PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP KREATIVITAS ANAK USIA DINI DI LEMBAGA PAUD.
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DAN KECERDASAN
EMOSIONAL TERHADAP KREATIVITAS ANAK USIA DINI
DI LEMBAGA PAUD
TESIS
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Teknologi Pendidikan
Oleh :
JUNIKA HOTMAIDA SINAGA NIM 8146122022
PRODI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
(2)
(3)
(4)
(5)
i ABSTRAK
JUNIKA HOTMAIDA SINAGA. NIM 8146122022. Pengaruh Model Pembelajaran dan Kecerdasan Emosional terhadap Kreativitas Anak Usia Dini di Lembaga PAUD. Tesis Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) apakah terdapat perbedaan kreativitas anak usia dini yang diberikan stimulus pendidikan dengan model pembelajaran sinektik daripada yang diberikan stimulus pendidikan dengan model pembelajaran langsung; (2) apakah terdapat perbedaan kreativitas Anak Usia Dini yang memiliki kecerdasan emosional tinggi daripada Kreativitas Anak Usia Dini yang memiliki kecerdasan emosional rendah; dan (3) Apakah ada Interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan emosional terhadap kreativitas anak usia dini. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak usia dini di PAUD Kenanga Raya yang berjumlah 40 anak. Sampel dalam penelitian ini ditentukan secara acak dengan teknik cluster random sampling, dengan mengambil 20 anak usia 5-6 tahun. Metode penelitian menggunakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes kreativitas figural dan skala kecerdasan emosi anak usia dini. Analisis data yang digunakan adalah Anava Faktorial 2 x 2.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh: (1) kreativitas anak usia dini yang diberikan stimulus pendidikan model pembelajaran sinektik lebih tinggi daripada kreativitas anak usia dini yang diberikan stimulus pendidikan model pembelajaran langsung dengan Fhitung>Ftabel (20,6>1,74); (2) kreativitas anak usia dini yang
memiliki kecerdasan emosional tinggi lebih tinggi daripada kreativitas anak usia dini yang memiliki kecerdasan emosional rendah dengan Fhitung>Ftabel
(51,59>1,74); dan (3) terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan emosional terhadap kreativitas anak usia dini dengan Fhitung>Ftabel
(35,92>1,74).
Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan memberikan informasi bagi pengelola Lembaga PAUD dan tenaga pendidik PAUD untuk menggunakan model pembelajaran sinektik dalam meningkatkan kreativitas anak usia dini di Lembaga PAUD. Selain itu, perlu bagi tenaga pendidik memperhatikan kecerdasan emosional anak dalam proses pembelajaran.
(6)
ii ABSTRACT
JUNIKA HOTMAIDA SINAGA. NIM 8146122022. The effect of Instructional model and emotional quotient toward creativity of early children at early childhood education school.Thesis.Educational Technology Study Program of State University of Medan.
The aim of this research was to know: (1) Is there creativity different of early children between who had been given educational stimulus with sinektik learning model and with direct learning model; (2) Is there creativity different between children who has high emotional question and low emotional quetion; and (3) Is there interaction between learning model and emotional quotient toward early children creativity.
The amount of population of this research were 40 children from Kenanga Raya Early Childhood Education School. Sample of this research was 20 children decided randomly with cluster random sampling technique. This research used quasi experiment method and instrument used was figural creativity test and emotional quotient scale of early children. And all data were analyzed with Anava Factorial 2x2.
The findings of this research were: (1) there were differences of creativity between childrenwhom had been taught with sinektik learning model and direct learning model with Fcount>Ftable (20.6>1.74); (2) there were differences of creativity between children with high emotional quotient and children with low emotional quotient with Fcount>Ftable (51.59>1.74); and (3) there was interaction between learning model and emotional quotient toward the creativity of early children with Fcount>Ftable (35.92>1.74).
The result of this research hopefully contributed as information for administrator of early children education school and teachers of early childhood education program to use sinektik learning model to foster children’s creativity at early childhood education school. And therefore, teachers also need to observe children’s emotional quotient during learning processes.
(7)
(8)
DAFTAR TABEL
NO. Uraian Hal
2.1 Struktur Strategi Pertama: Menciptakan Sesuatu yang Baru ... 26 2.2. Strategi Kedua: Membuat Sesuatu yang Asing Menjadi Familiar ... 27 2.3 Fase-fase dalam model pembelajaran langsung ... 36 2.4. Perbedaan Model Pembelajaran Sinektik dan Pembelajaran
Langsung ... 39 3.1 Kisi-kisi Instrumen Kreativitas ... 58 3.2 Kisi-kisi Instrumen Kecerdasan Emosional Anak ... 59 4.1 Distribusi Frekuensi Data Kreativitas Anak Usia Dini yang diajarkan
dengan Model Pembelajaran Sinektik ... 68 4.2. Distribusi Frekuensi Data Kreativitas Anak Usia Dini yang
dibelajarkandengan Model Pembelajaran Langsung ... 70 4.3 Distribusi Frekuensi Data Kreativitas Anak Usia Dini dengan
Kecerdasan Emosional Tinggidenganmenggunakan Model Pembelajaran Langsung dan Model Pembelajaran Sinektik ... 71 4.4. Distribusi Frekuensi Data Kreativitas Anak Usia Dini dengan
Kecerdasan Emosional Rendah denganmenggunakan Model
Pembelajaran Langsung dan Model Pembelajaran Sinektik ... 73 4.5. Distribusi Frekuensi Kreativitas Anak Usia Dini yang dibelajarkan
dengan Menggunakan Model Pembelajaran Sinektik Berdasarkan
Kecerdasan Emosional Tinggi... 74 4.6. Distribusi Frekuensi Kreativitas Anak Usia Dini yang dibelajarkan
dengan Menggunakan Model Pembelajaran Sinektik Berdasarkan
Kecerdasan Emosional Rendah ... 76 4.7 Distribusi Frekuensi Kreativitas Anak Usia Dini yang dibelajarkan
dengan Menggunakan Model Pembelajaran Langsung Berdasarkan
Kecerdasan Emosional Tinggi... 77 4.8 Distribusi Frekuensi Kreativitas Anak Usia Dini yang dibelajarkan
dengan Menggunakan Model Pembelajaran Langsung Berdasarkan
Kecerdasan Emosional Rendah ... 79 4.9 Hasil Uji Normalitas Kreativitas Anak Usia Dini yang dibelajarkan
dengan Model Pembelajaran Sinektik dan Model Pembelajaran
Langsung ... 81 4.10 Hasil Uji Normalitas Data Kecerdasan Emosional ... 81 4.11 Hasil Uji Normalitas Kecerdasan Emosional Berdsarkan Interaksi
Model Pembelajaran dan Kreativitas Anak Usia Dini ... 82 4.12. Rangkuman Analisis Uji Homogenitas Kelompok Anak Usia Dini
yang dibelajarkan dengan Model Pembelajaran Sinektik dan
Model Pembelajaran Langsung ... 80 4.13. Rangkuman Analisis Uji Homogenitas Kelompok Anak Usia Dini
Dengan Kecerdasan Emosional Tinggi dan Kecerdasan Emosional
Rendah ... 81 4.14 Rangkuman Analisis Uji Homogenitas Kelompok Sampel Model
Pembelajaran dan Kecerdasan Emosional ... 81 4.15 Rangkuman Anava Faktorial 2x2 ... 82
(9)
vi
DAFTAR GAMBAR
NO. Uraian Hal
4.1. Histogram Kreativitas Anak Usia Dini yang diajarkan dengan Model Pembelajaran Sinektik ... 66 4.2 Histogram Kreativitas Anak Usia Dini yang diajarkan dengan Model
Pembelajaran Langsung ... 67 4.3. Histogram Kreativitas Anak Usia Dini dengan Kecerdasan Emosional
Tinggi denganmenggunakan Model Pembelajaran Langsung dan Model Pembelajaran Sinektik ... 69 4.4. Histogram Kreativitas Anak Usia Dini dengan Kecerdasan Emosional
Rendah yang Menggunakan Model Pembelajaran Langsung dan Model Pembelajaran Sinektik ... 70 4.5. Histogram Kreativitas Anak Usia Dini yang dibelajarkan dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Sinektik Berdasarkan Kecerdasan Emosional Tinggi ... 72 4.6. Histogram Kreativitas Anak Usia Dini yang dibelajarkan dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Sinektik Berdasarkan Kecerdasan Emosional Rendah ... 73 4.7. Histogram Kreativitas Anak Usia Dini Dibelajarkan dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Langsung Berdasarkan
Kecerdasan Emosional Tinggi... 75 4.8. Histogram Kreativitas Anak Usia Dini dibelajarkan dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Langsung Berdasarkan
(10)
viii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Uraian Hal
1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian Paud Kenanga Raya ... 110
2 Tes Kreativitas Figural ... 158
3 Tabel data induk penelitian Kreativitas Anak Usia Dini ... 159
4 Perhitungan Distribusi Frekuensi Dan Statistika Dasar ... 160
5 Distribusi Frekuensi Data Kreativitas Anak Usia Dini yang diberikanstimulasi pendidikandengan Model Pembelajaran Langsung ... 163
6 Tabel Perhitungan Distribusi Frekuensi Data Kreativitas Anak Usia Dini dengan Model Pembelajaran Sinektik ... 164
7 Tabel Distribusi Frekuensi Data Kreativitas Anak Usia Dini dengan Kecerdasan Emosional Tinggi yang menggunakan Model Pembelajaran Langsung dan Model Pembelajaran Sinektik ... 166
8 Tabel Perhitungan Distribusi Frekuensi Data Kreativitas Anak Usia Dini dengan Model Pembelajaran Sinektik ... 167
9 Distribusi Frekuensi Data Kreativitas Anak Usia Dini dengan Kecerdasan Emosional Rendah dengan menggunakan Model Pembelajaran Langsung dan Model Pembelajaran Sinektik ... 168
10 Tabel Perhitungan Distribusi Frekuensi Data Kreativitas Anak Usia Dini dengan Model Pembelajaran Sinektik ... 169
11 Distribusi Frekuensi Data Kreativitas Anak Usia Dini yang diberikan stimulasi pendidikan dengan Menggunakan Model Pembelajaran Sinektik BerdasarkanKecerdasan Emosional Tinggi ... 171
12 Tabel Perhitungan Distribusi Frekuensi Data Kreativitas Anak Usia Dini dengan Model Pembelajaran Sinektik ... 172
13 Menghitung Distribusi Frekuensi Data Kreativitas Anak Usia Dini yang diberikan stimulasi pendidikan dengan Menggunakan Model Pembelajaran Sinektik Berdasarkan Kecerdasan Emosional Rendah ... 173
14 Tabel Perhitungan Distribusi Frekuensi Data Kreativitas Anak Usia Dini dengan Model Pembelajaran Sinektik ... 174
15 Distribusi Frekuensi Data Kreativitas Anak Usia Dini yang diberikan stimulasi pendidikan dengan Menggunakan Model Pembelajaran Langsung Berdasarkan Kecerdasan Emosional Tinggi ... 176
16 Perhitungan Distribusi Frekuensi Data Kreativitas Anak Usia Dini Dengan Model Pembelajaran Sinektik ... 177
17 Distribusi Frekuensi Data Kreativitas Anak Usia Dini yang diberikan stimulasi pendidikan dengan Menggunakan Model Pembelajaran Langsung BerdasarkanKecerdasan Emosional Rendah ... 179
18 Perhitungan Distribusi Frekuensi Data Kreativitas Anak Usia Dini Dengan Model Pembelajaran Sinektik ... 180
(11)
ix
20 Uji Normalitas Kreativitas Anak Usia Dini yang Diajar dengan
Model Pembelajaran Sinektik dan Langsung ... 183
21 Uji Normalitas Data Kecerdasan Emosional Tinggi dan Rendah ... 184
22 Uji Normalitas Data Model Pembelajaran Sinektik dengan Kecerdasan Emosional Tinggi dan Rendah ... 185
23 Uji Normalitas Data Model Pembelajaran Langsung dengan Kecerdasan Emosional Tinggi dan Rendah... 186
24 Uji Homogenitas ... 186
25 Uji Hipotesis ... 189
26 Uji Lanjut Dengan Menggunakan Uji Scheffe ... 192
27 Dokumentasi Penelitian ... 195
28 Surat Keputusan Pembimbing Tesis ... 203
29 Undangan Seminar Proposal Tesis ... 204
30 Surat Keterangan Validasi Instrumen... 205
31 Izin Melakukan Penelitian BP-PAUD & Diknas Sumatera Utara ... 206
32 Izin Melakukan Penelitian PKBM Barokah PAUD Anisah ... 207
33 Surat Keterangan Telah Selesai Melakukan Penelitian BP-PAUD & Diknas Sumatera Utara ... 208
34 Surat Keterangan Penelitian PKBM Barokah PAUD Anisah ... 209
35 Undangan Ujian Tesis ... 210
(12)
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional PAUD- Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah kriteria tentang pengelolaan dan penyelenggaraan PAUD di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kriteria kemampuan yang dicapai anak pada seluruh aspek perkembangan dan pertumbuhan mencakup aspek nilai agama dan moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional, serta seni. Pendidikan Anak Usia Dini merupakan upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui diberikan rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Satuan atau program PAUD dilaksanakan pada suatu lembaga pendidikan dalam bentuk Taman Kanak-Kanak (TK)/Raudatul Athfal (RA)/Bustanul Athfal (BA), Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), dan Satuan PAUD Sejenis (SPS).
Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini telah menjadi perhatian Dunia Internasional. Dalam pertemuan Forum Pendidikan Dunia tahun 2000 di Dakar Senegal menghasilkan enam kesepakatan sebagai kerangka aksi pendidikan untuk semua dan salah satu butirnya adalah memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan anak usia dini, terutama bagi anak-anak yang sangat rawan dan kurang beruntung, Indonesia sebagai salah satu anggota forum tersebut
(13)
terikat untuk melaksanakan komitmen ini. Perhatian Dunia Internasional terhadap urgensi Pendidikan Anak UsiaDini diperkuat oleh berbagai penelitian terbaru tentang otak. Pada saat bayi dilahirkan ia sudah dibekali Tuhan dengan struktur otak yang lengkap, namun baru mencapai kematangannya setelah di luar kandungan. Bayi yang baru lahir memiliki lebih dari 100 milyar neuron dan sekitar satu trilyun sel glia yang berfungsi sebagai perekat serta synap (cabang-cabang neuron) yang akan membentuk bertrilyun-trilyun sambungan antar neuron yang jumlahnya melebihi kebutuhan. Synap ini akan bekerja sampai usia 5-6 tahun. Banyaknya jumlah sambungan tersebut mempengaruhi pembentukan kemampuan otak sepanjang hidupnya. Pertumbuhan jumlah jaringan otak dipengaruhi oleh pengalaman yang didapat anak pada awal-awal tahun kehidupannya, terutama pengalaman yang menyenangkan. Pada fase perkembangan ini akan memiliki potensi yang luar biasa dalam mengembangkan kemampuan berbahasa, matematika, keterampilan berpikir, dan pembentukan stabilitas emosional.
Anak pada usia dini memiliki kemampuan belajar luar biasa, khususnya pada masa awal kanak-kanak. Keinginan anak untuk belajar menjadikan anak aktif dan eksploratif. Anak belajar dengan seluruh panca inderanya untuk memahami sesuatu.Dalam waktu singkat, anak beralih ke hal lain untuk dipelajari. Lingkunganlah yang terkadang menjadi penghambat dalam pengembangan kemampuan belajar anak dan sering kali lingkungan mematikan keinginan anak untuk bereksplorasi. Era global didominasi kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang membutuhkan individu-individu kreatif dan produktif serta memiliki kemampuan daya saing yang tinggi dan tangguh. Daya saing yang tinggi
(14)
dan tangguh dapat terwujud jika anak dididik memiliki kreativitas, kemandirian, dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada berbagai bidang kehidupan di masyarakat. Sistem pendidikan saat ini hanya menonjolkan kemampuan akademik saja, seperti kemampuan membaca dan berhitung. Orang tua atau pendidik merasa bangga bila anak didiknya mampu membaca dan berhitung dengan lancar sehingga nilai moral dan emosi tak lagi penting. Tuntutan orang tua dan syarat untuk memasuki jenjang pendidikan dasar yang menghendaki anak pandai membaca dan berhitung membuat pendidik pada lembaga prasekolah, seperti taman kanak-kanak dan kelompok bermain, menggunakan metode pembelajaran yang statis sehingga membuat anak bosan. Akibatnya, otak kanan yang berfungsi sebagai pengembangan kreativitas anak tidak dapat berkembang secara optimal.
Permasalahan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya, model pembelajaran yang kurang menarik, pembelajaran yang hanya menitikberatkan pada membaca dan berhitung saja, dan kurangnya perhatian terhadap minat belajar anak sehingga anak kurang dapat memunculkan ide kreatifnya. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dikemukakan bahwa pengembangan kreativitas pada anak khususnya usia prasekolah sangat penting. Namun, usaha ke arah itu haruslah dengan cara menarik minat anak tersebut secara sukarela dan berangkat dari hatinya yang paling tulus dan dalam. Oleh karena itu, jalan yang sangat mudah adalah lewat kegiatan yang paling digemari dan menjadi kehidupan anak-anak saat itu, yaitu bermain. Pengembangan kreativitas lewat kegiatan bermain haruslah diarahkan untuk merangsang kemampuan anak agar dapat membuat kombinasi baru, menumbuhkan
(15)
kelancaran, fleksibilitas, dan orisinalitas sebagai kemampuan untuk memproduksi respon yang tidak biasa, serta merangsang matra berpikir, rasa, intuisi, dan mengindra pada anak. Kegiatan bermain yang bisa dilakukan untuk mengembangkan kreativitas anak antara lain seperti bermain peran, bercerita melalui buku cerita bergambar, menggambar, mendengarkan musik, dan lain-lain. Menggambar merupakan salah satu bentuk kegiatan berekspresi yang cukup popular bagi anak usia taman kanak-kanak. Menggambar bagi anak adalah media berekspresi dan berkomunikasi yang dapat menciptakan suasana aktif, asyik, dan menyenangkan. Sesuai dengan tujuan menggambar yaitu melatih mengutarakan pendapat dengan lancar, maka media yang akan digunakan oleh anak sebaiknya dipilih benda yang mudah dipakai untuk menuangkan ide dan gagasannya.
Namun, berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan pada beberapa pendidik di lembaga PAUD, Kelompok Bermain ataupun Taman Kanak-kanak menunjukkan bahwa pada umumnya kreativitas tidak lagi dianggap penting. Hal ini disebabkan oleh tuntutan dari orang tua serta syarat dalam memasuki jenjang pendidikan dasar (SD) yang mensyaratkan anak pandai membaca dan berhitung tanpa melihat kemampuan anak yang seharusnya. Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh beberapa orang tua peserta didik yang ada di lembaga PAUD yang menginginkan anaknyasudah dapat membaca, menulis dan berhitung setelah selesai belajar dari lembaga PAUD. Peneliti juga melakukan observasi awal pada anak-anak di empat lembaga PAUD Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak, kreativitas anak-anak masih rendah bila dibandingkan denganyang seharusnya. Anak kelompok usia 4-6 tahun yang pada umumnyasenang bertanyadan senang mencoba hal-hal baru,kenyataannya tidak seperti
(16)
itu.Anak-anak tersebut kurang berani bertanya dan takut menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pendidik. Anak juga takut ketika diajak untuk bermain sesuatu yang baru. Setiap membuat mainan atau mengerjakan sesuatu, anak selalu menunggu contohdari pendidik. Mereka mau mencontoh, tetapi tidak mau membuat sendiri hal yangberbeda.Apabila ditanya mengapa tidak mau membuat sendiri, mereka menjawabtidak bisa.
Pada saat observasi kegiatan menggambar, anak-anak terlihat tidak senang dan enggan untuk melakukan aktivitas menggambar. Hal inidisebabkan anak tidak mendapat kebebasan dalam menggambar dan harus menggambar dengan cara meniru contoh dari pendidik. Akibatnya, merekakurang mendapat kesempatan untuk mengembangkan kreativitas khususnya melalui coretan dalam bentuk gambar.Sebagian besar anak mengeluhkesulitan saat harus meniru persis contoh gambar dari pendidiknya tersebut. Memberi contohdalam melukis memang perlu.Namun, pada saat anak melakukan aktivitas menggambar di Kelompok Bermain dan Taman Kanak-Kanak, sebaiknya tidak ada instruksi khususyang diberikan oleh pendidikkepada anak untuk mengungkapkan ide ataupun gagasannya dalam bentuk gambar. Kebebasan dalam menggambar belum diterapkan karena anak harus mengikuti goresan maupun bentuk yang dicontohkan oleh pendidik. Anak masih selalu dibimbing dalam memilih warna, dengan caraanak secara bersama-sama disuruh memegang dan mengambil pastel sesuaidengan petunjuk dari pendidik, lalumewarnai sesuai perintah dan contoh. Apabilaanak menggambar atau mewarnai tidak sesuai/berbeda dengan contoh akanmendapat teguran dari pendidik. Anak menjadi takut salah dan takut mencoba ketika pendidik meminta anak untuk mengerjakan sesuatu yang baru
(17)
pada kegiatan selain menggambar. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat dikemukakan bahwa pengembangan kreativitas pada anak, khususnya usia dini sangat penting. Usaha kearah itu haruslah lewat jalan yang dapat menarik minat anak tersebut secara sukarela, yaitu berangkat dari hatinya yang paling dalam. Pembelajaran anak usia dini pada hakikatnya adalah pembelajaran yang berorientasi bermain (belajar sambil bermain dan bermain sambil belajar), pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan yang lebih banyak memberi kesempatan kepada anak untuk belajar dengan cara-cara yang tepat.
Ada banyak model pembelajaran yang dapat dikembangkan dan diterapkan di lembaga PAUD. Model-model pembelajaran tersebut biasanya disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori pengetahuan. Namun yang terpenting, dalam mengembangkan model pembelajaran bagi PAUD harus memperhatikan karakteristik anak dan kompetensi yang akan dicapai, interaksi dalam proses pembelajaran, alat/media, dan penilaian. Akan tetapi, berdasarkan sifat dan karakter anak usia dini, pembelajaran di lembaga PAUD bersifat tematik yang dilakukan secara integratif, artinya bahwa pembelajaran di PAUD tidak bisa dilakukan dengan metode tunggal. Itulah sebabnya model pembelajaran yang dikenalkan adalah yang bersifat paduan (integral) dengan model pembelajaran sinektik.
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran sinektik, perlu dilakukan pengaturan ruang agar suasana belajar menyenangkan. Pembelajaran bagi anak usia dini pada hakikatnya adalah permainan, bahwa bermain adalah belajar. Bermain adalah sebuah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan menimbulkan rasa senang dan puas bagi anak, bermain sebagai sarana bersosial,
(18)
mendapatkan kesempatan untuk bereksplorasi, mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan menemukan sarana pembelajaran yang menyenangkan, sekaligus sebagai wahana pengenalan diri dan lingkungan sekitar anak menjalani kehidupannya. Selain itu, terdapat juga model pembelajaran langsung. Model ini merupakan model yang paling awal digunakan di lembaga pendidikan prasekolah. Model pembelajaran ini menekankan pada penguasaan konsep dan/atau perubahan prilaku dengan mengutamakan pendekatan deduktif. Pendidik berperan sebagai penyampai informasi, informasi yang disampaikan dapat berupa pengetahuan prosedural atau pengetahuan deklaratif.
Berdasarkan latarbelakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran dan Kecerdasan Emosional terhadap Kreativitas Anak Usia Dini di Lembaga PAUD”.
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, dapat diidentifikasikan bahwa masalah-masalah yang esensial dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Model pembelajaran yang kurang menarik minat belajar anak sehingga kreativitas anak kurang mendapat perhatian. 2) Adanya harapan dari orang tua ketika anaknya masuk ke jenjang pendidikan prasekolah, sekolah tersebut mampu menyiapkan anak agar bisa membaca, menulis, dan berhitung. Akibatnya, banyak lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) yang mengorientasikan pendidikannya secara lebih akademik. 3) Kebebasan dalam menggambar juga belum diterapkan, anak selalu mengikuti goresan maupun bentuk yang dicontohkan oleh pendidik, anak masih selalu dibimbing dalam
(19)
memilih warna, dengan cara anak secara bersama-sama disuruh memegang dan mengambil pastel sesuai dengan petunjuk dari pendidik, lalu mewarnai sesuai perintah dan contoh hal ini membuat anak-anak tidak memiliki kebebasan dalam bereksplorasi.4) Masalah kreativitas dan kecerdasan merupakan hal yang sangat penting karena kedua aspek tersebut merupakan andalan dalam menghadapi kondisi dan situasi yang kian ketat dalam persaingan hidup di era globalisasi sekarang.
1.3Pembatasan Masalah
Mengingat berbagai keterbatasan peneliti, baik segi kemampuan akademik, biaya, tenaga maupun waktu, maka tidak mungkin semua variabel yang berpengaruh terhadap kreativitas anak usia dini tersebut untuk diteliti. Selain itu juga, dari hasil survei awal ditemukan bahwa permasalahan yang paling dominan adalah model pembelajaran yang digunakan oleh pendidik di lembaga PAUD dalam mengajar selama ini yang diduga kurang efektif. Berdasarkan keterbatasan dan permasalahan yang ditemukan, penelitian dibatasi pada permasalahan yang berkaitan dengan pengaruh model pembelajaran sinektik, langsung dan kecerdasan emosional terhadap kreativitas anak usia dini di Lembaga PAUD.
1.4Rumusan Masalah
1. Apakah kreativitas anak usia dini yang diajarkan dengan model pembelajaran sinektik lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang diajarkan dengan model pembelajaran langsung ?
(20)
2. Apakah anak usia dini yang memiliki kecerdasan emosional tinggi memiliki kreativitas lebih tinggi dibandingkan anak usia dini yang memiliki kecerdasan emosional rendah?
3. Apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan emosional terhadap kreativitas?
1.5Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Untuk mengetahui apakah kreativitas anak usia dini yang diajarkan dengan Model Pembelajaran Sinektik lebih tinggi dibandingkan dengan anak usia dini yang diajarakan dengan model pembelajaran langsung.
2. Untuk mengetahui apakah anak usia dini yang memiliki kecerdasan emosional tinggi memiliki kreativitas lebih tinggi dibandingkan anak usia dini yang memiliki kecerdasan emosional rendah.
3. Untuk mengetahui apakah ada interaksi antara model pembelajaran dengan kecerdasan emosional dalam meningkatkan kreativitas.
1.6Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan pada umumnya dan pada lembaga pendidikan prasekolah secara khusus di lembaga-lembaga PAUD. Secara teoritis, diharapkan hasil penelitian ini :
1. Dapat melengkapi dan memperkaya referensi serta khasanah ilmu pengetahuan bagi peneliti berikutnya.
(21)
2. Referensi bagi yang ingin mengkaji lebih terperinci tentang model pembelajaran dan kecerdasan emosional dalam meningkatkan kreativitas anak usia dini.
Manfaat penelitian secara praktis :
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran yang positif bagi lembaga PAUD serta memberikan manfaat sebagai salah satu bagian dalam usaha peningkatan proses pembelajaran.
2. Sebagai salah satu pertimbangan bagi pendidik PAUD untuk menentukan model pembelajaran yang efektif dan efisien yang disesuaikan dengan kecerdasan emosional anak usia dini dalam peningkatan kreativitas.
3. Meningkatan kompetensi pendidik PAUD dalam upaya menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien dengan hasil belajar yang optimal.
(22)
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 1.1.Simpulan
Simpulan-simpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1. Ada perbedaan kreativitas Anak Usia Dini yang dibelajarkan dengan
model pembelajaran Sinektik dengan rata-rata kreativitas Anak Usia Dini yang lebih tinggi dari pada rata-rata kreativitas Anak Usia Dini yang dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung.
2. Ada perbedaan kreativitas Anak Usia Dini yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dengan rata-rata kreativitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata kreativitas Anak Usia Dini yang memiliki kecerdasan emosional rendah.
3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kecerdasan emosional Anak Usia Dini. Untuk Anak Usia Dini yang memiliki kecerdasan emosional tinggi akan lebih efektif dalam meningkatkan kreativitas Anak Usia Dini dengan menggunakan model pembelajaran Sinektik, sedangkan untuk Anak Usia Dini yang memiliki kecerdasan emosional rendah, model pembelajaran langsung lebih efektif dalam meningkatkan kreativitas Anak Usia Dini.
1.2.Implikasi
Pertama, hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh model pembelajaran terhadap kreativitas. Hal ini dapat dimaklumi karena melalui penerapan model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan partisipasi aktif Anak Usia Dini dalam pembelajaran yang dapat menggiring
(23)
keberhasilan dan ketercapaian tujuan pembelajaran itu sendiri. Dengan demikian konsekuensinya apabila model pembelajaran yang kurang tepat dalam pembelajaran tentu akan berakibat kurangnya partisipasi aktif Anak Usia Dini dalam pembelajaran.
Melalui penelitian ini menunjukkan bahwa secara rata-rata kreativitas Anak Usia Dini lebih tinggi dengan menggunakan model pembelajaran Sinektik dari pada dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran Sinektik lebih efektif untuk meningkatkan kreativitas Anak Usia Dini karena dalam pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran Sinektik Anak Usia Dini cenderung lebih aktif untuk mempelajari ilmu yang diperoleh dengan mendiskusikan secara bersama-sama utnuk mencapai tujuan pembelajaran.
Konsekuensi dari pengaruh penerapan model pembelajaran terhadap kreativitas Anak Usia Dini berimplikasi kepada guru untuk melaksanakan model pembelajaran Sinektik. Dengan menggunakan model pembelajaran Sinektik diharapkan guru dapat membangkitkan dan memotivasi keterlibatan dan partisipasi aktif Anak Usia Dini terhadap kreativitas Anak Usia Dini dan dapat menciptakan suasana belajar yang interaktif dan efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Kedua, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh terhadap kreativitas Anak Usia Dini. Anak Usia Dini dengan memiliki kecerdasan emosional tinggi memiliki rata-rata kreativitas Anak Usia Dini lebih tinggi dibandingkan dengan kecerdasan emosional rendah. Pernyataan tersebut memberikan penjelasan dan penegasan bahwa
(24)
kecerdasan emosional signifikan memberikan pengaruh dalam meningkatkan kreativitas Anak Usia Dini.
Anak Usia Dini dengan kecerdasan emosional tinggi akan lebih dapat menerima materi ajar dibandingkan dengan kecerdasan emosional rendah karena Anak Usia Dini yang memiliki kecerdasan emosional tinggi dapat memanfaatkan kesempatan yang ada, bertindak cepat, optimis, agresif, cepat, serta membutuhkan lingkungan kerja yang beraneka ragam dan berorientasi pada tindakan. Sedangkan Anak Usia Dini memiliki kecerdasan emosional rendah yaitu pendiam, pemalu, yang relatif terpisah dari orang lain dan secara emosional menarik diri.
Konsekuensi logis dari pengaruh kecerdasan emosional terhadap kreativitas berimplikasi kepada guru untuk melakukan identifikasi dan prediksi dalam menentukan minat belajar yang dimiliki Anak Usia Dini. Apabila kecerdasan emosional Anak Usia Dini dapat dikelompokkan maka guru dapat menerapkan rencana-rencana pembelajaran dan model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan karakteristik Anak Usia Dini. Di samping itu guru juga dapat melakukan tindakan-tindakan lain misalnya untuk Anak Usia Dini dengan kecerdasan emosional tinggi diberikan materi pengayaan dan soal-soal yang latihan dengan tingkat kesukaran yang lebih tinggi sedangkan Anak Usia Dini dengan tipe kecerdasan emosional rendah diberikan materi-materi remedial yang bertujuan memberikan pemahaman dan penguasaan kepada Anak Usia Dini terhadap materi pelajaran. Dengan demikian Anak Usia Dini diharapkan mampu membangun dan menemukan sendiri pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhakn dalam menyelesaikan
(25)
persoalan belajar untuk memperoleh hasil kreativitas Anak Usia Dini yang lebih baik. Di samping itu Anak Usia Dini diharapkan mampu untuk meningkatkan retensinya dengn cara menemukan materi-materi penting bukan karena diberitahukan guru.
Implikasi dari perbedaan karakteristik Anak Usia Dini dari aspek kecerdasan emosional adalah memberikan pemahaman kepada guru dalam memilih model pembelajaran harus mempertimbangkan kecerdasan emosional Anak Usia Dini. Dengan adanya kecerdasan emosional dalam diri Anak Usia Dini akan berperan terhadap reaksi positif atau negative yang aka dilakukannya dalam merespon suatu ide, gagasan atau situasi tertentu dalam pembelajaran yang berlangsung. Oleh karena itu model pembelajaran yang diterapkan guru akan efektif atau tidak tentunya tergantung dari karakteristik Anak Usia Dini.
Perbedaan kecerdasan emosional juga berimplikasi kepada guru di dalam memberikan motivasi, membangkitkan kreativitas dan motivasi belajar Anak Usia Dini. Bagi Anak Usia Dini dengan kecerdasan emosional tinggi, hal tersebut tidaklah menjadi sebuah kesulitan bagi guru dalam motivasi, membangkitkan kreativitas dan motivasi bealajar Anak Usia Dini, tetapi bagi Anak Usia Dini dengan minat belajar rendah maka guru perlu memberikan perhatian yang lebih dan kontiniu di dalam memberikan motivasi, membangkitkan kreativitas dan motivasi belajar Anak Usia Dini. Dapat dimaklumi bahwa pemberian motivasi, membangkitkan kreativitas dan motivasi belajar Anak Usia Dini akan efektif apabila hubungan antara guru dengan Anak Usia Dini, Anak Usia Dini dengan Anak Usia Dini tercipta dan
(26)
terjalin secara kondusif sebelumnya. Secara khusus bagi Anak Usia Dini-Anak Usia Dini yang mengalami kesulitan belajar maka guru dapat bekerjasama dengan guru bimbingan dan konseling untuk menanganinya.
Ketiga, hasil penelitian juga menunjukkan terdapat interaksi model pembelajaran dan kecerdasan emosional terhadap kreativitas Anak Usia Dini. Interaksi tersebut terindikasi dari Anak Usia Dini dengan kecerdasan emosional tinggi dan dibelajarkan dengan model pembelajaran Sinektik memperoleh kreativitas Anak Usia Dini lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran langsung. Sedangkan Anak Usia Dini dengan kecerdasan emosional rendah yag dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung lebih rendah dibandingkan yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Sinektik. Dengan demikian dapat dipahami bahwa model pembelajaran Sinektik lebih tepat digunakan bagi Anak Usia Dini yang memiliki kecerdasan emosional tinggi, sedangkan model pembelajaran langsung lebih tepat digunakan bagi Anak Usia Dini dengan kecerdasan emosional rendah.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa untuk meningkatkan hasil kreativitas Anak Usia Dini dipengaruhi oleh model pembelajaran yang diterapkan oleh guru dan kecerdasan emosional yang dimiliki Anak Usia Dini. Dalam hal ini antara guru dan Anak Usia Dini mempunyai peranan yang sama dan berarti dalam meningkatkan kreativitas Anak Usia Dini itu sendiri, sehingga dengan demikian untuk mencapai kreativitas Anak Usia Dini yang maksimal maka kedua variabel tersebut yaitu model pembelajaran dan kecerdasan emosional perlu menjadi perhatian secara bersama-sama.
(27)
Interaksi model pembelajaran dan kecerdasan emosional berimplikasi kepada guru dan Anak Usia Dini. Untuk guru, agar dapat memahami dan tentunya melaksanakan dengan baik penerapan model pembelajaran Sinektik dalam pembelajaran di kelas karena melalui penelitian ini terbukti efektif untuk meningkatkan kecerdasan emosional. Sedangkan untuk Anak Usia Dini agar selalu berupaya meingkatkan kecerdasan emosional dan yang terpenting adalah mendisiplinkan diri untuk komit dan konsisten dalam belajar.
1.3.Saran
Dari hasil temuan-temuan penelitian sebelumnya maka dapatlah disampaikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Kepada guru PAUD disarankan untuk menggunakan model pembelajaran Sinektik sebagai model pembelajaran alternatif dalam pembelajaran Ekonomi. Model pembelajaran kooperatif Sinektik telah mampu meningkatkan kreativitas Anak Usia Dini menjadi lebih tinggi.
2. Kepada guru sebagai perancang pembelajaran memperhatikan karakteristik siwa dalam merancang pembelajaran sehingga dengan demikian guru menetapkan pilihan model pembelajaran yang lebih sesuai untuk dilaksanakan, bagi Anak Usia Dini dengan minat belajar tinggi disarankan untuk menggunakan model pembelajaran Sinektik, sedangkan Anak Usia Dini dengan kecerdasan emosional rendah disarankan menggunakan model pembelajaran langsung.
3. Peneliti yang akan melakukan penelitian di bidang yang sejenis hendaknya memperhatikan keterbatasan-keterbatasan yang ada dalam penelitian ini agar
(28)
hasil yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan seperti melakukan control terhadap variabel bebas di luar variabel yang akan diteliti sehingga dapat menghindari ancaman validitas internal dan validitas eksternal.
4. Untuk kesempurnaan ini, disarankan kepada peneliti untuk mengadakan penelitian lanjutan dengan melibatkan variable moderator lain, seperti IQ, gaya berpikir, pengetahuan variable dan lain-lain, sehingga dapat meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap Ekonomi.
(29)
DAFTAR PUSTAKA
Al-Tabany, T.I.B. (2011). Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik.Jakarta : Prenada Media Group.
Arends, R. (2009). Learning To Teach. 9thed. New York : McGrow-Hill. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Bandura, A. (1977). Social Learning Theory. Englewood Cilffs, NJ:Prentice-Hall.
Depdiknas (2003). Undang-Undang Republik Indonesia No. 20
TentangSistemPendidikan Nasional, Jakarta : CV.Madya Duta
Depdiknas (2009). Permendiknas No.58 tahun 2009 tentang
StandarPendidikanAnakUsia Dini.
Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Acuan Menu Pembelajaran pada PendidikanAnak Usia Dini (Menu Pembelajaran Generik). Jakarta: Direktorat PADU.
Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Acuan Menu Pembelajaran pada Kelompok Bermain. Jakarta: Direktorat PADU.
Fathurrohman, M. (2015). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA.
Goleman, D. (2004) Kecerdasan Emosional: Mengapa EI lebih penting dari IQ. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Joyce, B. Weil, M. Calhoun, E. (2009) Models of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kurnia, Selia. 2015. ”Pengaruh Kegiatan Painting Dan Keterampilan Motorik Halus Terhadap Kreativitas Anak Usia Dini Dalam Seni Lukis”. Jurnal Pendidikan Usia Dini Volume 9 Edisi 2, November 2015. Jakarta : Program Studi PAUD Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta.
Montolalu (2009). Bermain dan Permainan Anak. Jakarta: UniversitasTerbuka. Munandar Utami. (1999). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:
Rineka Cipta.
(30)
Patmonodewo, S. (2003). Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: RinekaCipta. Rahman, H.S,. 2005. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta:
PGTKI Press
Rusman. (2012). Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Safaria, T. (2005). Creativity Quotient. Jogjakarta: Platinum.
Santoso, S. (2002). Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Citra Pendidikan. Sarwono, S.W. (2004). Kecerdasan Emosi. http://sarlito.blogspot.com.
Shapiro E. Lawrence. (1997). How to raise a child with a high EQ.Penerjemah:Alex Tri Kantjono. Jakarta: Gramedia.
Sudjiarto. (2003). Membangun Kecerdasan Emosi. Buletin PADU. Jakarta: Direktorat PADU.
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta.
Sukmadinata, N.S. (2007). Bimbingan dan Koseling dalam Praktek MengembangkanPotensi dan Kepribadian Anak. Bandung: Maestro.
Sunarto dan Hartono, B.A. (2002). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: RinekaCipta.
Supriadi, D. (2005). Membangun Bangsa Melalui Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
Suryabrata, S. (2003). Metodologi Peneltian. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Wahyu, Dynna. 2013. ”Pengaruh Bermain Plastisin Terhadap Kreativitas Anak
Usia 5-6 Tahun ditinjau dari Bermain Secara Individu dan Kelompok”. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Volume 2 Nomor 03, Desember 2013. Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya.
Nugraha, Ali & Yeni Radimawati. (2009). Metode Pengembagnan Sosial Emosional. Jakarta : Penerbit Universitas Terbuka
Kasdu, Dim. Anak Cerdas. (2004). Jakarta : Puspaswara
Goleman, Daniel. (2005). Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Goleman, Daniel. (2004). Kecerdasan Emosional Mengapa El lebih Peting daripada IQ. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
(31)
Alistrong, Thomas. (2002). Seven Kinds of Smart Menemukan dan Meningkatkan Kecerdasan Anda Berdasarkan Teori Multiple Intelligence Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Nugraha, Ali & Neny Ratnawati. (2003). Kiat Merangsang Kecerdasan Anak. Jakarta : Puspa Swara
Shapiro, Lawrence E. (2003). Mengajarkan Emotional Intelligence pada Anak. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Mulyadi, Seto. (2004). Bermain dan Kreativitas Upaya Mengembangkan Kreativitas Anak Melalui Kegiatan Bermain. Jakarta : Penerbit Papas Sinar Sinanti.
(1)
terjalin secara kondusif sebelumnya. Secara khusus bagi Anak Usia Dini-Anak Usia Dini yang mengalami kesulitan belajar maka guru dapat bekerjasama dengan guru bimbingan dan konseling untuk menanganinya.
Ketiga, hasil penelitian juga menunjukkan terdapat interaksi model pembelajaran dan kecerdasan emosional terhadap kreativitas Anak Usia Dini. Interaksi tersebut terindikasi dari Anak Usia Dini dengan kecerdasan emosional tinggi dan dibelajarkan dengan model pembelajaran Sinektik memperoleh kreativitas Anak Usia Dini lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran langsung. Sedangkan Anak Usia Dini dengan kecerdasan emosional rendah yag dibelajarkan dengan model pembelajaran langsung lebih rendah dibandingkan yang dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Sinektik. Dengan demikian dapat dipahami bahwa model pembelajaran Sinektik lebih tepat digunakan bagi Anak Usia Dini yang memiliki kecerdasan emosional tinggi, sedangkan model pembelajaran langsung lebih tepat digunakan bagi Anak Usia Dini dengan kecerdasan emosional rendah.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa untuk meningkatkan hasil kreativitas Anak Usia Dini dipengaruhi oleh model pembelajaran yang diterapkan oleh guru dan kecerdasan emosional yang dimiliki Anak Usia Dini. Dalam hal ini antara guru dan Anak Usia Dini mempunyai peranan yang sama dan berarti dalam meningkatkan kreativitas Anak Usia Dini itu sendiri, sehingga dengan demikian untuk mencapai kreativitas Anak Usia Dini yang maksimal maka kedua variabel tersebut yaitu model pembelajaran dan kecerdasan emosional perlu menjadi perhatian secara bersama-sama.
(2)
Interaksi model pembelajaran dan kecerdasan emosional berimplikasi kepada guru dan Anak Usia Dini. Untuk guru, agar dapat memahami dan tentunya melaksanakan dengan baik penerapan model pembelajaran Sinektik dalam pembelajaran di kelas karena melalui penelitian ini terbukti efektif untuk meningkatkan kecerdasan emosional. Sedangkan untuk Anak Usia Dini agar selalu berupaya meingkatkan kecerdasan emosional dan yang terpenting adalah mendisiplinkan diri untuk komit dan konsisten dalam belajar.
1.3.Saran
Dari hasil temuan-temuan penelitian sebelumnya maka dapatlah disampaikan beberapa saran sebagai berikut:
1. Kepada guru PAUD disarankan untuk menggunakan model pembelajaran Sinektik sebagai model pembelajaran alternatif dalam pembelajaran Ekonomi. Model pembelajaran kooperatif Sinektik telah mampu meningkatkan kreativitas Anak Usia Dini menjadi lebih tinggi.
2. Kepada guru sebagai perancang pembelajaran memperhatikan karakteristik siwa dalam merancang pembelajaran sehingga dengan demikian guru menetapkan pilihan model pembelajaran yang lebih sesuai untuk dilaksanakan, bagi Anak Usia Dini dengan minat belajar tinggi disarankan untuk menggunakan model pembelajaran Sinektik, sedangkan Anak Usia Dini dengan kecerdasan emosional rendah disarankan menggunakan model pembelajaran langsung.
3. Peneliti yang akan melakukan penelitian di bidang yang sejenis hendaknya memperhatikan keterbatasan-keterbatasan yang ada dalam penelitian ini agar
(3)
hasil yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan seperti melakukan control terhadap variabel bebas di luar variabel yang akan diteliti sehingga dapat menghindari ancaman validitas internal dan validitas eksternal.
4. Untuk kesempurnaan ini, disarankan kepada peneliti untuk mengadakan penelitian lanjutan dengan melibatkan variable moderator lain, seperti IQ, gaya berpikir, pengetahuan variable dan lain-lain, sehingga dapat meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap Ekonomi.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Al-Tabany, T.I.B. (2011). Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik.Jakarta : Prenada Media Group.
Arends, R. (2009). Learning To Teach. 9thed. New York : McGrow-Hill. Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Bandura, A. (1977). Social Learning Theory. Englewood Cilffs, NJ:Prentice-Hall.
Depdiknas (2003). Undang-Undang Republik Indonesia No. 20
TentangSistemPendidikan Nasional, Jakarta : CV.Madya Duta
Depdiknas (2009). Permendiknas No.58 tahun 2009 tentang
StandarPendidikanAnakUsia Dini.
Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Acuan Menu Pembelajaran pada PendidikanAnak Usia Dini (Menu Pembelajaran Generik). Jakarta: Direktorat PADU.
Departemen Pendidikan Nasional. (2002). Acuan Menu Pembelajaran pada Kelompok Bermain. Jakarta: Direktorat PADU.
Fathurrohman, M. (2015). Model-Model Pembelajaran Inovatif. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA.
Goleman, D. (2004) Kecerdasan Emosional: Mengapa EI lebih penting dari IQ. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Joyce, B. Weil, M. Calhoun, E. (2009) Models of Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kurnia, Selia. 2015. ”Pengaruh Kegiatan Painting Dan Keterampilan Motorik
Halus Terhadap Kreativitas Anak Usia Dini Dalam Seni Lukis”. Jurnal Pendidikan Usia Dini Volume 9 Edisi 2, November 2015. Jakarta : Program Studi PAUD Pendidikan Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta.
Montolalu (2009). Bermain dan Permainan Anak. Jakarta: UniversitasTerbuka. Munandar Utami. (1999). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:
Rineka Cipta.
(5)
Patmonodewo, S. (2003). Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: RinekaCipta. Rahman, H.S,. 2005. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta:
PGTKI Press
Rusman. (2012). Model-Model Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Safaria, T. (2005). Creativity Quotient. Jogjakarta: Platinum.
Santoso, S. (2002). Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Citra Pendidikan. Sarwono, S.W. (2004). Kecerdasan Emosi. http://sarlito.blogspot.com.
Shapiro E. Lawrence. (1997). How to raise a child with a high EQ.Penerjemah:Alex Tri Kantjono. Jakarta: Gramedia.
Sudjiarto. (2003). Membangun Kecerdasan Emosi. Buletin PADU. Jakarta: Direktorat PADU.
Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta.
Sukmadinata, N.S. (2007). Bimbingan dan Koseling dalam Praktek MengembangkanPotensi dan Kepribadian Anak. Bandung: Maestro.
Sunarto dan Hartono, B.A. (2002). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: RinekaCipta.
Supriadi, D. (2005). Membangun Bangsa Melalui Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
Suryabrata, S. (2003). Metodologi Peneltian. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Wahyu, Dynna. 2013. ”Pengaruh Bermain Plastisin Terhadap Kreativitas Anak
Usia 5-6 Tahun ditinjau dari Bermain Secara Individu dan Kelompok”. Jurnal Psikologi Pendidikan dan Perkembangan Volume 2 Nomor 03, Desember 2013. Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya.
Nugraha, Ali & Yeni Radimawati. (2009). Metode Pengembagnan Sosial Emosional. Jakarta : Penerbit Universitas Terbuka
Kasdu, Dim. Anak Cerdas. (2004). Jakarta : Puspaswara
Goleman, Daniel. (2005). Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Goleman, Daniel. (2004). Kecerdasan Emosional Mengapa El lebih Peting daripada IQ. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
(6)
Alistrong, Thomas. (2002). Seven Kinds of Smart Menemukan dan Meningkatkan Kecerdasan Anda Berdasarkan Teori Multiple Intelligence Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Nugraha, Ali & Neny Ratnawati. (2003). Kiat Merangsang Kecerdasan Anak. Jakarta : Puspa Swara
Shapiro, Lawrence E. (2003). Mengajarkan Emotional Intelligence pada Anak. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Mulyadi, Seto. (2004). Bermain dan Kreativitas Upaya Mengembangkan Kreativitas Anak Melalui Kegiatan Bermain. Jakarta : Penerbit Papas Sinar Sinanti.