Kedudukan Uang Dalam Ekonomi Islam

F. Kedudukan Uang Dalam Ekonomi Islam

Modal merupakan faktor penting dalam kegiatan produksi, tanpa adanya modal produsen tidak bisa menghasilkan suatu barang dan jasa. Modal adalah sejumlah kekayaan yang bisa berupa assets ataupun intangible assets ,

yang bisa digunakan untuk menghasilkan kekayaan. 67 Modal dalam fiqih disebut ra’sul mal yang berarti uang dan barang.

Modal merupakan kekayaan yang menghasilkan kekayaan lain. Pemilik modal harus berupaya memproduktifkan modalnya. Ayat yang berhubungan dengan

modal terdapat pada QS. Al-Imron ayat 14 68 :

65 Muhammad amin suma 227-228 66 Vinna Sri yuniarti 84

67 Qory Stevany Oki, “Pengertian modal dalam ekonomi Islam”, dalam www.kompasiana.com diunduh pada 28 Januari 2018.

68 Ibid.

Artinya: “ Dijadikan indah pada pandangan manusia kecintaan kepada apa -

apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-bintang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup didunia, dan disisi Allah-lah

tempat kembali yang baik (surga). 69 ” (QS. Al-Imron ayat 14)

Mencintai harta kekayaan dan usaha pengumpukannya kadang kala dengan tujuan membanggakan diri dan berlaku sombong serta angkuh terhadap orang-orang yang lemah dan fakir miskin adalah hal dan kelakukan yang tercela. Namun jika tujuannya untuk menfakahkannya dalam usaha sosial dan kebajikan atau untuk bersilaturahmi bagi kerabat maka hal dan kelakukan yang

demikian itu sangat dipuji dan dianjurkan oleh syari’at. 70 Harta disini merupakan modal bagi kita untuk mencari keuntungan,

namun tidak boleh berlebihan yang menyebabkan lalai terhadap perintah-Nya. Maka jadikanlah sebagai modal untuk kesejahteraan dunia serta akhirat.

Dalam ekonomi Islam, uang merupakan alat tukar dan alat satuan hitung. Tetapi uang bukanlah komoditas yang dapat diperjual belikan layaknya barang dan jasa ekonomi. Karena uang bukan merupakan komoditas, maka uang tidak identik dengan modal dan tidak boleh dianggap sebagai modal.

69 QS. Al-Imron (3): 14 70 Anggota IKAPI, Terjemah singkat tafsir ibnu katsier 2, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2005), h. 26.

Sebagai alat tukar uang tidak boleh diendapkan. Uang harus terus mengalir, bergulir dan berputar dalam masyarakat untuk digunakan dalam kegiatan ekonomi. Karena itu konsep uang dalam ekonomi Islam adalah flow concept

dan bukan stock concept .

Pengertian uang sebagai modal pada gilirannya akan memunculkan ide bunga sebagai harga dari penggunaan uang tersebut. Hal ini tentu saja tidak dapat diterima oleh Islam, karena uang tidak identik dengan modal, sehingga uang tidak boleh diperjual belikan layaknya barang-barang komoditas ekonomi lainnya. Akan tetapi Islam menerima uang sebagai alat tukar maupun sebagai alat satuan hitung untuk mengukur suatu nilai barang dan komoditas ekonomi dalam suatu sistem perekonomian untuk menggantikan sistem perekonomian

barter yang penuh dengan praktek ketidakadilan dan ketidakjujuran. 71

Modal tidak identik dengan uang, karena modal tidak hanya berupa uang namun bisa berupa barang atau assets yang dapat dijadikan sebagai modal. Uang yang diterima sebagai pendapatan adalah flow concept , sedangkan uang yang diterima dalam jangka waktu tertentu adalah stock concept .

Uang dalam ekonomi Islam adalah sesuatu yang bersifat flow concept bukan stock concept . Artinya uang itu harus mengalir, beredar di kalangan masyarakat dalam kehidupan ekonomi. Ekonomi Islam secara jelas telah membedakan antara money dan capital. Dalam Islam, uang adalah public goods/ milik masyarakat, dan oleh karenanya penimbunan uang (atau dibiarkan tidak produktif) berarti mengurangi jumlah uang beredar.

Implikasinya, proses pertukaran dalam perekonomian terhambat. Disamping itu penumpukan uang/harta juga dapat mendorong manusia cenderung pada sifatsifat tidak baik seperti tamak, rakus dan malas beramal (zakat, infak dan sadaqah). Sifat-sifat tidak baik ini juga mempunyai imbas

71 Ahmad mansur, Konsep Uang, h. 156.

yang tidak baik terhadap kelangsungan perekonomian. Oleh karenanya Islam melarang penumpukan/penimbunan harta, memonopoli kekayaan, “ al-kanzu ”

sebagaimana telah disebutkan dalam QS. At Taubah 34-35 berikut:

Artinya: “Hai orang -orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar

dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang- halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka aka n mendapat) siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka

rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.” (QS. At-Taubah (9): 34-35) 72

Uang tidak memiliki harga, tetapi merefleksikan harga semua ba-rang, atau dalam istilah ekonomi klasik dikatakan bahwa uang tidak memeberi kegunaan langsung ( direct utility function ), hanya bila uang itu digunakan untuk memberi barang, maka akan memberi kegunaan. Dalam teori ekonomi

72 QS. At-Taubah (9): 34-35 72 QS. At-Taubah (9): 34-35

Dalam konsep ekonomi Islam, uang adalah uang, bukan capital , dalam konsep ekonomi Islam uang adalah sesuatu yang bersifat flow concept dan merupakan public goods , sedangkan capital bersifat stock concept dan merupakan private goods . Uang yang mengalir adalah public goods , sedangkan yang mengendap merupakan milik seseorang dan menjadi milik pribadi

(private good). 74

Imam al-Ghazali tela h memperingatkan bahwa “Memperdagangkan uang ibarat memenjarakan fungsi uang, jika banyak uang yang diperdagangkan, niscaya tinggal sedikit uang yang dapat berfungsi sebagai uang”. Dengan demikian, uang tidak termasuk dalam fungsi utilitas karena manfaat yang kita dapatkan bukan dari uang itu secara langsung, melainkan dari fungsinya sebagai perantara untuk mengubah sesuatu menjadi barang yang lain. Dampak berubahnya fungsi uang dari sebagai alat tukar dan satuan nilai mejadi komoditi dapat kita rasakan sekarang, yang dikenal dengan teori

“Bubble Gum Economic”. 75

Penelitian Mustafa Edwin Nasution, et al, menyatakan: “Menurut data dari sebuah NGO asal Amerika Serikat, volume transaksi yang terjadi di pasar uang ( currency speculation dan derivative market ) dunia berjumlah US $ 1,5 triliun hanya dalam sehari, sedangkan volume transaksi yang terjadi dalam perdagangan dunia di sektor riil US $ 6 triliun setiap tahun. Dengan empat hari transaksi di pasar uang, nilainya sudah menyamai transaksi di sektor riil selama setahun. Inilah yang kemudian menciptakan satu kondisi perekonomian gelembung ( bubble economic }, suatu kondisi yang melibatkan transaksi keuangan yang besar sekali, namun sesungguhnya tidak ada isinya kare na tidak dilandasi

transaksi riil yang setara. 76 ”

73 Jalaludin, ‘Konsep Uang Menurut Imam Al-Ghozali ‘, Asy-Syari‘ah, (Ikatan Sarjana Nahdhatul Ulama Jawa Barat) Vol. 16, No. 2, Agustus 2014, h. 175-176. 74 Juliana, ‘Uang Dalam Pandangan Islam’, Amwaluna, (Prodi Ilmu Ekonomi dan Keuangan Islam Universitas Pendidikan Indonesia), Vol. 1, No.2, Juli 2017, h. 225. 75 Ibid ., h. 226. 76 Bustaman, Konsep Uang Dan Peranannya Dalam Sistem Perekonomian Islam ( Studi

Atas Pemikiran Muhammad Abdul Mannan) , (Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam Uin Alauddin Makassar 2016)., h. 59-60.

Islam Memandang uang bukanlah suatu komoditas yang dapat diperjualbelikan dengan kelebihan baik secara on the spot maupun tidak. Sesuatu yang penting dari karateristik uang adalah bahwa uang tidak diperlukan untuk dikonsumsi, tidak diperlukan untk dirinya sendiri melainkan dibutuhkan untk membeli barang yang lain sehingga kebutuhan manusia dapat

terpenuhi. 77 Islam juga berpandangan bahwa uang adalah barang khalayak

masyarakat luas ( public good) . Uang bukan barang monopoli seseorang. Jadi semua orang berhak memiliki uang yang berlaku di suatu negara. Sementara modal adalah barang pribadi atau orang per orang. Jika uang sebagai flow concept sementara modal adalah stock concept .

Uang dalam pespektif ekonomi islam adalah alat untuk masyarakat banyak. Bukan monopoli perorangan. Sebagai alat umum, maka masyarakat dapat menggunakannya tanpa ada hambatan dari orang lain. Oleh karena itu, dalam tradisi Islam menumpuk uang sangat dilarang, sebab kegiatan menumpuk uang akan mengganggu orang lain menggunakannya.

Jumlah uang tunai yang diperlukan dalam ekonomi Islam hanya berdasarkan hanya motivasi untuk transaksi dan berjaga-jaga, merupakan fungsi dari tingkat pendapatan. Meningkatnya pendapatan akan meningkatkan permintaan atas uang oleh masyarakat, untuk tingkat pendapatan tertentu uang

yang 78 idle (menganggur) akan dikenakan zakat.

77 Masudul Alam Choundhury, ‘Money in Islam A Study in Islamic Political Economy’, (New York: Routledge, 1997) h. 179.

78 Ibid. .

Ekonomi Islam tidak mengenal konsep Time value of money . Konsep nilai uang yang dimiliki saat ini lebih berharga dibandingkan nilai uang masa yang akan datang. Uang yang dipegang saat ini lebih bernilai karena dapat berinvestasi dan bisa mendapatkan bunga, atau nilai uang yang berubah (cenderung menurun) dengan berjalannya waktu.

Nilai uang akan cenderung menurun karena dampak inflasi, maka perlu adanya kebijakan kebijakan pajak dan pengeluaran pemerintah (kebijakan fiskal), dan kebijakan moneter dalam mengatur jumlah uang yang beredar.

Kritik atas Time Value of money adalah setiap investasi selalu mempunyai kemungkinan untuk mendapat positive, negative, atau no return. Itu sebabnya dalam teori finance, selalu dikenal risk-return relationship. Sedangkan, Economic Value of Time faktor yang menentukan waktu adalah sebagaimana seseorang memanfaatkan waktu itu. Semakin efektif (tepat guna) dan efisien (tepat cara), maka akan semakin tinggi nilai waktunya. Efektif dan efisien akan mendatangkan keuntungan di dunia bagi siapa saja yang melaksanakan. Oleh karena itu, siapa pun pelakunya tanpa memandang suku, agama, dan ras secara

sunnatullah, ia akan mendapatkan keuntungan di dunia. 79 Berikut adalah beberapa pandangan para pakar ekonomi Islam

mengenai uang:

a. Ibnu Taymiah Konsep uang menurut Ibnu Taymiah. Pembahasan tentang uang adalah hal yang paling bermakna karena ia beredar dalam perekonomian. Uang ibarat darah dalam tubuh manusia, jika tekanannya terlalu tinggi atau terlalu rendah akan membahyakan tubuh. Begitu pula dengan uang jika, terlalu banyak akan menyebabkan inflasi, jika terlalu sedikit akan deflasi.

Ibnu Taymiah menjelaskan bahwa uang berfungsi sebagai media pertukaran ( medium of exchange ), pengukur nilai ( unit of value ) dan bersifat

79 Ibid ., h 43.

mengalir ( flow concept ). Uang digunakan untuk membiayai transaksi riil saja, sehingga segala sesuatu yang menghambat dan mengalihkan tujuan dan fungsi uang dilarang. Mengenai kewajiban mencetak uang hanya dengan nilai riil-nya saja ( full bodied money ) ini berarti bahwa pemerintah wajib menjaga nilai uang tersebut.

Secara garis besar ibnu taimiyah menyampaikan lima poin penting. Pertama, perdagangan uang akan memicu inflasi. Kedua, hilangnya kepercayaan orang akan stabilitas nilai uang dan akan mencegah orang melakukan kontrak jangka panjang dan menzalimi golongan masyarakat yang berpenghasilan tetap seperti pegawai. Ketiga, perdagangan domestik akan menurun karena kekhawatiran stabilitas nilai uang. Keempat, perdagangan internasional akan menurun. Kelima, logam berharga akan mengalir keluar dari negara.

b. Al-Maqrizi Konsep uang menurut Al-Maqrizi, berbeda dengan ibnu Taimiyah, al- maqrizi menyatakan bahwa mata uang harus terbuat dari emas dan perak, selain dari itu tidak layak disebut dengan mata uang. Dalam hal pencetkan al-Marqizi sangat menekankan pada kualitas pencetakan mata uang seperti halnya Ibnu Taymiah. Nilai nominal adalah sama dengan nilai yang terkandung dalam mata uang tersebut.

Menurut Al-Maqrizi, baik pada masa sebelum maupun setelah kedatangan Islam, mata uang digunakan oleh umat manusia untukmenentukan berbagai harga barang dan biaya tenaga kerja. Untuk Menurut Al-Maqrizi, baik pada masa sebelum maupun setelah kedatangan Islam, mata uang digunakan oleh umat manusia untukmenentukan berbagai harga barang dan biaya tenaga kerja. Untuk

c. Ibnu Khaldun Ibnu Khaldun memberikan kontribusi dalam teori uang, menurutnya, uang bukan bentuk kekayaan yang nyata, namu hanya sebuah instrumen

memperoleh kekayaan. 80

Konsep uang menurut Ibnu Khaldun, uang tidak perlu mengandung emas dan perak, tetapi emas dan perak menjadi standar nilai uang. Uang yang tidak mengandung emas dan perak merupakan jaminan pemerintah menetapkan nilainya. Karena itu, pemerintah tidak boleh mengubahnya.

Ibnu khaldun selain menyarankan digunakannya uang standar emas atau perak, beliau juga menyarankan konstannya harga emas dan perak. Harga-harga lain boleh berfluktuasi, tetapi tidak untuk harga emas dan perak. Keadaan nilai uang yang tidak berubah, kenaikan harga atau penurunan harga semata-mata ditentukan oleh kekuatan penawaran dan permintaan. Setiap barang akan mempunyai harga keseimbangannya. Bila lebih banyak makanan dari yang diperlukan di suatu kota, harga makanan menjadi murah. Demikian sebaliknya, jika makanan lebih sedikit dari yang diperlukan di suatu kota, maka harganya akan menjadi murah.

d. Al-Ghazali Al Ghazali mengatakan bahwa Allah Swt menjadikan uang dinar dan dirham sebagai hakim dan penengah di antara harta benda lainnya sehingga

80 Cecep Maskanul Hakim, Belajar Mudah Ekonomi Islam, (Bekasi: Shuhuf Media Insani, 2011), h. 216.

harta benda tersebut dapat diukur nilainya dengan uang dinar dan dirham. 81 Menurut nya dalam kitab Ihya Ulumuddin “Memperdagangkan uang ibarat

memenjarakan fungsi uang, jika banyak uang yang diperdagangkan, niscaya tinggal sedikit uang yang dapat berfungsi sebagai uang”.

Menurut Imam Ghazali (1993) dalam kitabnya Ihya Ulumiddin “Kedua-duanya tidak memiliki apa-apa tetapi keduanya berarti segala-

galanya”. Keduanya ibarat cermin, uang tidak memiliki warna namun uang bisa mencerminkan semua warna. Inilah yang dijelaskan oleh Imam Ghazali bahwa emas dan perak hanyalah logam yang di dalam substansinya (zatnya

itu sendiri) tidak ada manfaatnya atau tujuan-tujuaannya. 82 Kitab al- Ihya’ ulumuddin yang karang oleh Imam al-Ghazali

mengatakan bahwa salah satu wujud syukur kita kepada Allah adalah dengan menggunakan segala yang diberikan Allah swt. kepada kita sesuai dengan kehendak-Nya, sehingga menurut beliau segala bentuk penyalahgunaan nikmat dan karunia Allah dianggap sebagai perbuatan yang

tidak mensyukuri nikmat Allah atau kufur nikmat. 83 Selanjutnya dalam kitab Ihya’ Ulumuddin tersebut beliau memberikan

contoh dengan nikmat uang atau dinar dan dirham masa itu. Dalam bahasa al-Ghazali, Allah menjadikan fungsi uang sebagai hakim dan

81 Andi Mardiana, ‘Uang Dalam Ekonomi Islam’, Al-Buhuts, (Gorontalo: IAIN Gorontalo), Vol. 10 Nomor 1, Juni 2014, h. 108. 82 Santi Endriani, ‘Konsep Uang : Ekonomi Islam Vs Ekonomi Konvensional’, Anterior Jurnal, (Palangkaraya: Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya), , Vol. 15, No. 1, Desember 2015., h. 71.

83 Misbahul Munir, Implementasi Integrasi Al-Quran Dan Hadits : Analisis Tematik Terhadap Konsep Uang Dalam Islam Laporan Penelitian, Penelitian Integrasi Sains Dan Islam (PISI), Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, 2015., h.38.

mutawassith/wasith . Sehingga segala penggunaan uang di luar itu dianggap telah kufur nikmat karena telah menggunakan uang tidak sesuai dengan

fungsi yang ditetapkan oleh Allah swt 84 Beberapa pandangan tokoh ekonomi muslim di atas tidak satupun yang

menyatakan fungsi uang selain sebagai alat pertukaran dan satuan hitung. Meskipun, ada perbedaan pandangan mengenai bahan dari pembuatan uang tersebut.

Dalam ekonomi Islam sendiri, fungsi uang yang diakui hanya sebagai alat tukar ( medium of exchange ) dan kesatuan hitung ( unit of account ). Uang itu sendiri tidak memberikan kegunaan/manfaat, akan tetapi fungsi uanglah yang memberikan kegunaan. Uang menjadi berguna jika ditukar dengan benda yang nyata atau jika digunakan untuk membeli jasa. Oleh karena itu uang tidak bisa menjadi komoditi/barang yang dapat

diperdagangkan 85

Seperti yang sudah diuraikan diatas bahwa uang diakui hanya sebagai intermediary form , hanya diakui sebagai medium of exchange dan unit of account tidak lebih dari ini. Artinya fungsi uang hanya sekedar sebagai medium dari barang yang satu berubah menjadi barang yang lain, tidak perlu adanya double coincidence needs . Jadi dalam konsep Islam, uang tidak masuk dalam fungsi utility , karena sebenarnya manfaat yang didapatkan bukan dari uang itu sendiri, tetapi dari fungsi uang.

Saat zaman Rasulullah SAW ada kejadian ketika seorang sahabat membeli seekor hewan kurban dengan harga satu dinar lalu ia menjualnya dengan harga dua dinar, lalu ia membeli lagi hewan kuraban seharga satu

84 Ibid . 85 Ibid ., h.44-47.

dinar lalu yang satu dinar lagi ia sedekahkan lalu Rasulullah SAW mendoakannya, berikut bunyi hadis tersebut:

Artinya: “Telah menceritakan kepada Kami muhamma bin Katsir Al’Abdi, telah mengabarkan kepada kami Sufyan, telah mecerotakan kepadaku Abu Husain, dari seorang syekh dari penduduk Madinah

dari Hakim bin Hizam bahwa rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengutus dengan membawa uang satu dinar agar

ia belikan satu ekor hewan kurban. Kemudian ia membelinya dnegan harga satu dinar, dan ia menjualnya seharga dua dinar, lalu ia kembali dan membeli seekor hewan kurban dengan harga satu dinar. Dan ia datang dengan membawa uang satu dinar kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mensedekahkan uang tersebut dan

mendoakannya agar diberi berkah daam perdagangannya. ” (HR. Abu Daud No. 2938).

Dengan adanya keberadaan uang, hakikat ekonomi dalam perspektif Islam dapat berlangsung dengan lebih baik yaitu terpelihara dan meningkatnya perputaran harta di antara manusia (pelaku ekonomi). Dengan keberadaan uang, aktivitas zakat, infak, sedekah, wakaf, dan lain-lain dapat berjalan dan bersirkulasi dengan lancar. Dengan keberadaan uang juga, Dengan adanya keberadaan uang, hakikat ekonomi dalam perspektif Islam dapat berlangsung dengan lebih baik yaitu terpelihara dan meningkatnya perputaran harta di antara manusia (pelaku ekonomi). Dengan keberadaan uang, aktivitas zakat, infak, sedekah, wakaf, dan lain-lain dapat berjalan dan bersirkulasi dengan lancar. Dengan keberadaan uang juga,

Al- Ghazali mengatakan: “Uang hanya sekedar sarana untuk setiap tujuan, seperti halnya pekerjaan, hanya sebagai perantara untuk sesuatu lain

yang dituju 87 ”.