Analisis Efisiensi Pemakaian Pupuk Bersubsidi Terhadap Produktivitas Padi Sawah di Desa Wonosari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang

(1)

ANALISIS EFISIENSI PEMAKAIAN PUPUK BERSUBSIDI

TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI SAWAH

(Oriza sativa L.

) ( Studi Kasus : Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli

Serdang)

SKRIPSI

OLEH:

VERALINA BINTANG 080304050

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

ANALISIS EFISIENSI PEMAKAIAN PUPUK BERSUBSIDI

TERHADAP PRODUKTIVITAS PADI SAWAH (

Oriza sativa L.

) ( Studi Kasus : Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten

Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH:

VERALINA BINTANG 080304050

AGRIBISNIS

Diajukan Kepada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Guna Memperoleh

Derajat Sarjana Pertanian

Disetujui Oleh,

Ketua Komisi Pembimbing, Anggota Komisi Pembimbing,

(H M Mozart B. Darus, M.Sc) (Ir. Diana Chalil, M.Si.PhD) NIP: 1962 1095 1987 031005 NIP: 1967 0303 1998 022001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

RIWAYAT HIDUP

Veralina Bintang, lahir di Sidikalang, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 18 Oktober 1990. Anak keempat dari empat bersaudara dari Ayahanda Alm. R. Bintang dan Ibunda D. Samosir.

Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1996 masuk Sekolah Dasar Bersubsidi HKBP Sidikalang dan tamat tahun 2002.

2. Tahun 2002 masuk Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Sidikalang dan tamat tahun 2005.

3. Tahun 2005 masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Sidikalang dan tamat tahun 2008.

4. Tahun 2008 masuk Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur UMB.

5. Bulan Juli-Agustus 2012 mengikuti PKL di Desa Silo Baru, Kecamatan Silau Laut, Kabupaten Asahan.

6. Bulan September 2012 melakukan penelitian skripsi di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

Selama masa perkuliahan, penulis aktif mengikuti berbagai organisasi kemahasiswaan antara lain, organisasi Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) dan UKM KMK USU Unit Pelayanan Fakultas Pertanian.


(4)

RINGKASAN

VERALINA BINTANG (080304050), dengan judul skripsi Analisis Efisiensi Pemakaian Pupuk Bersubsidi Terhadap Produktivitas Padi Sawah di Desa Wonosari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak H.M.Mozart D Barus, MSc. dan Ibu Ir. Diana Chalil, M.Si, PhD.

Pemakaian pupuk pupuk memiliki peran sangat penting didalam peningkatan produktivitas dan produksi komoditas pertanian. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana efisiensi input (harga) dan efisiensi teknik pemakaian pupuk bersubsidi, mengetahui bagaimana perkembangan distribusi pupuk bersubsidi, bagaimana perkembangan produksi dan produktivitas padi sawah dan berapa besar persentase biaya pupuk bersubsidi terhadap total biaya produksi. Metode penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposive yaitu desa Wonosari dengan kelompok tani terbanyak. Metode penentuan sampel ditentukan secara purposive dengan kriteria berlahan luas >0,5 Ha dan berlahan sempit ≤ 0,5 Ha. Metode analisis data adalah dengan menggunakan analisis regresi terhadap faktor-faktor produksi dengan menggunakan software SPSS 16.

Hasil penelitian menunujukkan bahwa efisiensi penggunaan input usahatani padi sawah di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang pada satu musim tanam terakhir menunjukkan bahwa input pupuk Urea bersubsidi, pupuk ZA bersubsidi, pupuk NPK bersubsidi, pupuk SP-36 bersubsidi tidak efisien baik secara teknis maupun alokatif, dilihat dari segi harga, pupuk yang dibeli oleh petani jauh berbeda dari HET yang sudah ditetapkan pemerintah untuk tahun 2012 khususnya untuk pupuk Urea, SP-36, NPK bersubsidi, sementara untuk pupuk ZA dan Organik sudah sesuai dengan HET yang ditetapkan Pemerintah. Produksi dan produktivitas padai sawah di Kabupaten Deli Serdang dapat dikatakan masih belum optimal, dimana produktivitas padi sawah pada kisaran 5,23 ton/Ha dibandingkan dengan varietas Ciherang yang dapat mencapai 8,5 ton/Ha dengan produktivitas rata- rata 6 ton per Ha. Besar share biaya pupuk terhadap total biaya produksi adalah 13,42%, dengan luas lahan rata-rata 0,77 Ha dan pendapatan rata-rata Rp 15.047.000/ 6 bulan atau Rp 2,507,833/bulan.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, dengan judul “Analisis Efisiensi Pemakaian Pupuk Bersubsidi Terhadap Produktivitas Padi Sawah“. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efisiensi pemakaian pupuk terhadap produktivitas padi sawah.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

• Bapak H.M. Mozart B. Darus, M.Sc selaku ketua komisi Pembimbing dan Ibu Ir. Diana Chalil, M.Si, PhD sebagai anggota komisi pembimbing, yang telah memberikan arahan, bimbingan dan juga motivasi bagi penulis dalam pengerjaan skripsi ini.

• Ibu Dr.Ir. Salmiah MS selaku Ketua Ibu Dr. Ir. Salmiah M.S,selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU dan Sekretaris Program Studi Agribisnis yaitu Dr. Ir. Satia Negara Lubis M.Ec, selaku yang telah memberi kemudahan baik dalam perkuliahan maupun kegiatan kampus.

• Seluruh dosen yang telah memberikan pembekalan ilmu pengetahuan selama proses perkuliahan

• Staf pegawai Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU yang telah memberikan kemudahan dalam administrasi kampus, dan

• Seluruh petani responden yang telah membantu penulis dalam memperoleh data selama pelaksanaan penelitian.


(6)

Dengan sukacita dan rasa sayang penulis menyampaikan rasa terima kasih secara khusus kepada orang tua penulis yaitu Alm. R. Bintang dan D. Samosir yang telah memberikan motivasi, kasih sayang, dukungan materi maupun doa dan juga didikan kepada penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada saudara penulis yang telah memotivasi dan mendukung penulis selama ini yaitu Junihar Bintang, Robin D. Bintang dan Dinen J. Bintang, S.Hut.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman teman di Fakultas Pertanian khususnya Agribisnis’08 yang telah banyak membantu selama pengerjaan dan penyelesaian skripsi ini. Secara khusus penulis berterimakasih kepada Romauli Lumban Toruan, SP, dan juga sahabat Matatias Grace ( Wanda, Frandi, Liska dan Selfia) untuk dukungan doa, kritik saran kepada penulis. Terimakasih untuk teman-teman Silo Grace, Missio Dei dan Koordinasi UKM KMK USU UP FP untuk dukungan doa dan pertumbuhan rohani penulis dan teman-teman seperjuangan Ririn, Betharia, Monika, Dewi, Roima, Manro, Tere, Maria, Martin dan Steffi dalam mengerjakan skripsi.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan sehingga diperlukan saran untuk perbaikan agar menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi pemikiran bagi semua pihak yang berkepentingan.

Medan, Januari 2013 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

RINGKASAN ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah ... 5

Tujuan Penelitian ... 5

Kegunaan Penelitian ... 6

TINJAUAN PUSTAKA,LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka ... 7

Landasan Teori ... 10

Kerangka Pemikiran... 14

Hipotesis Penelitian ... 17

METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 18

Metode Penentuan Sampel ... 21

Metode Pengumpulan Data ... 21

Metode Analisis Data ... 22

Definisi dan Batasan Operasional ... 27

Definisi ... 27

Batasan Operasional... 27

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PETANI SAMPEL Luas dan Letak Geografis ... 29

Sejarah Desa ... 29

Keadaan Penduduk ... 30

Sarana dan Prasarana ... 32

Organisasi Sosial Kemasyarakatan ... 33

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Petani Responden... 34


(8)

Pengolahan Lahan ... 35

Penanaman... 36

Perawatan ... 36

Panen ... 38

Perkembangan Distribusi Pupuk Bersubsidi di Kabupaten Deli Serdang ... 39

Efisiensi Pemakaian Pupuk Bersubsidi di Desa Wonosari ... 40

Perkembangan Produksi dan Produktivitas Padi sawah di Kabupaten Deli Serdang ... 49

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 52

Saran ... 53 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Judul Hal.

1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah Indonesia 1 2. Realisasi Penyaluran Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian TA.2011 4 3. Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Padi

Sawah Menurut Kabupaten/ Kota Tahun 2010 18 4. Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Padi Sawah

Menurut Kecamatan Tahun 2011 19

5. Banyaknya Kelompok Tani, Luas Areal Beririgasi dan Tadah

Hujan di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2010 20 6. Distribusi Penduduk menurut umur di desa Wonosari Kecamatan

Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang 30

7. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di Desa

Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang 31 8. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal di Desa

Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang 31 9. Sarana dann Prasarana di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung

Morawa Kabupaten Deli Serdang 32

10. Organisasi Sosial Kemasyarakatan di Desa Wonosari

Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang 33 11. Karakteristik Petani Sampel di Desa Wonosari 2012 34 12. Perbandingan Harga Beli Rata-Rata Petani dengan HET 2012 39 13. Uji Multikolinieritas dengan Menggunakan Statistik Kolinieritas 40

14. Hasil Analisis Efisiensi Harga 48


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal

1 Kurva Total Produksi, Produksi Rata-Rata dan

Produksi Marginal 13

2 Skema Kerangka Pemikiran 16

3 Scatterplot Hasil Uji Heteroskedastisitas 42

4 Grafik Normal P-Plot 43

5 Perkembangan Produksi di Kabupaten Deli Serdang

dari tahun 2005-2011 (Ton) 49

5 Perkembangan Produktivitas di Kabupaten Deli Serdang dari tahun 2005-2011dalam Kwintal/Ha (2 MT/tahun) 50


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul 1 Karakteristik Petani Padi Sawah Di Desa Wonosari Kecamatan

TanjungMorawa Kabupaten Deli Serdang

2 Banyaknya Kelompok Tani, Luas Areal Beririgasi dan Tadah Hujan di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2010

3 Banyaknya Rumah Tangga Pemilik Pertanian Tanaman Pangan di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2010

4 Jumlah Bibit,Harga Bibit dan Total Harga Bibit Usahatani Padi Sawah di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang 5 Penggunaan Pupuk danBiaya PupukUsahatani Padi Sawah di Desa

Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

6 Penggunaan Pestisida pada Usahatani Padi Sawah di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

7 Total Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Padi Sawah di desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

8 Total Biaya Tenaga Kerja Usahatani Padi Sawah di Desa Wonosari

9 Frekuensi Pemupukan dan Penggunaan Pestisida Pada Usahatani Padi Sawah

10 Produksi, Produktivitas dan Penerimaan Padi Sawah Di Desa Wonosari 11 Total Penggunaan Input Produksi pada Usahatani Padi sawah di Desa

Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang 12 Biaya Penyusutan Usahatani Padi Sawah

13 Biaya Produksi Usahatani Padi Sawah

14 Besar Kontribusi Biaya Input Produksi terhadap Total Biaya 15 Total Penerimaan, Total Biaya dan Pendapatan Petani 16 Hasil Olahan Data SPSS

17 Nilai Efisiensi Harga (Allocative Efficiency) Usahatani Padi Sawah di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang


(12)

RINGKASAN

VERALINA BINTANG (080304050), dengan judul skripsi Analisis Efisiensi Pemakaian Pupuk Bersubsidi Terhadap Produktivitas Padi Sawah di Desa Wonosari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak H.M.Mozart D Barus, MSc. dan Ibu Ir. Diana Chalil, M.Si, PhD.

Pemakaian pupuk pupuk memiliki peran sangat penting didalam peningkatan produktivitas dan produksi komoditas pertanian. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana efisiensi input (harga) dan efisiensi teknik pemakaian pupuk bersubsidi, mengetahui bagaimana perkembangan distribusi pupuk bersubsidi, bagaimana perkembangan produksi dan produktivitas padi sawah dan berapa besar persentase biaya pupuk bersubsidi terhadap total biaya produksi. Metode penentuan daerah penelitian ditentukan secara purposive yaitu desa Wonosari dengan kelompok tani terbanyak. Metode penentuan sampel ditentukan secara purposive dengan kriteria berlahan luas >0,5 Ha dan berlahan sempit ≤ 0,5 Ha. Metode analisis data adalah dengan menggunakan analisis regresi terhadap faktor-faktor produksi dengan menggunakan software SPSS 16.

Hasil penelitian menunujukkan bahwa efisiensi penggunaan input usahatani padi sawah di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang pada satu musim tanam terakhir menunjukkan bahwa input pupuk Urea bersubsidi, pupuk ZA bersubsidi, pupuk NPK bersubsidi, pupuk SP-36 bersubsidi tidak efisien baik secara teknis maupun alokatif, dilihat dari segi harga, pupuk yang dibeli oleh petani jauh berbeda dari HET yang sudah ditetapkan pemerintah untuk tahun 2012 khususnya untuk pupuk Urea, SP-36, NPK bersubsidi, sementara untuk pupuk ZA dan Organik sudah sesuai dengan HET yang ditetapkan Pemerintah. Produksi dan produktivitas padai sawah di Kabupaten Deli Serdang dapat dikatakan masih belum optimal, dimana produktivitas padi sawah pada kisaran 5,23 ton/Ha dibandingkan dengan varietas Ciherang yang dapat mencapai 8,5 ton/Ha dengan produktivitas rata- rata 6 ton per Ha. Besar share biaya pupuk terhadap total biaya produksi adalah 13,42%, dengan luas lahan rata-rata 0,77 Ha dan pendapatan rata-rata Rp 15.047.000/ 6 bulan atau Rp 2,507,833/bulan.


(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang mayoritas penduduknya memiliki sumber mata pencaharian dari sektor pertanian. Hingga saat ini dan beberapa tahun mendatang, beras tetap menjadi sumber utama gizi dan energi bagi lebih dari 90% penduduk Indonesia. Dengan tingkat konsumsi rata-rata 141 kg/kapita/tahun, untuk mencapai kemandirian pangan hingga tahun 2005 dibutuhkan 34 juta ton beras atau setara dengan 54 juta ton GKG/tahun. Walaupun program diversifikasi pangan sudah sejak lama dicanangkan, namun belum terlihat indikasi penurunan konsumsi beras, bahkan cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk (Deptan, 2004).

Ketahanan pangan pokok beras akan tetap menjadi isu utama dalam perekonomian nasional, mengingat posisi strategis komoditas beras dalam kebiasaan makan masyarakat Indonesia. Memasuki abad 21 ketahanan pokok beras mempunyai prospek yang baik setelah mengkaji dengan seksama arah perkembangan kemampuan produksi domestic dan dinamika permintaan atas komoditas ini (Suryana, 2003).

Penyediaan pangan, terutama beras, dalam jumlah yang cukup dan harga terjangkau tetap menjadi prioritas utama pembangunan nasional. Selain merupakan makanan pokok untuk lebih dari 95% rakyat Indonesia, padi juga telah menyediakan lapangan kerja bagi sekitar 20 juta rumah tangga petani di pedesaaan ( Deptan, 2007).


(14)

Pada tahun 2008 hingga tahun 2010, menurut data BPS 2012 terjadi peningkatan luas panen dan juga produksi serta produktivitas padi sawah di Indonesia. Sementara untuk tahun 2011, terjadi penurunan baik luas panen, produksi maupun produktivitas.Secara umum produktivitas padi sawah maupun luas panen dan produksinya dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah Indonesia Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Ku/Ha)

2007 12 147 637 57 157 435 47,05

2008 12 327 425 60 325 925 48,94

2009 12 883 576 64 398 890 49,99

2010 13 253 450 66 469 394 50,15

2011 13 201 316 65 740 946 49,80

Sumber: Badan Pusat Statistik Nasional tahun 2012

Pemupukan memberikan kontribusi yang sangat berarti dalam keberhasilan produksi pertanian, khususnya tanaman pangan. Di beberapa tempat, tanaman pangan seringkali tidak mampu berproduksi dengan baik tanpa adanya pemupukan. Dengan pemupukan yang tepat, produksinya dapat dilipatgandakan (Osman, 1996).

Pupuk telah menjadi kebutuhan pokok bagi petani dalam produksi gabahnya. Tetapi penggunaan pupuk memerlukan biaya dan biaya tersebut merupakan beban bagi petani dalam proses produksi. Karena itu pada satu sisi pemerintah bermaksud membantu beban biaya pupuk petani dan mendorong peningkatan produksi gabah mereka. Sementara pada sisi lain pemerintah menganggap pupuk memiliki peran sangat penting didalam peningkatan produktivitas dan produksi komoditas pertanian untuk mewujudkan Program Ketahanan Pangan Nasional. Dengan demikian pemerintah merasa perlu mensubsidi pupuk (Kementerian Pertanian, 2011).


(15)

Pengaturan tentang kebutuhan dan HET pupuk bersubsidi 2009/2010 dilandasi oleh Peraturan Menteri Pertanian (Pennentan) dan Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) yaitu Permentan Nomor 05/2009 dan Permendag Nomor 07/MDAG/ PER/2/2009 tentang pengadaan dan penyaluran pupuk bersubsidi untuk sektor pertanian. Yang dimaksud dengan pupuk bersubsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya ditataniagakan dengan HET yang ditetapkan di tingkat penyalur resmi Lini 4. Jenis pupuk yang disubsidi adalah adalah Urea, Natrium Phospat Kaliun (NPK) Super Phospat-36 (SP-36), Zwaversur Amoniak (ZA), dan pupuk Organik di dalam negeri. Kebutuhan masing-masing jenis pupuk di tiap provinsi dirinci berdasarkan kebutuhan sub sektor yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, hijauan pakan ternak (peternakan) dan perikanan. Kebutuhan masing – masing subsektor dirinci menurut bulan dari Januari sampai dengan Desember (Kementerian Pertanian, 2011).

Penetapan alokasi pupuk bersubsidi untuk masing-masing provinsi pada umumnya di bawah kebutuhan teknis yang diusulkan daerah karena terbatasnya pagu anggaran subsidi, sehingga dengan jumlah pupuk bersubsidi yang terbatas tersebut, diharapkan agar tetap dapat dimanfaatkan secara optimal dengan memperhatikan azas prioritas, baik prioritas terhadap daerah yang dinilai sebagai sentra produksi, prioritas terhadap jenis komoditas yang akan diunggulkan oleh daerah (Kementerian Pertanian, 2011).


(16)

Adapun realisasi penyaluran pupuk bersubsidi untuk sector pertanian pada tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2. Realisasi Penyaluran Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian TA.2011 No. Jenis Pupuk

Alokasi Kebutuhan

Pupuk Bersubsidi (Ton) Realisasi (Ton)

Persentase (%)

1 Urea 236.000,00 195.701,30 83,00

2 SP-36 44.000,00 43.113,00 98,00

3 ZA 54.800,00 51.280,20 94,00

4 NPK 150.500,00 120.077,35 80,00

5 Organik 56.140,00 20.131,50 36,00

Sumber: Kementerian Pertanian,2011

Kebijakan tentang pupuk terutama untuk tanaman padi pada dasarnya dirumuskan atas dasar supply dan demand, sehingga implementasi di lapangan akan terjadi keseimbangan antara ketersediaan stok dan kebutuhan bagi petani, dasar yang dipakai adalah dosis penggunaan dari Permentan Peraturan Menteri Pertanian Nomor 49/Permentan/OT.140/4/2007. Namun ada kecenderungan dosis penggunaan pupuk urea mengalami peningkatan, salah satu penyebabnya karena pupuk urea disubsidi, harganya relatif murah, hal ini akan mempengaruhi trend permintaan (Kementerian Pertanian, 2010).

Kelebihan dosis penggunaan pupuk dapat menimbulkan rendahnya efektivitas dan efisiensi biaya input produksi dan kerusakan lingkungan, akibatnya kenaikan produktivitas akan semakin menurun sehingga pendapatan petani dalam berusahatani padi kurang maksimal. Selain itu, penggunaan pupuk yang melebihi dosis yang direkomendasi oleh pemerintah akan mengakibatkan ketidakseimbangan unsur hara dan juga kelangkaan pupuk di kemudian hari.

Pada 2010, pemerintah melalui Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor: 32/2010 menaikan harga pupuk sebesar 30 persen. Selanjutnya, di akhir 2011 harga pupuk naik lagi sebesar 12 persen sesuai Permentan Nomor


(17)

87/Permentan/SR.130/12/2011 tanggal 9 Desember 2011.Berdasarkan aturan tersebut, harga pupuk urea subsidi naik dari Rp 1.600 per kg menjadi Rp 1.800/kg,

sedangkan organik bersubsidi naik dari Rp 500 menjadi Rp 700 per kg ( Kompas, 2012).

Dengan berbagai pertimbangan diatas, yaitu setelah pemerintah menaikkan harga pupuk bersubsidi penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian untuk menganalisis efisiensi pemakaian pupuk bersubsidi di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dirumuskan permasalahan utama dalam bentuk pertanyaan penelitian (research question) sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan distribusi pupuk bersubsidi di Kabupaten Deli

Serdang?

2. Bagaimana efisiensi input (harga) dan efisiensi teknik pemakaian pupuk bersubsidi di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang?

3. Bagaimana perkembangan produksi dan produktivitas padi sawah di Kabupaten Deli Serdang?

4. Berapa besar kontribusi biaya pupuk bersubsidi terhadap total biaya produksi? Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui perkembangan distribusi pupuk bersubsidi di Kabupaten Deli Serdang.


(18)

2. Untuk menganalisis efisiensi input (harga) dan efisiensi teknik pemakaian pupuk bersubsidi di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang.

3. Untuk mengetahui perkembangan produksi dan produktivitas padi sawah di Kabupaten Deli Serdang.

4. Untuk mengetahui besar persentase biaya pupuk bersubsidi terhadap total biaya produksi.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan informasi dan pertimbangan mengenai produksi padi sawah di daerah penelitian.

2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lain yang berhubungan dengan penelitian ini.


(19)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Padi merupakan tanaman semi aquatic yang cocok ditanam di lahan tergenang. Meskipun demikian, padi juga baik ditanam di lahan tanpa genangan asal kebutuhan airnya dicukupi. Oleh karena itu baik di Indonesia dan di negara lain padi ditanam di dua jenis lahan utama, yaitu lahan sawah dan lading (lahan kering). Di Indonesia, padi ditanam di dua musim yang berbeda, yaitu musim hujan dan musim kemarau (Suparyono, 1993).

Untuk pertumbuhan optimal, tanaman memerlukan hara atau zat makanan yang memadai di dalam tanah. Secara alami hara tersebut terpenuhi dari serasah dedaunan dan bermacam organisme lain yang mengalami proses penguraian yang akhirnya menjadi makanan bagi tanaman. Namun untuk memacu pertumbuhannya, tanaman perlu diberi tamabahan zat makanan yang kemudian dikenal sebagai pupuk (Kementerian Pertanian, 2011).

Pada prinsipnya pemupukan adalah penyeimbangan ketersediaan unsur-unsur hara di dalam tanah yang diperlukan oleh tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh, berkembang, dan berproduksi dengan baik. Pengertian menyeimbangkan dalam hal ini adalah menambahkan hara ke dalam tanah atau mengembalikan hara-hara yang hilang karena beberapa hal sebagai berikut:

1. Tanah mengalami pencucian akibat perkolasi terbawa aliiran permukaan.


(20)

2. Unsur hara yang menguap (menjadi bbentuk gas) oleh mineral-mineral liat dalam tanah.

3. Saat panen banyak hara yang terangkut keluar dari tanah (Osman, 1996).

Mula-mula pupuk yang digunakan untuk memacu pertumbuhan tanaman budi daya cukup dengan pupuk kandang atau kompos. Namun karena pupuk kandang dan kompos dinilai kurang memuaskan akhirnya ditemukan pupuk buatan (pupuk kimia) yang mangandung hara lengkap, baik makro maupun mikro. Pupuk kimia tersebut memiliki kemampuan ajaib untuk memacu pertumbuhan tanaman budi daya (Andoko, 2008).

Pemupukan berimbang yang didasari oleh konsep “ pengelolaan hara spesifik lokasi” (PHSL) adalah salah satu koonsep penetapan rekomendasi pemupukan. Dalam hal ini, pupuk diberikan untuk mencapai tingkat kesediaan hara esensial yang seimbang di dalam tanah dan optimum guna: (a) meningkatkan produktivitas dan mutu tanaman, (b) meningkatkan efisiensi pemupukan, (c) meningkatkan kesuburan tanah, dan (d) menghindari pencemaran lingkungan (Deptan, 2007). Hasil penelitian Rika Meiliza (2006) di Kelurahan Paluh Kemiri, Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang menunjukkan bahwa efisiensi teknis penggunaan pupuk Urea, SP-36, ZA, NPK, Phonska terhadap produksi pada lahan luas lebih besar dari pada lahan sempit.

Terkait masalah kelangkaan pupuk, utamanya urea, ada beberapa faktor penyebabnya. Pertama, kekurangan alokasi pupuk bersubsidi. Kedua, pemakaian dalam satu bulan di suatu kabupaten melebihi SK Gubernur. Hal ini bisa terjadi


(21)

karena dosis pupuk yang dipakai petani per hektare lebih tinggi dari yang diperhitungkan dalam SK Gubernur (250 kg/ha) (Suara Merdeka, 2008).

Hasil pengamatan selama periode 2005- Mei 2006 di provinsi lokasi penelitian yaitu Sulawesi Selatan, Jawa Timur dan Sumatera Utara ditemukan bahwa HET pupuk adalah tidak efektif, yang diindikasikan dengan harga beli pupuk oleh petani di kios pengecer resmi 5,3- 23,8 persen diatas HET. Hasil simulasi menunjukkan bahwa kenaikan HET pupuk tanpa dibarengi dengan kenaikan HPP gabah akan menurunkan keuntungan usahatani padi (Deptan, 2006).

Selain masalah harga diatas HET, tindakan pemalsuan pupuk yang telah berlangsung berkali-kali selama ini telah banyak merugikan masyarakat dan pemerintah. Sebagai contoh terungkapnya pemalsuan 70 ton pupuk urea yang dilakukan oknum dari Kabupaten Serdang Bedagai. Pemalsuan pupuk dan pemalsuan merek PUSRI Palembang yang dilakukan oleh oknum tersebut perlu mendapat perhatian yang serius dari pemerintah, agar kejadian serupa tidak terulang kembali.Beberapa jenis pupuk yang sering dipalsukan antara lain adalah pupuk urea, NPK, TSP dan KCl. Untuk mengantisipasi masih beredarnya pupuk palsu dari keempat jenis di atas perlu kiranya diteliti ulang apakah masih ada pupuk-pupuk palsu yang beredar di pasaran (Balitbang, 2005).

Landasan Teori

Secara sempit ilmu pertanian dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari tentang bercocok tanam. Tetapi arti yang terkandung dalam ilmu pertanian sesungguhnya jauh lebih dalam. Yaitu suatu ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang pertanian, baik mengenai subsector peternakan dan hortikulltura, subsector perkebunan, subsector peternakan, maupun subsector perikanan. Ilmu ini


(22)

mulai dari pemilihan benih (pemuliaan), pengolahan tanah, penanaman, penyiangan, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit, sampai panen dan juga pasca panen (Daniel, 2002).

Fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi (output) maksimum yang dapat dihasilkan dari suatu ramuan faktor-faktor produksi (input) tertentu dengan teknologi tertentu. Fungsi produksi dinyatakan sebagai P=f(Q) dimana P adalah total produksi dan Q jumlah input atau faktor-faktor produksi (Wibisono, 1999).

Istilah fungsi produksi ditemukan dalam ilmu ekonomi.yang dimaksud dengan fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input). Dalam bentuk matematika sederhana fungsi produksi ini dituliskan sebagai berikut:

Y= f(x1, x2,....xn) Dimana:

Y = Hasil produksi fisik (output)

x1 , x2...xn = faktor-faktor produksi (input) (Mubyarto, 1987).

Menurut Beierlein dan Michael (1991), Efficiency, The Level of output divided by the level input required to achieve it (efisiensi, jumlah output dibagi dengan jumlah input yang dibutuhkan untuk menghasilkan output). Sedangkan menurut Downey dan Steven (1992), efisiensi adalah rasio yang mengukur keluaran atau produksi suatu system atau proses untuk setiap unit masukan (Rahim, 2008).

Efisiensi teknik (technical efficiency) adalah besaran yang menunjukkan perbandingan antara produksi sebernarnya dengan produksi maksimum. Efisiensi harga (price efficiency or allovcative efficiency) adalah kemampuan untuk


(23)

menggunakan input secara optimal dan proporsi pada tingkat harga input tertentu. Efisiensi ekonomi (economice efficiency) adalah besaran yang menunjukkan perbandingan antara keuntungan yang sebenarnya dengan keuntungan maksimum. Secara matematik, hubungan antara efisiensi teknik, efisiensi harga dengan efisiensi ekonomi adalah efisiensi ekonomi (EE) = efisiensi teknik (ET) x efisiensi harga (EH) (Soekartawi, 2003).

Dalam ekonomi produksi, efisiensi ekonomi dapat dicapai jika dipenuhi dua criteria (Doll & Orazen dalam Warsana, 2007) yaitu:

a. Syarat keharusan (necessary condition), yaitu suatu kondisi dengan produksi dalam jumlah yang sama tidak mungkin dihasilkan dengan menggunakan sejumlah input yang lebih sedikit dan produksi dalam jumlah yang lebih besar tidak mungkin dihasilkan dengan menggunakan jumlah input yang sama. b. Syarat kecukupan (sufficient condition), yaitu syarat yang diperlukan untuk

menentukan letak efisiensi ekonomi yang terdapat pada daerah rasional, karena dengan hanya mengetahui fungsi produksi saja maka letak efisiensi ekonomi yang terdapat pada daerah rasional tidak dapat ditemukan. Untuk menemukan letak efisiensi ekonomi diperlukan suatu alat yang merupakan indicator pilihan yaitu berupa input dan harganya.

Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang perkaitan diantara tingkat produksi sesuatu barang dengan jumlah input produksi yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam analisis tersebut dimisalkan bahwa 1 input produksi seperti tenaga kerja merupakan satu-satunya faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya sedangkan faktor-faktor produksi lainnya seperti modal, tanah dan teknologi dianggap tidak mengalami perubahan (Sukirno, 2000).


(24)

Hasil lebih yang semakin berkurang (law of diminishing return) merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dipisah-pisahkan dari teori produksi. Hukum tersebut menjelaskan sifat pokok dari perkaitan diantra tingkat produksi dan input produksi yang digunakan untuk mewujudkan produksi tersebut. Law of diminishing return menyatakan bahwa apabila faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya terus menerus ditambah sebanyak 1 unit, pada mulanya produksi total akan semkin banyak pertambahannya, tetapi sesudah mencapai suatu tingkat tertentu produksi tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya mencapai nilai negative dan ini menyebabkan pertambahan produksi total semakin lambat dan akhirnya ia mencapai tingkat yang maksimum kemudian menurun (Sukirno, 2000).

Dengan demikian pada hakekatnya law of diminishing return menyatakan bahwa perkaitan diantara tingkat produksi dan jumlah satu input produksi yang digunakan dapat dibedakan dalam tiga tahap yaitu:

a. Tahap pertama : produksi total mengalami pertambahan yang semakin cepat, b. Tahap kedua : produksi total pertambahannya semakin lama semakin kecil, dan c. Tahap ketiga : produksi total semakin lama semakin berkurang


(25)

Hukum law of diminishing return dapat dilihat pada kurva berikut:

Daerah irrasional

Gambar 1. Kurva Total Produksi, Produksi Rata-Rata dan Produksi Marginal

Dalam keadan yang seperti itu produksi marginal bertambah tinggi dan sifat ini dapat dilihat pada kurva MP (yaitu kurva produksi marginal). Selanjutnya pertambahan penggunaan input produksi tidak akan menambah produksi total secepat seperti sebelumnya. Keadaan ini digambarkan oleh (i) kurva produksi marginal yang terus menurun, dab (ii) kurva total produksi yang mulai cembung keatas. Sebelum input produksi digunakan pada tahap kedua, produksi marginal adalah lebih tinggi daripada produksi rata-rata. Maka kurva produksi rata-rata bertambah tinggi. Pada saat input produksi bertambah ke tahap II kurva marginal produksi memotong kurva produksi rata-rata. Sesudah perpotongan tersebut kurva produksi rata-rata menurun ke bawah yang menggambarkan bahwa produksi rata-rata semakin bertambah sedikit. Perpotongan diantara kurva MP dan kurva AP adalah menggambarkan permulaan

Daerah irrasional

Daerah rasional

Daerah irrasional


(26)

dari tahap kedua. Pada keadaan ini produksi rata-rata mencapai tingkat yang paling tinggi. Pada tahap kedua, penggunaan input produksi dikatakan efisien dikarenakan jumlah input produksi yang digunakan sesuai dengan hasil produksi yang maksimal (Sukirno, 2000).

Pada tahap ketiga dimana kurva MP memotong sumbu datar dan sesudahnya kurva tersebut dibawah sumbu datar. Keadaan ini menggambarkan bahwa produksi marginal mencapai angka negative. Kurva total produksi (TP) mulai menurun pada tingkat ini, yang menggambarkan bahwa produksi total semakin berkurang apabila lebih banyak input produksi yang digunakan. Keadaan pada tahap ketiga ini menggambarkan bahwa input produksi yang digunakan adalah jauh melebihi daripada yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan produksi tersebut secara efesien (Sukirno, 2000).

Kerangka Pemikiran

Dalam usaha pertanian, produksi diperoleh melalui suatu proses yang cukup panjang dan penuh resiko. Panjangnya waktu yang dibutuhkan tidak sama tergantung jenis komoditas yang diusahakan. Proses mulai dari penyediaan dan pemilihan benih, pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, penyiangan, pemberantasan hama dan penyakit, penyiraman, panen hingga pasca panen. Setiap komponen masih memiliki komponen lagi, misalnya pemupukan. Jenis pupuk apa yang digunakan, apakah Urea, SP-36, KCl, NPK, ZA, pupuk kandang dan lain-lain. Masing-masing pupuk memiliki kandungan yang berbeda-beda dan tujuan yang berbeda pula. Hal ini sebaiknya tidak hanya diketahui oleh pakar pertanian tetapi juga petani.

Dalam melakukan usaha tani, seorang pepetani akan selalu berpikir bagaimana ia mengalokasikan input seefisien mungkin untuk dapat memperoleh


(27)

hasil yang maksimal. Peningkatan keuntungan dapat diperoleh oleh petani tersebut apabila petani dapat melakukan usaha taninya secara efisien. Konsep efisiensi ini dikenal dengan kopsep efisiensi teknis (technical efficiency), efisiensi harga (price efficiency), dan efisiensi ekonomi (economic efficiency).

Efisiensi teknis adalah mengukur besarnya produksi yang dapat dicapai atas tingkat faktor produksi tertentu. Efisiensi teknis akan tercapai apabila petani mampu mengalokasikan faktor produksi sedemikian rupa sehingga hasil yang tinggi dapat dicapai. Untuk memperjelas tujuan dan alur pemikiran dapat dilihat pada skema kerangka pemikiran berikut.


(28)

Keterangan: hubungan pengaruh

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Usahatani Padi

Sawah

Produksi

Output

Penerimaan Analisis Efisiensi

Teknis

Efisien Tidak Efisien

Input Produksi (pupuk bersubsidi)

Analisis Efisiensi Harga

Efisien Tidak Efisien Produksi


(29)

Hipotesis Penelitian

Penggunaan Pupuk Urea, ZA, SP-36, NPK bersubsidi pada tanaman padi sawah di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang sudah efisien.


(30)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive yaitu di Kabupaten Deli Serdang. Daerah ini dipilih karena merupakan salah satu daerah dengan produktivitas tertinggi di Sumatera Utara, dapat diilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Padi sawah Menurut Kabupaten/ Kota Tahun 2010

Kabupaten/Kota Regency/City

Luas Panen Harvested Area

(Ha)

Produksi Production

(Ton)

Rata-rata Produksi Yield Rate

(Kw/Ha)

1. Nias 8.890 35.838 4,031

2. Mandailing Natal 36.186 175.794 4,858

3. Tapanuli Selatan 27.700 138.214 4,990

4. Tapanuli Tengah 27.428 122.403 4,463

5. Tapanuli Utara 23.820 110.054 4,620

6. Toba Samosir 22.107 105.348 4,765

7. Labuhan Batu 23.065 111.260 4,824

8. Asahan 16.431 79.390 4,832

9. Simalungun 78.995 416.247 5,269

10. Dairi 14.678 68.533 4,669

11. Karo 12.214 56.848 4,654

12. Deli Serdang 84.582 426.227 5,039

13. Langkat 67.155 328.424 4,891

14. Nias Selatan 16.292 65.056 3,993

15. Humbang Hasundutan 17.850 83.042 4,652

16. Pakpak Bharat 2.438 11.229 4,606

17. Samosir 7.684 36.301 4,724

18. Serdang Bedagai 73.585 377.307 5,127

19. Batu Bara 34.224 166.397 4,862

20. Padang Lawas Utara 16.618 80.730 4,858

21. Padang Lawas 14.737 71.858 4,876

22. Labuhan Batu Selatan 1.798 8.630 4,800

23. Labuhan Batu Utara 40.815 197.202 4,832

24. Nias Utara 6.295 25.432 4,040

25. Nias Barat 2.910 11.793 4,053

26. Sibolga - - -


(31)

Kabupaten/Kota Regency/City

Luas Panen Harvested Area (Ha)

Produksi Production

(Ton)

Rata-rata Produksi Yield Rate

(Ton/Ha) 28. Pematangsiantar 3.786 18.705 4,941 29. Tebingtinggi 1.136 5.474 4,819

30. M e d a n 4.056 19.717 4,812

31. B i n j a i 4.032 19.247 4,774 32. Padangsidimpuan 8.559 40.434 4,724

33. Gunung Sitoli 1.815 7.387 4,070

Jumlah/Total 702.308 3.422.264 4,873

Sumber/Source : Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara/Agriculture offices of Sumatera Utara Province

Lokasi penelitian ditetapkan di kecamatan Tanjung Morawa. Daerah ini dipilih karena merupakan salah satu daerah dengan produktivitas tertinggi dan juga di daerah ini terdapat Balai Penelitian dan Pengembangan Padi, sehingga diharapkan di daerah penelitian penerapan teknologi baru dan juga penyuluhan baik mengenai penggunaan pupuk yang direkomendasikan lebih efisien dibandingkan dengan daerah lainnya.

Tabel 4. Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Padi sawah Menurut Kecamatan Tahun 2011

No. Kecamatan

Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Ton/Ha)

1 Bangun Purba 90 457 5,073

2 Batang Kuis 2.169 11.258 5,19

3 Beringin 5.266 28.973 5,502

4 Biru-biru 1.85 9.413 5,088

5 Deli Tua 31 158 5,106

6 Galang 2.007 10.579 5,271

7 Gunung Meriah 969 4.967 4,391

8 Hamparan Perak 14.218 75.708 5,235

9 Kutalimbaru 2.572 13.554 5,057

10 Labuhan Deli 8.291 43.595 5,258

11 Lubuk Pakam 2.494 13.422 5,382

12 Namorambe 1.953 10.082 5,162

13 Pagar Merbau 4.147 22.715 5,477

14 Pancur Batu 1.071 6.411 5,076

15 Pantai Labu 8.197 43.274 5,279


(32)

No. Kecamatan

Luas Panen (Ha)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Ton/Ha)

17 Percut Sei Tuan 10.669 56.225 5,251

18 Sibolangit 1.344 6.219 4,627

19 STM Hilir 2.119 10.865 5,127

20 STM Hulu 1.170 5.007 4,276

21 Sunggal 5.173 31.482 5,259

22 Tanjung Morawa 5.271 30.206 5,356

Jumlah 82358 441052 51,12681818

Sumber/Source : Dinas Pertanian Deli Serdang 2012

Sementara di Kecamatan Tanjung Morawa, Desa Wonosari dipilih sebagai lokasi penelitian secara purposive dengan pertimbangan Desa Wonosari memiliki kelompok tani terbanyak seperti ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 5. Banyaknya Kelompok Tani, Luas Areal Beririgasi dan Tadah Hujan di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2010

No. Desa/Kelurahan Kelompok Tani Luas Areal (Ha) Irigasi Tadah Hujan

01. Medan Senembah 4 - 51

02. Bandar Labuhan 2 - 33

03. Bangun Rejo 1 - 20

04. Aek Pancur - - -

05. Naga Timbul 5 176 -

06. Lengau Seprang 6 155 99

07. Sei Merah - - 22

08. Dagang Kerawan 1 - 12

09. Tjg Morawa Pkn - - -

10. Tjg Morawa A 2 71 10

11. Limau Manis 1 - 33

12. Ujung Serdang 1 60 67

13. Bangun Sari 5 24 53

14. Bangun Sari Baru 2 - 128

15. Buntu Bedimbar - - -

16. Telaga Sari 1 - 20

17. Dagang Kelambir - 30 -

18. Tjg Morawa B 5 105 23

19. Tanjung Baru 2 102 43

20. Punden Rejo 3 69 -

21. Tanjung Mulia 4 100 -

22. Perdamean 7 361 -


(33)

No. Desa/Kelurahan Kelompok Tani Luas Areal (Ha) Irigasi Tadah Hujan

24. Dalu Sepuluh A 1 82 -

25. Dalu Sepuluh B 7 93 145

26. Penara Kebun 1 - -

Jumlah 69 2.050 759

Sumber : Badan Pusat Statistik Deli Serdang 2012 Metode Penentuan Sampel

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode Stratified Random Sampling, unit samplingnya adalah usahatani padi sawah di lokasi penelitian sebanyak 60 sampel dengan batasan 30 sampel untuk berlahan luas dan 30 sampel untuk berlahan sempit. Batasan luas lahan untuk menyatakan berlahan luas dan juga berlahan sempit ditentukan dari perbandingan luas lahan areal irigasi terhadap total petani padi sawah di Desa Wonosari yaitu 622 Ha/1166 Ha yaitu 0,53 ≈ 0,5 Ha. Maka batasan untuk lahan luas adalah >0,5Ha dan lahan sempit ≤ 0,5Ha.

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan juga data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dari petani padi melalui kuisioner yang dibuat oleh peneliti. Adapun data primer yang diambil berupa luas lahan petani, umur tanaman, total biaya yang dikeluarkan, penerimaan petani. Sedangkan data sekunder diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara, dan Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang dan instansi terkait. Adapun data sekunder yang diambil berupa luas lahan, jumlah petani, rekomendasi penggunaan pupuk , produktivitas dan jumlah produksi.


(34)

Metode Analisis Data

Untuk identifikasi masalah 1 dan 3, yaitu tentang distribusi pupuk bersubsidi dan juga perkembangan produksi dan produktivitas padi sawah di Kecamatan Tanjung Morawa di Kabupaten Deli Serdang akan dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif setelah mengetahui kondisi di daerah penelitian tentang penggunaan pupuk bersubsidi.

Untuk menguji identifikasi masalah 2, digunakan metode yang sesuai dengan hipotesis yang dibuat. Dipandang dari kosep efisiensi ekonomis, pemakaian factor produksi dikatakan efisien apabila ia dapat menghasilkan keuntungan maksimum.tingkat efisiensi harga merupakan suatu upaya dimana nilai produksi marginal suatu input harus sama dengan harga input tersebut atau dapat dianalisis dengan :

EH =����

��� =

����� ��� = 1

(Soekartawi, 2003) Dimana:

EH = Tingkat efisiensi input/harga pupuk bersubsidi (Rp). PMx = Produk marginal input pupuk bersubsidi Xi (Kg/ha). Py = Harga rata-rata padi sawah (Kg/ha).

Pxi = Harga rata-rata input pupuk bersubsidi Xi (Kg/Ha). Hipotesis :

H0 : Efisiensi harga pupuk Urea, ZA, SP-36, NPK bersubsidi pada tanaman

padi sawah di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang sudah efisien.


(35)

H1

Kriteria uji :

: Efisiensi harga penggunaan pupuk Urea, ZA, SP-36, NPK bersubsidi pada tanaman padi sawah di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang tidak efisien.

Jika EH = 1 maka H0 diterima, tolak H1

Jika EH ≠ 1 maka H0 diterima, tolak H1

Jika (NPMx / Px) > 1; artinya penggunaan input X belum efisien. Untuk mencapai efisien, input x harus ditambah dan;

Jika (NPMx / Px) < 1; artinya penggunaan input X tidak efisien. Untuk menjadi efisien, maka penggunaan input x perlu dikurangi.

Produksi marginal (PM) diperoleh dari penamaan fungsi produksi total. Produksi marginal dianalisis dengan menggunakan regresi yang diturunkan dengan metode kuadrat terkecil (Ordinary Least square/OLS). Ada beberapa tahapan kerja dalam mengaplikasikan metode OLS yang dapat dilihat dalam tahapan berikut :

1. menentukan variabel terikat dan bebas yang sudah ditentukan sebelumnya. yaitu luas lahan, benih, pupuk Urea bersubsidi, pupuk ZA bersubsidi, pupuk NPK bersubsidi, pupuk SP-36 bersubsidi, pestisida dan tenaga kerja dimana nilai-nilai parameter tersebut selanjutnya akan diduga, adapun fungsinya menjadi:

Y = f (D,X1, X2,X , X4, X5,X6,X7 β, μ) Dimana :

Y = produksi padi sawah

D= dummy Luas Lahan (Ha) dimana, 1= lahan luas (>0,5 Ha)

0= lahan sempit (≤0,5 Ha)


(36)

X2= pupuk Urea bersubsidi(Kg) X3= pupuk ZA bersubsidi (Kg) X4= pupuk NPK bersubsidi (Kg) X5= pupuk SP-36 bersubsidi (Kg) X6= Pestisida (Kg)

X7= Tenaga Kerja (HKP) a1...a9= koefisien regresi μ = Random Eror

2. Data dibersihkan dari outlier dengan menggunakan scatter plot untuk memperkecil varians data sehingga tidak menggangu hasil estimasi akhir.

3. Melakukan uji spesifikasi model dengan menggunakan uji linieritas dengan melihat nilai F sehingga didapat model yang digunakan bersifat linier atau tidak. Kriteria yang digunakan adalah bila Fhitung > Ftabel bentuk hubungan linier. 4. Untuk memperoleh model regresi yang terbaik ada beberapa asumsi klasik yang harus dipenuhi yaitu sebagai berikut.

Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dimasksudkan untuk menhindari adanya hubungan yang linier antara variabel bebas. Multikolinieritas dapat dideteksi dengan beberapa metode, diantaranya adalah dengan melihat:

• Jika nilai Toleransi atau VIF (variance Inflation Factor) kurang dari 0,1 atau nilai VIF melebihi 10

• Terdapat koefesien korelasi sederhana yang mencapai atau melebihi 0,9 jika nilai F-hitung melebihi nilai F-tabel dari regresi antara variabel bebas (Sujianto, 2009).


(37)

Uji Heterokesdasitas

Untuk mengetahui apakah penelitian ini terjadi heteroskesdasitas adalah dengan melihat gambar scater plot dimana apabila tidak terjadi heteroskesdasitas maka titik akan bersebar tanpa membentuk pola tertentu.

Uji Asumsi Normalitas

Uji asumsi normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi, varibel dependen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau mendekati normal (Santoso, 2000). Apabila asumsi ini tidak terpenuhi, baik uji F ataupun uji-t, dan nilai estimasi nilai variabel dependen menjadi tidak valid (Utomo, 2007). Untuk mendekati normalitas pada model regresi yaitu dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik normal plot. Adapun dasar pengambilan keputusannya berdasarkan kriteria uji sebagai berikut: a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

5. Selanjutnya dilakukan estimasi pada model dengan metode enter sehingga didapat nilai R square dan nilai F.

Tingkat efisiensi teknik (ET) dianalisis dengan membandingkan besaran produksi dilapangan dengan besaran produksi yang dapat dicapai didaerah tersebut (Soekartawi, 2003) atau dapat dituliskan:

ET = ��


(38)

Dimana:

ET = Tingkat efisiensi teknik

Yi = Besarnya produksi (output) di daerah penelitian.

Ŷ�

= Besarnya produksi yang dapat dicapai di daerah penelitian Hipotesis :

H0

H

: Penggunaan Pupuk Urea, ZA, SP-36, NPK bersubsidi pada tanaman padi sawah di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang sudah efisien.secara teknik.

1

Kriteria uji :

: Penggunaan Pupuk Urea, ZA, SP-36, NPK bersubsidi pada tanaman padi sawah di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang tidak efisien.secara teknik.

Jika ET = 1 maka H0 diterima, tolak H1

Jika ET ≠ 1 maka H0 diterima, tolak H1

Jika efisiensi teknik (ET) tidak sama dengan 1 maka produksi tidak dikatakan efisien. Akan tetapi jika ET = 1 maka produksi dikatakan efisien. Tingkat efisiensi ekonomi dianalisis dengan melakukan perkalian antara tingkat efisiensi teknik dengan tingkat efisiensi harga.

Untuk identifikasi masalah 4 diketahui dengan melihat seberapa besar kontribusi total biaya yang dikeluarkan petani untuk membeli pupuk terhadap total biaya produksi dengan perhitungan sebagai berikut:

% Biaya Pupuk =����� ����� �����


(39)

Total biaya diperoleh dari penjumlahan seluruh biaya produksi dalam usahatani padi sawah.

Definisi Operasional Variabel

Sesuai dengan variabel yang diamati, maka definisi operasionalnya dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Jumlah produksi adalah jumlah padi yang dihasilkan oleh petani pemilik dalam satuan kilogram (Kg).

2. Luas lahan yaitu luas lahan yang digunakan untuk menanam padi dalam satuan meter persegi (Ha).

3. Input produksi adalah komponen yang mutlak harus diperlukan dalam melaksanakan proses produksi pada usaha tani padi sawah yang terdiri dari lahan, pupuk, benih, dan obat-obatan.

4. Pupuk merupakan jumlah keseluruhan pupuk bersubsidi yang digunakan oleh para petani padi di daerah penelitian untuk menghasilkan produksi tertentu yaitu pupuk Urea, ZA, NPK, SP-36, dan pupuk organik.

5. Produktivitas dalam usaha tani padi adalah perbandingan produk total usaha tani padi sawah dengan luas lahan usahatani padi sawah dengan satuan Kg/Ha.

Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kerancuan dalam menganalisis penelitian ini maka dirumuskan beberapa batasan operasional :

1. Sampel penelitian adalah petani yang mengusahakan tanaman padi sawah di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.


(40)

2. Daerah penelitian adalah Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.


(41)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

Luas dan Letak Geografis

Penelitian ini dilakukan di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Desa ini memiliki tofografi datar dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Penara Kebun - Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Tanjung Baru - Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Perdamean

- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Dalu X A dan Desa Dalu X B Luas wilayah desa ini adalah 716 Ha. Terbagi atas luas areal darat 116 Ha dan luas areal persawahan sebesar 600 Ha. Desa ini terbagi atas 16 dusun. Desa Wonosari ini terletak pada ketinggian 35 mdpl. Memiliki temperature 30°C dengan curah hujan rata-rata dari 100-200 mm/tahun. Desa ini berjarak lebih kurang 8 Km dari ibu kota Kecamatan Tanjung Morawa, terletak di pinggir jalan Medan Lubuk Pakam, tepatnya di pasar VII Kecamatan Tanjung Morawa.

Sejarah Desa

Desa Wonosari pada masa dahulu merupakan hutan belantara, kemudian Pemerintah Belanda membuka areal ini menjadi areal perkebunan. Dengan dibukanya daerah ini, maka banyak rakyat yang datang ke daerah ini untuk bekerja membuka lahan sekaligus menetap dan juga membuka lahan untuk mereka sendiri untuk ditanami tanaman pangan. Adapun nama Wonosari berasal dari kata Wono yang berarti hutan dan Sari yaitu rasa. Maka Wonosari mengandung arti hutan atau bekas hutan.


(42)

Keadaan Penduduk

Penduduk di desa Wonosari kecamatan Tanjung Morawa, pada umumnya bersuku batak dan Jawa. Serta pada umumnya beragama Islam dan Kristen. Mereka selalu hidup rukun dan saling menghormati antar suku dan agama yang disatukan dalam tali persaudaraan dan kekeluargaan sehingga tidak ada perselisihan antar kelompok atau etnis. Jumlah penduduk di desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa ini terdiri dari 9.950 jiwa (2.400 KK) dengan jumlah penduduk pria sebanyak 5.070 jiwa dan wanita sebanyak 4.88. jiwa.

Tabel 6. Distribusi Penduduk menurut umur di desa Wonosari kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase (%)

1 0-15 3.943 39,63

2 16-55 4.721 47,45

3 >56 1.286 12,92

Jumlah 9.950 100,00

Sumber : data Monografi Desa Wonosari Tahun 2010

Tabel 6 di atas memperlihatkan bahwa jumlah penduduk yang terbesar terdapat pada kelompok umur 16-55 tahun sebanyak 4.721 jiwa dengan persentase 47,45%, sedangkan penduduk yang terendah terdapat pada kelompok umur >56 tahun sebanyak 1.286 jiwa dengan persentase sebesar 12,92%. Dengan demikian, perbandingan persentasenya adalah sebesar 34,53% atau 3.435 jiwa.

Mata pencaharian ataupun jenis pekerjaan penduduk di Desa Wonosari, mayoritasnya sebagai pelajar dan petani. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini:

Tabel 7. Distribusi Penduduk Menurut Jenis Mata Pencaharian di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang No. Uraian Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase (%)

1 Pelajar 4.934 49,59

2 Petani 1.311 13,18

3 Ibu Rumah Tangga 1.100 11,06


(43)

5 Pedagang 605 6,08

6 Pegawai Negeri 517 5,19

7 Pensiunan 219 2,20

8 Polisi 7 0,07

9 TNI 4 0,04

10 Lainnya 377 3,79

Total 9.950 100,00

Sumber : Data Monografi Desa Wonosari Tahun 2010

Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa penduduk Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa memiliki beragam pekerjaan. Sebagian besar penduduk Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa adalah berprofesi sebagai pelajar dan petani. Penduduk yang bermata pencaharian sebagai pelajar sebanyak 4.934 jiwa dengan persentase 49,59%, sedangkan yang bermata pencaharian sebagai petani sebanyak 1.311 jiwa dengan persentase sebesar 13,18%. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa persentase perbandingan antara penduduk yang bermata pencaharian sebagai pelajar dengan petani adalah 36,41% atau 3.623 jiwa.

Tingkat pendidikan formal merupakan adalah satu kunci utama dalam membangun dan mengembangkan masyarakat, karena pendidikan merupakan fundamental dasar dalam pembentukan pola pikir dan pandangan masyarakat di tengah-tengah lingkungannya. Gambaran tingkat pendidikan di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa dapat dilihat pada tabel 8 dibawah ini.

Tabel 8. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Formal di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang No. Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase (%)

1 Belum Sekolah 527 5,29

2 TK 172 1,73

3 Sekolah Dasar (SD) 1.130 11,35

4 Tidak Tamat SD 534 5,38

5 SLTP/Sederajat 2.114 21,24

6 Tidak Tamat SLTP 21 0,21

7 Tamat SLTP 791 7,95

8 SLTA/Sederajat 1.205 12,11

9 Tidak Tamat SLTA 32 0,33


(44)

No. Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase (%)

11 D1,D2,D3 148 1,49

12 Tamat D1,D2,D3 95 0,96

13 Sarjana 165 1,65

14 Tamat Sarjana 86 0,87

15 Tidak Sekolah 229 2,30

Total 9.950 100,00

Sumber : Data Monografi Desa Wonosari Tahun 2010

Tabel 8 di atas menunjukkan bbahwa tingkat pendidikan yang dijalani penduduk di Desa Wonosari pada umumnya dan sebahagian dari total penduduk menyelesaikan sekolah ditingkat SLTA sederajat, yaitu 2.701 jiwa (27,14%), tetapi masih ada penduduk yang tidak menduduki bangku sekolah yakni 229 jiwa (2,30%).

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan infrastruktur yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat. Sarana dan prasarana kegiatan ekonomi masyarakat dapat dilakukan. Perkembangan suatu daerah sangat membutuhkan suatu alat yang dapat mempercepat akses masuknya arus informasi bagi perkembangan daerah tersebut. Sarana dan prasarana yang terdapat di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 9. Sarana dan Prasarana di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

No. Fasilitas Sarana dan Prasarana Jumlah

1 Pendidikan TK 4

SD 6

SLTP 3

SLTA 2

2 Pertanian Pompa Air 90

Sumur Bor 300

Hand Traktor 45

Mesin Panen 7

3 Sosial ekonomi

Pertanian

Kios Saprodi 5

Pasar Tradisional 1


(45)

No. Fasilitas Sarana dan Prasarana Jumlah

4 Lembaga Desa LKMD 1

BPD 1

PKK 1

POLMAS 1

Sumber : data Monografi Desa Wonosari Tahun 2010

Tabel 9 di atas menunjukkan ketersediaan sarana dan prasarana di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang cukup baik dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat baik di bidang pendidikan, pertanian, sosial ekonomi pertanian, maupun lembaga-lembaga desa yang ada.

Organisasi Sosial Kemasyarakatan

Organisasi sosial kemasyarakatan ini merupakan suatu wadah diskusi dan berkumpul bagi para masyarakat pedesaan yang dibentuk atau didirikan atas kebutuhan seluruh warga masyarakat di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

Tabel 10. Organisasi Sosial Kemasyarakatan di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

No. Organisasi Kemasyarakatan Jumlah

1 Kelompok Tani 16

2 Pengrajin 25

3 Koperasi -

Sumber : data Monografi Desa Wonosari Tahun 2010

Tabel 10 di atas menunjukkan organisasi sosial kemasyarakatan di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang cukup baik dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat melalui organiisasi sosial kemasyarakatan ini. Karakteristik Petani Responden

Populasi dalam penelitian ini adalah petani padi sawah di desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan data primer yang diperoleh dari 60 responden, maka dapat diketahui karakteristik petani padi sawah di desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.


(46)

Tabel 11. Karakteristik Petani Sampel di Desa Wonosari 2012

No. Uraian Satuan Minimum Maksimum Rata-rata

1 Umur Tahun 30 70 48

2 Tingkat Pendidikan Tahun 6 17 10

3 Pengalaman Bertani Tahun 2 63 26

4 Jumlah Tanggungan Orang 1 11 4

Dilihat dari umur petani responden tergolong pada kelompok usia produktif yaitu 48 tahun dengan kisaran umur 30- 70 tahun sehingga secara fisik cukup potensial untuk mendukung aktivitas kegiatan usahatani.

Sebagian besar responden di daerah penelitian telah mengikuti pendidikan formal. Mulai dari pendidikan dasar (SD) hingga Perguruan Tinggi (PT). Rata-rata pendidikan petani sampel adalah 10 tahun. Dengan demikian dapat diketahui bahwa petani responden di daerah penelitian rata-rata sudah menempuh pendidikan hingga SMP.

Tingkat pendidikan ataupun pengetahuan yang baik tidaklah cukup untuk

mendukung keberhasilan seorang petani. Selain dari pendidikan yang baik dibutuhkan juga pengalaman dalam berusahatani. Sebagian besar dari responden sudah cukup lama berprofesi sebagai petani padi sawah di desa Wonosari. Mereka memulai bertani sewaktu mereka masih kecil (bersama orangtua). Alasan responden berusahatani padi sawah karena merupakan usaha turun-temurun dari orang tua mereka yang cocok diusahakan di daerah mereka tinggal. Rata-rata petani sudah cukup berpengalaman dalam mengusahakan usahatani padi sawah. Hal ini terlihat dari rata-rata petani memiliki pengalaman 26 tahun dalam mengusahakan usahatani padi sawah. Pengalaman ini menjadi cara bertanam petani dari tahun ke tahun. Penggunaan pupuk kimia cenderung merata dari waktu ke waktu, namun tetap memperhatikan kondisi lapangan yang terjadi. Misalkan pada saat melihat warna daun yang tidak sesuai


(47)

dengan pertumbuhan maka tanaman akan diberikan pupuk. Jenis benih yang digunakan tidak mempengaruhi banyaknya penggunaan pupuk kimia.

Rata-rata jumlah tanggungan keluarga petani responden adalah 4 orang dengan kisaran 1-11 orang. Jumlah tanggungan petani akan mempengaruhi besarnya penerimaan yang dapat dialokasikan untuk biaya produksi selanjutnya.

Dilihat dari status kepemiilikan lahan sebagian besar petani merupakan pemilik lahan yaitu sebesar 46 orang (76,67%) dengan total luas lahan 36,52 Ha sedangkan 14 orang (23,33%) lainnya adalah petani penyewa dengan total luas lahan 10,08Ha.


(48)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem Usahatani Padi Sawah dan Fungsi Produksi di Daerah Penelitian Kegiatan usahatani padi sawah terdiri dari pengolahan lahan, penanaman, pengontrolan, pemberian pupuk, penyemprotan pestisida, penyiangan dan panen. Pengolahan Lahan

Kegiatan awal yang dilakukan dalam usahatani padi sawah adalah pengolahan tanah dengan maksud agar tanah lebih mudah ditanami, kegiatan awal dari pengolahan tanah adalah membajak tanah tersebut. Kemudian dilakukan pembajakan untuk ke dua kalinya agar tanah tidak lagi berbentuk bongkahan, bersamaan dengan penggemburan dilakukan pembersihan pematang sawah dari ruput agar pematang sawah bersih alat yang digunakan biasanya cangkul parang dan sabit. Di daerah penelitian sendiri, sistem pembiayaan untuk mengolah tanah pada umumnya menggunakan jasa traktor. Lahan akan akan dibajak sebanyak 2 kali dengan biaya rata-rata Rp 1.322.000/Ha.

Penanaman

Penggunaan benih memiliki peranan penting dalam kelangsungan usahatani padi sawah. Di daerah penelitian, petani pada umumnya menggunakan benih Ciherang, IR 64 dan juga Bestari. Namun rekomendasi penggunaan pupuk di daerah penelitian untuk tiap benih pada umumnya sama. Menurut data dari Departemen Pertanian, produktivitas Ciherang adalah 6 – 8,5/Ha dengan produksi rata-rata 6 ton/Ha. Penanaman dilakukan setelah tanah yang dibajak menjadi lunak lalu didatarkan untuk menyebar benih persemaian, setelah benih berumur 27 hari


(49)

paling lama 1 bulan maka benih dicabut dan siap ditanam pada lahan yang diusahakan. Kegiatan selanjutnya adalah pencabutan benih dan persemaian dan penanaman benih ke lahan sawah dengan jarak tanam yang bervariasi sesuai dengan kebiasaan petani di daerah tersebut dan umumnya kegiatan ini dilakukan oleh wanita, sebelum penanaman biasanya dilakukan pemberian racun keong untuk membasmi keong dan pemupukan untuk kesuburan tanah.

Perawatan

Di daerah penelitian, perawatan yang dilakukan petani yaitu berupa pemupukan, penyiangan dan juga penyemprotan pestisida. Umumnya tenaga kerja yang dikerahkan untuk melakukan perawatan adalah tenaga kerja dalam keluarga.

Pemupukan

Kegiatan pemupukan yang dilakukan oleh petani di daerah penelitian memiliki frekuensi yang berbeda-beda tergantung kebutuhan di lapangan. Apabila daun terlihat berwarna kuning pucat pada saat usia pertumbuhan maka akan diberikan tambahan pupuk. Anjuran pemupukan dengan menggunakan Bagan Warna Daun (BWD) dan peta status hara P dan K sawah dengan skala 1 : 50.000 tidak dilakukan oleh petani di daerah penelitian. Penelitian di lapangan menunjukkan bahwa pemupukan dilakukan petani dua kali selama masa tanam yaitu pada umur 14 hari dan 40 hari. Hal ini sudah sesuai dengan rekomendasi pemupukan pada umumnya yaitu 2-3 kali sesuai kondisi lahan. Namun untuk daerah penelitian belum diuji kebutuhan pupuk sesuai dengan kondisi tanah. Perawatan yang dilakukan tidak mempengaruhi penggunaan pupuk, namun mempengaruhi jumlah penggunaan


(50)

pestisida terutama keong pada saat musim hujan. Sawah harus senantiasa dipantau untuk mencegah masuknya keong ke dalam sawah saat terjadi hujan.

Pada umumnya petani di daerah penelitian menggunakan pupuk bersubsidi yaitu urea, ZA, NPK, SP-36 dan organik. Petani juga menggunakan pupuk lainnya yang bukan pupuk bersubsidi seperti mutiara, S5 dan pupuk cair karena dianggap dapat memicu pertumbuhan padi lebih cepat. Proses untuk memperoleh pupuk bersubsidi yang dilakukan di daerah penelitian yaitu dengan memesan pupuk bersubsidi sesuai dengan kebutuhan melalui kelompok tani, yaitu dengan mengisi RDKK. Kemudian pupuk yang sudah dipesan diambil dan membayar pupuk yang telah dipesan dari kios pengecer . Petani responden tidak banyak menggunakan pupuk non subsidi karena harganya yang mahal. Sementara perbedaan kualitas pupuk urea bersubsidi yang berwarna merah muda dirasakan berbeda oleh sebahagian besar petani dibandingkan dengan pupuk urea berwarna putih. Pupuk urea berwarna putih bertahan lebih lama di dalam tanah dibandingkan dengan yang berwarna merah muda walaupun kandungan dan komposisi tetap sama (N=46%).

Penyiangan

Sementara kegiatan penyiangan dilakukan agar tanaman bersih dari tumbuhan pengganggu sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik, alat yang digunakan dalam penyiangan biasanya sabit dan parang, penyiangan di daerah penelitian biasanya dilakukan oleh tenaga kerja pria. Selain itu, petani harus sering mengadakan kontrol terhadap padi sawah terkhusus pada saat musim penghujan dan padi sawah masi berumur satu bulan, hal ini dikarenakan usahatani sawah di


(51)

daerah penelitian rentan terhadap serangan keong dan juga untuk mengantisipasi kerusakan pada bedengan yang mengakibatkan keong mudah masuk.

Pemberantasan Hama Penyakit dan Serangga

Untuk kegiatan penyemprotan pestisida, petani di daerah penelitian menggunakan produk yang berbeda-beda atau bervariasi antara satu petani dengan petani yang lain dan dengan frekuensi rata-rata 4 kali pada musim tanam terakhir.

Panen

Kegiatan terakhir pada usahatani padi sawah adalah panen, pengerjaan kegiatan ini juga bervariasi di daerah penelitian, ada yang menggunakan tenaga kerja manusia yang umumnya didatangkan dari luar kota seperti Kisaran, sementara beberapa petani menggunakan tenaga kerja mesin threaser yang dioperasikan oleh tenaga kerja manusia. Untuk musim tanam terakhir terjadi peningkatan baik dari segi produksi maupun harga padi sawah. Hal ini menguntungkan petani padi sawah di daerah penelitian.

Perkembangan Distribusi Pupuk Bersubsidi di Kabupaten Deli Serdang Untuk identifikasi masalah 1, mengenai perkembangan distribusi pupuk di Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang , pada umumnya petani tidak kesulitan untuk memperoleh pupuk bersubsidi. Pupuk yang dibutuhkan petani dapat diperoleh dari kios-kios penyedia pupuk dan saprodi lainnya. Dilihat dari segi waktu, petani dapat memperoleh pupuk bersubsidi sesuai dengan pesanan pupuk pada RDKK dengan jumlah yang dibutuhkan. Namun apabila dilihat dari segi harga, pupuk yang dibeli oleh petani jauh berbeda dari HET yang sudah ditetapkan pemerintah untuk tahun 2012. Dimana perbandingan HET untuk


(52)

tiap-tiap pupuk bersubsidi dengan harga yang dibeli oleh petani dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 12. Perbandingan Harga Beli Rata-Rata Petani dengan HET 2012 Jenis Pupuk HET 2012 Harga Rata-Rata yang dibeli Petani

Urea Rp1,600.00 Rp 1,670.00

Za Rp1,670.00 Rp 1,670.00

Sp-36 Rp1,400.00 Rp 2,200.00

NPK Rp2,300.00 Rp 2,500.00

Organik Rp700.00 Rp 600.00

Sumber : Data Dinas Pertanian dibandingkan dengan lampiran 5

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa harga pupuk bersubsidi yang dibeli petani untuk pupuk Urea, SP-36 dan NPK lebih tinggi dari pada HET yang sudah ditetapkan pemerintah sementara untuk pupuk organik, harga yang dibeli petani lebih murah daripada HET pupuk yang diberlakukan pemerintah. Petani dengan modal sedikit pada umumnya akan membeli pupuk bersubsidi secara eceran tidak per karung/zak sehingga ada biaya tambahan yang ikut diperhitungkan seperti kantong plastik, karet dan sebagainya. Oleh karena itu, perlu pengawasan lebih lanjut dari pemerintah untuk peninjauan ke lapangan tentang penyaluran pupuk bersubsidi untuk menghindari permainan harga oleh pihak-pihak yang ingin mengambil keuntungan. Ketergantungan petani terhadap pupuk non organik mengakibatkan petani sulit beralih kepada pupuk organik. Hal ini dapat dilihat dari sedikitnya petani yang menggunakan pupuk organik.

Efisiensi Pemakaian Pupuk Bersubsidi di Desa Wonosari

Faktor-faktor produksi yang diidentifikasikan mempengaruhi produksi padi khususnya di Wonosari meliputi benih/benih, pupuk Urea bersubsidi, pupuk ZA, pupuk NPK bersubsidi,pupuk SP-36 bersubsidi, pestisida dan tenaga kerja. Penggunaan pupuk sesuai dengan rekomendasi yang telah ditetapkan pemerintah


(53)

akan mempengaruhi produksi yang dihasilkan. Kelebihan penggunaan pupuk akan mengakibatkan tanaman keracunan. Oleh karena itu, sangat penting untuk memperhatikan kandungan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Adapun jumlah penggunaan pupuk bersubsidi beserta rekomendasi untuk tanaman padi sawah adalah sebagai berikut:

Tabel 13. Perbandingan Penggunaan Pupuk dengan Rekomendasi N

o.

Jenis Pupuk Bersubsidi

Rata-Rata Penggunaan

(Kg/Ha)

Rekome ndasi (Kg/Ha)

Pencapai an (%) 1

.

Urea 160,268 250 64

2 .

ZA 100 100 100

3 .

NPK Phonska

163,391 300 54,46

4 .

SP-36 62 100 62

Sumber : Lampiran 5 (Diolah) Dibandingkan dengan Rekomendasi Pupuk

Penggunaan pupuk bersubsidi di daerah penelitian untuk urea, NPK Phonska dan SP-36 masih jauh diatas rekomendasi. Hal ini dikarenakan kondisi lahan yang cukup subur dan juga tidak semua petani responden menggunakan keempat jenis pupuk bersubsidi tersebut. Sementara untuk pupuk ZA, penggunaan rata-rata di lapangan sudah sesuai dengan rekomendasi walaupun tidak semua petani menggunakan pupuk ZA pada usahataninya. Untuk NPK Phonska hanya 54,46% dari rekomendasi dikarenakan petani responden pada umumnya memilih antara menggunakan pupuk urea dan NPK Phonska.

Untuk identifikasi masalah 2, dalam mengetahui efisiensi teknis usahatani padi sawah di Wonosari dilakukan dengan analisis regresi terhadap faktor-faktor produksi dengan menggunakan software SPSS 17. Sebelum melakukan estimasi


(54)

maka dilakukan pengujian terlebih dahulu untuk memenuhi asumsi regresi linier berganda yaitu:

a. Uji Linieritas

Untuk pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi produksi daun teh kering didapat Fhitung= 215,422 > Ftabel

b. Uji Multikolinieritas

=1,84, sehingga persamaan yang digunakan adalah linier (dapat dilihat pada lampiran 10).

Setelah melihat table Coefficient terdapat nilai VIF untuk masing-masing variable mempunyai nilai < 10 dan nilai Tolerance > 0,1. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 14. Uji Multikolinieritas dengan Menggunakan Statistik Kolinieritas No. Variabel bebas Collinearity Statistics

Tolerance VIF

1 Dummy luas lahan .351 2,851

2 benih 0,125 7,974

3 urea bersubsidi 0,142 7,020

4 ZA bersubsidi 0,208 4,813

5 NPK bersubsidi 0,138 7,269

6 SP-36 bersubsidi 0,712 1,405

7 Pestisida 0,216 4,630

8 Tenaga Kerja 0,093 10,749

Sumber : Lampiran 16

Dari tabel 15, dapat dilihat bahwa nilai Tolerance dan VIF Tenaga Kerja cukup tinggi sebesar 0,093 dan 10,749. Hal tersebut diperkuat dengan nilai korelasi yang cukup tinggi (umumnya diatas 0,9) antara Produksi terhadap Tenaga Kerja dan Benih dengan Tenaga Kerja berarti ada gejala multikolinieritas. Penggunaan tenaga kerja di daerah penelitian pada umumnya menggunakan


(55)

sistem borongan dengan rata- rata biaya Rp 5.216.000/Ha. Oleh karena itu, pengaruh tenaga kerja dianggap telah terwakili dengan luas lahan dikeluarkan dari persamaan.

c. Heterokesdasitas

Untuk mengetahui apakah penelitian ini terjadi heteroskesdasitas adalah dengan melihat gambar scater plot dimana apabila tidak terjadi heteroskesdasitas maka titik akan bersebar tanpa membentuk pola tertentu. Berikut ini adalah gambar dari scatterplot penelitian.

Gambar 3. Scatterplot Hasil Uji Heteroskedastisitas

Adapun dasar pengambilan keputusan dilakukan dengan dasar analisis sebagai berikut:

a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit) maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.


(56)

Dari gambar di atas titik-titik regresi tersebar tanpa membentuk pola tertentu dengan demikian disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskesdasitas pada penelitian.

d. Uji Normalitas

Uji asumsi normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi, varibel dependen atau keduanya mempunyai distribusi normal atau mendekati normal (Santoso, 2000). Berdasarkan penjelasan tersebut bahwa Apabila asumsi normalitas tidak terpenuhi maka baik uji F ataupun uji-t, dan nilai estimasi nilai variabel dependen menjadi tidak valid. Untuk mendekati normalitas pada model regresi yaitu dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik normal plot. Adapun kriteria penentuan normalitas dalam data statistik yaitu :

a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Untuk menganalisis normalitas data, dapat dilihat pada grafik Normal P-Plot sebagai berikut :


(1)

Lampiran 16. Hasil Olahan Data SPSS

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Produksi 5.5011E3 4620.82995 57

Dummy Luas Lahan .4737 .50375 57

Bibit 42.0088 31.55232 57

Pupuk Urea Bersubsidi 1.1568E2 124.86230 57

Pupuk ZA Bersubsidi 72.1316 126.76449 57

Pupuk NPK Bersubsidi 1.2305E2 170.44631 57

Pupuk SP-36 Bersubsidi 38.7018 48.23120 57

Pestisida 50.0768 38.59829 57

Tenaga Kerja 23.5785 18.52594 57

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered

Variables

Removed Method 1 Tenaga Kerja, Pupuk SP-36 Bersubsidi, Pupuk ZA Bersubsidi, Dummy Luas Lahan,

Pestisida, Pupuk Urea Bersubsidi, Pupuk NPK Bersubsidi, Bibita . Enter a. All requested variables entered.

b. Dependent Variable: Produksi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .986a .973 .968 821.59703 1.360

a. Predictors: (Constant), Tenaga Kerja, Pupuk SP-36 Bersubsidi, Pupuk ZA Bersubsidi, Dummy Luas Lahan, Pestisida, Pupuk Urea Bersubsidi, Pupuk NPK Bersubsidi, Bibit

b. Dependent Variable: Produksi

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1.163E9 8 1.454E8 215.422 .000a

Residual 3.240E7 48 675021.686

Total 1.196E9 56

a. Predictors: (Constant), Tenaga Kerja, Pupuk SP-36 Bersubsidi, Pupuk ZA Bersubsidi, Dummy Luas Lahan, Pestisida, Pupuk Urea Bersubsidi, Pupuk NPK Bersubsidi, Bibit

b. Dependent Variable: Produksi

Correlations

Produksi Dummy

Luas Lahan Bibit

Pupuk Urea Bersubsidi

Pupuk ZA Bersubsidi

Pupuk NPK Bersubsidi

Pupuk SP-36

Bersubsidi Pestisida Pearson

Correlation

Produksi 1.000 .756 .893 .712 .602 .723 .353 .840

Dummy

Luas Lahan .756 1.000 .763 .585 .434 .564 .298 .681

Bibit .893 .763 1.000 .664 .622 .685 .305 .833

Pupuk Urea

Bersubsidi .712 .585 .664 1.000 .827 .905 .023 .672

Pupuk ZA

Bersubsidi .602 .434 .622 .827 1.000 .839 -.086 .518 Pupuk NPK

Bersubsidi .723 .564 .685 .905 .839 1.000 .027 .690

Pupuk SP-36

Bersubsidi .353 .298 .305 .023 -.086 .027 1.000 .259


(2)

Produksi Dummy

Luas Lahan

Bibit Pupuk Urea Bersubsidi Pupuk ZA Bersubsidi Pupuk NPK Bersubsidi Pupuk SP-36 Bersubsidi Pestisida Sig. (1-tailed)

Produksi . .000 .000 .000 .000 .000 .004 .000

Dummy

Luas Lahan .000 . .000 .000 .000 .000 .012 .000

Bibit .000 .000 . .000 .000 .000 .010 .000

Pupuk Urea

Bersubsidi .000 .000 .000 . .000 .000 .433 .000

Pupuk ZA

Bersubsidi .000 .000 .000 .000 . .000 .261 .000

Pupuk NPK

Bersubsidi .000 .000 .000 .000 .000 . .421 .000

Pupuk SP-36

Bersubsidi .004 .012 .010 .433 .261 .421 . .026

Pestisida .000 .000 .000 .000 .000 .000 .026 .

N Produksi 57 57 57 57 57 57 57 57

Dummy

Luas Lahan 57 57 57 57 57 57 57 57

Bibit 57 57 57 57 57 57 57 57

Pupuk Urea

Bersubsidi 57 57 57 57 57 57 57 57

Pupuk ZA

Bersubsidi 57 57 57 57 57 57 57 57

Pupuk NPK

Bersubsidi 57 57 57 57 57 57 57 57

Pupuk SP-36

Bersubsidi 57 57 57 57 57 57 57 57

Pestisida 57 57 57 57 57 57 57 57

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -215.606 204.260 -1.056 .296

Dummy Luas Lahan -327.483 367.985 -.036 -.890 .378 .351 2.851

Bibit -8.173 9.826 -.056 -.832 .410 .125 7.974

Pupuk Urea Bersubsidi -2.373 2.330 -.064 -1.018 .314 .142 7.020 Pupuk ZA Bersubsidi -.205 1.900 -.006 -.108 .915 .208 4.813 Pupuk NPK Bersubsidi 1.159 1.737 .043 .667 .508 .138 7.269 Pupuk SP-36 Bersubsidi .527 2.699 .006 .195 .846 .712 1.405

Pestisida -2.648 6.121 -.022 -.433 .667 .216 4.630

Tenaga Kerja 274.569 19.430 1.101 14.131 .000 .093 10.749 a. Dependent Variable: Produksi

Collinearity Diagnosticsa

Mode l Dimensio n Eigenvalu e Conditio n Index Variance Proportions (Constant ) Dumm y Luas Lahan Bibi t Pupuk Urea Bersubsi di Pupuk ZA Bersubsi di Pupuk NPK Bersubsi di Pupuk SP-36 Bersubsi di Pestisid a Tenag a Kerja

1 1 6.970 1.000 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00 .00

2 1.025 2.607 .03 .00 .00 .01 .04 .01 .17 .00 .00

3 .330 4.598 .51 .01 .00 .00 .01 .01 .42 .00 .00

4 .289 4.915 .11 .28 .00 .01 .07 .01 .30 .01 .00

5 .138 7.104 .15 .42 .00 .00 .16 .04 .01 .21 .01

6 .126 7.448 .04 .07 .08 .15 .31 .11 .01 .01 .01

7 .054 11.386 .12 .02 .01 .65 .01 .80 .00 .02 .01

8 .044 12.551 .01 .19 .21 .05 .34 .03 .06 .74 .15

9 .024 16.972 .04 .00 .69 .14 .06 .00 .03 .00 .82

a. Dependent Variable: Produksi


(3)

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 436.3156 1.6512E4 5.5011E3 4557.79326 57

Std. Predicted Value -1.111 2.416 .000 1.000 57

Standard Error of Predicted Value 163.732 702.555 300.435 128.889 57 Adjusted Predicted Value 438.3014 1.7283E4 5.4921E3 4547.75477 57

Residual -2.47167E3 1.65354E3 .00000 760.65105 57

Std. Residual -3.008 2.013 .000 .926 57

Stud. Residual -3.467 2.160 .004 1.070 57

Deleted Residual -3.28270E3 2.20860E3 8.90516 1035.80418 57

Stud. Deleted Residual -3.963 2.249 -.008 1.134 57

Mahal. Distance 1.242 39.965 7.860 8.149 57

Cook's Distance .000 .667 .048 .118 57

Centered Leverage Value .022 .714 .140 .146 57

a. Dependent Variable: Produksi


(4)

Regression

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Produksi 5.5011E3 4620.82995 57

Dummy Luas Lahan .4737 .50375 57

Bibit 42.0088 31.55232 57

Pupuk Urea Bersubsidi 1.1568E2 124.86230 57

Pupuk ZA Bersubsidi 72.1316 126.76449 57

Pupuk NPK Bersubsidi 1.2305E2 170.44631 57

Pupuk SP-36 Bersubsidi 38.7018 48.23120 57

Pestisida 50.0768 38.59829 57

Correlations

Produksi Dummy

Luas Lahan Bibit

Pupuk Urea Bersubsidi

Pupuk ZA Bersubsidi

Pupuk NPK Bersubsidi

Pupuk SP-36

Bersubsidi Pestisida Pearson

Correlation

Produksi 1.000 .756 .893 .712 .602 .723 .353 .840

Dummy

Luas Lahan .756 1.000 .763 .585 .434 .564 .298 .681

Bibit .893 .763 1.000 .664 .622 .685 .305 .833

Pupuk Urea

Bersubsidi .712 .585 .664 1.000 .827 .905 .023 .672

Pupuk ZA

Bersubsidi .602 .434 .622 .827 1.000 .839 -.086 .518 Pupuk NPK

Bersubsidi .723 .564 .685 .905 .839 1.000 .027 .690

Pupuk SP-36

Bersubsidi .353 .298 .305 .023 -.086 .027 1.000 .259

Pestisida .840 .681 .833 .672 .518 .690 .259 1.000

Produksi

Dummy Luas Lahan

Bibit Pupuk Urea Bersubsidi

Pupuk ZA Bersubsidi

Pupuk NPK Bersubsidi

Pupuk SP-36 Bersubsidi

Pestisida

Sig. (1-tailed)

Produksi . .000 .000 .000 .000 .000 .004 .000

Dummy

Luas Lahan .000 . .000 .000 .000 .000 .012 .000

Bibit .000 .000 . .000 .000 .000 .010 .000

Pupuk Urea

Bersubsidi .000 .000 .000 . .000 .000 .433 .000

Pupuk ZA

Bersubsidi .000 .000 .000 .000 . .000 .261 .000

Pupuk NPK

Bersubsidi .000 .000 .000 .000 .000 . .421 .000

Pupuk SP-36

Bersubsidi .004 .012 .010 .433 .261 .421 . .026

Pestisida .000 .000 .000 .000 .000 .000 .026 .

N Produksi 57 57 57 57 57 57 57 57

Dummy

Luas Lahan 57 57 57 57 57 57 57 57

Bibit 57 57 57 57 57 57 57 57

Pupuk Urea

Bersubsidi 57 57 57 57 57 57 57 57

Pupuk ZA

Bersubsidi 57 57 57 57 57 57 57 57

Pupuk NPK

Bersubsidi 57 57 57 57 57 57 57 57

Pupuk SP-36

Bersubsidi 57 57 57 57 57 57 57 57

Pestisida 57 57 57 57 57 57 57 57

Variables Entered/Removedb

Model Variables Entered

Variables

Removed Method


(5)

1 Pestisida, Pupuk SP-36 Bersubsidi, Pupuk ZA Bersubsidi, Dummy Luas Lahan, Pupuk

Urea Bersubsidi, Bibit, Pupuk NPK Bersubsidia . Enter

a. All requested variables entered. b. Dependent Variable: Produksi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .927a .860 .840 1847.21575 1.207

a. Predictors: (Constant), Pestisida, Pupuk SP-36 Bersubsidi, Pupuk ZA Bersubsidi, Dummy Luas Lahan, Pupuk Urea Bersubsidi, Bibit, Pupuk NPK Bersubsidi

b. Dependent Variable: Produksi

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 1.029E9 7 1.469E8 43.060 .000a

Residual 1.672E8 49 3412206.022

Total 1.196E9 56

a. Predictors: (Constant), Pestisida, Pupuk SP-36 Bersubsidi, Pupuk ZA Bersubsidi, Dummy Luas Lahan, Pupuk Urea Bersubsidi, Bibit, Pupuk NPK Bersubsidi

b. Dependent Variable: Produksi

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -309.745 458.999 -.675 .503

Dummy Luas Lahan 941.621 802.331 .103 1.174 .246 .373 2.681

Bibit 67.792 18.493 .463 3.666 .001 .179 5.587

Pupuk Urea Bersubsidi 4.487 5.123 .121 .876 .385 .149 6.715 Pupuk ZA Bersubsidi -.557 4.272 -.015 -.130 .897 .208 4.812 Pupuk NPK Bersubsidi 2.827 3.895 .104 .726 .472 .138 7.235 Pupuk SP-36 Bersubsidi 11.585 5.807 .121 1.995 .052 .777 1.287

Pestisida 24.798 13.050 .207 1.900 .063 .240 4.164

a. Dependent Variable: Produksi

ollinearity Diagnosticsa

Mode l

Dimensio n

Eigenvalu e

Conditio n Index

Variance Proportions

(Constant )

Dumm y Luas Lahan

Bibi t

Pupuk Urea Bersubsid

i

Pupuk ZA Bersubsid

i

Pupuk NPK Bersubsid

i

Pupuk SP-36 Bersubsid

i

Pestisid a

1 1 6.022 1.000 .01 .00 .00 .00 .00 .00 .01 .00

2 1.019 2.430 .03 .00 .00 .01 .04 .01 .19 .00

3 .330 4.275 .49 .01 .00 .00 .01 .01 .49 .00

4 .281 4.626 .10 .36 .01 .00 .07 .00 .28 .01

5 .136 6.664 .11 .29 .00 .01 .29 .08 .00 .23

6 .120 7.075 .09 .14 .15 .15 .20 .07 .01 .09

7 .053 10.623 .13 .01 .01 .63 .02 .82 .00 .07

8 .039 12.416 .05 .19 .83 .19 .38 .00 .03 .58

a. Dependent Variable: Produksi \

Residuals Statisticsa


(6)

Predicted Value 198.0108 1.5814E4 5.5011E3 4285.60254 57

Std. Predicted Value -1.237 2.407 .000 1.000 57

Standard Error of Predicted Value 366.289 1579.558 638.553 269.122 57

Adjusted Predicted Value 168.5002 1.7306E4 5.5074E3 4341.86119 57

Residual -7.13192E3 4.78377E3 .00000 1727.91211 57

Std. Residual -3.861 2.590 .000 .935 57

Stud. Residual -4.527 2.829 -.002 1.056 57

Deleted Residual -9.80555E3 5.70686E3 -6.34584 2219.85181 57

Stud. Deleted Residual -5.875 3.061 -.017 1.194 57

Mahal. Distance 1.219 39.965 6.877 7.456 57

Cook's Distance .000 .960 .040 .134 57

Centered Leverage Value .022 .714 .123 .133 57

a. Dependent Variable: Produksi

Charts

Lampiran 17. Nilai Efisiensi Harga (

Allocative Efficiency

) Usahatani Padi Sawah di Desa Wonosari

Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

Faktor Produksi

(Input)

PMxi

Py

Pxi

������

���

Alokasi Faktor

Produksi

Urea Bersubsidi (X2)

4,487

3596,95

1997,9

8,07

Tidak Efisien

ZA Bersubsidi (X3)

-0,557

3596,95

2000

-1,00

Tidak Efisien

NPK Bersubsidi (X4)

2,827

3596,95

2500

4,06

Tidak Efisien

Pupuk SP-36 (X5)

11,585

3596,95

2200

18,94

Tidak Efisien


Dokumen yang terkait

Penilaian Kinerja Keuangan Petani Padi Sawah Melalui Analisis Neraca di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

1 114 86

Analisis Perbandingan Pendapatan Usahatani Padi Sawah Di Desa Kolam Kecamatan Percut Sei Tuan Dengan Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

14 121 99

Sikap Petani Terhadap Keberadaan Irigasi Dalam Peningkatan Produktivitas Padi Sawah (Kasus : Desa Perdamean, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang)

3 16 84

Dampak Metode Penyuluhan Terhadap Produktivitas Dan Pendapatan Petani Padi Sawah (Kasus: Desa Wonosari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang) Jurnal penelitian2

0 0 12

Sikap Petani Terhadap Keberadaan Irigasi Dalam Peningkatan Produktivitas Padi Sawah (Kasus : Desa Perdamean, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 13

Sikap Petani Terhadap Keberadaan Irigasi Dalam Peningkatan Produktivitas Padi Sawah (Kasus : Desa Perdamean, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang)

0 0 1

Sikap Petani Terhadap Keberadaan Irigasi Dalam Peningkatan Produktivitas Padi Sawah (Kasus : Desa Perdamean, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang)

1 2 5

Penilaian Kinerja Keuangan Petani Padi Sawah Melalui Analisis Neraca di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

0 0 11

Analisis Efisiensi Pemakaian Pupuk Bersubsidi Terhadap Produktivitas Padi Sawah di Desa Wonosari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang

0 0 11

Analisis Efisiensi Pemakaian Pupuk Bersubsidi Terhadap Produktivitas Padi Sawah di Desa Wonosari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang

0 0 11