Proses Terjadinya Tantrum Temper Tantrum

5. Anak sedang stres akibat tugas sekolah, dll dan karena merasa tidak aman insecure. 1.3. Bentuk Perilaku Tantrum Temper Tantrum termanifestasi dalam berbagai perilaku. Dibawah ini adalah contoh perilaku temper tantrum, menurut usia : a. Dibawah 3 tahun : Menangis, menggigit, memukul, menendang, menjerit- jerit dan memekik-mekik, melengkungkan punggung, melemparkan badan ke lantai, memukul-mukulkan tangan, menahan nafas, membentur-benturkan kepala, dan melempar-lempar barang. b. Usia 3-4 tahun : Semua perilaku di poin a, menghentak-hentakkan kaki, berteriak-teriak, meninju, membanting pintu, mengkritik, merengek. c. Usia 5 tahun keatas : Perilaku tersebut pada dua kategori di atas, memaki, menyumpah, mengkritik diri sendiri, memecahkan barang dengan sengaja, mengancam. http:www.e-psikologi.comanak290402.htm , 14 september 2006

1.4. Proses Terjadinya Tantrum

Ketika anak sudah semakin besar, tahapan amukan menjadi bertambah. Pada usia yang semakin besar tahapan amukan terdiri dari beberapa tahapan dan berlangsung lebih lama Hames,2003: 16, tahapannya antara lain: a. Tahap pra drama, Pada tahap ini anak rewel, mengomel sehingga mendorong perkelahian. b. Tahap berdiri, pada tahap ini anak mulai memukul-mukulkan lengan dan tungkai, menjerit dan berteriak. c. Tahap menjatuhkan diri ke lantai, punggung merentang ke belakang, kaki menendang. Beberapa anak membentur-benturkan kepalanya ke lantai atau dinding sehingga menimbulkan lebam dan beberapa anak menggigit lengannya sampai berdarah. d. Tahap sedih dan menyesal Pada tahap ini jeritan berubah menjadi rengekan dan isakan. Anak mulai menyadari bahwa perilakunya menjengkelkan. 1.5. Penanganan Pada Anak Temper Tantrum. Menurut Dr. Kesster dalam Chairani,2003 dalam Hildayani,2008 “Ketika usia anak 4-5 tahun, orang tua benar-benar diuji niatnya untuk menangani rasa marah yang ditunjuk anak itu.” Hal ini karena anak-anak diusia 3 tahun sesungguhnya telah mengalami bahasa komunikasi sehingga seharusnya mereka telah mampu mengungkapkan keinginannya dan tidak lagi menunjukkan perilaku tantrum. Beberapa cara penanganan dalam mengahadapi anak yang temper tantrum yang terjadi pada anak usia prasekolah adalah sebagai berikut: 1. Mencoba mengerti dan memahami jenis tantrum apa yang terjadi pada saat itu. Bila anak menunjukan manipulative tantrum maka seorang guru hendaknya mengabaikan perilaku anak pada saat itu, tidak melihat kearah anak, mencoba bersikap tenang dan tetap melakukan pekerjaan. Apabila anak tetap melakukan tantrumnya dan berteriak-teriak untuk menarik perhatian guru, maka yang harus dilakukan guru adalah memisahkan anak dari teman-temannya. Anak diamankan pada ruangan yang dipastikan aman. Anak diberitahu apabila dia dapat mengendalikan kemarahannya maka anak tersebut dapat kembali keteman-temannya. Sebaiknya sikap guru jangan menunjukkan kemarahannya sehingga anak dapat menghentikan sikapnya tersebut. Beri penjelasan pada siswa lain bahwa temannya sedang dihukum agar berhenti berteriak-teriak dan tidak perlu memperhatikan perilaku tersebut dan tetap melanjutkan pekerjaannya. Bila anak menunjukkan verbal frustration sebagai guru TK hendaknya jangan membiarkan atau mengacuhkan anak tersebut serta jangan membiarkannya, bantulah anak itu untuk memecahkan masalah tersebut. Apabila anak kesulitan dalam melakukan sesuatu tetapi tidak dapat mengungkapkannya anak tersebut harus dibantu untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut. Apabila anak tidak dapat mengungkapkan dorong anak untuk mengungkapkan dengan bahasanya sendiri dan guru dapat mengartikan perasaan dan keinginan anak melalui kata-kata lembut, agar anak merasakan bahwa guru merasaka dan memahami apa yang mereka inginkan. Bila anak menunjukkan temperamental tantrum seorang guru hendaknya jangan mengacuhkan karena hal ini tidak dapat menyelesaikan masalah. Guru harus dapat membedakan antara mengontrol kemarahan yang dialami oleh anak dalam menginginkan sesuatu atau kemarahan sebagai rasa frustasi yang menunjukan ekspresi kesalahan dalam mengerjakan tugas-tugas yang dibebankan padanya. Adakalanya guru membutuhkan bantuan seoranr ahli dalam menangani masalah yang dihadapi anak tersebut. 2. Mencoba mencatat tentang hal-hal yang dapat menyebabkan anak berlaku temper tantrum. Seorang guru harus memahami penyebab yang terjadi pada anak mungkin saja pada saat itu anak merasa lapar, terlalu lelah, dan terlalu terstimulasi, sehingga harus berhati-hati untuk menghindari diri dari kondisi tersebut. 3. Mencoba untuk mengendalikan diri Guru dalam menghadapi perilaku tantru anak jangan lepas kontrol, karena mereka akan jadi bertingkah. Kendalikan diri dan minta maaf pada anak ini akan membuat emosi anak terkendali. Hampiri anak dengan tenang sambil tersenyum dan perhatikan bahwa guru tetap menghargai anak. Guru adalah manusia yang memiliki keterbatasan, yang juga merasa tertekan dengan perilaku tantrum anak. Berilah pengertian pada anak, boleh marah tetapi dengan cara yang baik dan berilah reward pada anak missal berupa pujian pada saat anak tidak mengamuk atau marah-marah, tentunya guru harus konsisten. 4. Jangan berargumentasi atau mencoba menjelaskan tindakan anda kepada anak pra sekolah yang sedang tantrum. Perilaku anak tantrum ini tidak akan mengertimendengar apa yang dikatakan oleh guru atau orang tua, bahkan mereka tidak akan menghentikan teriakannya meskipun guru menjelaskan apapun pada anak tersebut.

5. Jangan memberikan reward terhadap perilaku tantrum.