Potensi Spirulina platensis sebagai Imunostimulan pada Ikan Patin (Pangasius djambal Bleeker)

POTENSl Spirulinaplatensis SEBAGAI IMUNOSTIMULAN
PADA IKAN PATIN (Pangasius djambal Bleeker)

OLEH:
JUNITA

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

ABSTRAK
JUNITA. Potensi Spirulina platensis Sebagai Imunostimulan pada Ikan Patin
(Pangusius djarnbal Bleeker). Dibimbing oleh DARNAS DANA, FACHRIYAN
H. PASARlBU dan HAMBALI SUPRIYADl
Penelitian dilakukan untuk mengetahui dosis dan waktu pemberian
Spirulina platensis yang dapat meningkatkan kekebalan ikan clan melihat
efektifitas Spirulina platensis terhadap serangan bakteri patogen. Ikan patin
dengan berat 12-14 gram diberi Spirulina platensis melalui pakan dengan dosis
0%, 2%, 4% clan 6% serta LPS 0.06% sebagai kontrol positif dengan pemberian
secara kontinyu dan diskontinyu. Penelitian dilakukan dengan rancangan acak
lengkap pola faktorial (RAL 2 x 5 ~ 3 ) Pemberian dosis secara kontinyu dilakukan
setiap hari selama ernpat minggu, sedstngkan untuk pemberian dosis diskontinyu

diberikan dengan interval waktu selang satu minggu selama ernpat minggu.
Efektifitas proteksi imunogenik dilakukan dengan uji tantang pada hari ke-29
dengan penyuntikan patogen aktif A.hydrophila Parameter yang diamati meliputi
total leukosit, jenis leukosit, indeks fagositik, nilai hematokrit dan tingkat
kelangsungan hidup ikan uji. Pengamatan dilakukan pa& hari ke-O,7, 14,21,28,
36, dan 43.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa total leukosit, jenis leukosit
(limfosit, monosit dan netrofil) dan indeks fagositik mengalami peningkatan
selama pemberian Spirulinu platensis dan L P S ; ha1 ini menujukkan bahwa
Spirulina platensis merupakan
imunostimulan yang dapat meningkatkan
kekebalan ikan. Peningkatan kekebalan ikan yang diberi imunostimulan secara
diskontinyu lebih tinggi dibandingkan pemberian secara kontinyu pada dosis yang
sama. Peningkatan kekebalan ikan patin yang tertinggi dari perlakuan Spirulina
platensis diperoleh pada pemberian 4% secara diskontinyu dengan rataan total
leukosit berkisar antara 22866 - 30908 sel/mm3, limfosit antara 15092 - 21738
sel/mm3, monosit antara 876 - 2068 sel/mm3, netrofil antara 854 -1987 sel/mm3 ,
nilai indeks fagositik antara 5.67 - 10.67% clan tingkat kelangsungan hidup
sebesar 76.6%. Narnun, tingkat kekebalan ikan denpemberian Spirulina
platensis 4% secara diskontinyu ini lebih rendah dibandingkan tingkat kekebalan

ikan yang diberi LPS 0.06% secara diskontinyu yang mencapai tingkat
kelangsungan hidup 83.3% setelah dilakukan uji tantang dengan A.bdrophila.
Rataan kadar hematokrit ikan selarna perlakuan berkisar antara 30.33 - 33.33%;
ha1 ini menunjukkan bahwa pemberian Spzrulina platensis tidak mempengaruhi
status kesehatan ikan sehingga aman digunakan sebagai imunostimulan.

SURAT PERNYATAAN

Dengin ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul

P O T E N S I Spirulina pidensis S E B A G A I IMUNOSTIMULAN P A D A
IKAN PATIN (Pangmius djambaf Bleeker)
Adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah
dipublikasikan. Semua sumber data dan informasi yang digunakan telah
dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

JUNITA

NRP


: 99451

P O T E N S I Spirulina platensis S E B A G A I IMUNOSTIMULAN
PADA I K A N PATIN (Pangasius djnmbal Bleeker)

JUNITA

Tesis
Sebagai salab satu syarat memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Perairan

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002

Judul Tesis

: Potensi Spirulmaplaten.~~~
sebagai ImunostimuIan


.( pada Ikan Patln (Pangas~usdjambal Bleeker)

Nama Mahasls~va

: Junita

NRP

:

99451

Program Studi

:

Ilmu Perairan (ACR)

Menyetujui

1 . Komisi Pembimbing

[Dr.Ir. Darnas Dana. M.Sc)
Ketua

(Drs. .Hambali Supriyadi, M. Sc)

(Dr.Drh. Fachriyan H.Pasaribu)

hggota

--

2

Mengetahui

Ketua Program Studi
Ilmu Perairan


IDr.Ir.KusmanSumawidiaia M.Sc

Tanggal lulus : 8 Februari 2002

)

Jua

:

Potensi Spirulina platemis sebagai Imunostimulan
pada Ikan Patin (Pungusius djambal Sleeker)

Nar

:

Junita

Non


:

99451

pro^

:

Ilmu Perairan (AIR)

Menyetujui
1 . Komisi Pembimbing

(Dr.Ir. Darnas Dana. M.Sc]
Ketua

rs.d a l i Suurivadi. M. Sc)
Anggota


Mengetahui

2.

Kei
Ilm

(Dr.Ir.KusmanSumawidjaja, M.Sc)

Tanggal lulus : 8 Februari 2002

a hhnuwoto, M.Sc)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sumatera Barat, pada tanggal 1 Juni 1974 dari ayah
H. Mhd. Zen Tuangku Nan Janiah dan ibu Nursyaida. Penulis adalah anak kedua
dari empat bersaudara. Pendidikan sarjana ditempuh pada Jurusan Budidaya
Fakultas Perikanan Universitas Abulyatama di Aceh clan memperoleh gelar
sarjana pada tahun 1997. Penulis mulai bekeja sebagai Tenaga Pendamping

Program Aksi Pemberdayaan Masyarakat Tani Menuju Ketahanan Pangan
Nasional (Proksidatani) untuk Propinsi D.1. Aceh dari bulan September 1998
sampai Agustus 1999. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai dosen
pada Fakultas Perikanan Universitas Abulyatama Aceh.
Pada tahun 1999
penulis rnelanjutkan pendidikan pada Program Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor Program Studi Ilmu Perairan dengan memperoleh dana dari proyek
Beasiswa Program Pascasarjana (BPPS).

PRAKATA
Puji Syukur penulis kehadirat Allah Subhanahuwata'ala atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan, penelitian
sarnpai rampungnya penulisan tesis ini.
Selesainya pendidikan dan penelitian ini tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan berbagai pihak. Untuk itu, ucapan terima kasih dan penghargaan
penulis tujukan kepada kepada ibunda, ayahanda, uni, adik-adik dan Kang
Suherman atas segala do'a, kasih sayang, dorongan dan semangatnya yang teIah
diberikan selama penulis menjalani pendidikan Program Pascasajana, Bapak Dr.
H. Ir. Damas Dana, M.Sc., Dr. Drh. Fachriyan H. Pasaribu dan Drs. Supriyadi,
M.Sc. yang berkenan membimbing selama persiapan, pelaksanaan dan

penyelesaian tesis; Bapak Dr. IT. Kusman Sumawidjaja, M.Sc. selaku ketua
Program Studi Ilmu Perairan yang telah memberikan bimbingan dan arahan
selama mengikuti perkuliahan; Rektor Universitas Abulyatama, Dekan beserta
staf Fakultas Perikanan Universitas Abulvatama dan Koordinator Komrtis
Wilayah X yang telah memberikan kesempatan untuk mengikuti pendidikan;
Departemen Pendidikan Nasional dalam hal ini Badan Penyelenggara Pendidikan
~aicasarjana(BPPS) yang telah membantu pembiayaan p&didi&; Kepala Balai
Penelitian Perikanan Air t a w Sukamandi beserta staf dan Kepala Laboratorium
Penyakit Ikan Fakultas Perikanan IPB beserta staf yang telah membantu dan
memberikan fasilitas selama penelitian, rekan-rekan Program Studi flmu Perairan,
Rini, Nunnahadi, Fitma, Lely, Oning, Ela, Detin, serta semua pihak yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu baik moril maupun
matefit selama ini.
Semoga Allah memberikan limpahkan rahmat dan karunia-Nya atas
segala kebaikan yang diberikan. Penulis menyadari tesis ini masih jauh dari
kesemvumaan karena keterbatasan dan kekurangan oenulis.
Untuk itu mnulis
mengharapkan saran demi penyempumamnya. Semoga tesis ini &pat bermanfaat
&lam memperkaya khasarmh itmu pengetahuan. Amin.


-

DAFTAR IS1

Halaman
PRAKATA ..................................................................................................

v

DAFTAR TABEL .......................................................................................

vi

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................

v ii

DAFTAR LAMPZRAN ................................................................................

viii

PENDAHULUAN ..........................................................................

I

Latar Belakang ......................................................................
Rumusan Masalah
............................................................................
..
Tujuan Penellt~an .................................................................
Hipotesis ............................................................................................
Kegunaan Penelitian .........................................................................

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................

1
3

4
4
4
5

Kekebalan Ikan ...................................................................................
Organ Pembentuk Respon Kekebalan ..........................................
Sistem Kekebalan Ikan ..................................................................
Imunostimulan ....................................................................................
Spirulina piatensis ..............................................................................
Darah Ikan .........................................................................................

10

BAHAN dan METODE PENELITIAN................................................

12

.-

Ternpat dan Waktu Penelitian ...........................................................
...................................................................
Bahan dan Mat Penelitian
..
Rancangan Penelitran .........................................................................
..
Pelaksanaan Penellban .......................................................................
Pengujian LDso Aeromonas Iydrophila pada Ikan Patin ............
Pengaruh Spirulinapiatensis terhadap Kekebalan nEan Patin.....
Pemeriksaan Parameter Penelitian ..............................................
LDmAeromonns hydrophila pada &an Patin ........................
Pemeriksaan Respon Kekebalan Ikan Patin ....... :...............
....
Penghitungan Total Leukosit ........................................
Penghitungan Jenrs Leukosit ........................................
Pengukuran Indekss Pagositik ......................................
Pengukuran Kadar Hematobit .....................................
Tingbt Kelangsungan Hidup dun Gejaia Klinis ..........
. .
Analisls Data ....................................................................................

5
5
6
8
9

LDso Aerornonas hydrophila pada Ikan Patin .................................
Respon Kekebalan &an Patin yang diberi Spirulina platensis ...........
Total Leukosit .............................................................................
Jenis Leukosit ............................................................................
Indeks Fagostik...........................................................................
Kadar Hematokrit .......................................................................
Gejala Klinis clan Tingkat Kelangsungan Hidup ..........................
PEMBAHASAN ..........................................................................................

KESIMPULAN DAN SARAN...................................................................
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

LAMPIRAN.................................................................................................

DAFTAR TABEL

Halaman
1.
2.

Tingkat mortalitas ikan patin (%) yang diinfeksi bakteri
Aerornonas hidrophila pada berbagai tingkatan dosis ........................

19

Gejala klinis ikan patin setelah uji tantang dengan
Aeromonas hydrophila .......... .......... .................. ... ... . .. .. .. . . . .. . . ...

31

DAFTAR GAMBAR

Halaman
1.

Rataan total leukosit ikan paiin per waktu pengarnatan .......................

21

2.

Rataan jumlah lirnfosit ikan patin) per waktu pengarnatan .................

23

3.

Rataan j u i l a h rnonosit ikan patin per waktu pengamatan ...................

25

4.

Rataan jumlah netrofil ikan patin per waktu pengamatan ....................

27

5

Nilai indeks fagositik ikan patin per mktu pengamatan......................

29

DAFTAR LAMPIRAN

1.
2.

3.
4.

5.
6.
7.

Hasil analisis ragam nilai total leukosit pada tingkat waktu dan
dosis Spirulina platensis .....................................................................

42

Hasil analisis ragam rataan jurnlah limfosit pada tingkat waktu
dan dosis Spirulina platensis) ...................... .
.
.................................

43

Hasil analisis ragam rataan jumlah monosit pada tingkat waktu
dan dosis Spirulina platensis) ..............................................................

44

Hasil analisis ragam rataan jumlah netrofil pada tingkat waktu
dan dosis Spirulina platensis ..........................
.. ..................................

45

HasiI analisis ragam nilai rataan indeks fagositik pa& tingkat
waktu dan dosis Spiruiinuplatensis .....................................................

46

Hasil analisis ragam kadar hematokrit pada tingkat walctu dan
dosis Spiruiina platensis... .................................................................

47

Hasil analisis ragam tingkat kelangsungan hidup ikan patin
yang ditantang oleh Aeromonas hydrophila .........................................

48

PENDAHULUAN

Ikan patin (Pangasius djambal Bleeker) termasuk famili Pangasidae. Ikan
ini merupakan ikan lokal yang mempunyai pertumbuhan yang cepat dan harga
yang lebih mahal dibandingkan jenis ikan jambal introduksi dari luar negeri
(Legendre et al. 1999), sehingga mempunyai prospek dan potensi untuk
dikembangkan. Seperti ikan lainnya, ikan patin juga menjadi objek dan tidak
lepas dari berbagai penyakit.
Ikan hidup di lingkungan perairan yang juga mempakan tempat hidup
berbagai jenis patogen seperti bakteri, virus, parasit, dan jamur.

Pada kondisi

lingkungan normal, keberadaan patogen ini tidak menimbulkan penyakit. Namun,
dalam kegiatan budidaya dengan kondisi lingkungan yang terbatas, kepadatan
yang tinggi dan pengelolaan kualitas air yang kurang tepat dapat menyebabkan
keseimbangan lingkungan terganggu. Kondisi ini mengakibatkan ikan mudah
sues clan patogen dapat berkernbang menimbulkan penyakit. Respon fisiologis

ikan terhadap penyakit dapat diamati melalui penyimpangan tingkah lakq
anatomi, hematologis, dan respon kekebalan. Penyimpangan-penyimpangan
*-

tersebut merupakan indikasi terjadinya perubahan status kesehatan ikan dari
kondisi normal menjadi abnormal.
Pengendalian penyakit perlu dilakukan secara dini agar tidak terjadi
kerugian ekonomi. Pemakaian antibiotik merupakan pilihan m u m yang sering
dilakukan untuk menghindari serangan akut suatu jenis penyakit. Namun,
pemakaian antibiotik un&

jangka panjang dapat menimbulkan damp& negatif

bagi lingkungan perairan, menimbulkan resistensi patogen, dan residu bahan

kimia yang dapat berdampak buruk pa& kesehatan konsumen serta pernasaran.
Cara lain

untuk pencegahan penyakit adalah dengan

pemberian vaksin.

Penggunaan vaksin dapat memperkecil resiko mortalitas yang diakibatkan oleh
suatu jenis penyakit tertentu, tetapi belurn ada vaksin yang efektif untuk
menangkal beberapa jenis panyakit bakterial dan virus sekaligus.
Tidak seperti halnya vaksin yang memicu produksi antibodi spesifik
terhadap satu patogen tertentu, sekelompok senyawa biologi dan sintetis yang
disebut imunostimulan dapat meningkatkan kekebalan non-spesifik. Penggunaan
imunostimulan pa&

ikan dapat dijadikan salah satu

alternatif

untuk

perlindungan terhadap infeksi patogen. Imunostimulan yang dapat digunakan
antara lain lipopolisakarida (LPS), gldcan, levamisol, vitamin C dan Sprrulina
(Sakai 1998).
Pengunaan imunostimulan dalarn budidaya perikanan di Indonesia masih
merupakan ha1 yang baru, sehingga informasi mengenai jenis dan dosis yang
efektif

untuk meningkatkan respon kekebalan jenis ikan lokal belum banyak

diketahui.

Sehubungan dengan h d tersebut, maka kajian tentang potensi

imunostimulan

(Spirulinaplatensis) untuk meningkatkan sistem kekebalan jenis

ikan terhadap penyakit perlu infeksi dilakukan.

Rumusan Masalah
Penyakit infeksi sewaktu-waktu dapat tej a d i pada ikan karena patogen seIalu
ada dalam media hidupnya. Penyakit ini rnerupakan salah satu kendala dalam
kegiatan budidaya ikan karena dapat menyebabkan kerugian ekonomi. Untuk itu,
pencegahan dan pengendalian penyakit h a w dilakukan sedini mungkin.
Penemuan imunostimulan

sebagai suatu bahan yang dapat meningkatkan

kekebalan non-spesifik dapat dijadikan sebagai alternatif pencegahan penyakit
pa& ikan.

Aplikasi imunostimulan yang tepat &pat menstimulasi kekebalan

tubuh ikan terhadap penyakit infeksi. Namun,
berlebihan dan tidak tepat waktunya

pemberian imunostimulan

sering mengurangi

efek yang diingini

sehingga tidak efesien. Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa Spirulina
berpotensi dalam meningkatkan sistem kekebalan beberapa jenis hewan seperti
ayarn, tikus, kelinci, kucing. dan ikan ( Quereshi er al. 1995, Duncan dan Klesius
1996, Sakai 1998

clan Hendrikson

2000).

Sejauh ini, penelitian mengenai

penggunaan Spirulina platensis sebagai imunostimulan untuk ikan di Indonesia
belum pernah dilakukan, sehingga informasi mengenai peranan Splrulina
platensis dalam sistem kekebalan ikan-ikan lokal belum diketahui. Langkah awal
perlu dilakukan untuk meningkatkan sistem kekebalan ikan patin ialah menjajaki
respon kekebalan ikan dengan pemberian berbagai dosis SpiruZina platensis dan
lama waktu pemberiannya.

Tujuan Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui peranan Spirulina platensis terhadap kekebalan ikan patin yang

ditelaah dari respon seluler (total leukosit, jenis leukosit dan aktifitas sel-sel
fagositik)

2. Mengetahui kebutuhan dosis dan waktu pemberian Spirulina platensis yang
efektif untuk meningkatkan kekebalan ikan patin.

I

Pemberian Splrullna platensrs rqalalui

p*n

dapat menstimulasi sistem

kekebalan ikan sehingga meningkatkan respon ketahanan terhadap penyakit
infeksi
2. Pemberian Sprrullna platensls dengan dosis dan lama waktu berbeda memberi
pengaruh yang berbeda pula terhadap respon kekebalan ikan.

Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan akan berguna untuk meningkatkan
kekebalan ikan dalam upaya pencegahan penyakit sejak dini, sehingga dapat
meningkatkan kelangsungan hidup ikan. Hal ini dapat diharapkan menopang
peningkatan produksi ikan budidaya.

TINJAUAN PUSTAKA
Kekebalan Ikan
Organ Pembentuk Respon Kekebalan

Jaringan pembentuk respon kekebalan dan darah dikenal sebagai jaringan
limfoid dan mieloid (Anderson 1974). Pada ikan, jaringan limfoid dan rnieloid
menyatu rnembentuk organ iimfomieloid (Fange 1982). Selanjutnya disebutkan,
organ limfomieloid pada ikan sangat bervariasi bergantung kepada kelasnya.
Pada ikan teleost organ ini terdiri atas lirnpa, timus dan ginjal bagian depan.
Limpa terletak dekat lengkung lambung, berwarna merah tua atau hitam
Jan dibalut oleh Iapisan tipis jaringan ikat (Roberts 1989; Ellis 1989). Pulpa
putih Iimpa banyak mengandung limfosit; antigen yang diikat berlokasi pada
limfosit yang terlihat mengelornpok pa&

bagian elipsoid l i m p sebagai suatu

perangkap antigen yang nantinya berpengaruh &lam proses pembentukan dan
rnemori respon humoral, sedangkan pulpa merah banyak mengandung eritrosit
(Lamers dan Muiswinkel 1986).
Timus ikan teleost merupakan pusat organ limfoid (Lamers dan de Haas
1985), terletak pada faring dalam rongga insang (Ferguson 1989). Parenkhimnya
mengandung limfosit (Hibiya 1982), seI timosit, sel eosinofilik, dan komponen sel
lainnya yang terdiri dari netrofil (Anderson 1974). Limfosit umumnya timbul
setelah timus berdiferensiasi menjadi jarigan Iimfoid, biasanya tejadi pada hari ke
tiga setelah penetasan telur (Ellis 1982). Secara makroskopis, timus jelas terlihat
pada ikan muda dan menghilang pada ikan dewasa (Fange 1982).

Ginjal merupakan jaringan haemopoietik,

kaya akan sel Iimfosit,

granulosit d m sel fagosit (Rijkers 1981), terletak retroperitonial di bawah
kolomna vertebralis (Ferguson 1989). Jaringan limfoidnya merupakan kelompok
pulpa putih mengandung sel retikulosit yang a k a membentuk sel plasma,
sedangkan pembentukan eritrosit dan granulosit terjadi di pulpa merah (Lamers
clan Muiswinkel 1986).

Sistem Kekebalan lkan
Sistem kekebalan pada ikan hampir sama dengan hewan mamalia yang
terdiri dari sistem kekebalan spesifik dan non-spesifik (Anderson 1974). Ellis
(1988) menjelaskan bahwa pada a w l kehidupannya sistem pertahanan tubuh
yang mula-mula berfungsi adalah sistem pertahanan non-spesifik, sedangkan
pertahanan spesifik baru berkembang clan dapat berfungsi dengan baik sekitar
beberapa minggu setelah telur menetas. Mekanisme
pertahanan ini saling menunjang satu sama lain

k e j a kedua sistem
melalui mediator dan

komunikator seperti sitokin dan limfokin (Anderson 1974). Sistem pertahanan
tersebut diperlukan untuk perlindungan tubuh terhadap serangan patogen seperti
virus, bakteri, cendawan dan parasit.

--

Sistem kekebalan non-spesifik meliputi barrier mekanik clan kimiawi
(mukus, kulit, sisik clan insang), dan pertahanan seIuler ( m a k r o h dan leukosit
seperti monosit, netrofil, eosinofil dan basofil ) (Ingram 1980). Mukus yang
menyelimuti permukaan tubuh ikan, insang dan juga terdapat pada lapisan mukosa
usus berperan sebagai perangkap patogen secara mekanik dan mengeliminasi
patogen secara kimiawi dengan lisosim dan enzim proteolitik lainnya. Kulit dan
sisik ikan berperan dalam perlindungan mekanik terhadap invasi patogen melalui

proses penebalan kutikel ataupun hiperplasia sel-sel malpigi (Roberts 1989).
Pertahanan seluler merupakan respon pertahanan yang diperantarai sel (Walczak
1985). Rijkers (1 98 1) menjelaskan bahwa kekebalan berperantara sel pa& ikan
dapat terlihat dalam bentuk reaksi leukosit, pembentukan limfokin, transformasi
limfosit oleh mitogen sel T secara in vitro, imunitas transplantasi dan
penghambatan migrasi makrofag. Kekebalan berperantara sel
dalam pertahanan tubuh melalui aktivitas

sangat penting

sel-sel fagositik (Woo 1995). Sel

pagositik berfirngsi melakukan pogositosis terhadap benda asing yang masuk ke
dalam tubuh ikan. Proses pagositosis ini mempakan langkah awal untuk sistem
pertahanan berikutnya (Ellis 1988).
Proses pembentokan respon kekebalan, dimulai oleh stimulasi patogen
yang mempakan protein asing dikenal sebagai antigen. Anderson (1990)
mengemukakan, dalam proses imunomodulasi melibatkan dua mekanisme
kekebalan. Pertarna, sistem kekebalan ''afferent" yang dimulai dengan kontak,
seleksi dan penghancuran antigen. Kedua, sistem kekebalan "efferent"

yang

mengbasilkan aktivasi limfosit, antibodi, dan sei-sel pagositik Setelah terjadi
aktivasi antigenik, makrofag yang merupakan pertahanan pertama melalui proses
pagosistosis akan menghancurkan bahan asing yang masuk ke dalam tubuh dan
mengirim

sandi-sandi

ke

set-sel

limfosit.

Selanjumya,

sel-sel

limfosit

berproliferasi dan membentuk dua subpopulasi limfosit yaitu limfosit T dan B.
Roitt (1985) menjelaskan sel T dan B mengalami proses sirkulasi dan
resirkulasi daIam tubuh. Keadaan ini bertujuan untuk mencari adanya patogen
atau bahan asing yang masuk ke dalam tubuh. Apabila ditemukan patogen, sel T

akan mengenali partikel asing tersebut dan kembali ke jaringan limfoid kemudian

akan berdiferensiasi menjadi Iimfoblas, selanjutnya membentuk sel T yang aktif

dan masuk lagi dalam sistem sirkulasi (darah). Sel T yang &if akan ke luar dari
darah menuju situs infeksi. Sel ini akan menghasilkan lirnfokin yang dapat
mengaktiflcan makrofag, sehingga
meningkat. Sebaliknya, sel B

aktivitas pagositik

makrofag tersebut

yang berada dalam jaringan tidak kembali ke

jaringan limfoid melainkan akan mengikat antigen yang selanjutnya diambil clan
diproses oleh makrofag. Di samping itu, stimulasi antigen mengakibatkan Iimfosit

B membentuk plasmablas, sel ini kemudian berkembang menjadi sel plasma yang
akan memproduksi antibodi. Sel plasma yang kembali sebagai limfosit B dan
tetap dalam jaringan limfoid akan berperan sebagai memori. Adanya sel memori
ini akan mempercepat respon ketahanan pada infeksi berikutnya (Ellis 1988).

Imunostirnulan merupakan suatu senyawa biologi, sintetis atau bahan
lainnya yang &pat meningkatkan sistem kekebalan tubuh
Galeotti (1998) mengungkapkan bahwa

imunostimulan

@?
et
stal.

1992).

dapat meningkatkan

respon kekebalan spesifik dan non-spesifik ikan. Apabila masuk ke dalam tubuh
ikan, imunostimulan akan merangsang makrofag untuk memproduksi interleukin
yang akan menggiatkan sel limfosit yang kemudian membelah menjadi limfosit-T

dan B (Raa et al. 1992). Selanjutnya dijelaskan bahwa limfosit-T memproduksi
interferon yang menggiatkan kembali (meningkatkan kemampuan) makrofag
sehingga dapat memfagositosis bakteri, virus, dan partikel asing lainnya yang

masuk ke tubuh ikan. Masuknya imunostimulan juga akan merangsang makrofag
untuk memproduksi lebih banyak lisozim dan komplemen. Interleukin juga
menggiatkan limfosit-B menjadi meningkat dalam memproduksi antibodi. Bahan

imunostimuIan dapat berasal dari

komponen bakteri, ekstrak tumbuhan dan

hewan, serta faktor nutrisi (Galeotti 1998). Sakai (1998) menyebutkan komponen
karbohidrat dan asam nukleat yang terdapat pa& dinding bakteri gram-negatif
dipercaya sebagai imunostimulan, bila

dicampur ke

dalam pakan

akan

memberikan respon kekebalan. Dari beberapa hasil penelitian diketahui bahwa
Sprrulina platensis juga berpotensi dalam menstimulasi sistem kekebalan
beberapa hewan terrnasuk ikan (Henrikson 2000). Alifuddin (1999) menyatakan
bahwa pemberian imunostimulan &pat meningkatkan respon kekebalan ikan
terhadap penyakit infeksi, sehingga peng-nnya

dalam budidaya sangat

dianjurkan.

Spirulina platensis
Spirulina platenszs adalah alga biru-hijau multiseluler dengan ukuran sel
110 pm d m diameter 1 - 12 pm ,berbentuk spiral yang merupakan filamen tidak
bercabang (Richmond 1987). Alga ini banyak terdapat pada danau-danau yang
airnya bersifat basa, &pat tumbuh pada perairan tawar, payau, dan laut (Sze
1993). Alga ini dapat dikultur secara massal (Vonshak 1997). Menurut Allen
(2000), Spirulina platensis
karbohidrat,

terdiri dari 65-72% protein, 8% Iemak, 19%

sumber vitamin, B-karoten, phycocianin, gamma linolenic acid

(GLA), dan lebih dari 2000 enzirn-enzim aktif. Komponen utama dinding sel
SpiruIinu platensis

sama dengan dinding sel bakteri Gram-negatif yang

mengandung peptidoglikan clan lipopolisakarida (Sze 1993). Lipopolisakarida
menurut Jawetz et a[. (1982) terdiri atas t i p bagian yaitu lipid A, polisakarida 0
(antigen) clan inti polisakarida. Lipid A bertanggung jawab terhadap keracunan
primer dan bersifat toksik, sedangkan polisakarida 0 dan inti polisakarida

merupakan antigen permukaan yang dapat menginduksi kekebalan spesifik dan
non-spesifik. Hal inilah yang menjadi landasan digunakannya lipopolisak-arida
sebagai imunostimulan yang potensial dalam meningkatkan respon kekebalan
pada ikan. Vonshak (1997) menyebutkan

lipopolisakarida

pada Spirulina

sebesar 1.5% dari bobot kering sel.
Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa Spirulina berpotensi dalam
meningkatkan sistem kekebalan beberapa jenis hewan

seperti ayam, tikus,

kelinci, kucing, dan juga ikan (Quereshi et al. 1995, Duncan dan Klesius 1996,
Sakai 1998 dan Henrikson 2000). Besednova (1979) adalah peneliti pertama dari
Rusia

yang mempublikasikan pengaruh lipopolisakarida Spiruiina terhadap

stimulasi kekebalan kelinci. Tikus yang diberi ekstrak Spirulina platensis terbukti
meningkatkan fungsi makrofag, produksi antibodi dan sel T terhadap paparan
infeksi ( Boajiang 1994). Duncan dan Klesius (1996) telah mengevaluasi
pengaruh Spirulina terhadap peningkatan respon kekebalan ikan chanel catfish
(Ichtaluruaspunctatus).

Darah Ikan
Darah ikan tersusun dari sel-sel &ah yang tersuspensi dalam plasma dan
diedarkan ke seluruh tubuh melalui sistem sirkulasi tertutup.

Sel dan plasma

d a d mempunyai peran fisiologis yang sangat penting. Perubahan gambaran
darah

dan kimia darah baik secara kualitatif maupun kuantitatif dapat

menentukan kondisi kesehatan ikan (Wedemeyer et al. 1990).
Pemeriksaan darah penting artinya untuk memantapkan diagnostik suatu
penyakit (Ellsaeser et a2. 1985). Pada penelitian hematologi ikan, parameter darah
yang &pat diukur antara lain adalah kadar hemoglobin, hematolcnt, total leukosit,

jenis Ieukosit, titer antibodi, aktivitas fagositik, dan protein plasma plasma
(Anderson d m Siwicki 1993).
Sel darah putih (Ieukosit) kelimpahannya kurang dari sel darah merah di
dalam darah ikan (20000 - 150000/mrn3)dan fungsinya membersihkan tubuh dari
benda asing (Moyle dan Chech 1988). Chinabut et al. (1991) membagi Ieukosit
menjadi dua grup yaitu agranulosit dan granulosit berdasarkan ada tidaknya butirbutir halus (granula) di sitoplasma. Agranulosit terdiri atas limfosit, monosit, dan
trombosit; sedangkan granulosit terdiri atas netrofil, eosinofil, clan basofil.
Menurut Moyle dan Chech (1988), limfosit mempunyai diameter yang berkisar
antara 4.5

-

12.0 prn. Kelimpahan limfosit paling banyak yaitu bejumlah antara

71.12 - 82.88% dari total sel darah putih dalam darah ikan (Blaxhall 1971).

Monosit mempunyai jumlah sedikit dari populasi sel darah putih kecuali kalau
ada benda asing rnasuk ke jaringan atau aliran darah (Moyle dan Chech 1988);
bersama dengan rnakrofag jaringan setempat, monosit mempagositosis sisa-sisa
jaringan dan penyebab-penyebab penyakit (Nabib dan Pasaribu 1989). Adapun
ne.trofil adalah sel darah putih yang dapat meninggalkan pembuluh darah,
mengandung vakuola yang berisi enzirn yang digunakan oleh sel tersebut untuk
menghancurkan organisme yang dimakannya (Chinabut et al. 1991)

B A H A N dan METODE PENELlTIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Patologi Balai Penelitian
Perikanan Air Tawar Sukamandi. Peneiitian dilaksanakan selama lima bulan.
sejak bulan Pebruari sampai Juni 200 1
Bahan dan Alat Penelitian
Ikan yang digunakan adalah ikan patin (Pangasius djambal) yang
diperoleh dari produksi Balai Penelitian Perikanan Air T a w Sukamandi berumur
1 minggu. Ikan dikarantina selama 1 bulan' dalam fiber glass yang telah

disucihamakan dengan KMn04. Pemberian pakan dilakukan 2 kati sehari.

Bahan untuk imunostimulan adalah SpimZirzap2atensi.s yang diperoleh dari
Laboratorium Mikroalga, Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi-LIPI,
Cibinong clan Lipopolisakarida (LPS) yang diekstrak dari bakteri Vibrio h ~ e y i
produksi Balitkanwar Sukamandi. Pakan yang digunakan adalah pelet CP 781
dengan kandungan protein sebesar 35%.

Pakan perlakuan dibuat dengan cara

meiarutkan Spimlina platemis bentuk powder dm LPS cair ke daiarn air aquades
steril sampai homogen, suspensi Spirulinaplatensis d m LPS dicarnpurkan sedikit
demi sedikit pada pakan sesuai dosis perlakuan. Pakan dikeringkan dibawah sinar
matahari selama 4 - 5 jam. Pelet dikemas dalam kantong plastik dan disimpan
dalam kulkas.
Bakteri untuk uji tantang adalah bakteri Aeromonas hydrophila isolat no.26
koleksi laboratorium Patologi Balitkanwar Sukamandi. Untuk

keperluan ini

bakteri tersebut dibiakkan pada media TSA dan diinkubasi selama 24 jam.

.-

Wadah yang digunakan adalah akuarium clan bak fiber yang dilengkapi
peralatan aerasi. Untuk mencegah berkembangnya potogen dan membersihlcan
kotoran yang menempel dalam wadah, maka sebelum digunakan wadah
disuciharnakan dengan KMn04

sebanyak 5 ppm seIama 24 jam, selanjutnya

dibilas dengan air bersih dan dikeringkan. Alat untuk pemerikasaan respon
kekebaIan adaIah jarurn suntik, tabung reaksi, obyek dan gelas penutup,
hemasitometer, mikropipet, pipet pasteur, pipet berskala, tabung hematokrit
kapiler. sentxifirs, alat penghitung, mikroskop, petridish, gelas beker, elemeyer,
penangas air, autoklaf, jarum ose, inkubator, spektrofotometer dan kulkas. Bahan

kimia untuk analisis parameter pengamatan adalah akuades, alkohol, metanol,
HCl, Na-slhat, pewama Giemsa, media TSA, PBS, larutan Hayem, lamtan Turks,
dan K h h 0 4
Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen yang terdiri

atas 2

tahapan penelitian yaitu pengujian dosis Aeromonas hydrophila yang dapat
menyebabkan mortalitas 50% (ID-) pada ikan patin clan pengaruh Spirul~na
platensis terhadap sistem kekebalan ikan patin. Pada pengujian LDm, diterapkan

--

4 perlakuan dosis Aeromonas hydrophila

yaitu 103,lo5, 1 07,dan 1o9 cfu/ml.

Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL)
dengan 2 ulangan. Pada penelitian pengaruh Spirulina platensis terhadap siatem
kekebalan ikan patin, diterapkan
Spirulina platensis serta 0.06%

5 perlakuan dosis (096, 2%, 4%, dan 6%
L P S sebagai kontrol positif) dengan waktu

pemberian secara kontinyu (diberikan setiap hari selama 4 minggu) dan
diskontinyu (dberikan dengan selang waktu 1 minggu selama 4 minggu).

Penelitian ini menggunakan rancangan acak Iengkap (RAL) pola faktorial 2x5
dengan 3 ulangan (Steel dan Torrie 1989). Adapun kombinasi perlakuan adalah
sebagai berikut:
Waktu
pernberian
1

II
Keterangan:

Dosis
C
IC
IIC

B

A
1'4
IIA

IB
IIE?

E
IE
IIE

D

ID
IID

I = kontinyu, I1 = diskontinyu
A = Wh(kontro1-),
8 = 0.06% LPS (Kontrol +),
C = 2% Spimlinaplatensis ,
D = 4% Spirulina platensis,
E = 6 O h Spirulina platensis

Pelaksanaan Penelitian
Pengujian LDso Aeromonas hydrophih pada Ikan Patin

Ikan uji dengan bobot

rata-rata 12 gram dipelihara &lam akuarium

dengan kepadatan I 0 ekor per wad& Masing-masing ikan diinfeksikan dengan
dosis Aerornonas hydrophila

lo3, lo5, lo7,

dan

lo9 cfulml.

Penginfeksian

dilakukan dengan cara penyuntikan bakteri ke dalam tubuh ikan secara intra
muscdar. Setelah diinfeksikan, diadakan pengamatan terhadap perkembangan
gejala klinis dan jumlah mortalitas ikan uji

Pengaruh SpiruCi~pZatensisterhadap Sistem Kekebalan Ikan Patin
Ikan uji dengan bobot rab-rata 12 - 14 gram dipelihara &lam bak frber
dengan kepadatan 25 ekor per wadah.

Ikan dipetihara selama enam minggu;

pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari sebanyak 5% bobot tubuh. Pada
perlakuan dosis dengan waktu kontinyu, pakan yang mengandung Spimlina
platensis

dan LPS

diberikan setiap hari selama empat minggu pertama

pemeliharaan; pa& pemeliharaan selanjutnya diberikan pakan CP 781 yang tidak
mengandung Spirulina platensis dan LPS.

Sedangkan pada perlakuan dosis

dengan waktu diskontinyu, pakan yang mengandung Spirulina platensis dan LPS
diberikan dengan interval waktu selang satu minggu selama empat minggu; pada
pemeliharaan seianjutnya juga diberikan pakan CP 781 yang tidak mengandung

SpiruIina platensis dm LPS.

Penyiponan dilakukan setiap pagi hari dan

dilakukan penambahan air sampai setinggi semula Pemeriksaan gambaran respon
kekebalan dan hematologis ikan uji dilakukan pa&

hari ke-0, 7, 14, 21, 28

(setelah pemberian Spirulina platensis), 36 dan 43 (setelah uji tantang).
Efektivitas proteksi imonologik dilakukan melalui uji tantang dengan penyuntikan
patogen aktif Aeromonas hydrophila dengan kepadatan sesuai hasil penentuan
LDSO. Uji tantang ini dilakukan pada hari ke-29 setelah pemberian Spirulina

platensis. Pengamatan gejala

klinis

dan tingkat kelangsungan hidup ikan uji

dilakukan setiap hari terutama setelah dilakukan uji tantang.

Pemeriksaan Parameter Penelitian
Parameter yang diperiksa &lam pengujian

LD50

Aerornonas 1:ydrophila

pada ikan patin meliputi patofisiologi (gejala klinis d m tingkah laku ikan) serta
pengamatan tingkat kelangsungan hidup ikan. A h p u n parameter yang diperiksa
pada perlakuan SpiruZinuplatensis meliputi peningkatan respon seluler ikan patin
(total leukosit, jenis leukosit, indeks pagositik, kadar hematokrit) dan tingkat
kelangsungan hidup.

LD50 Aeromonas hydrophila pada Ikan Patin
LD50

jam

ditentukan dengan adanya tingkat mortalitas ikan 50% selama 24

pengamatan. Perneriksaan

LDso dilakukan dengan cara menghitung

persentase mortalitas ikan setelah diinfeksikan dengan Aeromonas hydrophila
pada berbagai tingkat kepadatan bakteri mengikuti rumus Hazen (1978) dalam
Sanusi (1988):

Keterangan : M = mortalitas ikan (Oh)
Nt = jumlah ikan hidup pada hari ke-t (ekor)
No= j d a h ikan hidup pada hari k e o (ekor)

Pemeriksaan Respon Kekebalan Ikan Patin
Pemeriksaan respon kekebalan meliputi jumlah total leukosit, jenis
leukosit, dan aktivitas pagositik dan kadar hematoloit. Untuk pemeriksaan ini,
pengambilan darah dilakukan sebagai berikut: darah &an diambil dari bagian
kaudal dengan spuit 1 ml

yang ditambahkan dengan antikoagulan ( Na-sitrat

3.8% ) dengan perbandingan 1:4. Darah ikan yang telah diambil ditampung dalam
tabung Efpendorfuntuk pemeriksaan selanjutnya.

Penghitungan Total Leukosit
Total leukosit dihitung menurut Blaxhall dan Daisley (1973), yaitu sampel

darah dihisap dengan pipet pencampur) sampai skala 0.5, dilanjutkan dengan

-

menghisap larutan Turk s sampai skala 11. Pipet digoyangkan sampai campuran
homogen.

Tetesan

pertama

dibuang,

tetesan

berikutnya

diteteskan

di

hernasitometer, ditutup dengan gelas penutup kemu&an dilakukan penghitungan
jumlah sel darah putih. Pengllltungan dilakukan pada 5 kotak besar hemasitometer
Jumlah total leukosit

=

jumlah sel terhitung x 5 0 sevmm3

Penghitungan Jenis Leukosif
Penghitungan jenis

leukosit dilakukan menurut Blaxhall dan Disley

(1973) yaitu dengan mengamati preparat ulas darah. Preparat ulas darah Qbuat
dengan cara menempatkan setetes darah pada gelas objek yang bersih, di atas
gelas objek pertama ini ditempatkan ujung gelas objek kedua membentuk sudut
45',

gelas objek kedua di geser ke arah belakang menyentuh tetesan darah hingga

menyebar kemudian gelas objek kedua digeser

ke arah

berlawanan hingga

terbentuk lapisan darah yang tipis clan dibiarkan hingga kering. Selanjutnya
dilakukan fiksasi dengan metanol selama 5 menit, dibiarkan kering udara dan
diwarnai dengan larutan Giemsa selama 15 menit, dibilas dengan air mengalir
dan dibiarkan hingga kering. Preparat diamati dibawah mikroskop dan dilakukan
penghitungan jenis leukosit.

Pengukuran Indeks Pagositik
Pengukuran indeks pagositik untuk mengetahui aktivitas sel-sel pagositik
Pengukuran ini dilakukan dengan metode ulasan indeks fagositik mengikuti
Anderson dan Siwicki (1993), yaitu sebanyak 100 p1 darah dimasukkan ke dalam
mikrotiter plat dan ditambahkan sebanyak 100 pl suspensi StaphyZZococcus aureus
&lam PBS (10' sel), dicampurkan secara homogen dan diinkubasi selama 20
menit. Selanjutnya dibuat

ulasan darah, dikeringkan dengan udara, difiksasi

dengan metanol selama 5 menit d m diwarnai dalam larutan Giemsa selama 15
menit, dicuci dengan air mengalir dan keringkan. Preparat diamati di bawah
mikroskop setiap 100 sel diukur aktifitas fogositiknya. Aktivitas pagositik
didasarkan atas prosentase jumlah sel polimorfnuklear (PMN) yang menunjukkan
proses pagositosis.

Kadar Hematokrit (We)
Kadar hematokrit diukur mengikuti Anderson dan Siwicki (1993), yaitu
Sarnpel darah dimasukkan ke tabung mikrohematokrit dengan sistem kapiler
Seteiah darah mencapai 4/5 bagian tabung, kemudian ujung tabung (bertanda
merah)

disumbat dengan kretoseal. Tabung kapiler yang telah berisi darah di

sentrifise seIama 15 menit dengan kecepatan 3500 rpm. Pengukuran kadar
hematokrit dilakukan dengan membandingkan volome padatan sel darah terhadap
volume seluruh darah menggunakan skala hematokrit.
Kelangsungan Hidup Ikan
Tingkat kelangsungan hidup ikan dihitung berdasarkan Effendi (1997)

rumus sebagai berikut:

Keterangan : S

=

tingkat kelangsungan hidup (%)

N, = jumlah ikan hidup pada hari ke-t (ekor)

No=jumlah ikan hidup pa& hari ke-o (ekor)
Analisa Data
Data pemeriksaan parameter respon kekebalan dan tingkat kelangsungan
hidup ikan uji dianalisis dengan sidik ragam dan untuk mengetahui respon yang
terbaik dari interaksi perlakuan terhadap parameter menggunakan uji Duncan
(Steel dan Tome 1989). Data

gejala klinis dianalisis secara desknptif, data

disajikan dalam bentuk TabeI d m Grafik.

HASIL PENELIT1.QR:
LDSo Aeron~onushyrlrophifiz pada Zkan Patin
Nasil pengarnatan gejala klinis

yane disebahkan olah Acrr>monu.t

/~ydrophiloadalah melanisasi pada bekas psnyuntikan, hiperemi pada pangkal

sirip, ekor dan perut (penginfeksian bakleri dosis lo:, 105, lo7, dan 10'cfuiml).
Grjala ini berkembang menjadi peradangan dan

dar,

icyL ~ ~ L ~!E 8-24
!
jam

nekrosis pada

dosis lo5, lo7,

setelah infeksi). Pergerakan ikan menjadi lambat dar.

ikan yang kehilangan keseimbangan tubuh akhimya mati. Tingkat mortalitas ikan
yeng diinfeksikan

dengan Aeromonu.~I?-vdrophila dosis 1o',

cfu/ml diszjikan pada Tabel

1. Dosis Ac.rumonos

1 o', I o', dan l o 9

Iz~ydr~pIzrluyang dapat

menyebabkan mortalitas pada level 50% (LD50) ikan patin adalah 10' cfulml,
sedangkan dosis bakteri terendah yang dapat menyebabkan mortalitas 100%
adalah 10' cfui'ml
Tabel 1.

Tingkat
mortalitas
ikan
pntin (%) yang
diinfeksi
..lrronzonus l~vdrophilu~ a d berbaga~
a
t~ngkatanciosis.

I

l~ortalitasikan patin pada jam k e . (pasca penginfeksianfl
Dosis

1-4
-

1

bakteri

loJ

0

-

0

I

Respon Kekebalan Ikan Patin dengan Pemberian SpimIina pfafemis
Total Leukosit

Raban total leukosit ikan

uji per waktu pengamatan ditampilkan pada

Garnbar 1.Total leukosit cenderung meningkat sampai hari ke- 36 dan menurun
hari ke- 43. Total leukosit ikan (hari ke-7 sampai ke-28) pada kontrol negatif
antara 22825 - 23008 sel/mm3, kontrol positif berkisar antara 24383
sel/mm3 dan ikan perlakuan Spirulina platensis antara 22825

Pa&

-

-

29925

28852 sevmm3.

pengamatan hari ke- 36 clan 43 untuk perlakuan kontrol negatif tidak

terdapat nilai total leukosit karena pada saat pengamatan ikan uji teIah mengalami
mortalitas 100%.
Peningkatan total leukosit ikan yang diberi Spirulzna platensis lebih tinggi
dibandingkan nilai peningkatan leukosit ikan kontrol negatif, namun lebih rendah
bila dibandingkan dengan nilai leukosit ikan kontrol positif. Pada perlakuan dosis
Spirulina platensis yang sama, peningkatan total leukosit ikan dengan waktu

pemberian diskontinyu lebih tinggi
kontinyu.

dibandingkan dengan pemberian secara

Peningkatan total leukosit tertinggi perlakuan Spirulina platensis

diperoleh pada pemberian dosis 4% secara diskontinyu. Berdasarkan hasil uji

Duncan, ti&

terdapat perbedaan yang nyata (P>0.05) antara pemberian Sprrulina

platensis 4% dengan 6% secara diskontinyu terhadap peningkatan total leukosit

namun berbeda nyata dengan

perlakuan yang lainnya nyata (PK0.05) mulai

pengamatan hari ke-14 sampai akhir pengamatan. Hasil analisis statistik pengaruh
masing-masing perlakuan

terhadap nilai total leukosit per waktu pengamatan

selengkapnya disajikan pada Lampiran 1.

Gambar 1. Rataan total leukosit ikan patin per waktu pengamatan
Keterangan:

kontinyu,

II = diskontinyu

I

=

A (K-)

=

0%Spiruiina platemis,

B (K+)

=

0.06% LPS,

C

= 2%

Spirulina platensis,

D

=

4% Spirulina platensis,

E

=

6% Spiruiinu platensis

Jenis Leu kosit
Pemeriksaan dan identifikasi ulas darah diketahui jenis-jenis leukosit ikan
patin yang terdiri dari sel limfosit, monosit, netrofil d m trombosit.

Rataan jurnlah limfosit ikan uji per waktu pengamatan ditampilkan pada
Gambar 2.

Rataan jurnlah limfosit cenderung meningkat sampai hari ke- 36 dan

menurun hari ke- 43. Rataan jumlah Iimfosit ikan (hari ke-7 sampai ke-28) pada
kontrol negatif antara 15102-15300 sel/mm3, kontrol positif
16243-20897 sel/mm3,

berkisar antara

dan perlakuan Spirulina platensis antara 15377-20380

sel/mm3. Peningkatan jumlah limfosit ikan yang diberi SpiruZina pZatenszs lebih
tinggi dibandingkan jumlah limfosit ikan kontrol negatif, namun lebih rendah bila
dibandingkan dengan jumlah limfosit ikan kontrol positif. Pada perlakuan dosis

Spzdina platensis yang sama, peningkatan jumlah limfosit ikan dengan waktu
pemberian diskontinyu lebih tinggi

dibandingkan dengan pemberian secara

kontinyu. Peningkatan jumlah limfosit

tertinggi perlakuan Spirulina platensis

diperoleh pada pemberian dosis 4% secara diskontinyu. Berdasarkan analisis
ragarn terdapat perbedaan yang nyata antara dosis, waktu pemberian seria adanya

-

interaksi antara dosis dengan waktu pemberian (P-=0.05) terhadap peningkatan
jumlah limfosit ikan uji Berdasarkan uji Duncan, tidak terdapat perbedaan yang
nyata (P>0.05) antara pemberian Spirulina platemis 4%, 6% clan LPS secara
diskontinyu terhadap peningkzttan total leukosit pada hari ke-28. Hasil analisis
pengarub perlakuan

terhadap nilai jumlah limfosit

selengkapnya disajikan pada Lampiran 2.

per waktu pengamatan

24500

I

i

i

21000

-1

27500

i
1

I

1

;

.-,
E
E

-

14000

.-V )

eE
.-

m
-

lOSO0

1
I

4

S

7

7000

I
3500

0

i

'

7

0

14

-

21

28

Hari ke...

8

+A
(K-)
-ID

--- IIC

-!v-.+

I6 (K+)

I
f

-l ID

36

-

IC
1 I3 (K+)

-- I1E

I

Gambar 2. Rataanjumlah limfosit ikan patin per waktu pengamatan

--

Keterangan:

kontinyu,

I1 = diskontinyu

I

=

A (K-)

=

B (K+)

=

0.06% LPS,

C

=

2% Spirulina platensis,

D

=

E

=

0% Spirulina platensis,

4% Spirulina plafensrs.
6% Spirulina platensis

43

2. Monosit
Rataan jumlah monosit ikan uji per waktu pengamatan disajikan pada
Gambar 3. Rataan jumlah monosit cenderung meningkat sampai hari ke- 28 dan
menurun mulai hari ke- 36. Rataan jurnlah monosit ikan (hari ke-7 sampai ke-28)
pada kontrol negatif antara 887-920 sel/mm3,kontrol positif berkisar antara 10272 19 1 se~rnm3, dan perlakuan Spirulina platem~santara 880-2 154 sel/mm3. Pada

pengarnatan hari ke- 36 dan 43 untuk perlakuan kontrol negatif tidak terdapat nilai
monosit karena pada saat pengamatan ikan uji telah mengalami mortalitas 100%.
Peningkatan jumlah monosit ikan yang diberi SpzruIina platensis lebih
tinggi dibandingkan nilai peningkaian monosit ikan kontrol negatif, namun lebih
rendah bila dibandingkan dengan nilai monosit ikan kontrol positif. Pada
perlakuan dosis Spiruiina platensis yang sama, peningkatan jurnlah monosit ikan
dengan waktu pemberian diskontinyu lebih tinggi

dibandingkan dengan

pemberian secara kontinyu. Peningkatan jumlah monosit

Spirulrna platensis diperoleh pada

tertinggi perlakuan

pemberian dosis 4% secara diskontinyu.

Berdasarkan uji Duncan, tidak terdapat perbedaan yang nyata ( m . 0 5 ) antara
pernberian Spirulina platensis 496, 6% dan LPS secara diskontinyu terhadap
peningkatan jumlah rnonosit mulai pengamatan hari ke-14 sampai ke-28. HasiI
analisis pengaruh masing-masing perlakuan terhadap nilai jumlah monosit per
waktu pengamatan selengkapnya disajikan pada Larnpiran 3.

Gambar 3. Rataan jumlah monosit ikan patin per waktu pengamatan
Keterangan:

I

=

A (K-)

=

B (Kt)

=

kontinyu,

I1 = diskontinyu

0% SpiruZina platensis,
0.06% LPS,

C

= 2%

D

=

E

=

Spirulina piatensis,

4% Spirulina platensis,
6% Spirulina platensis

3- Netrofii

Rataan jumlah netrofil ikan
Garnbar 4.

uji selama pengamatan disajikan pada

Rataan jumlah netrofii cenderung meningkat sampai hari ke- 28,

menurun hari ke- 36 dan meningkat Iagi pada hari ke-43. Rataan jurnlah netrofil
ikan

(hari ke-7 sampai ke-28)

kontrol positif

pada kontrol negatif antara 874-997 sel/mm3,

berkisar antara 987-2016 sel/mm3,

dan perlakuan SpiruZina

platensis antara 992-1982 sel/mm3. Pada pengamatan hari ke- 36 dan 43 untuk

perlakuan kontrol negatif tidak terdapat nilai netrofil karena pada saat pengamatan
ikan uji telah mengalami mortalitas 100%.
Peningkatan jumlah netrofil ikan yang diberi Spirulina piatensis lebih
tinggi dibandingkan nilai peningkatan netrofil ikan kontrol negatif, narnun Iebih
rendah bila dibandingkan dengan netrofil ikan kontrol positif. Pada perlakuan
dosis Spirulina platensis yang sama, peningkatan judah netrofil ikan dengan
waktu pemberian diskontinyu lebih tinggi
secara.

Peningkatan jumlah netrofil

dibandingkan dengan pemberian

tertinggi perlakuan Spirulina platensis

diperoleh pada pemberian dosis 4% secara diskontinyu. Berdasarkan uji Duncan,
tidak terdapat perbedaan yang nyata (PXl.05) antara pemberian Spirulznu
plufensis 4%, 6% dan LPS secara diskontinyu terhadap peningkatan total netrofil

pada hari ke-14 sampai ke-28. Hasil analisis pengaruh masing-masing perlakuan
terhadap nilai jumlah netrofil per waktu pengamatan selengkapnya disajikan pada
Lampiran 4.

.2250

2000

1750

-

1500

0.

E
E
5

-1
-2s

1250

E

C
S

--.
I

I

1000

750

500

250

i

0

7

0

14

21

Hari ke...

-*lB (K+) -'slC
+IIB (K+)-+- IIC
-IID

&A

(K-)

28

36

- -IIE

Gambar 4. Rataan jumiah netrofil ikan patin per waktu pengamatan.
Keterangan:

I
A

(

=

kontinyu,

11

- diskontinyu

K-) = 0% Spirzilinu plu/r,z.s~.v.

3 (K+)

=

0.06% LPS,

C

=

2% Spirulinu p/u/er~.vrs.

D

=

4% Spirulinu p/trtc.n.srs.

E

=

6% Spirulinu plu/c.n.\i.s

43

Indeks Fagositik
Rataan indeks fagositik per waktu pengamatan dsajikan pada Gambar 5.
Rataan indeks fagositik cenderung meningkat sampai hari ke- 28 dan menurun
mulai hari ke- 36. Rataan indeks fagositik ikan (hari ke-7 sampai ke-28) pada
kontrol negatif antara 5.67-6.17 sel/mm3, kontrol positif berkisar antara 7.4012.67 sel/mm3, dan perlakuan Spirulzna piatensis antara 6.73- 12.33 seL/mm3.
Peningkatan indeks fagositik ikan yang diberi Spirulina platensis lebih
tinggi dibandingkan nilai peningkatan indeks fagositik ikan kontrol negatif,
namun lebih rendah bila dibandingkan dengan indeks fagositik ikan kontrol

positif. Pada perlakuan dosis Spirulina platensis yang sama, peningkatan jumlah
indeks fagositik ikan dengan wakku pemberian diskontinyu lebih tinggi
dibandingkan dengan pemberian secara kontinyu.

Peningkatan jumlah indeks

fagositik tertinggi perlakuan Spirulina plafensis diperoleh pada pemberian dosis
4% secara diskontinyu. Berdasarkan uji Duncan, tidak terdapat perbedaan yang
nyata (P>0.05)antara pemberian Spirulina platensis 4%, 6% dan LPS secara
diskontinyu terhadap peningkatan indeks fagositik pada hari ke-7 sampai ke-28.
Hasil analisis pengaruh masing-masing perlakuan terhadap nilai indeks fagositik
per waktu pengamatan selengkapnya disajikan pada Lampiran 5.

Gambar 5 . Nilai indeks fagositik ikan patin per waktu pengamatan.
-

Keterangan:

I

=

A (K-)

=

B (K+)

=

kontinyu,

I1 = diskontinyu

0% Sprrulinaplatensis,

0.06% LPS,

C

= 2%

D

=

E

=

Spirulina platensis.

4% Spirulina platensis,
6% Spirulina platensis

Kadar Hematokrit
Kadar hematolait ikan patin disajikan pada Lampiran 6. Nilai hematokrit
cenderung meningkat sampai pengamatan hari ke- 28 dan menurun pad