EMBRIOGENESIS DAN PERKEMBANGAN LARVA PATIN HASIL HIBRIDISASI ANTARA BETINA IKAN PATIN SIAM( Pangasianodon hypophthalmus Sauvage, 1878) DENGAN JANTAN IKAN PATIN JAMBAL ( Pangasius djambal Bleeker, 1846) DAN JANTAN PATIN NASUTUS ( Pangasius nasutus Bleeker,

Bam b ang I sw ant o d an Evi T ahap ar i

Loka Riset Pem uliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar Jl. Raya 2 Sukam andi, Subang, Jawa Barat 41256

E- m ail: bambang.is031@gmail.com

(Naskah diterima: 17 Januari 2011; Disetujui publikasi: 28 Mei 2011)

ABST RAK

Pengem bangan budidaya ikan patin jam bal m aupun ikan patin nasutus untuk m em enuhi perm intaan pasar ekspor patin daging putih sulit direalisasikan karena keterbatasan

f ek undit as dan pem at angan gonad induk bet inanya. Salah sat u upaya yang dapat

d i l ak u k an u n t u k m en i n g k at k an p r od u k t i vi t as p at i n d ag i n g p u t i h ad al ah m el al u i hibridisasi, yakni hibridisasi antara betina patin siam dengan jantan patin jambal maupun jantan patin nasutus. Hal ini dikarenakan patin siam m em iliki keunggulan fekunditas yang tinggi, sedangkan patin jam bal m aupun patin nasutus m em iliki keunggulan daging yang putih. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk m engetahui karakteristik patin hibrida tersebut, term asuk pada tahap- tahap awal kehidupannya. Penelitian ini bertujuan untuk m engetahui karakteristik em briogenesis dan perkem bangan ontogeni m or f ologis lar va p at in hib r id a t er seb ut . Hasil p enelit ian ini m enunj uk k an b ahwa em briogenesis pat in hibrida siam - jam bal dan hibrida siam - nasut us serupa, t et api perkem bangan patin hibrida siam - nasut us sedikit lebih cepat. Pada suhu 28 o

o C, C- 29 larva patin hibrida siam - nasutus m ulai m enetas 20 jam setelah fertilisasi, berukuran

panjang total 3,34± 0,14 m m , dengan kantung kuning telur berukuran 0,71± 0,28 m m 3 yang terserap 50% pada um ur 24 jam dan relatif habis terserap pada um ur 54 jam . Larva patin hibrida siam - jam bal m ulai m enetas 21 jam setelah fertilisasi, berukuran panjang total 3,47± 0,13 m m , dengan kantung kuning telur berukuran 0,42± 0,08 m m 3 yan g t er ser ap 5 0 % p ad a u m u r 3 0 j am d an h ab i s t er ser ap p ad a u m u r 6 0 j am . Perkem bangan larva kedua patin hibrida tersebut hingga m enyerupai m orfologi ikan pat in dewasa j uga relat if serupa, t et api pat in hibrida siam - nasut us m enunj uk k an k er ag aan p er t u m b u h an yan g l eb i h b ag u s, m en g h asi l k an h et er osi s b er d asar k an p er t am b ahan p anj ang t ot al sel am a 1 0 har i m asa p em el i har aan seb esar 2 0 ,2 0 %, sedangkan pada pat in hibrida siam - jam bal sebesar - 4,15%.

KATA KUNCI: em br io, lar va, hibr ida, siam , jam bal, nasut us

A BST RACT : Em br yogenesis and lar val developm ent of pangasius hybr ids produced f rom f em ale Pangasianodon hypophthalmus Sauvage,

1 8 7 8 and m ale Pangasius djambal Bleeker, 1 8 4 6 and Pangasius nasutus Bleek er, 1 8 6 3 . By: Bam bang Isw anto and Evi T ahapari

The development of Pangasius djambal and P. nasutus culture which is intended supply international market needs with white flesh pangasiid catfish is still difficult to be actualized due to their limited fecundity and mature capability of female

J. Ris. Akuakultur Vol.6 No.2 Tahun 2011: 169-186

brooders. Hybridization could be one of the alternatives to increase the productivity of white flesh pangasiid catfish, i.e. through hybridization between female P. hyp op ht halm us and male P. d j am b al or P. nasut us. P. hyp op ht halm us has higher fecundity rate and both of P. djambal and P. nasutus have white flesh. It is then important to find out if the hybrids of those fish have the superior characteristics, especially at the early life stages. The research was aimed to characterize the embryonic and larval development of the hybrids. The result showed that embryogenesis of both hybrids were similar. However, embryogenesis of P. hyp op ht halm us X P. nasut us hybrid occured rapidly. At 28 o C-29 o

C of water

temperature, P. hypophthalmus X P. nasutus hybrid larvae started to hatch 20 hours after fertilization with larval average length of 3.34±0.14 mm and yolk sac

volume of 0.71±0.28 mm 3 . As much as 50% of yolk sac was absorbed during the 24

hours after hatching and was completely absorbed at 54 hours after hatching. Hatching of P. hypophthalm us X P. djam bal hybrid larvae started at 21 hours after fertilization with larval average length of 3.47±0.13 mm and yolk sac volume of

0.42±0.08 mm 3 . 50% of the yolk sac was absorbed at 30 hours after hatching and was

completely absorbed at 60 hours after hatching. Larval development of both hybrids was also quite similar, but P. hypophthalmus X P. nasutus hybrid showed better growth performance, resulted in mid-parent heterosis based on the total length gain after 10 days rearing period of 20.20%, while in P. hypophthalmus X P. djambal hybrid was -4.15%.

KEYWORD S: embryo, larvae, hybrid, P. hypophthalmus, P. djambal, P. nasutus

PENDAHULUAN

pemijahan buatannya sulit dicapai pada musim kem arau (LRPTBPAT, 2006; Tahapari et al.,

Pat in m erupak an salah sat u k om odit as 2008; 2010b), sehingga upaya pengembangan perikanan air t awar yang diunggulkan oleh

budidayanya sebagai kom odit as ekspor pat in Kementerian Kelautan dan Perikanan, terutama

daging put ih sulit direalisasikan. Sebaliknya, sebagai komoditas ekspor patin daging putih.

patin siam telah terdomestikasi dengan baik di Indonesia m em iliki 14 spesies dari 28 spesies

In d o n esi a, p em i j ah an b u at an n ya m u d ah patin yang telah diidentifikasi (Gustiano, 2009),

dilak uk an dan dapat dipijahk an sepanjang dengan patin jambal (P. djambal Bleeker, 1846),

t ahun sert a m erupakan spesies pat in yang pat in nasut us (P. nasutus Bleeker, 1863) dan

memiliki fekunditas tinggi dan toleran terhadap pat in kunyit (P. kunyit Pouyaud, Teugels &

berbagai kondisi m edia pem eliharaan (Cacot , Legendre, 1999) m erupakan spesies- spesies

1998; Legendre et al., 1998b; 1998c; 2000a; yang pot ensial unt uk dikem bangkan sebagai

Jalabert , 2008), t et api dagingnya berwarna komoditas perikanan budidaya (Pouyaud et al.,

kuning, sehingga nilainya sebagai kom odit as 1999; Legendre et al., 2000b; Legendre, 2008).

ekspor relatif rendah (Jalabert, 2008; Tahapari Nam un dem ikian, spesies pat in yang t elah

et al., 2010b).

d i b u d i d ayak an secar a l u as d i In d o n esi a terutama adalah patin siam (P. hypophthalmus

Salah sat u upaya yang dapat dilakukan Sauvage, 1878) yang diint roduksi dari Thai-

untuk meningkatkan produktivitas patin daging put ih adalah m elalui hibridisasi. Hibridisasi

land sejak tahun 1972 (Hardjamulia et al., 1981;

d al am u p aya m en i n g k at k an p r od u k t i vi t as Legendre et al., 1998b; 1998c; 2000a) dan

dapat dicapai melalui persilangan antara betina pat in jam bal yang t elah berhasil didom est i-

kasikan (Sudarto, 1999; Legendre et al., 1998a; spesies ikan yang t elah t erdom est ikasi dan

b er f ek u n d i t as t i n g g i , t et ap i m em i l i k i k e- 2000b), sedangkan patin nasutus masih dalam

k ur ang an p ad a k ar ak t er t er t ent u, d engan t ahap dom est ikasi (Legendre et al., 2000b;

spesies ikan lain yang m em iliki keunggulan Tahapari et al., 2008) dan pat in kunyit belum

p ad a k ar ak t er t er t en t u t er seb u t , t et ap i diupayakan proses dom est ikasinya. p r o d u k t i v i t as n y a r en d ah at au b el u m

Pat in jam bal dan nasut us m em iliki daging t er d om est i k asi (Ch evassu s, 1 9 8 3 ). Up aya yan g b er war n a p u t i h , m em en u h i st an d ar

peningkat an produkt ivit as pat in daging put ih k ualit as ek spor pat in daging put ih, t et api

dapat dicapai melalui hibridisasi antara betina fekunditasnya rendah dan proses pematangan

pat in siam (berf ekundit as t inggi, t elah t er-

g o n ad i n d u k b et i n a ser t a k eb er h asi l an domestikasi dengan baik dan dapat dipijahkan g o n ad i n d u k b et i n a ser t a k eb er h asi l an domestikasi dengan baik dan dapat dipijahkan

BAHAN DAN METODE Pemijahan Buatan dan Pemeliharaan

Larva

Induk- induk patin siam, nasutus dan jambal yan g d i p er g u n ak an p ad a p en el i t i an i n i dipelihara dalam kolam t anah berukuran 200

m 2 di Lok a Riset Pem uliaan dan Tek nologi Budidaya Perik anan Air Tawar (LRPTBPAT), Sukamandi. Pakan yang diberikan berupa pelet komersial dengan kadar protein 28% sebanyak 2% biomassa per hari, diberikan pada pagi dan sore hari.

Pem ilihan ind uk b et ina yang ak an d i- pergunakan dilakukan m elalui pengam bilan sampel oosit intraovarian dengan cara kanulasi (intraovarian biopsy) m enggunakan kat et er. Sampel oosit intraovarian masing- masing induk betina selanjutnya diamati dan diukur dengan m ikroskop binokuler yang t elah dilengkapi mikrometer terkalibrasi pada perbesaran 4x10. Induk bet ina dipilih yang t elah m at ang gonad dengan m odus diam et er oosit lebih dari 0,90 mm untuk patin siam, lebih dari 1,40 mm untuk pat in nasut us dan lebih dari 1,70 m m unt uk pat in jam bal. Induk- induk jant an pat in siam , jam bal dan nasutus dipilih yang telah m atang

g on ad , yak n i d ap at m en g el u ar k an cai r an sperm a ket ika dilakukan sedikit pengurut an (stripping) pada papila genitalia.

In d u k si st i m u l asi h or m on al d i l ak u k an terhadap induk betina dan jantan yang terpilih. Penyuntikan terhadap induk betina dilakukan

dua kali dengan selang wakt u penyunt ikan selama 24 jam. Penyuntikan pertama terhadap induk betina dilakukan dengan hormon gona- dot ropin, yakni hCG (human chorionic gona- dotropin) m enggunakan CHORULON ® dengan dosis 500 IU/ kg induk. Penyunt ikan kedua t er h ad ap i n d u k b et i n a d i l ak u k an d en g an kom binasi gonadotropin releasing hormone analogue (Gn RH a) d an an t i d o p am i n (d o m p er i d o n e) m en g g u n ak an OVAPRIM ® dengan dosis 0,6 m L/ kg induk. Penyunt ikan t erhadap induk j ant an dilak uk an sat u k ali bersam aan dengan penyunt ikan kedua t er- hadap induk bet ina m enggunakan OVAPRIM ® dengan dosis 0,2 m L/ kg induk.

Sperma hasil pengurutan ditampung dalam bot ol, dan diencerkan dengan larut an 0,9% NaCl fisiologis , dengan perbandingan volume sperm a dan volum e NaCl f isiologis sebanyak 1:5. Set elah sperm a diperoleh, selanjut nya dilakukan pengam bilan t elur m elalui pengu- rut an. Fert ilisasi dilakukan dengan m et ode kering (dry method). Aktivasi proses fertilisasi dilakukan menggunakan air mineral Telur patin siam difertilisasi dengan sperm a patin jam bal untuk membentuk patin hibrida siam- jambal, sperma patin nasutus untuk membentuk patin hibrida siam - nasut us dan sperm a pat in siam sendiri. Telur patin jam bal dan nasutus hanya dif ert ilisasi dengan sperm a m asing- m asing sp esies p at in t er seb ut . Ink ub asi t elur d i- lakukan dalam corong penet asan dengan air m edia inkubasi yang tersirkulasi.

Lar va- lar va hasil p enet asan d ip elihar a dalam bak fiberglass berukuran 500 lit er di dalam ruangan pem eliharaan larva, dengan k epadat an 50 ek or larva per lit er. Selam a pem eliharaan diberikan pakan berupa nauplii Artemia sp. sej ak har i k edua hingga har i k elim a, selanjut nya hingga hari k esepuluh secara bertahap diganti dengan kutu air (Moina sp.) beku atau larva cacing darah (Chironomus sp.) beku yang dicincang, set elah it u secara bertahap diberikan cacing sutera (Tubifex sp.) hingga um ur 12 hari, k em udian m ulai di- perkenalkan dengan pakan buat an kom ersial berbent uk halus dengan kadar prot ein 40%.

Identifikasi Perkembangan Embrio dan Larva

Pengam at an perkem bangan em brio dan larva pada penelit ian ini dilakukan dengan m engacu pada perk em bangan em brio dan larva pat in jam bal (Slem brouck et al., 2003a), pat in siam (Islam , 2005) dan pat in nasut us

Embriogenesis dan perkembangan larva patin ..... (Bambang Iswanto)

J. Ris. Akuakultur Vol.6 No.2 Tahun 2011: 169-186

(Tah ap ar i et al., 2 0 1 0 a). Masi n g - m asi n g hibridisasi dengan sperm a pat in jam bal dan sebanyak 200 but ir t elur sam pel yang t elah

nasutus pada penelitian ini berkisar 0,80- 1,15 difertilisasi dan akan diamati perkembangannya

m m , dengan m odus berkisar 0,90- 1,10 m m

d i t em p at k an d al am wad ah - wad ah p l ast i k (Gam bar 1A). Diam et er t elur t erovulasi (hasil t em bus cahaya berisi 300 m L air m ineral.

pengurut an) berkisar 0,95- 1,20 m m , dengan Wadah- wadah t ersebut dit em pat kan dalam

m odus berkisar 1,05- 1,15 m m (Gam bar 1B). ruang inkubasi dengan suhu air media inkubasi

Sesaat set elah t erf ert ilisasi, t elur m engalam i

C. Pengam at an dilak uk an dengan hidrasi sehingga t erbent uk ruang perivit elin m ik rosk op st ereo yang dilengk api dengan

28 o o C- 29

yang memisahkan telur dari membran telur, dan kamera digital. Pengamatan dan dokumentasi

diameter telur menjadi berkisar 1,10- 1,20 mm, dilakukan secara terus- m enerus sejak proses

dengan m odus 1,15 m m (Gam bar 1C). Diam - fert ilisasi sam pai t erjadinya penet asan.

et er oosit int raovarian pat in nasut us yang Pen g am at an p er k em b an g an o n t o g en i

dipergunakan dalam proses induksi stim ulasi m orfologis dan pert um buhan larva dilakukan

hormonal pada penelitian ini berkisar 1,30- 1,60 secara t erus- m enerus selam a t ahap pem e-

m m , sedangkan pada pat in jam bal berkisar liharaan di dalam ruangan sejak larva menetas

1,20- 1,75 m m . Diam et er t elur pat in nasut us hingga t elah m em iliki kelengkapan organ-

hasil pengurut an berk isar 1,40- 1,65 m m , o r g an sep er t i p ad a i k an p at i n d ew asa

sedangkan pada pat in jam bal berkisar 1,70- (m ak sim um selam a 10 hari), sebagaim ana

1 ,9 5 m m . Di am et er t el u r p at i n n asu t u s

d ef i n i si i st i l ah l ar va yan g d i b er i k an ol eh terfertilisasi berkisar 1,90- 2,15 mm, sedangkan Bl ax t er (1 9 8 8 ) d an Fu i m an (2 0 0 2 ), yak n i

pada patin jambal berkisar 1,95- 2,20 mm. p er i o d e p er k em b an g an sej ak p en et asan

Proses em briogenesis pat in hibrida siam - sam pai berak hirnya perubahan- perubahan

jam bal dan hibrida siam - nasut us pada suhu m or f ologis (m et am or f osis) sehingga t elah

C hingga m enet as memiliki kelengkapan organ- organ menyerupai

m edia inkubasi 28 o

o C- 29

pada penelitian ini disajikan pada Tabel 1 dan ikan dewasa. Pengam at an, pengukuran, dan

Gambar 2.

d o k u m en t as i p er k em b an g an o n t o g en i Proses em briogenesis pat in hibrida siam - m orf ologis larva dilak uk an dengan m eng-

jambal dan patin hibrida siam- nasutus serupa, gunakan m ikroskop st ereo yang dilengkapi

t et api wakt u yang diperlukan bagi m asing- dengan mikrometer okuler dan kamera digital.

m asing t ahap perkem bangan relat if berbeda, Jum lah sam pel larva yang diam at i m asing- yakni sedikit lebih cepat pada pat in hibrida m asing sebanyak 30 ekor.

siam- nasutus (Tabel 1). Tahap perkembangan

HASIL DAN BAHASAN

1 sel d i t an d ai d en g an t er b en t u k n ya sel t unggal (blastodisc) beruk uran besar yang

Embriogenesis

t am p ak l eb i h p ad at d i b and i ng k an b ag i an k uning t elur (Gam b ar 2 A). Per k em b angan

Diameter oosit patin siam yang distimulasi selanjut nya adalah t ahap- t ahap pem belahan secara horm onal dan dipergunak an dalam

sel (m or ulasi). Pem b elahan yang p er t am a

Gambar 1. Oosit dan t elur pat in siam . Oosit int raovarian yang diinduksi secara horm onal (A), oosit terovulasi hasil pengurutan yang dipergunakan dalam proses hibridisasi buatan (B) dan telur terfertilisasi (C)

Figure 1. Oocytes and eggs of P. hypophthalmus. Intraovarian oocytes used in induced breed- ing (A), ovulated (stripped) oocytes used in artificial hybridization (B) and fertilized eggs (C)

Embriogenesis dan perkembangan larva patin ..... (Bambang Iswanto)

Tabel 1. Embriogenesis patin hibrida siam- jambal dan hibrida siam- nasutus Table 1. Embryogenesis of P. hypophthalmus X P. djambal hybrid, and P. hypophthalmus

X P. nasutus hybrid

T ahap

Hib rid a siam-nasut us St a g e

Hib rid a siam-jamb al

P. h ypopt h a lm us X P.

P. h ypoph t h a lm us X P.

Terjadi dalam periode 10-40

Terjadi dalam periode 10-30

menit setelah fertilisasi Single cell

menit setelah fertilisasi

Occured within 10-40 minutes

Occured within 10-30 minutes

after fertilization

after fertilization

2 sel

Terjadi dalam periode 20-50

Terjadi dalam periode 20-50

menit setelah fertilisasi

menit setelah fertilisasi

2 cells

Occured within 20-50 minutes

Occured within 20-50 minutes

after fertilization

after fertilization

4 sel

Terjadi dalam periode 30-80

Terjadi dalam periode 30-80

menit setelah fertilisasi

menit setelah fertilisasi

4 cells

Occured within 30-80 minutes

Occured within 30-80 minutes

after fertilization

after fertilization

8 sel

Terjadi dalam periode 40-90

Terjadi dalam periode 40-90

menit setelah fertilisasi

menit setelah fertilisasi

8 cells

Occured within 40-90 minutes

Occured within 40-90 minutes

after fertilization

after fertilization

16 sel

Terjadi dalam periode 50-90

Terjadi dalam periode 50-90

menit setelah fertilisasi

menit setelah fertilisasi

16 cells

Occured within 50-90 minutes

Occured within 50-90 minutes

after fertilization

after fertilization

32 sel

Terjadi dalam periode 80-110

Terjadi dalam periode 80-110

menit setelah fertilisasi

menit setelah fertilisasi

32 cells

Occured within 80-110 minutes

Occured within 80-110 minutes

after fertilization

after fertilization

64 sel

Terjadi dalam periode 90-130

Terjadi dalam periode 90-130

menit setelah fertilisasi

menit setelah fertilisasi

64 cells

Occured within 80-130 minutes

Occured within 90-130 minutes

after fertilization 128 sel

after fertilization

Terjadi dalam periode 110-150

Terjadi dalam periode 110-150

menit setelah fertilisasi 128 cells

menit setelah fertilisasi

Occured within 110-150 minutes Occured within 110-150 minutes after fertilization

after fertilization Bany ak sel (morula)

Terjadi dalam periode 130-220

Terjadi dalam periode 120-200

menit setelah fertilisasi Morula

menit setelah fertilisasi

Occured within 130-220 minutes Occured within 120-200 minutes after fertilization

after fertilization Blastulasi (pembentukan

Terjadi dalam periode 190-220 blastoderm)

Terjadi dalam periode 200-240

menit setelah fertilisasi Blastulasi (blastoderm

menit setelah fertilisasi

Occured within 200-240 minutes Occured within 190-220 minutes formation)

after fertilization Gastrulasi (penutupan

after fertilization

Terjadi dalam periode 210-420 kuning telur)

Terjadi dalam periode 230-450

menit setelah fertilisasi Gastrulasi (yolk

menit setelah fertilisasi

Occured within 230-450 minutes Occured within 210-420 minutes covering)

after fertilization

after fertilization

J. Ris. Akuakultur Vol.6 No.2 Tahun 2011: 169-186

Tabel 1 lanjutan (Table 1 continued)

H ib rid a siam-nasut us T ahap

H ib rid a sia m-jamb al

St a g e

P. h ypopt h a lm us X P.

P. h ypoph t h a lm us X P.

d ja m b a l h yb r id

n a sut us h yb r id

Pembentukan bakal

Terjadi dalam periode 400-450 kepala dan ekor

Terjadi dalam periode 430-490

menit setelah fertilisasi Head and tail buds

menit setelah fertilisasi

Occured within 430-490 minutes Occured within 400-450 minutes formation

after fertilization Pembentukan kepala

after fertilization

Terjadi dalam periode 430-800 dan ekor

Terjadi dalam periode 480-860

menit setelah fertilisasi Head and tail

menit setelah fertilisasi

Occured within 480-860 minutes Occured within 430-800 minutes formation

after fertilization Pigmentasi kantung

after fertilization

Terjadi mulai 1.080 menit setelah Terjadi mulai 1.000 menit setelah kuning telur

fertilisasi Yolk sac pigmentation

fertilisasi

Started to occur at 1,080

Started to occur at 1,000

minutes after fertilization Penetasan

minutes after fertilization

Terjadi dalam periode 1.280-

Terjadi dalam periode 1.200-

1.500 menit setelah fertilisasi Hatching Occured within 1,280-1,600 Occured within 1,200-1,500

1.600 menit setelah fertilisasi

minutes after fertilization

minutes after fertilization

adalah t ahap perkem bangan 2 sel, dit andai 2K). Tahap perkem bangan selanjutnya adalah dengan t erjadinya pem belahan m it osis sel

t er j ad inya or ganogenesis, d iawali d engan t unggal m enghasilk an d ua b uah sel yang

t erbent uknya bakal kepala dan ekor (Gam bar berukuran lebih kecil dan sam a (Gam bar 2B).

2J dan 2K), pem bent ukan kepala, ekor, ruas- Pem belahan selanjut nya adalah t ahap per-

ruas t ulang belak ang, bak al m at a, ot olit h, kem bangan 4 sel, dit andai dengan t erjadinya

jantung, dan organ- organ lainnya (Gambar 2L pem belahan m it osis dari kedua sel m eng-

dan 2M), pigm ent asi kant ung kuning t elur hasilkan em pat buah sel (Gam bar 2C). Tahap

(Gam b ar 2 N) d an p enet asan (Gam b ar 2 O)

8 sel dit andai dengan t erjadinya pem belahan m enghasilkan larva pat in (Gam bar 2P sam pai keem pat sel m enghasilkan delapan buah sel

2T).

(Gam bar 2D). Tahap- t ahap perk em bangan Diameter oosit dan telur di antara spesies- selanjut nya t erjadi pem belahan- pem belahan

spesies ikan patin (Pangasiidae) menunjukkan sel secar a m i t o si s m en g h asi l k an sel - sel

adanya variasi. Oosit int raovarian pat in siam (b l ast om er ) d eng an j um l ah d ua k al i l i p at

yang dipergunakan dalam upaya peningkatan (duplikasi), sehingga t erbent uk banyak sel

keberhasilan pem ijahan buat an secara hor- berukuran kecil- kecil (Gam bar 2E) dan dalam

m onal di Sukam andi (Indonesia) berdiam et er bent uk susunan yang bergerom bol (m orula)

1,0± 0,05 m m dan oosit t erovulasi berukuran yang tampak lebih padat dibandingkan bagian

1,04- 1,20 mm (Legendre et al., 1998b; 2000a), k uning t elur (Gam bar 2F). Tahap perk em -

serupa dengan ukuran diam et er oosit pat in bangan selanjutnya adalah blastulasi, ditandai

siam yang dipergunakan pada penelit ian ini. dengan t erjadinya invasi bagian kuning t elur

Oo si t i n t r ao var i an p at i n si am yan g d i - m enghasilkan cincin germ inal (germinal ring)

p er g u n ak an d al am u p ay a p en i n g k at an

d an seb ag i an k u n i n g t el u r m asi h b el u m keberhasilan pem ijahan buat an secara hor- tertutupi blastoderm (blastomer) (Gambar 2G).

monal di Delta Mekong (Vietnam) berdiameter Kemudian dilanjutkan dengan tahap gastrulasi,

1,0 mm, oosit terovulasi dan telur terfertilisasi dit andai dengan t erjadinya proses perluasan

b er u k u r an 1 ,1 - 1 ,3 m m , sed an g k an oosi t dan penut upan kuning t elur oleh blast oderm

int raovarian ikan pat in P. bocourti berukuran ke arah blastopora (blastopore closure, epiboly)

1,9 mm, oosit terovulasi dan telur terfertilisasi hingga selur uh b agian k uning t elur t elah

berukuran 1,8- 2,0 mm (Cacot, 1998; Cacot et tertutupi oleh blastoderm (Gambar 2H sampai

al., 2002). Diam et er t elur t erfert ilisasi pat in

Embriogenesis dan perkembangan larva patin ..... (Bambang Iswanto)

Gambar 2. Embriogenesis patin siam, jambal, nasutus, hibrida siam- jambal dan hibrida siam- nasutus. Proses perkembangan embrio (A- N), penetasan (O), larva patin hibrida siam- jambal (P), hibrida siam- nasutus (Q), siam (R), jambal (S) dan nasutus (T) yang baru menetas (skala batang = 0,5 mm)

Figure 2. Embryogenesis of P. hypophthalmus, P. djambal, P. nasutus, P. hypophthalmus

X P. djambal hybrid, and P. hypophthalmus X P. nasutus hybrid. Embryonic development process (A-N), hatching (O) and newly hatched larvae of P. hypophthalmus X P. djambal hybrid (P), P. hypophthalmus X P. nasutus hybrid (Q), P. hypophthalmus (R), P. djambal (S) and P. nasutus (T) (bar scale = 0.5 mm)

siam di Kazan (Rusia) berkisar 1,2- 1,8 m m diduga karena perbedaan asal/ tempat (strain, (Islam , 2005). Diam et er oosit t erovulasi pat in

sej ar ah ), k o n d i si , u k u r an , d an t er u t am a j am b al yan g d i p er g u n ak an d al am u p aya

perbedaan suplai pakan induk patin siam yang pem ijahan buat an secara horm onal pert am a

diberikan selam a proses oogenesis. kali di Jam bi (Indonesia) berkisar 1,8- 1,9 m m

Proses perkembangan embrio patin hibrida (Leg en d r e et al., 1 9 9 8 a), ser u p a d en g an

siam - jam bal dan hibrida siam - nasut us pada diameter oosit patin jambal yang dipergunakan

penelit ian ini secara um um serupa dengan pada penelitian ini. Diameter oosit intraovarian

perkem bangan em brio spesies- spesies ikan ikan pat in P. conchophilus di Delt a Mekong

Siluriform es (catfish) yang lain, m isalnya ikan berukuran 1,12- 1,20 mm (Xuan & Liem, 1998).

pat in siam (Hardjam ulia et al., 1981; Islam , Diam et er oosit t er ovulasi ik an pat in yang

2005), ikan pat in jam bal (Slem brouck et al., dalam publik asi t ersebut secara salah di-

2003a), ikan pat in nasut us (Tahapari et al., ident if ikasi sebagai P. pangasius di Sungai

2010a), ikan pat in P. pangasius (Sarkar et al., Musi (Indonesia) berkisar 1,4- 1,6 m m (Arifin,

2 0 0 2 ), i k an p at i n (yan g secar a sal ah d i - 1987) (lihat Tahapari et al., 2010a). Diam et er

identifikasi sebagai) P. pangasius (Arifin, 1987), oosit t erovulasi ikan pat in P. gigas di Chiang

ikan Mystus montanus (Bagridae) (Arockiaraj Mai (Thailand) berkisar 1,2- 1,4 m m (Meng-

et al., 2 0 0 3 ), ik an M. cavasius (Bagr idae) Um phan et al., 2006). Ukuran at au kisaran

(Rahm an et al., 2004), ikan Heteropneustes diam eter oosit dan telur spesies patin siam di

fossilis (Clariidae) (Puvaneswari et al., 2009), t em pat yang berbeda t ersebut juga m enun-

ikan Pelteobagrus fulvidraco (Bagridae) (Wang juk k an adanya variasi. Perbedaan t ersebut

et al., 2006) dan ikan- ikan Siluriform es yang

J. Ris. Akuakultur Vol.6 No.2 Tahun 2011: 169-186

C t er j ad i 1 9 ,3 3 - 2 2 ,6 7 j am set el ah 2003). Nam un dem ik ian, periode m asing-

lain (di- review oleh Adriaens & Vandewalle,

3 1 ,0 o

fert ilisasi dan pada suhu inkubasi 29 o o C C- 30 masing tahap embriogenesis berbeda di antara

terjadi 19- 22 jam setelah fertilisasi. Kristanto spesies yang berbeda dan t erut am a sangat

et al. (1 9 9 8 ) m en yat ak an b ah wa p er i od e dipengaruhi oleh suhu air m edia inkubasi dan

inkubasi pat in siam di Sukam andi (Indonesia) diam et er oosit nya (di- review oleh Fuim an,

berkisar 19- 20 jam pada suhu inkubasi 28,5 o C- 2002).

C. Penet asan larva pat in siam di Bengal Proses perkembangan embrio patin hibrida

29,5 o

(In d i a) d i l ap or k an t er j ad i 2 4 j am set el ah siam - jam bal dan pat in hibrida siam - nasut us o f er t i l i sasi p ad a su h u i n k u b asi 3 0 - 3 2 C

r elat if ser up a, t et ap i p er iod e ink ub asinya (Chattopadhyay et al., 2002). Di Kazan (Rusia), sedikit berbeda dan penet asan pat in hibrida

p er i o d e i n k u b asi p at i n si am d i l ap o r k an siam - nasut us t erjadi sedikit lebih awal, yakni o berkisar 24- 36 jam pada suhu inkubasi 20 C-

30 m ulai t erjadi 20 jam set elah f ert ilisasi di- o

C (Islam , 2005). Penetasan larva ikan patin bandingkan 21 jam set elah f ert ilisasi pada

P. gigas dilaporkan t erjadi 42 jam set elah su h u 2 8 o

C (Mat t son em brio kedua pat in hibrida t ersebut ham pir

C- 2 9 o C. Pr o ses p er k em b an g an f ert ilisasi pada suhu inkubasi 25

et al., 2002). Penet asan larva ikan pat in P. serupa dengan proses perkem bangan em brio

bocourti dilaporkan terjadi 25- 30 jam setelah fert ilisasi pada suhu 26,3 o

C- 30,7 patin siam sebagai induk betinanya (pada suhu o

C (Cacot et m edia inkubasi y ang sam a, pat in siam m ulai

al., 2 0 0 2 ). Per iode ink ubasi ik an pat in P. m enet as 19 jam set elah f ert ilisasi), nam un

djambal b er k i sar 2 9 - 3 6 j am p ad a su h u

C (Legendre et al., 1998a). p er k em b an g an em b r i o p at i n j am b al d an

b er b ed a j au h j i k a d i b an d i n g k an d en g an

inkubasi 27 o

o C- 30

Penet asan larva ikan pat in (yang secara salah nasut us sebagai induk jant annya (pada suhu

diident ifikasi sebagai) P. pangasius di Sungai media inkubasi yang sama, patin nasutus mulai

Musi mulai terjadi 28 jam setelah fertilisasi pada m enet as 30 jam set elah f ert ilisasi dan pat in

C (Ar i f i n , 1 9 8 7 ). jam bal 31 jam setelah fertilisasi). Hal tersebut

su h u i n k u b asi 2 6 o

o C- 2 8

Penet asan larva ikan pat in P. pangasius di t am paknya m engindikasikan bahwa proses

Mym ensingh (Bangladesh) t erjadi 28- 32 jam perk em bangan em brio pat in- pat in hibrida

set elah f ert ilisasi pada suhu inkubasi 26 o C- t er seb ut t er ut am a leb ih d ip engar uhi oleh

C (Khan & Mollah, 2004), sedangkan di Ben- pengaruh m at ernal. Pola periode ink ubasi

28 o

gal (India) terjadi 25 jam setelah fertilisasi pada k ed ua p at in hib r id a t er seb ut b er sesuaian

C (Sarkar et al., 2006). dengan pola periode ink ubasi pat in siam ,

suhu inkubasi 30 o

o C- 31

Per i o d e i n k u b asi d i an t ar a i k an - i k an jambal dan nasutus, yakni oosit patin siam yang

Siluriformes hibrida juga menunjukkan adanya

d if er t ilisasi d engan sp er m a p at in nasut us perbedaan. Lenorm and et al. (1998) dalam (pat in hibrida siam - nasut us) m enet as lebih

penelit ian hibridisasi ant ara ikan lele Clarias dahulu dibandingkan oosit pat in siam yang gariepinus dengan C. meladerma (Clariidae) difertilisasi dengan sperma patin jambal (patin

secara resiprok al m enyat ak an bahwa pada hibrida siam - jam bal), karena penetasan patin

suhu ink ub asi yang sam a (2 7 o C), p er iod e nasutus juga terjadi lebih dahulu dibandingkan

inkubasi hibrida- hibridanya bersifat diant ara pat in jam bal. Hal t ersebut t am paknya m eng-

k ed ua ind uk t et uanya (t er j ad i 2 0 - 2 4 j am

i nd i k asi k an b ahwa p r oses p er k em b ang an set elah f ert ilisasi pada C. gariepinus dan 29- em b r i o p at i n - p at i n h i b r i d a t er seb u t j u g a

36 jam setelah fertilisasi pada C. meladerma), dipengaruhi oleh pengaruh pat ernal.

yakni berkisar 22- 26 jam setelah fertilisasi pada Periode inkubasi t elur di ant ara spesies-

hibrida C. gariepinus X C. meladerma dan 26- spesies ikan patin (Pangasiidae) menunjukkan

3 1 j am set elah f er t ilisasi p ad a hib r id a C. adanya variasi. Boonbrahm (1968) melaporkan

meladerma X C. gariepinus. Hanif f a et al. bahwa periode inkubasi patin siam di Thailand

(2009) dalam penelit ian hibridisasi ant ara berkisar 27- 33 jam pada suhu inkubasi 26,5 o C-

bet ina ikan M. gulio dengan jant an ikan M. 31,0 o

C. Hardjam ulia et al. (1981) m elaporkan montanus (Bag r i d ae) m en yat ak an b ah wa

b ah w a p en et as an l ar v a p at i n s i am d i proses perkembangan embrionya sedikit lebih Cib alagung (Ind onesia) t er j ad i 2 9 - 3 1 j am

lam bat dibandingkan perkem bangan em brio set elah f ert ilisasi pada suhu 24,0 o

C- 26,5 o C. induk t et uanya dengan lam a inkubasi yang Hasil penelit ian Cacot (1998) m enunjukkan

sedikit lebih lama (24 jam) dibandingkan induk bahwa penet asan larva pat in siam di Delt a

t et uanya (2 2 j am ). Legendr e et al. (1992) Mekong (Vietnam) pada suhu inkubasi 27,7 o C-

m enyat ak an b ahwa p er iod e ink ub asi ik an

Embriogenesis dan perkembangan larva patin ..... (Bambang Iswanto)

h i b r i d a h asi l h i b r i d i sasi an t ar a i k an C. larva k edua pat in hibrida t ersebut t am pak gariepinus dengan Heterobranchus longifilis

bersegm en, t ransparan dan belum m em iliki (Cl ar i i d ae) secar a r esi p r ok al r el at i f sam a

p i g m en m el an of or a, k ecu al i sed i k i t p ad a dengan induk t et uanya (24- 25 jam set elah

bagian vent rolat eral kant ung kuning t elur. fertilisasi pada suhu 27 o

o C). C- 29

Sirip sebagai alat pergerakannya baru berupa bakal sirip ekor (caudal fin fold) dan bakal sirip

Perkembangan Larva

anal (anal fin fold) yan g m asi h m en yat u .

H as i l p en g am at an p er k em b an g an Mu l u t n ya b el u m m em b u k a. Sal u r an p en - ontogeni morfologis (morfogenesis) larva patin

cernaan berupa saluran pendek (alimentary hibrida siam- jambal sampai umur 10 hari pada

canal) dari ujung belakang kant ung kuning penelit ian ini disajikan pada Gam bar 3 dan

telur sam pai pangkal bakal sirip anal (Gam bar patin hibrida siam- nasutus pada Gambar 4.

3A dan 4A).

Proses perkem bangan larva pat in hibrida Bakal sirip ekor dan bakal sirip anal yang siam- jambal relatif serupa dengan patin hibrida

m asih m enyatu m erupakan organ pergerakan siam- nasutus. Larva patin hibrida siam- jambal

awal larva patin hibrida siam- jambal dan hibrida yang baru menetas rata- rata berukuran panjang

siam - nasutus yang baru m enetas. Sirip lem ak t ot al 3,47± 0,13 m m , sedangkan larva pat in

(adipose fin) dan sirip anal larva kedua pat in hibr ida siam - nasut us r at a- r at a ber uk ur an

h i b r i d a t er seb u t m u l ai t er b en t u k 2 4 j am panjang total 3,34± 0,14 m m (Tabel 2). Badan

set elah m enet as (Gam bar 3C dan 4C). Jari-

Gambar 3. Perkembangan morfologis larva patin hibrida siam- jambal sampai umur 10 hari (skala batang= 2 mm)

Figure 3. Morphological development of P. hypophthalmus X P. djambal hybrid larvae during 10 days post hatching (bar scale= 2 mm)

Gambar 4. Perkembangan morfologis larva patin hibrida siam- nasutus sampai umur 10 hari (skala batang = 2 mm)

Figure 4. Morphological development of P. hypophthalmus X P. nasutus hybrid larvae during 10 days post hatching (bar scale = 2 mm)

J. Ris. Akuakultur Vol.6 No.2 Tahun 2011: 169-186

jari sirip ekor (caudal fin rays) larva kedua (Gambar 3F dan 4F) dan mulai bersegmen pada pat in hibrida t ersebut m ulai t erbent uk pada

um ur 78 jam (Gam bar 3G dan 4G). Sirip anal um ur 48 jam (Gam bar 3E dan 4F) dan m ulai

(anal fin) m ulai t erpisah dari sirip ekor pada bersegmen pada umur 78 jam (Gambar 3G dan

umur 144 jam dan pada larva patin hibrida siam- 4G). Bagian bawah sirip ekor m ulai t erbent uk

jam bal benar- benar t erpisah pada um ur 192 (memanjang) pada umur 60 jam, sehingga sirip

jam, sedangkan pada larva patin hibrida siam- ek or (caudal fin) m ulai b er cag ak (forked)

nasutus benar- benar terpisah pada umur 180 (Gam bar 3F dan 4G) dan panjang bagian at as

jam (Gam bar 3I dan 4I). Sirip preanal (preanal si r i p ek o r h am p i r sam a d en g an b ag i an

fin fold, abdominal keel) yang ada sejak kedua bawahnya pada saat larva pat in hibrida siam -

larva pat in hibrida t ersebut m enet as m ulai jambal berumur 110 jam dan umur 120 jam pada

mengalami rudimenter sehingga menjadi tidak larva pat in hibrida siam - nasut us (Gam bar 3H

ada lagi pada umur 240 jam (Gambar 3J dan 4J). dan 4H). Bakal sirip dada (pectoral fins) larva

patin hibrida siam- jambal mulai terbentuk pada Kant ung kuning t elur larva pat in hibrida um ur 60 jam , sedangk an pada larva pat in

siam - j am bal yang baru m enet as rat a- rat a hibrida siam - nasut us m ulai t erbent uk pada 3 berukuran 0,42± 0,08 m m , sedangkan pada

umur 72 jam. Bakal sirip punggung (dorsal fin) larva pat in hibrida siam - nasut us rat a- rat a l ar va k ed u a p at i n h i b r i d a t er seb u t m u l ai

berukuran 0,71± 0,28 m m 3 . Volum e kant ung terbentuk pada um ur 60 jam (Gam bar 3D dan

kuning t elur larva pat in hibrida siam - jam bal 4G). Jari- jari sirip punggung (dorsal fin rays)

mengalami penyerapan sekitar 50% pada umur larva patin hibrida siam- nautus mulai terbentuk

30 jam , dan relat if habis t erserap pada um ur pada um ur 110 jam (Gam bar 4I) dan duri sirip

60 jam , sedangkan pada larva pat in hibrida punggung (dorsal spine) terbentuk pada umur

siam - nasut us m engalam i penyerapan sekit ar 144 jam (Gam bar 4I), sedangkan duri sirip

5 0 % pada um ur 2 4 j am , dan r elat if habis punggung larva patin hibrida siam- jambal mulai

terserap pada umur 54 jam (Gambar 5). terbentuk pada umur 114 jam (Gambar 3I). Bakal

Pigm ent asi pada m at a larva pat in hibrida sirip perut (ventral fins) larva k edua pat in

siam - jam bal dan hibrida siam - nasut us m ulai hibrida t ersebut m ulai t erbent uk pada um ur

terjadi 3 jam setelah menetas (Gambar 3B dan 110 jam (Gambar 3H dan 4H). Jari- jari sirip anal

4B). Pigmentasi juga sedikit mulai terjadi pada (anal fin rays) l ar va k ed u a p at i n h i b r i d a

ekor bagian depan, Badan bagian depan dan t ersebut m ulai t erbent uk pada um ur 72 jam

kepala pada larva pat in hibrida siam - jam bal

4.0 m

Patin siam

r e lu

(m

3.5 Patin jam bal Pat in nasut us

3.0 u n in

Patin hibrida siam- jambal

2.5 Patin hibrida siam - nasutus g n k

0.5 Yolk sack absorption volume

Umur (jam) Old (hour)

Gambar 5. Penyerapan kant ung kuning t elur larva pat in siam , jam bal, nasutus, hibrida siam- jambal, dan hibrida siam- nasutus

Figure 5 Yolk sac absorption of P. hypophthalmus, P. djambal, P.

nasutus, P. hypophthalm us X P. djam bal hybrid and P.

hypophthalmus X P. nasutus hybrid larvae.

umur 24 jam dan umur 30 jam pada larva patin hibrida siam - nasut us (Gam bar 3C dan 4D). Pigm ent asi t er seb ut d engan lam b at t er us m eluas ke arah belakang (Gam bar 3D, 3E dan 4E) hingga pada saat berumur 72 jam pada larva patin hibrida siam- jambal dan umur 60 jam pada larva pat in hibrida siam - nasut us sebagian badan bagian depan m ulai dari kepala sam pai bagian dorsoventral telah berpigmen (Gambar 3F dan 4G), dan terus meluas hingga mencapai batang ekor (caudal peduncle) (Gam bar 3G- 3J dan 4H- 4J). Pigm ent asi pada pangkal bat ang ekor larva pat in hibrida siam - nasut us yang berupa noktah hitam m ulai terjadi pada um ur

60 jam (Gam bar 4G), sedangkan larva pat in hibrida siam- jambal tidak memilikinya.

Rahang at as m ulut lar va p at in hib r id a siam - jam bal dan hibrida siam - nasut us m ulai t erbent uk 8 jam set elah m enet as (Gam bar 3B

d an 4 B). Ked ua r ahang t er b ent uk 2 4 j am set elah m enet as dengan m ulut yang selalu terbuka (Gambar 3C dan 4C). Gigi- gigi rahang at as larva kedua pat in hibrida t ersebut m ulai terbentuk 24 jam setelah menetas, selanjutnya gigi- gigi rahang bawah mulai terbentuk 30 jam set elah m enet as. Mulut lar va k ed ua p at in hibrida tersebut mulai bergerak membuka dan m enut up pada um ur 30 jam (Gam bar 3D dan 4D), dan akt if m em buka dan m enut up pada um ur 36 jam , t et api respons t erhadap pakan alami (nauplii Artemia sp.) masih rendah. Larva pat in hibrida siam - jam bal m ulai m erespon pakan alam i dengan baik pada um ur 48 jam (Gam bar 3E), sedangkan larva pat in hibrida siam- nasutus pada umur 42 jam (Gambar 4F).

Sungut rahang at as (maxillary barbels) larva patin hibrida siam- jambal maupun hibrida siam- nasutus mulai tumbuh pada umur 24 jam (Gam bar 3C dan 4C). Sungut rahang bawah (mandibulary barbels) l ar va k ed u a p at i n hibrida t ersebut m ulai t um buh pada um ur 30 jam dan sungut rahang at as sem akin m e- manjang (Gambar 3D dan 4D).

Saluran pencernaan yang awalnya berupa saluran pendek, pada saat larva pat in hibrida siam - jam bal berum ur 24 jam dan larva pat in hib r id a siam - nasut us um ur 3 0 j am m ulai membesar pada bagian anteriornya dan mulai berdif erensiasi m enjadi bakal lam bung dan usus pendek (Gam bar 3C, 3D, 4D, dan 4E). Selanjutnya, lambung larva kedua patin hibrida t ersebut m ulai t erbent uk dan berfungsi pada um ur 48 jam , berukuran 0,013- 0,023 m m 3 dengan usus sepanjang 1,12- 1,19 m m pada larva patin hibrida siam- jambal dan berukuran

0,045- 0,092 mm 3 dengan usus sepanjang 1,12- 1,26 mm pada larva patin hibrida siam- nasutus (Gambar 3E dan 4F).

Perkem bangan ont ogeni m orfologis larva pat in hibrida siam - jam bal dan hibrida siam - nasut us p ad a p enelit ian ini secar a um um serupa dengan perkembangan larva patin siam (Islam, 2005), patin jambal (Slembrouck et al., 2003a) dan pat in nasut us (Tahapari et al.,

2 0 1 0 a), m au p u n l ar va i k an M. punctatus (Bagridae) (Ramanathan et al., 1985), larva ikan M. macropterus (Bagridae) (Wang et al., 1992), larva ikan M. montanus (Bagridae) (Arockiaraj et al., 2003), larva ikan M. cavasius (Bagridae (Rahman et al., 2004), larva ikan Pseudobagrus ichikawai (Bagridae) (Wat anabe, 1994), larva ikan H. fossilis (Clariidae) (Puvaneswari et al., 2009), serta larva ikan- ikan Siluriformes yang lain (direview oleh Adriaens & Vandewalle, 2003) dan juga larva ikan- ikan Teleostei yang lain (direview oleh Blax t er, 1988; Fuim an, 2002). Secara umum, perkembangan sirip- sirip t unggal t erjadi lebih awal daripada sirip- sirip berpasangan, sirip perut berkem bang paling akhir dan kantung kuning telur terserap dalam dua hingga em pat hari set elah m enet as.

Ident if ik asi spesies- spesies pat in ber - u k u r an d ew asa secar a m o r f o l o g i s t el ah

d i b er i k an secar a j el as d an d et ai l , t et ap i ident if ikasi pada ikan- ikan pat in yang ber- ukuran kecil dan larva sulit dilakukan dan ham pir seluruh penelit i m engalam i kesulit an m engenali anak ikan dari induknya karena

ad an ya k em i r i p an m o r f o l o g i s (Ro b er t s & Vidthayanon, 1991; Gustiano, 2009; Sriphairoj et al., 2010). Pigm ent asi pada t ahap awal perkem bangan larva m erupakan salah sat u kunci ident ifikasi larva ikan pat in karena pola pigm ent asi larva yang baru m enet as diant ara jenis patin yang berbeda menunjukkan adanya p er b ed aan . Lar va p at i n si am yan g b ar u menetas hampir tidak memiliki pigmen, kecuali sedikit pada bagian ant erior dan post erior kantung kuning telur (Gambar 2R). Larva patin jam bal dan pat in nasut us yang baru m enet as m em ilik i p ola p igm en yang ser up a, yak ni ham pir seluruh bagian kant ung kuning t elur memiliki pigmen, tetapi pigmentasi pada larva pat in jam bal lebih pekat dan relat if m erat a (Gambar 2S dan 2T). Larva patin hibrida siam- jam bal yang baru m enet as m em iliki pigm en yang pekat pada bagian ant erior dan post e- rior sert a agak pekat pada seluruh bagian kantung kuning telur (Gambar 2P). Larva patin hib r id a siam - nasut us yang b ar u m enet as

Embriogenesis dan perkembangan larva patin ..... (Bambang Iswanto)

J. Ris. Akuakultur Vol.6 No.2 Tahun 2011: 169-186

memiliki pigmen yang pekat pada bagian ante- pigm ent asi yang berupa nokt ah hit am pada rior dan post erior sert a sedikit pada bagian

bat ang ekor larva pat in hibrida siam - nasut us ventral kantung kuning telur (Gam bar 2Q).

pada saat berum ur 60- 168 jam (Gam bar 4G Pada periode perkem bangan selanjut nya,

sam pai 4I), yakni pada periode ket ika bagian pola pigm ent asi t ersebut m asih dapat di-

ekor kedua larva patin hibrida tersebut belum pergunakan sebagai kunci ident if ikasi larva

berpigm en sam pai m em iliki sedikit pigm en. pat in. Larva pat in siam pada perkem bangan

Tet ap i, k et ik a p igm ent asi t elah m encap ai pigm ent asi selanjut nya t et ap hanya m em iliki

bagian batang ekor (mulai umur 180 jam), maka pigm en yang t idak pekat hingga ket ika t elah

larva kedua patin hibrida tersebut tampak telah mulai memiliki kelengkapan organ menyerupai

m em iliki pola pigm en yang serupa, sehingga ikan dewasa (um ur 228 jam ) pigm ent asinya

sulit dibedakan (Gambar 3J dan 4J). t et ap t idak pekat dan t idak m erat a dengan

Hasil pengam at an Islam (2005) m enun- m em b en t u k p o l a g ar i s- g ar i s h o r i z o n t al

j uk k an bahwa lar va pat in siam yang bar u sehingga pat in siam j uga dik enal sebagai

m enetas ham pir tidak m em iliki pigm en. Larva striped catfish (Gambar 6A). Larva patin jambal

ik an pat in P. bocourti yang bar u m enet as dan nasut us pada perkem bangan pigm ent asi

memiliki pigmentasi berupa bintik- bintik hitam selanjutnya hingga ketika telah mulai memiliki

pada kantung kuning telur (Cacot et al., 2002), kelengkapan organ m enyerupai ikan dewasa

serupa dengan larva patin jambal (Slembrouck (patin nasutus umur 168 jam dan patin jambal

et al., 2003). Larva ikan pat in (yang dalam um ur 132 jam ) juga t et ap m enunjukkan pola

publikasi t ersebut secara salah diident if ikasi yang serupa, yakni memiliki pigmen yang pekat

sebagai) P. pangasius di Sungai Musi yang baru dan merata pada sebagian tubuh bagian depan.

m enet as berwarna kehit am an karena t elah Tet api, pigm ent asi larva pat in jam bal t elah

memiliki pigmen (Arifin, 1987), sedangkan larva m encapai pangkal sirip lem ak dan sirip anal,

ik an pat in P. pangasius (yang sebenarnya) sedangk an pigm ent asi larva pat in nasut us

belum m encapai sirip lem ak dan sirip anal. yang baru m enet as di Mym ensingh t am pak transparan dan tidak memiliki pigmen (Khan &

Selain it u, larva pat in nasut us t elah m em iliki

Mollah, 2004).

pigmen yang berupa noktah hitam pada batang ekornya, sehingga dapat dibedakan dari larva

Hassan et al. (2011) m elapork an t elah pat in jam bal (Gam bar 6B dan 6C). Larva pat in

m elakukan penelit ian hibridisasi ant ara pat in hibrida siam- jambal dan hibrida siam- nasutus

siam (P. hypophthalmus) dengan patin nasutus pada perkem bangan pigm ent asi selanjut nya

(P. nasutus). Tetapi, deskripsi larvanya berbeda hingga ketika telah m em iliki kelengkapan or-

dari karakt erist ik larva pat in hibrida siam - gan m enyerupai ikan dewasa (um ur 180 jam )

nasut us dalam penelit ian ini dan bersesuaian juga t et ap m enunjukkan pola yang serupa,

dengan karakteristik larva patin hibrida siam- yakni m em iliki pigm en yang cukup pekat dan

jam bal. Larva pat in hibrida dalam publikasi relat if m erat a pada seluruh t ubuh, m ulai dari

t ersebut t idak m em iliki pigm en yang berupa kepala hingga batang ekor (Gambar 3J dan 4J).

nokt ah hit am pada pangkal bat ang ekor yang Nam un dem ikian, larva pat in hibrida siam -

m er up ak an k ar ak t er i st i k k has l ar va p at i n nasut us d ap at d ib ed ak an d ar i lar va p at in

hibrida siam - nasut us m aupun pat in nasut us. hibrida siam- jambal berdasarkan keberadaan

Dengan dem ikian, spesies pat in yang dalam

Gambar 6. Larva patin siam (A), jambal (B) dan nasutus (C) umur 10 hari (skala batang = 5 mm) Figure 6.

Larvae of P. hypophthalmus (A), P. djambal (B) and P. nasutus (C) at 10 days old (bar scale= 5 mm)

Embriogenesis dan perkembangan larva patin ..... (Bambang Iswanto)

publikasi t ersebut disebut sebagai P. nasutus jumlah jari- jari sirip perut yang dilaporkan pada m er u p ak an su at u k esal ah an i d en t i f i k asi ,

patin hibrida hasil hibridisasi antara patin siam k ar ena sp esies p at in t er seb ut sehar usnya

dengan pat in jam bal yang t elah berukuran adalah P. djambal. Hal ini juga diperkuat oleh

b esar (Gu st i an o, 2 0 0 4 ; LRPTBPAT, 2 0 0 6 ; k en y at aan b ah w a t em p at p el ak san aan

Gustiano & Kristanto, 2007). penelit ian t ersebut sam a dengan penelit ian ini (di LRPTBPAT, Sukamandi), tetapi di tempat

Heterosis pada Tahap Larva

t er seb u t p ad a saat i t u b el u m d i l ak u k an penelitian hibridisasi patin nasutus, sedangkan

Ukuran panjang total larva patin patin siam, penelitian hibridisasi patin jambal telah sering

j am bal, nasut us, hibrida siam - j am bal dan dilakukan (pengamatan pribadi).

hibrida siam - nasutus yang baru m enetas dan um ur 10 hari berdasarkan pengukuran secara

Jum lah j ar i- j ar i sir ip p er ut b anyak d i- m ik r osk op is d isaj ik an p ad a Tab el 2 . Per - pergunakan unt uk m engident ifikasi spesies-

kem bangan panjang t ot al larva pat in siam , spesies pat in (Gust iano & Pouyaud, 2005;

j am bal, nasut us, hibrida siam - j am bal dan

2 0 0 7 ; 2 0 0 8 ) m au p u n p at i n - p at i n h i b r i d a hibrida siam - nasut us selam a 10 hari m asa (Gustiano, 2004; Gustiano & Kristanto, 2007).

pem eliharaan larva berdasarkan pengukuran Jumlah jari- jari sirip perut tersebut telah dapat

secara mikroskopis disajikan pada Gambar 7. dipergunakan sebagai kunci identifikasi sejak

larva melalui pengamatan secara mikroskopis. Het er osi s k ar ak t er p er t um b u han l ar va Jari- jari sirip perut larva pat in hibrida siam -

sam pai berum ur 10 hari berdasarkan per- jam bal dan hibrida siam - nasut us berjum lah

t am b ah an p an j an g t o t al r at a- r at a p ad a t ujuh, bersifat di ant ara (intermediate) kedua

penelitian ini m enunjukkan bahwa larva patin induk tetuanya, yakni berjumlah delapan pada

hibrida siam - nasut us m em iliki pert am bahan larva patin siam dan berjumlah enam pada larva

panjang t ot al rat a- rat a 21,47% lebih t inggi patin jambal maupun nasutus. Jumlah jari- jari

daripada larva pat in siam dan 18,95% lebih sirip perut larva patin hibrida siam- jambal dan

t i ng g i d ar i p ad a l ar va p at i n nasut us ser t a hibrida siam - nasut us t ersebut sam a dengan

20,20% lebih t inggi daripada rat a- rat a larva

Tabel 2. Ukuran panjang total larva patin siam, jambal, nasutus, hibrida siam- jambal dan hibrida siam- nasutus yang baru menetas dan umur 10 hari (n = 30 ekor)

Table 2. Total length of newly hatched P. hypophthalmus, P. djambal, P. nasutus, P. hypophthalmus X P. djambal hybrid and P. hypophthalmus X P. nasutus hybrid larvae and 10 days old larvae (n = 30 larvae)

Panjang t o t al T ot a l len g t h ( mm)

Larva ikan

Umur 10 hari La r va e

M enet as

Rat a-rat a

Kisaran Rat a-rat a

Patin siam

15.73–18.27 16.98±0.81 P. hypophthalmus Patin jambal

19.87–26.00 22.12±1.34 P. djambal Patin nasutus

17.73–21.27 18.98±0.44 P. nasutus Patin hibrida siam-jambal

17.47–19.33 18.25±0.54 P. hypophthalmus X P. djambal hybrid

Patin hibrida siam-nasutus

18.40–22.80 20.10±1.21 P. hypophthalmus X P. nasutus hybrid

J. Ris. Akuakultur Vol.6 No.2 Tahun 2011: 169-186

) Patin siam m

Pat in nasut us ) (m

Patin hibrida siam - nasutus Patin jam bal Patin hibrida siam- jambal

l (Total length o ta

g n t ja n

Umur (jam) Old (hour)