Analisis Efisiensi Pemakaian Pupuk Bersubsidi Terhadap Produktivitas Padi Sawah di Desa Wonosari, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Tinjauan Pustaka Padi merupakan tanaman semi aquatic yang cocok ditanam di lahan tergenang.Meskipun demikian, padi juga baik ditanam di lahan tanpa genangan asal kebutuhan airnya dicukupi. Oleh karena itu baik di Indonesia dan di negara lain padi ditanam di dua jenis lahan utama, yaitu lahan sawah dan lading (lahan kering). Di Indonesia, padi ditanam di dua musim yang berbeda, yaitu musim hujan dan musim kemarau (Suparyono, 1993). Untuk pertumbuhan optimal, tanaman memerlukan hara atau zat makanan yang memadai di dalam tanah. Secara alami hara tersebut terpenuhi dari serasah dedaunan dan bermacam organisme lain yang mengalami proses penguraian yang akhirnya menjadi makanan bagi tanaman. Namun untuk memacu pertumbuhannya, tanaman perlu diberi tamabahan zat makanan yang kemudian dikenal sebagai pupuk (Kementerian Pertanian, 2011).
Pada prinsipnya pemupukan adalah penyeimbangan ketersediaan unsur-unsur hara di dalam tanah yang diperlukan oleh tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh, berkembang, dan berproduksi dengan baik. Pengertian menyeimbangkan dalam hal ini adalah menambahkan hara-hara ke dalam tanah atau mengembalikan hara- hara yang hilang karena beberapa hal sebagai berikut: 1.
Tanah mengalami pencucian akibat perkolasi terbawa aliiran permukaan.
2. Unsur hara yang menguap (menjadi bbentuk gas) oleh mineral-mineral liat dalam tanah.
3. Saat panen banyak hara yang terangkut keluar dari tanah (Osman, 1996).
Mula-mula pupuk yang digunakan untuk memacu pertumbuhan tanaman budi daya cukup dengan pupuk kandang atau kompos. Namun karena pupuk kandang dan kompos dinilai kurang memuaskan akhirnya ditemukan pupuk buatan (pupuk kimia) yang mangandung hara lengkap, baik makro maupun mikro. Pupuk kimia tersebut memiliki kemampuan ajaib untuk memacu pertumbuhan tanaman budi daya (Andoko, 2008).
Pemupukan berimbang yang didasari oleh konsep “ pengelolaan hara spesifik lokasi” (PHSL) adalah salah satu koonsep penetapan rekomendasi pemupukan.
Dalam hal ini, pupuk diberikan untuk mencapai tingkat kesediaan hara esensial yang seimbang di dalam tanah dan optimum guna: (a) meningkatkan produktivitas dan mutu tanaman, (b) meningkatkan efisiensi pemupukan, (c) meningkatkan kesuburan tanah, dan (d) menghindari pencemaran lingkungan (Deptan, 2007).
Hasil penelitian Rika Meiliza (2006) di Kelurahan Paluh Kemiri, Kecamatan Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang menunjukkan bahwa efisiensi teknis penggunaan pupuk Urea, SP-36, ZA, NPK, Phonska terhadap produksi pada lahan luas lebih besar dari pada lahan sempit. Terkait masalah kelangkaan pupuk, utamanya urea, ada beberapa faktor penyebabnya. Pertama, kekurangan alokasi pupuk bersubsidi. Kedua, pemakaian dalam satu bulan di suatu kabupaten melebihi SK Gubernur. Hal ini bisa terjadi karena dosis pupuk yang dipakai petani per hektare lebih tinggi dari yang diperhitungkan dalam SK Gubernur (250 kg/ha) (Suara Merdeka, 2008).
Hasil pengamatan selama periode 2005- Mei 2006 di provinsi lokasi penelitian yaitu Sulawesi Selatan, Jawa Timur dan Sumatera Utara ditemukan bahwa HET pupuk adalah tidak efektif, yang diindikasikan dengan harga beli pupuk oleh petani di kios pengecer resmi 5,3- 23,8 persen diatas HET. Hasil simulasi menunjukkan bahwa kenaikan HET pupuk tanpa dibarengi dengan kenaikan HPP gabah akan menurunkan keuntungan usahatani padi (Deptan, 2006).
Selain masalah harga diatas HET, tindakan pemalsuan pupuk yang telah berlangsung berkali-kali selama ini telah banyak merugikan masyarakat dan pemerintah. Sebagai contoh terungkapnya pemalsuan 70 ton pupuk urea yang dilakukan oknum dari Kabupaten Serdang Bedagai. Pemalsuan pupuk dan pemalsuan merek PUSRI Palembang yang dilakukan oleh oknum tersebut perlu mendapat perhatian yang serius dari pemerintah, agar kejadian serupa tidak terulang kembali.Beberapa jenis pupuk yang sering dipalsukan antara lain adalah pupuk urea, NPK, TSP dan KCl. Untuk mengantisipasi masih beredarnya pupuk palsu dari keempat jenis di atas perlu kiranya diteliti ulang apakah masih ada pupuk-pupuk palsu yang beredar di pasaran (Balitbang, 2005).
Landasan Teori Secara sempit ilmu pertanian dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang
mempelajari tentang bercocok tanam. Tetapi arti yang terkandung dalam ilmu
pertanian sesungguhnya jauh lebih dalam. Yaitu suatu ilmu yang mempelajari segala
sesuatu tentang pertanian, baik mengenai subsector peternakan dan hortikulltura,
subsector perkebunan, subsector peternakan, maupun subsector perikanan. Ilmu ini
mulai dari pemilihan benih (pemuliaan), pengolahan tanah, penanaman, penyiangan,
pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit, sampai panen dan juga pasca panen
(Daniel, 2002).Fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi (output) maksimum yang dapat dihasilkan dari suatu ramuan faktor- faktor produksi (input) tertentu dengan teknologi tertentu. Fungsi produksi dinyatakan sebagai P=f(Q) dimana P adalah total produksi dan Q jumlah input atau faktor-faktor produksi (Wibisono, 1999). Istilah fungsi produksi ditemukan dalam ilmu ekonomi.yang dimaksud dengan fungsi produksi adalah suatu fungsi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik (output) dengan faktor-faktor produksi (input). Dalam bentuk matematika sederhana fungsi produksi ini dituliskan sebagai berikut: Y= f(x1, x2,....xn) Dimana: Y = Hasil produksi fisik (output) x1 , x2...xn = faktor-faktor produksi (input)
(Mubyarto, 1987).
Menurut Beierlein dan Michael (1991), Efficiency, The Level of output
divided by the level input required to achieve it (efisiensi, jumlah output dibagi
dengan jumlah input yang dibutuhkan untuk menghasilkan output). Sedangkan
menurut Downey dan Steven (1992), efisiensi adalah rasio yang mengukur keluaran
atau produksi suatu system atau proses untuk setiap unit masukan (Rahim, 2008).Efisiensi teknik (technical efficiency) adalah besaran yang menunjukkan
perbandingan antara produksi sebernarnya dengan produksi maksimum. Efisiensi
harga (price efficiency or allovcative efficiency) adalah kemampuan untuk
menggunakan input secara optimal dan proporsi pada tingkat harga input tertentu.
Efisiensi ekonomi (economice efficiency) adalah besaran yang menunjukkan
perbandingan antara keuntungan yang sebenarnya dengan keuntungan maksimum.
Secara matematik, hubungan antara efisiensi teknik, efisiensi harga dengan efisiensi
ekonomi adalah efisiensi ekonomi (EE) = efisiensi teknik (ET) x efisiensi harga (EH)
(Soekartawi, 2003).Dalam ekonomi produksi, efisiensi ekonomi dapat dicapai jika dipenuhi dua criteria (Doll & Orazen dalam Warsana, 2007) yaitu:
a. Syarat keharusan (necessary condition), yaitu suatu kondisi dengan produksi
dalam jumlah yang sama tidak mungkin dihasilkan dengan menggunakan sejumlah input yang lebih sedikit dan produksi dalam jumlah yang lebih besar tidak mungkin dihasilkan dengan menggunakan jumlah input yang sama.b. Syarat kecukupan (sufficient condition), yaitu syarat yang diperlukan untuk menentukan letak efisiensi ekonomi yang terdapat pada daerah rasional, karena dengan hanya mengetahui fungsi produksi saja maka letak efisiensi ekonomi yang terdapat pada daerah rasional tidak dapat ditemukan. Untuk menemukan letak efisiensi ekonomi diperlukan suatu alat yang merupakan indicator pilihan yaitu berupa input dan harganya.
Teori produksi yang sederhana menggambarkan tentang perkaitan diantara tingkat produksi sesuatu barang dengan jumlah input produksi yang digunakan untuk menghasilkan berbagai tingkat produksi barang tersebut. Dalam analisis tersebut dimisalkan bahwa 1 input produksi seperti tenaga kerja merupakan satu- satunya faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya sedangkan faktor-faktor produksi lainnya seperti modal, tanah dan teknologi dianggap tidak mengalami perubahan (Sukirno, 2000).
Hasil lebih yang semakin berkurang (law of diminishing return) merupakan sesuatu hal yang tidak dapat dipisah-pisahkan dari teori produksi.
Hukum tersebut menjelaskan sifat pokok dari perkaitan diantra tingkat produksi dan input produksi yang digunakan untuk mewujudkan produksi tersebut. Law of
diminishing return menyatakan bahwa apabila faktor produksi yang dapat diubah
jumlahnya terus menerus ditambah sebanyak 1 unit, pada mulanya produksi total akan semkin banyak pertambahannya, tetapi sesudah mencapai suatu tingkat tertentu produksi tambahan akan semakin berkurang dan akhirnya mencapai nilai negative dan ini menyebabkan pertambahan produksi total semakin lambat dan akhirnya ia mencapai tingkat yang maksimum kemudian menurun (Sukirno, 2000).
Dengan demikian pada hakekatnya law of diminishing return menyatakan bahwa perkaitan diantara tingkat produksi dan jumlah satu input produksi yang digunakan dapat dibedakan dalam tiga tahap yaitu:
a. Tahap pertama : produksi total mengalami pertambahan yang semakin cepat,
b. Tahap kedua : produksi total pertambahannya semakin lama semakin kecil, dan
c. Tahap ketiga : produksi total semakin lama semakin berkurang
Hukum law of diminishing return dapat dilihat pada kurva berikut: Daerah irrasional irrasional rasional irrasional Daerah Daerah Daerah
Gambar 1. Kurva Total Produksi, Produksi Rata-Rata dan Produksi Marginal Dalam keadan yang seperti itu produksi marginal bertambah tinggi dan sifat
ini dapat dilihat pada kurva MP (yaitu kurva produksi marginal). Selanjutnya
pertambahan penggunaan input produksi tidak akan menambah produksi total secepat
seperti sebelumnya. Keadaan ini digambarkan oleh (i) kurva produksi marginal yang
terus menurun, dab (ii) kurva total produksi yang mulai cembung keatas. Sebelum
input produksi digunakan pada tahap kedua, produksi marginal adalah lebih tinggi
daripada produksi rata-rata. Maka kurva produksi rata-rata bertambah tinggi. Pada
saat input produksi bertambah ke tahap II kurva marginal produksi memotong kurva
produksi rata-rata. Sesudah perpotongan tersebut kurva produksi rata-rata menurun ke
bawah yang menggambarkan bahwa produksi rata-rata semakin bertambah sedikit.
Perpotongan diantara kurva MP dan kurva AP adalah menggambarkan permulaan
dari tahap kedua. Pada keadaan ini produksi rata-rata mencapai tingkat yang paling
tinggi. Pada tahap kedua, penggunaan input produksi dikatakan efisien dikarenakan
jumlah input produksi yang digunakan sesuai dengan hasil produksi yang maksimal
(Sukirno, 2000).Pada tahap ketiga dimana kurva MP memotong sumbu datar dan sesudahnya
kurva tersebut dibawah sumbu datar. Keadaan ini menggambarkan bahwa produksi
marginal mencapai angka negative. Kurva total produksi (TP) mulai menurun pada
tingkat ini, yang menggambarkan bahwa produksi total semakin berkurang apabila
lebih banyak input produksi yang digunakan. Keadaan pada tahap ketiga ini
menggambarkan bahwa input produksi yang digunakan adalah jauh melebihi daripada
yang diperlukan untuk menjalankan kegiatan produksi tersebut secara efesien
(Sukirno, 2000).Kerangka Pemikiran
Dalam usaha pertanian, produksi diperoleh melalui suatu proses yang cukup panjang dan penuh resiko. Panjangnya waktu yang dibutuhkan tidak sama tergantung jenis komoditas yang diusahakan. Proses mulai dari penyediaan dan pemilihan benih, pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, penyiangan, pemberantasan hama dan penyakit, penyiraman, panen hingga pasca panen. Setiap komponen masih memiliki komponen lagi, misalnya pemupukan. Jenis pupuk apa yang digunakan, apakah Urea, SP-36, KCl, NPK, ZA, pupuk kandang dan lain- lain. Masing-masing pupuk memiliki kandungan yang berbeda-beda dan tujuan yang berbeda pula. Hal ini sebaiknya tidak hanya diketahui oleh pakar pertanian tetapi juga petani.
Dalam melakukan usaha tani, seorang pepetani akan selalu berpikir bagaimana ia mengalokasikan input seefisien mungkin untuk dapat memperoleh hasil yang maksimal. Peningkatan keuntungan dapat diperoleh oleh petani tersebut apabila petani dapat melakukan usaha taninya secara efisien. Konsep efisiensi ini dikenal dengan kopsep efisiensi teknis (technical efficiency), efisiensi harga (price efficiency), dan efisiensi ekonomi (economic efficiency).
Efisiensi teknis adalah mengukur besarnya produksi yang dapat dicapai atas tingkat faktor produksi tertentu. Efisiensi teknis akan tercapai apabila petani mampu mengalokasikan faktor produksi sedemikian rupa sehingga hasil yang tinggi dapat dicapai. Untuk memperjelas tujuan dan alur pemikiran dapat dilihat pada skema kerangka pemikiran berikut.
Keterangan: hubungan pengaruh
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran
Usahatani Padi Sawah
Produksi Output
Penerimaan Analisis Efisiensi
Teknis Efisien Tidak
Efisien Input Produksi (pupuk bersubsidi)
Analisis Efisiensi Harga
Efisien Tidak Efisien Produksi Potensial
Hipotesis Penelitian
Penggunaan Pupuk Urea, ZA, SP-36, NPK bersubsidi pada tanaman padi sawah di Desa Wonosari Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang sudah efisien.