Hubungan Tingkat Sosial Ekonomi Orangtua Dengan Status Bebas Karies Pada Anak Usia 7-11 Tahun

HUBUNGAN TINGKAT SOSIAL EKONOMI ORANGTUA DENGAN STATUS BEBAS KARIES PADA ANAK USIA 7-11 TAHUN
SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh: JOHAN H. SIHITE NIM: 080600102
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2012
Universitas Sumatera Utara

Fakultas Kedokteran Gigi Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat Tahun 2012
Johan H. Sihite Hubungan tingkat sosial ekonomi orangtua dengan status bebas karies pada
anak usia 7-11 tahun. ix + 28 halaman
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui prevalensi bebas karies, pengalaman karies, hubungan tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan orangtua dengan prevalensi bebas karies pada anak usia 7-11 tahun.
Populasi pada penelitian ini adalah anak berusia 7-11 tahun di SD Negeri 101817 Pancur Batu dan SD Swasta Santo Thomas 5 Medan. Besar sampel adalah 200 anak, 100 anak di SD Negeri 101817 Pancur Batu dan 100 anak SD Swasta Santo Thomas 5 Medan yang diambil secara stratified random sampling. Pengumpulan data tentang karies gigi dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan klinis dengan menggunakan indeks Klein. Data mengenai pendidikan dan pekerjaan orangtua diperoleh secara sekunder dari buku induk siswa.
Hasil penelitian menunjukkan 49% anak mengalami karies gigi dan DMFT rata-rata 1,01. Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ayah dengan prevalensi bebas karies gigi anak (p=0,007), antara tingkat pendidikan ibu
Universitas Sumatera Utara

dengan prevalensi bebas karies gigi anak (p=0,000) dan antara jenis pekerjaan ayah dengan prevalensi bebas karies gigi anak (p=0,001). Namun tidak terlihat adanya kecenderungan makin meningkatnya pekerjaan ibu dengan prevalensi bebas karies pada anak (p=0,229). Daftar Rujukan: 23 (2001-2011)
Universitas Sumatera Utara

HUBUNGAN TINGKAT SOSIAL EKONOMI ORANGTUA DENGAN STATUS BEBAS KARIES PADA ANAK USIA 7-11 TAHUN
SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh: JOHAN H. SIHITE NIM: 080600102

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2012
Universitas Sumatera Utara

PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Pembimbing:
1. Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM. NIP: 130353780

Medan, 27 Juli 2012 Tanda tangan
.............................

Universitas Sumatera Utara

TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 27 Juli 2012

TIM PENGUJI


KETUA

: Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D.

ANGGOTA : 1. Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM.

2. Gema Nazri Yanti, drg.

Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa skripsi ini selesai disusun sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Sondang Pintauli, drg., Ph.D., selaku Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan selaku tim penguji, atas keluangan waktu, saran, dukungan dan bantuan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
3. Prof. Lina Natamiharja, drg., SKM., selaku dosen pembimbing dan tim penguji, atas keluangan waktu, saran, bantuan, dan dukungan, motivasi serta bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
4. Gema Nazri Yanti, drg., selaku tim penguji atas keluangan waktu dan saran kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
5. Fitri Yunita, drg., selaku penasehat akademik, yang telah banyak memberikan motivasi, nasihat dan arahan selama penulis menjalani masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Rasa hormat dan terima kasih yang tiada terhingga penulis persembahkan kepada orangtua penulis, T. Sihite dan Ibu J. Simanjuntak, kakak penulis Ester Sihite, Am.K., abang penulis Harry Sihite, S.H., adik penulis Shinta Sihite dan Ober Sihite atas segala kasih sayang, doa, bimbingan, semangat, serta dukungan baik moril maupun materil yang selama ini diberikan kepada penulis.
Sahabat-sahabat tersayang penulis Gita, Muktar, Feri, Gideon, Martin, Lamser, Riska, Harnaldes, Chandra, Rahmat, Caprin serta teman-teman stambuk

Universitas Sumatera Utara

2008 lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas bantuan dan motivasi selama penulis melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.
Medan, 27 Juli 2012 Penulis,
(Johan H. Sihite) NIM. 080600102
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ....................................................................................

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI..........................................................

KATA PENGANTAR ..................................................................................


iv

DAFTAR ISI ................................................................................................

vi

DAFTAR TABEL ........................................................................................ viii

DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................

ix

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 1.3 Tujuan Penelitian....................................................................... 1.4 Hipotesis ................................................................................... 1.5 Manfaat Penelitian.....................................................................

1 3 3 4 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Karies Gigi ................................................................................. 2.1.1 Faktor Etiologi......................................................................... 2.1.2 Faktor Risiko ........................................................................... 2.1.3 Waktu Erupsi Gigi Permanen................................................... 2.1.4 Indeks Karies........................................................................... 2.2 Prevalensi Karies ........................................................................ 2.3 Bebas Karies...............................................................................

5 5 7 9 10 10 11

Universitas Sumatera Utara

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian................................................................. 3.2 Populasi dan Sampel.................................................................. 3.3 Variabel Penelitian dan Defenisi Operasional ............................ 3.4 Metode Pengumpulan Data........................................................ 3.5 Pengolahan Data........................................................................ 3.6 Analisis Data .............................................................................
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Lokasi Penelitian...................................................................... 4.2 Karakteristik Orangtua Anak .................................................... 4.3 Persentase Bebas Karies Gigi pada Anak Usia 7-11 Tahun ....... 4.4 Pengalaman Karies Gigi pada Anak Usia 7-11 Tahun............... 4.4 Hubungan tingkat Pendidikan dan Jenis Pekerjaan Orangtua
dengan Prevalensi Bebas Karies Anak ......................................
BAB 5 PEMBAHASAN ..............................................................................
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
LAMPIRAN

12 12 13 14 14 14
15 15 17 18
19
23

25
26

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1 Persentase distribusi karakteristik orangtua anak .................................... 16

2 Prevalensi bebas karies pada anak usia 7- 11 tahun berdasarkan umur .... 17

3 Prevalensi bebas karies pada anak usia 7- 11 tahun berdasarkan umur di SD swasta Santo Thomas 5 Medan ......................................................

17

4 Prevalensi bebas karies pada anak usia 7- 11 tahun berdasarkan umur di SD Negeri 101817 Pancur Batu ................................................................... 18


5 Pengalaman karies gigi pada anak usia 7-11 tahun ................................. 18

6 Pengalaman karies gigi pada anak usia 7-11 tahun di SD Swasta Santo Thomas 5 Medan ...................................................................................

19

7 Pengalaman karies gigi pada anak usia 7-11 tahun di SD Negeri 101817 Pancur Batu ..........................................................................................

19

8 Hasil analisis statistik bebas karies anak umur 7-11 tahun berdasarkan tingkat pendidikan ayah .........................................................................
9 Hasil analisis statistik bebas karies anak umur 7-11 tahun berdasarkan tingkat pendidikan ibu............................................................................
10 Hasil analisis statistik bebas karies anak umur 7-11 tahun berdasarkan jenis pekerjaan ayah ...............................................................................
11 Hasil analisis statistik bebas karies anak umur 7-11 tahun berdasarkan jenis pekerjaan ibu .................................................................................

20 20 21 22

Universitas Sumatera Utara


DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Kuesioner hubungan tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan orangtua dengan
status bebas karies pada anak usia 7-11 tahun. 2 Surat persetujuan komisi etik tentang pelaksanaan penelitian bidang kesehatan. 3 Surat keterangan izin penelitian dari Kepala Sekolah SD Swasta Santo Thomas 5
Medan. 4 Surat keterangan izin penelitian dari Kepala Sekolah SD Negeri 101817 Pancur
Batu. 5 Hasil analisis perhitungan statistik.
Universitas Sumatera Utara

Fakultas Kedokteran Gigi Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/ Kesehatan Gigi Masyarakat Tahun 2012
Johan H. Sihite Hubungan tingkat sosial ekonomi orangtua dengan status bebas karies pada
anak usia 7-11 tahun. ix + 28 halaman
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui prevalensi bebas karies, pengalaman karies, hubungan tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan orangtua dengan prevalensi bebas karies pada anak usia 7-11 tahun.
Populasi pada penelitian ini adalah anak berusia 7-11 tahun di SD Negeri 101817 Pancur Batu dan SD Swasta Santo Thomas 5 Medan. Besar sampel adalah 200 anak, 100 anak di SD Negeri 101817 Pancur Batu dan 100 anak SD Swasta Santo Thomas 5 Medan yang diambil secara stratified random sampling. Pengumpulan data tentang karies gigi dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan klinis dengan menggunakan indeks Klein. Data mengenai pendidikan dan pekerjaan orangtua diperoleh secara sekunder dari buku induk siswa.
Hasil penelitian menunjukkan 49% anak mengalami karies gigi dan DMFT rata-rata 1,01. Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ayah dengan prevalensi bebas karies gigi anak (p=0,007), antara tingkat pendidikan ibu
Universitas Sumatera Utara

dengan prevalensi bebas karies gigi anak (p=0,000) dan antara jenis pekerjaan ayah dengan prevalensi bebas karies gigi anak (p=0,001). Namun tidak terlihat adanya kecenderungan makin meningkatnya pekerjaan ibu dengan prevalensi bebas karies pada anak (p=0,229). Daftar Rujukan: 23 (2001-2011)
Universitas Sumatera Utara

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan.1 Penyebaran penyakit ini sangat luas sehingga mekanisme bagaimana terbentuknya karies menjadi topik yang menarik selama puluhan tahun.2 Proses terjadinya karies ditandai dengan timbulnya white spot pada permukaan gigi dan jika tidak dirawat akan berkembang menjadi lubang gigi atau disebut juga karies.3 Karies gigi disebabkan banyak faktor seperti faktor host atau tuan rumah, agen atau mikroorganisme, substrat atau diet dan faktor waktu. Substrat yang menjadi penyebab karies adalah karbohidrat terutama sukrosa. Sukrosa dimetabolisme menjadi asam oleh bakteri streptokokus mutans. Setiap kali seseorang mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat, maka bakteri penyebab karies di rongga mulut akan memproduksi asam sehingga terjadi demineralisai yang berlangsung selama 20-30 menit setelah makan.1 Di antara periode makan, saliva akan bekerja menetralisir asam dan membantu proses remineralisasi, apabila makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat terlalu sering dikonsumsi, enamel gigi tidak akan mempunyai kesempatan untuk melakukan remineralisasi dengan sempurna sehingga terbentuk lubang pada gigi. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk menjadi suatu kavitas diperkirakan 6 – 48 bulan.1 Data Bank WHO tahun 2000 yang diperoleh dari enam wilayah WHO Africa Regional Offices (AFRO), America Regional Offices (AMRO), Eastern Mediterranean Offices (EMRO), Euro Regional Offices (EURO), South East Asia Regional Offices (SEARO) dan Western Pacific Regional Offices (WPRO) menunjukkan bahwa rerata pengalaman karies (DMFT) pada anak 12 tahun berkisar

Universitas Sumatera Utara

2,4. Indeks karies di Indonesia sebagai salah satu negara SEARO (South East Asia Regional Offices) berkisar 2,2 untuk kelompok usia yang sama.1
Hasil penelitian di Sumatera Utara menunjukkan penduduk umur 12 tahun ke atas yang mengalami karies terlihat sedikit lebih tinggi pada perempuan yaitu 40,8% dan pada laki-laki 39,3%. Prevalensi karies aktif relatif meningkat dengan bertambahnya umur. Secara keseluruhan 62,1% penduduk 12 tahun ke atas mengalami karies. Prevalensi pengalaman karies lebih tinggi pada kelompok umur yang lebih tinggi, pada 12 tahun sebesar 31.2% dan pada 65 tahun ke atas sebesar 92,8%.4
Seseorang dikatakan bebas karies jika skor indeks karies DMFT/S orang tersebut = 0.5 Hasil penelitian di Tanzania menunjukkan sebagian besar siswa memiliki status bebas karies yaitu sebesar 79,8% dan kebutuhan akan perawatan gigi yang tinggi.6 Hasil penelitian di Iran pada tahun 2004 menunjukkan status bebas karies pada anak usia 7 tahun sebesar 88,5%, pada anak usia 9 tahun sebesar 58% dan pada anak usia 12 tahun sebesar 47,7%. Hal ini menunjukkan ada penurunan angka bebas karies dengan pertambahan usia.7 Dengan kata lain prevalensi karies meningkat dengan bertambahnya usia.4
Status ekonomi dan tingkat pendidikan mempengaruhi perilaku hidup sehat pada seseorang.8 Pendapatan mempunyai pengaruh langsung pada perawatan medis, jika pendapatan meningkat biaya untuk perawatan kesehatan pun ikut meningkat.9 Orang dengan stutus ekonomi dan tingkat pendidikan yang rendah cenderung mengabaikan perilaku hidup sehat.8 Anak anak dari kelompok ekonomi rendah cenderung berada pada risiko karies yang parah.10 Karies dijumpai lebih sedikit pada kelompok sosial ekonomi tinggi dan sebaliknya. Hal ini dikaitkan dengan lebih besarnya minat hidup sehat pada kelompok sosial ekonomi tinggi. Menurut tirthankar (cit Sondang P dan T. Hamada), pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status kesehatan. Seseorang yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan dan sikap yang baik tentang kesehatan sehingga akan mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat.1
Universitas Sumatera Utara

Status bebas karies dapat dicapai dengan mencegah timbulnya penyakit karies. Hal ini ditandai dengan upaya meningkatkan kesehatan (health promotion) dan memberikan perlindungan khusus (specific protection). Upaya peningkatan kesehatan gigi meliputi penyuluhan tentang cara menyingkirkan plak yang efektif, cara menyikat gigi dan cara menggunakan benang gigi (flossing). Upaya perlindungan khusus meliputi kumur fluor, topikal aplikasi, fluoridasi air minum, pit dan fisur silen.1 Hasil penelitian WHO pada tahun 2004 menunjukkan fluoridasi air minum dapat menurunkan prevalensi karies sebesar 15%.11 Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui prevalensi bebas karies gigi permanen dan hubungan antara tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan orangtua terhadap status bebas karies pada anak usia 7-11 tahun. Peneliti memilih anak usia 7-11 tahun sebagai objek penelitian karena pada usia 7 tahun karies mulai menyerang gigi permanen dan pada usia 12 tahun hampir semua gigi permanen telah erupsi, namun karena pada waktu penelitian anak berusia 12 tahun tidak bisa lagi diteliti karena telah libur maka sampel penelitian diambil sampai umur 11 tahun.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut “Apakah ada pengaruh tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan orangtua dengan status bebas karies pada anak usia 7-11 tahun ”.
1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui prevalensi bebas karies pada anak usia 7-11 tahun. 2. Mengetahui pengalaman karies gigi rata-rata pada anak usia 7-11 tahun 3. Mengetahui hubungan tingkat pendidikan ayah dengan prevalensi bebas karies pada anak usia 7-11 tahun. 4. Mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu dengan prevalensi bebas karies pada anak usia 7-11 tahun. 5. Mengetahui hubungan jenis pekerjaan ayah dengan prevalensi bebas
Universitas Sumatera Utara

karies pada anak usia 7-11 tahun. 6. Mengetahui hubungan jenis pekerjaan ibu dengan prevalensi bebas karies
pada anak usia 7-11 tahun.
1.4 Hipotesis Penelitian 1. Ada hubungan tingkat pendidikan ayah dengan prevalensi bebas karies pada anak usia 7-11 tahun. 2. Ada hubungan tingkat pendidikan ibu dengan prevalensi bebas karies pada anak usia 7-11 tahun. 3. Ada hubungan jenis pekerjaan ayah dengan prevalensi bebas karies pada anak usia 7-11 tahun. 4. 1. Ada hubungan jenis pekerjaan ibu dengan prevalensi bebas karies pada anak usia 7-11 tahun.
1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan : 1. Sebagai masukan bagi para siswa untuk meningkatkan perilaku merawat kesehatan gigi dan mulut. 2.Sebagai masukan bagi Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Kesehatan Gigi Masyarakat FKG-USU untuk menambah referensi penelitian. 3.Memberi pengalaman kepada peneliti dalam melakukan penelitian langsung di masyarakat.
Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karies Gigi Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi hingga menjalar ke dentin.1 Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya.1 Proses ini ditandai timbulnya white spot pada permukaan gigi. White spot merupakan bercak putih pada permukaan gigi. Penjalaran karies mula-mula terjadi pada email. Bila tidak segera dibersihkan dan ditambal, karies akan menjalar ke bawah hingga sampai ke ruang pulpa yang berisi saraf dan pembuluh darah, sehingga menimbulkan rasa sakit dan akhirnya gigi tersebut bisa mati.3 Karies memiliki kedalaman yang berbeda. Derajat keparahannya dikelompokan menjadi 12: 1. Karies pada email Biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, namun bila ada ransangan yang berasal dari makanan atau minuman yang dingin akan terasa linu. 2. Karies pada dentin Ditandai dengan adanya rasa sakit apabila tertimbun sisa makanan. Apabila sisa makanan disingkirkan maka rasa sakit akan berkurang. 3. Karies pada ke pulpa Gigi terasa sakit terus menerus sifatnya tiba tiba atau muncul dengan sendirinya. Rasa sakit akan hilang sejenak apabila diberi obat pengurang rasa sakit.
2.1.1 Faktor Etiologi Faktor etiologi dibedakan atas faktor penyebab primer yang langsung mempengaruhi biofilm (lapisan tipis normal pada permukaan gigi yang berasal dari saliva) dan faktor modifikasi yang tidak langsung mempengaruhi biofilm.1 Karies
Universitas Sumatera Utara

merupakan penyakit multifaktorial yaitu adanya beberapa faktor yang menjadi penyebab terbentuknya karies. Ada empat faktor yang memegang peranan yaitu:
a.Faktor host atau tuan rumah Faktor host meliputi faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa sisa makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur yang dalam. Permukaan enamel yang kasar menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi.1 b. Faktor agen atau mikroorganisme Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan.1 Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies.3 Sesaat setelah selesai menyikat gigi, akan tampak suatu lapisan tipis. Lapisan ini dinamakan plak dan berisi berbagai macam bakteri. Makanan manis yang kita konsumsi akan membuat semacam plak di sela sela gigi berubah menjadi asam sehingga merusak gigi.13 c. Faktor substrat atau diet Diet adalah penyebab utama karies gigi, khususnya gula.10 Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel.1 Makanan yang mudah lengket dan menempel di gigi seperti permen dan coklat memudahkan terjadinya karies.3 d. Faktor waktu Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.1
Universitas Sumatera Utara

2.1.2 Faktor Risiko Beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor risiko karies adalah : a. Pengalaman karies Penelitian epidemiologis telah membuktikan adanya hubungan antara pengalaman karies dengan perkembangan karies dimasa mendatang. Sensitifitas parameter ini hampir mencapai 60%. Tingginya skor pengalaman karies pada gigi desidui dapat memprediksi terjadinya karies pada gigi permanennya.1 b. Penggunaan fluor Pemberian fluor yang teratur baik secara sistemik maupun lokal merupakan hal yang penting diperhatikan dalam mengurangi terjadinya karies oleh karena dapat meningkatkan remineralisasi.1 Namun demikian, jumlah kandungan fluor dalam air minum dan makanan harus harus diperhitungkan pada waktu memperkirakan kebutuhan tambahan fluor karena pemberian fluor yang berlebihan dapat menyebabkan fluorosis. Hasil penelitian WHO pada tahun 2004 menunjukkan fluoridasi pada air mium menurunkan prevalensi karies sebesar 15%.11 c. Oral higiene Insidens karies dapat dikurangi dengan melakukan penyingkiran plak secara mekanis dari permukaan gigi. Peningkatan oral higiene dapat dilakukan dengan menggunakan alat pembersih interdental yang dikombinasikan dengan pemeriksaan gigi secara teratur. Pemeriksaan gigi rutin dapat membantu mendeteksi masalah gigi yang berpotensi menjadi karies.1 d. Jumlah bakteri Segera setelah lahir akan terbentuk ekosistem oral yang terdiri atas berbagai jenis bakteri. Kolonisasi bakteri di dalam mulut disebabkan transmisi antar manusia, yang paling banyak dari ibu.1 e. Saliva Selain mempunyai efek buffer, saliva juga berguna untuk membersihkan sisa sisa makanan di dalam mulut. Pada individu yang berkurang fungsi salivanya, aktivitas karies akan meningkat secara signifikan.1
Universitas Sumatera Utara

f. Pola makan Pengaruh pola makan dalam proses karies biasanya lebih bersifat lokal dari pada sistemik, terutama dalam hal frekuensi mengonsumsi makanan. Setiap kali seseorang mengonsumsi makanan dan minuman yang mengandung karbohidrat, maka beberapa bakteri penyebab karies di rongga mulut akan mulai memproduksi asam sehingga terjadi demineralisasi yang berlangsung selama 20-30 menit setelah makan.1 g. Umur Penelitian epidemiologis menunjukkan terjadi peningkatan prevelensi karies sejalan dengan bertambahnya umur. Gigi yang paling akhir erupsi lebih rentan terhadap karies. Kerentanan ini meningkat karena sulitnya membersihkan gigi yang sedang erupsi sampai gigi tersebut mencapai dataran oklusal dan beroklusi dengan gigi antagonisnya. Anak anak mempunyai risiko karies yang paling tinggi ketika gigi mereka baru erupsi sedangkan orangtua lebih berisiko terhadap terjadinya karies akar.1 h. Jenis kelamin Selama masa kanak kanak dan remaja, wanita menunjukkan nilai DMFT yang lebih tinggi dari pria. Walaupun demikian, umumnya oral higiene wanita lebih baik sehingga komponen gigi yang hilang (M, missing) lebih sedikit daripada pria. Sebaliknya, pria mempunyai komponen tumpatan pada gigi (F, filling) yang lebih banyak dalam indeks DMFT.1 i. Sosial ekonomi Orang orang dari status sosial ekonomi rendah memiliki kesehatan yang lebih buruk dari orang dari status sosial ekonomi tinggi.14 Secara khusus, anak-anak dari kelompok ekonomi yang lebih rendah cenderung berada pada risiko karies yang parah. Penelitian menunjukkan bahwa status ekonomi mempengaruhi asupan makanan, maka kemungkinan bahwa perbedaan dalam diet dan asupan gula khususnya, dapat menjadi penentu dari variasi karies yang terlihat antara kelaskelas sosial.10
Universitas Sumatera Utara

Pendidikan dapat mempengaruhi kesehatan dalam beberapa hal, seperti akses yang berbeda, penggunaan jasa/fasilitas kesehatan, sifat medis perawatan kesehatan. Orang dengan pendidikan yang lebih tinggi memiliki sifat yang positif tentang kesehatan dan mempromosikan perilaku hidup sehat.17
Penelitian tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan rongga mulut oleh ibu yang memiliki anak prasekolah di Nigeria menyatakan bahwa ibu dengan pendidikan yang rendah cenderung tidak mementingkan dan acuh terhadap pelayanan kesehatan rongga mulut yang ada. Ini menunjukkan bahwa pendidikan ibu merupakan hal yang berpengaruh terhadap persepsi ibu terhadap kebutuhan pelayanan kesehatan, khususnya kesehatan rongga mulut. Setiap ibu hendaknya mengetahui dan memahami pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sehingga dapat menerapkannya bagi anak anaknya.18,19
Pekerjaan akan menentukan status sosial ekonomi karena dari bekerja segala kebutuhan akan dapat terpenuhi. Pekerjaaan tidak hanya mempunyai nilai ekonomi namun usaha manusia untuk mendapatkan kepuasan dan mendapatkan imbalan atau upah berupa barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan bekerja orang akan memperoleh pendapatan, apabila pendapatan tinggi maka tingkat ekonomi juga tinggi. Dengan demikian pekerjaan seseorang akan mempengaruhi kemampuan/ tingkat ekonominya, untuk itu bekerja merupakan suatu keharusan bagi setiap individu.22

2.1.3 Waktu Erupsi Gigi Permanen Rahang atas:15


Insisivus Satu

: 7-8 tahun

Insisivus dua

: 8-9 tahun

Kaninus

: 11-12 tahun

Premolar satu

: 10-11 tahun

Premolar dua

: 10-12 tahun

Molar satu

: 6-7 tahun

Molar dua

: 12-13 tahun

Universitas Sumatera Utara

Rahang bawah:15 Insisivus Satu Insisivus dua Kaninus Premolar satu Premolar dua Molar satu Molar dua

: 6-7 tahun : 7-8 tahun : 9-10 tahun : 10-12 tahun : 11-12 tahun : 6-7 tahun : 11-13 tahun

2.1.4 Indeks Karies Indeks karies adalah ukuran yang dinyatakan dalam angka dari keadaan suatu golongan/kelompok terhadap suatu penyakit karies gigi. Indeks yang biasa digunakan adalah indeks Klein. Indeks DMFT merupakan indeks yang paling sederhana dan paling umum digunakan dalam survei epidemiologi karies gigi.16 Pada orang dewasa digunakan DMFT (decay, missing, filling, teeth) dan pada anak anak digunakan deft (decay, extracted, filling, teeth). Semua gigi diperiksa kecuali molar tiga karena molar tiga biasanya tidak tumbuh, sudah dicabut atau tidak berfungsi.. Nilai reratanya adalah jumlah seluruh nilai DMF dibagi atas jumlah orang yang diperiksa.1

2.2 Prevalensi Karies Hasil NOHS (National Oral Health Survey) tahun 2006 di Pilipina, menunjukkan anak SD pada umur 6 tahun mengalami karies sebesar 97,1% dan pada umur 12 tahun sebesar 78,4%. Selain itu, hal yang lebih parah lagi ditemukan hampir 50% anak menderita infeksi dentogenic dengan karakteristik adanya karies yang sudah mencapai ke pulpa, ulserasi, fistula dan abses (PUFA) yang disertai nyeri yang menyebabkan keadaan yang lebih ekstrem lagi yaitu ketidaknyamanan dan bahkan mengurangi kapasitas belajar pada anak.17 Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2004 dilaporkan bahwa prevalensi karies di Indonesia telah mencapai 90,05% dengan rata-rata indeks DMFT sebesar 4,85 yang berarti sebagian besar penduduk Indonesia menderita karies

Universitas Sumatera Utara

gigi. Angka ini tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara berkembang lainnya.1
Di Indonesia sebanyak 89% anak di bawah 12 tahun menderita penyakit gigi dan mulut. Penyakit gigi dan mulut, akan sangat berpengaruh pada derajat kesehatan, proses tumbuh kembang bahkan masa depan anak. Anak-anak rawan kekurangan gizi. Rasa sakit pada gigi dan mulut jelas menurunkan selera makan mereka. Dampak lainnya, kemampuan belajar mereka pun turun sehingga jelas akan berpengaruh pada prestasi belajar hingga hilangnya masa depan anak.18 Hasil penelitian di Sumatera Utara pada tahun 2007 menunjukkan penduduk berumur 12 tahun ke atas yang mengalami karies sebesar 62,1% dengan rata rata indeks DMFT sebesar 3,43.4
2.3 Bebas Karies Seseorang dikategorikan bebas karies jika indeks karies gigi orang tersebut DMFT/S = 0, dengan kata lain orang tersebut tidak memiliki pengalaman karies.6,7,19 Hasil penelitian di Tanzania menunjukkan sebagian besar siswa memiliki status bebas karies yaitu sebebsar 79,8% dan kebutuhan akan perawatan gigi yang tinggi.6 Hasil penelitian di Iran pada tahun 2004 menunjukkan status bebas karies pada anak usia 7 tahun sebesar 88,5%, pada anak usia 9 tahun sebesar 58% dan pada anak usia 12 tahun sebesar 47,7%. 7,21 Hasil penelitian di Sumatera utara pada tahun 2007 menunjukkan prevalensi bebas karies di Sumatera Utara sebesar 59,9%. Prevalensi bebas karies pada anak usia 12 tahun sebesar 75,7% dan prevalensi bebas karies di kota Medan sebesar 57,9%.4
Universitas Sumatera Utara

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan penelitian cross sectional untuk mempelajari korelasi antara faktor risiko tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan orangtua dengan efek yaitu bebas karies gigi anaknya.
3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi Penelitian Populasi penelitian adalah siswa berusia 7-11 tahun di SD Negeri 101817 Pancur Batu dan SD Swasta Santo Thomas 5 Medan yaitu sebanyak 424 orang. Peneliti memilih SD Negeri 101817 Pancur Batu karena siswa di sekolah ini banyak yang berasal dari golongan sosial ekonomi rendah dan peneliti memilih SD Swasta Santo Thomas 5 Medan karena banyak siswa berasal dari golongan sosial ekonomi tinggi. Hal ini sesuai dengan tujuan peneliti yang ingin melihat hubungan status bebas karies dengan tingkat pendidikan dan jenis pekerjaan orangtua.
3.2.2 Sampel Penelitian Sampel penelitian adalah siswa berusia 7-11 tahun di SD Negeri 101817 Kecamatan Pancur Batu dan SD swasta Santo Thomas 5 Medan yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan. Kriteria inklusi sampel dalam penelitian ini adalah: a. Anak dengan gigi yang tidak crowded. b. Bersedia mengikuti penelitian. Untuk mendapatkan besar sampel yang akan diambil dalam penelitian ini, peneliti menggunakan persentase kasus bebas karies di Kota Medan dari data Riset Kesehatan Dasar Sumatera Utara (RIKESDAS, 2007) yaitu 35,2%.4 Besar sampel pada penelitian ini dihitung berdasarkan rumus perhitungan besar sampel dengan perhitungan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara

n = Z2 P(1-P)N__ __ d2(N-1) + Z2 P (1-P)
= 1,962 0,352 (1-0,352) 424 0,052 (424-1) + 1,962 0,352 (1- 0,352)

= 192 orang

Keterangan;

P merupakan nilai perkiraan proporsi populasi kasus bebas karies (P) = 35,2%

(RISKESDAS SUMUT, 2007)

Populasi (N)

= 424 orang

Convidence level

= 95%

Absolut precision (d)

= 5%

Z(1-α)

= 1,96

Berdasarkan perhitungan dengan tingkat kemaknaan (α) 5% dengan

convidence level 95% diperoleh besar sampel minimal 192 orang. Jumlah ini

ditambah menjadi 200 orang untuk menghindari apabila ada data dari responden yang

terpilih tidak lengkap. Sampel diambil dengan menggunakan cara stratified random

sampling. Sampel dibagi berdasarkan umur menjadi lima strata yaitu strata 7, 8, 9, 10

dan 11 tahun. Setiap strata umur diambil secara random 20 orang dari SD Negeri

101817 Pancur Batu dan 20 orang dari SD swasta Santo Thomas 5 Medan.

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional a. Faktor Risiko 1) Tingkat pendidikan ayah/ ibu: a) Tidak tamat SD b) Tamat SD / SLTP c) Tamat SLTA / D3 d) Tamat Perguruan Tinggi: D4 / S1 / S2

Universitas Sumatera Utara

2) Pekerjaan ayah/ ibu : a) Tidak bekerja b) Buruh / Tukang/ Pembantu Rumah Tangga / Pedagang Keliling c) Pegawai Negeri / Pegawai BUMN / TNI / Polisi / Pegawai Swasta d) Pengusaha / Wiraswasta / Direktur
b. Faktor Efek 1) Status bebas karies adalah indeks karies gigi/ DMF memiliki skor 0. 2) Pengalaman karies gigi rata-rata adalah jumlah skor DMFT dibagi dengan jumlah anak.
3.4 Metode Pengumpulan Data Setiap sampel diperiksa secara klinis status karies giginya dengan menggunakan sonde dan kaca mulut dengan penerangan sinar matahari. Pemeriksaan karies gigi dilakukan dengan menggunakan indeks Klein. Data mengenai tingkat pendidikan dan pekerjaan orangtua diperoleh secara sekunder dari buku induk siswa.
3.5 Cara Pengolahan Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer sesuai dengan tujuan penelitian.
3.6 Analisis Data Data dianalisis dengan uji chi-square. Uji chi-square digunakan untuk mengetahui adanya hubungan antara pendidikan dan pekerjaan orangtua terhadap prevalensi bebas karies pada anak.
Universitas Sumatera Utara

BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Swasta Santo Thomas 5 Medan dan di SD Negeri 101817 Pancur Batu. SD Swasta Santo Thomas 5 Medan beralamat di Jl. Mataram no 18, Medan dekat dengan Universitas Dharma Agung sedangkan SD Negeri 101817 Pancur Batu beralamat di Jl. Salam Tani, Pancur Batu sekitar 20 km dari pusat kota Medan. 4.2 Karakteristik Orangtua Anak Pendidikan ayah 53,5% lulus SLTA/D3 dan 28,5% lulus D4/S1/S2. Pendidikan ibu 54,5% lulus SLTA/D3 dan 13,5% lulus D4/S1/S2. Pekerjaan ayah 40% pegawai negeri/ pegawai BUMN/ TNI/ Polisi/ Pegawai Swasta dan 24% pengusaha/ wiraswasta/ direktur. Pekerjaan ibu 43% buruh/ pembantu rumah tangga/ pedagang keliling dan 15% pengusaha/ wiraswasta/ direktur (Tabel 1).
Universitas Sumatera Utara

Tabel 1. Persentase distribusi karakteristik orangtua anak (n=200)

Karakteristik Pendidikan ayah
Tidak sekolah/tidak tamat SD Tamat SD/SLTP Tamat SLTA/D3 Tamat D4/ S1/ S2 Pendidikan ibu Tidak sekolah/tidak tamat SD Tamat SD/SLTP Tamat SLTA/D3 Tamat D4/ S1/ S2 Pekerjaan ayah Tidak bekerja Buruh/Tukang/Pedagang Keliling Pegawai NegeriPegawai BUMN/ TNI/Polisi/Pegawai Swasta
Pengusaha/Wiraswasta/Direktur Pekerjaan ibu
Tidak bekerja Buruh/Pembantu rumah tangga /Pedagang Keliling
Pegawai NegeriPegawai BUMN/ TNI/Polisi/Pegawai Swasta
Pengusaha/Wiraswasta/Direktur

Jumlah
0 36 107 57
0 64 109 27
1 71 80
48
42 86
42
30

Persentase
0 18,0 53,5 28,5
0 32,0 54,5 13,5
0,5 35,5 40,0
24,0
21,0 43,0
21,0
15,0

Universitas Sumatera Utara

4.3 Persentase Bebas Karies Gigi pada Anak Usia 7-11 Tahun Dengan bertambahnya umur prevalensi bebas karies menurun, persentase bebas karies pada anak umur 7 tahun sebesar 60%, umur 8 tahun 57,5%, umur 9 tahun 52,5%, umur 10 tahun 45% dan pada anak umur 11 tahun 40%. Sebaliknya prevalensi karies meningkat dengan bertambahnya umur (Tabel 2).

Tabel 2. Prevalensi bebas karies pada anak usia 7- 11 tahun berdasarkan umur

Umur ( tahun )
7 8 9 10 11 Jumlah

Bebas Karies N Persentase 24 60 23 57,5 21 52,5 18 45 16 40 102 51

Karies N Persentase 16 40 17 42,5 19 47,5 22 55 24 60 98 49

Jumlah
40 40 40 40 40 200

Persentase bebas karies pada anak usia 7-11 tahun di SD Swasta Santo Thomas 5 Medan sebesar 56 % lebih tinggi dari pada SD Negeri 101817 Pancur Batu 46 % ( Tabel 3 dan 4).

Tabel 3. Prevalensi bebas karies pada anak usia 7- 11 tahun berdasarkan umur di SD Swasta Santo Thomas 5 Medan

Umur ( tahun )
7 8 9 10 11 Jumlah

Bebas Karies N Persentase 12 60 10 50 15 75 11 55 8 40 56 56%

Karies N Persentase 8 40 10 50 5 25 9 45 12 60 44 44%

Jumlah
20 20 20 20 20 100

Universitas Sumatera Utara

Tabel 4. Prevalensi bebas karies pada anak usia 7- 11 tahun berdasarkan umur di SD Negeri 101817 Pancur Batu

Umur ( tahun )
7 8 9 10 11 Jumlah

Bebas Karies N Persentase 12 60 13 65 6 30 7 35 8 40 46 46%

Karies N Persentase 8 40 7 35 14 70 13 65 12 60 54 54%

Jumlah
20 20 20 20 20 100

4.4 Pengalaman Karies Gigi pada Anak Usia 7-11 Tahun Rata-rata pengalaman karies gigi pada anak meningkat dengan bertambahnya umur, umur 7 tahun 0,55 ± 0,78 dan umur 11 tahun 1,50 ± 1,80. Secara keseluruhan rata-rata pengalaman karies gigi pada anak usia 7-11 tahun adalah 1,01 ± 1,39 (Tabel 5)

Tabel 5. Pengalaman karies gigi pada anak usia 7-11 tahun

Umur ( tahun)
7 8 9 10 11 Jumlah

D
0,55±0,78 0,78±1,16 1,13±1,24 1,05±1,18 1,30±1,69 0,96±1,26

Mi
0 0 0,03±1,16 0,15±0,66 0,10±0,30 0,06±034

Me
0 0 0 0 0,03±0,16 0,01±0,71

F
0 0 0 0 0 0

DMFT

Rata-rata 0,55 0,78 1,03 1,20 1,50 1,01

SD 0,78 1,16 1,35 1,51 1,80 1,39

Rata-rata pengalaman karies gigi pada anak usia 7-11 tahun di SD Swasta Santo Thomas 5 Medan sebesar 0,79±1,16 lebih rendah dari SD Negeri 101817 Pancur Batu 1,23±1,62 (Tabel 5 dan 6)

Universitas Sumatera Utara

Tabel 6. Pengalaman karies gigi pada anak usia 7-11 tahun di SD Swasta Santo Thomas 5 Medan

Umur Rata-rata

( tahun)

D

7 8 9 10 11 Jumlah

0,50±0,69 0,90±1,21 0,80±1,10 0,70±0,92 1,15±1,39 0,81±1,09

Rata-rata Mi
0 0 0 0 0,15±0,37 0,03±0,17

Rata-rata Me
0 0 0 0 0 0

Rata-rata F
0 0 0 0 0 0

DMFT

Rata-rata 0,50 0,90 0,80 0,70 1,30 0,79

SD 0,69 1,21 1,10 0,92 1,56 1,16

Tabel 7. Pengalaman karies gigi pada anak usia 7-11 tahun di SD Negeri 101817 Pancur Batu

Umur ( tahun)
7 8 9 10 11 Jumlah

Rata-rata D
0,60±0,88 0,65±1,14 1,45±1,32 1,40±1,31 1,45±1,96 1,11±1,40

Rata-rata Mi
0 0 0,05±0,25 0,30±0,92 0,05±0,22 0,08±0,44

Rata-rata Me
0 0 0 0 0,05±0,22 0,01±0,1

Rata-rata F
0 0 0 0 0 0

DMFT

Rata-rata 0,60 0,65 1,50 1,70 1,70 1,23

SD 0,88 1,14 1,40 1,80 2,03 1,56

4.4 Hubungan Tingkat Pendidikan dan Jenis Pekerjaan Orangtua dengan Prevalensi Bebas Karies Anak
Makin tinggi pendidikan ayah prevalensi bebas karies pada anak meningkat yaitu tamat SD/ SLTP 41,7%, tamat SLTA/ D3 44,9 % dan tamat D4/ S1/ S2 68,4%. Sebaliknya makin tinggi pendidikan ayah prevalensi karies akan menurun. Secara statistik ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ayah dengan prevalensi bebas karies anak (p = 0,007) (Tabel 8).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 8. Hasil analisis statistik bebas karies anak umur 7-11 tahun berdasarkan tingkat pendidikan ayah

Pendidikan Ayah
Tamat SD/SLTP Tamat SLTA/D3 Tamat D4/ S1/ S2
Total

Bebas Karies Ya Tidak (%) (%) 15 21 (41,7) (58,3) 48 59 (44,9) (55,1) 39 18 (68,4) (31,6) 102 98

Jumlah sampel
36 107 57 200

Hasil analisis statistic
df = 2 X2 = 9,792 p = 0,007

Makin tinggi pendidikan ibu prevalensi bebas karies pada anak meningkat yaitu tamat SD/SLTP 32,8%, ibu yang tamat SMA/D3 53,2% dan ibu yang tamat D4/S1/S2 85,2%. Sebaliknya makin tinggi pendidikan ibu prevalensi karies akan menurun. Secara statistik ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan prevalensi bebas karies pada anak (p=0,000) (Tabel 9)

Tabel 9. Hasil analisis statistik bebas karies anak umur 7-11 tahun berdasarkan tingkat pendidikan ibu

Pendidikan Ibu
Tamat SD/SLTP Tamat SLTA/D3 Tamat D4/ S1/ S2
Total

Bebas Karies Ya Tidak (%) (%) 21 43 (32,8) (67,2) 58 51 (53,2) (46,8) 23 4 (85,2) (14,8) 102 98

Jumlah sampel
64 109 27 200

Hasil analisis statistic
df = 24 X2 = 21,311
p = 0,000

Universitas Sumatera Utara

Makin tinggi/baik pekerjaan ayah prevalensi bebas karies makin meningkat yaitu bekerja sebagai buruh/ tukang/ pedagang keliling 38%, pegawai negeri/ pegawai BUMN/ TNI/ Polisi/ Pegawai swasta 67,5. Sebaliknya makin tinggi/bagus pekerjaan ayah prevalensi karies menurun. Secara statistik ada hubungan yang bermakna antara jenis pekerjaan ayah dengan prevalensi bebas karies pada anak (p=0,001) (Tabel 10).

Tabel 10. Hasil analisis statistik bebas karies anak umur 7-11 tahun berdasarkan jenis pekerjaan ayah

Pekerjaan Ayah
Tidak bekerja Buruh/Tukang/Pedagang Keliling Pegawai NegeriPegawai BUMN/ TNI/ Polisi/Pegawai Swasta Pengusaha/Wiraswasta/ Direktur
Total

Bebas Karies Ya Tidak (%) (%) 01 (0) (100) 27 44 (38) (62) 54 26 (67,5) (32,5) 21 27 (43,8) (56,2) 102 98

Jumlah Hasil analisis sampel statistic
1
71 df = 3 X2 = 15,547
80 p = 0,001
48
200

Tidak terlihat kecenderungan makin meningkatnya pekerjaan ibu dengan peningkatan prevalensi bebas karies pada anak. Anak yang bebas karies pada ibu yang tidak bekerja 52,4%, buruh/ pembantu rumah tangga/ pedagang keliling 45,3%, pegawai negeri/ pegawai BUMN/ TNI/ Polisi/ Pegawai swasta 64,3% dan pengusaha/ Wiraswasta/ Direktur 46,7%. Secara statistik tidak ada hubungan yang bermakna antara jenis pekerjaan ibu dengan prevalensi bebas karies pada anak (p=0,229) (Tabel 11).

Universitas Sumatera Utara

Tabel 11. Hasil analisis statistik bebas karies anak umur 7-11 tahun berdasarkan jenis pekerjaan ibu

Pekerjaan Ibu
Tidak bekerja
Buruh/Pembantu Rumah tangga/ Pedagang Keliling Pegawai NegeriPegawai BUMN/ TNI/Polisi/Pegawai Swasta Pengusaha/Wiraswasta/ Direktur
Total

Bebas Karies Ya Tidak (%) (%) 22 20 (52,4) (47,6) 39 47 (45,3) (54,7) 27 15 (64,3) (35,7) 14 16 (46,7) (53,3) 102 98

Jumlah Hasil analisis sampel statistic
42
86 df = 3 X2 = 4,323
42 p = 0,229
30
200

Universitas Sumatera Utara

BAB 5
PEMBAHASAN
Pada penelitian ini, persentase bebas karies pada anak umur 7 tahun 60%, umur 8 tahun 57,5%, umur 9 tahun 52,5%, umur 10 tahun 45% dan umur 11 tahun 40%. Hal ini menunjukkan seiring bertambahnya usia risiko karies juga bertambah karena semakin lama gigi terpapar di dalam mulut maka gigi semakin berpotensi mengalami karies.4 Hasil ini lebih rendah dari penelitian tentang bebas karies gigi di Iran yaitu pada anak umur 7 tahun 88,5%, umur 9 tahun 58% dan pada anak usia 11 tahun sebesar 47,7%.7,21 Rata-rata pengalaman karies gigi pada anak usia 7-11 tahun di SD Swasta Santo Thomas 5 Medan sebesar 0,79±1,16 lebih rendah dari SD Negeri 101817 Pancur Batu yang dianggap mempunyai tingkat sosial ekonomi yang lebih rendah 1,23±1,62. Hal ini menunjukkan anak dari kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah mempunyai pengalaman karies yang lebih tinggi.10
Semakin rendah pendidikan ayah, semakin rendah prevalensi bebas karies anak (p=0,007) dan semakin rendah pendidikan ibu semakin rendah juga prevalensi bebas karies anak (p=0,000). Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan di Turki tentang faktor risiko karies pada anak yaitu tingkat pendidikan orangtua berpengaruh terhadap status karies anak. Semakin rendah pendidikan orangtua karies gigi pada anak semakin tinggi. Sebaliknya semakin tinggi tingkat pendidikan orangtua karies gigi pada anak semakin rendah.23
Tingkat ekonomi orangtua berpengaruh terhadap status bebas karies pada anak, tingkat ekonomi orangtua dapat dilihat dari jenis pekerjaannya.22 Pada penelitian ini diperoleh semakin tinggi/baik pekerjaan ayah prevalensi bebas karies pada anak makin meningkat (p=0,001). Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan di London yaitu anak dari kelompok ekonomi rendah cenderung berada pada risiko karies yang tinggi.10 Tidak terlihat kecenderungan makin tingginya/baiknya pekerjaan ibu dengan peningkatan prevalensi bebas karies pada anak (p=0,229). Hal ini mungkin disebabkan tingginya persentase ibu yang tidak
Universitas Sumatera Utara

bekerja yaitu 21% dan sumber keuangan mungkin diperoleh dari pendapatan suami yang tinggi. Pada Tabel 5 dapat dilihat persentase bebas karies anak pada kelompok ayah yang bekerja sebagai pengusaha/ wiraswasta/ direktur lebih rendah dari ayah yang bekerja sebagai pegawai negeri/ pegawai BUMN/ pegawai swasta/ TNI / Polisi. Hal ini mungkin disebabkan data pekerjaan ayah yang diperoleh secara sekunder tidak menunjukkan tingkat pekerjaan yang sebenarnya, misalnya ayah yang bekerja sebagai pedagang dicatat sebagai wiraswasta pada buku induk siswa.
Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: 1. Persentase bebas karies pada anak umur 7-11 tahun 51%. Makin meningkat umur anak, makin rendah prevalensi bebas karies. 2. Rata-rata pengalaman karies gigi pada anak usia 7-11 tahun adalah 1,01 ± 1,39. Makin meningkat umur anak, makin tinggi pengalaman kariesnya. 3. Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ayah terhadap prevalensi bebas karies pada anak (p=0,007). 4. Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu terhadap prevalensi bebas karies pada anak (p=0,000). 5. Terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan ayah terhadap prevalensi bebas karies pada anak (p=0,001). 6. Tidak ada hubungan pekerjaan ibu dengan prevalensi bebas karies pada anak (p=0,229).
6.2 Saran 1. Diharapkan peran orangtua semakin membaik dalam membimbing anak merawat kesehatan gigi dan mulut dengan melakukan penyikatan gigi secara teratur sejak dini dan membawa anak untuk mendapatkan perawatan gigi di klinik gigi agar kesehatan gigi dan mulut anak terjaga. 2. Guru melakukan pembinaan kesehatan khususnya mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut kepada siswa di sekolah secara rutin agar siswa mampu memelihara kesehatan gigi dan mulutnya. 3. Penyelenggaraan UKGS yang dilakukan oleh Puskesmas khususnya upaya pencegahan agar prevalensi bebas karies makin meningkat.
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR PUSTAKA
1. Sondang P, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat. Medan: USU Press, 2008: 4-15.
2. Preethi BP, Dodawad R, Pyati A. Evaluation of flow rate, pH, buffering capacity, calcium, total proteins and total antioxidant capacity levels of saliva in caries: an in vivo study. Clinical Biochemists of India J Clinical Biochemist 2010; Oct-Dec 2010 25(4): 425–8.
3. PDGI online. Gigi berlubang? Mencegah lebeh baik dari pada mengobati. http://dentaluniverseindonesia.com/index.php/component/content/article/5-gigiberlubang-mencegah-lebih-baik-daripada-mengobati ( 12 November 2011 ).
4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Riset kesehatan dasar (Laporan Provinsi Sumatera Utara 2007). Jakarta 2008: 115-129.
5. Carvalho JC, Figueiredo MJ, Vieira EO , Mestrindo HD. Caries trends in Brazilian non-privileged preschool children in 1996-2006. Caries Res 2009; 43: 2–9.
6. Kijakazi OM, Anne SA, Marit SS, Joyce RM. Socio demographic disparity in oral health among the poor: a cross sectional study of early adolescents in Kilwa district, Tanzania. BMC Oral Health 2010; 7: 10.
7. Hamid RP. Oral health in Iran. International Dent J 2004; 54, 367-372 8. Mulder BC, Marijn DB, Hanneke S, Erik A, Cees M. Stressors and resources
mediate the association of socioeconomic position with health behavior. BMC Public Health 2011; 11: 798. 9. Nissim BD. Economic growth and its effect on public health. www.emeraldinsight.com/0306-8293.htm ( 21 November 2011). 10. Maliderou M, Reeves S, Noble C. The effect of social demographic factors, snack comsumption and vending machine use on oral health of children living in London. British Dent J 2006; 201 (7) 441-4.
Universitas Sumatera Utara

11. Petersen PE, Lennon MA. Effective use of fluorides for the prevention of dental caries in the 21st century: The WHO approach. Community Dent Oral Epidemiologi 2004; 32: 319–21.
12. Monaghan N, Heesterman R. Dental caries, social deprivation and enhanced capitation payment for children. British Dent J 2001; 12-15.
13. Arzanudin HN. Penykit gigi pada manusia. http://hafidarza.blog.unissula.ac.id/2012/02/02/penyakit-gigi-pada-manusia (2 Februari 2012).
14. Hobdell MH, Oliveira ER, Bautista R, Myburgh NG, Lalloo R, Narendran S, et al. Oral diseases and socio-economic status (SES). British Dent J 2003; 194 (2) 91-6.
15. Dalimunthe T, Hermina T, Yati R, Essie O. Ilmu kedokteran gigi anak terapan. Medan: USU Press, 2010: 21.
16. Tedesco MA, Salvo GD, Caputo S, Natale F, Ratti G, Larussi D, et al. Educational level and hypertension: How socioeconomic differences condition health care. J of Human Hypertension 2001; 15, 727–731.
17. Levin L, Alon S. The relationship between dental caries status and oral health attitudes and behavior in young Israeli adults. J of Dent Education 2004. http://www.jdentaled.org/content/68/11/1185.full.pdf+html ( 2 Februari 2012).
18. Hobdell MH, Oliveira ER, Bautista R, Myburgh NG, Lalloo R, Narendran S, et al. An international comparison of socio economic status and oral health. British Dent J 2003; 1