xliii Khusus. Istilah-istilah tersebut berkaitan dengan Jabatan Notaris
dan pertanggungjawabannya. Pejabat Sementara Notaris, Notaris Pengganti dan Notaris
Pengganti Khusus pada intinya mempunyai kewenangan yang sama dengan Notaris sebagaimana disebut dalam Pasal 15
UUJN dan kewajiban sebagaimana tercantum dalam Pasal 16 UUJN dan larangan sebagaimana tersebut dalam Pasal 17
UUJN. Pejabat Sementara Notaris dan Notaris Pengganti
melaksanakan kewenangan Notaris serta Notaris Pengganti Khusus Pasal 33 ayat 2 UUJN. Batas kewenangan Notaris,
Pejabat Sementara Notaris, Notaris Pengganti dan Notaris Pengganti Khusus berbeda. Batas kewenangan Pejabat
Sementara Notaris dan Notaris Pengganti berakhir ketika batas yang tercantum dalam surat keputusannya telah habis, dan
Notaris Pengganti Khusus berakhir ketika akta yang wajib dibuatnya sesuai surat keputusannya selesai dibuat.
III. Organisasi Notaris
Menurut ketentuan umum Pasal 1 UUJN, Organisasi Notaris
adalah organisasi profesi jabatan Notaris yang berbentuk perkumpulan yang berbadan hukum. Organisasi Notaris Republik
Indonesia yang ada pada dan hingga saat ini, yaitu pendirinya INI
xliv Ikatan Notaris Indonesia sebagai satu-satunya wadah bagi
Organisasi Notaris di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Organisasi Notaris menetapkan dan menegakkan Kode Etik Notaris Pasal 83 ayat 1 UUJN yang didalam Kongres Luar Biasa
Ikatan Notaris Indonesia tanggal 26 Januari 2005 di Bandung telah berhasil untuk merubah Anggaran Dasar dan Peraturan Kode Etik
sesuai dengan UUJN. Didalam Pasal 82 ayat 1 dan 2 UUJN tentang Organisasi
Notaris mengatur : 1. Notaris berhimpun dalam satu wadah Organisasi Notaris;
2. Ketentuan mengenai tujuan, tugas, wewenang, tata kerja, dan susunan Organisasi ditetapkan dalam Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga. Notaris dalam menjalankan profesinya harus memiliki
perilaku profesional dan ikut serta dalam pembangunan Nasional khususnya di bidang hukum. Didalam Pasal 1 ayat 2 Kode Etik
Notaris, Notaris menjalankan jabatannya mempunyai unsur-unsur perilaku profesional sebagai berikut :
- Pertama
, perilaku profesional harus menunjuk pada keahlian yang didukung oleh pengetahuan dan pengalaman tinggi.
- Kedua
, harus mempunyai integritas social, dalam arti segala pertimbangan moral harus melandasi pelaksanaan tugas-tugas
xlv profesionalnya. Sesuatu yang bertentangan dengan yang baik harus
dihindarkan walaupun dengan melakukannya, ia akan memperoleh imbalan jasa yang tinggi.
- Ketiga
, harus jujur, tidak saja pada Pihak Kedua atau Pihak Ketiga, tetapi juga pada dirinya sendiri.
- Keempat
, kehalian tenaga professional Notaris dapat dimanfaatkan sebagai upaya mendapatkan uang, namun dalam melaksanakan
tugas profesionalnya ia tidak boleh semata-mata didorong oleh pertimbangan uang.
- Kelima
, ia harus memegang teguh Kode Etik Notaris. Memegang teguh Kode Etik profesi sangat erat hubungannya dengan
pelaksanaan tugas profesi dengan baik, karena dalam Kode Etik Profesi itulah ditentukan segala perilaku yang harus dimiliki oleh
seorang Notaris.
IV. Tinjauan Umum tentang Majelis Pengawas