KONSEP UANG PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
BAB III KONSEP UANG PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM
A. Public Goods Public 104 ( ‘Pablik) dalam kamus Bahasa Inggris berarti umum/rakyat,
sedangkan 105 goods (gudz) memiliki arti barang, public goods berarti barang umum atau barang yang kempemilikannya adalah milik rakyat. Dalam
konteks ini yang dimaksud dengan public goods adalah uang yang dianggap milik masyarakat umum menurut konsep ekonomi Islam.
Public goods merupakan Uang yang dianggap milik masyarakat (money is goods public ). Barang siapa yang menimbun uang atau dibiarkan tidak produktif berarti mengurangi jumlah uang beredar yang dapat mengakibatkan
tidak jalannya perekonomian. 106 Ciri dari public goods adalah barang atau sesuatu tersebut dapat
digunakan oleh masyarakat umum tanpa menghalangi orang lain atau pihak tertentu untuk menggunakannya. Seperti pemanfaatan jalan raya yang dapat
digunakan oleh siapa saja. 107 Akan tetapi masyarakat yang mempunyai kendaraan berpeluang lebih besar dalam pemanfaatan jalan raya tersebut
dibandingkan masyarakat yang tidak memiliki kendaraan.
104 Andreas Halim, Kamus Lengkap 20 millyard, (Surabaya: Sulita Jaya)., h. 242. 105 Ibid., h. 358.
106 Nurlaili, ‘Uang dalam Prespektif Ekonomi ISlam’, Ekonomi dan Bisnis Islam, (Lampung: IAIN Raden Intan), Vol 1, No. 1/Mei 2016, h. 86. 107 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2010), h.89.
Begitu pula dengan uang. Sebagai public goods , uang dimanfaatkan lebih banyak oleh masyarakat yang lebih kaya, hal ini bukan karena simpanan mereka di bank tetapi karena asset mereka, seperti rumah, mobil, saham dan lain sebagainya yang digunakan di sektor produksi, sehingga memberikan peluang yang lebih besar kepada orang tersebut untuk memperoleh lebih banyak uang atau keuntungan. Jadi, semakin tinggi tingkat produksi, akan semakin besar kesempatan untuk dapat memperoleh keuntung dari public goods (uang) tersebut.
Oleh sebab itu, penimbunan dilarang karena menghalangi pihak lain untuk menggunakan public goods tersebut. Jadi, jika dan hanya jika private goods dimanfaatkan pada sektor produksi, maka akan memperoleh
keuntungan. 108 Dengan adanya aktivitas produksi maka akan memberikan peluang
keuntungan yang sangat besar yang akan didapat, karena uang itu berputar bukan hanya dinikmati oleh kalangan kaya saja melainkan orang-orang miskin juga karena ada keterkaitan proses produksi.
Public goods merupakan uang yang dimanfaatkan oleh banyak masyarakat untuk investasi yang digunakan pada 109 sektor riil. Agar uang
tersebut dapat bersirkulasi dan digunakan oleh banyak kalangan, oleh karena
108 Ibid. 109 Ibid.
itu, penimbunan dilarang karena dapat menghalangi orang lain menggunakan public goods 110 tersebut
Public goods dalam konsep uang menurut Islam tercermin dalam sabda Rasulullah SAW, yakni:
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Sa’id] berkata, telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Khairasy bin Hausyab] dari [Mujahid] dari [Ibnu Abbas] ia berkata, “Rasulullah shallalallahu ‘alaihi wasallam brdabda: “K aum muslimin berserikat dalam tiga hal; air, rumput dan api. Dan harganya adalah haram. ” Abu Sa’id berkata,” yang dimaksud adalah air yang mengalir ” (HR.
Abdullah Bin Abas No. 2558) 111
Berkaitan dengan hadis diatas terdapat salah satu prinsip umum ekonomi syariah, yakni bahwa hutan, air, dan segala isinya adalah milik
Allah dan tidak boleh dimiliki secara invidu 112 . Dengan demikian uang juga tidak boleh dimiliki secara invidu, karena uang adalah milik masyarakat. 113
110 Anita Rahmawaty. ‘Uang Dan Kebijakan Moneter Dalam Perspektif Ekonomi islam’, Equilibrium . (Indonesia: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus, Vol. 1, No.2, Desember 2013), h. 192.
111 Muhammad Bani Thohar Al-Muqoddasi Al-Qoisrooni, Hadis Maudhu dan do’if , Abdurrohman Bin Abdul Jabbar Al Fariiwaa’i, dari judul asli Al Hadits mauduu’ah wa ad
do’iifah, (Darus Salaf, 1416). 112 Juhaya S. Pradja, Ekonomi Syariah, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), h. 89.
Dalam konsep ekonomi Islam uang adalah milik masyarakat ( money is public goods ), Jika seseorang sengaja menumpuk uangnya tidak dibelanjakan, sama artinya dengan menghalangi proses atau kelancaran jual beli.
Implikasinya proses pertukaran dalam perekonomian terhambat. 114 Di samping itu penumpukan uang/harta juga dapat mendorong manusia
cenderung pada sifat-sifat tidak baik seperti tamak, rakus dan malas beramal (zakat, infak dan sadaqah). 115
Dampak dari menimbun uang dan harta adalah membuat seseorang yang menimbun tersebut memiliki sifat malas, kerena menganggap dirinya sudah memiliki banyak uang yang akan di gunakan kapanpun utk dirinya sendiri sehingga ia tidak lagi perlu bersusah payah bekerja, orang tersebut juga dan enggan bersedekah karena menganggap uang tersebut ia cari dengan jeri payah nya sendiri dan ingin uang tersebut hanya untuk memenuhi kebutuhannya snediri.
Menimbun uang juga dapat menimbulkan sikap rakus dan tamak yang mana sifat-sifat tidak baik ini juga mempunyai imbas yang tidak baik terhadap kelangsungan perekonomian. Oleh karenanya Islam melarang penumpukan/penimbunan harta, memonopoli kekayaan.
Orang boleh saja memiliki atau menyimpan uang sebanyak yang ia kehendaki. Tetapi dalam Islam dengan persyaratan apapun tidak membolehkan siapapun menundukan dan menindas orang lain dengan mengumpulkan atau menimbun uang lalu meminjamkannya kepada orang
114 Santi Endriani, Konsep Uang : Ekonomi Islam Vs Ekonomi Konvensional., h.73.
115 Takiddin, ‘Uang Dalam Perspektif Ekonomi Islam’, Salam, (Jakarta: UIN Syarif Hifayatullah), h. 209.
lain dengan memungut bunga yang dapat memblokir secara menusuk perekonomian dan produksi, merampas hak-hak ekonmi yang bersifat
menghalangu terciptanya proses kesejahteraan sosial masyarakat. 116 Islam memandang bahwa capital is private goods , sedangkan money is
public goods , uang yang ketika mengalir adalah public goods , artinya Islam memandang modal adalah barang pribadi, sedangkan uang adalah barang umum.
Konsep public goods ini mulai dikenal dalam teori ekonomi pada tahun 1980-an. Baru setelah muncul ekonomi lingkungan, dalam Islam, konsep ini sudah lama dikenal, yaitu ketika Rosulullah mengatakan bahawa:
Artinya: “ Manusia mempunyai hak bersama dalam tiga hal; air, rumput dan api ” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan Ibn Majah).
Dengan demikian, berserikat dalam hal pubic goods bukan merupakan hal yang baru dalam ekonomi Islam, bahkan konsep ini sudah terimplementasi dalam bentuk-bentuk akad yang kita kenal seperti
musyarakah, muzara’ah, musaqah. 117 Islam menganjurkan manusia menggunakan uang dengan menganggap
uang tersebut adalah milik masyarakat, sehingga harus disalurkan dan di gunakan oleh banyak pihak, hal-hal yang dapat dilakukan sebagai bentuk implementasi dari public goods adalah dengan melakukan bentuk-benyuk
116 Mahmud Abu Saud, Garis Besar Ekonomi Islam, diterjemahkan oleh Syed Ahmad Ali, dari judul asli Outlines of Islamic Economic, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), h. 41.
117 Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami, h. 79.
akad seperti musyarakah yakni perkongsian dua pihak atau lebih diaman semua anggota tersebut mengizinkan anggota lainnya untuk menjalankan
modal untuk usaha. 118 Mudhorobah , yakni sejumlah uang yang diberikan keoada seseorang
kepada orang lain untuk modal usaha, apabila mendapat keuntungan maka akan dibagi dua, yakni kepada pemilik modal dan orang yang menjalankan usaha, ada pula qard atau pinjaman uang atau modal kepada pihak tertentu
yang mana pinjamn tersebut digunakan untuk menjalankan bisnis 119 , peminjam wajib mengembalikan uang tersebut sejumlah dengan yang
dipinjamnya. Masih banyak lainnya akad-akad yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
Rasulullah mencontohkan banyak cara untuk umat nya agar uang yang dimiliki seseorang tidak tertimbun dengan tidak produktif, semua hal itu adalah untuk kebaikan umat itu sendiri dan untuk umat lainnya, agar sama- sama dapat merasakan keberadaan uang dan mendapatkan keuntungan dari setiap akad yang dilaukannya, yang mana tujuan dari semua itu adalah untuk kemaslahatan umat terutama lancarnya sirkulasi uang dan meratanya kekayaan, sehingga gap antara orang kaya dan orang miskin dapat teratasi. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai konsep uang, di bawah ini terdapat bagan tentang konsep uang menurut Islam:
118 Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah Kontemporer,(Lampung: STAIN Jurai Siwo, 2014), h. 107.
119 Ibid., h. 144.
Konsep Uang Dalam Islam
Uang
Capital
Flow Concept Stock Concept
Variabel yang menguukur dimensi waktu atau mengalir
Variabel yang mempunyai
suatu kuantitas pada suatu
waktu tertentu
sepanjang waktu
Analogi:
Air yang masuk dan keluar dari kolam air adalah aliran ( flow ), sedangkan air persediaan (stock). Pendapatan ( yang beada dalam kolan tresebut dalam jangka waktu tertantu adalah Income ) adalah flow sedangkan kekayaan
( wealth ) adalah stock.
Gambar 3.1. Bagan konsep uang dalam Islam
Ilustrasi diatas menggambarkan tentang kedua konsep yakni flow concept dan public goods, bahwa konsep private dan public goods masing- masing dapat diilustrasikan dengan mobil dan jalan tol. Mobil adalah private goods (capital) dan jalan tol adalah public good (money). Apabila mobil tersebut menggunakan jalan tol, baru kita dapat menikmati jalan tol. Namun apabila mobil tersebut tidak menggunakan jalan tol, maka kita tidak akan menikmati jalan tol tersebut. Dengan kata lain, jika dan hanya jika uang diinvestasikan dalam proses produksi, maka kita baru akan mendapatkan lebih banyak uang. Sedangkan karena dalam konsep konvensional uang dan capital dapat menjadi private goods, maka bagi mereka jika mobil diparkir di garasi atau digunakan di jalan tol, mereka tetap akan menikmati manfaat dari jalan tol tersebut. Apakah uang diinvestasikan pada proses produksi atau
tidak, mereka tetap harus mendapat lebih banyak uang. 120
Analogi diatas memberi maksud bagaimana seharusnya uang digunakan, yakni bukan hanya untuk dikmati sendiri tapi juga harus memberi manfaat terhadap sesama, seperti menginvestasikannya ke sektor riil.
120 Adiwarman Karim, Ekonomi Makro, h. 80.
Harus ada keseimbangan hubungan hamba kepada Allah SWT dan hubungan hamba denga sesamanya, hal itu terdapat dalam surat An- Nisa’ ayat 36:
Artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempers ekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang ibu- bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan
diri”. (QS. An-Nisa’ ayat 36)
B entuk aktifitas hubungan sesama manusia adalah mu’amalah (aktifitas sosial lebih pada tataran hubungan manusia dengan manusia), Fiqih muamalah dalam Islam bertujuan untuk menciptakan kemaslahatan, kemaslahatan yang dicapai bukan hanya kemaslahatan individual, namun juga
kemaslahatan komunal dan kemaslahatan sosial bersama. 121 Uang adalah benda publik yang sangat penting perannya dalam
perekonomian masyarakat. Karena itu ketika uang ditarik (ditimbun) dari sirkulasinya, maka ia akan kehilangan fungsi pentingnya tersebut.
Praktek menimbun uang dalam Islam disebut dengan istilah kanz al-mal dan dalam istilah ekonomi konvensional disebut dnegan money hoarding atau
121 Imam Mustofa, Fiqih Mua’amalah, h. 7.
kadang-kadang sering disebut dengan hoarding saja, yaitu keinginan seseorang untuk menahan uang tunai. Istilah ini sering dikacaukan denga istilah ihtikar , sebab ihtikar adalah penimbunan barang-barang selain emas dan perak, biasanya berupa kebutuhan pokok masyarakat atau kebutuhan vital lain. Menurut Al-Ghazali larangan ihtkar bersifat mutlak dan terkait dengan dua aspek, yaitu jenis harta yang ditimbun dan waktu penimbunan. Jenis- jennis harta yang haram ditimbun adalah makanan pokok. Sedangkan jenis harta yang lain meskipun dapat dimakan menurutnya masih diperdebatkan ulama. Sedangkan waktu penimbunan yang dilarang menurutnya tidak
terbatas pada keadaan tertentu. 122
Kedua praktek tersebut, yakni ihtikar maupun kanz al-mal sama-sama dilarang oleh nas Al- Qur’an dan hadis. Berikut hadis yang melarang praktik ihtikar :
Artinya: “ Tidak ada yang menimbun kecali orang yangsalah ” (HR. Ibnu Majah, No. 2145) Sedangkan Firman Allah yang melarang penimbunan uang ( kanz al-
mal, money hoarding ) terdapat dalam surat At-Taubah ayat 34:
Artinya: “ Dan barang siapa menimbun emas dan perak serta tidak membelanjakan di jalan Allah, maka berilah kabar kepada mereka
akan siksa yang teramat pedih 123 ” (QS. TA-Taubah (9): 34)
122 Ahmad Dimyati, Teori keuangan, h. 80. 123 QS. At-Taubah (9): 34
Semua orang yang menumpuk harta, tidak mau mengeluarkan hak-hak orang lain yang wajib di keluarkan, baik mereka itu dari golongan pendeta
Yahudi dan Ulama Nasrani ataupun mereka dari golongan Islam. 124 Tidak membelanjakan di jalan Allah adalah tidak mengeluarkan
zakatnya dan tidak dikeluarkan segala hak yang wajib dikeluarkan. Ini berarti, kita boleh mengumpulkan harta jika dari harta itu kita mengeluarkan hak-hak
yang wajib kita keluarkan. 125 Dalam ayat tersebut digunakan istilah za-zahab (emas) dan al-fiddah (perak). Istilah az-zahab dan al-fiddah pada ayat di atas
dipahami sebagai mata uang yang berlaku pada saat ayat tersebut diturunkan. Sehingga larangan penimbunan emas dan perak diartikan sebagai larangan
penimbunan uang. 126 Surat At-Taubah ayat 34-35 menerangkan dalam ayat ini Tuhan
menjelaskan pekerti dan tingkah laku kebanyakan pemimpin agama dalam pergaulan diantara sesama manusia, sehingga para muslim mengetahui hakikat keadaan mereka. Selain itu juga menjelaskan bahwa harta-harta orang
yang kikir akan mendatangkan bencana kepada si pemiliknya. 127 Sangat jelas ancaman bagi orang yang menimbun yaitu akan mendapat
siksa yang pedih. Semua orang diperintah untuk menunaikan hak-hak nya bagi mereka yang menimbun kekayaan, perintah tersebut bukan hanya ditunjukan kepada orang muslim saja melainkan kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani. Diatas pula dijelaskan adanya pembolehan mengumpulkan harta
124 Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqi, Tafsir Al- Qur’anul Majid An-Nur, (Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra, 2000), h. 1659.
125 Ibid. 126 Ibid ., h. 83.
127 Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddiqi, Tafsir Al- Qur’anul, h. 1660-1661.
dengan syarat tetap menunaikan hak-hak dari harta tersebut baik wajib seperti membayar zakat maupun sunnah seperti infak dan bersedekah.
Ancaman menimbun uang disebabkan karena uang atau harta telah dijadikan Allah untuk sarana kehidupan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Menyimpannya tanpa perputaran, penimbunan kebutuhannya tidak sejalan dengan tujuan tersebut.
Bagi pemilik uang yang tidak atau kurang mampu mengelola uangnya, para ulama mengembangkan cara-cara yang direstui oleh al-Quran dan sunnah Nabi, antara lain melalui jual beli, dan akad-akad murabahah, mudlarabah atau musyarakah , seperti yang telah penulis jelaskan sebelumnya.
Cara-cara ini akan mendorong setiap orang yang memiliki banyak uang untuk tidak membiarkan uangnya tersimpan secara tidak produktif. Sekalipun Islam memberikan kebebasan kepada setiap orang dalam menjual, membeli, dan yang menjadi keinginan hatinya (melakukan akad-akad), Islam menentang sifat ananiyah (egois), ketamakan pribadi untuk menumpuk kekayaan atas biaya orang lain dan memperkaya pribadi. Artinya jual-beli dan melakukan akad-akad haruslah didasari untuk saling menguntungkan tanpa
ada sifat egois. 128 Pemahaman manusia terhadap alam dan kehidupan ini akan
berpengaruh terhadap hubungan sosio-ekonomi dalam kehidupan. Masyarakat yang mengingkari kehadiran Allah dalam proses kehidupan,
128 Yusuf Qardhawi, Halal dan Haram Dalam Islam, (Surabaya: PT. Bina Ilmu Surabaya, 2000), h. 356.
mereka hanya akan berorientasi materi, faktor utama yang mendorong mereka hidup ialah materi dan kapital serta berusaha memiliki sebanyak mungkin
materi. 129 Keinginan untuk memiliki sesuatu adalah naluri, naluri-naluri manusia ini harus di salurkan secara nyata melalui cara-cara yang dibenarkan
oleh syariat dan undang-undang. 130 Namun tidak bisa dipungkiri untuk memenuhi kebutuhan sandang,
pangan dan papan serta kebutuhan pendukung lainnya, demi mewujudkan keinginannya tersebut seseorang akan melakukan penimbunan yang merugikan banyak orang, yang akan berdampak sangat buruk bagi perekonomian masyarakat bahkan negara.
Alasan Al-Ghazali melarang menimbun uang adalah karena tindakan tersebut akan menghilangkan fungsi-fungsi yang terdapat dalam uang. Sebagaimana yang di sebut Al-Ghozali tujuan dibuatnya uang adalah agar ia beredar dalam masyarakat sebagai sarana dalam sebuah proses transaksi dan
bukannya untuk dimonopoli oleh segolongan orang tertentu. 131 Uang yang ditimbun oleh sesorang atau segolongan orang akan
berdampak bagi perekonomian. Sebab dengan demikian jumlah uang beredar (JUB) akan berkurang yang berakibat berkurangnya jumlah pendapatan masyarakat. Padahal besar kecilnya pendapatan sangat mempengaruhi tingkat kemampuan menghasilkan produksi. Jika pendapatan rendah maka kemampuan produksi juga rendah. Selain itu dengan sedikitnya JUB
mengakibatkan daya beli masyarakat menurun. 132
129 Ahmad Ibrahim Abu Sin, Manajemen Syariah sebuah kajian historis dan Kontemporer , (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008)., h. 4. 130 Yusuf Qardhawy, Syaikh Muhammad Al-Ghazali yang Saya Kenal, (Jakarta: Robbani Press: 1998)., h. 209. 131 Ibid. 132 Ibid.
Hal tersebut karena JUB tidak seimbang dengan jumlah barang komoditas yang tersedia di masyarakat, sehingga menyebabkan kenaikan harga-harga dalam berbagai komoditas. Bagi produsen ini juga berpengaruh bagi kegiatan produksi yang akan terus merugi akibat minimnya jumlah barang yang terbeli, akibat rendahnya daya beli masyrakat karena tidak memiliki uang sebab uang tertahan oleh pihak tertentu. Produsen yang menurun permintaan barang nya akan merugi, pendapatan berkurang, karyawan akan di berhentikan, akibatnya akan timbul pengangguran dalam jumlah besar. Jika sudah demikian akibatnya sudah dapat diprediksi yaitu menurunnya tingkat perekonomian secara makro.
Dampak buruk dari tindakan menimbun uang juga dapat dilihat dari timbulnya inflasi . Dalam hal ini teori ekonomi menjelaskan bahwa antara jumlah uang beredar dengan stok barang yang tersedia dalam masyarakat maupun pasar mempunyai hubungan yang erat.
Jika jumlah uang beredar melebihi jumlah stok barang yang tersedia, maka akan terjadi inflasi . Sedangkan jika jumlah beredar lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan jumlah barang, maka terjadilah deflasi. Keduanya sama-sama penyakit ekonomi yang harus ditangani dengan serius, sehingga untuk mempertahankan stabilitas harga dan nilai uang secara proporsional harus dipertahankan pula suatu kondisi dimana jumlah uang beredar dengan jumlah stok barang yang ada dipasar selalu seimbang, penjagaan stabilitas harga dapat dibantu oleh pemerintah dan memerlukan peran Bank Indonesia.
Penimbunan uang yang dilakukan oleh para spekulan akan berdampak buruk langsung terhadap berkurangnya jumlah uang beredar. Sebab uang yang tertahan sama saja tidak ada, dalam arti tidak terhitung dalam peredaran, maka terjadilah inflasi.
Suatu tindakan dapat dikategorikan menimbun uang apabila memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Antara lain sebaaimana disebutkan oleh Imam Malik dalam suatu riwayatnya, bahwa yang termasuk dalam kategori penimbunan ( kanz al-Mal ) adalah harta (uang) yang tidak ditunaikan zakatnya. As-Sauri menegaskan bahwa harta yang ditunaikan zakatnya tidak termasuk tindakan menimbun meskipun disimpan di bawah tujuh lapis bumi. Dan harta yang nampak tetapi tidak ditunaikan zakatnya, termasuk tindakan penimbunan. Umar bin Khatab menyatakan bahwa tiap-tiap harta yang ditunaikan zakatnya tidaklah termasuk dalam kategori penimbunan meskipun ditanam dalam perut bumi, dan harta yang tidak ditunaikan zakatnya tergolong dalam tindakan
penimbunan yang kelak akan dikalungkan pada pemiliknya. 133
Penting juga dibedakan antara kanz al-mal dengan istilah menabung ( idkhar, saving ). Perbedaanya terletak pada motif pelakunya. Pelaku penimbunan uang, menyimpanan uang tanpa alasan apapun atau dengan alasan spekulasi, atau dengan alasan untuk pemenuhan kebutuhan dirinya sendiri secara tidak wajar. Sehingga tindakanya akan menganggu stabilitas perekonomian.
Penabung yang mempunyai motif yang sifatnya untuk berjaga-jaga ( precauntionary ) terhadap kebutuhan jangka panjang atau yang tidak terduga. Pada saatnya uang yang ditabung akan kembali digunakan untuk melakukan transaksi secara wajar. Sehingga tindakan ini tidak akan menghentikan roda
ekonomi. 134
133 Ibid., h. 86 134 Ibid..
Uang bukan barang monopoli seseorang. Sehingga semua orang berhak memiliki uang di suatu negara 135 Menurut Ibn Taimiyah: “Uang dalam Islam
adalah sebagai alat tukar dan alat ukur nilai. Melalui uang nilai suatu barang akan diketahui, dan mereka tidak menggunakannya untuk diri sendiri atau dikonsumsi. Hal serupa dikemukakan oleh muridnya (Ibn Qayyim), uang atau keping uang tidak dimaksudkan untuk benda itu sendiri, tetapi dimaksudkan
untuk memperoleh barang- 136 barang”. Merujuk pada surat At-Taubah ayat 34, al-Ghazali mengecam orang
yang menimbun uang. Orang demikian, dikatakannya sebagai penjahat. Yang lebih buruk lagi adalah orang yang melebur dinar dan dirham menjadi perhiasan emas dan perak. Mereka ini dikatakannya sebagai orang yang tidak bersyukur kepada sang pencipta Allah Swt, dan kedudukannya lebih rendah dari orang yang menimbun uang. Menimbun uang berarti menarik uang secara sementara dari peredaran. Sedangkan meleburnya berarti menariknya dari peredaran untuk selamanya. Dalam teori moneter modern, penimbunan uang berarti memperlambat perputaran uang. Ini berarti memperkecil terjadinya transaksi sehingga perekonomian lesu. Adapun peleburan uang, sama saja artinya dengan mengurangi jumlah penawaran uang yang dapat
digunakan untuk melakukan transaksi. 137
135 Mochamad Fadlyliah, Implementasi Uang sebagai Flow Concept dan Public Goods dalam Ekonomi Islam di Indonesia (Studi Atas Pemikiran Ekonomi Islam Adiwarman A Karim)”
Universitas Islam Bandung. h. 6-7
136 Bustaman, Konsep Uang Dan Peranannya Dalam Sistem Perekonomian Islam (Studi Atas Pemikiran Muhammad Abdul Mannan)., h 74.
137 Ibid, h. 48-49.
Al-Ghozali mengecam orang yang menimbun uang ia mengaggap orang yang menimbun uang adalah orang yang tidak bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan, orang yang menimbun uang berati orang tersebut telah menarik uang dai peredaran yang artinya hal itu memperlambat perputaran uang atau flow Concept yang akan dibahas pada sub selanjutnya, hal ini berdampak pada lesu nya perekonomian karena sedikitnya transaksi yang terjadi.
Padahal Uang tidak diciptakan untuk seseorang saja, akan tetapi diciptakan untuk diedarkan agar menjadi perantara (alat tukar) bagi
manusia. 138 Begitulah fungsi uang sebagai medium of change .
B. Flow Concept 139 Flow (Flou) = meluap, melimpah, mengalir. Concept (‘konsept) =
pengertian. 140 Flow concept , konsep dalam KBBI adalah rancangan, ide atau pengertian yang diabstrakan dari peristiwa konkret. 141 Konsep uang berarti
konsep mengalir, dalam hal ini adalah perputaran uang atau aliran uang.
Al-Ghazali berpendapat bahwa orang yang menimbun uang adalah seorang penjahat, karena menimbun uang berarti menahan uang agar tidak mengalir secara sementara dari peredaran. Dalam teori moneter modern, penimbunan uang ( iktinaz ) berarti memperlambat perputaran uang; uang tidak
boleh idle (menganggur), uang harus diproduktifkan dalam bisnis riil. Oleh karena itu al-Ghazali melarang menjadikan uang dinar dan dirham menjadi perhiasan, karena jika dijadikan sebagai perhiasan berarti menarik uang dari
peredaran dan memenjarakan uang. 142
138 Zainudin abdul Malik, ‘Implementasi Uang Sebgaai Flow Concept Dan Public Goods Dalam Ekonomi Islam Di Indonesia (Studi Atas Pemikiran Ekonomi Islam Adiwarman Azwar Karim)’, Prosiding Penelitian Sivitas Akademika (sosialdan Humaniora), Universitas Islam Bandung:Keuangan dan Perbankan Syariah, H. 37.
139 Andreas Halim, Kamus Lengkap, h. 126. 140 Ibid,
h. 75. 141 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 588.
142 Bustaman, Konsep Uang, h. 74.
Orang yang menimbun dan menahan uang dari peredaran adalah orang yang berbuat jahat, sebab ia memenjarakan fungsi uang, yang seharusnya mengalir dan berputar dalam masyarakat untuk bertransaksi dalam kegiatan produksi dan lain sebagainya malah tertahan, menjadikan tersendatnya aktifitas ekonomi.
Dalam ekonomi Islam sifat uang adalah itu mengalir dan berputar dengan cepat tanpa ada hambatan. 143 Semakin cepat perputaran uang akan
semakin baik. Seperti pada aliran air masuk dan aliran air keluar. Sewaktu air mengalir, disebut dengan uang, sedangkan apabila air tersebut mengendap, maka disebut dengan capital /modal. Wadah tempat mengendapnya ialah private goods , sedangkan air adalah public goods . Uang seperti air apabila dialirkan maka air (uang) tersebut akan bersih dan sehat bagi ekonomi. Namun sebaliknya jika air itu dibiarkan menggenang dalam suatu tempat
(menimbun uang), maka air tersebut akan kotor. 144
Analogi yang dibuat oleh Adiwarman Karim sangat tepat untuk mengibaratkan uang sebagai sesuatu yang harus terus mengalir, jika uang mengendap dan tertahan pada pihak tertentu maka akan tesendat pula uang yang ada di masyarakat sebab jumlah uang menjadi sedikit. Berkaitan pula dengan Prinsip dasar ditribusi, bahwa “ Distribusi komoditas dan kekayaan adalah bebas, tetapi bukan berarti bebas kontrol atau berputar pada
sebagian kelompok 145 ” Dalam Islam, uang adalah flow concept sedangkan capital adalah stock
concept. Semakin cepat perputaran uang, maka semakin baik. Uang yang berputar untuk produksi akan dapat menimbulkan kemakmuran ekonomi dan kesehatan masyarakat. Sementara itu, jika uang ditahan (menimbun uang),
maka dapat menyebabkan macetnya roda perekonomian sehingga dapat menimbulkan krisis ekonomi. Untuk itu, uang perlu digunakan untuk
143 Ibid. 144 Ibid ., h.154.
145 Juhaya S. Praja, Ekonomi Syariah, h. 90.
investasi di sektor riil. Jika uang hanya disimpan, maka bukan saja tidak mendapatkan 146 return , tetapi juga dikenakan zakat.
Kesehatan ekonomi masyarakat dapat diukur dari seberapa besar aktifitas produksi dan tingkat investasi dalam sektor riil di suatu masyarakat, karena semakin banyak aktifitas produksi dan investasi sektor riil dalam masyarakat mengindikasikan lancarnya uang yang beredar. Namun, jika uang ditahan akan menyebabkan terjadinya krisis ekonomi.
Dalam pembahsan kali ini penulis tidak lagi membahas mengenai stock concpet maupun private goods , melainkan penulis berfokus pada Public goods dan flow concept , mengingat stock concept dan private goods adalah konsep uang dalam ekonomi konvensional.
Menurut Fisher semakin cepat perputaran uang maka semakin besar income yang diperoleh, itu artinya uang adalah flow concept , ia juga mengatakan bahwa sama sekali tidak ada korelasi antara kebutuhan memegang uang dengan tingkat suku bunga, konsep yang dikemukakan Fisher ini hampir sama dengan konsep yang ada dalam ekonomi Islam, bahwa
uang adalah 147 flow concept bukan stock concept . Fisher adalah salah satu tokoh ekonomi konvensional yang sama
pandangannya mengenai konsep uang Ekonomi Islam, ia menyatakan bahwa uang adalah flow concept , dimana semakin cepat perputaran uang maka semakin besar income yang akan diperoleh, perputaran uang identik dengan hubungan manusia dengan manusia (mu’amalah), dalam Islam ada hukum
146 Anita Rahmawaty, ‘Uang Dan Kebijakan Moneter Dalam Perspektif Ekonomi islam’, Equilibrium , (Indonesia: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Kudus), Vol. 1, No.2, Desember 2013., h. 192.
147 Adiwarman A. Karim, Ekonomi makro Islami, h. 78.
yang mengatur tentang hubungan sesama manusia atau transaksi antar manusia yang berkaitan dengan harta 148 , sehingga hubungan manusia antara
manusia tersebut mengakibatkan transaksi dimana transaksi itu melibatkan uang sebagai media nya.
Irving fisher dari kelompok flow concept menyatakan bahwa besarnya tingkat pendapatan masyarakat dapat diukur oleh tingkat kecepatan peredaran
aliran uang. 149 Uang harus selalu dimanfaatkan atau diinvestasikan ke sektor riil dan
berputar dalam perekonomian. Semakin cepat uang berputar dalam perekonomian, akan semakin tinggi tingkat pendapatan masyarakat dan akan
semakin baik perekonomian 150 Di samping itu, uang yang disimpan tidak dimanfaatkan di sektor
produktif ( idle asset ) jumlahnya akan semakin berkurang karena adanya kewajiban zakat bagi umat Islam. Oleh karena itu, uang harus berputar ( Money as flow concept ). Islam sangat menganjurkan bisnis atau perdagangan, investasi di sektor riil. Uang yang berputar untuk produksi akan
dapat menimbulkan kemakmuran dan kesejahtraan ekonomi masyarakat. 151
Konsep ini menujukkan hal yang sama dengan Islam bahwa uang adalah flow concept . Fisher mengungkapkan hal yang sama dengan Islam
mengenai uang, yaitu uang bukanlah 152 stock concept .
148 Imam Mustofa.,
Fiqih Mua’malah Kontemporer., h. 6.
Ahmad Dimyati, Teori Keuangan Islam, (yogyakarta: UII Pree, 2008)., h. 13. 150 Mochamad Fadlyliah h. 11. 151 Ibid , h. 13. 152 Iqbal, ‘Konsep Uang Dalam Islam’, Jurnal Ekonomi Islam Al-Infaq, (Bogor: Program
Studi Ekonomi Islam FAI-UIKA), Vol. 3 No. 2, September 2012, h. 306
Ketika uang itu diputar atau dialirkan dalam sector riel maka pada saat itu uang menjadi public goods yang kemudian berhenti menjadi kepemilikan seseorang ( stock concept ), yang pada akhirnya uang itu menjadi milik pribadi
( 153 private goods ). Dengan adanya uang maka dapat dilakukan proses jual beli hasil
produksi. Dengan uang, hasil penjualannya itu ia dapat membeli barang- barang keperluannya. Jika dengan sengaja orang menumpuk uangnya atau tidak dibelanjakan berarti uang tersebut tidak beredar. Hal ini sama artinya dengan menghalangi proses atau kelancaran jual beli produk-produk di
pasaran. Sedangkan proses jual beli tidak dapat dipisahkan dengan uang. 154
Dalam ajaran Islam, uang harus diputar terus sehingga dapat mendatangkan keuntungan yang lebih besar. Untuk itu uang perlu digunakan untuk investasi di sektor riil. Jika uang disimpan tidak diinvestasikan kepada sektor riil, maka tidak akan mendatangkan apa-apa. Penyimpanan uang yang telah mencapai nishab dan haul-nya, menurut ajaran Islam, akan dikenai
zakat. 155 Sebagaimana hadis dibawah ini yang meyatakan uang harus berputar:
Artinya: “telah menceritakan kepadaku dari Malik dari Yahya bin Sa’id, bahwa dia membelikan benda yang berharga untuk anak-anak saudara laki-lakinya yang yatim dan berada dalam asuhannya. Lalu
153 Ibid ., h. 307. 154 Bustaman, Konsep Uang Dan Peranannya., h. 73.
155 Ibid, h. 75.
harta tersebut dijual hingga mendapatkan uang yang sangat banyak ” (HR. Malik No. 524).
Ekonomi Islam menjelaskan bahwa uang adalah flow concept , bukan stock concept . Sebagai konsekwensi uang adalah flow concept , maka ia harus diputar dalam usaha riil untuk menghasilkan sebuah return . Ini berbeda dengan konsep uang sebagai stock concept , yang mana ia bisa bertambah dengan sendirinya terlepas apakah digunakan dalam usaha riil atau tidak.
Karena uang dan aset keuangan selain dalam sistem keaungan Islam harus secara langsung berhubungan dengan dunia riil, maka uang dalam Islam adalah M=Y, di mana M adalah uang beredar dan Y=adalah output sebagai tanda dari perekonomian. Meminjam persamaan teori kuantitas uang Fisher: M . V = P . T, T kemudian diganti dengan Y. Uang dengan kecepatan perputarannya ( velocity ) adalah sama dengan harga dikalikan transaksi perekonomian. Maka M yang terlalu banyak dibanding T hanya akan membuat P tinggi begitu sebaliknya. Hal ini dalam Islam tidak menjadi masalah ketika kejadian M lebih banyak atau lebih kurang dihasilkan oleh sistem yang adil. Maka dalam suatu riwayat, Rasulullah menolak mengintervensi harga yang pada saat ini terjadi kenaikan. Namun demikian, apabila hal tersebut terjadi dikarenakan oleh ketidak-adilan sistem maka
tentunya Islam tidak 156 menginginkannya.
Anjuran untuk menafkahkan harta sebagaimana disebutkan di dalam al- Qur’an memiliki peran penting untuk memperkuat pondasi keimanan umat Islam, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Anfal ayat 72 dan surat Al-Hujurat ayat 15:
156 Khoirul Umam, ‘Perilaku Permintaan Uang Islam: Antara Otentisitas dan Inovasi’, Universitas Darussalam Gontor, Islamic Economics Journal , Vol. 1, No. 1, Juni 2015, h. 28-29.
Artinya:“ Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta
berjihad dengan harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada Muhajirin), mereka itu satu sama lain saling melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikitpun bagimu melindungi mereka, sampai mereka berhijrah. (Tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah terikat perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan ” (QS. Al-Anfal: 72)
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah
mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar ”(QS. Al-Hujurat ayat 15)
Menafkahkan harta dapat dilaksanakan dalam bentuk hibah (pemberian) maupun sedekah. Apabila bentuk tersebut terasa berat untuk dilaksanakan, maka dapat dilakukan melalui peminjaman (hutang) dengan tanpa memungut kelebihan atau beban dari nilai pokok, yang dipinjamkan
kepada pihak yang membutuhkan. 157
157 Abdul Ghofur , ‘Konsep Riba Dalam Al-Qur’an’, Economica, Vol. VI, Edisi , 1, Mei 2016, h. 12.
Dapat diambil suatu kesimpulan bahwa Public goods adalah barang milik masyarakat dan flow concept adalah rancangan yang mengalir, dimana dalam konteks ini uang merupakan milik masyarakat yang tidak boleh dimiliki secara sepihak atau ditimbun secara tidak produktif oleh suatu pihak, uang juga harus mengalir dan lancar perputarannya, tidak dibolehkan uang tersebut mengendap dan tertahan di satu titik.
Kembali penulis tegaskan, tolok ukur kesejahteraan perekonomian suatu masyarakat adalah dengan melihat seberapa banyak aktivitas ekonomi di dalam nya dan seberapa cepat perputaran uang dalam masyarakat tersebut. Ada kolerasi antara perputaran uang, aktivitas ekonomi dengan kesejahteraan ekonomi suatu masyarakat.
Mengingat aktivitas ekonomi ada tiga, yaitu produksi, distribusi dan konsumsi. Jika dalam masyarakt terdapat banyak produsen yang menciptakan berbagai barang dan jasa, maka akan semakin terpenuhi kebutuhan para konsumen, hal itu mengakibatkan adanya pertemuan antara produsen dan konsumen melalui perantara distributor, dalam hubungan ini konsumen (Pembeli) dan produsen (penjual) serta distributor (pedagang tangan kedua/agen) bertemu dan melakukan transaksi, dengan alasan si pembeli melakukan pembelian barang/jasa untuk memenuhi kebutuhannya, sedangkan penjual membutuhkan pembeli untuk mengubah barang/jasa nya menjadi uang untuk membeli bahan baku untuk memproduksi barang-barang nya dan keuntungan yang didapat dari penjualan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sandang dan pangannya.
Aktivitas ini menimbulkan transaksi yang mana media pertukarannya ( medium of change ) adalah uang. Semakin banyak transaksi yang dilakukan maka semakin cepat pula perputaran uang yang terjadi karena percepatan perpindahan uang dari tangan satu ke tangan yang lain, dengan seperti ini uang akan di gunakan oleh berbagai pihak utnuk kebuthannya masing- masing. Demikian korelasi antara kesejahteraan ekonomi dengan aktivitas ekonomi dalam kaitannya flow concept.
Orang yang menganggap uang sebagai milik pribadi ( Private goods ) sesungguhnya ia telah salah dalam memanfaatkan dan menjaga uang nya, dengan ia mengendapkan uang nya maka uang itu tidak menghasilkan keuntungan namun akan terus berkurang untuk berbagai kebutuhannya dan pengeluaran zakat jika uang tersebut telah mencapai haulnya.
Meskipun uang tersebut dialokasikan ke Bank sebagai simpanan tabungan atau simpanan deposito, memang benar uang itu akan menghasilkan keuntungan yang disebut bunga, namun uang tersebut tidak dirasakan oleh masyarakat sebagaimana peran dari Public goods itu sendiri. Karena hakikat dari perputaran uang di masyarakat agar uang tersebut dapat berputar dan dirasakan oleh semua pihak. Itulah mengapa uang harus diinvestasikan dalam sektor riil.
Uang yang tidak produktif akan berpengaruh terhadap perekonomian mayarakat, menimbulkan kerusakan sistem baik dalam kegiatan jual beli, produksi dan lain sebagainya, larangan menimbun uang dan menahan uang dari peredaran bukan hanya dikemukakan oleh tokoh-tokoh ekonomi Islam Uang yang tidak produktif akan berpengaruh terhadap perekonomian mayarakat, menimbulkan kerusakan sistem baik dalam kegiatan jual beli, produksi dan lain sebagainya, larangan menimbun uang dan menahan uang dari peredaran bukan hanya dikemukakan oleh tokoh-tokoh ekonomi Islam
Tokoh-tokoh ekonomi Islam mengemukakan pendapat-pendapatnya selaras dengan firman Allah, salah satu nya adalah firman Allah QS. At- Taubah (9) ayat 34-35:
Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang- halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka aka n mendapat) siksa yang pedih. Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka:
“Ini lah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang k amu simpan itu” . (QS.
At-Taubah [9] ayat 34-35)
Jauh sebelum tokoh Ekonomi konvensional mengemukakan bahwa uang adalah Private goods dan stock concept , Al- Qur’an sudah mengatur, dan Rasulullah SAW sudah mengetahui dan memprediksi situasi dan pola perputaran uang, sehingga adanya perintah untuk berkongsi, bermu ’alamah dengan akad-akad, berzakat, sedekah dan lain sebagainya.