Paradigma Konstruktivis Paradigma Kajian

Universitas Sumatera Utara BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Paradigma Kajian

Konsep paradigma pertama kali dipopulerkan oleh Thomas Kuhn, seorang ahli sejarah dan filsafat ilmu pengetahuan melalui bukunya The Structure of Scientific Revolution 1970 Suyanto, Sutinah, 2005 : 215. Proses komunikasi memiliki sudut pandang atau perspektif yang berbeda dalam melihat suatu fenomena sosial. Setiap manusia ataupun individu mempunyai pandangan masing-masing dalam suatu hal dan memungkinkan untuk melengkapi pandangan di antara individu-individu tersebut. Kemudian sudut pandang atau perpektif akan menghasilkan suatu interpretasi terhadap suatu fenomena sosial. Menurut Thomas Kuhn, paradigma merupakan landasan berpikir atau konsep dasar yang dianut atau dijadikan model, baik berupa model atau pola yang dimaksud ilmuan dalam upayanya mengandalkan studi-studi keilmuan. Paradigma merupakan suatu kepercayaan atau prinsip dasar yang ada dalam diri seseorang tentang pandangan dunia dan membentuk cara pandangannya terhadap dunia Indiawan, 2011 : 27. Paradigm adalah salah satu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigm tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya. Paradigm menunjukkan pada mereka apa yang penting, absah dan masuk akal. Paradigm juga bersifat normatif, menunjukkan kepada praktisi apa yang harus dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial dan epistimologis yang panjang Mulyana, 2003 : 9.

2.1.1 Paradigma Konstruktivis

Paradigma yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivis. Paradigma konstruktivis memandang bahwa bahasa tidak lagi hanya dilihat sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan dipisahkan dari subjeknya penyampai pernyataan Eriyanto, 2001 : 5. Konstruktivisme justru memandang subjek sebagai faktor sentral dalam kegiatan wacana serta Universitas Sumatera Utara hubungan-hubungan sosialnya. Subjek memiliki kemampuan melakukan kontrol terhadap maksud-maksud tertentu dalam setiap wacana. Dengan kata lain, setiap pernyataan pada dasarnya adalah tindakan penciptaan makna, yakni tindakan pembentukan diri serta pengungkapan jati diri dari sang pembicara. Oleh karena itu analisis dapat dilakukan demi membongkar maksud dan makna-makna tertentu dari komunikasi. Semesta adalah suatu konstruksi, artinya semesta bukan dimengerti sebagai semesta yang otonom, akan tetapi dikonstruksikan secara sosial dan karenanya plural. Konstruksi membuat cakrawala baru dengan mengakui adanya hubungan antara pikiran yang membentuk ilmu pengetahuan manusia dengan objek atau eksistensi manusia. Paradigma konstruktivis mencoba menjembatani dualisme objektivitas dan subjektivitas dengan mengafirmasi peran subjek dan objek dalam konstruksi ilmu pengetahuan. Dalam konstruktivis adanya anggapan bahwa tidak ada makna yang mandiri, tidak ada deskripsi yang murni objektif. Konstruktivis percaya bahwa pengetahuan itu ada dalam diri seseorang yang sedang mengetahui. Pada proses komunikasi, pesan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang ke kepala orang lain. Pengetahuan manusia adalah konstruksi yang dibangun dari proses kognitif dengan interaksinya dengan dunia objek material. Pengalaman manusia terdiri dari interpretasi bermakna terhadap kenyataan dan bukan reproduksi kenyataan. Menurut Driver dan Bell, ilmu pengetahuan bukanlah hanya kumpulan hukum dan daftar fakta, ilmu pengetahuan, terutama sains, adalah ciptaan pikiran manusia dengan semua gagasan dan konsepnya yang ditemukan secara bebas Ardianto dan Aness, 2009 : 151. Secara ringkas gagasan konstruktivisme mengenai pengetahuan dapat dirangkum sebagai berikut: 1. Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek. 2. Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu untuk pengetahuan. Universitas Sumatera Utara 3. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang. Struktur konsepsi membentuk pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang Ardianto dan Aness, 2009 : 152. Teori konstruktivisme, menyatakan bahwa individu menginterpretasikan dan bereaksi menurut kategori konseptual dan pikiran. Realitas tidak menggambarkan diri individu namun harus disaring melalui cara pandang orang terhadap realitas tersebut. Teori konstruktivis atau konstruktivisme adalah pendekatan secara teoritis untuk komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an oleh Jesse Delia dan rekan-rekannya. Robyn Penmann merangkum kaitan konstruktivis dalam hubungannya dengan ilmu komunikasi: 1. Tindakan komunukatif sifatnya sukarela. Pembuat komunikasi adalah subjek yang memiliki pilihan bebas, walaupun lingkungan sosial membatasi apa yang dapat dan telah dilakukan. Jadi tindakan komunikasit dianggap sebagai tindakan sukarela, berdasarkan pilihan subjeknya. 2. Pengetahuan adalah sebuah produk sosial. Pengetahuan bukan sesuatu yang objektif sebagai diyakini positivism, melainkan diturunkan dari interaksi dalam kelompok sosial. Pengetahuan itudapat ditemukan dalam bahasa, melalui bahasa itulah konstruksi realitas tercipta. 3. Pengetahuan bersifat konstektual, maksudnya pengetahuan merupakan produk yang dipengaruhi ruang waktu akan dapat berubah sesuai dengan pergeseran waktu. 4. Teori-teori menciptakan dunia. Teori bukanlah alat, melainkan suatu cara pandang yang ikut mempengaruhi pada cara pandang kita terhadap realitas atau dalam batas tertentu teori menciptakan dunia. Dunia disini bukanlah “segala sesuatu yang ada” melainkan “segala sesuatu yang menjadi lingkungan hidup dan penghayatan hidup manusia”, jadi dunia dapat dikatakan sebagai hasil pemahaman manusia atas kenyataan di luar dirinya. 5. Pengetahuan bersifat sarat nilai Ardianto dan Aness, 2009 : 153. Universitas Sumatera Utara Pendekatan konstruktivisme dapat dikaitkan dengan reporter sebagai individu yang menjalankan profesinya mengutamakan masyarakat. Fokus mencari informasi dengan penuh ketelitian di lapangan jangan sampai ada yang terlewatkan. Keseluruhan informasi yang berhasil ditemukan merupakan potongan teka-teki kebenaran berdasarkan fakta yang telah dikonfirmasi kebenarannya. Potongan kebenaran berserakan sehingga sulit untuk mengungkapkan kebenaran secara keseluruhan. Oleh karenanya reporter harus terus mengamati hal yang berkaitan dengan kasus yang dihadapi. Ketepatan bahasa menyatu dengan gambar yang baik sangat menentukan pemberitaan yang disajikan. Hingga masyarakat dapat menganggap inilah berita yang dapat dipercaya. Kebenaran lebih disukai daripada kebohongan, keterbukaan lebih dihormati dari pada rahasia, dan informasi yang teruji jauh lebih dipercaya daripada desas-desus. Berita merupakan sebuah laporan tercepat dari suatu peristiwa atau kejadian faktual, penting dan menarik bagi sebagian besar masyarakat serta menyangkut kepentingan mereka. Oleh karenanya televisi selaku media perlu sadar akan cara kerja reporter dan masyarakat sebagai penerima pesan. Media bukan hanya memilih peristiwa dan menentukan sumber berita tetapi juga mendefinisikan peristiwa dan sumber berita tersebut. Peneliti menggunakan paradigma ini sebagai pandangan dasar untuk melihat bagaimana peranan reporter sebagai jurnalis televisi menjalankan tugasnya digambarkan pada serial drama Pinocchio yang diproduksi dan ditayangkan di Korea Selatan pada tahun 2014 dengan jumlah 20 episode. Penelitian akan mengambil beberapa adegan memburu, menggali atau mengumpulkan berita juga memberitakan kasus-kasus seperti pembunuhan, pengorbanan, fitnah, kebakaran dan lain-lain. 2.2 Kajian Pustaka 2.2.1 Analisis Isi