Pengaruh Gliocladium virens dan Varietas Terhadap Perkembangan Penyakit Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) Pada Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di Lapangan

(1)

PENGARUH Gliocladium virens DAN VARIETAS TERHADAP

PERKEMBANGAN PENYAKIT Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) PADA

TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Smith) DI LAPANGAN

SKRIPSI

OLEH:

AFRIANDO FLORA KIRNANDO 060302030

HPT

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

M E D A N


(2)

PENGARUH Gliocladium virens DAN VARIETAS TERHADAP

PERKEMBANGAN PENYAKIT Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) PADA

TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Smith) DI LAPANGAN

SKRIPSI

OLEH:

AFRIANDO FLORA KIRNANDO 060302030

HPT

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatra Utara, Medan.

Disetujui oleh: Komisi pembimbing

(Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, MAgr) (Ir. Lahmuddin Lubis, MP)

Ketua Anggota

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

M E D A N


(3)

ABSTRACT

Afriando Flora Kirnando, “The Gliocladium virens and variety effect to

the development of Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) disease in tomato plants in the field”, supervisor by Mukhtar Iskandar Pinem and Lahmuddin Lubis. Many control maesures have been done to suppress developing of Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) but have not succesful, so that one of alternative with biological control. Research aimed to The Gliocladium virens and variety effect to the development of Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) disease in tomato plants in the field. This research was held in field of experimental garden (KPTB) Tongkoh Berastagi on 1340m on the sea surface. The research used method of Randomized Block Design Factorial Metode with two factors namely fungal factor antagonist (25, 37.5, 50 and 62.5 gr/polibag) and factor variety (Citra, Sakura and Warani variety), with 15 combinations of treatment and three replications.

The results showed that Gliocladium Factor diseases incidence of Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) highest at G0 that without Gliocladium virens that 13,63 % and the lowest G3 (Gliocladium 50 gr) and G4 (Gliocladium 65 gr) that 6,46%. And variety factor to the the diseases incidence highest of Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) highest at V3 variety (Warani Variety) that 14,23 % and the lowest at V2 (Sakura Variety) that 7,60%. And interaction on GxV combination showed that the treatment doesn’t real different .


(4)

ABSTRAK

Afriando Flora Kirnando, “Pengaruh Gliocladium virens dan varietas

terhadap perkembangan penyakit Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan” dibawah bimbingan Mukhtar Iskandar Pinem dan Lahmuddin Lubis. Berbagai cara pengendalian yang telah dilakukan untuk menekan perkembangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada tanaman Tomat namun belum menunjukkan hasil yang memadai, sehingga alternatif pengendalian yang dapat dilakukan untuk menekan populasi jamur ini yaitu dengan mengembangkan pengendalian secara hayati. Penelitian yang bertujuan untuk menguji pengaruh Gliocladium virens dan varietas terhadap perkembangan penyakit Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada tanaman tomat (lycopersicum esculentum Smith) di lapangan. Penelitian dilakukan di kebun percobaan tanaman buah Berastagi dengan ketinggian tempat 1.340 m dpl. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok faktorial terdiri dari 2 faktor yakni faktor dosis Gliocladium virens (25, 37.5, 50 and 62.5 gr/polibag dan faktor varietas kedelai (Varietas Citra, Sakura and Warani), dengan 15 kombinasi perlakuan dan tiga ulangan.

Hasil penelitian menunjukkan Faktor Dosis Gliocladium Persentase serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) tertinggi terdapat pada perlakuan G0 yaitu tanpa menggunakan Gliocladium spp, sebesar 13,63 % dan yang terendah G3 (Gliocladium 50 gr) dan G4 (Gliocladium 65 gr) sebesar 6,46%. Dan Faktor varietas terhadap persentase serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) menunjukkan serangan tertinggi yaitu pada varietas V3 (Varietas Warani) yakni 14,23 % dan terendah pada V2 (Varietas Sakura) yaitu 7,60 %. Dan interaksi pada kombinasi GxV menunjukan kombinasi perlakuan tidak berbeda nyata.


(5)

RIWAYAT HIDUP

Afriando Flora Kirnando, lahir 24 January 1988 di Tebing Tinggi, putra dari ayahanda Sukirno dan Ibunda Faridah Hanum Saragih. Penulis merupakan anak kedua dari 4 (empat) bersaudara.

Pendidikan dan Pengalaman

1. Tahun 2000 lulus dari SD Negeri 104212 Marendal II, Medan 2. Tahun 2003 lulus dari SLTP Negeri 1 Patumbak

3. Tahun 2006 lulus dari SMA negeri 3 Tebing Tinggi.

4. Tahun 2006 diterima di Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan melalui jalur SPMB.

5. Sebagai anggota IMAPTAN (Ikatan Mahasiswa Perlindungan Tanaman) Departemen HPT-FP USU periode 2006-2011.

6. Sebagai anggota HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) Komisariat Fakultas Pertanian USU Cabang Medan periode 2008 - 2011

7. Sebagai anggota penganjian KOMUS (Komunikasi Muslim) Departemen HPT-FP USU periode 2006-2011

8. Tahun 2008/2009 sebagai asisten Laboratorium Mikrobiologi Organisme Pengganggu Tanaman Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan FP USU.


(6)

9. Tahun 2008/2009 sebagai asisten Laboratorium Mikologi dan Bakteriologi Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan FP USU.

10. Tahun 2009/2010 sebagai asisten Laboratorium Penyakit Penting Tanaman Utama Perkebunan Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan FP USU.

11. Tahun 2009/2010 sebagai asisten Laboratorium Mikrobiologi Pertanian Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan FP USU.

12. Tahun 2009/20010, 20010/20011 sebagai asisten Laboratorium Bioteknologi Pertanian Departemen Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan FP USU.

13. Mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PT. Perkebunan Nusantara III (PERSERO) Unit Kebun Rambutan, Tebing Tinggi dari tanggal 21 Juni sampai 21 Juli 2010.

14. Melaksanakan Penelitian di Kebun Percobaan Tanaman Buah Tongkoh -Berastagi Kab. Tanah Karo, Sumatera Utara,


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan usulan penelitian ini dengan baik.

Adapun judul dari skripsi ini adalah “PENGARUH Gliocladium virens

DAN VARIETAS TERHADAP PERKEMBANGAN PENYAKIT Fusarium

oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) PADA TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Smith) DI LAPANGAN” disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat Memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara, Medan

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada Ir. Mukhtar Iskandar Pinem, MAgr dan Ir. Lahmuddin Lubis, MP sebagai komisi

pembimbing yang memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu. Semoga bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Medan, Juni 2011


(8)

DAFTAR ISI

ABSTRACK ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesa Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 6

Syarat Tumbuh ... 7

Tanah ... 7

Iklim ... 8

Biologi Penyakit Fusarium oxysporum f.sp lycopersici... 8

Gejala Penyakit ... 10

Daur Hidup Penyakit ... 12

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit ... 13

Pengendalian Penyakit... 14

Gliocladium virens ... 14

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ... 18

Bahan dan Alat ... 18

Metodologi Penelitian ... 18

Pelaksaan Penelitian Penyediaan Sumber Inokulum Fusarium oxysporum f.sp lycopersici ... 20


(9)

Perbanyakan Gliocladium virens ... 21

Persiapan Benih ... 22

Persiapan Tempat Penyemaian ... 22

Penyemaian ... 22

Persiapan Media Tanam ... 23

Inokulasi Fusarium oxysporum f.sp lycopersici ... 23

Penanaman ... 24

Parameter Pengamatan ... 24

Persentase Serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici ... 24

Produksi Tomat ... 24

HASIL DAN PEMBAHASAN Persentase Serangan (%) ... 25

Pengaruh Gliocladium virens Terhadap Persentase Serangan (%) Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan ... 25

Pengaruh varietas Terhadap Persentase Serangan (%) Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan ... 28

Pengaruh Gliocladium virens dan varietas Terhadap Persentase Serangan (%) Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan ... 30

Produksi ... 32

Pengaruh Gliocladium virens Terhadap Produksi tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan ... 32

Pengaruh varietas Terhadap Produksi tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan ... 34

Pengaruh Gliocladium virens dan varietas Terhadap Produksi tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan ... 35

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 37

Saran ... 37

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Hlm

Tabel 1. Uji Beda Rataan Pengaruh Gliocladium virens Terhadap Persentase Serangan (%) Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (sacc) pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan Pada Pengamatan 7 hsa - 56 hsa ...25 Tabel 2. Uji Beda Rataan Pengaruh Varietas Terhadap Persentase Serangan

(%) Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan Pada Pengamatan 7 hsa - 56 hsa ...29 Tabel 3. Uji Beda Rataan Pengaruh Dosis Gliocladium virens Terhadap

Produksi pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan ...32 Tabel 4.Uji Beda Rataan Pengaruh Varietas Terhadap Produksi pada


(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Hlm

Gambar 1. Fusarium oxysporum f.sp lycopersici ... 8

Gambar 2. Gejala Serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici... 9

Gambar 3. Siklus Fusarium oxysporum ... 13

Gambar 4. Gliocladium virens ... 15

Gambar 5. Grafik hubungan antara penggunaan Gliocladium virens terhadap persentase serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada pengamatan7 hsa - 56 hsa ... 28

Gambar 6. Grafik hubungan antara pengaruh Varietas terhadap persentase serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada pengamatan7 hsa - 56 hsa ... 30

Gambar 7. Grafik hubungan antara penggunaan Gliocladium virens terhadap Produksi ... 33


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Hlm

1. Bagan Penelitian ... 41

2 Data Persentase Serangan Fusarium oxysporum pada umur 7 HSA ... 43

3 Data Persentase Serangan Fusarium oxysporum pada umur 14 HSA .... 45

4 Data Persentase Serangan Fusarium oxysporum pada umur 21 HSA .... 47

5 Data Persentase Serangan Fusarium oxysporum pada umur 28 HSA .... 49

6 Data Persentase Serangan Fusarium oxysporum pada umur 35 HSA .... 51

7 Data Persentase Serangan Fusarium oxysporum pada umur 42 HSA .... 54

8 Data Persentase Serangan Fusarium oxysporum pada umur 49 HSA .... 56

9 Data Persentase Serangan Fusarium oxysporum pada umur 56 HSA .... 59

10. Data Pengamatan Produksi ... 62

11. Data Curah Hujan... ` 65

12. Data Deskripsi Varietas ... 71

13 Photo Penelitian ... 74


(13)

ABSTRACT

Afriando Flora Kirnando, “The Gliocladium virens and variety effect to

the development of Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) disease in tomato plants in the field”, supervisor by Mukhtar Iskandar Pinem and Lahmuddin Lubis. Many control maesures have been done to suppress developing of Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) but have not succesful, so that one of alternative with biological control. Research aimed to The Gliocladium virens and variety effect to the development of Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) disease in tomato plants in the field. This research was held in field of experimental garden (KPTB) Tongkoh Berastagi on 1340m on the sea surface. The research used method of Randomized Block Design Factorial Metode with two factors namely fungal factor antagonist (25, 37.5, 50 and 62.5 gr/polibag) and factor variety (Citra, Sakura and Warani variety), with 15 combinations of treatment and three replications.

The results showed that Gliocladium Factor diseases incidence of Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) highest at G0 that without Gliocladium virens that 13,63 % and the lowest G3 (Gliocladium 50 gr) and G4 (Gliocladium 65 gr) that 6,46%. And variety factor to the the diseases incidence highest of Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) highest at V3 variety (Warani Variety) that 14,23 % and the lowest at V2 (Sakura Variety) that 7,60%. And interaction on GxV combination showed that the treatment doesn’t real different .


(14)

ABSTRAK

Afriando Flora Kirnando, “Pengaruh Gliocladium virens dan varietas

terhadap perkembangan penyakit Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan” dibawah bimbingan Mukhtar Iskandar Pinem dan Lahmuddin Lubis. Berbagai cara pengendalian yang telah dilakukan untuk menekan perkembangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada tanaman Tomat namun belum menunjukkan hasil yang memadai, sehingga alternatif pengendalian yang dapat dilakukan untuk menekan populasi jamur ini yaitu dengan mengembangkan pengendalian secara hayati. Penelitian yang bertujuan untuk menguji pengaruh Gliocladium virens dan varietas terhadap perkembangan penyakit Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada tanaman tomat (lycopersicum esculentum Smith) di lapangan. Penelitian dilakukan di kebun percobaan tanaman buah Berastagi dengan ketinggian tempat 1.340 m dpl. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok faktorial terdiri dari 2 faktor yakni faktor dosis Gliocladium virens (25, 37.5, 50 and 62.5 gr/polibag dan faktor varietas kedelai (Varietas Citra, Sakura and Warani), dengan 15 kombinasi perlakuan dan tiga ulangan.

Hasil penelitian menunjukkan Faktor Dosis Gliocladium Persentase serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) tertinggi terdapat pada perlakuan G0 yaitu tanpa menggunakan Gliocladium spp, sebesar 13,63 % dan yang terendah G3 (Gliocladium 50 gr) dan G4 (Gliocladium 65 gr) sebesar 6,46%. Dan Faktor varietas terhadap persentase serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) menunjukkan serangan tertinggi yaitu pada varietas V3 (Varietas Warani) yakni 14,23 % dan terendah pada V2 (Varietas Sakura) yaitu 7,60 %. Dan interaksi pada kombinasi GxV menunjukan kombinasi perlakuan tidak berbeda nyata.


(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tomat (Lycopersicum esculentum Smith.) sudah tidak asing lagi bagi masyarakat karena sebagai tanaman sayuran, tomat memegang peranan yang penting dalam pemenuhan gizi masyarakat. Dalam buah tomat banyak mengandung zat-zat yang berguna bagi tubuh manusia antara lain mengandung vitamin C,vitamin A (karotien) dan mineral (Tugiyono 1995 dalam Hartati, 2000).

Tomat merupakan salah satu tanaman hortikultura yang penting di Indonesia. Buahnya dapat dikonsumsi dengan berbagai cara, antara lain dimakan secara langsung, diolah menjadi jus buah, sebagai pelengkap bumbu dapur dan sebagainya. Tomat kaya akan vitamin C, vitamin A, zat besi (Fe) dan potassium (Supriati & Siregar 2009). Tanaman ini dapat ditanam di berbagai daerah dengan ketinggian tempat yang beragam, mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi. Menurut BPS (2006) dari data Dirjen Bina Hortikultura, produksi tomat nasional meningkat dari 594.022 ton pada tahun 2002 menjadi 629.743 ton pada tahun 2006 (Damayanti, 2010).

Setiap pertumbuhan tomat dihadapkan dengan kehilangan hasil akibat serangan penyakit. Infeksi oleh jamur, bakteri, atau virus adalah penyebab yang paling banyak dari kehilangan hasil tersebut., tetapi suhu dan kelembaban yang rendah atau tinggi serta kekurangan mineral pada tanah juga menyebabkan kerusakan pada tomat.. Gejala tersebut dapat berupa layu, bercak daun, atau busuk dan pertumbuhan yang abnormal pada daun atau buah (Wheeler, 1953).


(16)

Di Indonesia penyakit layu sudah lama dikenal. Tetapi, pada umumnya orang menduga bahwa penyakit ini hanya satu macam, yaitu yang disebabkan oleh bakteri. Bahkan dalam laporan-laporan lama, penyakit layu sering disebut sebagai ”penyakit bakteri”. Di negara-negara lain sudah lama diketahui bahwa sebahagian dari penyakit layu pada tomat disebabkan oleh Fusarium. Di Indonesia penyakit layu Fusarium baru mendapat perhatian pada tahun 1970-an (Semangun, 1991).

Penyakit layu Vascular diinduksi dengan baik Fusarium oxysporum Schlechtendahl or Verticillium alboatrum Reinke and G.D.W. Berthold terjadi di seluruh dunia. Fusarium biasanya banyak di dalam tanah yang relatif hangat (15°C- 22°C) di zona beriklim sedang dan di zona tropis, sedangkan Verticilium patogen yang paling sering ditemukan di tanah dingin (8°C- 14°C) di zona beriklim sedang. salah satu bentuk atau lain dari jamur bisa menyerang hampir semua tanaman tanaman, termasuk semak-semak dan pohon kayu. Fusarium, misalnya, menyebabkan penyakit layu penting dalam berbagai tanaman seperti tomat, pisang, mimosa dan kapas (Robert, 1975).

Teknologi pertanian, khususnya dalam pengendalian penyakit tanaman akibat jamur patogen Fusarium sp. di Indonesia pada saat ini masih banyak mengandalkan penggunaan fungisida sintetik. Penggunaan fungisida yang tidak bijaksana dapat menimbulkan masalah pencemaran lingkungan, gangguan keseimbangan ekologis dan residu yang ditinggalkannya dapat bersifat racun dan karsinogenik. Spesies jamur Fusarium sp. merugikan para petani karena serangan jamur menyebabkan tanaman mengalami layu patologis yang berakhir dengan kematian (Juanda, 2009).


(17)

Saat ini diketahui pengendalian patogen di dalam tanah secara kimia terbukti tidak efektif, oleh karena itu perlu dicari cara lain agar perkembangan patogen dapat ditekan dan mudah dilakukan petani, antara lain adalah menggunakan mikroba antagonis, pemupukan kalium, penanaman varietas yang toleran atau pun melalui penyambungan menggunakan batang bawah yang tahan terhadap layu Fusarium (Saragih dan Silalahi, 2006)

Pengendalian hayati adalah pemberian mikroba antagonis dan perlakuan tertentu untuk meningkatkan aktivitas mikroba tanah seperti pemberian bahan organik yang bertujuan agar mikroba antagonis menjadi tinggi aktivitasnya. Mikroba antagonis adalah mikroba yang aktivitasnya berdampak negatif terhadap kehidupan patogen (Abadi, 2003). Beberapa mikroba antagonis seperti

Trichoderma hamatum, T. viride, T. koningi, Gliocladium virens, G. Roseum,

Penicillium janthinellum, Epicocum purpureum, Pythium nunn (jamur); Bacillus

subtilis, B. polymixa, Pseudomonas fluorescens. P. cepacia, Agrobacterium

radiobacter (bakteri) dan Streptomyces spp. (aktinomiset) adalah

agensia pengendali penyakit tanaman yang tidak asing lagi dalam dunia

‘pengendalian hayati’ (Aryantha, 2001).

Mikoparasit Gliocladium virens dalam penerapannya di lapang dapat digabung dengan agensia pengendali lainnya. Mutan Gliocladium virens toleran terhadap benomil pada konsentrasi 10 mg ml-1 yang diuji dengan radiasi ultraviolet dan etil metansulfonat. Selain itu, penggabungan dengan pemataharian tanah sebagai metode terpadu dalam pengendalian penyakit juga dilakukan. Hal


(18)

ini dilakukan dalam pengendalian Corticium rolfsii pada tomat, dengan hasil penekanan yang lebih besar bila dibandingkan dengan perlakuan tunggal (Soesanto, 2008)

Sehubungan dengan uraian di atas, untuk mengetahui keefektifan jamur antagonis Gliocladium virens pada penyakit layu Fusarium oxysporum f.sp lycopersici maka perlu dilakukan penelitian lanjut

dalam menekan dan mengurangi penyakit layu Fusarium oxysporum f.sp lycopersici pada tanaman tomat.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh Gliocladium virens dan varietas terhadap perkembangan penyakit Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada tanaman tomat (lycopersicum esculentum Smith) di lapangan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara medan.

HIPOTESIS PENELITIAN

1. Pemberian Gliocladium virens dengan dosis yang berbeda mempengaruhi efektifitasnya dalam mengendalikan serangan penyakit Layu Fusarium oxysporum f.sp lycopersici pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum

Smith).

2. Penggunaan varietas yang berbeda mempunyai ketahanan yang berbeda-beda terhadap serangan penyakit layu Fusarium oxysporum f.sp lycopersici pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Smith).


(19)

3. Terdapat Interaksi Gliocladium virens dan varietas yang berbeda dalam mengendalikan serangan penyakit Layu Fusarium oxysporum f.sp lycopersici pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Smith)

KEGUNAAN PENELITIAN

1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.


(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Smith)

Menurut Anonimous (2004), tanaman tomat dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kerajaan : Plantae

Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Solanales Famili : Solanaceae

Genus : Lycopersicum Spesies : Lycopersicum esculentum Smith.

Sebagaimana tanaman dikotil lainnya, tanaman tomat berakar tunggang dengan akar samping yang menjalar ditanah (Anonimous, 2004). Berakar pencar, namun relatif tidak dalam, akar datarnya halus dan cukup tebal (Rismunandar, 1995).

Batang tomat walaupun tidak sekeras tanaman tahunan, tetapi cukup kuat. Warna batang hijau dan berbentuk persegi empat sampai bulat. Pada permukaan batangnya ditumbuhi banyak rambut halus terutama di bagian yang berwarna hijau. Diantara rambut-rambut tersebut biasanya terdapat rambut kelenjar. Pada bagian buku-bukunya terjadi penebalan dan kadang-kadang pada buku bagian bawah terdapat akar-akar pendek. Jika dibiarkan (tidak dipangkas), tanaman tomat akan mempunyai banyak cabang yang menyebar rata (Anonimous, 2004).

Daun mudah dikenali karena mempunyai bentuk yang khas, yaitu berbentuk oval, bergerigi dan mempunyai celah yang menyirip. Daunnya


(21)

merupakan daun majemuk ganjil dengan jumlah daun antara 5-7. daunnya berukuran sekitar 15-30 cm x 10-25 cm. Tangkai daun majemuk mempunyai panjang sekitar 3-6 cm. Umumnya di antara pasangan daun yang besar terdapat

1-2 daun kecil. Daun majemuk tersusun spiral mengelilingi batangnya (Anonimous, 2004).

Bunga tumbuh dari batang (cabang) yang masih muda, membentuk jurai yang terdiri atas dua baris bunga. Tiap-tiap jurai terdiri dari 5 hingga 12 bunga. Mahkota bunganya berwarna kuning muda, bentuk bakal buahnya ada yang bulatt panjang, berbentuk bola atau jorong melintang (Rismunandar, 1995)

Buah Tomat yang masih muda biasanya terasa getir dan berbau tidak enak karena mengandung lycopersicin yang berupa lendir dan dikeluarkan oleh 2-9 kantung lendir. Ketika buahnya semakin matang, lycopersicin lambat laun hilang sendiri sehingga baunya hilang dan rasanya pun jadi enak, asam-asam manis. Seiring dengan proses pematangan, warna buah yang tadinya hijau sedikit demi sedikit berubah menjadi kuning. Dan ketika buahnya telah matang benar, warnanya menjadi merah. Ukuran buahnya cukup bervaiasi, dari yang berdiameter 2-15 cm, tergantung dari varietasnya (Anonimous, 2004).

Biji tomat banyak, berbentuk bulat pipih, putih atau krem, kulit biji berbulu (Anonimous, 2004).

Syarat Tumbuh

Tanah

Tomat dapat tumbuh baik pada tanah gembur, porous, kandungan bahan organik tinggi dengan pH tanah 5 – 6 (Anonimous, 1993). Tanah yang


(22)

dikehendaki adalah tanah bertekstur liat yang banyak mengandung pasir. Dan akan lebih disukai bila tanah itu banyak mengandung humus, gembur, dan berdrainase baik. Sedangkan keasaman tanah yang ideal untuk pertumbuhan tomat adalah pada pH netral, yaitu sekitar 6 - 7 (Hanum, 2008).

Iklim

Tomat umumnya ditanam di dataran tinggi, beberapa varietas unggul baru dapat ditanam di dataran rendah. Waktu tanam yang baik dua bulan sebelum musim hujan berakhir (Anonimous, 1993). Tomat secara umum dapat ditanam di dataran rendah, medium, dan tinggi tergantung varietasnya. Namun, kebanyakan varietas tomat hasilnya lebih memuaskan apabila ditanam di dataran tinggi yang sejuk dan kering sebab tomat tidak tahan panas terik dan hujan. Suhu optimal untuk pertumbuhannya adalah 23°C pada siang hari dan 17°C pada malam hari (Hanum, 2008).

Biologi Penyakit Fusarium oxysporum f.sp lycopersici

Adapun klasifikasi Fusarium oxysporum f.sp lycopersici pada Agrios (1996), patogen penyebab penyakit layu Fusarium adalah sebagai berikut:

Kingdom : Fungi

Divisio

Kelas

Ordo : Hypocreales

Famili

Genus : Fusarium


(23)

Makrokonidia

Mikrokonidia

Gambar1. Fusarium oxysporum f.sp lycopersici Sumber:

Spesies Fusarium menghasilkan tiga macam spora. Mikrokonidia bersel tunggal, spora berbentuk bola yang panjangnya 6 - 15 μm dan diameternnya 3 - 5

μm. Makrokonidia berbentuk sabit, mempunyai 3 - 5 septa, berdinding tipis, dan rata-rata panjangnya 30 - 50 μm dan diameternya 2 - 5 μm. Berdinding halus, berbentuk bola, bersel tunggal disebut klamidospora yang dihasilkan pada miselium tua dan rata-rata berdiameter 10 μm. Ketiga spora tersebut diproduksi didalam tanah atau pada tanaman yang terinfeksi. Sesudah tanaman yang terinfeksi mati, jamur dan spora-sporanya kembali kedalam tanah dan mereka bertahan dalam tanah atau menginfeksi tanaman inang lain (Lucas et al., 1985).

Koloni pada media OA (Oat Agar) atau PDA (25˚C) mencapai diameter 3,5 - 5,0 cm. Miselia aerial tampak jarang atau banyak seperti kapas, kemudian menjadi seperti beludru, berwarna putih atau salem dan biasanya agak keunguan yang tampak lebih kuat dekat permukaan medium. Sporodokia terbentuk hanya pada beberapa strain. Sebaliknya koloni berwarna kekuningan hingga keunguan.


(24)

Konidiofor dapat bercabang dapat tidak, dan membawa monofialid (Gandjar et al., 1999).

Gejala Penyakit

Fusarium menyebabkan layu pembuluh pada banyak tanaman sayuran,

bunga, buah, dan serat. Kebanyakan jenis-jenisnya yang penting termasuk

kompleks Fusarium oxysporum. Ada banyak sekali forma khusus (formae speciales, f.sp.), yang masing-masing mempunyai kisaran inang yang

terbatas dan seringkali memiliki sejumlah ras patogen (Shivas dan Beasley, 2005). Tanaman muda di rumah kassa, dua gejala awal adalah tulang-tulang daun memucat dan tangkai merunduk. Di pertanaman penyakit bisa muncul pada waktu kondisi yang menguntungkan. Daun menguning, pertama kali muncul pada daun tua, biasanya daun sebelah bawah. selanjutnya daun layu dan mati, dan gejala berlanjut ke daun muda. Satu persatu cabang-cabang mulai terinfeksi. Dalam beberapa minggu penyakit berkembang cepat, pencoklatan pada berkas pembuluh dapat dilihat pada pangkal batang. Keseluruhan tanaman akhirnya terinfeksi, dan biasanya kejadian ini menjadikan layu keseluruhan pada tanaman, hingga akhirnya mati , dan batang kering seperti kayu (Walker, 1952).


(25)

A B

Gambar2. A. Gejala Serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici di Lapangan B. Jaringan Pembuluh yang Mati

Sumber: http://www.broadinstitute.org/files/news/stories/full/Fusarium-031810.jpg

Pada tanaman yang masih sangat muda penyakit dapat menyebabkan matinya tanaman secara mendadak, karena pada pangkal terjadi kerusakan atau kanker yang menggelang. Sedangkan pada tanaman dewasa yang terinfeksi sering dapat bertahan terus dan membentuk buah, tetapi hasilnya sangat sedikit dan buahnya pun kecil-kecil (Semangun, 1991).

Mikroorganisme dalam tanah dapat dipengaruhi oleh bermacam-macam keadaan yang menarik. Pemberian pupuk melalui daun (foliar application) seperti pemberian urea pada daun menyebabkan berkurang serangan yang disebabkan oleh Fusarium. Beberapa penelitian melaporkan, pemberian urea dapat menstimulir perkembangan Actinomycetes disekitar rizosfer tanaman. Pemberian bahan organik yang mengandung kitin akan menyebabkan bakteri dan cendawan tanah yang dapat menghasilkan enzim kitinase akan berkembang. Dinding sel cendawan Fusarium, banyak mengandung kitin (Djafaruddin, 2000).


(26)

Daur Hidup Penyakit

Fusarium oxysporum f.sp lycopersici merupakan patogen tular tanah dan

dapat bertahan di tanah hingga sepuluh tahun. Patogen masuk kedalam tanaman melalui akar dan kemudian menyebar ke seluruh tanaman oleh sistem vaskular. Penyebaran patogen adalah melalui biji, pacang tomat, tanah, dan terinfeksi dari tanaman transplanting atau tanah yang terikut dari tanaman transplanting. Patogen dapat disebarkan jarak jauh melalui benih dan tanaman transplanting. Lokal penyebarluasan adalah dengan transplantasi, pancang tomat, angin dan ditularkan melalui air tanah, dan mesin pertanian (Wong, 2003).

Jamur menjadi mudah tumbuh di berbagai jenis tanah, seperti sisa tanah dapat hampir tanpa batas. Elliott di Arkansas dijelaskan transmisi patogen dengan benih, begitu pula Kendrick di California. Samson et al. di Indiana menemukan jarang terjadi pada biji yang diekstraksi dari tanaman yang terinfeksi. Yang berarti distribusi dengan luas adalah dengan transplantasi, sementara penyebaran lokal adalah dengan transplantasi, tanah yang terbawa angin, permukaan air drainase, tanah terbawa air, dan perlakuan (Walker, 1952)

F. oxysporum merupakan jamur yang mampu bertahan lama dalam tanah

sebagai klamidospora, yang terdapat banyak dalam akar sakit. Jamur mengadakan infeksi melalui akar. Adanya luka pada akar akan meningkatkan infeksi. Setelah masuk ke dalam akar, jamur berkembang sepanjang akar menuju ke batang dan di sini jamur berkembang secara meluas dalam jaringan pembuluh sebelum masuk ke dalam batang palsu. Pada tingkat infeksi lanjut, miselium dapat meluas dari jaringan pembuluh ke parenkim. Jamur membentuk banyak spora dalam jaringan tanaman (Semangun, 1991).


(27)

Gambar 3. Siklus Fusarium oxysporum

Sumber:

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit

Menurut Clayton (1923) penyakit berkembang pada suhu tanah 21 - 33 ˚C. Suhu optimumnya adalah 28 ˚C. Sedangkan kelembaban tanah yang membantu tanaman, ternyata juga membantu perkembangan penyakit. Seperti kebanyakan Fusarium, penyebab penyakit ini dapat hidup pada pH tanah yang luas variasinya.

Penyakit akan lebih berat bila tanah mengandung banyak nitrogen tetapi miskin akan kalium (Semangun, 1991).


(28)

Pengendalian Penyakit

1. Dengan penanaman jenis tomat yang tahan. Disini jenis tomat yang tahan terhadap layu Fusarium sagat terbatas, antara lain adalah Ohio MR 9 dan Walter.

2. Pencelupan akar dengan benomyl 1.000 ppm memberikan hasil yang baik. 3. Penggunaan mulsa plastik untuk meningkatkan suhu tanah untuk

mengendalikan penyakit dengan meningkatkan suhu tanah dengan mulsa plastik memberikan banyak harapan, namun masih memerlukan banyak penelitian untuk dapat dianjurkan dalam praktek

(Semangun, 1991)

Pengendalian diupayakan dengan menjaga agar sirkulasi udara di sekitar pertanaman tetap lancar. Air hendaknya diusahakan jangan sampai tergenang. Untuk pencegahan semprotkan fungisida Difolatan 4F seminggu sekali dengan konsentrasi 2cc/l (Rismunandar, 1995)

Oleh karena itu, adanya organisme yang mengandung enzim kitinase menyebabkan dan fusarium akan tertekan sehingga sukar didegradasi karena dinding selnya dilapisi oleh protein dan lipid, yang menghalangi aktivitas enzim hidrolitik (Sivan dan Chet, 1989).

Gliocladium virens

Jamur Gliocladium virens menghasilkan antibiotika antijamur, yaitu gliotoksin, gliovirin, viridian dan antibiotika tak menguap, yang aktif mengendalikan heterobasidion annosum, Pythium ultimum, Rhizoctonia solani dan beberapa jamur pathogen lain (Soesanto, 2008).


(29)

Genus Gliocladium sering digambarkan sebagai mitra dari Penicillium dengan konidia berlendir. Koloni tumbuh cepat, seperti berbulu halus di tekstur, putih pada awalnya, kadang-kadang merah muda, menjadi hijau pucat hingga hijau tua dengan sporulasi. Paling khas dari genus ini adalah tegak, konidiofor penicilate sering padat dengan fialid yang berlendir, hialin bersel satu untuk hijau, konidia berdinding halus di kepala atau kolom. Meskipun, beberapa konidiofor penicilate selalu hadir, spesies Gliocladium juga dapat menghasilkan konidiofor percabangan verticillate yang dapat membingungkan antara Verticillium atau Trichoderma (Anonimous, 2010).

Gambar 4. Gliocladium virens Sumber:

Jamur ini mempunyai stadium bentuk teleo, yaitu Hypocrea sublutea Doi. Jamur Gliocladium virens sering disalah identifikasikan sebagai Trichoderma viride. Koloni tumbuh sangat cepat dan mencapai diameter 5-8 cm dalam waktu

lima ari pada suhu 20°C di media Oat Meal (OA). Perbedaannya dengan Trichoderma viride hádala fialidanya seperti tertekan dan memunculkan satu tetes


(30)

gulungan. Konidiumnya berbentuk bulat pendek, berdinding halus, agar besar, dan kebanyakan berukuran (4,5-6) x (3,5-4) μm (Soesanto, 2008).

Pada pengendalian hayati, perkecambahan konidia atau klamidospora akan memudahkan agensia hayati seperti G. virens untuk menyerang miselium F. oxysporum. G. virens juga dapat menghambat penyebab penyakit lainnya

seperti Rhizoctonia spp., Phytium spp., Sclerotium rolsfii penyebab damping off dan penyebab penyakit akar, diduga enzimnya beta glucanase. G. virens mampu menekan Sclerotium rolsfii sampai 85% secara in-vitro. G. virens dapat mengeluarkan antibiotik gliotoksin, glioviridin, dan viridin yang bersifat fungistatik. Gliotoksin dapat menghambat cendawan dan bakteri, sedangkan viridin dapat menghambat cendawan. G. virens dapat tumbuh baik pada substrat organik, media kering, dan kondisi asam sampai sedikit basa (Winarsih, 2007).

Konidia Gliocladium yang diaplikasikan ke tanah, akan tumbuh dan konidianya berkecambah di sekitar perakaran tanaman. Laju pertumbuhan cepat akibat rangsangan jamur patogen dalam waktu yang singkat sekitar 7 hari di daerah perakaran tanaman. Gliocladium spp yang bersifat mikoparasit akan menekan populasi jamur patogen yang sebelumnya mendominasi. Interaksi diawali dengan melilitkan hifanya pada jamur patogen yang akan membentuk struktur seperti kait yang disebut haustorium dan memarasit jamur patogen. Bersamaan dengan penusukan hifa, jamur mikoparasit ini mengeluarkan enzim seperti enzim kutinase dan β-1-3 glukanase yang akan menghancurkan dinding sel jamur patogen. Akibatnya, hifa jamur patogen akan rusak, protoplasmanya keluar dan jamur akan mati. Secara bersamaan pula terjadi mekanisme antibiosis, keluarnya senyawa anti jamur golongan peptaibol dan senyawa furanon oleh


(31)

Gliocladium spp. yang dapat menghambat pertumbuhan spora dan hifa jamur

patogen (Mehrotra, 1980).

Kemasan Gliocladium dengan merek GL-21 pertama kali terdaftar sebagai fungisida pada tahun 1990 oleh WR Grace & Co (Columbia, MD) untuk mengendalikan penyakit damping-off, terutama yang disebabkan oleh Pythium dan Rhizoctonia sp. G. virens memiliki potensi besar sebagai agen pengendalian biologi untuk patogen tanah (Mahar, 2009).

Pemberian G. virens berpengaruh nyata dalam menghambat pertumbuhan F.o. f.sp. passiflora terhadap perlakuan tanpa pemberian G. virens. Penghambatan

pertumbuhan F.o. f.sp. passiflora oleh G. virens relatif lebih rendah dibandingkan kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase serangan tertinggi 30,07% pada perlakuan kontrol (GO) tidak berbeda nyata dengan perlakuan G1 (dosis 25 gram/15 gr tanah) yaitu 28,50%, dan berbeda sangat nyata terhadap perlakuan G3 (dosis 50 gram/15 gr tanah) dan 5,34 % dan G4 (dosis 62,5 gram/15 gr tanah) yaitu 2,12% sebagai persentase serangan terendah (Simanjuntak, 2010).

Pengendalian penyakit secara hayati tidak dimaksudkan untuk memusnahkan suatu patogen dari suatu tempat, tetapi hanya mengurangi jumlah dan kemampuan patogen tersebut dalam menimbulkan suatu penyakit (Pinem, 2001).


(32)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan tanaman buah Berastagi dengan ketinggian tempat 1.340 m dpl. Pelaksanaan dimulai bulan Desember 2010 sampai Juni 2011.

Bahan dan Alat

Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih tomat, varietas Sakura, Citra, dan varietas Warani, Pupuk Kandang Ayam, Pupuk Urea, pupuk NPK , top soil, air, polibag, aquadest, Gliocladium virens, jamur Fusarium oxysporum f.sp lycopersici, PDA, clorox, dan jagung giling.

Adapun alat yang digunakan adalah cangkul, pisau, timbangan, erlenmeyer, petridish, gelas ukur, mikroskop, pipet tetes, jarum inokulasi, inkubator, meteran, objek glass, pinset, bunsen, alumunium foil, cling wrap, selotip, autoclave, kukusan tanah, ayakan, handsprayer, alat tulis, bambu, tali, polibag, gunting, dan lain-lain.

Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial yang terdiri dari 2 faktor, yaitu:

1. Faktor 1 adalah banyaknya Gliocladium virens G0 = Kontrol


(33)

G2 = Gliocladium virens dalam media jagung sebanyak 37.5 gr/15 kg tanah G3 = Gliocladium virens dalam media jagung sebanyak 50 gr/15 kg tanah G4 = Gliocladium virens dalam media jagung sebanyak 62.5 gr/15 kg tanah 2. faktor 2 adalah varietas, yaitu:

V1 = Varietas Citra V2 = Varietas Sakura V3 = Varietas Warani

Adapun kombinasi perlakuan dari penelitian ini adalah:

G0 V1 G1 V1 G2 V1 G3 V1 G4 V1 G0 V2 G1 V2 G2 V2 G3 V2 G4 V2 G0 V3 G1 V3 G2 V3 G3 V3 G4 V3 Kombinasi perlakuan = 15

Ulangan sebanyak 3 kali, diperoleh dari: (t-1) (r-1) > 15

(15-1) (r-1) > 15 14r – 14> 15 r> 29/11 r ≥ 2.636 r = 3

Model linier dari rancangan yang digunakan adalah :

Yijk = µ + αi + βj + (αβ)ij + Σijk

Keterangan:

Yijk : nilai pengamatan pada suatu percobaan yang memperoleh perlakuan taraf ke-i dari factor i dan taraf ke j


(34)

µ : rata-rata

αi : pengaruh dari factor A dari taraf ke-i

βj : pengaruh dari factor A dari taraf ke-j

(αβ)ij : intraksi dari factor A dari taraf ke-i dengan dari factor B dari taraf ke-j

Σijk : efek error dari factor A dari taraf ke-i dengan dari factor B dari taraf Ke-j

(Bangun, 1991).

Jika hasil analisa menunjukkan nilai nyata dilanjutkan dengan uji jarak Berganda Duncan (DMRT) (Bangun, 1991).

Jumlah perlakuan = 15 perlakuan Jumlah ulangan = 3 ulangan Jumlah polibag per perlakuan = 4 polibag Jumlah tanaman per polibag = 1 tanaman Jumlah seluruh perlakuan = 45 perlakuan

Jumlah sampel yang diamati = 4 tanaman per perlakuan Jumlah tanaman seluruhnya = 180 tanaman

Jarak antar perlakuan = 50 cm Jarak antar polibag = 40 x 40 cm

Pelaksanaan Penelitian

1. Penyediaan Sumber Inokulum

a. Fusarium oxysporum f.sp lycopersici

Sumber inokulasi diambil dari tanaman tomat yang terserang F.o f.sp lycopersici. Akar dan pangkal batang tanaman yang terinfeksi dibersihkan


(35)

dengan air mengalir, dipotong-potong (0,5 cm), disterilkan dengan Clorox 1% selama 3 menit dan dibilas dengan aquadest 2-3 kali. Selanjutnya potongan akar diberikan di atas kertas steril dan ditanam dalam media PDA. Biakan disimpan dalam inkubattor pada temperature ruang selama 3 hari.

Miselium F.o f.sp lycopersici yang tumbuh, diisolasi kembali hingga diperoleh biakan murni.

b. Gliocladium virens

Isolat G. virens yang digunakan diperoleh dari Balai Kebun Percobaan Tanaman Buah Berastagi (BKPTBB). Isolat G. virens kemudian disegarkan kembali pada media PDA.

Perbanyakan Gliocladium virens

Perbanyakan G. virens dilakukan dengan menggunakan media jagung. Jagung ditimbang sebanyak 25, 37,5, 50, dan 62,5gr dan dicuci bersih, selanjutnya diautoclave selama 30 menit pada suhu 121°C. Jagung yang telah di autoclave kemudian didiamkan selama 1 hari. Kemudian diinokulasikan biakan murni pada media jagung 2-3 cork borer. Diaduk hingga rata kemudian disusun di dalam inkubator. Diinkubasikan pada suhu kamar. Setelah 10–15 hari jamur siap untuk diaplikasikan.


(36)

Persiapan Benih

Benih tomat yang digunakan adalah benih yang didapat dari toko pertanian dengan berbagai varietas yaitu varietas Citra, Varietas Sakura dan Varietas Warani.

Persiapan Tempat Penyemaian

Tempat penyemaian benih tomat berupa kotak kayu dengan ukuran lebar 50-60 cm, lebar 30-40 cm dan tinggi 25-30 cm tetapi disesuaikan dengan lokasi dan kebutuhan bibit. Kotak semai tersebut diisi dengan medium semai yang berupa campuran tanah, dan pupuk kandang setinggi 12cm dengan perbandingan 1: 1, kemudian dipadatkan sedikit demi sedikit.

Penyemaian

Benih yang sudah dipersiapkan dapat langsung disemai pada tempat penyemaian yang telah disediakan. Biji yang telah tersebar itu kemudian ditutup dengan Pupuk Kandang Ayam, lalu disiram. Untuk menghindarkan kerusakan akibat kekeringan atau hujan, petakan ditutup dengan jerami kering atau atap. Seminggu kemudian pada semaian sudah mulai tampak daun pertama, lalu dipindahkan kedalam bumbun yang dibuat dari daun pisang/polibag yang berdiameter 5 cm dan tinggi 5 cm. Besar kecilnya bumbun dapat diatur sesuai dengan rencana penanaman. Dalam pelaksanaan membumbun, semai hendaknya diusahakan jangan sampai akar pancarnya melengkung atau sengaja dilengkungkan


(37)

Persiapan Media Tanam

Tanah top soil dan Pupuk Kandang Ayam yang akan digunakan 3:1 diayak terlebih dahulu. Media campuran tersebut disterilkan dengan menggunakan uap panas untuk membunuh mikroorganisme pada media tanam. Sterilisasi dilakukan dengan menggunakan drum pengkukus pada suhu 1200 C dan tekanan 1,2 atm selama ± 1 jam. Media yang telah dipanaskan dikeluarkan dari kukusan, lalu dikering-anginkan di atas plastik di ruangan tertutup sampai dingin. Kemudian media tanam tersebut diberi pupuk, kemudian diaduk rata. Hal ini bertujuan agar unsur hara yang diberikan merata pada masing-masing polibag.

Inokulasi Fusarium oxysporum

Biakan dari F. oxysporum diberi aquades steril sebanyak 10 ml, kemudian miselium dari media PDA dikikis dengan menggunakan jarum oase sehingga bagian permukaan atas dari media terlepas. Lalu dishaker selama 15 menit dengan kecepatan 100-150 rpm agar media tercampur dengan larutan air. Setelah itu, suspensi disaring dengan kertas saring. Suspensi diambil 1 ml dan diteteskan di atas Haemocytometer dengan menggunakan pipet tetes. Dibiarkan ruangan Haemocytometer dipenuhi oleh suspensi jamur. Setelah merata dihitung jumlah konidia pada setiap kotak contoh yang berisi 16 kotak kecil, lalu dihitung kerapatan jamur. Kemudian suspensi tersebut diencerkan sehingga diperoleh konidia yang diinginkan yaitu 106 konidia/liter air.

Suspensi tersebut diambil sebanyak 10 ml dan dicampurkan dengan 1 liter


(38)

F. oxysporum/liter air. Inokulasi F. oxysporum dilakukan dengan cara dituang

merata ke sekeliling pangkal batang.

Penanaman

Bibit tomat yang telah disemai ditanam ke dalam polibag dengan menggunakan tugal kecil. Bibit ditanam 1 bibit/polibag, dilakukan pada sore hari.

Parameter Pengamatan

1. Persentase Serangan Fusarium oxysporum fs.p lycopersici (Sacc)

Pengamatan terhadap persentase serangan dilakukan pada saat tanaman berumur 10 hari sampai tanaman berumur 63 hari setelah tanam. Pengamatan dilakukan satu kali seminggu, yaitu dengan menghitung jumlah tanaman yang layu pada setiap perlakuan, dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

a

PS = x 100% N

Dimana,

PS = persentase serangan

a = Jumlah tanaman yang terserang/perlakuan N = Jumlah tanaman/perlakuan

(Moekasan et al., 2000).

Produksi Tomat (gr/plot)

Produksi dicatat berat pada saat panen dengan kriteria panen pada umur tanaman 60 – 65 hari setelah pindah tanam. Pemanenan dilakukan sebanyak 8 kali dengan selang 7 hari sekali.


(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian pengaruh Gliocladium virens dan varietas terhadap perkembangan penyakit Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan adalah sebagai berikut :

1. Persentase Serangan (%)

a. Pengaruh Gliocladium virens terhadap persentase serangan (%)

Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada tanaman tomat

(Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan

Data pengamatan persentase serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersicum pada setiap pengamatan mulai 7 - 56 hsa dapat dilihat pada lampiran 2 - 9. Pengaruh G.virens terhadap persentase serangan (%) pada pengamatan 7 hsa- 56 hsa dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Uji Beda Rataan Pengaruh Gliocladium virens Terhadap Persentase Serangan (%) Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan Pada Pengamatan 7 hsa - 56 hsa.

Perlakuan Hari Setelah Aplikasi (hsa)

7 hsa 14 hsa 21 hsa 28 hsa 35 hsa 42 hsa 49 hsa 56 hsa

G0 2,12 2,12 3,57 6,46 9,36 10,81a 13,63a 13,63a

G1 2,12 2,12 2,12 3,57 5,02 9,36a 12,94a 12,94a

G2 2,12 2,12 3,57 5,02 6,46 6,46b 12,02a 12,02a

G3 2,12 2,12 2,12 2,12 3,57 3,57c 6,46b 6,46b

G4 2,12 2,12 2,12 2,12 2,12 3,57c 5,02b 6,46b

Ket : Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan

Pemberian Gliocladium virens berpengaruh nyata dalam menghambat pertumbuhan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) terhadap perlakuan


(40)

kontrol (tanpa pemberian Gliocladium virens). Penghambatan pertumbuhan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) oleh Gliocladium virens relatif lebih

rendah dibandingkan kontrol. Pada pengamatan 42 hsa, G0 (tanpa Gliocladium virens) G1 (dosis 25 gram), G2 (dosis 37,5 gram) dan G3 (dosis 50 gram) mulai

terserang oleh Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc). Hal ini mungkin disebabkan oleh dosis G1 (dosis 25 gram) dan G2 (dosis 37,5 gram) belum mampu untuk mengendalikan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) lebih sedikit dibanding G4 (dosis 62,5 gram).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase serangan tertinggi 13,63 pada perlakuan kontrol (GO) tidak berbeda nyata dengan perlakuan G1 (12,94), G2 (12,02) dan berbeda nyata terhadap perlakuan G3 (6,46) dan G4 (6,64) sebagai persentase serangan terendah.

Dari hasil penelitian dapat dikatakan bahwa semakin tinggi dosis G. virens yang diberikan untuk menekan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) maka semakin rendah serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc). Ini karena semakin banyak populasi konidia Gliocladium virens dalam media jagung. akibatnya daya parasitasi G.virens terhadap Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) semakin efektif. Sehingga dapat diprediksi bahwa dengan semakin rendah serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) maka produktifitas tanaman tomat akan lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena jamur antagonis G.virens mampu mengeluarkan antibiotik yang dapat menghambat Fusarium yang sebelumnya mulai menyerang dengan melilitkan hifa dan menembus miselium patogen sehingga terjadi degradasi pada dinding sel jamur Fusarium. Hal ini sesuai dengan pernyataan Winarsih (2007) bahwa G. virens dapat mengeluarkan


(41)

antibiotik gliotoksin, glioviridin, dan viridin yang bersifat fungistatik. Gliotoksin dapat menghambat cendawan dan bakteri, sedangkan viridin dapat menghambat cendawan.

Dari hasil analisis sidik ragam, jamur Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) terhadap perlakuan Gliocladium virens menunjukkan perbedaan

yang nyata dalam menghambat serangan jamur Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc). Hal ini karena Gliocladium virens merupakan jamur antagonis

yang mampu memparasit miselium jamur patogen. Reaksi antagonistik dari Gliocladium virens terhadap Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) adalah

hiperparasit, antibiosis dan kompetisi. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mehrotra (1980) bahwa Gliocladium spp yang bersifat mikoparasit akan menekan populasi jamur patogen yang sebelumnya mendominasi. Interaksi diawali dengan melilitkan hifanya pada jamur patogen yang akan membentuk struktur seperti kait yang disebut haustorium dan memarasit jamur patogen. Bersamaan dengan penusukan hifa, jamur mikoparasit ini mengeluarkan enzim seperti enzim kutinase

dan β-1-3 glukanase yang akan menghancurkan dinding sel jamur patogen. Akibatnya, hifa jamur patogen akan rusak, protoplasmanya keluar dan jamur akan mati. Secara bersamaan pula terjadi mekanisme antibiosis, keluarnya senyawa anti jamur golongan peptaibol dan senyawa furanon oleh Gliocladium spp. yang dapat menghambat pertumbuhan spora dan hifa jamur patogen.

Untuk melihat hubungan antara penggunaan Gliocladium virens terhadap persentase serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) dapat dilihat pada grafik (Gambar 5.)


(42)

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00

7 hsa 14 hsa 21 hsa 28 hsa 35 hsa 42 hsa 49 hsa 56 hsa Hari Setelah Aplikasi

G0 G1 G2 G3 G4

Gambar 5. Grafik hubungan antara penggunaan Gliocladium virens terhadap persentase serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada pengamatan7 hsa - 56 hsa.

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan persentase serangan yang nyata antara faktor Gliocladium virens. Pada perlakuan persentase serangan tertinggi adalah 13,63 % yaitu pada perlakuan G0 (kontrol) sedangkan persentase serangan terendah adalah 6,46 yaitu pada perlakuan G4 dan G5. Hal ini dikarenakan semakin banyak populasi konidia Gliocladium virens dalam media jagung, akibatnya daya parasitasi G. virens terhadap Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) semakin efektif.

b. Pengaruh Varietas terhadap persentase serangan (%) Fusarium

oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan

Data pengamatan persentase serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) tanaman Tomat di lapangan dimulai pengamatan 7- 56 hsa

dapat dilihat pada lampiran 2 - 9. Dari hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa varietas memberikan hasil yang tidak nyata pada pengamatan 7- 35 hsa dan berpengaruh nyata pada pengamatan 42- 56 hsa, hal ini dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini :


(43)

Tabel 2. Uji Beda Rataan Pengaruh Varietas Terhadap Persentase Serangan (%) Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan Pada Pengamtan 7 - 56 hsa

Perlakuan Hari Setelah Aplikasi (hsa)

7 hsa 14 hsa 21 hsa 28 hsa 35 hsa 42 hsa 49 hsa 56 hsa

V1 2,12 2,12 2,12 4,73 5,60 6,46b 9,07b 9,07b

V2 2,12 2,12 2,12 2,99 2,99 3,86c 7,60b 7,60b

V3 2,12 2,12 3,86 3,86 7,33 9,94a 13,37a 14,23a

Ket : Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan

Pada tabel 2 dapat dilihat bahwa pengaruh varietas terhadap persentase serangan menunjukkan bahwa V3 (Varietas Warani) berpengaruh nyata dibandingkan V1 (Varietas Citra) dan V2 (Varietas Sakura) pada pengamatan 42-56 hsa. Varietas Sakura dan varietas Citra terlihat lebih efektif dibandingkan dengan varietas Warani.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase serangan tertinggi 14,23% pada varietas Warani (V3) berbeda nyata terhadap perlakuan V2 yaitu 7,23% sebagai persentase serangan terendah. Hal ini di karenakan Varietas Warani rentan terhadap penyakit layu fusarium.

Untuk melihat hubungan antara penggunaan Varietas terhadap persentase serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) dapat dilihat pada grafik (Gambar 6.)


(44)

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00

7 hsa 14 hsa 21 hsa 28 hsa 35 hsa 42 hsa 49 hsa 56 hsa Hari Setelah Aplikasi

P e rs e n ta s e S e ra n g a n ( % ) V1 V2 V3

Gambar 6. Grafik hubungan antara penggunaan Varietas terhadap persentase serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada pengamatan7 hsa - 56 hsa.

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan persentase serangan yang nyata antara faktor varietas. Pada perlakuan persentase serangan tertinggi adalah 14,23 % yaitu pada perlakuan Varietas Warani diikuti varietas citra (9,07 %) sedangkan persentase serangan terendah adalah 7,60 % yaitu pada varietas sakura.

c. Pengaruh Gliocladium virens dan varietas terhadap Persentase Serangan (%) Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan

Data pengamatan Pengaruh Gliocladium virens dan Varietas Terhadap Persentase Serangan (%) Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan. Mulai dari pengamatan 7 hsa - 56 has dapat dilihat pada lampiran 2 – 9. Dari hasil analisa sidik ragam diketahui bahwa Pengaruh Gliocladium virens dan Varietas Terhadap Persentase Serangan (%)Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan memberikan hasil


(45)

uang tidak nyata pada setiap minggu pengamatan, hal ini dapat dilihat pada lampiran 2 – 9.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh penggunaan G. virens pada 7- 56 hsa tidak berbeda nyata terhadap persentase serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc). Dari analisa sidik ragam, interaksi kedua faktor tersebut tidak memberikan pengaruh nyata terhadap perlakuan. Hal ini disebabkan karena Gliocladium virens menekan fusarium dengan melilitkan hifanya pada jamur

patogen yang akan membentuk struktur seperti kait yang disebut haustorium dan memarasit jamur patogen. Bersamaan dengan penusukan hifa, jamur mikoparasit

ini mengeluarkan enzim seperti enzim kutinase dan β-1-3 glukanase yang akan menghancurkan dinding sel jamur patogen. Akibatnya, hifa jamur patogen akan rusak, protoplasmanya keluar dan jamur akan mati. Secara bersamaan pula terjadi mekanisme antibiosis, keluarnya senyawa anti jamur golongan peptaibol dan senyawa furanon oleh Gliocladium spp. yang dapat menghambat pertumbuhan spora dan hifa jamur pathogen. Sedangkan Varietas bertahan dari Fusarium karena memiliki gen / ketahanan tanaman. Sehingga dapat dikatakan Gliocladium dan Varietas menekan perkembangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) dengan cara masing-masing dan tidak saling berinteraksi.

Dari hasil pengamatan diketahui bahwa walaupun perlakuan-perlakuan menunjukkan hasil yang berbeda nyata, tetapi terlihat persentase serangan cukup kecil. Hal ini dikarenakan suhu rata-rata pada daerah penelitian yaitu 18 ºC. Suhu tidgan ak sesuai untuk perkembangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) yaitu 21-33 ºC dengan suhu optimum nya sebesar 28 ºC. Hal ini tidak sesuai


(46)

dengan pernyataan Clayton (1923) yang menyatakan penyakit berkembang pada suhu tanah 21- 33 ºC suhu optimumnya adalah 28 ºC.

2. Produksi (gr/plot)

a. Pengaruh Dosis Gliocladium virens Terhadap Produksi (gr/ plot) Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di Lapangan

Data pengamatan produksi tanaman Tomat di lapangan dapat dilihat pada lampiran 10. Dari hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa Dosis Gliocladium virens memberikan hasil yang berbeda nyata, hal ini dapat dilihat pada tabel 3

dibawah ini :

Tabel 3. Uji Beda Rataan Pengaruh Dosis Gliocladium virens Terhadap Produksi (gr/plot) pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan

Perlakuan Total

G0 82,00c

G1 83,12c

G2 89,79b

G3 94,73a

G4 96,14a

Ket : Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan

Pengaruh dosis Gliocladium virens berpengaruh nyata dalam menghambat pertumbuhan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) terhadap perlakuan kontrol (tanpa pemberian Gliocladium virens). Produksi oleh Gliocladium virens relatif lebih tinggi dibandingkan kontrol.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Produksi tertinggi 96,14 gr/plot pada perlakuan G4 (Dosis 62,5 gr) tidak berbeda nyata dengan perlakuan G3


(47)

(Dosis 50 gr) yaitu sebesar 94,73 gr/plot, dan berbeda nyata terhadap perlakuan G2 (Dosis 37,5 gr) dan berbeda nyata terhadap G1 (Dosis 25 gr/) yaitu 83,12 gr/plot dan G0 (kontrol) yaitu 82,00 gr/plot sebagai produksi terendah.

Dari hasil penelitian dapat dikatakan bahwa semakin tinggi dosis G. virens yang diberikan untuk menekan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) maka semakin rendah serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc). Ini karena semakin banyak populasi konidia Gliocladium virens dalam media jagung. akibatnya daya parasitasi G.virens terhadap Fusarium oxysporum semakin efektif. Sehingga dapat diprediksi bahwa dengan semakin rendah serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) maka produktifitas tanaman tomat akan lebih

tinggi.

Untuk melihat hubungan antara pengaruh Dosis Gliocladium virens terhadap produksi (gr/ plot) tanaman tomat dapat dilihat pada grafik (Gambar 7.)

82,00 83,12

89,79

94,73 96,14

70,00 75,00 80,00 85,00 90,00 95,00 100,00

G0 G1 G2 G3 G4

Dosis

g

r/

p

lo

t

Gambar 7. Grafik hubungan antara Pengaruh Dosis Gliocladium virens Terhadap Produksi pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan produksi yang nyata antara faktor Gliocladium virens G0 (kontrol) dan G1, terhadap perlakuan G2 dan berbeda nyata terhadap perlakuan G3 dan G4 . Pada perlakuan produksi


(48)

terendah adalah 82 gr/plot yaitu pada perlakuan G0 (kontrol), diikut. oleh G1 (83,12 gr/plot), G2 (89,79 gr/plot), G3 (94,73 gr/plot) dan G4 (96,14 gr/plot) sebagai produksi tertinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa semakin tinggi dosis G. virens yang diberikan maka produksi yang didapatkan juga semakin besar.

b. Pengaruh Varietas Terhadap Produksi Tanaman Tomat (Lycopersicum

esculentum Smith) di Lapangan

Data pengamatan produksi tanaman Tomat di lapangan dapat dilihat pada lampiran 10. Dari hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa varietas memberikan hasil yang berbeda nyata, hal ini dapat dilihat pada tabel 4 dibawah ini :

Tabel 4. Uji Beda Rataan Pengaruh Varietas Terhadap Produksi (gr/ plot) pada tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan

Perlakuan Total

V1 91,87a

V2 92,19a

V3 83,40b

Ket : Angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata pada taraf 5 % menurut Uji Jarak Duncan

Dari hasil pengamatan pada tabel 4, diperoleh bahwa V1 (Varietas Citra) tidak berbeda nyata dengan V2 (Varietas Sakura) dan berbeda nyata dengan V3 (Varietas Warani).

Dan dapat di ketahui dari ketiga varietas yang diuji, yang produksinya paling tinggi yaitu V2 (Varietas Sakura) yaitu sebesar 92,19 gr/plot, sedangkan V1 (Varietas Citra) sebesar 91,87 gr/plot, dan V3 (Varietas Warani) sebesar 83,40 gr/plot. Hal ini mungkin disebabkan perbedaan genetis pada masing-masing varietas.


(49)

Untuk melihat hubungan antara pengaruh varietas terhadap produksi tanaman tomat dapat dilihat pada grafik (Gambar 8.)

75,00 80,00 85,00 90,00 95,00

Varietas

g

r/

p

lo

t

Produk si (gr/plot) 91,87 92,19 83,40

V1 V2 V3

Gambar 8. Grafik hubungan antara Pengaruh Varietas terhadap Produksi pada

tanaman Tomat

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan produksi yang nyata antara faktor varietas Citra (V1) dan Sakura (V2) dengan faktor Varietas Warani (V3). Pada perlakuan produksi tertinggi adalah 92,19 gr/plot yaitu pada perlakuan Varietas Sakura diikuti varietas citra (91,87 gr/plot) sedangkan produksi terendah adalah 83,40 gr/plot yaitu pada varietas Warani.

c. Pengaruh Dosis Gliocladium virens dan Varietas Terhadap Produksi (gr/ plot) Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di Lapangan

Data pengamatan Pengaruh Dosis Gliocladium virens dan Varietas Terhadap Produksi tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan. dapat dilihat pada lampiran 10. Dari hasil analisa sidik ragam diketahui bahwa Pengaruh Gliocladium virens dan Varietas Terhadap Produksi tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan memberikan hasil yang tidak nyata pada pengamatan, hal ini dapat dilihat pada lampiran 10.


(50)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Produksi tertinggi 33,93 gr/plot pada perlakuan G4V2 tidak berbeda nyata dengan produksi terendah G1V3 yaitu 25,50 gr/plot dan perlakuan-perlakuan lainnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh penggunaan G. virens pada 7- 56 hsa tidak berbeda nyata terhadap Produksi tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Smith) di lapangan. Dari analisa sidik ragam, interaksi kedua faktor

tersebut tidak memberikan pengaruh nyata terhadap produksi. Hal ini disebabkan karena Faktor dari Gliocladium virens dan Varietas menekan perkembangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) dengan caranya masing-masing.


(51)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Dari hasil pengamatan diketahui Pemberian Gliocldium virens dengan dosis 50 gr/plot efektif dalam menghambat serangan jamur Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc).

2. Dosis 25 dan 37,5 gr/plot Gliocldium virens yang diberikan belum efektif untuk menekan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc)

3. Varietas Warani memiliki ketahanan yang lebih rentan terhadap serangan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici (Sacc) yaitu 14,23% dibandingkan

Varietas Sakura (7,60%) dan Varietas Citra (9,07%)

4. Tidak terjadi interaksi antara faktor Dosis Gliocldium virens dan faktor varietas (GxV).

Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai interaksi antara Gliocladium virens Miller dan Varietas di lapangan untuk mengendalikan


(52)

DAFTAR PUSTAKA

Abadi, A.L. 2003. Ilmu Penyakit Tumbuhan III. Bayumedia Publishing, Malang. 137 hlm.

Agrios, G. N. , 1 996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Edisi Ketiga. Terjemahan M. Busnia. UGM-Press, Yogyakarta.. 173 hlm.

Anonimous, 1993. Bercocok Tanam Tomat (Lycopersicum esculentum Mill). Balai Informasi Pertanian Irian Jaya. Jaya Pura. Edisi November 93. Agdex 266:20.

, 2004. Tomat Pembudidayaan Secara Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta. 123 hlm.

, 2010a. Fusarium. Diakses dari

pada tanggal 12 september 2010. 1 hlm , 2010b

. Fusarium oxysporum lycopersici. Diakses dari

1 hlm.

, 2010c. Gliocladium sp. Diakses dari http://www.mycology.adelaide.edu.au/Fungal_Descriptions/Hyphomycete

s_%28hyaline%29/Gliocladium/. Pada tanggal 12 September 2010. 1 hlm. , 2011a. Cycle of Fusarium. Diakses dari

Juli 2011. 1 hlm.

Aryantha, I.N.P. 2001. Membangun Sistem Pertanian Berkelanjutan KPP Ilmu Hayati LPPM-ITB, Dept. Biologi - FMIPA-ITB. Ganesha, Bandung. 13 hlm.

Bangun, M.K., 1991. Rancangan Percobaan. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Damayanti, I., 2010. Seleksi dan Karakterisasi Bakteri Eandofit Untuk

Menekan Kejadian Penyakit Layu Bakteri (Ralstonia solanacearum) pada Tanaman Tomat. IPB. Bogor. 10 hlm.


(53)

Djafaruddin., 2000. Dasar-dasar Pengendalian Penyakit Tanaman. Penerbit Bumi Aksara, Jakarta. 271 hlm.

Ganjdar, I., R.A. Samson, K.V.D. Tweel-Vermaulen, A. Oetari, I. santoso, 1999.

Pengenalan Kapang Tropik Umum. UI Press, Depok. 136 hlm.

Hanum, C. , 2008. Teknik Budidaya Tanaman. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan. Jakarta. 202 hlm.

Hartati, S. , 2000. Penampilan Genotip dalam Tanaman Tomat (Lycopersicum Esculentum Mill.) Hasil Mutasi Buatan pada Kondisi Stress Air dan

Kondisi Optimal. Agrosains 2(2). 8 hlm.

Juanda, I.F., 2009. Potensi Rhizobakteria sebagai Agen Biofungisida untuk

Pengendalian Jamur Fitopatogen Fusarium sp. Jurusan Pendidikan

Biologi Program studi Biologi (Non Kependidikan) Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Regional Sales Office (RSO): Bandung, Jawa Barat. 26 hlm.

Lucas, G.B., C.L. Campbell, and L.T. Lucas, 1985. Introduction to Plant

Disease: Identification and Management. Avi Book. New York. 313

hlm.

Mahar, S. 2009. Gliocladium virens. http:www.entomology.wisc.edu.htm. Diakses tanggal 15 Januari 2009.

Mehrotra, R.S. 1980. Plant Pathology. Tata McGraw Hill Publishing Co. Ltd. New Delhi. 771 hlm.

Moekasan, T.K., L. Prabaningrum, dan Meitha L., 2000. Penerapan PHT pada

Sistem Tanaman Tumpang Gilir. Pusat Penelitian dan Pengembangan

Hortikultura . Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. Pinem, M. I., 2001. Peran Agens Antagonis dalam Pengendalian Hayati.

Dalam Pelatihan Agens Hayati untuk Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Perkebunan Kakao. Medan, 20-25

Agustus 2001. 4 hlm.

Rismunandar, 1995. Tanaman Tomat. Sinar Baru Algensindo. Bandung. 64 hlm. Robert, D.A., 1972. Fundamentals of Plant Patology. W.H. Freeman and

Company, San Fransisco. 424 hlm

Saragih,Y.S dan F.H. Silalahi. 2006. Isolasi dan Identifikasi Spesies Fusarium

Penyebab Penyakit Layu pada Tanaman Markisa Asam. Jurnal


(54)

Semangun, H., 1991. Penyakit - Penyakit Penting Tanaman Hortikultura di

Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 850 hlm.

Shivas, R dan D. Beasley. 2005. Pengelolaan Koleksi Patogen Tanaman. Diterjemahkan oleh Kramadibrata,K., N. Wulijarni dan M. Machmud. Queensland Department of Primary Industries and Fisheries, Australia. 96 hlm.

Sivan, A and I. Chet. 1989. Degradation of Fungal Cell Walls by Lytic

Enzymes of Trichoderma harzianum. J. Gen. Microbiol. 135 : 675-682.

Soesanto, L., 2008. Pengantar Pengendalian Hayati Penyakit Tanaman:

Suplemen ke Gulma dan Nematoda. Rajawali Press. 573 hlm

Syahnen. 2006. Teknik Perbanyakan Jamur Antagonis. Balai Pengembangan Proteksi Tanaman Perkebunan, Medan.

Walker, J.C., 1952. Diseases of Vegetables Crops. Mc Graw – Hill Book Company, Inc. New York. 529 hlm.

Wheeler, W.H., 1953. Plant Diseases. United States Department of Agriculture. Washington, D.C.

Winarsih, S. 2007. Pengaruh Bahan Organik pada Pertumbuhan Gliocladium virens dan Daya Antagonisnya Terhadap Fusarium oxisporum secara

In-Vitro. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia. Edisi Khusus(3): 386-390.

Wong, M.Y., 2003. Fusarium oxysporum f. sp. lycopersici (Sacc.) W.C. Snyder

and H.N. Hans. NC State University. Diakses dari


(55)

Lampiran 1.

BAGAN PENELITIAN

ULANGAN I ULANGAN II

ULANGAN III

G3V2

G2V3

G4V1

G1V3

G3V2

G0V1

G2V2

G0V1

G1V3

G3V2

G4V1

G2V1

G0V3

G1V3

G4V2

G4V3

G3V1

G2V2

G0V1

G2V3

G3V2

G1V3

G4V2

G1V1

G0V3

G1V2

G0V2

G2V1

G4V1

G3V3

G3V1

G4V2

G2V3

G3V2

G0V1

G1V3

G4V1

G0V3

G2V2

G1V1

G4V3

G3V3

G0V2

G1V2


(56)

Keterangan: G0 = Kontrol

G1 = Gliocladium virens dalam media jagung sebanyak 25 gr/15 kg tanah G2 = Gliocladium virens dalam media jagung sebanyak 37.5 gr/15 kg tanah G3 = Gliocladium virens dalam media jagung sebanyak 50 gr/15 kg tanah G4 = Gliocladium virens dalam media jagung sebanyak 62.5 gr/15 kg tanah V1 = Varietas Citra

V2 = Varietas Sakura V3 = Varietas Warani

Jumlah perlakuan = 15 perlakuan Jumlah ulangan = 3 ulangan Jumlah polibag per perlakuan = 4 polibag Jumlah perlakuan seluruhnya = 45 perlakuan Jumlah tanaman seluruhnya = 180 tanaman Jarak antar perlakuan = 50 cm Jarak antar polibag = 40 x 40 cm


(57)

Lampiran 2. Data Persentase Serangan Fusarium oxysporum pada umur 7 HSA

Perlakuan Ulangan Total Rataan I II III

G0V1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

G0V2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

G0V3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

G1V1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

G1V2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

G1V3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

G2V1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

G2V2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

G2V3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

G3V1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

G3V2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

G3V3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

G4V1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

G4V2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

G4V3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Total 0,00 0,00 0,00 0,00

Rataan 0,00 0,00 0,00 0,00

Transformasi Data Arc Sin √x+0,5

Perlakuan Ulangan Total Rataan I II III

G0V1 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

G0V2 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

G0V3 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

G1V1 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

G1V2 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

G1V3 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

G2V1 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

G2V2 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

G2V3 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

G3V1 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

G3V2 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

G3V3 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

G4V1 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

G4V2 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

G4V3 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

Total 10,61 10,61 10,61 31,82


(58)

Tabel Dwikasta Total

Varietas Gliocladium virens Total Rataan G0 G1 G2 G3 G4

V1 2,12 2,12 2,12 2,12 2,12 10,61 2,12

V2 2,12 2,12 2,12 2,12 2,12 10,61 2,12

V3 2,12 2,12 2,12 2,12 2,12 10,61 2,12

Total 6,36 6,36 6,36 6,36 6,36 31,82

Rataan 2,12 2,12 2,12 2,12 2,12 2,12

Daftar Sidik Ragam

Sumber Keragaman db JK KT F.Hit F.05 F. 01 Ulangan 2 0 0,00 0,00 tn 3,32 5,39

Perlakuan 14

Gliocladium 4 0,00 0,00 0,00 tn 2,69 4,02

Varietas 2 0,00 0,00 0,00 tn 3,32 5,39

G X V 8 0,00 0,00 0,00 tn 2,27 3,17

Error 30 0,00 0,00

Total 44 0,00

FK = 22,50

KK = 0,00 %

Ket : tn = tidak nyata

* = nyata


(59)

Lampiran 3. Data Persentase Serangan Fusarium oxysporum pada umur 14 HSA

Perlakuan Ulangan Total Rataan I II III

G0V1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

G0V2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

G0V3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

G1V1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

G1V2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

G1V3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

G2V1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

G2V2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

G2V3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

G3V1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

G3V2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

G3V3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

G4V1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

G4V2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

G4V3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Total 0,00 0,00 0,00 0,00

Rataan 0,00 0,00 0,00 0,00

Transformasi Data Arc Sin √x+0,5

Perlakuan Ulangan Total Rataan I II III

G0V1 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

G0V2 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

G0V3 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

G1V1 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

G1V2 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

G1V3 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

G2V1 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

G2V2 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

G2V3 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

G3V1 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

G3V2 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

G3V3 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

G4V1 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

G4V2 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

G4V3 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

Total 10,61 10,61 10,61 31,82


(60)

Tabel Dwikasta Total

Varietas Gliocladium virens Total Rataan G0 G1 G2 G3 G4

V1 2,12 2,12 2,12 2,12 2,12 10,61 2,12

V2 2,12 2,12 2,12 2,12 2,12 10,61 2,12

V3 2,12 2,12 2,12 2,12 2,12 10,61 2,12

Total 6,36 6,36 6,36 6,36 6,36 31,82

Rataan 2,12 2,12 2,12 2,12 2,12 2,12

Daftar Sidik Ragam

Sumber Keragaman db JK KT F.Hit F.05 F. 01 Ulangan 2 0,00 0,00 0,00 tn 3,32 5,39

Perlakuan 14

Gliocladium 4 0,00 0,00 0,00 tn 2,69 4,02

Varietas 2 0,00 0,00 0,00 tn 3,32 5,39

G X V 8 0,00 0,00 0,00 tn 2,27 3,17

Error 30 0,00 0,00

Total 44 0,00

FK = 22,50

KK = 0,00 %

Ket : tn = tidak nyata

* = nyata


(61)

Lampiran 4. Data Persentase Serangan Fusarium oxysporum pada umur 21 HSA

Perlakuan Ulangan Total Rataan I II III

G0V1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

G0V2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

G0V3 0,00 0,00 25,00 25,00 8,33

G1V1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

G1V2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

G1V3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

G2V1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

G2V2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

G2V3 0,00 0,00 25,00 25,00 8,33

G3V1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

G3V2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

G3V3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

G4V1 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

G4V2 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

G4V3 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Total 0,00 0,00 50,00 50,00

Rataan 0,00 0,00 3,33 1,11

Transformasi Data Arc Sin √x+0,5

Perlakuan Ulangan Total Rataan I II III

G0V1 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

G0V2 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

G0V3 0,71 0,71 5,05 6,46 2,15

G1V1 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

G1V2 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

G1V3 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

G2V1 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

G2V2 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

G2V3 0,71 0,71 5,05 6,46 2,15

G3V1 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

G3V2 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

G3V3 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

G4V1 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

G4V2 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

G4V3 0,71 0,71 0,71 2,12 0,71

Total 10,61 10,61 19,29 40,51


(62)

Tabel Dwikasta Total

Varietas Gliocladium virens Total Rataan G0 G1 G2 G3 G4

V1 2,12 2,12 2,12 2,12 2,12 10,61 2,12

V2 2,12 2,12 2,12 2,12 2,12 10,61 2,12

V3 6,46 2,12 6,46 2,12 2,12 19,29 3,86

Total 10,71 6,36 10,71 6,36 6,36 40,51

Rataan 3,57 2,12 3,57 2,12 2,12 2,70

Daftar Sidik Ragam

Sumber Keragaman db JK KT F.Hit F.05 F. 01 Ulangan 2 3,352635 1,68 0,00 tn 3,32 5,39

Perlakuan 14

Gliocladium 4 2,51 0,63 0,00 tn 2,69 4,02

Varietas 2 3,35 1,68 0,00 tn 3,32 5,39

G X V 8 5,03 0,63 0,00 tn 2,27 3,17

Error 30 21,79 0,73

Total 44 36,04

FK = 36,46

KK = 0,95 %

Ket : tn = tidak nyata

* = nyata


(1)

Lampiran 16. Data Curah Hujan Bulan Mei 2011

Tanggal

Temperatur ºC

Curah

Hujan

(mm)

Penyinaran

Matahari

(%)

Peristiwa

Cuaca

Khusus

07.00 13.00 18.00

Rata-rata

Maks

Min

Ditakar

Jam 07.00

08.00-16.00

01/05/2011 17,50 21,60 18,40 19,167 22,90 16,30 35,00 36,25 02/05/2011 16,30 24,00 18,60 19,633 24,30 16,30 0,00 33,75 03/05/2011 16,00 21,20 18,90 18,700 24,20 14,50 0,00 85,00 04/05/2011 18,00 22,70 18,60 19,767 23,40 16,10 4,00 60,00 05/05/2011 17,40 23,00 19,10 19,833 24,50 16,80 0,00 100,00 06/05/2011 18,20 23,00 19,20 20,133 24,60 17,30 0,00 100,00

07/05/2011 - - - -

08/05/2011 17,80 21,90 19,30 19,667 22,20 17,20 0,00 46,25 09/05/2011 17,30 22,20 19,30 19,600 23,60 17,20 0,00 111,25 10/05/2011 17,20 23,10 19,40 19,900 24,30 16,80 0,00 98,75 11/05/2011 16,90 22,80 19,60 19,767 24,80 14,60 0,00 18,75 12/05/2011 17,70 21,80 18,90 19,467 22,20 16,30 0,00 0,00 13/05/2011 17,60 22,70 19,40 19,900 24,00 16,80 0,00 76,25 14/05/2011 17,20 22,10 18,60 19,300 23,00 16,70 0,00 0,00 15/05/2011 17,70 21,70 19,30 19,567 23,90 17,30 5,00 60,00 16/05/2011 18,20 22,60 18,30 19,700 24,20 17,80 80,00 63,75 17/05/2011 16,80 19,90 18,20 18,300 20,20 15,50 15,00 2,50 18/05/2011 16,80 21,50 18,50 18,933 23,30 15,70 6,00 7,50 19/05/2011 17,20 21,60 18,20 19,000 23,00 17,10 13,00 53,75 20/05/2011 18,20 23,10 18,60 19,967 24,30 17,40 7,00 48,75 21/05/2011 17,80 21,60 18,70 19,367 22,20 17,80 0,00 17,50 22/05/2011 17,80 21,50 18,60 19,300 22,70 17,30 23,00 31,25 23/05/2011 17,40 22,90 18,80 19,700 24,90 16,70 0,00 55,00 24/05/2011 18,20 23,10 18,90 20,067 24,50 16,80 4,00 57,50 25/05/2011 15,90 23,20 18,60 19,233 24,80 14,90 7,00 85,75 26/05/2011 17,60 23,40 18,70 19,900 24,60 16,40 0,00 77,50 27/05/2011 17,60 22,90 18,60 19,700 24,20 17,30 0,00 47,25 28/05/2011 16,40 22,60 18,70 19,233 23,30 15,90 0,00 51,25 29/05/2011 17,00 20,60 18,40 18,667 21,80 16,30 1,00 40,00 30/05/2011 17,50 23,00 18,90 19,800 23,80 16,20 0,00 77,50 31/05/2011 16,60 22,10 18,20 18,967 22,60 16,10 15,00 2,50

Jumlah 519,8 669,4 563,5 584,23 706,30 495,40 215,00 1545,50 rata-rata 17,33 22,31 18,78 19,47 23,54 16,51 7,17 51,52


(2)

L a mp i ra n 1 7 . D e s k ri p s i t o ma t v a ri e t a s C I T R A

Wa r na

: M e r a h me n ya la

Bentuk

: Lonjong, dengan pundak lebih lebar, ukuran besar

D is a r a nk a n U nt u k

: D a t a r a n M e n e ng a h - D a t ar a n T ing g i

P a ne n

: 8 5 - 9 0( D AT )

B e r a t

: 1 6 0 g

H a s i l

: 5-6 kg/ tanaman

D a ya T a ha n

: tahan penyakit layu.


(3)

L a mp i ra n 1 8 . D e s kri p s i t o ma t v a ri e t a s S A K U R A F1

T ip e

: T id a k T e nt u

D is a r a nk a n U nt u k

: D a t a r a n M e n e ng a h - D a t ar a n T ing g i

P a n ja ng

: 5 - 6 c m

D ia me t e r

: 5 - 6 c m

P a ne n

: 8 5 ( D AT )

B e r a t

: 1 1 0 - 1 1 6 g

H a s i l

: 6 0 - 8 0 t o n/ ha

D a ya T a ha n

: B a c t e r ia l W i lt , To ba c o M o z a ic V ir u s , Fu s a r iu m

R a c e , N e ma t o d a


(4)

L a mp i ra n 1 9 . D e s k ri p s i t o ma t v a ri e t a s W A R A N I F1

Tipe

: Tidak Tentu

Panen

: 70 - 80 (DAT)

Berat

: 110 - 125 g

Disarankan Untuk

: Dataran Tinggi

Warna Kulit

: Merah Terang


(5)

Lampiran 20. Foto Penelitian

Gambar: Lahan Penelitian


(6)

Gambar: Pembuluh Tomat yang terserang


Dokumen yang terkait

Kristalisasi Likopen Dari Buah Tomat (Lycopersicon esculentum) Menggunakan Antisolvent

11 93 70

Potensi Cendawan Endofit Dalam Mengendalikan Fusarium Oxysporum F.SP. Cubense Dan Nematoda Radopholus Similis COBB. Pada Tanaman Pisang Barangan (Musa Paradisiaca) Di Rumah Kaca

0 42 58

Teknik PHT Penyakit Layu Fusarium (Fusarium oxysforum f. sp capsici Schlecht) Pada Tanaman Cabai Merah (Capsicum armuum L.) di Dataran Rendah.

0 27 138

Uji Antagonis Trichoderma spp. Terhadap Penyakit Layu (Fusarium oxysforum f.sp.capsici) Pada Tanaman Cabai (Capsicum annum L) Di Lapangan

3 52 84

Uji Efektivitas Pestisida Nabati Terhadap Perkembangan Penyakit Layu Fusarium ( Fusarium oxysporum f.sp cúbense ) Pada Beberapa Varietas Tanaman Pisang ( Musa paradisiaca L. )

2 30 74

Uji Efektifitas Beberapa Fungisida Untuk Mengendalikan Penyakit Layu Fusarium (Fusarium oxysforum (schlecht.) f.sp lycopersici (sacc.) Synd.ei Hans Pada Tanaman Tomat (Lycopersicum Esculentum Mill)

4 63 70

Uji Potensi Hasil Beberapa Varietas Tanaman Tomat (Lycopersicum esailentum Mill.) Terhadap Pemberian GA3

0 39 86

Peningkatan Mutu dan Hasil Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) dengan Pemberian Hormon GA3

10 62 92

Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum, Mill) Terhadap Pemberian Pupuk Organik Cair dan Padat.

11 73 73

Sinergi Antara Nematoda Radopholus similis Dengan Jamur Fusarium oxysporum f.sp. cubense Terhadap Laju Serangan Layu Fusarium Pada Beberapa Kultivar Pisang (Musa sp ) Di Lapangan

3 31 95