Nilai-Nilai Sosial Pada Serial Drama Misaeng (Analisis Isi Muatan Nilai-Nilai Sosial Tayangan Serial Drama Korea “Misaeng”)

(1)

Universitas Sumatera Utara BIODATA PENELITI

Nama lengkap : Delilawati Tumangger Tempat/Tanggal Lahir : Sidikalang, 05 Januari 1994 Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jalan Bunga Kantil XXI No.2E, Padang Bulan, Medan Orangtua

Ayah : Koting Tumangger Ibu : Pida Nainggolan

Agama : Kristen Protestan

Pendidikan : 2001 – 2006 SDN 030288 Sidikalang 2006 – 2009 SMPN 3 Sidikalang 2009 – 2012 SMAN 1 Sidikalang

2012 – 2016 Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU Organisasi : Ikatan Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi (IMAJINASI)

Anggota 2012 – 2016

Ikatan Mahasiswa Dairi (IMADA) Anggota

2012 – Sekarang


(2)

Universitas Sumatera Utara KEMENTERIAN RISET,TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSTAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

Jalan Prof. A. Sofian No.1 Kampus USU Medan 20155 Telepon/Fax: (061) 8217168

Laman : www.ilmukomunikasiusu.ac.id

LEMBAR CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI NAMA : Delilawati Tumangger NIM : 120904104

PEMBIMBING : Haris Wijaya, S.Sos, M.Comm

Catatan:

Minimal pertemuan 6 (enam) untuk setiap pembimbing

Diketahui oleh Dosen Pembimbing

Haris Wijaya, S.Sos, M.Comm

NO.

TGL.PERTEMUAN

PEMBAHASAN

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

15 Februari 2016 21 Maret 2016 18 April 2016 28 April 2016 28 Juni 2016 14 Juli 2016 18 Juli 2016 20 Juli 2016

Bimbingan dan ACC untuk seminar proposal Bimbingan Bab I, II dan III

Bimbingan dan ACC Bab I, II dan III Bimbingan Bab IV

Bimbingan Bab IV Bimbingan Bab IV dan V Bimbingan Bab IV dan V ACC Bab IV dan V


(3)

Universitas Sumatera Utara DAFTAR REFERENSI

Ardianto, Elvinaro dan Bambang Q-Anees. (2007). Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala Erdinaya. (2004). Komunikasi Massa

Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Baran, Stanley J. (2012). Pengantar Komunikasi Massa: Melek Media & Budaya. Jakarta: Erlangga.

Basrowi. (2005). Pengantar Sosiologi. Bogor: Ghalia Indonesia.

Bulaeng, Andi. (2004). Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer. Yogyakarta: Andi.

Bungin, Burhan. (2008). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Cangara, Hafied. (2005). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Changhee, Park. (1995). Ideological Representations of Gender in Television: Ideological and Structuralist Semiotic Analysis of Korean Television

Drama. Dissertation. Columbus: Ohio State University.

Choi, Joon-Sik. (2007). Understanding Koreans and Their Culture. Seoul: Her One Media.

Choi, Junghwa dan Hyang-Ok Lim. (2007). This Is Korea: All You Ever Wanted

To Know About Korea. Seoul: Newrun.

De Mente, Boye. (2008). Etiquette Guide to Korea: Know The Rules That Make

Difference. Singapore: Tuttle Publishing.

Eriyanto. (2011). Analisis isi: Pengantar Metodologi Untuk Penelitian Ilmu

Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

_______ . (2001). Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS.

Hunggyu, Kim. (1997). Understanding Korean Literature. (Robert J. Fouser. Penerjemah). United States of America: An East Gate Book.

Jong, Yoo Tae. (1997). Korean Cultural Heritage. (Julie Pickering. Penerjemah). Seoul: Moonhwa Printing Co.

Krippendorff, Klaus. (1993). Analisis Isi: Pengantar Teori dan Metodologi. Jakarta: Citra Niaga Rajawali Pers.


(4)

Universitas Sumatera Utara

Kriyantono, Rachmat. (2010). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Kuswandi, Wawan. (1996). Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Isi Media

Televisi. Jakarta: Rineka Cipta.

Layanan Informasi dan Kebudayaan Korea. (2012). KOREA: Dulu & Sekarang. Seoul: Kementerian Budaya, Olahraga dan Pariwisata.

Liliweri, Alo. (2011). Komunikasi: Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Kencana. Moleong, Lexy J. (2005). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya.

Morissan. (2008). Manajemen Media Penyiaran: Strategi Mengelola Radio &

Televisi. Jakarta: Kencana.

Mulyana, Deddy. (2010). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

______________. (2003). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Narwoko, J Dwi & Bagong Suyanto. (2010). Sosiologi: Teks Pengantar dan

Terapan. Jakarta: Kencana.

Nurudin. (2004). Komunikasi Massa. Malang: CESPUR.

Pelayanan Kebudayaan dan Informasi Korea. (2008). Fakta-Fakta Tentang Korea. Seoul: Kementerian Kebudayaan, Olahraga dan Pariwisata.

Rakhmat, Jalaluddin. (2004). Metode Penelitian Komunikasi, Dilengkapi Contoh

Analisis Statistik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Setiadi, Elly M & Usman Kolip. (2011). Pengantar Sosiologi. Jakarta: Kencana. Shim, T. Young-ja, Min-Sun Kim dan Judith Martin. (2008). Changing Korea:

Understanding Culture and Communication. New York: Peter Lang

Publishing.

Simpkins, C. Alexander dan Annelen M. Simpkins. (2000). Simple Confucianism:

Tuntunan Hidup Luhur. Jakarta : Bhuana Ilmu Populer.

Sunarto & Hermawan (2011). Mix Methodology Dalam Penelitian Komunikasi. Jakarta: ASPIKOM.

Vegdahl, Sonja dan Ben Seunghwa Hur. (2005). Culture Shock: A Survival Guide

to Custom and Etiquette. Singapore: Marshall Cavendish.

Waluyo, Herman J. (2001). Drama: Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta. PT Hanindita Graha Widya Yogyakarta.


(5)

Universitas Sumatera Utara

West, Richard & Lynn H. Turner. (2009). Pengantar Teori Komunikasi: Analisis

dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Humanika.

Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. (2011). Semiotika Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Wibowo, Wahyudi. (2013). 한류 문화 Budaya Hallyu Korea. Yogyakarta: INAKOS (The Internasional Association of Korean Studies in Indonesia) Pusat Studi Korea UGM

Sumber Jurnal:

Lee, Y. Choong. (2012). Korean Culture And Its Influence on Business Practice

in South Korea. The Journal of International Management Studies, 184

Volume 7, Number 2, October, 2012.

Lee, Zuk-Nae. (1999). Korean Culture and Sense of Shame. Transcultural Psychiatry June 1999 vol. 36 no. 2 181-194

Sumber Makalah Seminar

Lee, Jeong-Kyu. (2001. December). Confucian Thought Affecting Leadership and

Organizational Culture of Korean Higher Education. International

Consortium for Alternative Academic Publication (ICAAP), Seoul.

Sumber Internet

http://everything.explained.today/Korean_drama/ diakses pada 25 Januari 2016 pukul 16.20 WIB

http://www.nielsenkorea.co.kr/ diakses pada 27 Januari 2016 pukul 21.00 WIB https://id.wikipedia.org/wiki/Misaeng_(TV_series) diakses pada 27 Januari 2016

pukul 21.30 WIB

http://program.interest.me/tvn/misaeng diakses pada 15 April 2016 pukul 18.00 http://world.kbs.co.kr/indonesian/program/program_kfoodstory_detail.htm?No=1

0025513 diakses diakses pada 19 April 2016 pukul 16.00

https://id.wikipedia.org/wiki/Sujeo diakses pada 19 April 2016 pukul 16.30

http://vik.kompas.com/revolusi.mental.ala.korea diakses pada 18 Juli 2016 pukul 19.30

http://infomory.com/places/difference-korea-japan diakses pada 18 Juli 2016 pukul 18.00


(6)

36 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif dengan paradigma konstruktivis. Penelitian kualitatif bertujuan untuk menjelaskan fenomena secara mendalam dengan pengumpulan data secara mendalam pula. Penelitian kualitatif tidak mengutamakan besarnya populasi atau sampling. Penelitian kualitatif bersifat subjektif dan hasilnya bukan untuk digeneralisasikan (Kriyantono, 2010: 56).

Metode penelitian kualitatif yang digunakan adalah metode analisis isi kualitatif. Menurut Budd, analisis isi adalah suatu teknik sistematis untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan atau suatu alat untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku komunikasi yang terbuka dari komunikator yang dipilih (Bungin, 2008: 187). Metode analisis isi kualitatif menekankan pada penafsiran atau pemaknaan. Penggunaan analisis isi untuk penelitian kualitatif tidak jauh berbeda dengan pendekatan lainnya. Awal mula harus ada fenomena komunikasi yang dapat diamati, dalam arti bahwa peneliti harus lebih dulu dapat merumuskan dengan tepat apa yang ingin diteliti dan semua tindakan harus didasarkan pada tujuan tersebut.

Analisis isi media kualitatif lebih banyak dipakai untuk meneliti dokumen yang dapat berupa teks, gambar, simbol dan sebagainya untuk memahami budaya dari suatu konteks sosial tertentu. Dalam analisis isi media kualitatif semua jenis data atau dokumen yang dianalisis lebih cenderung disebut dengan istilah “text” apapun bentuknya gambar, tanda, simbol, gambar bergerak dan sebagainya. Atau dengan kata lain yang disebut dokumen dalam analisis isi kualitatif ini adalah wujud dari representasi simbolik yang dapat direkam/didokumentasikan atau disimpan untuk dianalisis. Analisis isi media kualitatif ini merujuk pada metode analisis yang integratif dan lebih secara konseptual untuk menemukan,


(7)

Universitas Sumatera Utara

mengidentifikasi, mengolah dan menganalisis dokumen untuk memahami makna, signifikansi dan relevansinya (Bungin, 2008: 203).

3.2 Objek Penelitian

Objek penelitian dalam penelitian kualitatif menjelaskan apa yang menjadi sasaran penelitian yang secara konkret tergambar dalam fokus masalah penelitian. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah nilai-nilai sosial yang ditampilkan dalam drama Misaeng.

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah serial drama Korea Misaeng atau dikenal juga dengan Incomplete Life yang pernah ditayangkan mulai 17 Oktober-20 Desember 2014 di tvN setiap Jumat dan Sabtu, pukul 20.30 waktu Korea. Serial Misaeng secara keseluruhan memiliki 20 episode, namun yang akan diteliti hanya beberapa yang dianggap memiliki muatan nilai-nilai sosial, dengan maksud agar penelitian lebih fokus dan tidak terlalu luas. Serial drama ini memiliki genre workplace,

drama, dan comedy.

3.4 Kerangka Analisis

Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2005: 248) menyatakan bahwa analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi satuan yang dapat dikelola, menafsirkannya, memaknai serta memutuskan apa yang dapat diceritakan pada orang lain. Dalam penelitian ini unit analisis yang diambil berupa scene atau adegan dari interaksi yang dilakukan oleh para pemeran dalam serial drama

Misaeng yang sebelumnya telah ditonton peneliti terlebih dahulu. Tingkat

analisisnya adalah makna pesan mengenai nilai-nilai sosial yang ditampilkan lewat serial drama tersebut yang meliputi nilai material, nilai vital dan nilai kerohanian, baik yang tersurat (tampak atau manifest) maupun tersirat (latent).


(8)

Universitas Sumatera Utara 3.5 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1) Studi Dokumentasi

Yaitu dengan cara mencari, menyimpan dan meneliti dokumen yang relevan dengan penelitian. Dalam hal ini studi dokumentasi dilakukan dengan menghimpun data dari dokumentasi serial drama yang dijadikan subjek penelitian.

2) Penelitian Kepustakaan

Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literatur dan sumber bacaan yang relevan dan mendukung penelitian. Dalam hal ini penelitian kepustakaan dilakukan melalui buku-buku, jurnal, internet dan sebagainya.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan analisis terhadap data yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti melalui perangkat metodologi tertentu (Bungin, 2008: 196). Analisis data menunjukkan kegiatan penyederhanaan data ke dalam susunan tertentu yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Metode penelitian kualitatif ini dimulai dari analisis berbagai data yang terhimpun dari suatu penelitian, kemudian bergerak ke arah pembentukan kesimpulan kategori atau ciri-ciri umum tertentu. Proses analisis data, dalam proses ini dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber. Selanjutnya ialah mereduksi data, lalu dilakukan penafsiran data/pengolahan data untuk menarik kesimpulan. Prinsip pokok teknik analisis kualitatif adalah mengelola dan menganalisis data-data yang terkumpul menjadi data yang sistematik, teratur dan mempunyai makna.

Penelitian ini menggunakan analisis isi semantik dalam menganalisis nilai-nilai sosial yang digambarkan, meliputi nilai-nilai material, nilai-nilai vital, dan nilai-nilai kerohanian. Dengan menggunakan kategorisasi yang kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis isi semantik, meliputi:


(9)

Universitas Sumatera Utara

a) Analisis Penunjukan (Designation Analysis), yakni menggambarkan frekuensi seberapa sering objek tertentu (orang, benda, kelompok, konsep) yang mengandung nilai-nilai sosial dirujuk.

b) Analisis Penyifatan (Attributions Analysis), yakni menggambarkan frekuensi seberapa sering karakterisasi objek tertentu yang mengandung nilai-nilai sosial dirujuk atau disebut.

c) Analisis Pernyataan (Assertions Analysis), yakni menggambarkan frekuensi seberapa sering objek tertentu yang mengandung nilai-nilai sosial dilabel atau diberi karakter secara khusus.


(10)

40

Universitas Sumatera Utara BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Umum Serial Drama Misaeng 4.1.1 Profil Serial Drama Misaeng

Gambar 4.1 Poster Promosi Drama Misaeng Sumber: http://program.interest.me/tvn/misaeng


(11)

Universitas Sumatera Utara Tabel 4.1 Profil Serial Drama Misaeng

Judul 미생 / Misaeng

Nama lain An Incomplete Life

Genre Workplace

Drama Komedi

Format Serial Televisi

Penulis Naskah Jung Yoon Jung

Sutradara Kim Won Seok

Negara Korea Selatan

Bahasa Korea

Jumlah Episode 20

Produksi

Produser eksekutif Lee Chan Ho

Produser Lee Jae Moon

Ham Seung Hoon

Lokasi Korea Selatan, Yordania

Durasi 65 menit

Jumat dan Sabtu pukul 20:30 (KST)

Siaran

Stasiun televisi tvN

Periode siaran 17 Oktober 2014 – 20 Desember 2014


(12)

Universitas Sumatera Utara Penghargaan yang Diterima

2015 51st Baeksang Arts Awards

1) Best Director (Kim Won Suk) 2) Best Actor (Lee Sung Min) 3) Best New Actor (Yim Si Wan)

2015 10th Seoul International Drama Awards

1) Best Miniseries

2015 8th Korea Drama Awards

1) Best Drama

2) Excellence Award - Actor (Kim Dae Myung) 3) Special Jury Prize (Yim Si Wan)

2015 4th APAN Star Awards

1) Top Excellence Award – Actor in a Miniseries (Lee Sung Min) 2) Excellence Award - Actor in a Miniseries (Yim Si Wan) 3) Best Supporting Actor (Lee Kyung Young)

4) Best Rookie Actor (Byun Yo Han)

2015 9th Cable TV Broadcasting Awards

1) Grand Prize (Daesang)

2) Star Award – Best Actor (Yim Siwan, Kang Ha Neul)

Sumber: https://en.wikipedia.org/wiki/Misaeng_(TV_series)

Drama ini bercerita tentang kehidupan kerja di sebuah perusahaan internasional yang bergerak di bidang perdagangan. Drama Misaeng menggambarkan kehidupan nyata warga Korea di dunia kerja dan beragam masalah yang kerap dialami para pekerjanya termasuk persaingan antar pegawai, beratnya menjadi wanita pekerja yang menikah dan mempunyai anak, diskriminasi di kantor bagi wanita pekerja, dan tekanan dalam menghadapi politik kantor.

Drama ini mengisahkan seorang pemuda bernama Jang Geu Rae yang baru saja memasuki dunia kerja yang penuh dengan tekanan. Jang Geu Rae harus menjalani kenyataan bahwa ia memasuki dunia kerja yang membutuhkan


(13)

Universitas Sumatera Utara

keterampilan, pendidikan yang tinggi dan kemampuan berbahasa asing. Meski demikian, ia tidak mudah menyerah dan memiliki kemauan yang kuat untuk belajar. Selain menceritakan tentang perjuangan Jang Geu Rae sebagai tokoh utama, drama ini juga bercerita mengenai rekan kerja Jang Geu Rae yang juga baru diterima sebagai karyawan di One Internasional. Mereka adalah Ahn Young Yi, Jang Baek Ki dan Han Seok Yool. Berbeda dengan Geu Rae yang hanya lulusan SMA, ketiga rekannya tersebut datang dengan latar pendidikan yang tinggi dan mumpuni. Hal ini membuat mereka jauh lebih beruntung dari Jang Geu Rae karena setelah magang mereka dijadikan karyawan tetap, sementara Jang Geu Rae hanyalah karyawan kontrak. Berbagai kemelut yang dialami setiap tokoh di drama ini mewakili perasaan mayoritas masyarakat Korea yang menghadapi tekanan berat dalam dunia kerja mereka sehari-hari, apakah itu tekanan ketika masa-masa trainee, tentang permasalahan dengan atasan saat bekerja maupun tentang hidup yang terasa belum lengkap (Incomplete / Misaeng).

Pemeran serial drama Misaeng adalah sebagai berikut: Pemain utama

1) Yim Siwan sebagai Jang Geu Rae

2) Lee Sung Min sebagai Oh Sang Shik (Wakil Kepala Tim Penjualan 3) 3) Kang So Ra sebagai Ahn Young Yi

4) Kang Ha Neul sebagai Jang Baek Ki 5) Byun Yo han sebagai Han Suk Yool

6) Kim Dae Myung sebagai Kim Dong Shik (Asisten Manajer Tim Penjualan 3) Departemen Penjualan

1) Park Hae Joon sebagai Chun Kwan Woong (Manajer Tim 3)

2) Shin Eun Jung sebagai Sun Ji Young (Wakil Kepala Departemen/Kepala Tim 1)

3) Kim Jong Soo sebagai Kim Boo Ryun (Kepala Departemen) 4) Ryu Tae Ho sebagai Go Dong Ho (Kepala Tim 2)

5) Park Jin Soo sebagai Pak Hwang (Asisten Manajer Tim 2) 6) Kim Ga Young sebagai Jang Mi Ra (Tim 2)

7) Kim Kyung Ryong sebagai Lee Shin Tae (Kepala Departemen, pengganti Kim Boo Ryun)


(14)

Universitas Sumatera Utara

8) Kim Won Hae sebagai Park Young Ho (Kepala Tim 3, pengganti Oh Sang Shik)

Departemen Sumber Daya

1) Son Jong Hak sebagai Ma Bok Ryul (Kepala Departemen) 2) Jung Hee Tae sebagai Jung Hee Seok (Kepala Tim 2) 3) Kim Hee Won sebagai Park Jong Shik (Kepala Tim 3)

4) Jeon Seok Ho sebagai Ha Sung Joon (Asisten Manajer Tim 2) 5) Shin Jae Hoon sebagai Yoo Hyung Ki (Asisten Manajer Tim 2) Tim Baja

1) Choi Young sebagai Cha Jung Ho (Kepala Tim)

2) Oh Min Suk sebagai Kang Hae Joon (Asisten Manajer) 3) Park Jin Seo sebagai Shin Da In (Karyawan)

Tim Fabrik (Tekstil)

1) Jang Hyuk Jin sebagai Moon Sang Pil (Kepala Tim 1) 2) Tae In Ho sebagai Sung Joon Shik (Asisten Manajer Tim 1) Tim Penjualan IT

1) Kim Jung Hak sebagai Lee Seok Joong (Kepala)

2) Choi Gwi Hwa sebagai Park Young Goo (Asisten Manajer) Perusahaan One Internasional

1) Lee Geung Young sebagai Choi Young Hoo (Direktur Eksekutif) 2) Nam Kyung Eup sebagai CEO One International

3) Hwang Seok Jeong sebagai Kim Sun Joo (Kepala Departemen Keuangan) 4) Song Young Kyu sebagai Kepala Tim Perencanaan

5) Kwak In Joon sebagai Pemimpin Tim Audit 6) Han Kap Soo sebagai Manajer cabang di Jordan 7) Choi Jae-woong sebagai Karyawan cabang di Jordan 8) Song Jae Ryong sebagai Manajer Pabrik di Cina Pegawai Magang

1) Jo Hyun Sik sebagai Kim Seok Ho 2) Yoon Jong Hoon sebagai Lee Sang Hyun 3) Yeo Eui Joo sebagai Jang Ki Seok


(15)

Universitas Sumatera Utara

Pemeran lainnya

1) Sung Byung Sook sebagai ibu Jang Geu Rae

2) Nam Myung Ryul sebagai Pelatih Jang Geu-rae di Akademi Go 3) Lee Shi won sebagai Ha Jung Yeon

4) Oh Yoon Hong sebagai istri Oh Sang Shik

5) Lee Seung Joon sebagai Shin Woo Hyun dari Perusahaan Samjung 6) Seo Yoon Ah sebagai Lee Eun Ji

7) Oh Jung Se sebagai suami dari Lee Gyung Sun (Kepala Departemen Tekstil Chungsol) (cameo)

Karakter tokoh-tokoh utama yang digambarkan dalam serial drama Misaeng:

1. Jang Geu Rae

Jang Geu Rae merupakan tokoh sentral dalam drama ini. Jang Geu Rae adalah tokoh yang sabar, pantang menyerah, berkeinginan kuat untuk belajar. Semenjak umum 7 tahun Jang Geu Rae mendedikasikan waktu dan hidupnya untuk menjadi pemain Baduk (Go) profesional. Namun karena ayahnya meninggal, Jang Geu Rae terpaksa mengubur cita-citanya dan mencoba berbagai pekerjaan menggantikan ayahnya sebagai tulang punggung keluarga. Akhirnya Jang Geu Rae direkomendasikan oleh seseorang menjadi karyawan magang di One International, tanpa melewati proses perekrutan karyawan magang secara resmi. Dengan statusnya yang hanya lulus SMA dan diterima sebagai karyawan magang melalui koneksi membuat Jang Geu Rae mendapat tekanan dan cemoohan dari rekan maupun atasannya. Namun hal ini tidak membuat Geu Rae menyerah dan terus berusaha keras untuk membuktikan bahwa dia adalah seorang karyawan yang berkualitas.

2. Oh Sang Sik

Oh Sang Sik merupakan Manajer (kemudian diangkat menjadi wakil kepala) Tim Penjualan 3 yang juga sekaligus sebagai atasan Jang Geu Rae. Oh Sang Sik merupakan atasan yang bijaksana, memiliki kepribadian hangat dan sangat peduli dengan rekan kerja dan bawahannya. Oh Sang Shik adalah tipikal


(16)

Universitas Sumatera Utara

karyawan yang workaholic dan dia berani mengambil bisnis berisiko besar demi mencapai hasil yang maksimal. Dia selalu membela bawahannya dan sangat anti dengan KKN. Selain sebagai seorang karyawan di One

Internasional, Oh Sang Sik merupakan seorang suami dan ayah dari 3

anak-anaknya. 3. Ahn Young Yi

Young Yi merupakan satu-satunya karyawan magang perempuan. Dia berhasil diterima sebagai karyawan tetap dan ditempatkan di Tim Sumber Daya 2, sebuah tim elite di One Internasional. Ia merupakan sosok yang pintar, cekatan dan gigih dalam bekerja. Namun statusnya sebagai karyawan baru membuat Ahn Young Yi mendapat tekanan dari atasannya dan sebagai satu-satunya perempuan di timnya ia kerap mengalami mendapat perlakuan tidak adil karena dia seorang wanita. Hubungannya dengan atasannya tidak begitu baik, meskipun ia berusaha keras mencoba melakukan yang terbaik.

4. Jang Baek Ki

Jang Baek Ki merupakan sosok yang pintar dan ambisius. Dia memiliki latar belakang pendidikan yang tinggi dan memiliki prestasi yang baik semasa kuliah. Hal ini membuatnya sangat percaya diri dan beranggapan bahwa dia cukup kompeten. Pada saat Baek Ki diterima sebagai karyawan tetap dan baru bergabung dengan Tim Baja ia langsung memberikan atasannya proposal bisnis kepada atasannya, bahkan sebelum dia membaca dokumen mengenai item Tim Baja. Hal ini membuat Baek Ki diacuhkan oleh atasannya. Atasannya merasa bahwa Baek Ki masih harus belajar keterampilan dasar yang sangat dibutuhkan oleh tiap anggota Tim Baja. Baek Ki merasa bahwa keberadaannya di Tim Baja tidak disukai oleh atasannya karena dia selalu diberi pekerjaan yang ringan dan mendasar seperti membuat data dalam tabel excel, membuat grafik, memeriksa kesalahan pengetikan dan merangkum kalimat.


(17)

Universitas Sumatera Utara

5. Han Suk Yool

Han Suk Yool merupakan sosok pintar, ceria dan sangat peduli dengan rekan-rekannya. Ia sangat suka bekerja di pabrik. Hampir seluruh keluarganya bekerja di pabrik sehingga dia sangat menghormati orang-orang yang bekerja di pabrik. Suk Yool ditempatkan di tim yang sangat dia inginkan, yaitu Tim Fabrik. Namun Suk Yool harus menghadapi atasan yang licik dan semena-mena. Senior Suk Yool selalu mengambil keuntungan dari setiap pekerjaan yang dilakukannya dan seringkali memutarbalikkan fakta dan membuat Suk Yool terpojok.

6. Kim Dong Shik

Kim Dong Shik merupakan Asisten Manajer di Tim Penjualan 3 dan sekaligus sebagai atasan Jang Geu Rae. Dong Shik merupakan sosok yang baik hati dan sabar. Pada saat Geu Rae pertama kali datang ke Tim Penjualan 3 dia sangat sabar menghadapi Jang Geu Rae yang tidak bisa melakukan apa-apa.

7. Chun Kwang Woong

Merupakan sosok yang mengalami konflik batin. Dia merasa terbebani karena direktur eksekutif secara langsung meminta Chun Kwang Woong untuk bergabung dengan Tim Penjualan 3. Chun Kwang Woong dikirim ke Tim itu karena tiga tahun lalu dia sudah pernah bekerja dengan Sang Shik dan Dong Shik. Awalnya ia terbebani bekerja dengan Tim Penjualan 3, namun seiring berjalannya waktu ia mulai menikmati waktu bekerja dengan Tim Penjualan 3 seperti tiga tahun lalu.

8. Sun Ji Young

Sun Ji Young merupakan sosok wanita pekerja keras dan sangat perhatian dengan rekan kerja dan bawahannya. Sun Ji Young yang memiliki posisi Wakil Kepala Departemen sekaligus sebagai Kepala Tim Penjualan 1 harus membagi waktu untuk mengurus suami dan anaknya. Ia harus menghadapi kesulitan sebagai wanita pekerja yang menikah dan mempunyai anak.


(18)

Universitas Sumatera Utara 4.1.2 Sinopsis Singkat Serial Drama Misaeng

Jang Geu Rae adalah seorang pemuda 26 tahun yang sebelumnya mendedikasikan waktu dan hidupnya untuk menjadi pemain Baduk (Go)

profesional. Jang Geu mulai menekuni permainan Baduk semenjak dirinya berumur 7 tahun. Masa remajanya dihabiskan di Akademi Go. Dia bermain Baduk 10 jam sehari dan dia hanya memiliki teman yang ada di akademi maupun kontes

Baduk. Dia sering memenangkan kejuaraan Baduk dan kecerdasannya dalam

permainan Baduk diakui oleh para murid maupun guru di Akademi Go Korea, tempat di mana dia belajar permainan Baduk. Namun kemudian Jang Geu Rae harus mengubur cita-citanya untuk menjadi seorang pemain Baduk profesional. Semenjak ayahnya meninggal ia harus menjadi tulang punggung keluarga menggantikan mendiang ayahnya. Geu Rae melakukan banyak paruh waktu sembari belajar Baduk. Dia bekerja siang dan malam dengan melakukan berbagai macam pekerjaan seperti bekerja di swalayan, menjadi supir pengganti dan bekerja di tempat pemandian umum. Hal ini membuatnya tidak fokus untuk mengikuti kejuaraan Baduk lagi. Selain itu, alasan kesulitan finansial membuatnya sulit untuk tetap belajar di Akademi Go. Akhirnya dia memutuskan untuk keluar dari Akademi Go dan bekerja menghidupi ibunya yang sudah tua.

Hingga akhirnya pada musim semi tahun 2012 Jang Geu Rae mendapat kesempatan untuk bekerja sebagai karyawan magang di salah satu perusahaan dagang internasional bernama One Internasional. Ibu Jang Geu Rae memiliki kenalan seorang presiden sebuah perusahaan kecil bernama Seong Won. Presiden perusahaan Seong Won mengenal direktur eksekutif One Internasional, sehingga Jang Geu Rae direkomendasikan untuk bekerja di One Internasional. Dengan statusnya yang hanya lulus SMA dan diterima sebagai karyawan magang melalui koneksi membuat Jang Geu Rae mendapat tekanan dan cemoohan dari rekan maupun atasannya. Namun hal ini tidak membuat semangat Jang Geu Rae untuk bekerja menjadi luntur. Berkat usaha keras serta kegigihan yang ia peroleh sewaktu menjadi pemain Baduk selama lebih dari 20 tahun, ia akhirnya diangkat sebagai karyawan kontrak selama dua tahun. Jang Geu Rae ditempatkan di Tim Penjualan 3, di tim yang sama saat dia menjadi karyawan magang.


(19)

Universitas Sumatera Utara

Jang Geu Rae juga memiliki teman sesama karyawan baru di One

Internasional. Mereka adalah adalah Ahn Young Yi, Jang Baek Ki dan Han Suk

Yool. Berbeda dengan Jang Geu Rae yang diangkat sebagai karyawan kontrak, mereka bertiga diangkat sebagai karyawan tetap di One Internasional. Ahn Young Yi ditempatkan di tim Sumber Daya, Han Suk Yool di Tim Fabrik (Tekstil) dan Jang Baek Ki di Tim Baja. Selama bekerja di One Internasional mereka semua mengalami kesulitannya masing-masing. Jang Geu Rae lebih beruntung karena dari awal magang sudah menjadi bagian dari Tim Penjualan 3, sementara Ahn Young Yi, Jang Baek Ki dan Han Suk Yool harus menyesuaikan diri dengan tim barunya.

Ahn Young Yi yang bergabung di Tim Sumber Daya 2 kerap mengalami mendapat perlakuan tidak adil karena dia seorang wanita. Sebagai satu-satunya perempuan di timnya Young Yi mengalami diskriminasi dan mendapat tekanan dari atasannya. Hubungannya dengan senior dan atasan tidak begitu baik, meskipun ia berusaha keras bekerja layaknya karyawan lelaki yang lain. Jang Baek Ki yang bergabung dengan Tim Baja diacuhkan oleh seniornya. Dia selalu diberi pekerjaan yang ringan dan mendasar seperti membuat data dalam tabel

excel, membuat grafik, memeriksa kesalahan pengetikan dan merangkum kalimat.

Hal ini membuat Baek Ki merasa bahwa keberadaannya di Tim Baja tidak disukai oleh atasannya. Dia merasa bahwa dia sudah belajar dasar-dasar di sekolah, magang, dan pelatihan kerja sehingga dia tidak perlu untuk melakukan hal-hal mendasar tersebut. Suk Yool ditempatkan di tim yang sangat dia inginkan, yaitu Tim Fabrik. Namun Suk Yool harus menghadapi atasan yang licik dan semena-mena. Senior Suk Yool selalu mengambil keuntungan dari setiap pekerjaan yang dilakukannya dan seringkali memutarbalikkan fakta dan membuat Suk Yool terpojok.

Selama Jang Geu Rae menjadi karyawan kontrak di Tim penjualan 3 ia bekerja sangat giat dan tidak kenal lelah. Meskipun dia hanyalah karyawan kontrak dia selalu melakukan pekerjaan dengan maksimal. Jang Geu Rae adalah sosok yang berpikir out-of- the-box dan fokus kepada hasil meskipun prosesnya sedikit atau bahkan sangat sulit. Ide-idenya yang sederhana membuat timnya maupun tim lain beberapa kali lolos dari situasi yang hampir merugikan


(20)

Universitas Sumatera Utara

perusahaan. Selain itu kerja keras dan ketelitian Jang Geu Rae membuat perusahaannya bebas dari korupsi yang hampir saja merugikan perusahaan. Jang Geu Rae berhasil menerapkan ilmunya tentang Baduk ke dalam kehidupan nyata. Dia memanfaatkan strategi-strategi Baduk untuk menyelesaikan permasalahan dalam dunia kerja. Bahkan dia dapat berpikir radikal dan berani mengutarakan pemikirannya kepada atasannya.

Hal ini membuat CEO One Internasional memuji hasil kerja Jang Geu Rae. Banyak tim yang menginginkan Jang Geu Rae karena mereka menginginkan seorang pemula yang dipuji oleh CEO. Mereka berpikir bahwa mereka tidak perlu khawatir bahkan saat Jang Geu Rae tidak berguna lagi karena dia hanyalah seorang karyawan kontrak.

4.2 Penyajian Data dan Analisis Data

Penelitian ini menggunakan klasifikasi atau kategori semantik yang meliputi Analisis Penunjukan (Designation), Analisis Penyifatan (Attributions), dan Analisis Pernyataan (Assertions) untuk mengetahui pesan nilai-nilai sosial yang terkandung dalam serial drama Misaeng.

4.2.1 Analisis Penunjukan

Analisis penunjukan menggambarkan frekuensi seberapa sering objek tertentu (orang, benda, kelompok, konsep) yang mengandung pesan nilai-nilai sosial dirujuk.


(21)

Universitas Sumatera Utara Adegan ke-1(Makanan dan Peralatan Makan Masyarakat Korea)

Gambar 4.2

Adegan makanan dan peralatan makan masyarakat Korea muncul di 12 episode, yaitu episode 1, 4, 5, 7, 9, 13, 14, 16, 17, 18, 19 dan 20. Gambar 4.2 merupakan salah satu adegan yang diambil dari episode 20.

Alur Gambar 4.2:

Jang Baek Ki dan Ahn Young Yi makan siang berdua di sebuah tempat. Sebelumnya Han Suk Yool memberitahu Baek Ki bahwa dia tidak bisa ikut bergabung pada jam makan siang. Baek Ki dan Young Yi memesan menu yang sama, yaitu seonji haejangguk. Baek Ki hanya memandangi sup yang ada di hadapannya dan mengaduk-aduk supnya dengan sendok. Baek Ki mencoba untuk memakan sup tersebut, namun dia masih merasa mual dan enggan untuk memakannya karena dia masih teringat dengan film horor yang pernah ditontonnya dengan Young Yi sebelumnya. Kemudian tiba-tiba Han Suk Yool datang dan meminta sup milik Baek Ki karena Baek Ki tidak mau memakannya. Suk Yool menggeser sup Baek Ki dan mencampur nasi ke dalam sup dengan sendok.

Temuan:

Pada gambar 4.2 ditunjukkan makanan masyarakat korea, yaitu nasi dan


(22)

Universitas Sumatera Utara  Nasi (Bap atau 밥)

Nasi merupakan makanan pokok bagi kebanyakan orang Korea. Faktanya, masyarakat Korea tidak merasa bahwa mereka telah selesai makan kecuali setelah mereka menikmati semangkuk nasi. Meskipun saat ini gaya hidup masyarakat Korea sudah semakin kebarat-baratan dan konsumsi beras mereka semakin menurun, nasi masih tetap memainkan peranan penting dalam masakan Korea (Choi dan Lim, 2007: 89). Nasi di Korea biasanya bertekstur lengket. Nasi biasanya disajikan bersama dengan berbagai aneka ragam lauk pauk, terutama sayur-sayuran dengan banyak bumbu, sup, makanan berkuah dan daging. Nasi dan sup dapat dihidangkan secara terpisah maupun dicampurkan ke dalam mangkuk, tetapi lauk pauk dihidangkan dalam piring-piring kecil di tengah meja untuk berbagi.

Seonji Haejangguk atau Sup Darah Sapi (선지 해장국)

Masyarakat Korea memiliki banyak jenis sup dari berbagai jenis bahan dan rempah-rempah. Salah satunya adalah seonji haejangguk. Seonji haejangguk merupakan salah satu jenis haejangguk atau sering disebut dengan hangover

stew. Disebut sebagai hangover stew karena karena sup ini bisa

menghilangkan rasa pusing akibat minum minuman beralkohol. Rasanya yang kuat membuat haejangguk selalu disajikan setelah seseorang mengonsumsi minuman beralkohol. Oleh sebab itu, rumah makan yang menjual haejangguk banyak ditemukan di daerah perkantoran. Kuah dari

seonji haejangguk dibuat dari tulang sapi yang direbus lama, lalu isinya

terdiri dari potongan daging sapi tebal, telur rebus, kecambah, potongan darah sapi yang telah beku dan rempah-rempah khas Korea. Saat ini

haejangguk tidak hanya dinikmati untuk menghilangkan rasa mabuk saja,

namun juga sebagai makanan pendamping nasi di saat sarapan, makan siang maupun makan malam. Saat ini sup ini pun digemari oleh kaum pegawai kantor karena mudah didapat di restoran-restoran dekat kantor mereka. Meskipun haejangguk mulai kehilangan makna istimewanya, namun haejangguk tetap menjadi makanan khas masyarakat Korea (http://world.kbs.co.kr).


(23)

Universitas Sumatera Utara

Pada gambar 4.2 ditunjukkan peralatan makan masyarakat Korea. Pada saat makan terlihat Baek Ki dan Suk Yool memakai sendok dan sumpit sebagai peralatan makan mereka. Di Korea peralatan makan berupa sendok dan sumpit disebut dengan sujeo. Masyarakat Korea menggunakan sendok dan sumpit ketika makan. Sumpit digunakan untuk mengambil makanan seperti nasi, sayur tanpa kuah atau jenis makanan lain. Sedangkan sendok hanya digunakan untuk mengambil sup saja. Makanan utama orang Korea adalah nasi dengan sup yang disebut jjigae atau guk. Oleh karena itu, sangat sulit bagi orang Korea untuk makan tanpa sendok. Sebelum makan biasanya makanan akan dipotong di dapur sebelum disajikan, atau akan dipotong di meja, sehingga mudah untuk diambil menggunakan sumpit. Apabila makanan belum dipotong, maka sumpit dapat digunakan untuk memotong makanan.

Bila diteliti dari artefak hasil penggalian di situs arkeologi, sendok sudah lebih dulu dipakai oleh orang Korea daripada sumpit. Sendok sudah dipakai orang Korea sejak Zaman Perunggu. Sumpit ditemukan dari artefak asal zaman Tiga Kerajaan Korea. Berbeda dari sumpit Jepang atau sumpit Cina yang umumnya dibuat dari kayu, sendok dan sumpit Korea dibuat dari logam seperti kuningan, perunggu, perak, atau baja tahan karat. Sewaktu makan, sendok dan sumpit tidak dipakai secara bersamaan atau tidak dipegang dengan kedua belah tangan, melainkan secara bergantian. Ketika tidak dipakai, sumpit diletakkan di atas meja. Sebagai alat makan, sujeo dipandang sebagai alat terpenting dalam kehidupan, dan sekaligus lambang kehidupan yang makmur. Oleh karena itu,

sujeo sering diberikan sebagai hadiah, khususnya untuk ulang tahun bayi dan

pesta pernikahan. Sekarang ini, sujeo juga dibeli sebagai cenderamata (https://id.wikipedia.org/wiki/Sujeo)

Anak-anak di Korea sejak kecil sudah diajarkan untuk menggunakan sumpit sebagai alat makan. Sumpit untuk anak kecil berbeda dengan sumpit untuk orang dewasa. Anak kecil menggunakan sumpit yang menyatu, jadi dua sumpit itu menjadi satu atau tidak terpisah dan terdapat dua lubang untuk dimasukan ke jari. Jadi ketika lubang sumpit dimasukan ke dalam jari maka tidak akan terjatuh. Ketika sudah agak dewasa sumpit itu akan diganti dengan sumpit yang sama


(24)

Universitas Sumatera Utara

seperti untuk orang dewasa. Jadi mereka akan terbiasa dengan sumpit sebagai alat makan utama di Korea.

Berdasarkan adegan di atas, maka nilai-nilai sosial yang ditemukan adalah nilai material yang terdiri dari makanan dan peralatan makan masyarakat Korea.

Adegan ke-2 (Etika dalam Menyambut Tamu di Rumah)

Gambar 4.3

Adegan mengenai etika dalam menyambut tamu di rumah muncul di episode 9. Gambar 4.3 merupakan adegan yang diambil pada episode 9.

Alur Gambar 4.3:

Pada saat jam kerja berakhir Jang Geu Rae mengundang Dong Shik untuk datang ke rumahnya. Ketika mereka sampai di rumah Geu Rae, Dong Shik bertemu dengan Ibu Geu Rae yang sedang mengangkat pakaian dari jemuran. Geu Rae mengajak Dong Shik untuk masuk ke dalam rumah. Jang Geu Rae mengajak Dong Shik untuk makan malam bersama di kamar Jang Geu Rae. Setelah selesai makan malam akhirnya Jang Geu Rae menceritakan tentang masa lalunya yang dulunya mempunyai komitmen untuk menjadi seorang pemain Baduk profesional, hingga akhirnya dia gagal dan harus melepas mimpinya. Jang Geu Rae pun


(25)

Universitas Sumatera Utara

bercerita bagaimana dia bisa masuk ke One Internasional. Setelah berbincang-bincang tentang banyak hal tidak terasa malam semakin larut dan Dong Shik pun harus pulang ke rumahnya. Jang Geu Rae mengantarkan Dong Shik dan mengucapkan salam pada Dong Shik sambil membungkuk.

Temuan:

Pada gambar 4.3 terlihat bahwa Jang Geu Rae masih tinggal di rumah yang bergaya tradisional, yaitu hanok. Hanok adalah rumah tradisional Korea yang hampir tidak berubah dari jaman Tiga Kerajaan sampai dengan Dinasti Joseon (1392-1910). Hanok dibangun tanpa menggunakan paku dan hanya disusun dengan sambungan balok kayu. Rumah-rumah untuk kaum bangsawan terdiri dari sejumlah bangunan terpisah, satu untuk menampung wanita dan anak-anak, satu untuk kaum laki-laki dalam keluarga dan tamu-tamu mereka dan bangunan lain untuk para pembantu, yang kesemuanya dikelilingi oleh sebuah tembok. Tempat ibadah keluarga untuk menghormati arwah leluhur dibangun di belakang rumah. Sebuah kolam dengan bunga teratai kadang-kadang dibuat di depan rumah di luar tembok. Bentuk-bentuk rumah berbeda ini antara wilayah bagian utara yang lebih dingin dengan daerah bagian selatan yang lebih hangat. Rumah sederhana dengan lantai berbentuk persegi panjang, dapur dan sebuah ruang di setiap sisinya berkembang menjadi rumah berbentuk L di bagian selatan.

Hanok pada perkembangannya berubah bentuk menjadi mirip huruf U atau

persegi yang mengelilingi sebuah halaman (Pelayanan Kebudayaan dan Informasi Korea, 2008: 179)

Gambar 4.3 menunjukkan Jang Geu Rae mengundang Dong Shik ke rumahnya dan mengajaknya untuk makan malam bersama. Ketika Dong Shik akan meninggalkan rumah Jang Geu Rae, dia mengantar Dong Shik ke depan

rumahnya dan membungkuk mengucapkan “sampai besok.” Hal ini

menggambarkan etika dalam menyambut tamu di Korea.

Di Korea, ketika seseorang diundang sebagai tamu ke rumah hal tersebut adalah suatu kehormatan besar. Hal ini menunjukkan bahwa orang tersebut ingin lebih dekat dan mengenal kita. Kunjungan ke rumah jauh lebih mengungkapkan kedekatan dan keintiman dibandingkan bertemu di sebuah restoran atau bar. Hal


(26)

Universitas Sumatera Utara

ini merupakan salah satu alasan mengapa lebih mudah dan lebih cepat untuk mengembangkan suatu hubungan yang dekat dengan orang Korea dibandingkan dengan Jepang dan orang Asia lainnya (De Mente, 2008: 65).

Tamu yang diundang ke rumah orang Korea selalu disajikan makanan. Terkadang minuman atau jus buah dan hidangan pembuka akan ditawarkan di ruang tamu, namun sebagian besar makanan akan disajikan di kamar tidur utama, yang disebut anbang. Diundang ke kamar tidur utama adalah suatu kehormatan. Sebuah meja rendah akan diletakkan dan seluruh makan akan disajikan pada saat yang sama, dengan nasi dan sup berdekatan dengan piring untuk perorangan dan semua lauk diletakkan di tengah. Sebelum makan, tuan rumah sering mengatakan

‘kami tidak punya banyak makanan untuk dimakan, tetapi silahkan makan yang banyak.’ Hal ini mencerminkan sikap orang Korea yang bahkan jamuan besar

sekalipun tidak cukup baik untuk tamu mereka. Setelah makanan utama selesai, kopi maupun air putih akan disajikan ke tamu (Vegdahl dan Hur, 2005: 162).

Ketika tamu siap untuk meninggalkan rumah, tuan rumah akan menemani tamu ke pintu, depan rumah, ataupun ke mobil, kemudian membungkuk maupun melambaikan tangan ketika mereka akan pergi. Dalam situasi bisnis, suatu kebiasaan bagi orang Korea untuk mengantar klien atau pengunjung ke lift dan menekan tombol lift untuk mereka, atau bahkan mengantar mereka ke depan gedung apabila posisi mereka penting atau merupakan kelas atas (De Mente, 2008: 63).

Tradisi membungkuk di Korea umumnya dibagi dalam 3 jenis yaitu informal, formal dan sangat formal. Dari ketiganya itu dapat dibedakan dari sudut bungkuknya. Membungkuk 15 derajat untuk informal, 30-45 derajat untuk formal dan 90 derajat hingga dahi menyentuh tanah untuk sangat formal. Membungkuk untuk seorang pria biasanya meletakkan kedua tangan di samping paha untuk menjaga keseimbangan, sedangkan wanita biasanya meletakkan kedua tangan di atas paha. Membungkuk 15 derajat dipakai dalam pergaulan sehari-hari dengan status sosial yang setara. Membungkuk 30-45 derajat dipakai dalam situasi formal terhadap orang yang status sosialnya lebih tinggi. Membungkuk 90 derajat dipakai dalam situasi yang sangat formal dan menunjukkan rasa hormat tinggi. Selain itu


(27)

Universitas Sumatera Utara

membungkuk 90 derajat juga dipakai ketika menunjukkan rasa bersalah maupun terima kasih yang mendalam. Dalam lingkungan kerja membungkuk 90 derajat biasanya ditujukan pada CEO dan eksekutif-eksekutif yang memiliki posisi penting di perusahaan.

Berdasarkan adegan di atas, maka nilai-nilai sosial yang ditemukan adalah nilai material, yaitu rumah tradisional Korea (hanok) dan nilai moral, yaitu etika dalam menyambut tamu, yang terdiri dari mengajak tamu yang diundang ke rumah untuk makan malam, mengantar tamu sampai ke depan rumah dan melakukan chol sambil mengucapkan salam pada saat tamu akan meninggalkan rumah.

Adegan ke-3 (Penggunaan Hangul dan Telepon Seluler)

Gambar 4.4

Adegan penggunaan hangul dan telepon seluler muncul di keseluruhan episode, dimulai dari episode 1-20. Gambar 4.4 merupakan adegan yang diambil dari episode 18.

Alur Gambar 4.4:

Tim Penjualan 3 sibuk bekerja pada proyek China (ekspor panel surya). Kim Dong Shik memberikan dokumen pada Jang Geu Rae dan menyuruhnya untuk mencari orang yang bertanggung jawab di Asosiasi Perdagangan. Ketika


(28)

Universitas Sumatera Utara

Dong Shik menuju meja Jang Geu Rae, dia melihat Jang Geu menerima pesan teks yang berisi ‘하선생님 : 그래씨~ 오늘도 좋은하루^^ (Guru Ha: Semoga

harimu menyenangkan, Geu Rae.’ Pesan tersebut dikirim oleh Ha Jung-yeon, guru TK yang menyukai Geu Rae. Dong Shik menyarankan Jang Geu Rae untuk membalas kembali pesan teks tersebut karena gadis itu jelas sangat menyukai Jang Geu Rae. Dong Shik juga mengatakan pada Jang Geu Rae untuk bersikap baik pada gadis itu karena tidak mudah bagi seorang wanita untuk menjadi seseorang yang agresif. Namun kemudian Jang Geu Rae melihat ke arah papan nama di

mejanya yang bertuliskan ‘장 그 래 사원 ( 계약 )’ (Jang Geu Rae – karyawan (kontrak)’ dan mengatakan bahwa saat ini bukan waktu yang tepat baginya untuk menjalin hubungan dengan seorang wanita.

Temuan:

Gambar 4.4 menunjukkan penggunaan hangul (tulisan Korea) dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Korea. Seluruh rakyat korea berbicara dan menulis dalam bahasa yang sama, yaitu hangul, yang menjadi faktor penentu dalam pembentukan identitas nasional. Bahasa Korea memiliki beberapa dialek berbeda termasuk dialek standar yang digunakan di Seoul dan daerah-daerah lain. Tetapi dialek-dialek tersebut hampir mirip sehingga seseorang tidak mengalami kesulitan memahami satu sama lain. Hanya dialek dari Provinsi Jejudo saja yang begitu berbeda sehingga sulit dipahami oleh penduduk provinsi lain.

Studi-studi linguistik dan etnologi telah mengklasifikasikan bahasa Korea ke dalam kelompok bahasa Ural-Altaic, yang mencakup bahasa Turki, Mongol dan Tungus-Manchu. Hangul ditemukan oleh Raja Sejong pada abad ke-15 (tahun 1446). Sebelum alfabet ini terbentuk, persentasi jumlah penduduk yang bisa membaca relatif kecil. Hanya sedikit rakyat Korea yang mampu menguasai huruf-huruf Cina yang sulit, yang digunakan oleh kaum bangsawan.

Hangul yang terdiri dari 10 vokal dan 14 konsonan, dapat digabungkan

untuk membentuk kelompok-kelompok suku kata yang berjumlah banyak. Sistem alfabet ini sederhana namun sistematis dan menyeluruh, serta dianggap sebagai salah satu dari sistem penulisan paling ilmiah di dunia. Hangul mudah dipelajari


(29)

Universitas Sumatera Utara

dan dituliskan, sehingga sistem ini mampu memberikan sumbangan besar dalam tercapainya rata-rata melek huruf yang tinggi masyarakat Korea serta majunya industri penerbitan di Korea (Pelayanan Kebudayaan dan Informasi Korea, 2008: 21).

Selain penggunaan hangul, gambar 4.4 juga menunjukkan penggunaan telepon seluler sebagai alat telekomunikasi di masyarakat Korea. Hal tersebut juga menggambarkan kecanggihan teknologi di Korea dengan inovasi telepon seluler yang mendukung fitur untuk membuka pesan teks tanpa membuka pelindung ponsel.

Korea Selatan merupakan negara terkemuka sebagai pengembang dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi. Produk-produk yang berkaitan dengan industri teknologi informasi dan komunikasi, seperti chip komputer dan telepon seluler, mencapai 33% dari total ekspor Korea, dan hampir tiap warga Korea paling tidak memiliki satu buah telepon seluler. Di Korea semua sektor, mulai dari industri layanan makanan sampai transportasi umum, sangat bergantung pada komputer dan teknologi informasi (Layanan Informasi dan Kebudayaan Korea, 2012: 237).

Keajaiban di Sungai Han adalah sebuah istilah yang diberikan karena pertumbuhan ekonomi yang sangat cepat, di bidang industrialisasi, pencapaian teknologi, pembangunan gedung- gedung pencakar langit yang terjadi di Korea Selatan setelah bangkit dari puing-puing Perang Korea dan kini menjadi sebuah negara makmur. Industri elektronik Korea, seperti Samsung dan LG, menjadi pesaing produk-produk elektronik buatan Cina, Eropa, Kanada bahkan Amerika, mulai dari ponsel canggih, televisi plasma, LCD sampai semikonduktor.

Samsung Electronics mengembangkan bisnis semikonduktor pada awal

1980-an. Selanjutnya, langkah Samsung di bisnis elektronik kian kencang. Berbagai produk mereka produksi mulai dari televisi, penyejuk ruangan hingga telepon pintar berbasis teknologi Android. Telepon pintar Samsung kini menjadi pemimpin pasar. Dikutip dari AFP, 8 Juni 2014, Samsung saat ini menguasai 25,2 persen pasar telepon pintar dunia (74,3 juta unit). Laporan Forbes April 2014,


(30)

Universitas Sumatera Utara

pada 2013 Samsung Electronics menjual 314 juta telepon seluler ke pasar dunia (http://vik.kompas.com).

LG adalah perusahaan asal Korea Selatan terbesar kedua yang memproduksi perangkat elektronik, dan juga merupakan perusahaan terbesar ketiga di dunia dalam hal penggarapan perangkat elektronik serupa. Perkembangan “LG Mobile Phone” sendiri baru dimulai sekitar akhir penghujung abad 20. Sejak tahun 1997 LG telah mengembangkan produk telepon seluler. Kemudian, sekitar awal tahun 2000 mereka mengeluarkan LG Mobile Phone pertamanya. Tepat pada tahun 2003, LG tercatat sebagai produsen CDMA teratas. Sementara itu, pada tahun 2007 LG mendemonstrasikan teknologi standar 3G MIMO untuk pertama kalinya. Dengan perkembangan sistem operasi komputer yang tengah berkembang pada ponsel-ponsel pintar saat ini, LG pun turut menelurkan produk-produk terkini. Pada tahun 2011, LG meliris tablet dan ponsel Android pertamanya secara resmi. Sementara itu, pada awal tahun 2012 LG berhasil meliris tablet dengan kamera 3D pertama. Dikutip dari AFP, 8 Juni 2014 LG berada di peringkat kelima dengan penguasaan pasar 4,9 persen pasar telepon pintar dunia (http://vik.kompas.com).

Berdasarkan adegan di atas, maka nilai-nilai sosial yang ditemukan adalah nilai vital, tulisan Korea (hangul) dan telepon seluler.

Adegan ke-4 (Pakaian Tradisional Korea)


(31)

Universitas Sumatera Utara

Adegan pakaian tradisional Korea terdapat pada episode 14. Gambar 4.5 merupakan adegan yang diambil dari episode 14.

Alur Gambar 4.5:

Pagi hari di awal tahun baru, Jang Geu Rae memutuskan untuk keluar rumah dan pergi berjalan-jalan ke suatu tempat. Malam sebelumnya Ibu Geu Rae menyarankan Geu Rae untuk beristirahat di suatu tempat karena besok kerabat mereka akan datang ke rumah untuk berkunjung. Ia memutuskan untuk menuruti saran ibunya untuk pergi berjalan-jalan ke suatu tempat menghindari berurusan dengan kerabatnya, yang tidak senang dengan keputusannya untuk berhenti bermain Baduk. Pada saat keluar dari rumah Geu Rae melihat sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan seorang anak yang mengenakan hanbok.

Temuan:

Gambar 4.5 menunjukkan penggunaan hanbok (pakaian tradisional) pada masyarakat Korea. Orang Korea masih memakai hanbok, namun hanya terbatas pada hari-hari libur khusus seperti tahun baru, Seollal (tahun baru Korea) dan

Chuseok (hari raya panen) dan pada perayaan keluarga seperti Hwangap, yaitu

peringatan ulang tahun orang tua ke-60.

Pada zaman tiga kerajaan hanbok digunakan sebagai pakaian sehari-hari. Laki-laki memakai jeogori (semacam jas, baji (celana panjang) dan durumagi (mantel luar) dengan topi, ikat pinggang dan sepasang sepatu. Para wanita memakai jeogori (semacam jas pendek) dengan dua pita panjang yang diikat untuk membentuk otgoreum (simpul), rok panjang berpinggang tinggi yang disebut chima, sebuah durumagi, beoseon (kaos kaki katun putih) dan sepatu berbentuk perahu. Hanbok telah diwariskan dengan bentuk yang sama untuk laki-laki dan perempuan selama ratusan tahun dengan sedikit perubahan kecuali pada panjang jeogori dan chima. Pakaian ala Barat mulai dikomersialkan di Korea setelah Perang Korea (1950-1953) dan pada era industrialisasi yang berlangsung cepat di tahun 1960-an dan 1970-an, penggunaan hanbok berkurang dan dianggap kurang tepat sebagai pakaian sehari-hari. Tetapi, akhir-akhir ini, pencinta hanbok berkampanye untuk menghidupkan kembali hanbok dan telah memperbaharui


(32)

Universitas Sumatera Utara

modelnya agar lebih sesuai dalam lingkungan modern (Pelayanan Kebudayaan dan Informasi Korea, 2008: 181).

Berdasarkan adegan di atas, maka nilai-nilai sosial yang ditemukan adalah nilai material, yaitu pakaian tradisional Korea (hanbok).

Adegan ke-5 (Penggunaan Peralatan Kantor)

Gambar 4.6

Adegan penggunaan peralatan kantor muncul di keseluruhan episode, mulai dari episode 1-20. Gambar 4.6 merupakan adegan yang diambil dari episode 3.

Alur Gambar 4.6:

Tim Penjualan 3 memiliki masalah terkait dengan kasus ekspor kain lap serat halus. Kim Dong Shik melewatkan salah satu isi kontrak yang disampaikan secara lisan oleh klien. Tim Penjualan 3 pun berangkat ke pabrik di Ulsan untuk segera menyelesaikan masalah sebelum importir membatalkan kontrak. Jang Geu Rae membantu Oh Sang Sik untuk mencetak dokumen sertifikat daerah dan mengirim sertifikat tersebut melalui faksimili ke agen forwarding (perusahaan yang mengatur pengiriminan untuk orang lain) agar kapal yang dibutuhkan bisa dikirim ke Ulsan.


(33)

Universitas Sumatera Utara

Temuan:

Gambar 4.6 menunjukkan penggunaan peralatan elektronik seperti komputer, printer, mesin foto copy, mesin faksimili dan telepon untuk mendukung produktivitas karyawan di kantor. Ini menggambarkan penerapan teknologi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Korea.

Keunggulan teknologi Korea sangat dikenal dalam industri otomotif dan elektroniknya. Industri elektronik Korea, lewat merek Samsung dan LG, menjadi pesaing produk-produk elektronik buatan Cina, Eropa, Kanada, bahkan Amerika. Keunggulan produk-produk elektronik Korea, Samsung dan LG, telah menguasai dunia, dari telepon seluler, televisi plasma, LCD, sampai semikonduktor.

Saat ini aneka produk teknologi Korea bertebaran, dengan beragam jenis dan kualitas. Sebut saja aneka merek seperti Hyundai, KIA, Samsung dan LG. Korea Selatan saat ini telah mensejajarkan dirinya menjadi negara industri dunia yang sebelumnya dikuasai oleh negara Eropa, Amerika Serikat dan Jepang. Di Asia posisi Korea selatan sebagai negara industri bersaing ketat dengan jepang yang terlebih dauhulu menguasai pasar industri dunia khususnya di bidang industri otomotif dan teknologi.

Keberhasilan negara Korea dalam menguasai pasar teknologi dunia salah satunya didorong oleh pemerintah Korea yang menanamkan doktrin yang tidak bisa ditawar-tawar tentang cinta produk lokal sebagai bagian dari sikap patriot. Apabila mereka menggunakan produk asing mereka merasa malu karena dianggap tidak membantu negara. Inilah yang membuat perusahaan Korea bisa hidup dan terus berkembang karena mereka memiliki pangsa pasar yang luas.

Korea Selatan adalah negara yang sangat hebat dalam nasionalisme konsumennya. Negara ini memiliki merek-merek mobil Hyundai dan Kia yang awalnya punya citra medioker (biasa-biasa saja). Namun karena kekuatan nasionalisme konsumennya, saat ini mereka menjadi merek-merek global yang disegani di seluruh dunia. Apabila diperhatikan lebih teliti pada drama Korea sering memperlihatkan penggunaan mobil di Korea yang tidak jauh dari merek Hyundai dan Kia. Mobil yang lalu-lalang di jalan tak jauh dari merek Hyundai dan Kia. Sangat sedikit mobil-mobil Jepang atau Amerika-Eropa, bahkan


(34)

Universitas Sumatera Utara

masyarakat Korea sangat anti pada mobil Jepang. Begitu juga dengan ponsel, masyarakat Korea terlihat lebih sering menggunakan merek ponsel Samsung dan LG. Mereka bangga membeli dan memiliki merek buatan dalam negeri, tak hanya sebatas mobil dan ponsel, tetapi juga elektronik, tekstil, makanan-minuman, hingga kerajinan.

Adanya sikap anti-Jepang di Korea Selatan bukan tanpa alasan. Bagi Korea, rasisme terhadap Jepang merupakan wujud dari kebanggaan nasional ekstrim mereka dan keinginan mereka agar Jepang mengakui segala kekejamannya ketika menjajah Korea di masa lalu. Sentimen anti-Jepang juga didorong oleh pemerintah untuk tingkat tertentu, karena pemerintah Korea Selatan melarang impor budaya Jepang (yaitu musik, film, komik, acara tv, dan lain sebagainya) sampai akhir tahun 1990-an. Dan tentu saja, ada keluarga yang mengajarkan bentuk rasisme anti-Jepang kepada anak-anak mereka.

Berdasarkan adegan di atas, maka nilai-nilai sosial yang ditemukan adalah nilai vital, yaitu penerapan teknologi dalam kehidupan masyarakat Korea, yang terdiri dari komputer, printer, mesin foto copy, mesin faksimili dan telepon.

Adegan ke-6 (Etika dalam Pertemuan Bisnis)


(35)

Universitas Sumatera Utara

Adegan mengenai etika dalam pertemuan bisnis muncul di 3 episode, yaitu episode 8, 12 dan 16. Gambar 4.7 merupakan adegan yang diambil dari episode 12.

Alur Gambar 4.7:

Tim Baja dan Samjung akan bekerja sama dalam konsorsium batu bara di Meksiko. Tim Baja dan Tim Sumber Daya, yang juga terlibat dalam konsorsium tersebut, mengadakan pertemuan dengan perwakilan dari Samjung di kantor One Internasional. Pada awal pertemuan Jung Hee Seok sebagai Manajer Tim Sumber Daya dan Shin Woo Hyun sebagai Kepala Tim dari Samjung berjabat tangan dan saling memperkenalkan diri. Kemudian keduanya saling bertukar kartu bisnis.

Temuan:

Gambar 4.7 menunjukkan Tim Baja dan Tim Sumber daya berdiri ketika perwakilan dari Samjung memasuki ruangan. Kedua perwakilan dari perusahaan One Internasional dan Samjung saling berjabat tangan dan memperkenalkan diri dan saling bertukar kartu bisnis etika dalam pertemuan bisnis di Korea. Ketika menerima dan memberi kartu nama terlihat keduanya menggunakan tangan kanan dengan tangan kiri menopang tangan kanan. Hal ini menggambarkan etika dalam pertemuan bisnis di Korea.

Di Korea Selatan, salam adalah salah satu hal yang tidak boleh dilewatkan oleh seorang pengusaha. Menurut Chaney dan Martin, dalam pertemuan formal orang Korea akan berdiri untuk menyapa dan berjabat tangan sebagai salam ketika memulai suatu pertemuan. Salam yang biasa antara laki-laki adalah membungkuk disertai dengan jabat tangan. Wanita tidak berjabat tangan sesering pria (Lee, 2012: 189).

Kartu bisnis memainkan peranan penting dalam membangun hubungan di Korea Selatan. Orang Korea menaruh perhatian pada pentingnya pertukaran kartu nama, dengan cara tertentu. Biasanya, setelah berjabat tangan, kartu dipertukarkan saat pertemuan awal. Apabila ekspatriat melakukan pertemuan bisnis di Korea kartu nama harus dibuat dengan dua bahasa dan harus disimpan dalam kotak kartu, bukan di dompet atau saku. Kartu bisnis dipertukarkan saat berdiri. Cara


(36)

Universitas Sumatera Utara

formal memberikan dan menerima kartu bisnis adalah dengan kedua tangan atau tangan kiri ditempatkan di lengan kanan. Orang diharapkan untuk memegang kartu dengan tangan kanan mereka. Apabila seseorang menggunakan tangan kiri ketika menerima atau memberi sesuatu, hal ini dianggap kasar dan merupakan contoh buruk dalam tradisi budaya Korea. Setelah menerima kartu, penerima akan menganggukkan kepala untuk menunjukkan rasa hormat dan terima kasih (De Mente, 2008: 94).

Berdasarkan adegan di atas, maka nilai-nilai sosial yang ditemukan adalah nilai moral, yaitu etika dalam pertemuan bisnis yang terdiri dari saling berjabat tangan sambil memperkenalkan diri, saling bertukar kartu bisnis serta menerima dan memberi kartu nama menggunakan tangan kanan dengan tangan kiri menopang tangan kanan.

Adegan ke-7 (Etika dalam Budaya Minum Sul)

Gambar 4.8

Adegan etika dalam budaya minum sul muncul di 15 episode, yaitu pada episode 2, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 13, 14, 16, 17, 18, 19 dan 20. Gambar 4.8 merupakan adegan yang diambil dari episode 13.

Alur Gambar 4.8:

Tim Penjualan 3 berhasil mendapatkan persetujuan untuk proposal bisnis ekspor mobil bekas Yordania. Setelah selesai bekerja, Oh Sang Shik mengajak


(37)

Universitas Sumatera Utara

anggota timnya makan malam bersama untuk merayakan kesuksesan timnya. Mereka akhirnya makan malam di restoran yang menjual tulang rusuk ayam dan sambil menikmati soju.

Temuan:

Gambar 4.8 menunjukkan Tim Penjualan 3 sedang menikmati makan malam bersama sambil menikmati soju untuk merayakan kesuksesan timnya. Oh Sang Shik menuangkan soju ke gelas Jang Geu Rae dan Dong Shik dan mereka menerima minuman tersebut dengan dua tangan. Ketika Jang Geu Rae dan Dong Shik akan meminum soju tersebut mereka menghadap arah ke samping dan memegang gelas dengan dua tangan. Sementara Manajer Chun meminum soju tersebut dengan tangan kanan memegang gelas dan tangan kiri menopang tangan kanan. Hal ini menggambarkan etika dalam budaya minum sul pada masyarakat Korea.

Budaya minum sul (minuman beralkohol) adalah budaya yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sosial masyarakat Korea. Minum minuman beralkohol juga memainkan peranan penting dalam hubungan interpersonal dan bisnis di Korea. Masyarakat Korea biasanya minum untuk meredakan stres, memberikan kebebasan emosi mereka, dan untuk lebih mengenal satu sama lain.

Hampir semua kelompok sosial yang ada di Korea minum sul bersama untuk menjaga keharmonisan di antara anggota kelompoknya. Budaya minum sul sangat erat kaitannya dengan sistem kolektivisme yang terdapat dalam masyarakat Korea. Para pekerja di Korea menganggap penting sul karena dengan saling tawar menawari sul mereka dapat menunjukkan rasa kasih sayang mereka kepada rekan kerjanya yang sudah mereka anggap sebagai anggota keluarganya. Ini dikarenakan adanya anggapan di Korea bahwa suatu perusahaan itu sama saja dengan keluarga besar dengan para karyawannya sebagai anggota keluarganya (Choi, 2007: 26).

Soju adalah salah satu sul atau minuman beralkohol yang sering

dikonsumsi oleh masyarakat Korea. Soju terbuat dari nuruk (ragi) yang difermentasi, beras dan air. Sul ini dibuat oleh Kublai Khan, cucu dari Genghis


(38)

Universitas Sumatera Utara

Khan, saat ia mempersiapkan invasi ke Jepang di Andong. Andong adalah daerah yang terkenal dengan kualitas airnya yang bagus sehingga membuat soju dari daerah ini memiliki kualitas yang baik. Soju adalah barang komoditi bernilai tinggi pada masa lalu. Berdasarkan catatan sejarah, pada zaman dahulu soju digunakan untuk tujuan pengobatan (Jong, 1997: 228).

Pada zaman dahulu, soju dibuat dengan cara difermentasi dan disuling, tetapi soju yang beredar di Korea saat ini, sebagian besar dibuat dengan cara menambahkan air pada alkohol murni karena sangat sulit memproduksi soju dengan difermentasi dan disuling dalam jumlah besar. Kadar alkohol dalam soju adalah 20 – 35%. Soju yang paling terkenal dan paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat Korea pada saat ini adalah soju yang diproduksi oleh perusahaan Jillo yang bermerk ’Chamiseul (참이슬)’, dan soju yang diproduksi oleh perusahaan Lotte yang bermerk ’Choeum Chorom (처음처럼).’

Pada gambar 4.8 menunjukkan Oh Sang Shik menuangkan soju ke gelas Jang Geu Rae dan Dong Shik. Lalu kemudian mereka menerima minuman tersebut dengan dua tangan. sebelum akan meminum soju tersebut Jang Geu Rae dan Dong Shik memiringkan badan arah ke samping dan memegang gelas dengan dua tangan, lalu kemudian meminumnya. Ketika seseorang dengan status yang lebih tinggi menuangkan minuman pada junior atau orang yang lebih rendah statusnya maka penerima harus menerima minuman dengan dua tangan atau memegang gelas dengan tangan kanan dan tangan kiri memegang lengan kanan bawah. Saat di hadapan orang yang status sosialnya lebih tinggi, meminum minuman dengan posisi berhadapan dianggap tidak sopan. Orang tersebut harus memiringkan badan dan kepala ke samping ketika akan menikmati minuman yang sudah dituangkan (Vegdahl dan Hur, 2005: 159).

Berdasarkan adegan di atas, maka nilai-nilai sosial yang ditemukan adalah nilai moral, yaitu etika dalam budaya minum sul, yang terdiri dari menerima minuman dari orang yang posisinya lebih tinggi dengan dua tangan, memegang gelas dengan dua tangan atau dengan tangan kanan memegang gelas dan tangan kiri menopang tangan kanan serta memiringkan badan ke arah samping ketika minum di hadapan orang yang posisi atau statusnya lebih tinggi.


(39)

Universitas Sumatera Utara Adegan ke-8 (Budaya Chol/Membungkuk)

Gambar 4.9

Adegan budaya chol atau membungkuk muncul di keseluruhan episode mulai dari episode 1-20. Gambar 4.8 merupakan adegan yang diambil dari episode 4.

Alur Gambar 4.9:

Seluruh karyawan magang mengadakan presentasi di depan direktur eksekutif dan seluruh kepala departemen One Internasional sebagai tim penilai. Wawancara presentasi ini merupakan tahap yang menentukan karyawan magang akan diangkat menjadi karyawan tetap atau tidak. Suk Yool dan Geu Rae adalah pasangan terakhir yang mengadakan presentasi. Moderator memanggil nama Suk Yool dan Geu Rae untuk memulai presentasinya. Sebelum memulai presentasinya Suk Yool dan Geu Rae terlebih dahulu membungkuk memberi salam pada direktur eksekutif dan seluruh kepala departemen.

Temuan:

Gambar 4.9 menunjukkan sebelum Jang Geu Rae dan Han Suk Yool memulai presentasinya mereka membungkuk dalam (membungkuk 90 derajat) kepada tim penilai yang merupakan atasan mereka di One Internasional. Ini menggambarkan sikap rasa hormat seorang bawahan kepada atasannya.

Sikap hormat berdasarkan usia dan senioritas masih menjadi bagian penting dari budaya Korea dan mempengaruhi bagaimana seseorang membungkuk kepada orang lain. Chol atau membungkuk, yang merupakan elemen kunci dalam etiket masyarakat Korea sejak zaman dulu, masih menjadi bagian penting dari sikap saat ini. Di masyarakat Korea sendiri, mereka masih


(40)

Universitas Sumatera Utara

memperhatikan cara membungkuk yang tepat. Semakin dalam seseorang membungkuk, semakin menunjukkan rasa hormat, rasa bersalah, atau rasa terima kasih. Umumnya, atasan hanya akan sedikit menganggukkan kepala untuk membalas sapaan bawahannya ketika membungkuk. Jika seorang bawahan menginginkan sesuatu atau berada dalam kesulitan, mereka akan membungkuk semakin dalam dan menahannya sedikit lama. Aturan penting lain dalam etika membungkuk adalah orang dengan status atau posisi yang lebih rendah diharapkan harus membungkuk terlebih dahulu (De Mente, 2008: 52).

Di Asia, Jepang merupakan salah satu negara yang memiliki kebiasaan membungkuk dalam memberi salam. Budaya membungkuk di Jepang (Ojigi) biasanya dilakukan dengan posisi punggung lurus. Ketika menyapa satu sama lain, berterima kasih maupun mengucapkan salam perpisahan biasanya masyarakat Jepang akan membungkuk berulang kali, sementara di Korea seseorang hanya akan membungkuk satu kali saja (http://infomory.com). Orang Jepang terus berbalas-balasan membungkuk karena dianggap tidak sopan jika seseorang tidak membalas tradisi membungkuk orang Jepang. Sering kali ketika orang Jepang memberi salam dengan membungkuk, mereka akan memulainya dengan bungkukan yang paling dalam kemudian disusul dengan bungkukan yang rendah hingga yang terkecil. Hal ini mereka lakukan karena mereka melihat orang yang ada di depannya membungkuk juga, sehingga dia berpikir bahwa dia harus membungkuk lagi untuk membalas orang tersebut. Kemudian orang yang di depannya juga berpikiran sama, sehingga mereka akan membungkuk lagi dan lagi. Berdasarkan adegan di atas, maka nilai-nilai sosial yang ditemukan adalah nilai moral, yaitu membungkuk dalam (90 derajat) pada orang yang posisi atau statusnya lebih tinggi.

4.2.2 Analisis Penyifatan

Analisis penyifatan menggambarkan frekuensi seberapa sering karakterisasi objek tertentu dirujuk yang secara tidak langsung juga mengandung nilai-nilai sosial pada masyarakat Korea.


(41)

Universitas Sumatera Utara Adegan ke-9 (Penggunaan Honorifik terhadap Atasan)

Gambar 4.10

Adegan penggunaan honorifik terhadap atasan muncul di keseluruhan episode mulai dari episode 1-20. Gambar 4.10 merupakan adegan yang diambil dari episode 10.

Alur Gambar 4.10:

Asisten Manajer Ha bekerja lembur di kantor dan menyelesaikan proyek yang ditugaskan padanya setelah tengah malam. Dia sedikit khawatir pada Young Yi karena Young Yi belum pulang ke kantor sejak dia menyuruh Young Yi ke Pyeongtaek untuk memastikan bahwa pupuk di penyimpanan Seobu Chemical dikirim ke pelabuhan Incheon besok pagi. Dia akhirnya menelepon Young Yi dengan telepon kantor. Han Suk Yool mengangkat telepon seluler milik Ahn

Young Yi dan melihat tulisan ‘Ha Sung Joon Sunbaenim’ di layar telepon

genggam Young Yi. Suk Yool menunjukkan ke Young Yi bahwa ada telepon dari Pak Ha dan membantu Ahn Young Yi untuk menjawab telepon dari Manajer Ha dengan mendekatkan telepon tersebut ke telinga Ahn Young Yi. Ahn Young yang

saat itu sedang mengemudi dengan segera menjawab telepon dan berkata “Ya Daerinim?.”


(42)

Universitas Sumatera Utara

Temuan:

Pada gambar 4.10 ditunjukkan Ahn Young menggunakan bahasa formal-honorifik pada atasannya yang terlihat dari tulisan di telepon seluernya, yaitu Ha Sung Joon Sunbaenim dan saat dia menjawab telepon dengan “Ya Daerinim?” Ini menggambarkan bentuk rasa hormat Ahn Young sebagai bawahan terhadap mitra tuturnya Asisten Manajer Ha yang merupakan atasannya. Kata ‘Ha Sung Joon Sunbaenim’ (Senior Ha Sung Joon yang terhormat) dan kalimat ‘Ya Daerinim’ (Asisten Manajer yang terhormat) sama-sama terdapat suffix nim yang menekankan rasa hormat Ahn Young Yi terhadap Ha Sung Joon sebagai senior dan juga asisten manajer di Timnya.

Melalui adegan tersebut dapat dilihat bahwa di dalam bahasa Korea, seorang penutur harus menentukan posisinya terlebih dahulu terhadap posisi mitra tuturnya dan juga tidak boleh melanggar kesantunan berbahasa. Bentuk penghormatan terhadap mitra tutur diberikan dengan mempertimbangkan situasi percakapan (formal atau nonformal), usia, jabatan, posisi sosial, dan hubungan antara penutur dan mitra tutur.

Masyarakat Korea didasarkan pada sistem hirarki sosial Konfusianime, di mana orang Korea perlu mengetahui posisi atau status orang lain untuk menentukan bagaimana berhubungan dengan dia, apakah dalam hal penghormatan yang diberikan atau bahasa untuk digunakan dalam berkomunikasi. Perusahaan Korea merupakan bagian dari sistem sosial dan identitas individu terikat dengan posisi yang mereka pegang dalam organisasi tertentu. Oleh sebab itu, mengetahui posisi seseorang dalam sebuah perusahaan Korea sangat diperlukan agar bisa menyesuaikan sikap dan bahasa ketika berinteraksi. Orang-orang yang berada di usia empat puluhan dan yang lebih tua lebih sensitif terhadap posisi dan hirarki. Ketika menyebut atau menyapa seseorang dengan status yang lebih tinggi, orang dengan posisi lebih rendah harus menambahkan honorifik nim pada akhir jabatan atau posisi sosial mitra tuturnya. Hal ini menunjukkan rasa hormat pada seseorang dengan status yang lebih tinggi (Vegdahl dan Hur, 2005: 202).


(43)

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan adegan di atas, maka nilai-nilai sosial yang ditemukan adalah nilai moral, yaitu penggunaan bahasa formal-honorifik pada orang yang posisinya lebih tinggi.

Adegan ke- 10 (Etika dalam Menyambut Tamu di Kantor)

Gambar 4.11

Adegan etika dalam menyambut tamu di kantor muncul di 2 episode, yaitu episode 15 dan 18. Gambar 4.11 merupakan adegan yang diambil dari episode 15.

Alur Gambar 4.11:

Jang Baek Ki menemui seniornya yang memiliki layanan bisnis penyewaan. Baek Ki berkunjung ke kantor seniornya bersama dengan Jang Geu Rae. Pada saat mereka sampai di kantor Senior Jang Baek Ki dengan ramah menyambut kedatangan mereka dan menanyakan kabar Baek Ki. Senior Baek Ki menyuruh sekretarisnya membawakan teh untuk tamunya dan mengajak Baek Ki dan Geu Rae ke ruangan pertemuan untuk berbincang-bincang. Baek Ki menjelaskan maksud kedatangannya bahwa dia mendapatkan tugas dari perusahannya untuk menjual sesuatu. Di saat sedang menjelaskan tugas apa yang sedang diterimanya, sekretaris dari perusahaan masuk ke dalam ruangan dan menyajikan teh kepada mereka.


(44)

Universitas Sumatera Utara

Temuan:

Gambar 4.11 menunjukkan senior Jang Baek Ki menyambut kedatangannya dan Jang Geu Rae ke kantor. Senior Baek Ki meminta sekretaris kantor untuk menyajikan teh hijau untuk tamunya, tanpa menanyakan sebelumnya minuman apa yang diinginkan oleh tamunya. Hal tersebut menggambarkan budaya minum teh hijau dan kebiasaan orang Korea dalam menyambut tamu yang berkunjung ke kantor.

Setiap kali tamu mengunjungi kantor seseorang, tamu akan disajikan minuman. Tamu biasanya tidak ditanya terlebih dahulu minuman apa yang dia inginkan, namun juga tidak sopan apabila menolak apa yang sudah ditawarkan. Tamu tidak akan selalu ditanya jenis minuman yang dia inginkan atau apakah lebih suka kopi atau teh hijau. Sekretaris di Korea terbiasa mempersiapkan sesuatu untuk tamu ketika ada tamu yang berkunjung ke kantor (De Mente, 2008: 212).

Dulunya, teh hijau ditawarkan kepada dewa-dewa (melalui ritual minum teh) serta tamu sebagai tanda hormat dan sukacita orang yang menyajikan teh. Sarjana Konfusius menggunakan teh sebagai cara untuk mengembangkan disiplin mental dan disiplin diri. Bahkan pada zaman dahulu, dikatakan bahwa "secangkir teh adalah awal dari Zen." Jadi, ketika seorang biksu mengatakan "minum teh sebelum Anda pergi" itu berarti "minum teh dan capailah pencerahan pada dirimu sendiri," karena upacara minum teh hijau dianggap oleh para biksu sebagai ukuran pendisiplinan untuk memurnikan pikiran. Rakyat jelata juga percaya bahwa teh hijau membantu meringankan kesepian dan menenangkan jiwa yang sakit. Dengan memberikan kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari, teh hijau dianggap membantu menemukan kebenaran hidup (Choi dan Lim, 2007: 109).

Berdasarkan adegan di atas, maka nilai-nilai sosial yang ditemukan adalah nilai vital, yaitu aktivitas minum teh hijau dan nilai moral, yaitu etika dalam menyambut tamu di kantor, yang terdiri dari menyajikan teh hijau kepada tamu yang berkunjung.


(45)

Universitas Sumatera Utara 4.2.3 Analisis Pernyataan

Analisis Pernyataan menggambarkan frekuensi seberapa sering objek tertentu dikarakteristikkan secara khusus.

Adegan ke-11 (Pentingnya Menjaga Kibun Atasan)

Gambar 4.12

Adegan pentingnya menjaga kibun atasan muncul di 4 episode, yaitu pada episode 5, 9, 10 dan 20. Gambar 4.12 merupakan adegan yang diambil dari episode 10.

Alur Gambar 4.12:

Pada saat bekerja, Asisten Manajer Sung memanggil Han Suk Yool untuk menemuinya. Asisten Manajer Sung menganggap Suk Yool sudah bertindak kasar sebagai junior karena dia tidak memberi salam pada Asisten Manajer Sung sejak pagi. Dia menganggap Han Suk Yool tidak tahu posisinya, yang merupakan junior dan bawahannya.

Dialog:


(46)

Universitas Sumatera Utara

Seok Yool, aku bisa menerima ketidakmampuan. Tapi aku tidak bisa mentolerir sikapmu terhadap atasan dan tidak tahu di mana posisimu. Kamu tahu, hari ini, kamu tidak memberi salam padaku, tidak sekalipun.

Temuan:

Dialog pada gambar 4.12 menunjukkan Han Suk Yool tidak menyapa Asisten Manajer Sung sepanjang hari. Hal ini membuat Asisten Manajer Sung merasa tersinggung karena Han Suk Yool tidak menghormatinya sebagai senior. Gambar tersebut menunjukkan Han Suk Yool telah merusak kibun atasannya. Di dalam hubungan interpersonal masyarakat Korea hal ini menggambarkan pentingnya seorang bawahan untuk tidak merusak kibun atasannya.

Kibun berhubungan dengan suasana hati, perasaan dan keadaan pikiran. Menyakiti kibun seseorang berarti menyakiti harga dirinya, menyebabkan hilangnya harga diri dan membuatnya kehilangan muka. Crane (dalam Shim, Kim dan Martin, 2008: 77) mendefinisikan kibun sebagai kepribadian “seseorang”: Keadaan perasaan batin seseorang, martabat, kesadaran untuk diakui secara pribadi, penghormatan yang ia terima dari rekan-semua faktor ini menentukan moral, wajah, atau harga diri, pada dasarnya kondisi pikiran seseorang, dinyatakan

dalam bahasa Korea sebagai “ kibun.”

Hubungan interpersonal orang Korea menjalankan prinsip keharmonisan sosial. Mempertahankan suasana yang damai atau atmosfir yang nyaman lebih penting daripada mencapai tujuan secara langsung atau mengungkapkan kebenaran secara mutlak. orang Korea percaya bahwa ketika seseorang mencapai sesuatu, namun ternyata menyebabkan ketidaknyamanan terhadap individu lain sama halnya dengan tidak menyelesaikan apa-apa. Apabila hubungan tidak harmonis, maka akan sulit untuk bekerja mencapai tujuan apapun.

Kibun memasuki setiap aspek kehidupan orang Korea. Mengetahui

bagaimana untuk menilai keadaan kibun orang lain, bagaimana untuk menghindari menyakiti hati orang tersebut, dan menjaga kibun diri sendiri merupakan keterampilan penting. Orang Korea tampaknya cukup sensitif dan emosional. Tindakan tidak menghormati kibun seseorang cenderung terjadi ketika seorang


(47)

Universitas Sumatera Utara

individu mengecewakan atau mengganggu atasannya. Misalnya, orang dengan status atau posisi lebih tinggi akan merasa kibun-nya dirusak ketika orang yang lebih muda atau lebih rendah statusnya tidak menunjukkan rasa hormat yang tepat, yaitu dengan tidak membungkuk dengan segera saat bertemu atau berpapasan, tidak menggunakan kata-kata honorifik, menghubungi atasan dalam waktu yang kurang pantas, atau bahkan lebih buruk, memberikan sesuatu kepada atasan dengan tangan kiri (Vegdahl dan Hur, 2005: 34).

Karena penekanan Konfusius pada harmoni dan hirarki dalam hubungan, seorang individu harus selalu mengungkapkan rasa hormat dan perhatian pada

kibun orang lain, kelompok maupun situasi tertentu. Di Korea, yang merupakan

negara dengan struktur masyarakat hierarkis, kepekaan ini yang sangat penting, terutama berkaitan dengan orang-orang yang statusnya lebih tinggi. Orang dengan status lebih tinggi sering tidak mempertimbangkan perasaan orang-orang dari status yang lebih rendah. Namun kemudian seorang bawahan harus selalu mempertimbangkan perasaan atasannya. Bagi orang Korea, kibun adalah ketika "batin dan lingkungan yang damai dipertahankan” (Shim, dkk, 2008: 78). Dengan mampu menjaga kibun seseorang berarti dia mampu berkomunikasi secara efektif dengan menunjukkan saling pengertian.

Hal ini menggambarkan bahwa kibun berarti menghormati orang lain dan menghindari tindakan yang bisa menyebabkan orang lain kehilangan muka atau kecewa. Konsep kibun bertujuan untuk menjaga keharmonisan sosial. Dalam tradisi rakyat Korea Selatan, keharmonisan dalam hubungan personal menjadi kekuatan yang dominan dalam kehidupan mereka. Fakta dan logika terkadang dikesampingkan. Persahabatan dan pertemanan dalam hubungan sosial merupakan suatu hal yang sangat berharga bagi warga Korea Selatan. Memberikan rasa nyaman dan bahagia bagi teman atau orang di sekitar menjadi kebutuhan utama.

Berdasarkan adegan di atas, maka nilai-nilai sosial yang ditemukan adalah nilai moral, yaitu menghormati kibun orang yang status atau posisinya lebih tinggi.


(48)

Universitas Sumatera Utara Adegan ke-12 (Budaya Menyelamatkan Muka/Chemyun)

Gambar 4.13

Adegan budaya menyelamatkan wajah atau chemyun muncul di 3 episode, yaitu episode 2, 5 dan 15. Gambar 4.13 merupakan adegan yang diambil dari episode 15.

Alur Gambar 4.13:

Baek-ki keluar untuk minum dengan Lee Sang Hyun, yang sebelumnya pernah bekerja sebagai karyawan magang di One Internasional. Jang Baek Ki bercerita tentang Jang Geu Rae yang mendapatkan persetujuan atas proposal bisnis yang diajukan. Lee Sang Hyun masih belum menerima kenyataan bahwa Jang Geu Rae diangkat sebagai karyawan, meskipun hanya sebatas karyawan kontrak. Dia merasa lebih pantas untuk diterima sebagai karyawan karena dia memiliki pendidikan yang tinggi dan juga kuliah di luar negeri. Sementara Jang Geu Rae hanyalah lulusan SMA. Meskipun saat ini Lee Sang Hyun sudah bekerja di perusahaan lain, namun dia harus bekerja di konglomerat (perusahaan besar) untuk tetap menjaga posisinya.

Dialog:

Lee Sang Hyun : Ibuku mengeluarkan banyak uang untuk membiayai lesku! Dia bekerja sangat keras! Ini adalah diskriminasi terbalik. Seharusnya aku juga menikmati hidupku. Aku tak pernah tidur sebelum tengah malam. Sepanjang sekolah. Aku pergi ke


(1)

ABSTRACT

The title of this research is Social Values in Serial Drama Misaeng (A Content

Analysis of Social Values in Korean Serial Drama Misaeng). The purposes of this

research are to find out the scenes that contain social values and to find out the

social values of Korean from the serial drama. Serial Drama Misaeng consists of

20 episodes, but researcher only analyzed 12 scenes taken from 10 episodes. These 12 scenes were selected by researcher because they are able to show the real depiction of social values in Korea. The theories were based on communications, mass communication, content analysis, social values, confucianism in Korean society and Korean drama. The method used is a qualitative content analysis research method with constructivism paradigm. The data analysis technique used is semantic content analysis. The results showed that the social values that exist in Korean society is still heavily influenced by Confucianism. Although the Confucianism is no longer dominates, but in some aspects Confucianism still affects the lives of the Korean people, especially in social and cultural fields. Confucianism also has an effect on social relationships and etiquette of Korean society.


(2)

x

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah ... 1

1.2 Fokus Masalah ... 6

1.3 Pembatasan Masalah ... 6

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Kajian ... 8

2.1.1 Paradigma Konstruktivisme ... 8

2.2 Kajian Pustaka 2.2.1 Komunikasi ... 12

2.2.2 Komunikasi Massa ... 14

2.2.3 Analisis Isi ... 18

2.2.4 Nilai-nilai Sosial ... 26

2.2.5 Konfusianisme pada Masyarakat Korea ... 29

2.2.6 Drama Korea ... 31

2.3 Model Teoritik ... 34

BAB II METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 36

3.2 Objek Penelitian ... 37

3.3 Subjek Penelitian ... 37

3.4 Kerangka Analisis ... 37

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 38

3.6 Teknik Analisis Data ... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Umum Serial Drama Misaeng ... 40

4.1.1 Profil Serial Drama Misaeng ... 40

4.1.2 Sinopsis Singkat Serial Drama Misaeng ... 48

4.2 Penyajian Data dan Analisis Data 4.2.1 Analisis Penunjukan ... 50


(3)

4.2.3 Analisis Pernyataan ... 75 4.3 Pembahasan ... 80 BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ... 85 5.2 Saran ... 86 DAFTAR REFERENSI


(4)

xii

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman


(5)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

4.1 Poster Promosi Drama Misaeng ... 40

4.2 Adegan ke-1 ... 51

4.3 Adegan ke-2 ... 54

4.4 Adegan ke-3 ... 57

4.5 Adegan ke-4 ... 60

4.6 Adegan ke-5 ... 62

4.7 Adegan ke-6 ... 64

4.8 Adegan ke-7 ... 66

4.9 Adegan ke-8 ... 69

4.10 Adegan ke-9 ... 71

4.11 Adegan ke-10 ... 73

4.12 Adegan ke-11 ... 75


(6)

xiv

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN 1. Biodata Peneliti