DASAR TEORI

4.2. Pengaruh Variasi Jumlah Siklus Termal Terhadap Karakteristik Mekanik Komposit HDPE-Sampah Organik

Penelitian ini selain untuk mengetahui pengaruh variasi temperatur siklus termal juga untuk mengetahui pengaruh variasi jumlah siklus terhadap karakteristik mekanik komposit HDPE–sampah organik. Variasi siklus yang digunakan adalah 100 kali, 150 kali, 200 kali dan 250 kali dengan temperatur yang tetap yaitu 60 °C, sedangkan pengujian yang dilakukan sama dengan variasi temperatur yaitu pengukuran densitas, uji bending, uji impact, uji geser tekan dan pengamatan struktur spesimen dengan foto SEM.

4.2.1. Pengukuran Densitas Komposit HDPE-Sampah organik

Pengukuran densitas komposit dilakukan setelah perlakuan siklus termal. Hasil pengukuran densitas ditampilkan pada gambar 4.7.

Gambar 4.7. Penurunan nilai densitas komposit HDPE-sampah organik setelah dikenai siklus termal

Gambar 4.7 di atas dapat dilihat bahwa nilai untuk densitas komposit penurunannya sangat kecil bahkan bisa dikatakan cenderung tetap. Meskipun nilai untuk densitas cenderung tetap tetapi ikatan yang terjadi antar muka material penyusun komposit telah rusak. Fakta ini bisa dilihat pada gambar 4.10. Penurunan nilai densitas yang sangat kecil ini disebabkan karena massa dari komposit mengalami penurunan akibat kadar air di dalam komposit yang turun setelah komposit dikenai siklus termal. Fakta ini bisa dilihat pada gambar 4.8. Pada gambar 4.8 terlihat perubahan warna dari komposit sebelum dan sesudah dikenai siklus termal. Komposit sebelum dikenai siklus termal memiliki warna yang lebih gelap, sedangkan komposit yang telah dikenai siklus termal warnanya lebih terang dan terlihat lebih kering.

Jumlah Siklus

(a.)

(b.) Gambar 4.8. Perubahan warna komposit : (a.) sebelum dikenai siklus termal; (b)

setelah dikenai siklus termal

4.2.2. Pengaruh Variasi Jumlah Siklus Termal Terhadap Kekuatan Bending

Hasil pengujian bending komposit HDPE-sampah organik ditampilkan pada gambar 4.9 di bawah ini.

Jumlah Siklus

Temperatur = 60 °C Temperatur = 60 °C

Penurunan kekuatan bending dari variasi siklus 100 kali sampai variasi siklus 250 kali mencapai 29,38 %. Penurunan kekuatan bending yang sangat signifikan terjadi pada siklus 250 kali yaitu sebesar 20,96 %, hal ini disebabkan karena pada siklus 250 kali ikatan antar muka yang terjadi semakin melemah (debonding) dan mulai terlepas sehingga menyebabkan terjadinya pori yang merupakan awal dari terbentuknya retakan (initial crack) menyebabkan ketahanan untuk menahan daya lengkung berkurang. Fakta ini dapat dilihat pada gambar

4.10 yang merupakan gambar penampang patah bending yang diamati menggunakan foto SEM. Pernyataan ini ini juga dikuatkan dengan penilitian Papanicolaou G.C., dkk (2009) yang mengkaji tentang pengaruh perlakuan panas kejut (thermal shock) dengan variasi jumlah siklus 6, 12, 24, 36 dan 48 kali, hasil penelitiannya menunjukan perlakuan thermal shock menyebabkan kegagalan debonding pada matrik karena pengaruh thermal fatique, sedangkan untuk variasi jumlah siklus ditemukan adanya kerusakan micro crack yang meningkat pesat dengan bertambahnya jumlah siklus.

(a.)

(b.) Gambar 4.10. Pengamatan SEM (a.) sebelum dikenai variasi siklus termal; (b.)

setelah dikenai variasi siklus termal

4.2.3. Pengaruh Variasi Jumlah Siklus Termal Terhadap Kekuatan Geser Tekan

Hasil pengujian geser tekan komposit HDPE-sampah organik dengan variasi jumlah siklus termal dapat dilihat pada gambar 4.11.

Ikatan antar muka

Ikatan antar muka yang melemah (debonding)

Pori

5.1. Kesimpulan

a. Peningkatan suhu siklus dari 60-110 °C akan merusak ikatan antara material organik dan HDPE, berdampak pada penurunan nilai bending sebesar 56,93%, geser tekan 71,75% dan impak 74,33%.

b. Variasi jumlah siklus dengan temperatur di bawah suhu softening mengakibatkan kerusakan ikatan yang lebih rendah dibandingkan suhu di atas softening . Penurunan untuk bending sebesar 29,38%, geser tekan 38,32% dan impak 55,66%.

5.2. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai variasi siklus termal terhadap karakteristik mekanik komposit HDPE-sampah organik, penulis menyarankan :

a. Perlu adanya generator untuk menjaga agar alat bantu siklus yang digunakan tetap hidup jika terjadi padam listrik saat siklus termal sedang berlangsung.

b. Saat proses perlakuan siklus termal, alat bantu siklus harus selalu diawasi

karena penelitian ini menggunakan material yang mudah terbakar.

Dokumen yang terkait

KARAKTERISTIK SARANG DAN KEBERHASILAN BERBIAK KUNTUL BESAR (Egretta alba) DAN CANGAK ABU (Ardea cinerea) DI AREAL BREEDING SITE DESA TANJUNG REJO

0 0 13

ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSET (ROA), EARNING PER SHARE (EPS), RETURN ON EQUITY (ROE) DAN CURRENT RATIO (CR) TERHADAP HARGA SAHAM PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2009-2011

0 1 13

PENGARUH PENGALAMAN, KEAHLIAN, SITUASI AUDIT, ETIKA, GENDER DAN INDEPENDENSI TERHADAP KETEPATAN PEMBERIAN OPINI AUDITOR MELALUI SKEPTISISME PROFESIONAL AUDITOR

1 1 16

PENGARUH MOTIVASI, PERSEPSI, NILAI INTRINSIK, PENGHASILAN, KELEBIHAN DAN KELEMAHAN PROFESI AKUNTAN PAJAK SERTA PERTIMBANGAN PASAR KERJA TERHADAP MINAT MAHASISWA AKUNTANSI UNTUK BERKARIER DI BIDANG PERPAJAKAN

0 0 15

ANALISIS PENGARUH KEPUASAN GAJI, KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP TURNOVER INTENTION DENGAN MEDIASI KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN RUMAH SAKIT ‘AISYIYAH KUDUS

0 1 16

PENGARUH HARGA, KUALITAS PRODUK, DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN KONSUMEN PADA ECO ROSO RESTO DI KUDUS

0 0 14

PENGARUH PERSEPSI KEBERMANFAATAN, PERSEPSI KEMUDAHAN,PERSEPSI KERUMITAN, DAN PERSEPSI KEPUASAN WAJIB PAJAKTERHADAP PENGGUNAAN E-FILLING BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KOTA KUDUS

0 0 16

PENGARUH KEPEMIMPINAN, MOTIVASI, DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN PATI

0 0 14

PENGARUH BUDAYA ORGANISASIONAL, KOMITMEN KERJA, DAN KOMITMEN ORGANISASIONAL TERHADAP KEPUASAN KERJA PEGAWAI PADA RSUD KELET JEPARA

0 3 13

PENGARUH WAKTU PEMAPARAN CUACA (WEATHERING) TERHADAP KARAKTERISTIK MEKANIK KOMPOSIT HDPE – SAMPAH ORGANIK

0 0 49