Histologi Organ Limphoid Ikan Patin Jambal (Pangasius djambal Bleeker) yang Diberi Immunostimulan Spirulina
HISTOLOGI ORGAN LIMPHOID IKAN PATIN JAMBAL
(Pangasius djambal Bleeker) YANG DIBERI
IMMUNOSTIMULAN SPIRULINA
Oleh :
SORTA BASAR IDA SIMANJUNTAK
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
ABSTRAK
SORTA BASAR IDA SIMANJUNTAK. Histologi Organ Limphoid Ikan Patin
Jambal (Pangmius djambal Bleeker) Yang Diberi Immunostimulan Spirulina.
Dibimbing oleh ACHMAD MAAD WIRAWIDJAJA, DARNAS DANA dan
HAMBALI SUPRIYADI.
Ikan patin jambal (Pangasius djambal Bleeker) merupakan ikan asli
Indonesia, hidup di air tawar dengan pertumbuhan yang cepat, rasanya gurih,
dagingnya tebal dan berwarna putih, sehingga digemari oleh konsumen. Namun
dalam budidaya sering menghadapi kendala, yaitu serangan hama dan penyakit ikan
yang dapat mengakibatkan kerugian ekonomi yang cukup besar.
Penelitian dilakukan di laboratorium Patologi dan laboratorium basah Balai
Penelitian Perikanan Air Tawar, Sukamandi, Subang, dimulai dari bulan Februari
2001 sarnpai bulan Mei 2001. Pengamatan histologis dilakukan di laboratorium
Fisiologi Hewan, Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Sebagai ikan percobaan digunakan ikan patin jambal (Pangasius djambal
Bleeker). Pada penelitian pendahuluan dilakukan pencarian LDso dengan penyuntikan
ikan patin jambal sebanyak 80 ekor yang dibagi dalam 8 akuarium dimana masingmasing akuarium diisi 10 ekor ikan dengan dua ulangan. Aeromonas hydrophila yang
akan di uji disuntikkan pada ikan secara intraperitoneal dengan kepadatan lo9, lo7,
10' dan 103. sebanyak 0,l cc.
Pada penelitian lanjutan, 600 ekor ikan patin jambal dibagi dalam 24 buah
tangki fiber glass dimana masing-masing tan& diisi sebanyak 25 ekor ikan.
Perlakuan yang diberikan adalah pemberian immunostimulator Spirulina pada pakan
dengan dosis : A. 2 gr.kg-l pakan, B. 4 gr.kge' pakan, C. 6 gr.kg-l pakan dan sebagai
kontrol positif adalah perlakuan D. dengan penambahan LPS sebanyak 0,06 gr.kg-'
pakan dan tiap perlakuan diulang tiga kali. &an-ikan dikelompokkan menjadi 2
kelompok masing-masing sebanyak 12 tangki dengan pengelompokkan: diberi pakan
dengan perlakuan secara terus menerus dan berselang seminggu (diberi pakan
berselang-seling yaitu satu minggu diberi pakan dengan perlakuan dan satu minggu
kemudian diberi pakan komersil).
Pengamatan dilakukan setiap minggu dengan cara mengambil seekor ikan
percobaan dari setiap tangki fibre glass. Pengamatan ketahanan hidup ikan patin
jambal setelah diuji tantang pada hari ke-29 dilakukan pada minggu ke-5 dan ke-6.
Ketahanan hidup ikan yang diamati sampai minggu ke-6 menunjukkan bahwa
perlakuan B, yaitu pemberian pakan dengan penambahan Spirulina 4 gr.kg-l pakan
secara berselang seminggu memberikan hasil yang terbaik.
Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan,
maka terlaksanalah segala rencanamu.
(Amsal 16 :3)
Baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu,
dan baiklah orang yang berpengertian memperoleh
bahan pertimbangan.
(Amsal 1 : 5)
SURATPERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesiscyang berjudul "Histologi Organ
Limphoid Ikan Patin Jambal (Pangasius djambal Bleeker) yang Diberi
Immunostimulan Spirulina" adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan
belum pernah dipublikasikan. Semua surnber data dan informasi yang digunakan
telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, April 2002
u
Sorta Basar Ida Sirnan-iuntak
NRP. 994321 BIO
HISTOLOGI ORGAN LIMPHOID IKAN PATIN JAMBAL
(Pangasius djambal Bleeker) YANG DIBEIU
IMMUNOSTIMULAN SPIRULINA
SORTA BASAR IDA SIMANJUNTAK
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Biologi
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
Judul Tesis
: Histologi Organ Limphoid Ikan Patin Jambal
(Pangasius djambal Bleeker) yang Diberi Immunostimulan
Spzrulina
Nama
: Sorta Basar Ida Simanjuntak
NRP
: 99432
Program Studi
: Biologi
Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing
Dr. Achmad Maad Wirawid-iaja. MS
Ketua
-
Dr. Ir. Darnas Dana. MSc
Anggota
i
MSc
s. ~ a m d l Suurivadi.
Anggota
Mengetahui,
h a m Pascasarjana :
Syafrida Manuwoto, MSc
Tanggal Lulus : 8 Februari 2002
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kota Jakarta pada tanggal 23 Juni 1959 sebagai anak
kedua dari pasangan B.1.A Simanjuntak dan S.L Tampubolon.
Penulis memulai pendidikan formal pada Taman Kanak-kanak Ibu Is, Sibolga
tahun 1965. Selanjutnya penulis masuk Sekolah Dasar Negeri 32, Medan pada tahun
1966 dan lulus tahun 1971, lulus Sekolah Menengah Pertama Roma Katolik Santo
Thomas, Medan tahun 1974 dan lulus Sekolah Menengah Atas Negeri 1, Purwokerto
tahun 1979, kemudian melanjutkan ke Fakultas Biologi, jurusan Zoologi Universitas
Jenderal Soedirman (UNSOED) dan memperoleh gelar Sarjana Biologi pada tahun
1986.
Pada tahun 1988 penulis diangkat sebagai staf pengajar pada Fakultas Biologi
Universitas Jenderal Sudirman (UNSOED), Purwokerto, mengajar mata kuliah
Fisiologi Hewan. Pada tahun 1998 penulis diminta membantu mengajar mata kuliah
Fisiologi Hewan Aquatik di Program D3Management Sumberdaya Perairan, Fakultas
Biologi Unsoed, Purwokerto. Pada tahun 1999, penulis mendapat kesempatan untuk
mengikuti Program Pascasarjana (S2), Program Studi Biologi, Subprogram Studi
Fisiologi Hewan pada Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor dengan beasiswa dari
Due Bath II.
Pada tanggal 26 Mei 1989 penulis menikah dengan Hotler Abner Manurung.
Dari pemikahan ini penulis dikaruniai dua orang putri, yaitu : Elisabeth Rumondang
Marsauiina Manurung, lahir pada tanggal 17 Maret 1990; Maria Ulina Klementina
Manurung, lahir pada tanggal 13 Pebruari 1992 dan Teoresia Hotmaida Taruli
Manurung, lahir pada tanggal 4 Maret 2002.
PRAKATA
Salam sejahtera. Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Pengasih dan Penyayang atas berkat dan rahmat Nya serta karunia Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tema yang dipilih dalam penelitian yang
dilaksanakan sejak bulan Februari 2001 ini ialah immunostimulan, dengan judul
Histologi Organ Limphoid Ikan Patin Jambal (Pangmius djambal Bleeker) yang
Diberi Imrnunostimulan Spirulim.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Achmad Maad Wirawidjaja,
MS; Bapak Dr. Ir. Darnas Dana, M.Sc dan Bapak Drs Hambali Supriyadi, MSc
selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak
Endi, selaku Kepala Balai Penelitian Perikanan Air Tawar beserta staf. Orang-orang
tercinta, suarniku dan putri-putriku, atas cinta kasih, pengertian dan pengorbanannya
selama saya menempuh studi, orangtuaku dan saudara-saudaraku terkasih atas segala
bantuan dan doa restunya. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu penulis.
Akhii kata penulis mengharapkan semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi
yang membutuhkannya.
Purbalingga, April 2002
Sorta Basar Ida Simanjuntak
DAFTAR IS1
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi
PENDAHULUAN
Latar Belakang ...................................................................................................
Tujuan Penelitian ................................................................................................
1
4
TINJAUAN PUSTAKA
Organ Limphoid Ikan Teleost .......................................................................... 6
Immunostimulan Spirulina ............................................................................ 9
Bakteri Aeromonas hydrophila ..........................................................................
16
METODOLOGI
Lokasi dan Waktu Penelitian ..............................................................................
21
Bahan dan Alat ................................................................................................... 21
Metode Kerja ................................................................................................ 22
HASIL DAN PEMBAHAS AN
..
UJILDso ..........................................................................................................
Patofisiologis Ikan ...........................................................................................
Gambaran Histologis Organ Limphoid ............................................................
Pengamatan Kelangsungan Hidup Ikan ..........................................................
26
28
32
50
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ........................................................................................................
56
Saran ...................................................................................................................56
DAFTARPUSTAKA ............................................................................................
58
.
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Ikan yang diinfeksi dengan bakteri patogen Aerornonas hydrophila luka
sampai menembus sisi yang lain (luka parah) (a,b), terjadi penutupan
luka (penyembuhan) dengan pemberian Spirulina dalam pakan ...................
2. Terjadi pembengkakan rongga perut ikan patin akibat infeksi bakteri
Patogen A. hydrophila .................................................................................
3. Organ ginjal. Sel hydrophik (a), piknotik (b), vakuola dengan besar
bervariasi (c), nekrosis epithel tubular (d), kerusakan epithelium organ
ginjal (e) ......................................................................................................
4. Organ hati. Kerenggangan antar sel (a), nekrosis (b), kerusakan epithelium
organ hati (c) .................................................................................................
5. Organ limpa. Substansi amorf (a), piknotik (b), kerusakan epithelium
organ limpa (c) ...............................................................................................
6. Organ hati. Terdapat timbunan sel berinti didalam vakuola (a) ....................
7. Organ hati. Nekrosis koagulasi hati (a), vakuola dengan besar bervariasi ....
8. Organ ginjal. Timbunan sel berinti (a) ..........................................................
9. Organ ginjal. Nekrosis kaseosa akibat uji tantang dengan bakteri patogen A.
hydrophila .......................................................................................................
10. Organ hati. Lapisan transparan dari sel-sel lemak .......................................
11. Organ hati. Setelah diuji tantang dengan bakteri patogen A. hydrophila ....
12. Organ limpa. Lapisan transparan (a) ............................................................
13. Organ limpa. Kumpulan sel-sel berinti (a) setelah uji tantang dengan
bakteri patogen A. hydrophila ......................................................................
14. Organ hati. Volume sel sinusoid bertambah besar (a), lapisan sel-sel lemak
disekeliling epithelium organ (b) akibat penambahan Spirulina 6 gr.kg"
pakan secara berselang seminggu ..................................................................
15. Organ hati. Kumpulan sel-sel berinti disekeliling epithelium organ (a)
pada penambahan Spirulina 6 gr.kg-l pakan secara berselang
seminggu akibat uji tantang dengan bakteri patogen A. hydrophila ...........
48
16. Organ ginjal. Kumpulan sel-sel berinti (a) akibat penambahan LPS 0,06
gr.kg-' pakan secara berselang seminggu
49
17. Organ ginjal. Kumpulan sel-sel berinti disekeliling epithelium organ (a)
pada penambahan LPS 0,06 gr.kg-' pakan secara berselang seminggu
akibat uji tantang dengan bakteri patogen A. hydrophila .............................
49
18. Organ limpa. Kumpulan sel-sel berinti akibat penambahan Spirulina
6 gr.kg-1 pakan secara berselang seminggu ..................................................
50
19. Organ limpa. Kumpulan sel-sel berinti disekeliling epithelium organ (a)
pada penambahan Spirulina 6 gr.kg-' pakan secara berselang seminggu
akibat uji tantang dengan bakteri patogen A. hydrophila ............................
50
20. Tingkat kelangsungan hidup ikan patin ......................................................
52
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan patin jambal (Pangasius djambal Bleeker) merupakan ikan asli
Indonesia, banyak ditemukan di sungai-sungai di Sumatera (sungai Musi, sungai
Batang Hari, sungai Indexagiri), Jawa (sungai Brantas, Bengawan Solo) dan
Kalimantan Selatan (sungai Barito, sungai Mendawai dan sungai Kahayan). Namun,
akibat penangkapan yang terlalu berlebihan, polusi peraixan dan pembangunan
wadukl bendungan, ikan ini hampir punah, bahkan di sungai-sungai di Jawa Barat
sudah tidak ditemukan lagi.
Ikan patin jambal mempunyai pertumbuhan yang cepat (bisa mencapai bobot
lebih dari 20 kg), rasanya gurih dan mempunyai daging yang tebal dan berwama
putih sehingga sangat digemari oleh konsumen. Dengan demikian, ikan ini
mempunyai prospek yang baik untuk dibudidayakan guna memenuhi permintaan
pasar lokal maupun intemasional yang selama ini dipasok oleh Vietnam dengan
Pangasius bocourfi dan merupakan ikan dengan nilai ekonomis penting apabila
dimasyarakatkan.
Seiring dengan meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan
pentingnya nilai gizi makanan mengakibatkan kebutuhan akan protein yang berasal
dari ikan juga semakin meningkat. Oleh karena itu, produksi perikanan perlu terus
ditingkatkan guna memenuhi kebutuhan akan protein tersebut dengan cara
meningkatkan usaha budidaya ikan, terlebih-lebih untuk ikan-ikan yang belum
dikenal oleh masyarakat luas dan yang hampir punah. Untuk itu, Balai Penelitian
Perikanan Air Tawar Sukamandi mulai membudidayakan ikan patin jambal, dimana
keberhasilan pemijahan mulai terlihat sejak tahun 1997 dengan cara kawin buatan.
Namun, dalam usaha budidaya ikan ada kendala yang dihadapi yaitu masalah
penyakit ikan dan salah satu penyebabnya adalah bakteri Aerornonas hydrophila yang
dapat menyebabkan penyakit bakterial. Kemgian yang disebabkan oleh penyakit ini
sangat besar, karena infeksinya kronis dan mortalitas yang disebabkannya dapat
mencapai 100%.
Ikan patin jambal karena tubuhnya tidak ditutupi oleh sisik dan hanya
diselaputi oleh lendir, akan gampang kena luka, akibatnya akan mudah terserang
penyakit termasuk bakteri Aeromonas hydrophila. Bakteri ini dapat ditemukan di
semua perairan alam dan mempakan salah satu patogen yang sering menyerang ikan
air tawar serta menginfeksi pada semua fase kehidupan ikan (Kabata, 1985).
Supriyadi (1983) mengatakan, bahwa ikan-ikan yang terinfeksi oleh bakteri
ini, tubuhnya akan menjadi gelap, kulit kasat dan timbul perdarahan, bemafas megapmegap di permukaan air, berenang sangat lambat dan tejadi perdarahan pada alat-alat
dalam seperti ginjal, limpa dan hati. Selanjutnya Kabata (1985) mengatakan, bahwa
A. hydrophila dapat menyebabkan Septicaemia Haemorrhagic pada bagian organ
dalam tibuh ikan seperti ginjal dan limpa.
Untuk itu perlu dilakukan usaha pencegahan penyebaran penyakit. Hal ini
dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa bahan, seperti misalnya bahan kimia
dan dengan pemberian vaksin pada ikan. Upaya pencegahan penularan penyakit
dengan pemberian vaksin pada ikan memerlukan biaya yang sangat mahal dan hanya
.
menghasilkan antibodi spesifik untuk satu jenis patogen saja. Sebaliknya penggunaan
bahan kimia juga telah dilakukan, namun dalam jangka waktu yang lama akan
menimbulkan efek yang kurang baik terhadap lingkungan perairan dan dapat
menimbulkan resistensi patogen. Oleh karena itu, perlu dicari alternatif lain untuk
mencegah timbulnya penyakit dengan cara meningkatkan kekebalan tubuh ikan
terhadap agen penyakit.
Peningkatan kekebalan tubuh ikan dapat dilakukan dengan pemberian
immunostimulator, keuntungannya adalah daya tahan tubuh yang timbul setelah
pemberian immunostimulator dapat bertahan sampai akhir periode pemeliharaan.
Adapun jenis-jenis immunostimulator yang dapat digunakan adalah
Lipopolysaccharida (LPS), Glucan dan Spirulina.Di Indonesia penggunaan Spirulina
sebagai immunostimulan pada ikan belum pernah dilakukan, sehingga informasi
mengenai dosis yang efektif untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh ikan, baik
untuk ikan-ikan lokal maupun untuk ikan-ikan introduksi, belum diketahui.
Walaupun demikian, Spirulina telah diproduksi secara massal di Indonesia dan telah
dipasarkan terutarna ke perusahaan obat-obatan. Contohnya, dapat diperoleh dari
Laboratorium Mikroalga, Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi-LPI,
Cibinong, sehingga dapat dengan mudah diaplikasikan oleh masyarakat. Adapun
tujuan akhirnya adalah pemberian Spirulina sangat praktis, karena dapat dicampurkan
dengan mudah ke dalam pakan.
Baojiang (1994) dari penelitiannya pada tikus mengatakan bahwa
polysaccharida Spirulina dapat memperbaiki fbngsi imunitas seluler nonspesifik dan
fbngsi humoral spesifik. Mekanisme ini kelihatannya berhubungan dengan kenyataan
bahwa polysaccharida dapat mempertinggi pertumbuhan thymus dan limpa.
Menurut Belay dan ota (1993), bahwa Spirulina dapat mempertinggi sistem
imun, menurunkan toksisitas dari logam-logam berat dan mempertinggi kekebalan
terhadap keracunan, serta memproteksi radiasi. Selanjutnya Besednova (1979) dari
hasil penelitiannya pada kelinci mengatakan, bahwa isolasi lipopolysaccharida (LPS)
dari alga biru-hijau menunjukkan aktivitas immunostimulan yang ditunjukkan dengan
kenaikan secara significant makrophag dan mikrophag.
Henrikson (1997) mengatakan, bahwa Spirulina aman untuk dimakan karena
tidak mengandung bakteri yang berbahaya, rendah kandungan logam-logam berat dan
tidak mengandung zat-zat yang berbahaya bagi tubuh manusia.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
a. Memperlihatkan gambaran histologis organ limphoid akibat penambahan
Spirulina dalam pakan dengan pemberian secara terus menerus maupun berselang
seminggu
b. Memperlihatkan gambaran histologis organ limphoid setelah uji tantang terhadap
bakteri patogen akibat pemberian Spirulina dalam pakan dengan pemberian
secara terus menerus maupun berselang seminggu
TINJAUAN PUSTAKA
Organ Limphoid Ikan Teleost
Sistem kekebalan tubuh ikan, umumnya hampir sama dengan hewan
vertebrata lain. Narnun, terdapat beberapa perbedaan yaitu organ pembentuknya,
proses pembentukan serta jenis dan komponen imunnya. Organ pembentuk respon
imun dan darah dikenal sebagai organ limphomieloid. Disebut demikian karena
jaringan lirnphoid dan mieloid bergabung menjadi satu. Jaringan tersebut terutama
terbentuk dari jan'ngan granulopoietik yang kaya dengan enzim lisozim dimana
diduga mempunyai peranan penting dalarn reaksi kekebalan tubuh (Fange 1982).
Nabib dan Pasaribu (1989) mengatakan, bahwa jaringan pembentuk sel-sel darah
I
disebut jaringan haemopoietik. Selanjutnya Smith dalam Primandaka (1992)
menyatakan, bahwa sel-sel darah diproduksi di ginjal dan limpa
Yang termasuk organ limphoid adalah thymus, lyrnphonodus dan limpa
(Wheater et al. 1979). Selanjutnya dikatakan, ikan teleost tidak memiliki sumsum
tulang dan limphonodus yang definitif O!eh karena ikan tidak memiliki limphonodus
dan
tulang-tulangnya
tidak
mempunyai
rongga
bersumsum,
jaringan
haemopoietiknya terdapat dalarn stroma limpa dan interstitiurn dari ginjal, dan bisa
juga di daerah periportal hati, submukosa usus dan organ4rgan limphoid khusus dan
thymus.
Tipe utama sel yang berkaitan dengan respon kekebalan pada ikan benulang
belakang adalah sel makrophag, limfosit dan plasmosit (Dorson 1984). Sedangkan
'
organ limphoid yang berkaitan dengan respon kekebalan ikan terdiri dari limpa,
bagian anterior ginjal dan thymus (Anderson 1974) serta jaringan limphoid saluran
pencemaan yang terdapat pada mukosa usus @orson 1984).
Thymus, merupakan pusat organ limphoid (Lames dan de Haas 1985)
terletak dorsolateral subkutaneus pada faring dalam rongga insang, berupa jaringan
limphoid berbentuk oval (Ferguson 1989). Secara makroskopik, thymus jelas terlihat
pada ikan muda (Hibiya 1982), sedangkan pada ikan dewasa mungkin menghilang
(Fange 1982).
Ginjal, terletak pada posisi retroperitoneal tepat di bagian ventral dari tulang
punggung, di bawah kolum vertebrae (Ferguson 1989; Nabib dan Pasaribu 1989),
kaya akan sel limfosit, sel granulosit dan sel figosit (Rijkers 1981). Pada ginjal,
jaringan haemopoietik ini di bagian belakang hanya berupa bercak-bercak saja,
sedangkan di bagian depan hampir seluruh jaringan ginjal merupakan jaringan
haemopoietik (Nabib dan Pasaribu 1989). Secara makroskopik, ginjal terlihat
berwarna coklat muda atau tua atau hitam, bentuknya bervariasi menurut spesies,
terbagi atas ginjal anterior dan posterior. dimana bagian anterior berfungsi sebagai
organ limphomieloid, sedangkan bagian posteriornya sebagai organ ekskretori
(Robert 1989).
Ginjal ikan mengandung banyak limfosit dalam pelbagai ukuran dan banyak
limfosit terlihat dalarn proses pembelahan diri. Perbandingan relatif jumlah limfosit
yang dihasilkan ginjal dan thymus dan kepentingannya (bila ada) sehubungan dengan
sumber asal limfosit dari satu atau lain organ masih belum diketahui benar. Namun
dalam beberapa ha], misalnya dalam ha1 tempat pembentukan erithrosit, limfosit dan
.r
granulosit, ginjal ikan ini banyak sekali persarnaannya dengan sumsum tulang merah
pada mammalia Namun dalam hngsinya sebagai filter yang dimungkinkan oleh
adanya suatu retikulum fhgositer yang ada hubungannya dengan unsur-unsur
limphoid termasuk sel-sel pembentuk antibodi, ginjal ikan ini juga menyerupai
kelenjar pertahanan mammalia (Nabib dan Pasaribu 1989).
Limpa merupakan satu-satunya organ yang menyerupai limphonodus pada
ikan. Terletak dekat lengkungan besar dari larnbung atau pada belokan usus,
berwarna merah gelap atau hitam dan pada ikan sehat batas-batasnya sangat jelas.
Umumnya hanya terdapat satu limpa, narnun pada beberapa spesies bisa juga terbagibagi dalam dua atau tiga bagian (Nabib dan Pasaribu 1989; Ellis 1989).
Limpa mempunyai kapsula, narnun tidak mempunyai trabekula yang
menjorok ke jaringan. Limpa terdiri atas ellipsoid (kapiler berdinding tebal), pulpa
dan pusat melanomakrophag. Pulpa terdiri atas jaringan phagositik sinusoidal yang
mempunyai banyak erythmcyt dan jaringan hemapoietik. Pusat melanomakrophag
terletak di dekat pembuluh darah (Kumiasih 1999).
Anderson (1 974) mengatakan, bahwa limpa merupakan organ utama dalam
prosesing, penyimpanan dan pendewasaan erythrosit, netmfil dan granulosit. Pulpa
putih limpa banyak mengandung limfosit (Lamen dan de Haas 1985), sedang pulpa
merah limpa banyak mengandung erythrosit (Hibiya 1982; Lamers dan MuiswiPlkel
1986).
Hati ikan secara relatif merupakan suatu organ besar. Pada ikan-ikan liar (ikan
carnivora) umumnya bewama coklat kemerahan dan pada ikan herbivora umunya
berwama coklat lebih muda, narnun dalam waktu-waktu tertentu dalam setahun bisa
berwarna kuning, bahkan keputih-putihan. Pada ikan yang makanannya kurang
cocok, hatinya umumnya berwarna lebih muda. Hati ikan bisa merupakan organ yang
terbatas bentuknya dan terletak di rongga perut sebelah muka atau ada juga yang
mempunyai penjuluran-penjuluran sepanjang rongga perut atau melekat pada alat
tubuh lainnya. Pada spesies-spesies tertentu, hati ikan bisa juga merupakan gabungan
dengan pancreas sehingga disebut hepatopancreas, walaupun pada umurnnya
pancreas merupakan suatu organ yang terpisah. Sinusoidnya secara tidak teratur
tampak diantara sel-sel hati dengan jumlah lebih sedikit, dibatasi oleh sel-sel endotel
dengan inti-inti yang sangat jelas. Jaringan haematopoietik, lengkap dengan pusatpusat rnelanomakrofagnya, ditemukan dalam jumlah yang berbeda di sekitar
pembuluh darah besar dalam hati dan bila ada hepatopancreas, maka bagian pancreas
ini berada di sekitar cabang-cabang pembuluh vena porta yang agak besar sebagai
kelenjar-kelenjar tambahan (Nabib dan Pasaribu 1989).
Immunostimulan Spirulina
I rnrn unostimulan adalah suatu bahan kimia, obat-obatan, memberi tekanan,
atau aksi ~ a n gdapat meninggikan mekanisme pertahanan rlon-spesifik atau respon
kekebalan spesifik (Anderson 1992). Kategori beberapa immunostimulator dapat
diklasifikasikan menurut asalnya dan biokirnia, yaitu : bakteri dan produk-,produk
bakteri, carbohydrat kornpleks. vaksin, obat-obatan mempertinggi kekebalan, kktorfaktor nutrisi, ekstrak-ekstrak hewan, cytokin dan lectin (ekstrak-ekstrak tumbuhan)
(Galeotti 1998).
lmmunostimulator dapat diberikan pada ikan dengan tiga cara, yaitu: dengan
cara penyuntikan, perendaman, dan dengan cara mencampurkan immunostimulator
dalam pakan (oral) (Ward 1982).
Immunostirnulan dapat menaikkan respon imun nonspesifik dan memproteksi
infeksi berulang pada ikan (Duncan et al. 1996). Salah satu immunostimulan yang
telah dilakukan pada catfish adalah Spirulina.
Spirulina telah banyak diteliti oleh para ahli sekarang ini. Hal ini berkenaan
karena Spirulina sangat bemanfaat bagi manusia, terutama untuk kesehatan tubuh.
Dari berbagai penelitian yang dilakukan pada Spirulina menunjukkan bahwa
Spirulina mengandung berbagai jenis senyawa yang sangat penting bagi tubuh
sehingga Spirulina
telah diproduksi sebagai makanan kesehatan. Spirulina
mempunyai dinding sel yang lembut, sehingga mudah dicernakan (Henrikson 2000).
Dari beberapa penelitian yang dilakukan terhadap hewan yang diberi Spirulina dalam
pakannya, seperti tikus, tupai, ayam, kucing, ayam kalkun, ikan dan beberapa
makhluk hidup lain membuktikan bahwa Spirulina dapat meningkatkan hngsi sistem
imun. Selanjutnya dikatakan, bahwa pada hewan Spirulina menaikkan ketahanan
terhadap serangan penyakit, walaupun dalam dosis rendah.
Spirulina adalah salah satu jenis mikroalga yang termasuk ke dalam famili
C'yunophyceae. Spirulina telah banyak diperdagangkan dan dimanfaatkan oleh
masyarakat suku Azstec di Meksiko sejak 400 tahun yang lalu, sehingga Spirulina
rncrnpunyai nilai ekonomi yang tinggi. Masyarakat Meksiko pada waktu dulu
mengenal ,Spirulina dengan nama DIHE yaitu berupa lempengan hijau kebiruan.
Lama kelamaan para ahli Phycology Perancis dapat mengidentifikasi bahwa yang
disebut DIHE tersebut adalah Spirulina (Kabinawa dan Inawati 1993).
Spirulina ini juga merupakan jenis mikroalga yang banyak ditemukan di
perairan Indonesia terutama pada daerah dengan dasar perairan berkapur seperti di
Ranu Klakah, Waduk Ciburuy, danau Beratan (Sachlan 1982). Disamping itu,
Spirulina juga terdapat di kolam perairan tawar Ragunan Pasar Minggu, Jakarta serta
di daerah sekitar Sleman, Yogayakarta (Kabinawa 1994).
Dari segi fisiologis, Spirulina adalah alga biru-hijau multiseluler yang tumbuh
di danaudanau yang bersifat basa yang kaya akan natrium karbonat dan natrium
bikarbonat. Kondisi lingkungan yang dibutuhkannya untuk hidup adalah suhu air
lingkungan hidup berkisar antara 25 - 4 0 ' ~dan dapat berkembang dengan baik pada
air dengan pH antara 8 - I I . Namun demikian, Spirulina dapat juga tumbuh pada pH
mendekati 7 atau di atas 1 1,3 (Aiba dan Ogawa 1977). Untuk fotosintesis, Spirulina
membutuhkan cahaya, mengambil C 0 2 dari udara dan tidak membutuhkan
karbohidrat sebagai sumber karbon. Spirulina tidak dapat mengambil nitrogen dari
udara, oleh karena itu, nitrogen ditambahkan pada media pertumbuhannya.
Spirulina ini berukumn kecil dimana sel-selnya berbentuk bergelung seperti
spiral sehingga disebut "Spirulina" yang berarti "spiral kecil". Spirulina mempunyai
filamen yang dapat bergerak, berbentuk silinder dengan diameter antara 1-12 pm,
tidak bercabang dan ukuran selnya 110 pm, sehingga mudah memanennya
(Richmond 1987). Fungsi dari Spirulina adalah memproduksi protein, karbohidrat,
vitamin-vitamin, asam-asam amino, pigmen-pigmen protektif, dan nutrien-nutrien
penting yang sangat diperlukan bagi kesehatan manusia.
Spirulina terdiri dari 60% protein tumbuhan, mudah dicerna, dengan
konsentmi makanan yang tinggi dari antioksidan beta karoten, besi, vitamin B 12 dan
GLA (Gamma Linolenic Acid). Warna hijau gelap datang dari kombinasi caroten
phytonutrien, chlomphyl dan phycocyanin. Spirulina juga merupakan surnber dari
polysaccharida yang terdapat pada dinding selnya dan sulfoglycolipid serta
mempunyai dinding sel yang lembut sehingga mudah untuk dicemakan (Henrikson
2000; Ruane 2000; Belay et al. 1993). Vonshak (1997) mengatakan, bahwa
kandungan lipopolysaccharida yang terdapat dalam Spirulina sebesar 1,5% berat
kering sel dan alga ini dapat dikultur secara massal.
Menurut Belay dan Ota (1 993), Spirulina mengandung 60 - 70% protein dan
kaya akan vitamin, terutama vitamin BIZ, beta carotene, mineral, dan asam gamma
l inolenat. Selanjutnya A1len (2000) dan Richmond (1 987), mengatakan bahwa
Spirulina mengandung 65
-
72% protein, 9 macam asam amino essensial, beta
caroten, chlomphyl, GLA, glycogen, rhamnosa, asam lemak essensial, vitaminvitamin dalam konsentrasi seimbang, vitamin BI2, lebih dari 14 macam mineral
termasuk Fe dan Mg, lebih dari 2.000 enzym-enzym aktifl cholesterol dan tepung
(sangat rendah sodium dan kalori, tetapi tinggi energi).
Kelly (2000) mengatakan, bahwa produksi Spirulina
berupa makanan
kesehatan kaya akan konsentrasi tinggi vitamin-vitamin, mineral-mineral dan asamasam amino, juga sejumlah enzym dan asam-asam lemak essensial. Dalam tahun
1979, peneliti Rusia telah mempublikasikan pengaruh stimulasi irnmun pada kelinci
dari lypopolysaccharida yang terkandung dalam Spirulina . Selanjutnya Richmond
(1 987) mengatakan, bahwa Spirulina mengandung asam-asam lemak yaitu asam
palmitat, asam palmitoleat, asam stearat, asarn oleat, asam linoleat dan asam qlinolenat.
Mikroalga Spirulina dapat dikonsumsi langsung oleh manusia karena tidak
beracun dan mikroalga ini juga telah banyak diusulkan sebagai sumber Protein Sel
Tunggal karena kandungan proteinnya yang tinggi antara 50 - 74% berat kering
(Ciferri 1983).
Baojiang (1994) dari penelitiannya pada tikus mengatakan bahwa
polysaccharida Spirulina dapat memperbaiki hngsi immunitas seluler nonspesifik
dan fungsi humoral spesifik. Mekanisme ini kelihatannya berhubungan dengan
kenyataan bahwa polysaccharida dapat mempertinggi kemampuan reproduksi dari
"marrowcyte", pertumbuhan thymus dan limpa, biosynthesis serum protein, dan
bahwa polysaccharida dapat mengurangi pengaruh harnbatan dari "inhibitive circular
phosphamide" dalam sistem irnrnun tubuh. Menurut Belay dan Ota (1993), bahwa
Spirulina dapat mempertinggi sistem immun, menurunkan toksisitas dari logam-
logam berat dan mempertinggi kekebalan terhadap keracunan, serta memproteksi
radiasi.
Menurut Sakai (1 998), bahwa komponen karbohidrat dan asam nukleat yang
terdapat pada dinding sel bakteri gram-negatif bisa dipakai sebagai immunostimulan,
apabila dicampur ke dalam pakan akan memberikan respon kekebalan. Dari beberapa
hasil penelitian diketahui bahwa Spirulina juga berpotensi dalam meningkatkan
.
sistem kekebalan tubuh beberapa jenis hewan seperti: ayam, tikus, kelinci, kucing,
termasuk ikan (Henrikson 2000; Duncan dan Klesius 1996; Sakai 1998).
Besednova (1979) dari hasil penelitiannya pada kelinci mengatakan, bahwa
sel-sel alga biru-hijau dan isolasi lipopolysaccharida (LPS) dari sel-selnya
menunjukkan aktivitas immunostimulan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
stimulasi produksi antibodi makro dan mikroglobulin, dimana kelinci yang
sebelumnya diinduksi dengan isolasi LPS dari alga biru-hijau dalam waktu 24-48 jam
menunjukkan kenailcan secara significant macrophage dan microphage. Anderson
(1 992) juga mengatakan, bahwa LPS yang diekstrak dari bakteri gram-negatif dapat
dipakai sebagai imunostimulan. LPS akan sangat potensial apabila diberikan dengan
dosis yang sangat rendah.
Duncan dan Klesius (1 996) telah mengevaluasi pengaruh Spirulina terhadap
peningkatan respon kekebalan tubuh ikan Channel Catfish (Ictaluruspunctatus). Dari
hasil pengamatannya diketahui bahwa pemberian 2,7% Spirulina dalam pakan dapat
meningkatkan aktivitas limfosit dan makrophag ikan uji. Sejumlah studi
menunjukkan bahwa Spirulina atau ekstrak Spirulina dapat menghambat atau
menginhibisi kanker pada manusia dan hewan.
Penelitian tentang pakan menunjukkan bahwa Spirulina dapat membangun
sistem kekebalan humoral dan seluler. Spirulina mempercepat produksi dari sistem
kekebalan humoral, (antibodi dan cytokin), juga menghambat proteksi sekeliling
invasi kuman. Sistem kekebalan seluler termasuk didalamnya sel-T, makrophag, selB dan sel-sel Natural Killer anti-kanker. Sel-sel ini bersirkulasi dalam darah dan
adalah sangat kaya pada organ-organ tubuh seperti hati, ginjal, thymus, lymphonodus,
adenoid-adenoid, tonsil-tonsil dan sumsum tulang belakang. Spirulina meregulasi
kembali sel-sel dan organ-organ kunci ini, meningkatkan kemarnpuannya untuk
fungsi dari stres akibat toksin-toksin yang terdapat dalam lingkungan hidupnya dan
dari agen-agen penginfeksi (Evets 1998).
Menurut Kozlenko dan Henson (1 998), bahwa Spirulina merupakan obat kuat
yang mempunyai kekuatan yang sangat tinggi untuk sistem kekebalan. Studi para ahli
pada tikus, tupai, ayam, kalkun, kucing dan ikan, menemukan bahwa Spirulina
konsisten dalam memperbaiki hngsi sistem kekebalan. Pam ahli kedokteran
menemukan bahwa Spirulina tidak hanya menstimulasi sistem kekebalan, namun
dalam kenyataannya dapat mempertinggi kemampuan tubuh untuk membentuk sel-sel
darah baru.
Qureshi et al., (1995) dari penelitian terhadap ayam Leghorn Gallus gallus
yang diberi pakan 10 gr Spirulinal L, menunjukkan bahwa dosis rendah Spirulina
dapat menaikkan hngsi sel-T dan thymus. Penelitian pada tikus yang diberi
tambahan ekstrak Spirulina dalam pakannya, terbukti dapat meningkatkan fungsi
makrophage, produksi antibodi dan sel T dalam menghadapi paparan infeksi. Pada
penelitian lain, Qureshi et a]., (in press) menemukan, bahwa pemberian Spirulina
secam in vitm pada ayam, menaikkan jumlah makrophag.
Bakteri Aeromonas hydrophila
Salah satu jenis bakteri yang bersifat patogen yang menyerang ikan di
perairan tawar diantaranya adalah Aeromonas hydrophila dan menginfeksi pada
semua fase kehidupan (Cipriano et al. 1984; Kabata 1985 dan Eidman dkk. 198I),
yang dapat menyebabkan septisemia hemoragik atau bercak merah pada ikan.
Aeromonas hydrophila dapat ditemukan di semua perairan alam. Bakteri ini dapat
menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup tinggi. Selanjutnya Snieszko (1 978)
menyatakan, bahwa habitat normal bakteri Aeromonas hydrophila adalah air tawar,
terutarna yang mengand~ngbahan organik.
Aeromonas hydrophila merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang
pendek hampir kokobasil dengan ukuran lebar berkisar antara 0,7 - 0,8 pm dan
ukuran panjang berkisar antara 1,O -13 p. Bersifat motil dengan satu flagela polar
yang terletak pada bagian ujung dan dapat berkembang biak dengan baik pada
medium Tryptic Soy Agar (TSA) pada suhu kamar (20 - 30 OC). Ada juga bakteri ini
yang berbentuk batang tunggal, kadang-kadang berpasangan, berbentuk rantai atau
filamen yang panjangnya mencapai 8 pm. Bersifat cytochrom oksidase positif dan
fermentatif; fakultatif aerob. Habitat bakteri ini adalah di air (Kabata 1985).
Noterdaeme et al., (1991) menemukan, bahwa dari 25 strain A. hydrophila
yang diisolasi dari ikan-ikan air tawar dan dari air tawar ditemukan bahwa 10 strain
tidak memiliki plasmid, 11 strain memiliki satu plasmid dan 4 strain mengandung dua
atau tiga plasmid.
Popoff (I 984), menyatakan bahwa Aeromonas hydrophila dapat turnbuh cepat
dalam media buatan (agar nutrien) dengan suhu optimum untuk perturnbuhannya
adalah 28 OC. Koloni Aeromonas hydrophila yang tumbuh pada agar nutrien terlihat
halus perrnukaannya dengan bagian tepi koloni rata Koloni tersebut berwarna jemih
dan putih kekuningan.
Bakteri ini dapat mengakibatkan tejadinya kerusakan tubuh yang terlihat dari
luar, berupa borok pada kulit yang menembus ke daerah daging dan perubahan yang
serius pada garnbaran damh, seperti perubahan pada kandungan haemoglobin, jumlah
erythrocyt dan leucocyt (Supriyadi dan Widagdo 1986). Kasus pada destruksi
jaringan hematopoietik dan inhibisi phagocytosis ditemukan pada air yang
mengandung endotoksin leukocytolitic yang diproduksi oleh Aeromonas salmonicida
(Bendele et al. 1987).
Stevenson dan Allen dalam Munro (1982) mengatakan, bahwa bakteri
Aeromonas hydrophila menghasilkan enzim-enzim dan racun-racun enterotoksin
yang menyebabkan haemolisis serta dapat mengakibatkan kerusakan pada sel dan
jaringan.
Menurut Supriyadi (1983) ikan-ikan yang terinfeksi penyakit ini warna
tubuhnya akan menjadi gelap, kulit kasat dan timbul perdarahan, bernafas megapmegap di permukaan air, berenang sangat lambat dan tejadi perdarahan pada alat-alat
dalam seperti ginjal, limpa dan hati. Santoso (1994) selanjutnya mengatakan bahwa
bakteri ini akan menyerang terutarna pada ikan-ikan yang mengalami stres. akibat
perubahan lingkungan maupun setelah pengangkutan jauh dan biasanya menyerang
dalam kurun waktu yang lama (kronis).
Menurut Stevenson (1 988), bahwa strain Aeromonas hydrophila merupakan
organisme patogen pada ikan yang dapat menyebabkan septisemia hemoragik
dibawah kondisi ikan stres ataupun bersamaan dengan infeksi oleh patogen lain.
Septisemia hemoragik merupakan penyakit sistemik yang dapat menyebabkan
pembengkakan rongga perut dan perdarahan organ-organ tubuh. Pada beberapa
kasus, bahkan dapat menimbulkan kematian tanpa menimbulkan gejala-gejala pada
bagian luar tubuhnya.
Penyakit septisemia hemoragik ini dapat menyerang berbagai jenis ikan dalam
segala umur dan ukuran, yang mungkin dapat masuk melalui insang, kulit ikan yang
luka, mulut maupun saluran pencemaan (Trust 1986), yaitu melalui makanannya
(Anderson 1974). Selanjutnya Suyanto (1 982) mengatakan, bahwa penyakit
septisemia hemoragik menyerang atau merusak jaringan pembuat sel darah. Penyakit
ini dapat ditularkan melalui air, ikan yang sakit maupun ikan sehat, serta vertebrata
lain yang terinfeksi.
Snieszko (1 974) mengatakan, bahwa gejala penyakit septisemia hemoragik
dan patologinya dapat di bagi kedalam 4 kategori, yaitu :
-
Akut, dengan gejala septisemia y m g cepat dan ktal, tubuh ikan menjadi
gemuk dan kasar. Organ dalam mengalami pembengkakan, usus sedikit
hemoragik, penyakit dapat meluas dalam waktu satu atau dua hari
- Bentuk akut dengan oedem, terjadi lepuh yang berisi air, abses dan sisik
berdiri. Pada bentuk oedem terjadi ascites dengan akumulasi eksudat
furulen yang berwarna kuning jemih dalam abdomen; degenerasi hati,
limpa, ginjal dan traktus intestinal. Exophtalamus seringkali terlihat pula
pada bentuk ini dan abdomen bengkak.
- Bentuk kronis, ulcerosa dengan firunkulosis dan srbses. Beniuk ini
ditandai dengan adanya sisik yang tipis dan mudah lepas disertai adanya
eksudat. Pada sisik dapat te rjadi abses yang dapat berpenetrasi ke dalam
otot. Jika abses ini dikuakkan akan tarnpak luka yang dalam dan
permukaannya kasar. Ikan yang sembuh seringkali meninggalkan luka
parut yang berwama gelap.
Bentuk laten, tidak terlihat gejala Pada bentuk ini ikan terinfeksi dan
bakteri dapat diisolasi dari organ internal lumen usus, darah dan
peritoneum, tapi tak ada tanda penyakit yang terlihat dari luar maupup ."
dari
dalarn. Biasanya ikan mengandung antibodi terhadap bakteri Aeromonas
hydrophila.
METODOLOGI
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini diiaksanakan mulai bulan Pebruari 2001 sampai dengan bulan
Mei 2001, bertempat di Laboratorium Patologi dan Laboratorium Basah Balai
Penelitian Perikanan Air Tawar Sukamandi, Subang.
Pengamatan preparat histologi dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hewan,
Universitas Jenderal Soedinnan (UNSOED), Purwokerto.
Pembuatan foto hasil pengamatan dilakukan di Laboratorium Umum,
Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED), Purwokerto.
Bahan dan Alat
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: ikan patin jarnbal
(Pangasius djambal Bleeker), Spirulina dalam bentuk powder, bakteri Aeromonas
h-vdrophila isolat no. 26 (koleksi Balai Penelitian Perikanan Air Tawar, Sukamandi),
LPS yang diisolasi dari Yibrio harvey isolat UD 27, pakan komersil, larutan KMn04,
larutan KOH-KI, larutan HCl 0,l N, indikator metil jingga, indikator amylum,
indikator phenolphtalein, larutan MnS04 , larutan H2S04 pekat, larutan Na2S204
0,025 N, larutan Na2C03 0,01 N, paraplas plus produksi Sigma, larutan phosphat
buffer formalin sebagai fiksatif, xylol, larutan alkohol bertingkat, larutan alkohol
absolut. Entellan, akuades, pewama Ehrlich's
Chloroform. larutan acid alkohol.
Haematoxylin-Eosin,
lktan
AIat
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : tangki fiber glas
sebanyak 25 buah beserta alat pengatur sirkulasi air, blower, 8 buah akuarium beserta
alat pengatur sirkulasi, pH meter, DO meter, beker gelas, thermometer, mikroskop
fluorescent, object glass, gelas penutup, ember, bak penampungan dari fiber glass,
semprotan (spray), alat bedah anatornis, seser, spuit, botol sampel, timbangan manual
dengan ketelitian 1 mg, penangas air, Tissue-Tek 111 buatan MILES, Histokinette
2000, Histocentre 2 buatan SHANDON, mikrotom Sartorius model 39, kotak
preparat, Styrer, akuarium-akuarium kecil tempat penampungan sementara sarnpel
yang akan diambil organnya.
Metode Kerja
Masa persiapan
Akuarium-akuariurn tempat pemeliharaan, akuariurn-akuariurn kecil tempat
penampungan sementara, tangki penampungan, tangki-tangki fiber glass, alat
pengatur sirkulasi udara, ember dan seser yang digunakan terlebih dahulu dibersihkan
lalu disucihamakan dengan menggunakan KMn04 sebanyak 5 ppm selama 24 jam.
Kemudian dibilas bersih dengan air bersih dan diisi dengan air setinggi % bagian
serta dibiarkan selama 3 (tiga) hari.
Ikan yang digunakan adalah benih ikan patin jambal (Pangasius djambal
Bleeker) yang diperoleh dari produksi Balai Penelitian Perikanan Air Tawar,
Sukamandi dengan ukuran 12 - 14 gram/ ekor sebanyak 785 ekor ikan. Ikan patin
jambal ditampung dalam tangki penampungan yang telah disucihamakan dan
diaklimasi selama 10 hari.
Bakteri untuk uji tantang adalah bakteri Aeromonas hydrophila isolat no. 26
yang diperoleh dari Balai Penelitian Perikanan Air Tawar, Sukamandi. Bakteri yang
akan digunkan, dibiakkan pada media cair TSB dan diinkubasi pada suhu ruang
selama 24 jam. Perhitungan jumlah bakteri dilakukan dengan metode cawan sebar
dinyatakan sebagai coloni forming unit (cfu) (Ellis, 1988).
Uji pendahuluan
Sebelum uji sesungguhnya, terlebih dahulu dilakukan uji pendahuluan dengan
tujuan untuk mencari LDSodari bakteri Aeromonas hydrophila yang akan digunakan
pada waktu uji tantang. LDSGartinya suatu nilai yang menyatakan dosis bakteri yang
dapat mematikan 50% dari individu yang diuji.
Untuk itu, ke dalam delapan buah akuarium yang telah disucihamakan dan
diberi alat pengatur sirkulasi dimasukkan ikan patin jambal masing-masing sebanyak
10 ekor. Tiap akuarium diberi label yang disusun secara acak dengan empat
perlakuan (kepadatan bakteri Aeromonas hydrophila) dan dua ulangan. Adapun
perlakuan yang dicobakan adalah kepadatan bakteri 1o9c f i per ikan, 1o7cfh per ikan,
1o5c f i per ikan dan lo3 cfu per ikan, yang disuntikkan kepada setiap eicor ikan patin
jambal (sesuai perlakuan) secara intraperitoneal.
Pengamatan dilakukan mulai penyuntikan dengan cara menghitung jumlah
ikan yang mati pada setiap perlakuan.
Rancangan Percobaan
Penelitian dilakukan secara eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) sebagai rancangan dasarnya. Perlakuan yang dicobakan terdiri dari lima
macam pakan dengan komposisi yang berbeda dan tiap perlakuan diulang sebanyak
tiga kali.
Adapun perlakuan yang dicobakan adalah sebagai berikut :
Pakan A
: Pelet dengan tambahan Spirulina 2 @.kg'' pakan
Pakan B
: Pelet dengan tambahan Spirulina 4 @.kg-' pakan
Pakan C
: Pelet dengan tambahan Spirulina 6 @.kg'' pakan
Pakan D
: Pelet dengan tambahan LPS 0,06 g-.kg-' pakan
Pakan E
: Pelet tanpa penambahan LPS maupun Spirulina
Lama waktu pemberian adalah :
LI
: Kontinyu, yaitu pakan yang mengandung Spirulina diberikan setiap hari
selama waktu penelitian (42 hari)
L2
: Diskontinyu, yaitu pemberian pakan dengan interval waktu satu minggu
selama waktu penelitian (42 hari)
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah :pemeriksaan patofisiologi
ikan selama penelitian, pemeriksaan gambaran histologis organ limphoid dan
pengamatan kelangsungan hidup ikan.
Data hasil pengamatan bersifiit non pararnetrik dan hasil identifikasi dianalisa
menggunakan cam deskriptif
Pelaksanaan Penelitian
Perlakuan Ikan Uji
Benih ikan patin jambal yang telah diaklimasi tadi dimasukkan ke dalam 24
buah tangki fiber glass bundar yang telah disucihamakan dan telah diberi alat
pengatur sirkulasi udara (aerasi). Pada setiap tangki diisi sebanyak 25 ekor ikan. Ikan
akan dipeliham selama 42 hari. Pakan diberikan 2 kali sehari sebanyak 5% dari berat
total populasi.
Sampling
Pengambilan Organ Limphoid
Sampling dilakukan setiap minggu se!arna 42 hari dengan cara : dari setiap
tangki diambil satu ekor ikan, ditempatkan pada akuarium-akuarium kecil tempat
penampungan sementara. Setelah itu dilakukan pembedahan dengan menggunakan
alat bedah anatomis untuk mengambil organ hati. limpa dan ginjal. Diambil botol
sampel yang telah diberi label dan telah diisi dengan iarutan buffer formalin 10%,
kernudian dimasukkan organ-organ yang telah diambil tadi ke dalamnya. Didiamkan
selama 24 jam.
Pemeriksaan Patofisiologi Ikan
Pemeriksaan patofisiologi ikan meliputi pengamatan gejala klinis dan tingkah
laku ikan, terutama setelah dilakukan uji tantang dengan bakteri patogen aktif A.
hydrophila. Kondisi ini diamati setiap hari.
Pemeriksaan Gambaran Histologis Organ Limphoid Ikan
Setelah 24 jam, organ-organ tadi ditata dalam Tissue Tek 111 (organ-organ
yang kira-kira 1010s dari Tissue Tek 111 diberi kain kasa), kemudian dicuci dengan air
mengalir selama satu malam. Keesokan harinya, organ-organ tersebut didehidrasi
dalam Histokinette 2000 dengan urutan sebagai berikut : direndam dalam alkohol
70% selama 2 jam, dalam alkohol90% selama 2 jam, dalam alkohol 100% selarna 1
jam, dalam propanol I selama 1 jam, dalam propanol I1 selama 2 jam, dalarn propanol
Ill selama 2 jam, dalam propanol IV selama 2 jam, dalam propanol V selama 2 jam,
kemudian dalam chloroform I selama 5 '/z jam dan dalam chloroform I1 selama !/z
jam. Terakhir, preparat dimasukkan ke dalam paraplast I selama 3 jam dan dalam
paraplast I1 selama 3 jam. Setelah itu preparat di cetak dalam kotak preparat (di
embedding).
Kemudian cetakan preparat tadi dipotong dengan menggunakan mikrotom
setebal5pm dan dimasukkan dalam penangas air dengan temperatur 4 0 ' ~ .Setelah itu
ditaruh di atas obyek gelas dan dikeringkan. Selanjutnya dilakukan pewarnaan
Haematoxylin - Eosin (Luna, 1986).
Pemeriksaan tiap organ limphoid dari masing-masing perlakuan diamati
menggunakan mikmskop binokular. Untuk mendukung hasil pengarnatan dengan
mikroskop, maka organ-organ limphoid yang menunjukkan perbedaan dilakukan
pemotretan.
Pengamatan Kelangsungan Hidup Ikan
Pengamatan tingkat kelangsungan hidup ikan dilakukan terutarna setelah uji
tantang dengan rumus sebagai berikut (Effendi, 1979) :
Dimana :
S
= tingkat
kelangsungan hidup (%)
N, = jumlah ikan yang hidup pada hari ke-t (ekor)
No
=
jumlah ikan mula-mula (ekor)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji LDso
Dari pengujian LDso diperoleh hasil bahwa perlakuan dengan kepadatan lo9
cfk per ikan, tiga jam setelah penyuntikan, ikan telah banyak yang berenang
sempoyongan, terus menerus berada di permukaan air, dengan mulut yang megapmegap dan tidak mau makan. Pada empat jam setelah penyuntikan, ikan yang mati
sebanyak 2 ekor. Pada pengamatan morfologi ikan-ikan yang masih hidup terlihat
bahwa, di sekitar mulutnya berwarna kemerahan dan mulut terus menganga dan pada
tujuh jam setelah penyuntikan ikan mati total.
Pada perlakuan dengan kepadatan 10' cfk per ikan, 8 jam setelah penyuntikan
belum ada ikan yang mati, namun 6
-
7 jam setelah penyuntikan telah terjadi
perubahan warna pada sirip punggung dan kulit ikan di sekitar bekas suntikan
menjadi berwarna kemerah-merahan. Ikan bergerak lamban dan tidak mau makan, di
sekeliling mulut, dada dan perut juga terdapat warna kemerahan dan mulut megapmegap. Dada dan perut ikan menggembung berisi cairan kemerah-merahan. Ikan
lebih senang berada di daerah permukaan air atau di dasar perairan. Setelah 9 jam
penyuntikan, ikan yang mati sebanyak tiga ekor, pada bekas suntikan terjadi borok
yang makin lama makin melebar dan makin dalam, bahkan ada yang sampai tembus
ke sisi sebelah lain. Pada pengamatan 24 jam setelah penyuntikan, ikan telah mati
total.
Pada perlakuan dengan kepadatan lo5 cfb per ikan, ikan bergerak tidak lincah,
tidak nafsu makan. Sebelas jam setelah penyuntikan, ikan yang mati sebanyak tiga
ekor. Sebagian ikan berenang di daerah permukaan air dan sebagian lagi berenang di
dasar perairan. Ada juga ikan yang berenang tegak lums dengan kepala ke atas. Di
daerah sekitar mulut terlihat warna kemerahan dan di daerah bekas suntikan terjadi
borok. Dada dan perut menggembung berisi cairan berwarna kemerah-merahan.
Warna kemerahan juga terlihat pada sirip punggung dan pada kulit ikan di sekitar
bekas suntikan. Pada pengamatan 24 jam setelah penyuntikan, ikan yang hidup
tinggal 5 ekor.
Pada perlakuan dengan kepadatan lo3 cfb per ikan, ikan berenang relatif lebih
lincah dibandingkan dengan perlakuan lain. Namun, ikan tetap tidak mau makan.
Pada pengamatan secara morfologi tidak terlihat pembahan yang demikian menyolok
bila dibandingkan dengan ikan yang sehat. Hanya di sekitar luka bekas suntikan
terlihat memar, sirip punggung dan di sekitar mulut terlihat sedikit kemerahan. Pada
pengamatan 24 jam setelah penyuntikan tidak ada satupun ikan yang mati.
Dari hasil di atas, maka dapat diketahui bahwa LD50 bakteri A. hydrophila
terhadap ikan patin jambal yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
kepadatan 10' cfb per ikan. Oleh karena itu, penyuntikan yang dilakukan adalah
dengan kepadatan 10' cfu per ikan agar dapat dilihat reaksi tanggap kebal ikzn-ikan
patin jambal terhadap infeksi bakteri patogen setelah diberi tambahan Spirulir~a
dalam pakan.
Patofisiologis Ikan
Dari hasil pengamatan patofisiologis ikan terli hat bahwa ikan-ikan yang
diinjeksi dengan bakteri patogen A. hydrophila secara intraperitoneal (tanpa
perlakuan) selalu berenang di permukaan perairan, tidak mau makan, ada yang
berenang
(Pangasius djambal Bleeker) YANG DIBERI
IMMUNOSTIMULAN SPIRULINA
Oleh :
SORTA BASAR IDA SIMANJUNTAK
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
ABSTRAK
SORTA BASAR IDA SIMANJUNTAK. Histologi Organ Limphoid Ikan Patin
Jambal (Pangmius djambal Bleeker) Yang Diberi Immunostimulan Spirulina.
Dibimbing oleh ACHMAD MAAD WIRAWIDJAJA, DARNAS DANA dan
HAMBALI SUPRIYADI.
Ikan patin jambal (Pangasius djambal Bleeker) merupakan ikan asli
Indonesia, hidup di air tawar dengan pertumbuhan yang cepat, rasanya gurih,
dagingnya tebal dan berwarna putih, sehingga digemari oleh konsumen. Namun
dalam budidaya sering menghadapi kendala, yaitu serangan hama dan penyakit ikan
yang dapat mengakibatkan kerugian ekonomi yang cukup besar.
Penelitian dilakukan di laboratorium Patologi dan laboratorium basah Balai
Penelitian Perikanan Air Tawar, Sukamandi, Subang, dimulai dari bulan Februari
2001 sarnpai bulan Mei 2001. Pengamatan histologis dilakukan di laboratorium
Fisiologi Hewan, Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Sebagai ikan percobaan digunakan ikan patin jambal (Pangasius djambal
Bleeker). Pada penelitian pendahuluan dilakukan pencarian LDso dengan penyuntikan
ikan patin jambal sebanyak 80 ekor yang dibagi dalam 8 akuarium dimana masingmasing akuarium diisi 10 ekor ikan dengan dua ulangan. Aeromonas hydrophila yang
akan di uji disuntikkan pada ikan secara intraperitoneal dengan kepadatan lo9, lo7,
10' dan 103. sebanyak 0,l cc.
Pada penelitian lanjutan, 600 ekor ikan patin jambal dibagi dalam 24 buah
tangki fiber glass dimana masing-masing tan& diisi sebanyak 25 ekor ikan.
Perlakuan yang diberikan adalah pemberian immunostimulator Spirulina pada pakan
dengan dosis : A. 2 gr.kg-l pakan, B. 4 gr.kge' pakan, C. 6 gr.kg-l pakan dan sebagai
kontrol positif adalah perlakuan D. dengan penambahan LPS sebanyak 0,06 gr.kg-'
pakan dan tiap perlakuan diulang tiga kali. &an-ikan dikelompokkan menjadi 2
kelompok masing-masing sebanyak 12 tangki dengan pengelompokkan: diberi pakan
dengan perlakuan secara terus menerus dan berselang seminggu (diberi pakan
berselang-seling yaitu satu minggu diberi pakan dengan perlakuan dan satu minggu
kemudian diberi pakan komersil).
Pengamatan dilakukan setiap minggu dengan cara mengambil seekor ikan
percobaan dari setiap tangki fibre glass. Pengamatan ketahanan hidup ikan patin
jambal setelah diuji tantang pada hari ke-29 dilakukan pada minggu ke-5 dan ke-6.
Ketahanan hidup ikan yang diamati sampai minggu ke-6 menunjukkan bahwa
perlakuan B, yaitu pemberian pakan dengan penambahan Spirulina 4 gr.kg-l pakan
secara berselang seminggu memberikan hasil yang terbaik.
Serahkanlah perbuatanmu kepada Tuhan,
maka terlaksanalah segala rencanamu.
(Amsal 16 :3)
Baiklah orang bijak mendengar dan menambah ilmu,
dan baiklah orang yang berpengertian memperoleh
bahan pertimbangan.
(Amsal 1 : 5)
SURATPERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesiscyang berjudul "Histologi Organ
Limphoid Ikan Patin Jambal (Pangasius djambal Bleeker) yang Diberi
Immunostimulan Spirulina" adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan
belum pernah dipublikasikan. Semua surnber data dan informasi yang digunakan
telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.
Bogor, April 2002
u
Sorta Basar Ida Sirnan-iuntak
NRP. 994321 BIO
HISTOLOGI ORGAN LIMPHOID IKAN PATIN JAMBAL
(Pangasius djambal Bleeker) YANG DIBEIU
IMMUNOSTIMULAN SPIRULINA
SORTA BASAR IDA SIMANJUNTAK
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Biologi
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2002
Judul Tesis
: Histologi Organ Limphoid Ikan Patin Jambal
(Pangasius djambal Bleeker) yang Diberi Immunostimulan
Spzrulina
Nama
: Sorta Basar Ida Simanjuntak
NRP
: 99432
Program Studi
: Biologi
Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing
Dr. Achmad Maad Wirawid-iaja. MS
Ketua
-
Dr. Ir. Darnas Dana. MSc
Anggota
i
MSc
s. ~ a m d l Suurivadi.
Anggota
Mengetahui,
h a m Pascasarjana :
Syafrida Manuwoto, MSc
Tanggal Lulus : 8 Februari 2002
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kota Jakarta pada tanggal 23 Juni 1959 sebagai anak
kedua dari pasangan B.1.A Simanjuntak dan S.L Tampubolon.
Penulis memulai pendidikan formal pada Taman Kanak-kanak Ibu Is, Sibolga
tahun 1965. Selanjutnya penulis masuk Sekolah Dasar Negeri 32, Medan pada tahun
1966 dan lulus tahun 1971, lulus Sekolah Menengah Pertama Roma Katolik Santo
Thomas, Medan tahun 1974 dan lulus Sekolah Menengah Atas Negeri 1, Purwokerto
tahun 1979, kemudian melanjutkan ke Fakultas Biologi, jurusan Zoologi Universitas
Jenderal Soedirman (UNSOED) dan memperoleh gelar Sarjana Biologi pada tahun
1986.
Pada tahun 1988 penulis diangkat sebagai staf pengajar pada Fakultas Biologi
Universitas Jenderal Sudirman (UNSOED), Purwokerto, mengajar mata kuliah
Fisiologi Hewan. Pada tahun 1998 penulis diminta membantu mengajar mata kuliah
Fisiologi Hewan Aquatik di Program D3Management Sumberdaya Perairan, Fakultas
Biologi Unsoed, Purwokerto. Pada tahun 1999, penulis mendapat kesempatan untuk
mengikuti Program Pascasarjana (S2), Program Studi Biologi, Subprogram Studi
Fisiologi Hewan pada Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor dengan beasiswa dari
Due Bath II.
Pada tanggal 26 Mei 1989 penulis menikah dengan Hotler Abner Manurung.
Dari pemikahan ini penulis dikaruniai dua orang putri, yaitu : Elisabeth Rumondang
Marsauiina Manurung, lahir pada tanggal 17 Maret 1990; Maria Ulina Klementina
Manurung, lahir pada tanggal 13 Pebruari 1992 dan Teoresia Hotmaida Taruli
Manurung, lahir pada tanggal 4 Maret 2002.
PRAKATA
Salam sejahtera. Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Pengasih dan Penyayang atas berkat dan rahmat Nya serta karunia Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tema yang dipilih dalam penelitian yang
dilaksanakan sejak bulan Februari 2001 ini ialah immunostimulan, dengan judul
Histologi Organ Limphoid Ikan Patin Jambal (Pangmius djambal Bleeker) yang
Diberi Imrnunostimulan Spirulim.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Achmad Maad Wirawidjaja,
MS; Bapak Dr. Ir. Darnas Dana, M.Sc dan Bapak Drs Hambali Supriyadi, MSc
selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak
Endi, selaku Kepala Balai Penelitian Perikanan Air Tawar beserta staf. Orang-orang
tercinta, suarniku dan putri-putriku, atas cinta kasih, pengertian dan pengorbanannya
selama saya menempuh studi, orangtuaku dan saudara-saudaraku terkasih atas segala
bantuan dan doa restunya. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua
pihak yang telah membantu penulis.
Akhii kata penulis mengharapkan semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi
yang membutuhkannya.
Purbalingga, April 2002
Sorta Basar Ida Simanjuntak
DAFTAR IS1
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi
PENDAHULUAN
Latar Belakang ...................................................................................................
Tujuan Penelitian ................................................................................................
1
4
TINJAUAN PUSTAKA
Organ Limphoid Ikan Teleost .......................................................................... 6
Immunostimulan Spirulina ............................................................................ 9
Bakteri Aeromonas hydrophila ..........................................................................
16
METODOLOGI
Lokasi dan Waktu Penelitian ..............................................................................
21
Bahan dan Alat ................................................................................................... 21
Metode Kerja ................................................................................................ 22
HASIL DAN PEMBAHAS AN
..
UJILDso ..........................................................................................................
Patofisiologis Ikan ...........................................................................................
Gambaran Histologis Organ Limphoid ............................................................
Pengamatan Kelangsungan Hidup Ikan ..........................................................
26
28
32
50
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ........................................................................................................
56
Saran ...................................................................................................................56
DAFTARPUSTAKA ............................................................................................
58
.
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Ikan yang diinfeksi dengan bakteri patogen Aerornonas hydrophila luka
sampai menembus sisi yang lain (luka parah) (a,b), terjadi penutupan
luka (penyembuhan) dengan pemberian Spirulina dalam pakan ...................
2. Terjadi pembengkakan rongga perut ikan patin akibat infeksi bakteri
Patogen A. hydrophila .................................................................................
3. Organ ginjal. Sel hydrophik (a), piknotik (b), vakuola dengan besar
bervariasi (c), nekrosis epithel tubular (d), kerusakan epithelium organ
ginjal (e) ......................................................................................................
4. Organ hati. Kerenggangan antar sel (a), nekrosis (b), kerusakan epithelium
organ hati (c) .................................................................................................
5. Organ limpa. Substansi amorf (a), piknotik (b), kerusakan epithelium
organ limpa (c) ...............................................................................................
6. Organ hati. Terdapat timbunan sel berinti didalam vakuola (a) ....................
7. Organ hati. Nekrosis koagulasi hati (a), vakuola dengan besar bervariasi ....
8. Organ ginjal. Timbunan sel berinti (a) ..........................................................
9. Organ ginjal. Nekrosis kaseosa akibat uji tantang dengan bakteri patogen A.
hydrophila .......................................................................................................
10. Organ hati. Lapisan transparan dari sel-sel lemak .......................................
11. Organ hati. Setelah diuji tantang dengan bakteri patogen A. hydrophila ....
12. Organ limpa. Lapisan transparan (a) ............................................................
13. Organ limpa. Kumpulan sel-sel berinti (a) setelah uji tantang dengan
bakteri patogen A. hydrophila ......................................................................
14. Organ hati. Volume sel sinusoid bertambah besar (a), lapisan sel-sel lemak
disekeliling epithelium organ (b) akibat penambahan Spirulina 6 gr.kg"
pakan secara berselang seminggu ..................................................................
15. Organ hati. Kumpulan sel-sel berinti disekeliling epithelium organ (a)
pada penambahan Spirulina 6 gr.kg-l pakan secara berselang
seminggu akibat uji tantang dengan bakteri patogen A. hydrophila ...........
48
16. Organ ginjal. Kumpulan sel-sel berinti (a) akibat penambahan LPS 0,06
gr.kg-' pakan secara berselang seminggu
49
17. Organ ginjal. Kumpulan sel-sel berinti disekeliling epithelium organ (a)
pada penambahan LPS 0,06 gr.kg-' pakan secara berselang seminggu
akibat uji tantang dengan bakteri patogen A. hydrophila .............................
49
18. Organ limpa. Kumpulan sel-sel berinti akibat penambahan Spirulina
6 gr.kg-1 pakan secara berselang seminggu ..................................................
50
19. Organ limpa. Kumpulan sel-sel berinti disekeliling epithelium organ (a)
pada penambahan Spirulina 6 gr.kg-' pakan secara berselang seminggu
akibat uji tantang dengan bakteri patogen A. hydrophila ............................
50
20. Tingkat kelangsungan hidup ikan patin ......................................................
52
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan patin jambal (Pangasius djambal Bleeker) merupakan ikan asli
Indonesia, banyak ditemukan di sungai-sungai di Sumatera (sungai Musi, sungai
Batang Hari, sungai Indexagiri), Jawa (sungai Brantas, Bengawan Solo) dan
Kalimantan Selatan (sungai Barito, sungai Mendawai dan sungai Kahayan). Namun,
akibat penangkapan yang terlalu berlebihan, polusi peraixan dan pembangunan
wadukl bendungan, ikan ini hampir punah, bahkan di sungai-sungai di Jawa Barat
sudah tidak ditemukan lagi.
Ikan patin jambal mempunyai pertumbuhan yang cepat (bisa mencapai bobot
lebih dari 20 kg), rasanya gurih dan mempunyai daging yang tebal dan berwama
putih sehingga sangat digemari oleh konsumen. Dengan demikian, ikan ini
mempunyai prospek yang baik untuk dibudidayakan guna memenuhi permintaan
pasar lokal maupun intemasional yang selama ini dipasok oleh Vietnam dengan
Pangasius bocourfi dan merupakan ikan dengan nilai ekonomis penting apabila
dimasyarakatkan.
Seiring dengan meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan
pentingnya nilai gizi makanan mengakibatkan kebutuhan akan protein yang berasal
dari ikan juga semakin meningkat. Oleh karena itu, produksi perikanan perlu terus
ditingkatkan guna memenuhi kebutuhan akan protein tersebut dengan cara
meningkatkan usaha budidaya ikan, terlebih-lebih untuk ikan-ikan yang belum
dikenal oleh masyarakat luas dan yang hampir punah. Untuk itu, Balai Penelitian
Perikanan Air Tawar Sukamandi mulai membudidayakan ikan patin jambal, dimana
keberhasilan pemijahan mulai terlihat sejak tahun 1997 dengan cara kawin buatan.
Namun, dalam usaha budidaya ikan ada kendala yang dihadapi yaitu masalah
penyakit ikan dan salah satu penyebabnya adalah bakteri Aerornonas hydrophila yang
dapat menyebabkan penyakit bakterial. Kemgian yang disebabkan oleh penyakit ini
sangat besar, karena infeksinya kronis dan mortalitas yang disebabkannya dapat
mencapai 100%.
Ikan patin jambal karena tubuhnya tidak ditutupi oleh sisik dan hanya
diselaputi oleh lendir, akan gampang kena luka, akibatnya akan mudah terserang
penyakit termasuk bakteri Aeromonas hydrophila. Bakteri ini dapat ditemukan di
semua perairan alam dan mempakan salah satu patogen yang sering menyerang ikan
air tawar serta menginfeksi pada semua fase kehidupan ikan (Kabata, 1985).
Supriyadi (1983) mengatakan, bahwa ikan-ikan yang terinfeksi oleh bakteri
ini, tubuhnya akan menjadi gelap, kulit kasat dan timbul perdarahan, bemafas megapmegap di permukaan air, berenang sangat lambat dan tejadi perdarahan pada alat-alat
dalam seperti ginjal, limpa dan hati. Selanjutnya Kabata (1985) mengatakan, bahwa
A. hydrophila dapat menyebabkan Septicaemia Haemorrhagic pada bagian organ
dalam tibuh ikan seperti ginjal dan limpa.
Untuk itu perlu dilakukan usaha pencegahan penyebaran penyakit. Hal ini
dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa bahan, seperti misalnya bahan kimia
dan dengan pemberian vaksin pada ikan. Upaya pencegahan penularan penyakit
dengan pemberian vaksin pada ikan memerlukan biaya yang sangat mahal dan hanya
.
menghasilkan antibodi spesifik untuk satu jenis patogen saja. Sebaliknya penggunaan
bahan kimia juga telah dilakukan, namun dalam jangka waktu yang lama akan
menimbulkan efek yang kurang baik terhadap lingkungan perairan dan dapat
menimbulkan resistensi patogen. Oleh karena itu, perlu dicari alternatif lain untuk
mencegah timbulnya penyakit dengan cara meningkatkan kekebalan tubuh ikan
terhadap agen penyakit.
Peningkatan kekebalan tubuh ikan dapat dilakukan dengan pemberian
immunostimulator, keuntungannya adalah daya tahan tubuh yang timbul setelah
pemberian immunostimulator dapat bertahan sampai akhir periode pemeliharaan.
Adapun jenis-jenis immunostimulator yang dapat digunakan adalah
Lipopolysaccharida (LPS), Glucan dan Spirulina.Di Indonesia penggunaan Spirulina
sebagai immunostimulan pada ikan belum pernah dilakukan, sehingga informasi
mengenai dosis yang efektif untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh ikan, baik
untuk ikan-ikan lokal maupun untuk ikan-ikan introduksi, belum diketahui.
Walaupun demikian, Spirulina telah diproduksi secara massal di Indonesia dan telah
dipasarkan terutarna ke perusahaan obat-obatan. Contohnya, dapat diperoleh dari
Laboratorium Mikroalga, Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi-LPI,
Cibinong, sehingga dapat dengan mudah diaplikasikan oleh masyarakat. Adapun
tujuan akhirnya adalah pemberian Spirulina sangat praktis, karena dapat dicampurkan
dengan mudah ke dalam pakan.
Baojiang (1994) dari penelitiannya pada tikus mengatakan bahwa
polysaccharida Spirulina dapat memperbaiki fbngsi imunitas seluler nonspesifik dan
fbngsi humoral spesifik. Mekanisme ini kelihatannya berhubungan dengan kenyataan
bahwa polysaccharida dapat mempertinggi pertumbuhan thymus dan limpa.
Menurut Belay dan ota (1993), bahwa Spirulina dapat mempertinggi sistem
imun, menurunkan toksisitas dari logam-logam berat dan mempertinggi kekebalan
terhadap keracunan, serta memproteksi radiasi. Selanjutnya Besednova (1979) dari
hasil penelitiannya pada kelinci mengatakan, bahwa isolasi lipopolysaccharida (LPS)
dari alga biru-hijau menunjukkan aktivitas immunostimulan yang ditunjukkan dengan
kenaikan secara significant makrophag dan mikrophag.
Henrikson (1997) mengatakan, bahwa Spirulina aman untuk dimakan karena
tidak mengandung bakteri yang berbahaya, rendah kandungan logam-logam berat dan
tidak mengandung zat-zat yang berbahaya bagi tubuh manusia.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
a. Memperlihatkan gambaran histologis organ limphoid akibat penambahan
Spirulina dalam pakan dengan pemberian secara terus menerus maupun berselang
seminggu
b. Memperlihatkan gambaran histologis organ limphoid setelah uji tantang terhadap
bakteri patogen akibat pemberian Spirulina dalam pakan dengan pemberian
secara terus menerus maupun berselang seminggu
TINJAUAN PUSTAKA
Organ Limphoid Ikan Teleost
Sistem kekebalan tubuh ikan, umumnya hampir sama dengan hewan
vertebrata lain. Narnun, terdapat beberapa perbedaan yaitu organ pembentuknya,
proses pembentukan serta jenis dan komponen imunnya. Organ pembentuk respon
imun dan darah dikenal sebagai organ limphomieloid. Disebut demikian karena
jaringan lirnphoid dan mieloid bergabung menjadi satu. Jaringan tersebut terutama
terbentuk dari jan'ngan granulopoietik yang kaya dengan enzim lisozim dimana
diduga mempunyai peranan penting dalarn reaksi kekebalan tubuh (Fange 1982).
Nabib dan Pasaribu (1989) mengatakan, bahwa jaringan pembentuk sel-sel darah
I
disebut jaringan haemopoietik. Selanjutnya Smith dalam Primandaka (1992)
menyatakan, bahwa sel-sel darah diproduksi di ginjal dan limpa
Yang termasuk organ limphoid adalah thymus, lyrnphonodus dan limpa
(Wheater et al. 1979). Selanjutnya dikatakan, ikan teleost tidak memiliki sumsum
tulang dan limphonodus yang definitif O!eh karena ikan tidak memiliki limphonodus
dan
tulang-tulangnya
tidak
mempunyai
rongga
bersumsum,
jaringan
haemopoietiknya terdapat dalarn stroma limpa dan interstitiurn dari ginjal, dan bisa
juga di daerah periportal hati, submukosa usus dan organ4rgan limphoid khusus dan
thymus.
Tipe utama sel yang berkaitan dengan respon kekebalan pada ikan benulang
belakang adalah sel makrophag, limfosit dan plasmosit (Dorson 1984). Sedangkan
'
organ limphoid yang berkaitan dengan respon kekebalan ikan terdiri dari limpa,
bagian anterior ginjal dan thymus (Anderson 1974) serta jaringan limphoid saluran
pencemaan yang terdapat pada mukosa usus @orson 1984).
Thymus, merupakan pusat organ limphoid (Lames dan de Haas 1985)
terletak dorsolateral subkutaneus pada faring dalam rongga insang, berupa jaringan
limphoid berbentuk oval (Ferguson 1989). Secara makroskopik, thymus jelas terlihat
pada ikan muda (Hibiya 1982), sedangkan pada ikan dewasa mungkin menghilang
(Fange 1982).
Ginjal, terletak pada posisi retroperitoneal tepat di bagian ventral dari tulang
punggung, di bawah kolum vertebrae (Ferguson 1989; Nabib dan Pasaribu 1989),
kaya akan sel limfosit, sel granulosit dan sel figosit (Rijkers 1981). Pada ginjal,
jaringan haemopoietik ini di bagian belakang hanya berupa bercak-bercak saja,
sedangkan di bagian depan hampir seluruh jaringan ginjal merupakan jaringan
haemopoietik (Nabib dan Pasaribu 1989). Secara makroskopik, ginjal terlihat
berwarna coklat muda atau tua atau hitam, bentuknya bervariasi menurut spesies,
terbagi atas ginjal anterior dan posterior. dimana bagian anterior berfungsi sebagai
organ limphomieloid, sedangkan bagian posteriornya sebagai organ ekskretori
(Robert 1989).
Ginjal ikan mengandung banyak limfosit dalam pelbagai ukuran dan banyak
limfosit terlihat dalarn proses pembelahan diri. Perbandingan relatif jumlah limfosit
yang dihasilkan ginjal dan thymus dan kepentingannya (bila ada) sehubungan dengan
sumber asal limfosit dari satu atau lain organ masih belum diketahui benar. Namun
dalam beberapa ha], misalnya dalam ha1 tempat pembentukan erithrosit, limfosit dan
.r
granulosit, ginjal ikan ini banyak sekali persarnaannya dengan sumsum tulang merah
pada mammalia Namun dalam hngsinya sebagai filter yang dimungkinkan oleh
adanya suatu retikulum fhgositer yang ada hubungannya dengan unsur-unsur
limphoid termasuk sel-sel pembentuk antibodi, ginjal ikan ini juga menyerupai
kelenjar pertahanan mammalia (Nabib dan Pasaribu 1989).
Limpa merupakan satu-satunya organ yang menyerupai limphonodus pada
ikan. Terletak dekat lengkungan besar dari larnbung atau pada belokan usus,
berwarna merah gelap atau hitam dan pada ikan sehat batas-batasnya sangat jelas.
Umumnya hanya terdapat satu limpa, narnun pada beberapa spesies bisa juga terbagibagi dalam dua atau tiga bagian (Nabib dan Pasaribu 1989; Ellis 1989).
Limpa mempunyai kapsula, narnun tidak mempunyai trabekula yang
menjorok ke jaringan. Limpa terdiri atas ellipsoid (kapiler berdinding tebal), pulpa
dan pusat melanomakrophag. Pulpa terdiri atas jaringan phagositik sinusoidal yang
mempunyai banyak erythmcyt dan jaringan hemapoietik. Pusat melanomakrophag
terletak di dekat pembuluh darah (Kumiasih 1999).
Anderson (1 974) mengatakan, bahwa limpa merupakan organ utama dalam
prosesing, penyimpanan dan pendewasaan erythrosit, netmfil dan granulosit. Pulpa
putih limpa banyak mengandung limfosit (Lamen dan de Haas 1985), sedang pulpa
merah limpa banyak mengandung erythrosit (Hibiya 1982; Lamers dan MuiswiPlkel
1986).
Hati ikan secara relatif merupakan suatu organ besar. Pada ikan-ikan liar (ikan
carnivora) umumnya bewama coklat kemerahan dan pada ikan herbivora umunya
berwama coklat lebih muda, narnun dalam waktu-waktu tertentu dalam setahun bisa
berwarna kuning, bahkan keputih-putihan. Pada ikan yang makanannya kurang
cocok, hatinya umumnya berwarna lebih muda. Hati ikan bisa merupakan organ yang
terbatas bentuknya dan terletak di rongga perut sebelah muka atau ada juga yang
mempunyai penjuluran-penjuluran sepanjang rongga perut atau melekat pada alat
tubuh lainnya. Pada spesies-spesies tertentu, hati ikan bisa juga merupakan gabungan
dengan pancreas sehingga disebut hepatopancreas, walaupun pada umurnnya
pancreas merupakan suatu organ yang terpisah. Sinusoidnya secara tidak teratur
tampak diantara sel-sel hati dengan jumlah lebih sedikit, dibatasi oleh sel-sel endotel
dengan inti-inti yang sangat jelas. Jaringan haematopoietik, lengkap dengan pusatpusat rnelanomakrofagnya, ditemukan dalam jumlah yang berbeda di sekitar
pembuluh darah besar dalam hati dan bila ada hepatopancreas, maka bagian pancreas
ini berada di sekitar cabang-cabang pembuluh vena porta yang agak besar sebagai
kelenjar-kelenjar tambahan (Nabib dan Pasaribu 1989).
Immunostimulan Spirulina
I rnrn unostimulan adalah suatu bahan kimia, obat-obatan, memberi tekanan,
atau aksi ~ a n gdapat meninggikan mekanisme pertahanan rlon-spesifik atau respon
kekebalan spesifik (Anderson 1992). Kategori beberapa immunostimulator dapat
diklasifikasikan menurut asalnya dan biokirnia, yaitu : bakteri dan produk-,produk
bakteri, carbohydrat kornpleks. vaksin, obat-obatan mempertinggi kekebalan, kktorfaktor nutrisi, ekstrak-ekstrak hewan, cytokin dan lectin (ekstrak-ekstrak tumbuhan)
(Galeotti 1998).
lmmunostimulator dapat diberikan pada ikan dengan tiga cara, yaitu: dengan
cara penyuntikan, perendaman, dan dengan cara mencampurkan immunostimulator
dalam pakan (oral) (Ward 1982).
Immunostirnulan dapat menaikkan respon imun nonspesifik dan memproteksi
infeksi berulang pada ikan (Duncan et al. 1996). Salah satu immunostimulan yang
telah dilakukan pada catfish adalah Spirulina.
Spirulina telah banyak diteliti oleh para ahli sekarang ini. Hal ini berkenaan
karena Spirulina sangat bemanfaat bagi manusia, terutama untuk kesehatan tubuh.
Dari berbagai penelitian yang dilakukan pada Spirulina menunjukkan bahwa
Spirulina mengandung berbagai jenis senyawa yang sangat penting bagi tubuh
sehingga Spirulina
telah diproduksi sebagai makanan kesehatan. Spirulina
mempunyai dinding sel yang lembut, sehingga mudah dicernakan (Henrikson 2000).
Dari beberapa penelitian yang dilakukan terhadap hewan yang diberi Spirulina dalam
pakannya, seperti tikus, tupai, ayam, kucing, ayam kalkun, ikan dan beberapa
makhluk hidup lain membuktikan bahwa Spirulina dapat meningkatkan hngsi sistem
imun. Selanjutnya dikatakan, bahwa pada hewan Spirulina menaikkan ketahanan
terhadap serangan penyakit, walaupun dalam dosis rendah.
Spirulina adalah salah satu jenis mikroalga yang termasuk ke dalam famili
C'yunophyceae. Spirulina telah banyak diperdagangkan dan dimanfaatkan oleh
masyarakat suku Azstec di Meksiko sejak 400 tahun yang lalu, sehingga Spirulina
rncrnpunyai nilai ekonomi yang tinggi. Masyarakat Meksiko pada waktu dulu
mengenal ,Spirulina dengan nama DIHE yaitu berupa lempengan hijau kebiruan.
Lama kelamaan para ahli Phycology Perancis dapat mengidentifikasi bahwa yang
disebut DIHE tersebut adalah Spirulina (Kabinawa dan Inawati 1993).
Spirulina ini juga merupakan jenis mikroalga yang banyak ditemukan di
perairan Indonesia terutama pada daerah dengan dasar perairan berkapur seperti di
Ranu Klakah, Waduk Ciburuy, danau Beratan (Sachlan 1982). Disamping itu,
Spirulina juga terdapat di kolam perairan tawar Ragunan Pasar Minggu, Jakarta serta
di daerah sekitar Sleman, Yogayakarta (Kabinawa 1994).
Dari segi fisiologis, Spirulina adalah alga biru-hijau multiseluler yang tumbuh
di danaudanau yang bersifat basa yang kaya akan natrium karbonat dan natrium
bikarbonat. Kondisi lingkungan yang dibutuhkannya untuk hidup adalah suhu air
lingkungan hidup berkisar antara 25 - 4 0 ' ~dan dapat berkembang dengan baik pada
air dengan pH antara 8 - I I . Namun demikian, Spirulina dapat juga tumbuh pada pH
mendekati 7 atau di atas 1 1,3 (Aiba dan Ogawa 1977). Untuk fotosintesis, Spirulina
membutuhkan cahaya, mengambil C 0 2 dari udara dan tidak membutuhkan
karbohidrat sebagai sumber karbon. Spirulina tidak dapat mengambil nitrogen dari
udara, oleh karena itu, nitrogen ditambahkan pada media pertumbuhannya.
Spirulina ini berukumn kecil dimana sel-selnya berbentuk bergelung seperti
spiral sehingga disebut "Spirulina" yang berarti "spiral kecil". Spirulina mempunyai
filamen yang dapat bergerak, berbentuk silinder dengan diameter antara 1-12 pm,
tidak bercabang dan ukuran selnya 110 pm, sehingga mudah memanennya
(Richmond 1987). Fungsi dari Spirulina adalah memproduksi protein, karbohidrat,
vitamin-vitamin, asam-asam amino, pigmen-pigmen protektif, dan nutrien-nutrien
penting yang sangat diperlukan bagi kesehatan manusia.
Spirulina terdiri dari 60% protein tumbuhan, mudah dicerna, dengan
konsentmi makanan yang tinggi dari antioksidan beta karoten, besi, vitamin B 12 dan
GLA (Gamma Linolenic Acid). Warna hijau gelap datang dari kombinasi caroten
phytonutrien, chlomphyl dan phycocyanin. Spirulina juga merupakan surnber dari
polysaccharida yang terdapat pada dinding selnya dan sulfoglycolipid serta
mempunyai dinding sel yang lembut sehingga mudah untuk dicemakan (Henrikson
2000; Ruane 2000; Belay et al. 1993). Vonshak (1997) mengatakan, bahwa
kandungan lipopolysaccharida yang terdapat dalam Spirulina sebesar 1,5% berat
kering sel dan alga ini dapat dikultur secara massal.
Menurut Belay dan Ota (1 993), Spirulina mengandung 60 - 70% protein dan
kaya akan vitamin, terutama vitamin BIZ, beta carotene, mineral, dan asam gamma
l inolenat. Selanjutnya A1len (2000) dan Richmond (1 987), mengatakan bahwa
Spirulina mengandung 65
-
72% protein, 9 macam asam amino essensial, beta
caroten, chlomphyl, GLA, glycogen, rhamnosa, asam lemak essensial, vitaminvitamin dalam konsentrasi seimbang, vitamin BI2, lebih dari 14 macam mineral
termasuk Fe dan Mg, lebih dari 2.000 enzym-enzym aktifl cholesterol dan tepung
(sangat rendah sodium dan kalori, tetapi tinggi energi).
Kelly (2000) mengatakan, bahwa produksi Spirulina
berupa makanan
kesehatan kaya akan konsentrasi tinggi vitamin-vitamin, mineral-mineral dan asamasam amino, juga sejumlah enzym dan asam-asam lemak essensial. Dalam tahun
1979, peneliti Rusia telah mempublikasikan pengaruh stimulasi irnmun pada kelinci
dari lypopolysaccharida yang terkandung dalam Spirulina . Selanjutnya Richmond
(1 987) mengatakan, bahwa Spirulina mengandung asam-asam lemak yaitu asam
palmitat, asam palmitoleat, asam stearat, asarn oleat, asam linoleat dan asam qlinolenat.
Mikroalga Spirulina dapat dikonsumsi langsung oleh manusia karena tidak
beracun dan mikroalga ini juga telah banyak diusulkan sebagai sumber Protein Sel
Tunggal karena kandungan proteinnya yang tinggi antara 50 - 74% berat kering
(Ciferri 1983).
Baojiang (1994) dari penelitiannya pada tikus mengatakan bahwa
polysaccharida Spirulina dapat memperbaiki hngsi immunitas seluler nonspesifik
dan fungsi humoral spesifik. Mekanisme ini kelihatannya berhubungan dengan
kenyataan bahwa polysaccharida dapat mempertinggi kemampuan reproduksi dari
"marrowcyte", pertumbuhan thymus dan limpa, biosynthesis serum protein, dan
bahwa polysaccharida dapat mengurangi pengaruh harnbatan dari "inhibitive circular
phosphamide" dalam sistem irnrnun tubuh. Menurut Belay dan Ota (1993), bahwa
Spirulina dapat mempertinggi sistem immun, menurunkan toksisitas dari logam-
logam berat dan mempertinggi kekebalan terhadap keracunan, serta memproteksi
radiasi.
Menurut Sakai (1 998), bahwa komponen karbohidrat dan asam nukleat yang
terdapat pada dinding sel bakteri gram-negatif bisa dipakai sebagai immunostimulan,
apabila dicampur ke dalam pakan akan memberikan respon kekebalan. Dari beberapa
hasil penelitian diketahui bahwa Spirulina juga berpotensi dalam meningkatkan
.
sistem kekebalan tubuh beberapa jenis hewan seperti: ayam, tikus, kelinci, kucing,
termasuk ikan (Henrikson 2000; Duncan dan Klesius 1996; Sakai 1998).
Besednova (1979) dari hasil penelitiannya pada kelinci mengatakan, bahwa
sel-sel alga biru-hijau dan isolasi lipopolysaccharida (LPS) dari sel-selnya
menunjukkan aktivitas immunostimulan. Hal ini ditunjukkan dengan adanya
stimulasi produksi antibodi makro dan mikroglobulin, dimana kelinci yang
sebelumnya diinduksi dengan isolasi LPS dari alga biru-hijau dalam waktu 24-48 jam
menunjukkan kenailcan secara significant macrophage dan microphage. Anderson
(1 992) juga mengatakan, bahwa LPS yang diekstrak dari bakteri gram-negatif dapat
dipakai sebagai imunostimulan. LPS akan sangat potensial apabila diberikan dengan
dosis yang sangat rendah.
Duncan dan Klesius (1 996) telah mengevaluasi pengaruh Spirulina terhadap
peningkatan respon kekebalan tubuh ikan Channel Catfish (Ictaluruspunctatus). Dari
hasil pengamatannya diketahui bahwa pemberian 2,7% Spirulina dalam pakan dapat
meningkatkan aktivitas limfosit dan makrophag ikan uji. Sejumlah studi
menunjukkan bahwa Spirulina atau ekstrak Spirulina dapat menghambat atau
menginhibisi kanker pada manusia dan hewan.
Penelitian tentang pakan menunjukkan bahwa Spirulina dapat membangun
sistem kekebalan humoral dan seluler. Spirulina mempercepat produksi dari sistem
kekebalan humoral, (antibodi dan cytokin), juga menghambat proteksi sekeliling
invasi kuman. Sistem kekebalan seluler termasuk didalamnya sel-T, makrophag, selB dan sel-sel Natural Killer anti-kanker. Sel-sel ini bersirkulasi dalam darah dan
adalah sangat kaya pada organ-organ tubuh seperti hati, ginjal, thymus, lymphonodus,
adenoid-adenoid, tonsil-tonsil dan sumsum tulang belakang. Spirulina meregulasi
kembali sel-sel dan organ-organ kunci ini, meningkatkan kemarnpuannya untuk
fungsi dari stres akibat toksin-toksin yang terdapat dalam lingkungan hidupnya dan
dari agen-agen penginfeksi (Evets 1998).
Menurut Kozlenko dan Henson (1 998), bahwa Spirulina merupakan obat kuat
yang mempunyai kekuatan yang sangat tinggi untuk sistem kekebalan. Studi para ahli
pada tikus, tupai, ayam, kalkun, kucing dan ikan, menemukan bahwa Spirulina
konsisten dalam memperbaiki hngsi sistem kekebalan. Pam ahli kedokteran
menemukan bahwa Spirulina tidak hanya menstimulasi sistem kekebalan, namun
dalam kenyataannya dapat mempertinggi kemampuan tubuh untuk membentuk sel-sel
darah baru.
Qureshi et al., (1995) dari penelitian terhadap ayam Leghorn Gallus gallus
yang diberi pakan 10 gr Spirulinal L, menunjukkan bahwa dosis rendah Spirulina
dapat menaikkan hngsi sel-T dan thymus. Penelitian pada tikus yang diberi
tambahan ekstrak Spirulina dalam pakannya, terbukti dapat meningkatkan fungsi
makrophage, produksi antibodi dan sel T dalam menghadapi paparan infeksi. Pada
penelitian lain, Qureshi et a]., (in press) menemukan, bahwa pemberian Spirulina
secam in vitm pada ayam, menaikkan jumlah makrophag.
Bakteri Aeromonas hydrophila
Salah satu jenis bakteri yang bersifat patogen yang menyerang ikan di
perairan tawar diantaranya adalah Aeromonas hydrophila dan menginfeksi pada
semua fase kehidupan (Cipriano et al. 1984; Kabata 1985 dan Eidman dkk. 198I),
yang dapat menyebabkan septisemia hemoragik atau bercak merah pada ikan.
Aeromonas hydrophila dapat ditemukan di semua perairan alam. Bakteri ini dapat
menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup tinggi. Selanjutnya Snieszko (1 978)
menyatakan, bahwa habitat normal bakteri Aeromonas hydrophila adalah air tawar,
terutarna yang mengand~ngbahan organik.
Aeromonas hydrophila merupakan bakteri gram negatif, berbentuk batang
pendek hampir kokobasil dengan ukuran lebar berkisar antara 0,7 - 0,8 pm dan
ukuran panjang berkisar antara 1,O -13 p. Bersifat motil dengan satu flagela polar
yang terletak pada bagian ujung dan dapat berkembang biak dengan baik pada
medium Tryptic Soy Agar (TSA) pada suhu kamar (20 - 30 OC). Ada juga bakteri ini
yang berbentuk batang tunggal, kadang-kadang berpasangan, berbentuk rantai atau
filamen yang panjangnya mencapai 8 pm. Bersifat cytochrom oksidase positif dan
fermentatif; fakultatif aerob. Habitat bakteri ini adalah di air (Kabata 1985).
Noterdaeme et al., (1991) menemukan, bahwa dari 25 strain A. hydrophila
yang diisolasi dari ikan-ikan air tawar dan dari air tawar ditemukan bahwa 10 strain
tidak memiliki plasmid, 11 strain memiliki satu plasmid dan 4 strain mengandung dua
atau tiga plasmid.
Popoff (I 984), menyatakan bahwa Aeromonas hydrophila dapat turnbuh cepat
dalam media buatan (agar nutrien) dengan suhu optimum untuk perturnbuhannya
adalah 28 OC. Koloni Aeromonas hydrophila yang tumbuh pada agar nutrien terlihat
halus perrnukaannya dengan bagian tepi koloni rata Koloni tersebut berwarna jemih
dan putih kekuningan.
Bakteri ini dapat mengakibatkan tejadinya kerusakan tubuh yang terlihat dari
luar, berupa borok pada kulit yang menembus ke daerah daging dan perubahan yang
serius pada garnbaran damh, seperti perubahan pada kandungan haemoglobin, jumlah
erythrocyt dan leucocyt (Supriyadi dan Widagdo 1986). Kasus pada destruksi
jaringan hematopoietik dan inhibisi phagocytosis ditemukan pada air yang
mengandung endotoksin leukocytolitic yang diproduksi oleh Aeromonas salmonicida
(Bendele et al. 1987).
Stevenson dan Allen dalam Munro (1982) mengatakan, bahwa bakteri
Aeromonas hydrophila menghasilkan enzim-enzim dan racun-racun enterotoksin
yang menyebabkan haemolisis serta dapat mengakibatkan kerusakan pada sel dan
jaringan.
Menurut Supriyadi (1983) ikan-ikan yang terinfeksi penyakit ini warna
tubuhnya akan menjadi gelap, kulit kasat dan timbul perdarahan, bernafas megapmegap di permukaan air, berenang sangat lambat dan tejadi perdarahan pada alat-alat
dalam seperti ginjal, limpa dan hati. Santoso (1994) selanjutnya mengatakan bahwa
bakteri ini akan menyerang terutarna pada ikan-ikan yang mengalami stres. akibat
perubahan lingkungan maupun setelah pengangkutan jauh dan biasanya menyerang
dalam kurun waktu yang lama (kronis).
Menurut Stevenson (1 988), bahwa strain Aeromonas hydrophila merupakan
organisme patogen pada ikan yang dapat menyebabkan septisemia hemoragik
dibawah kondisi ikan stres ataupun bersamaan dengan infeksi oleh patogen lain.
Septisemia hemoragik merupakan penyakit sistemik yang dapat menyebabkan
pembengkakan rongga perut dan perdarahan organ-organ tubuh. Pada beberapa
kasus, bahkan dapat menimbulkan kematian tanpa menimbulkan gejala-gejala pada
bagian luar tubuhnya.
Penyakit septisemia hemoragik ini dapat menyerang berbagai jenis ikan dalam
segala umur dan ukuran, yang mungkin dapat masuk melalui insang, kulit ikan yang
luka, mulut maupun saluran pencemaan (Trust 1986), yaitu melalui makanannya
(Anderson 1974). Selanjutnya Suyanto (1 982) mengatakan, bahwa penyakit
septisemia hemoragik menyerang atau merusak jaringan pembuat sel darah. Penyakit
ini dapat ditularkan melalui air, ikan yang sakit maupun ikan sehat, serta vertebrata
lain yang terinfeksi.
Snieszko (1 974) mengatakan, bahwa gejala penyakit septisemia hemoragik
dan patologinya dapat di bagi kedalam 4 kategori, yaitu :
-
Akut, dengan gejala septisemia y m g cepat dan ktal, tubuh ikan menjadi
gemuk dan kasar. Organ dalam mengalami pembengkakan, usus sedikit
hemoragik, penyakit dapat meluas dalam waktu satu atau dua hari
- Bentuk akut dengan oedem, terjadi lepuh yang berisi air, abses dan sisik
berdiri. Pada bentuk oedem terjadi ascites dengan akumulasi eksudat
furulen yang berwarna kuning jemih dalam abdomen; degenerasi hati,
limpa, ginjal dan traktus intestinal. Exophtalamus seringkali terlihat pula
pada bentuk ini dan abdomen bengkak.
- Bentuk kronis, ulcerosa dengan firunkulosis dan srbses. Beniuk ini
ditandai dengan adanya sisik yang tipis dan mudah lepas disertai adanya
eksudat. Pada sisik dapat te rjadi abses yang dapat berpenetrasi ke dalam
otot. Jika abses ini dikuakkan akan tarnpak luka yang dalam dan
permukaannya kasar. Ikan yang sembuh seringkali meninggalkan luka
parut yang berwama gelap.
Bentuk laten, tidak terlihat gejala Pada bentuk ini ikan terinfeksi dan
bakteri dapat diisolasi dari organ internal lumen usus, darah dan
peritoneum, tapi tak ada tanda penyakit yang terlihat dari luar maupup ."
dari
dalarn. Biasanya ikan mengandung antibodi terhadap bakteri Aeromonas
hydrophila.
METODOLOGI
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini diiaksanakan mulai bulan Pebruari 2001 sampai dengan bulan
Mei 2001, bertempat di Laboratorium Patologi dan Laboratorium Basah Balai
Penelitian Perikanan Air Tawar Sukamandi, Subang.
Pengamatan preparat histologi dilakukan di Laboratorium Fisiologi Hewan,
Universitas Jenderal Soedinnan (UNSOED), Purwokerto.
Pembuatan foto hasil pengamatan dilakukan di Laboratorium Umum,
Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED), Purwokerto.
Bahan dan Alat
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: ikan patin jarnbal
(Pangasius djambal Bleeker), Spirulina dalam bentuk powder, bakteri Aeromonas
h-vdrophila isolat no. 26 (koleksi Balai Penelitian Perikanan Air Tawar, Sukamandi),
LPS yang diisolasi dari Yibrio harvey isolat UD 27, pakan komersil, larutan KMn04,
larutan KOH-KI, larutan HCl 0,l N, indikator metil jingga, indikator amylum,
indikator phenolphtalein, larutan MnS04 , larutan H2S04 pekat, larutan Na2S204
0,025 N, larutan Na2C03 0,01 N, paraplas plus produksi Sigma, larutan phosphat
buffer formalin sebagai fiksatif, xylol, larutan alkohol bertingkat, larutan alkohol
absolut. Entellan, akuades, pewama Ehrlich's
Chloroform. larutan acid alkohol.
Haematoxylin-Eosin,
lktan
AIat
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : tangki fiber glas
sebanyak 25 buah beserta alat pengatur sirkulasi air, blower, 8 buah akuarium beserta
alat pengatur sirkulasi, pH meter, DO meter, beker gelas, thermometer, mikroskop
fluorescent, object glass, gelas penutup, ember, bak penampungan dari fiber glass,
semprotan (spray), alat bedah anatornis, seser, spuit, botol sampel, timbangan manual
dengan ketelitian 1 mg, penangas air, Tissue-Tek 111 buatan MILES, Histokinette
2000, Histocentre 2 buatan SHANDON, mikrotom Sartorius model 39, kotak
preparat, Styrer, akuarium-akuarium kecil tempat penampungan sementara sarnpel
yang akan diambil organnya.
Metode Kerja
Masa persiapan
Akuarium-akuariurn tempat pemeliharaan, akuariurn-akuariurn kecil tempat
penampungan sementara, tangki penampungan, tangki-tangki fiber glass, alat
pengatur sirkulasi udara, ember dan seser yang digunakan terlebih dahulu dibersihkan
lalu disucihamakan dengan menggunakan KMn04 sebanyak 5 ppm selama 24 jam.
Kemudian dibilas bersih dengan air bersih dan diisi dengan air setinggi % bagian
serta dibiarkan selama 3 (tiga) hari.
Ikan yang digunakan adalah benih ikan patin jambal (Pangasius djambal
Bleeker) yang diperoleh dari produksi Balai Penelitian Perikanan Air Tawar,
Sukamandi dengan ukuran 12 - 14 gram/ ekor sebanyak 785 ekor ikan. Ikan patin
jambal ditampung dalam tangki penampungan yang telah disucihamakan dan
diaklimasi selama 10 hari.
Bakteri untuk uji tantang adalah bakteri Aeromonas hydrophila isolat no. 26
yang diperoleh dari Balai Penelitian Perikanan Air Tawar, Sukamandi. Bakteri yang
akan digunkan, dibiakkan pada media cair TSB dan diinkubasi pada suhu ruang
selama 24 jam. Perhitungan jumlah bakteri dilakukan dengan metode cawan sebar
dinyatakan sebagai coloni forming unit (cfu) (Ellis, 1988).
Uji pendahuluan
Sebelum uji sesungguhnya, terlebih dahulu dilakukan uji pendahuluan dengan
tujuan untuk mencari LDSodari bakteri Aeromonas hydrophila yang akan digunakan
pada waktu uji tantang. LDSGartinya suatu nilai yang menyatakan dosis bakteri yang
dapat mematikan 50% dari individu yang diuji.
Untuk itu, ke dalam delapan buah akuarium yang telah disucihamakan dan
diberi alat pengatur sirkulasi dimasukkan ikan patin jambal masing-masing sebanyak
10 ekor. Tiap akuarium diberi label yang disusun secara acak dengan empat
perlakuan (kepadatan bakteri Aeromonas hydrophila) dan dua ulangan. Adapun
perlakuan yang dicobakan adalah kepadatan bakteri 1o9c f i per ikan, 1o7cfh per ikan,
1o5c f i per ikan dan lo3 cfu per ikan, yang disuntikkan kepada setiap eicor ikan patin
jambal (sesuai perlakuan) secara intraperitoneal.
Pengamatan dilakukan mulai penyuntikan dengan cara menghitung jumlah
ikan yang mati pada setiap perlakuan.
Rancangan Percobaan
Penelitian dilakukan secara eksperimental dengan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) sebagai rancangan dasarnya. Perlakuan yang dicobakan terdiri dari lima
macam pakan dengan komposisi yang berbeda dan tiap perlakuan diulang sebanyak
tiga kali.
Adapun perlakuan yang dicobakan adalah sebagai berikut :
Pakan A
: Pelet dengan tambahan Spirulina 2 @.kg'' pakan
Pakan B
: Pelet dengan tambahan Spirulina 4 @.kg-' pakan
Pakan C
: Pelet dengan tambahan Spirulina 6 @.kg'' pakan
Pakan D
: Pelet dengan tambahan LPS 0,06 g-.kg-' pakan
Pakan E
: Pelet tanpa penambahan LPS maupun Spirulina
Lama waktu pemberian adalah :
LI
: Kontinyu, yaitu pakan yang mengandung Spirulina diberikan setiap hari
selama waktu penelitian (42 hari)
L2
: Diskontinyu, yaitu pemberian pakan dengan interval waktu satu minggu
selama waktu penelitian (42 hari)
Variabel yang diamati dalam penelitian ini adalah :pemeriksaan patofisiologi
ikan selama penelitian, pemeriksaan gambaran histologis organ limphoid dan
pengamatan kelangsungan hidup ikan.
Data hasil pengamatan bersifiit non pararnetrik dan hasil identifikasi dianalisa
menggunakan cam deskriptif
Pelaksanaan Penelitian
Perlakuan Ikan Uji
Benih ikan patin jambal yang telah diaklimasi tadi dimasukkan ke dalam 24
buah tangki fiber glass bundar yang telah disucihamakan dan telah diberi alat
pengatur sirkulasi udara (aerasi). Pada setiap tangki diisi sebanyak 25 ekor ikan. Ikan
akan dipeliham selama 42 hari. Pakan diberikan 2 kali sehari sebanyak 5% dari berat
total populasi.
Sampling
Pengambilan Organ Limphoid
Sampling dilakukan setiap minggu se!arna 42 hari dengan cara : dari setiap
tangki diambil satu ekor ikan, ditempatkan pada akuarium-akuarium kecil tempat
penampungan sementara. Setelah itu dilakukan pembedahan dengan menggunakan
alat bedah anatomis untuk mengambil organ hati. limpa dan ginjal. Diambil botol
sampel yang telah diberi label dan telah diisi dengan iarutan buffer formalin 10%,
kernudian dimasukkan organ-organ yang telah diambil tadi ke dalamnya. Didiamkan
selama 24 jam.
Pemeriksaan Patofisiologi Ikan
Pemeriksaan patofisiologi ikan meliputi pengamatan gejala klinis dan tingkah
laku ikan, terutama setelah dilakukan uji tantang dengan bakteri patogen aktif A.
hydrophila. Kondisi ini diamati setiap hari.
Pemeriksaan Gambaran Histologis Organ Limphoid Ikan
Setelah 24 jam, organ-organ tadi ditata dalam Tissue Tek 111 (organ-organ
yang kira-kira 1010s dari Tissue Tek 111 diberi kain kasa), kemudian dicuci dengan air
mengalir selama satu malam. Keesokan harinya, organ-organ tersebut didehidrasi
dalam Histokinette 2000 dengan urutan sebagai berikut : direndam dalam alkohol
70% selama 2 jam, dalam alkohol90% selama 2 jam, dalam alkohol 100% selarna 1
jam, dalam propanol I selama 1 jam, dalam propanol I1 selama 2 jam, dalarn propanol
Ill selama 2 jam, dalam propanol IV selama 2 jam, dalam propanol V selama 2 jam,
kemudian dalam chloroform I selama 5 '/z jam dan dalam chloroform I1 selama !/z
jam. Terakhir, preparat dimasukkan ke dalam paraplast I selama 3 jam dan dalam
paraplast I1 selama 3 jam. Setelah itu preparat di cetak dalam kotak preparat (di
embedding).
Kemudian cetakan preparat tadi dipotong dengan menggunakan mikrotom
setebal5pm dan dimasukkan dalam penangas air dengan temperatur 4 0 ' ~ .Setelah itu
ditaruh di atas obyek gelas dan dikeringkan. Selanjutnya dilakukan pewarnaan
Haematoxylin - Eosin (Luna, 1986).
Pemeriksaan tiap organ limphoid dari masing-masing perlakuan diamati
menggunakan mikmskop binokular. Untuk mendukung hasil pengarnatan dengan
mikroskop, maka organ-organ limphoid yang menunjukkan perbedaan dilakukan
pemotretan.
Pengamatan Kelangsungan Hidup Ikan
Pengamatan tingkat kelangsungan hidup ikan dilakukan terutarna setelah uji
tantang dengan rumus sebagai berikut (Effendi, 1979) :
Dimana :
S
= tingkat
kelangsungan hidup (%)
N, = jumlah ikan yang hidup pada hari ke-t (ekor)
No
=
jumlah ikan mula-mula (ekor)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji LDso
Dari pengujian LDso diperoleh hasil bahwa perlakuan dengan kepadatan lo9
cfk per ikan, tiga jam setelah penyuntikan, ikan telah banyak yang berenang
sempoyongan, terus menerus berada di permukaan air, dengan mulut yang megapmegap dan tidak mau makan. Pada empat jam setelah penyuntikan, ikan yang mati
sebanyak 2 ekor. Pada pengamatan morfologi ikan-ikan yang masih hidup terlihat
bahwa, di sekitar mulutnya berwarna kemerahan dan mulut terus menganga dan pada
tujuh jam setelah penyuntikan ikan mati total.
Pada perlakuan dengan kepadatan 10' cfk per ikan, 8 jam setelah penyuntikan
belum ada ikan yang mati, namun 6
-
7 jam setelah penyuntikan telah terjadi
perubahan warna pada sirip punggung dan kulit ikan di sekitar bekas suntikan
menjadi berwarna kemerah-merahan. Ikan bergerak lamban dan tidak mau makan, di
sekeliling mulut, dada dan perut juga terdapat warna kemerahan dan mulut megapmegap. Dada dan perut ikan menggembung berisi cairan kemerah-merahan. Ikan
lebih senang berada di daerah permukaan air atau di dasar perairan. Setelah 9 jam
penyuntikan, ikan yang mati sebanyak tiga ekor, pada bekas suntikan terjadi borok
yang makin lama makin melebar dan makin dalam, bahkan ada yang sampai tembus
ke sisi sebelah lain. Pada pengamatan 24 jam setelah penyuntikan, ikan telah mati
total.
Pada perlakuan dengan kepadatan lo5 cfb per ikan, ikan bergerak tidak lincah,
tidak nafsu makan. Sebelas jam setelah penyuntikan, ikan yang mati sebanyak tiga
ekor. Sebagian ikan berenang di daerah permukaan air dan sebagian lagi berenang di
dasar perairan. Ada juga ikan yang berenang tegak lums dengan kepala ke atas. Di
daerah sekitar mulut terlihat warna kemerahan dan di daerah bekas suntikan terjadi
borok. Dada dan perut menggembung berisi cairan berwarna kemerah-merahan.
Warna kemerahan juga terlihat pada sirip punggung dan pada kulit ikan di sekitar
bekas suntikan. Pada pengamatan 24 jam setelah penyuntikan, ikan yang hidup
tinggal 5 ekor.
Pada perlakuan dengan kepadatan lo3 cfb per ikan, ikan berenang relatif lebih
lincah dibandingkan dengan perlakuan lain. Namun, ikan tetap tidak mau makan.
Pada pengamatan secara morfologi tidak terlihat pembahan yang demikian menyolok
bila dibandingkan dengan ikan yang sehat. Hanya di sekitar luka bekas suntikan
terlihat memar, sirip punggung dan di sekitar mulut terlihat sedikit kemerahan. Pada
pengamatan 24 jam setelah penyuntikan tidak ada satupun ikan yang mati.
Dari hasil di atas, maka dapat diketahui bahwa LD50 bakteri A. hydrophila
terhadap ikan patin jambal yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
kepadatan 10' cfb per ikan. Oleh karena itu, penyuntikan yang dilakukan adalah
dengan kepadatan 10' cfu per ikan agar dapat dilihat reaksi tanggap kebal ikzn-ikan
patin jambal terhadap infeksi bakteri patogen setelah diberi tambahan Spirulir~a
dalam pakan.
Patofisiologis Ikan
Dari hasil pengamatan patofisiologis ikan terli hat bahwa ikan-ikan yang
diinjeksi dengan bakteri patogen A. hydrophila secara intraperitoneal (tanpa
perlakuan) selalu berenang di permukaan perairan, tidak mau makan, ada yang
berenang