❏ Marini Nova Siska Naibaho ❏ Dardanila
Analisis Penggunaan Polisemi pada Harian Medan Bisnis Edisi Agustus 2007
4. Dalam tuturan lisan maupun tulisan yang salah, bentuk seperti kelapangan dapat
mengandung makna “sesuatu yang lapang“ dan “pergi ke lapangan“.
Polisemi, selain dapat berakibat negatif juga merupakan unsur positif. Disebut berakibat
negatif karena dapat menimbulkan kesalahan penerimaan informasi. Disebut positif karena
memperkaya kandungan makna suatu bentuk kebahasaan sehingga lebih jelas digunakan dalam
berbagai konteks yang berbeda. Oleh karena itu, pengguna bahasa harus menghapal, mengingat,
dan menguasai banyak kata. Untuk memudahkan beban ingatan pengguna bahasa, kata– kata
seharusnya: 1. Ditambah unsurnya, baik ditambah di sebelah
kiri atau ditambah di sebelah kanan, misalnya kata kemeja. Jika. ditambah di sebelah kiri
terdapat urutan kata tangan kemeja yang maknanya berbeda dengan makna kemeja.
Jika ditambah di sebelah kanan terdapat urutan kata kemeja biru yang maknanya
berbeda dengan makna kata kemeja.
2. Leksem diberi imbuhan, misalnya leksem datang menjadi berdatangan, didatangi,
mendatangi yang tentu saja maknanya tidak sama lagi dengan makna datang.
3. Penggunaannya diperluas, misalnya kata mengudara dapat digunakan di lingkungan
penerbangan dan di lingkungan siaran radio.
2.3 Jenis Kata Kata merupakan masalah yang sering dihadapi
oleh para linguis dalam linguistik. Para pengguna bahasa yang awam dengan mudah membentuk
kalimat-kalimat dengan kata dan dapat memisah- misahkan kalimat terhadap kata-kata. Begitu juga
terhadap orang pandai dapat menuliskan kalimat- kalimat dan dengan mudah memisahkan kata-kata
antar sesamanya dalam tulisan mereka.
Adapun ciri-ciri kata yang dikemukakan oleh beberapa ahli, seperti:
1. Bloomfield dalam Pateda 2001 : 134 menggunakan kebebasan berdiri sendiri di
dalam ujaran sebagai ciri kata. 2. Hockett dalam Pateda 2001 : 134
menggunakan jeda dan dapat diisolasi. 3. Reichling dalam Pateda 2001 : 134
menggunakan ciri-ciri sebagai momen bahasa, dapat dipisahkan, dapat dipindahkan, dan
dapat ditukar. 4. de Groot dalam Pateda, 2001 : 134
berpendapat ciri kata adalah berdiri sendiri dan bermakna.
Berdasarkan ciri-ciri yang telah disebutkan di atas, kata adalah satuan ujaran yang
berdiri sendiri dalam kalimat, dapat dipisahkan, dapat ditukar, dapat dipindahkan dan mempunyai
makna serta digunakan untuk berkomunikasi. Di dalam KBBI Depdikbud 1993 : 451
kata bermakna sebagai berikut: 1. Unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan
merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam
berbahasa. 2. Ujar, bicara.
3. Morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil
yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas.
4. Satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri, terjadi dari morfem tunggal atau gabungan
morfem. Adapun penggolongan kata yang
dikemukakan oleh beberapa ahli, sebagai berikut: Alwi dalam Bandana 2002: 78-79
membagi kelas kata ke dalam empat kelompok kata yaitu:
1. Verba kata kerja, yaitu kata yang berfungsi sebagai predikat dalam tataran klausa atau
kalimat. Misalnya: mandi, makan. 2. Nomina kata benda, yaitu kata yang
mengacu pada manusia, binatang, benda, konsep, atau pengertian. Misalnya: pedagang,
tikus, buku, dan komputer. 3. Adjektiva kata sifat, yaitu:
a. Kata yang dapat bergabung dengan partikel sekali, tidak, sangat seperti tidak
jahat. b. Kata yang dapat mendampingi nomina,
seperti: guru baik, anak malas. c. Kata yang dapat didampingi partikel
sekali, seperti: jelek sekali, hancur sekali. 4. Adverbia kata keterangan.
Berdasarkan ciri bentuk dan kelompok kata, Keraf dalam Ramlan 1985: 44-46
menggolongkan kata-kata menjadi empat golongan, yaitu:
1. Kata benda.
Berdasarkan bentuknya, semua kata yang mengandung morfem terikat atau imbuhan ke-an,
pe-an, pe-, -an, ke- merupakan calon kata benda. Misalnya: perumahan, perbuatan, kecantikan,
pelari, jembatan, kehendak, dan lain – lainnya. Berdasarkan kelompok kata, kata benda
mempunyai ciri dapat diperluas dengan yang + kata sifat. Jadi, yang disebut kata benda adalah
semua kata yang dapat diterangkan atau diperluas dengan yang + kata sifat. Kata ganti merupakan
sub golongan kata benda.
❏ Marini Nova Siska Naibaho ❏ Dardanila
Analisis Penggunaan Polisemi pada Harian Medan Bisnis Edisi Agustus 2007
2. Kata Kerja. Berdasarkan bentuknya, semua kata yang
mengandung imbuhan me-, ber-, -kan, -i, di- dicalonkan sebagai kata kerja. Berdasarkan
kelompok kata, semua jenis kata dapat diperluas dengan kelompok kata dengan + kata sifat
termasuk golongan kata kerja. Misalnya, kata berjalan, menyanyi, tidur, mendengar,
memperbaiki, dan sebagainya.
3. Kata Sifat. Berdasarkan bentuknya, semua kata dapat
menggunakan se + reduplikasi kata dasar + nya dicalonkan sebagai kata sifat, misalnya kata
setinggi –tingginya. Berdasarkan kelompok kata semua kata sifat dapat diterangkan oleh kata
paling, lebih, sekali. Kata bilangan merupakan sub golongan kata sifat.
4. Kata Tugas Berdasarkan bentuknya kata tugas sukar
sekali mengalami perubahan bentuk. Misalnya: kata dengan, telah, dan, tetapi. Ada juga yang
dapat mengalami perubahan bentuk, misalnya kata tidak, sudah.
Berdasarkan kelompok kata, kata tugas hanya mempunyai tugas untuk memperluas
transformasi kalimat. Kata tugas tidak dapat menduduki fungsi – fungsi pokok dalam sebuah
kalimat dan tidak dapat membentuk kalimat meskipun ada juga kata tugas yang dapat
membentuk kalimat. Misalnya: sudah, belum, tidak, bukan.
Berdasarkan empat kategori kata yang dikemukakan oleh Alwi dalam Bandana, 2002
dan Gorys Keraf dalam Ramlan 1985 : 44 – 46 peneliti menggunakan teori Alwi dan Gorys Keraf
berdasarkan kelas kata verba kata kerja, nomina kata benda, dan adjektiva kata sifat dalam
penelitian ini.
3. POLISEMI DALAM HARIAN