WHAT SHOULD OUR RELATIONSHIP BE WITH THE PRIVATE SECTOR?

9. WHAT SHOULD OUR RELATIONSHIP BE WITH THE PRIVATE SECTOR?

Pertanyaan mengenai sejauh mana peranan sektor swasta (industri) di dalam kerangka pengembangan e-government kerap menjadi pertanyaan luas di kalangan para praktisi. Dalam melaksanakan proyek e-government, pemerintah tidak dapat bekerja sendiri – mereka harus didukung dengan partisipasi swasta yang notabene memiliki domain pengetahuan di bidang teknologi informasi yang dipergunakan dalam e-government dan akses lebih baik ke sektor keuangan dan pembiayaan.

Pemerintah dalam kaitan ini harus menganggap dan memperlakukan perusahaan- perusahaan pada sektor swasta sebagai mitra kerja (partner) khususnya dalam membangun konsep e-government. Keberadaan sektor swasta tidak lagi sekedar sumber dimana pemerintah dapat memperoleh pemasukan dari pajak yang mereka bayar, tetapi telah menjadi sebuah tempat dimana dapat ditemukan para pakar, tenaga ahli, profesional, dan sumber daya penting lainnya. Pengalaman luas mereka dalam menciptakan produk dan memberikan pelayanan yang terbaik bagi pelanggannya merupakan harta yang sangat berharga bagi pemerintah untuk dipelajari. Dengan kata lain, jangan hanya memandang sektor swasta hanya Pemerintah dalam kaitan ini harus menganggap dan memperlakukan perusahaan- perusahaan pada sektor swasta sebagai mitra kerja (partner) khususnya dalam membangun konsep e-government. Keberadaan sektor swasta tidak lagi sekedar sumber dimana pemerintah dapat memperoleh pemasukan dari pajak yang mereka bayar, tetapi telah menjadi sebuah tempat dimana dapat ditemukan para pakar, tenaga ahli, profesional, dan sumber daya penting lainnya. Pengalaman luas mereka dalam menciptakan produk dan memberikan pelayanan yang terbaik bagi pelanggannya merupakan harta yang sangat berharga bagi pemerintah untuk dipelajari. Dengan kata lain, jangan hanya memandang sektor swasta hanya

Memang disadari bahwa untuk dapat menjalin kemitraan yang efektif antara pemerintah dan sektor swasta perlu dicari format berdasarkan shared value yang cocok bagi kedua belah pihak. Apapun bentuk kerangka kerjasama yang dilakukan, semua pasti berangkat dari anggapan atau pemahaman bahwa baik pemerintah maupun sektor swasta membutuhkan “return on investment”-nya masing-masing dalam pengertian yang luas (atau kerap diistilahkan sebagai win-win solution). Jika visi dan misi dari pemerintah terkait langsung dengan usaha untuk meningkatkan peran pelayanannya kepada masyarakat (public services), sementara sektor swasta adalah untuk mencari keuntungan komersial, maka kerangka kemitraan yang perlu dibangun harus dapat memenuhi kedua obyektif tersebut. Misalnya adalah dengan cara pengerjaan proyek e-government dipercayakan kepada sebuah perusahaan tertentu dimana yang bersangkutan selama proyek berlangsung harus melakukan transfer of knowledge kepada pihak pemerintahan yang kelak akan menjalankan aplikasi e-government yang dibangun, sehingga pemerintah dapat meningkatkan kualitas pelayanannya kepada masyarakat.

Dalam setiap kesempatan, hampir pasti skenario berikut akan terjadi. Perusahaan berusaha menjual produk dan jasa komersialnya kepada pemerintah terkait dengan pengembangan teknologi informasi untuk keperluan e-government. Sementara dilain pihak pemerintah perlu mencari cara untuk dapat “menjual” pelayanan melalui

mereka senang menggunakannya. Jika masing-masing pihak yang bermitra – beserta stakeholder yang terkait – memahami benar masing-masing posisi tersebut, maka untuk mencari bentuk kerjasama yang tepat akan menjadi lebih mudah. Sektor swasta harus memberikan semacam “jaminan” atau “kiat-kiat” atau “strategi” atau “metodologi” agar produk dan jasanya nanti akan dengan mudah berhasil dipergunakan oleh masyarakat, sementara pemerintah harus memberikan pula jaminan bahwa kewajiban komersial yang harus menjadi hak sektor swasta (seperti kejelasan sumber dana, ketepatan termin pembayaran, dan lain-lain) sesuai dengan kontrak yang ada dapat dilaksanakan dengan baik.

Cara lain yang dapat dipergunakan pula sebagai pemula dalam usaha menjalin kemitraan strategis adalah dengan memahami kekuatan yang dimiliki oleh masing- masing pihak. Hal ini perlu untuk dilakukan karena dalam berbagai konteks atau inisiatif, kekuatan yang dimiliki oleh masing-masing pihak dapat berbeda-beda. Dengan mengetahui kekuatan (dan tentu saja kelemahan) dari setiap pihak maka dengan jelas dapat ditemukan kerangka kerja sama yang tepat karena biasanya Cara lain yang dapat dipergunakan pula sebagai pemula dalam usaha menjalin kemitraan strategis adalah dengan memahami kekuatan yang dimiliki oleh masing- masing pihak. Hal ini perlu untuk dilakukan karena dalam berbagai konteks atau inisiatif, kekuatan yang dimiliki oleh masing-masing pihak dapat berbeda-beda. Dengan mengetahui kekuatan (dan tentu saja kelemahan) dari setiap pihak maka dengan jelas dapat ditemukan kerangka kerja sama yang tepat karena biasanya