UPAYA MENGATASI KASUS ANAK YANG TANTRUM DENGAN METODE TIME OUT DI TAMAN KANAK-KANAK.
DAFTAR ISI
ABSTRAK………..... i
KATA PENGANTAR………..…..… ii
UCAPAN TERIMA KASIH………..…....iii
DAFTAR ISI………...v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………..……….…. 1
B. Pertanyaan Penelitan……….………..…….…... 4
C. Tujuan Penelitian……….………..….….... 4
D. Manfaat Penelitian……….………...….…. 5
E. Fokus Penelitian……….………....…. 6
BAB II METODE TIME OUT SEBAGAI UPAYA MENGATASIKASUS ANAKTANTRUM A. Konsep Tantrum………...7
B. Karakteristik Anak Tantrum………... 8
C. Cara mengatasi Anak Tantrum………... 10
D. Metode Time Out………... 14
1. Pengertian Metode Time Out.………..…... 14
2. Dasar Teori Metode Time Out.………..…... 15
3. Langkah-langkah Metode Time Out………...… 17
E. Kerangka Pemikiran………... 19
F. Hipotesis Penelitian………...20
BAB II METODOLOGI PENELITIAN A. Subjek Penelitian………..……...……...… 21 B. Metode dan Desain Penelitian………...…...…21
C. Definisi Operasional………...…21
D. Instrumen Penelitian………... 22
E. Teknik Pengumpulan Data………...…22
F. Pengolahan dan Analisis Data………...…24
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Langkah-langkah Penggunaan Metode Time Out………...……. 25
B. Perubahan Perilaku Afzal dan Fadhil………...……27
B.1 Kasus Afzal………...…31
B.2 Kasus Fadhil………... 34
B.3 Hasil Observasi Setelah Minggu Pertama………... 35
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Pelaksanaan Metode Time Out………...………..….... 40
D. Kendala yang Dihadapi Dalam Pelaksanaan Metode Time Out……...…40
(2)
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan………...… 42
B. Rekomendasi………...…… 43
DAFTAR PUSTAKA ………......………...…… 45
LAMPIRAN-LAMPIRAN………......………...….…47
RIWAYAT HIDUP
(3)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Orang tua adalah guru pertama bagi anak-anaknya. Peran mereka sangat penting dalam pembentukan sikap, keyakinan, nilai-nilai, dan tingkah laku anak. Sikap anak bermasyarakat (bersosialisasi) tergantung pada bagaimana cara orang tua mengajarkan tentang sosialisasi. Dalam perspektif psikologi orangtua yang mengasuh secara tidak konsisten bisa menyebabkan anak mengalami temper tantrum (Hurlock, 1991). Anak yang terlalu dimanjakan dan selalu mendapatkan apa yang diinginkan, bisa mengaiami tantrum ketika suatu kali permintaannya ditolak. Bagi anak yang terlalu dilindungi dan didominasi oleh orangtuanya, sekali waktu anak bisa jadi bereaksi menentang dominasi orang tua dengan perilaku tantrum. Keadaan lain yang juga meningkatkan frekuensi temper tantrum adalah sikap orang tua yang cenderung mengkritik dan terlalu cerewet.
Harrington (2010) menjelaskan bahwa tantrum merupakan hal yang kadang-kadang dihadapi oleh orang tua dan membuat ayah bunda menjadi stress. Tantrum sebenarnya adalah usaha anak untuk menunjukkan egonya (Sakti, 2011). Ledakan kemarahan yang terjadi secara tiba-tiba, tanpa terencana sering terjadi pada anak-anak usia 1-4 tahun (Harrington, 2010). Meski tidak menutup kemungkinan anak-anak yang lebih tua, bahkan orang dewasa pun pernah mengalami ledakan kemarahan ini. Dan pada dasarnya, marah-marah pada anak-anak usia 1-4 tahun adalah hal yang wajar terjadi bagi usia mereka. Ketika
(4)
mengalami tantrum, anak-anak cenderung melampiaskan segala bentuk kemarahannya. Baik itu menangis keras-keras, berteriak, menjerit-jerit, memukul, menggigit dan mencubit (Harrington, 2010). Normalnya, tantrum / marah-marah pada anak-anak hanya terjadi sekitar 30 detik sampai 2 menit saja (Harnowo, 2012). Tapi, jika berlanjut sampai pada tingkat yang membahayakan dirinya atau orang lain, maka ini orang tua harus mulai waspada.
Di TK PGRI Sukarame kabupaten Tasikmalaya terdapat 2 orang anak yang mengalami tantrum, yaitu Afzal Fazle Almuqtasyid dan Fadhil Abhipraya Pratama. Afzal menunjukkan gejala-gejala perilaku tantrum, seperti: menangis keras ketika keinginannya tidak terpenuhi, memukul-mukulkan tangan, menarik dan mendorong benda serta memukul benda. Fadhil menunjukkan gejala-gejala perilaku tantrum, seperti: melempar-lemparkan benda dan mendorong benda. Frekuensi terjadinya temper tantrum pada kedua anak tersebut berdeda-beda. Ada yang mengalaminya satu atau dua kali saja, namun adapula yang selalu menjadi tantrum bila satu saja keinginannya tak terkabul.
Untuk mengatasi hal tersebut metode yang dapat digunakan di TK tersebut adalah menenangkan emosi anak dengan menggunakan musik. Tetapi metode ini kurang efektif, maka metode time out dianggap metode yang tepat dalam mengatasi anak yang tantrum. Metode time out merupakan suatu cara menghilangkan situasi negatif pada anak dengan memberikan waktu kepadanya agar bisa berpikir lebih tenang mengenai apa yang telah dilakukannya (Handayani, 2011). Digunakannya metode time out karena tidak sulit, tidak perlu menggunakan teknologi canggih, dan berlaku klasikal. Metode time out
(5)
merupakan salah satu cara baik untuk mengatasi dorongan memukul dan mengendalikan emosi anak, agar ia melihat apa yang salah dan bagaimana memperbaikinya (Handayani, 2011). Melalui metode time out diasumsikan anak akan lebih bisa diatur serta perilaku agresif dapat berkurang dengan perlahan-lahan sehingga lama kelamaan akan hilang (Handayani, 2011).
Menurut Nurviani (2008), metode time out dilakukan dengan cara memasukkan anak dalam situasi dimana tidak ada orang yang mempedulikannya. Panjang waktu time out yang paling efektif adalah disesuaikan dengan usia anak (2 tahun selama 2 menit, 3 tahun selama 3 menit dan seterusnya) (Harrington, 2010). Cara ini bisa digunakan untuk mengendalikan perilaku-perilaku seperti marah yang meledak-ledak, menggigit, memukul atau melempar barang-barang (Hidayati, 2009).
Efektivitas metode time out telah diteliti oleh Powers (Hidayati, 2009) untuk menangani kebiasaan menggigit pada anak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa time out yang diterapkan di tempat penitipan anak menunjukkan penurunan frekuensi menggigit yaitu menjadi 6 kali minggu pertama, 4 kali minggu kedua, dan 0 kali pada minggu ketujuh. Selanjutnya saat time out diberlakukan di rumah, frekuensi menggigit mengalami penurunan secara drastis didukung dengan terlibatnya ibu dalam pelaksanaan metode tersebut. Setelah di follow up, kebiasaan menggigit hilang pada minggu ke 9 dan 10 (Power dalam Hidayati, 2009).
Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa time out merupakan salah satu alternatif efektif untuk mengurangi intensitas perilaku anak yang tidak diharapkan
(6)
(dalam kasus ini menggigit). Hal ini berarti time out dapat pula digunakan pada penanganan anak tantrum untuk meningkatkan perilaku yang positif dalam keseharian. Berdasarkan latar belakang di atas penulis mencoba untuk menerapkan metode time out pada anak yang mengalami tantrum di TK PGRI Sukarame pada tahun ajaran 2012/2013.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimanakah langkah-langkah penggunaan metode time out untuk mengatasi masalah anak tantrum di TK PGRI Sukarame?
2. Apakah time out dapat mengurangi frekuensi dan durasi tantrum anak (Afzal dan Fadhil) di TK PGRI Sukarame?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan metode time out untuk mengatasi masalah anak tantrum di TK PGRI Sukarame?
4. Apa saja kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan metode time out untuk mengatasi masalah anak tantrum di TK PGRI Sukarame?
C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara yang digunakan dalam mengatasi anak tantrum adalah metode time out. Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:
1. Memberikan gambaran mengenai langkah-langkah metode time out untuk mengatasi masalah anak tantrum di TK PGRI Sukarame.
2. Memberikan penjelasan mengenai efektivitas metode time out dalam upaya mengatasi perilaku tantrum anak (Afzal dan Fadhil) di TK PGRI Sukarame.
(7)
3. Mengkaji faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan metode time out untuk mengatasi masalah anak tantrum di TK PGRI Sukarame.
4. Mengkaji kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan metode time out untuk mengatasi masalah anak tantrum di TK PGRI Sukarame.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi semua pihak, yaitu:
a. Bagi siswa
Memberikan penanganan yang efektif atas masalah yang dihadapi anak sehingga dapat mengikuti proses KBM dengan kondusif.
b. Bagi guru
Membantu memudahkan dalam menemukan cara mengatasi masalah anak secara efektif, serta mampu mengembangkan kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran yang optimal.
c. Bagi sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi salah satu bahan masukan bagi usaha pengembangan mutu pendidikan di sekolah yang pada gilirannya akan meningkatkan kualitas pembelajaran di taman kanak-kanak.
d. Lembaga Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi titik tolak usaha penelitian-penelitian selanjutnya yang akan menyempurnakan penelitian ini dan penelitian di masa yang akan datang sesuai dengan perkembangan zaman.
(8)
E. Fokus Penelitian
Agar pemecahan masalah di atas lebih terfokus, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi dalam hal sebagai berikut:
a. Cara yang digunakan untuk mengatasi masalah anak tantrum di TK PGRI Sukarame adalah metode time out.
b. Penelitian yang digunakan adalah penelitian studi kasus di TK PGRI Sukarame Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya tahun pelajaran 2012/2013.
(9)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Penelitian dilaksanakan di TK PGRI Sukarame Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya tahun ajaran 2012/2013, yaitu : Afzal berusia 4 tahun dan Fadhil berusia 6 tahun. Sekolah ini beralamat di jalan Sukamenak Kecamatan Sukarame Kabupaten Tasikmalaya. Penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru yang lain.
B. Metode dan Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus dengan
pendekatan kualitatif. Menurut Saptiah (2008) “studi kasus merupakan metode untuk menghimpun dan menganalisis data berkenaan dengan suatu
kasus”. Sejalan dengan Arikunto (Saptiah, 2008) menjelaskan bahwa “studi kasus
adalah penelitian yang dilakukan secara intensif, rinci dan mendalam terhadap
suatu organisasi lembaga atau gejala tertentu”.
Data yang diambil dalam penelitian studi kasus ini yaitu jenis data kualitatif, dimana peneliti mendapatkan data-data dari pengamatan langsung mengenai pemberlakuan metode time out dalam upaya mengatasi kasus anak yang tantrum di taman kanak-kanak.
C. Definisi Operasional
Tantrum adalah tampilan kekerasan dan tidak terkendali dari amarah. Perilaku tantrum sendiri yang ditampilkan oleh anak biasa beragam, mulai dari merengek, menangis sampai berteria[Type a quote from the document or the summary of an interesting point. You can position the text box anywhere in the document. Use the Drawing Tools tab to change the formatting of the pull quote text box.]
(10)
1. k dan mulai dari memukul, menendang sampai menahan napas (Harrington, 2010).
2. Metode time out adalah suatu cara menghilangkan situasi negatif pada anak seperti tantrum dengan memberikan waktu kepadanya agar bisa berpikir lebih tenang mengenai apa yang telah dilakukannya dengan cara meminta anak untuk duduk di kursi time out yang sudah disediakan selama 4 menit untuk anak usia 4 tahun dan 6 menit untuk anak usia 6 tahun. Misalnya Afzal berusia 4 tahun mendapatkan 4 menit (Handayani, 2011).
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi. Observasi digunakan oleh peneliti yang bertindak sebagai observer selama melaksanakan proses pembelajaran.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri: a. Observasi
Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara. Menurut Patton (Poerwandari, 1998) tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian di lihat dari perpektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut.
Menurut Patton (Poerwandari, 1998) salah satu hal yang penting, namun sering dilupakan dalam observasi adalah mengamati hal yang tidak terjadi.
(11)
Dengan demikian Patton menyatakan bahwa hasil observasi menjadi data penting karena :
a. Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dalam hal yang diteliti akan atau terjadi.
b. Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada penemuan dari pada pembuktiaan dan mempertahankan pilihan untuk mendekati masalah secara induktif.
c. Observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh subjek penelitian sendiri kurang disadari.
d. Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka dalam wawancara.
e. Observasi memungkinkan peneliti merefleksikan dan bersikap introspektif terhadap penelitian yang dilakukan. Impresi dan perasan pengamatan akan menjadi bagian dari data yang pada giliranya dapat dimanfaatkan untuk memahami fenomena yang diteliti.
b. Catatan Frekuensi Pengertian frekuensi
Kata frekuensi berasal dari bahasa inggris = frequency, artinya : kekerapan, keseringan, jarang kerapnya. Frekuensi menunjukkan berapa kali suatu perilaku terjadi pada periode tertentu. Catatan frekuensi merupakan menunjukkan berapa kali perilaku tantrum anak terjadi dalam satu hari atau dalam satu minggu. c. Wawancara
(12)
Wawancara sebagai alat pengumpul data digunakan untuk mendapatkan informasi yang berkenaan dengan kegiatan, harapan dan keinginan dari individu atau responden. Caranya melalui pertanyaan-pertanyaan yang sengaja diajukan kepada responden oleh peneliti.
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terpimpin
atau tertutup. Menurut Riduwan (2004) bahwa “dalam wawancara ini, pertanyaan diajukan menurut daftar pertanyaan yang sudah disusun”.
Wawancara dilakukan secara langsung dengan orangtua anak yang tantrum.
F. Pengolahan dan Analisis Data
Data dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif dengan melihat reaksi anak dalam proses pelaksanaan time out, dan melihat perubahan perilaku anak dari hasil observasi dengan teknik catatan frekuensi. Proses analisis data tidak mengikuti langkah-langkah analisis data pada penelitian kualitatif.
(13)
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan studi kasus tentang “Upaya Mengatasi Kasus Anak Yang Tantrum Dengan Metode Time Out”, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Langkah-langkah pelaksanaan metode time out adalah : observasi awal tentang gejala-gejala perilaku tantrum anak dan pemberitahuan mekanisme time out pada kegiatan pembukaan setelah kegiatan berbaris dan berdo’a selesai, guru menyimpan sebuah kursi di sudut ruangan kosong lalu memberi penjelasan bahwa mekanisme time out akan diberlakukan jika ada anak yang menangis keras, memukul-mukulkan tangan, menarik, mendorong, melempar-lempar dan memecahkan barang sehingga mengganggu proses KBM.
2. Pemberlakuan metode time out dapat menurunkan frekuensi dan durasi perilaku tantrum pada kasus Afzal yaitu dari 5 kali selama kurang lebih 10 menit menjadi 3 kali selama kurang lebih 5 menit dan Fadhil yaitu dari 2 kali selama kurang lebih 15 menit menjadi 1 kali selama kurang lebih 3 menit (selama 1 minggu perlakuan time out).
3. Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan time out dalam mengatasi perilaku tantrum di TK PGRI Sukarame, yaitu :tidak sulit artinya hanya dengan meminta anak agar duduk di kursi; tidak memerlukan teknologi canggih, yaitu hanya dengan meletakkan sebuah kursi di ruangan kososng; berlaku klasikal artinya metode time out diberlakukan kepada semua anak yang melanggar aturan yang telah diberitahukan, anak mendapatkan waktu untuk
(14)
merenungkan kesalahan apa yang telah diperbuat dan bagaimana cara memperbaikinya serta dapat menurunkan tensi emosi anak.
4. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan time out, yaitu peneliti harus mensosialisasikan metode time out kepada kepala TK, guru dan orangtua karena metode ini baru diterapkan di TK PGRI Sukarame dan perlu kesabaran ketika membujuk anak yang sedang berperilaku tantrum agar mau duduk di kursi time out.
B. Rekomendasi 1. Lembaga TK
a. Lembaga diharapkan menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang dalam upaya mengatasi kasus anak yang tantrum dengan metode time out, yaitu menyediakan ruangan kosong dan sebuah kursi.
b. Lembaga diharapkan mengadakan kerjasama dengan orangtua, terutama orangtua anak yang memiliki anak tantrum agar memberikan dukungan dalam bentuk kesepakatan tertulis (surat izin orangtua) demi terlaksananya mekanisme metode time out.
2. Guru
a. Guru hendaknya memahami karakteristik dan gejala perilaku tantrum, sehingga dapat mencari cara atau metode yang tepat untuk mengatasinya. b. Guru hendaknya memahami teori dan langkah-langkah pelaksanaan metode
time out sebelum melaksanakannya.
c. Guruhendaknya memberikan penguatan positif (positive reinforcement) berupa : pujian dan hadiah ketika anak dapat berperilaku baik dan menyenangkan.
(15)
3. Peneliti berikutnya
Peneliti berikutnya dapat memodifikasi pelaksanaan metode time out, seperti diberlakukan di rumah dan di tempat umum karena metode time out tidak hanya berlaku di sekolah.
(16)
DAFTAR PUSTAKA
Dickmeyer. (2010).Parentingthe Young Children.New Jersey: INC. Djiwandono. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grafindo.
Ericsson, K. A.(1980). The development of elite performance and deliberate practice: An update from the perspective of the expert-performance approach.
Handayani, A.(2011).Time Out Bukan Hukuman (Serial mendidik Cinta dengan Cinta ).[Online].Tersedia:
http://www.facebook.com
Harnowo, P. A. (2012). Membedakan Rewel Biasa Pada Anak dan rewel Tidak Normal.[Online]. Tersedia:
http://health.detik.com./2012/08/30/membedakan-rewel-biasa-pada-anak-dan-rewel-tidak-normal.
Harrington, R. G.(2010).Temper Tantrum: Panduan bagi Orangtua. [Online]. Tersedia:
http://anakbayibalita.wordpress.com
Hidayati, R.(2009).Time Out : Alternatif Modivikasi Perilaku Dalam Penanganan Anak Adhd (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder). Skripsi. Surakarta: UMS
Hurlock.(1991).Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga
Margono. (2003).Metodelogi Penelitian Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Nurviani.(2008).TemperTantrum.[Online].Tersedia:
http://keluargasehat.wordpress.com
Nuryadi. (2009). Teori Belajar Kondisioning Operan B.F Skinner. Jurusan Matematika. Pasca Sarjana. Skripsi UNM. Tidak diterbitkan.
Poerwandari. (1998).Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi, Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi-Universitas Indonesia
Riduwan.(2004).Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta Sakti.(2011). Temper Tantrum.[Online]. Tersedia:
(17)
http://mutiara-insani.blogspot.com
Saptiah, S. (2008). Penerapan Metode De Bono Dalam Pembelajaran Bahasa di TK. Skripsi UPI. Bandung. Tidak Diterbitkan.
Susilawati. (2012). Penggunaan metode Time Out Dalam Mengurangi Perilaku Agresif anak Tuna Rungu:Studi Eksperimen Single Subject Research Terhadap anak Tuna Rungu yang Berperilaku Agresif di SLB Negeri CiCendo Bandung. Skripsi. Bandung:PLB UPI.
Woolfson, R. C.(2005). Mengapa Anakku Begitu? Panduan Praktis Menuju Pola Asuh Positif. Jakarta: Erlangga.
(1)
Wawancara sebagai alat pengumpul data digunakan untuk mendapatkan informasi yang berkenaan dengan kegiatan, harapan dan keinginan dari individu atau responden. Caranya melalui pertanyaan-pertanyaan yang sengaja diajukan kepada responden oleh peneliti.
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara terpimpin atau tertutup. Menurut Riduwan (2004) bahwa “dalam wawancara ini, pertanyaan diajukan menurut daftar pertanyaan yang sudah disusun”. Wawancara dilakukan secara langsung dengan orangtua anak yang tantrum.
F. Pengolahan dan Analisis Data
Data dalam penelitian ini dianalisis secara kualitatif dengan melihat reaksi anak dalam proses pelaksanaan time out, dan melihat perubahan perilaku anak dari hasil observasi dengan teknik catatan frekuensi. Proses analisis data tidak mengikuti langkah-langkah analisis data pada penelitian kualitatif.
(2)
42
BAB V
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Berdasarkan studi kasus tentang “Upaya Mengatasi Kasus Anak Yang Tantrum Dengan Metode Time Out”, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Langkah-langkah pelaksanaan metode time out adalah : observasi awal tentang gejala-gejala perilaku tantrum anak dan pemberitahuan mekanisme time out pada kegiatan pembukaan setelah kegiatan berbaris dan berdo’a selesai, guru menyimpan sebuah kursi di sudut ruangan kosong lalu memberi penjelasan bahwa mekanisme time out akan diberlakukan jika ada anak yang menangis keras, memukul-mukulkan tangan, menarik, mendorong, melempar-lempar dan memecahkan barang sehingga mengganggu proses KBM.
2. Pemberlakuan metode time out dapat menurunkan frekuensi dan durasi perilaku tantrum pada kasus Afzal yaitu dari 5 kali selama kurang lebih 10 menit menjadi 3 kali selama kurang lebih 5 menit dan Fadhil yaitu dari 2 kali selama kurang lebih 15 menit menjadi 1 kali selama kurang lebih 3 menit (selama 1 minggu perlakuan time out).
3. Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan time out dalam mengatasi perilaku tantrum di TK PGRI Sukarame, yaitu :tidak sulit artinya hanya dengan meminta anak agar duduk di kursi; tidak memerlukan teknologi canggih, yaitu hanya dengan meletakkan sebuah kursi di ruangan kososng; berlaku klasikal artinya metode time out diberlakukan kepada semua anak yang melanggar aturan yang telah diberitahukan, anak mendapatkan waktu untuk
(3)
merenungkan kesalahan apa yang telah diperbuat dan bagaimana cara memperbaikinya serta dapat menurunkan tensi emosi anak.
4. Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan time out, yaitu peneliti harus mensosialisasikan metode time out kepada kepala TK, guru dan orangtua karena metode ini baru diterapkan di TK PGRI Sukarame dan perlu kesabaran ketika membujuk anak yang sedang berperilaku tantrum agar mau duduk di kursi time out.
B. Rekomendasi 1. Lembaga TK
a. Lembaga diharapkan menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang dalam upaya mengatasi kasus anak yang tantrum dengan metode time out, yaitu menyediakan ruangan kosong dan sebuah kursi.
b. Lembaga diharapkan mengadakan kerjasama dengan orangtua, terutama orangtua anak yang memiliki anak tantrum agar memberikan dukungan dalam bentuk kesepakatan tertulis (surat izin orangtua) demi terlaksananya mekanisme metode time out.
2. Guru
a. Guru hendaknya memahami karakteristik dan gejala perilaku tantrum, sehingga dapat mencari cara atau metode yang tepat untuk mengatasinya. b. Guru hendaknya memahami teori dan langkah-langkah pelaksanaan metode
time out sebelum melaksanakannya.
c. Guruhendaknya memberikan penguatan positif (positive reinforcement) berupa : pujian dan hadiah ketika anak dapat berperilaku baik dan menyenangkan.
(4)
44
3. Peneliti berikutnya
Peneliti berikutnya dapat memodifikasi pelaksanaan metode time out, seperti diberlakukan di rumah dan di tempat umum karena metode time out tidak hanya berlaku di sekolah.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Dickmeyer. (2010).Parentingthe Young Children.New Jersey: INC. Djiwandono. (2006). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Grafindo.
Ericsson, K. A.(1980). The development of elite performance and deliberate practice: An update from the perspective of the expert-performance approach.
Handayani, A.(2011).Time Out Bukan Hukuman (Serial mendidik Cinta dengan Cinta ).[Online].Tersedia:
http://www.facebook.com
Harnowo, P. A. (2012). Membedakan Rewel Biasa Pada Anak dan rewel Tidak Normal.[Online]. Tersedia:
http://health.detik.com./2012/08/30/membedakan-rewel-biasa-pada-anak-dan-rewel-tidak-normal.
Harrington, R. G.(2010).Temper Tantrum: Panduan bagi Orangtua. [Online]. Tersedia:
http://anakbayibalita.wordpress.com
Hidayati, R.(2009).Time Out : Alternatif Modivikasi Perilaku Dalam Penanganan Anak Adhd (Attention Deficit/Hyperactivity Disorder). Skripsi. Surakarta: UMS
Hurlock.(1991).Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga
Margono. (2003).Metodelogi Penelitian Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Nurviani.(2008).TemperTantrum.[Online].Tersedia:
http://keluargasehat.wordpress.com
Nuryadi. (2009). Teori Belajar Kondisioning Operan B.F Skinner. Jurusan Matematika. Pasca Sarjana. Skripsi UNM. Tidak diterbitkan.
Poerwandari. (1998).Pendekatan Kualitatif Dalam Penelitian Psikologi, Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi-Universitas Indonesia
Riduwan.(2004).Metode dan Teknik Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta Sakti.(2011). Temper Tantrum.[Online]. Tersedia:
(6)
46
http://mutiara-insani.blogspot.com
Saptiah, S. (2008). Penerapan Metode De Bono Dalam Pembelajaran Bahasa di TK. Skripsi UPI. Bandung. Tidak Diterbitkan.
Susilawati. (2012). Penggunaan metode Time Out Dalam Mengurangi Perilaku Agresif anak Tuna Rungu:Studi Eksperimen Single Subject Research Terhadap anak Tuna Rungu yang Berperilaku Agresif di SLB Negeri CiCendo Bandung. Skripsi. Bandung:PLB UPI.
Woolfson, R. C.(2005). Mengapa Anakku Begitu? Panduan Praktis Menuju Pola Asuh Positif. Jakarta: Erlangga.