pembuluh darah retina dan dapat menyebabkan kebutaan. Selain itu, dapat
terjadi kerusakan pada pembuluh darah ginjal yang akan menyebabkan nefropati diabetikum. Saraf yang paling sering rusak adalah saraf perifer, yang
menyebabkan perasaan kebas atau baal pada ujung-ujung jari. Karena rasa kebas, terutama pada kakinya, maka pasien DM sering kali tidak menyadari
adanya luka pada kaki, sehingga meningkatkan risiko menjadi luka yang lebih dalam ulkus kaki dan perlunya melakukan tindakan amputasi. Selain kebas,
pasien mungkin juga mengalami kaki terasa terbakar dan bergetar sendiri, lebih terasa sakit di malam hari serta kelemahan pada tangan dan kaki. Pada pasien
yang mengalami kerusakan saraf perifer, maka harus diajarkan mengenai
Universitas Sumatera Utara
perawatan kaki yang memadai sehingga mengurangi risiko luka dan amputasi
Regina, 2012. 2.1.4 Upaya Pencegahan
Diabetes merupakan kondisi yang dapat berjalan hingga menimbulkan suatu komplikasi, jumlah pasien yang semakin meningkat, dan besarnya biaya perawatan
pasien penderita diabetes melitus yang terutama disebabkan oleh karena komplikasi, maka upaya yang paling baik adalah pencegahan. Upaya pencegahan pada penderita
diabetes melitus ada 3 tahap, yaitu : a.
Pencegahan Primer Pengertian pencegahan primer adalah mencegah orang normal dan
pengidap prediabetes agar tidak menjadi pengidap diabetes. Banyak masyarakat yang tidak sadar bahwa dirinya mengidap prediabetes. Prediabetes
dapat dicegah agar tidak menjadi diabetes dengan mengendalikan faktor risiko diabetes. Pencegahan dini terjadinya diabetes dapat dilakukan dengan
mencegah kelebihan bobot badan dan kegemukan obesitas, olahraga teratur, serta pengaturan pola makan yang baik. Untuk menghilangkan faktor resiko,
dilakukan pendekatan komunitas. Pencegahan primer terdiri dari : 1.
General Health Promotion Penyuluhan Kesehatan Secara Umum, yaitu dengan peningkatan gizi yang baik.
Contoh: Mengkonsusmsi makanan dengan kandungan karbohidrat yang berserat tinggi dan bukan olahan.
2. Spesifik Protection Perlindungan Kesehatan Spesifik.
Contoh: mengontrol BB
Universitas Sumatera Utara
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder adalah upaya pencegahan atau menghambat timbulnya komplikasi dengan deteksi dini dan memberikan pengobatan sejak
awal penyakit. Deteksi dini dilakukan dengan tes penyaringan terutama pada populasi resiko tinggi. Apabila seseorang telah mengidap penyakit diabetes,
maka tindakan pencegahannya adalah tindakan pencegahan sekunder. Yaitu berbagai upaya untuk mencegah timbulnya komplikasi diabetes.Upaya
tersebut meliputi lima pilar edukasi diabetes,mengatur pola makan, melakukan aktivitas fisik dan olahraga, obat hipoglikemik oral dan
pemantauan gula darah secara mandiri Garnadi, 2012. Pada pencegahan sekunder penyuluhan tentang perilaku terhadap sehat
seperti pada pencegahan primer harus dilaksanakan ditambah dengan peningkatan pelayanan kesehatan primer di pusat-pusat pelayanan kesehatan,
disamping itu juga diperlukan penyuluhan kepada pasien dan keluarganya tentang berbagai hal mengenai penatalaksanaan dan pencegahan komplikasi.
Ditujukan pada pendeteksian dini DM serta penanganan segera dan efektif, sehingga komplikasi dapat dicegah. Hal ini dapat dilakukan dengan
skrining, untuk menemukan penderita sedini mungkin terutama individu populasi. Kalaupun ada komplikasi masih reversiblekembali seperti semula.
Selain itu, penyuluhan kesehatan secara profesional dengan memberikan materi penyuluhan seperti : apakah itu DM, bagaimana penatalaksanaan DM,
obat-obatan untuk mengontrol glukosa darah, perencanaan makan, dan olah raga pun penting untuk dilakukan.
Universitas Sumatera Utara
c. Pencegahan Tertier
Upaya mencegah komplikasi dan kecacatan yang diakibatkannya terdiri dari 3 tahap, antara lain :
1. Mencegah timbulnya komplikasi. 2. Mencegah berlanjutnya komplikasi untuk tidak terjadi kegagalan organ.
3. Mencegah terjadinya kecacatan oleh karena kegagalan organ atau jaringan.
Apabila pengidap diabetes sudah mengalami komplikasi diabetes, maka tindakan pencegahannya adalah mencegah kecacatan akibat berbagai
komplikasi diabetes. Pengidap diabetes tetap harus menjalani lima pilar pencegahan diabetes. Berbagai penyakit komplikasi, seperti penyakit jantung
koroner, retinopati diabetic, atau nefropati diabetic harus diterapi oleh dokter agar tidak berlanjut menjadi serangan jantung, kebutaan, atau kegagalan
fungsi jantung Garnadi, 2012.
2.1.5 Upaya Pengendalian DM