RITUAL KREMASI (TYUET SUAH) ETNIS TIONGHOA.

RITUAL KREMASI (TYUET SUAH) ETNIS TIONGHOA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi
Sebagai Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
BERLIN TUA MANALU
3112122001

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2016

ABSTRAK
BerlinTuaManalu, 3112122001. Ritual Kremasi (Tyuet Suah) Etnis Tionghoa.
Skripsi. Jurusan Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas
Negeri Medan. 2016

Penelitian ini bertujuan mengetahui makna pembakaran jenazah atau kremasi bagi
masyarakat Tionghoa dan jenis jenis, simbol simbol, proses pelaksanaan Kremasi
dilihat dari kebudayaan dan kepercayaan serta simbol simbol yang digunakan
dalam proses kremasi jenazah. Penelitian ini dilaksanakan di yayasan balai sosial
Marga raja yang terletak di dusun VII desa Limau Manis Kecamatan Tanjung
Morawa Kabupaten Deli Serdang
Penelitian ini dilaksanakan menggunakan metode kualitatif yang bersifat
deskriptif. Data diperoleh melalui penelitian lapangan. Tekhnik pengumpulan data
adalah observasi dan wawancara. Informan dipilih secara purposive sampling
dengan. Dengan demikian yang menjadi informan adalah staf di yayasan sosial
Marga Raja 3 orang, petugas pembakar jenazah 2 orang, keluraga atau kerabat
dekat yang berduka 5 orang, dan pemukau agama atau pemimpin upacara yang
disebut Hwee Shio
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pembakaran jenazah atau kremasi sudah
merupakan tradisi bagi masyrakat Tionghoa dan telah menjadi sebuah budaya
yang telah dialakukan (2) setiap simbol yang dialakukan dalam upacara kremasi
memiliki makna yang merupakan bagian dari kebudayaan dan kepercayaan
masyarakat Tionghoa
Teori yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah (1) teori ritus peralihan
yang mengatakan ritus bagian dari seperation manusia melepas kedudukannya

yang semula, dimana menurut kepercayaan masyarakat Tionghoa kehidupan tidak
hanya didunia saja, dan manusia meninggalkan dunia untuk melanjutkan
kehidupan kedunia lain (2) teori simbol dimana banyak benda benda yang
digunakan sebagai simbolik yang menunjukan sifat interaksi manusia dengan
yang maha kuasa (3) dan teori makna dimana makna diciptakan dan dapat
dimegerti dalam kelompok seperti simbol yang digunakan dalam upacara
memiliki banyak makna dan dimengerti masyarakat Tionghoa itu sendiri.
Kesimpulan dari hasil penelitian upacara kremasi bagi masyarakat etnis Tionghoa
merupakan bagian dari kepercayaan, budaya, dan adat. tidak semua masyarakat
Tionghoa yang meninggal dikremasi. selain faktor kepercayaan dan budaya, ada
faktor sosial dan faktor lainnya.

Kata kunci: Peran, Kehidupan social dan ekonomi, Masyarakat,

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dan Yesus
Kristus atas segala berkat, dan Kasih Karunia-Nya sehigga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi tepat pada waktunya.
Skripsi yang berjudul Ritual Kremasi (Tyuet Shuah) Etnis Tionghoa

disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
pada Program Studi Pendidikan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas
Negeri Medan.
Penulis juga tidak lupa megucapkan terima kasih yag setulusnya kepada :
1. Rektor Universitas Negeri Medan, Bapak Prof Dr. Syawal Gultom, M.Pd
2. Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, Ibu Dra. Nurmala
Bertutu M.Pd
3. Ketua Program Studi Pendidikan Antropologi, Ibu Dra. Puspitawati, M.Si
4. Bapak Bahrul Khair Amal, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah memberikan begitu banyak bimbingan, saran, dan arahan kepada
penulis sejak awal penelitan sampai dengan selesainya penulisan skripsi
ini.
5. Bapak Drs. Waston Malau, MSP, Bapak Drs. Payerli Pasaribu, M.Si, dan
Ibu Sulian Ekomila, MSP, sebagai dosen penguji yang memberikan
banyak saran dan masukan kepada penulis untuk penyempurnaan skripsi
ini.

6. Bapak Drs. Waston Malau, MSP sebagai dosen pembimbing akademik yang
memberikan bimbingan selama penulis menjalankan perkuliahan.
7. Seluruh dosen/staf pengajar di program studi pendidikan antropologi yang

memberikan bimbingan dan pengajaran kepada penulis selama dalam
perkuliahan
8. Terkusus kepada kak Ayu yang banyak membantu penulis dan mengarahkan
penulis dalam kelengkapan berkas berkas yang dibutuhkan selama kuliah.
9. Kedua orang tua tercinta, Alm H. Manalu dan Mamak L. Br Tobing yang
telah memberikan doa, motivasi, tenaga, dan materi kepada penulis selama
menjalankan perkuliahan hingga menyelesaikan skripsi ini.
10. Kakak dan abang, Juliana Manalu, Erikawati Manalu, Pittauli Manalu, Jojor
Martalina Manalu, James Daut Manalu dan adik ku Johannes Frengki
Manalu telah yang memberikan doa dan dukungan untuk menyelesaikan
skripsi ini.
11. Sahabat terbaik Parade Purba, Christin Uliarta Amabarita, Evi Elfriede
Silaban, Susi Susanti Simanjuntak, Kurni Kwok, Ernita Sinurat, Rya helena
Marbun yang telah meluangkan banyak waktu dan memberikan doa serta
dukungan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
12. Teman teman, Jessy Purba, Morina Ginting, dan semua teman-teman
seperjuangan stambuk 2011 yang telah memberikan motivasi dalam
penyelesaian skripsi ini.
13. Teman- teman PPL SMA Pembangunan Galang (Evi Nemer Ginting, Rya
Erjasa Munte, Yohannes Solapide, Andri Sudarti, Sarah Sumarmin, Grecia


Erhulina, Tetty Attifud, Lishartitin, Weny Tugiman, Putri Poniman, Pendi
Honerywati dan lainnya) dan teman-teman kost yang memberikan
dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.
14. Kepada informan yang membantu memberikan informasi informasi
penting dalam atau selama penelitian dilakukan
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini oleh
karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang membangun
untuk kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat untuk menambah
wawasan serta pengetahuan pembaca.

Medan, Januari 2016
Penulis,

Berlin Tua Manalu
Nim : 3112122001

DAFTAR ISI
Abstrak .........................................................................................................


i

Daftar Isi .......................................................................................................

ii

Daftar Tabel .................................................................................................

iv

Bab I Pendahuluan ......................................................................................

1

1.1.Latar belakang .................................................................................

1

1.2.Identifikasi masalah .........................................................................


5

1.3.Perumusan masalah .........................................................................

6

1.4.Tujuan penelitian .............................................................................

6

1.5.Manfaat penelitian ...........................................................................

7

1.5.1

Manfaat Teorotis ..................................................................

7


1.5.2

Manfaat Praktis ....................................................................

7

Bab II Landasan Teori ................................................................................

8

2.1 Kerangka Konseptual ......................................................................

8

2.1.1

Pengertian Ritual ..................................................................

8


2.1.2

Pengertian Kematian ............................................................

10

2.1.3

Konsep Kematian bagi Orang Tionghoa ..............................

11

2.2 Kerangka Teori ................................................................................

13

2.2.1

Teori Ritus Peralihan ...........................................................


13

2.2.2

Teori Simbol ........................................................................

14

2.2.3

Teori Makna .........................................................................

18

2.3 Kerangka Berfikir ............................................................................

19

Bab III Metodologi Penelitian ....................................................................


21

3.1 Metode Penelitian ............................................................................

21

3.2 Lokasi Penelitian .............................................................................

21

3.3 Subjek dan objek penelitian ............................................................

22

3.3.1

Subjek .................................................................................

22

3.3.2

Objek ....................................................................................

24

3.4 Teknik Pengumpulan Data ..............................................................

25

3.4.1

Observasi ..............................................................................

25

3.4.2

Wawancara .........................................................................

25

3.4.3

Dokumentasi .......................................................................

27

3.5 Teknik Analisis Data .......................................................................

27

BAB IV HASIL PENELITIAN .................................................................

29

4.1

Identifikasi Wilayah Penelitian ...............................................

29

4.1.1

Letak lokasi yayasan Marga Raja ..............................

29

4.1.2

Keadaan Wilayah Krematorium ...............................

30

4.1.3

Sarana dan Prasarana ................................................

31

4.2 Sejarah Etnis Tionghoa Di Indonesia........................................

32

4.3 Kedatangan Etnis Tionghoa Ke Medan ....................................

34

4.4 Upacara Kematian Tionghua ....................................................

40

4.5 Tempat Persemayaman .............................................................

46

4.6 Harga Paket Kremasi ................................................................

48

4.7 Perlengkapan Perlengkapan dalam Perkabung .........................

49

4.8 Proses Pelaksanaan dan Tata Cara Mengkremasi ....................

52

4.9 Makna Kremasi (Tyuet Shuah) bagi Etnis Tionghoa ................

59

4.10 Jenis-Jenis Kremasi ...................................................................

62

4.11 Simbol Yang Di Gunakan Saat Ritual Kematian ......................

63

4.12 Analsisi Penelitian Ilmiah .........................................................

65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................
5.1 Kesimpulan ...........................................................................

71

5.2 Saran .....................................................................................

72

Daftar Pustaka
Lampiran

71

DAFTAR TABEL

1.1

Kedatangan dan keberangkatan tenaga kerja Cina di Sumatra Timur
tahun 1888 – 1900 (lewat kantor imigrasi)

1.2

Jumlah kremasi dalam 1 (satu) bulan dihitung dari tahun 2015

1.3

Jenazah yang dimakamkan dalam dua tahun terahir di yayasan Marga
Raja

1.4

Simbol Simbol Yang Dingunakan Dalam Upacara Kematian Dan
Kremasi Jenazah

i

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kematian merupakan suatu hal yang pasti dialami oleh semua orang, tanpa
terkecuali. Setiap manusia tidak akan mengetahui kapan seseorang akan
meninggal, dan setiap kelompok masyarakat memiliki tradisi yang berbeda beda
dalam melaksanakan ritual ritual kematian. Kematian adalah bagian dari setiap
orang dan makluk ciptaan Tuhan, yang tidak mungkin dihindari. Ia begitu
menyengat nyawa, tidak memandang ras, ekonomi, usia, jabatan, dan Agama.
Untuk menghormati seseorang yang telah meninggal tentunya ada ritual yang
harus dijalankan, biasanya ritual itu berdasarkan kepercayaan yang dianut oleh
masing-masing orang.
Etnis Tionghoa merupakan salah satu etnis pendatang dari negeri Cina, dan
masyarakat Cina di kota Medan lebih sering disebut orang Tionghoa. Kedatangan
masyarakat Tionghoa ke kota Medan berawal ketika Belanda menjajah Sumatera
Utara. Untuk itu Belanda mendatangkan buruh dari negeri Cina, dikarenakan
kekurangan tenaga buruh . Pendapat diatas didukung oleh Sofyan Tan (2004:21)
dijelaskan bahwa: “masyarakat Tionghoa di Medan semula merupakan para buruh
yang didatangkan untuk menggarap perkebunan-perkebunan tembakau di
sumatera timur yang mulai diusahakan para kapitalis Belanda sejak abad ke- 18”.
Sama seperti etnis asli yang ada di Sumatra Utara, etnis Tionghoa juga
memiliki kebudayaan dan tradisi yang masi dijalankan sampai saat ini, dan masi

sangat dihormati oleh masyarakat Tionghoa, salah satunya adalah tradisi dalam
upacara kematian etnis Tionghoa
Upacara kematian, merupakan salah satu dari tradisi yang sampai saat ini
masih sering dijalankan oleh etnis Tionghoa. Etnis Tionghoa yang mayoritas
beragama Budha menganggap bahwa kematian bukanlah akhir dari segalanya,
namun kematian berarti putusnya seluruh ikatan yang mengikat kita terhadap
keberadaan kita yang sekarang. Sesungguhnya kematian tidak dapat dipisahkan
dari kelahiran, dan juga sebaliknya dimana setiap yang mengalami kelahiran juga
akan mengalami kematian.
Upacara kematian ini, bisa disebut Tyuet Suah dalam bahasa Tionghoa
terjadi serangkaian ritual yang cukup panjang dari mulai dibawa kerumah duka
sampai dengan kremasi (dibakar), bahkan setelah dibakar terjadi upacara upacara
penghormatan, diantaranya uapacara tiga harian, tujuh harian, empat puluh harian
dan bahkan setiap tahun tanggal kematian almarhum dilakukan upacara
penghormatan yang di sebut “kong tek”
Upacara kematian Tyuet Suah rutin dilaksanakan oleh etnis Tionghoa,
setiap ada salah satu anggota keluarga mereka yang meninggal tak pernah mereka
meninggalkan tradisi ini. Sampai saat ini, masyarakat Tionghoa masi sangat
memengang teguh salah satu kebudayaannya yaitu ritual ritual yang dilaksanakan
menurut kebudayaan dan kepercayaannya, termasuk padaritual kematian. Ritual
kematian pada masyarakat etnis Tionghoa terbilang cukup panjang dan lama,
dimulai dari baru meninggal jenazah akan dibawa kebalai Sosial (rumah duka)
baik dari rumah sakit maupun rumah tempat tinggal jenazah, dan ditempatkan

dalam peti yang tertutup dan bisa dibuka jika ada sanak keluarga yang ingin
melihat jenazah bahkan sampai akan dihantarkan ketempat pembakaran jenazah
juga dilakukan beberapa upacara seperti menaburkan kertas selama perjalanan..
Pernak pernik yang digunakan saat melaksanakan rirual kematian ini
sangat beragam, termasuk pada saat akan melaksanakan kremasi atau
pemngabuan. Setiap pernak pernik yang digunakan merupakn simbol simbol yang
memiliki makna. Biasanya sekitar peti, harus terdapat foto jenazah dalam ukuran
besar, lilin, dan bunga. Waktu disemayamkan di rumah duka, biasanya
berlangsung selama 3 hari sampai dengan 1 minggu, karena menurut kepercayaan
masyaratak Tionghoa, semangkin lama jenazah disemayamkan di rumah duka
akan semangkin baik. Anggota keluarga juga diharuskan menjaga jenazah
semalaman selama jenazah berada dirumah duka.
Menghormati yang meninggal itu memiliki banyak cara dan ini adalah cara
orang Tionghoa. Bagi orang Tionghoa, mereka yang meninggal itu bagaikan
berpindah alam. Jadi mengirimkan adalah hal yang wajar menurut pandangan
orang Tionghoa.Salah satu kewajiban yang terutama adalah menjaga nama baik
dan menunjukkan sikap penghormatan hingga kita menjelang ajal, karena budi
besar orangtua tak terbalaskan dengan cara apapun
Ritual upacara kematian etnis Tonghoa terdapat 4 tahap, yaitu terdiri dari
tahap pertama, upacara sebelum masuk peti, dimana upacara ini terjadi proses
pembersihan jenazah, dan jenazah di pakaikan pakaian tujuh lapis, lapis pertama
dipakaikan pakaian warna putih yang merupakan pakaian almarhum saat menikah,

dan enam lapis berikutnya dipakaikan pakaian bebas. Mata, telunga, hidung dan
mulut diberi mutiara yang diyakini sebagai penerang dalam kegelapan di alam
kubur. Tahap ke dua adalah upacara masuk peti dan penutupan peti, upacara ini
upacara paling lama prosesnya, biasanya tiga sampai empat hari, dan menurut
kepercayaan etnis Tionghoa, semakin lama maka akan semakin baik. Upacara
pembakaran jenazah atau kremasi, dalam upacara ini, menjelang peti akan
diangkat, diadakan penghormatan terahir yang dipimpin oleh Hwee shio atau
Cayma, setelah menyembah, mereka harus mengitari peti mati dengan jalan
sambil terus menagis, mengikuti hwee shio yang mendoakan arwah almarhum,
putra tertua memegang photo almarhum dan sebatang bambu dan di beri kertas
putih dan bertuliskan huruf Cina yang disebut “hoe”. Sedangkan untuk tahap
terahir adalah, upacara sesudah kremasi, terdiri dari meniga hari (tiga hari sesudah
meninggal) dan menujuh hari (tujuh hari sesudah meninggal), para anggota
keluarga melakukan penghormatan pada almarhum. Untuk yang dimakamkan,
upacara dilakukan di pemakaman, tetapi untuk yang dikremasi, upacara akan di
lakukan di kuil atau pun di rumah, dengan membuat abu hasil bakaran jenazah
untuk disembah dan di rumah disediakan meja pemujaan dan rumah rumahan.
Berdasarkan hasil uraian latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk
meneliti dan mengetahui RITUAL KREMASI (TYUET SUAH) ETNIS
TIONGHOA, dan peneliti menfokuskan sabjek penelitian terhadap masyarakat
masyarakat Tionghoa yang berduka maupun yang ikut melaksanakan ritual
kremasi tersebut.

1.2 Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah sejumlah masalah yang akan diteliti dan lingkup
masalah yang lebihluas. Tujuan dari identifikasi masalah adalah agar penelitian
yang dilakukan menjadi terarah serta mencakup masalah yang diketahui tidak
terlalu luas. Menurut pendapat Hadeli (2006:23) mengatakan bahwa: “Identifikasi
masalah adalah suatu situasi yang merupakan akibat dari interaksi dua atau lebih
factor (seperti kebiasaan-kebiasaan, keadaan-keadaan, dan lain sebagainya) yang
menimbulkan beberapa pertanyaan-pertanyaan”. Berdasarkan latar belakang
masalah di atas, dapat di identifikasikan masalah yang terkait dengan penelitian
ini antara lain
A. Upacara kematian pada etnis Tionghoa
B. Bahan bahan yang digunakan saat melakukan upacara kematian
C. Makna makna dalam ritual kematian tersebut
D. Warna warna dalam kebudayaan Tionghoa
E. Makna kremasi pada etnis Tionghoa
F. Perbedaan kremasi dan dikebumikan
G. Proses pelaksanaan Kremasi
H. Makna pembakaran Dupa dan kertas perak
I. Buah buahan yang digunakan

1.3 Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan pertanyaan yang lengkap dan rinci mengenai
ruang lingkup masalah yang akan diteliti didasarkan atas identifikasi masalah dan
pembatasan masalah (Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, 2009:27).
Berdasarkan uraian yang sudah dijabarkan didalam latar belakang, maka yang
menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apa Sebenarnya Makna Kremasi (Tyuet Sueh) bagi etnis Tionghoa?
2. Apa Jenis Ritual Kremasi (Tyuet Suah) pada etnis Tionghoa?
3. Apa Simbol yang digunakan saat Ritual Kemasi (Tyuet Suah) etnis
tionghoa?
4. Bagaimana proses pelaksanaan Kremasi etnis Tionghoa?

1.4 Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan penelitian umumnya berorientasi kepada tujuan yang jelas.
Hariwijaya dan Triton (2008:50) mengatakan bahwa : “Tujuan penelitian
merupakan sasaran yang hendalk dicapai oleh peneliti sebelum melakukan
penelitian dan mengacu kepada permasalahan”. Berhasil tidaknya suatu
penelitian yang dilaksanakan terlihat dari tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan.
Maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui makna Kremasi (Tyuet Sueh) bagi etnis Tionghoa.
2. Untuk mengetahui Jenis Ritual Kremasi (Tyuet Suah) pada etnis Tionghoa

3. Untuk mengetahui Simbol Simbol yang digunakan masyarakat Tionghoa
saat Ritual Kremasi dilaksanakan.
4. Untuk mengetahui Bagaimana proses pelaksanaan Kremasi etnis Tionghoa

1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian merupakan kegunaan dari penelitian yang merupakan
sumber informasi dalam mengembangkan kegiatan penelitian selanjutnya.
Maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :
1. Memberikan sebuah pemahaman kepada masyarakat luas tentang Ritual
Kremasi (Tyet Suah) etnis Tionghoa ini beserta ritual-ritual yang dilakukan
di dalamnya dan anggapan-anggapan masyarakat diluar etnis tersebut
tentang ritual yang mereka adakan. Serta mengetahui perkembangannya
pada saat ini, sehingga diketahui perubahan/pergeseran yang ada di
dalamnya sesuai dengan tuntutan zamannya.
2. Memberikan dan memperluas pengetahuan kepada peneliti dan juga
kepada pembaca tentang nilai-nilai kebudayaan yang ada di dalam suatu
masyarakat.
3. Menambah informasi mengenai upacara kremasi yang dilakukan etnis
Tionghoa di desa Limau Manis kecamatan Tj. Morawa
4. Sebagai bahan perbandingan bagi mahasiswa atau peneliti lainnya
khususnya dalam meneliti masalah yang sama pada lokasi yang berbeda.
5. Sebagai pengabdian dan pengembangan keilmuan penulis
dalam bidang penelitian Ritual Kremasi.

khususnya

BAB V
KEIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada
bab IV segala data data yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan
dokumentasi, maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :
a.

Makna kremasi bagi Etnis Tionghoa adalah pengabuan jenazah
yang dilakukan, karena menurut kepercayaan masyarakat
Tionghoa, bahwa manusia diciptakan Tuhan berasal dari tanah
dan debu, sehinggah masyarakat Tionghoa melakukan kremasi
yang berdasarkan kepercayaan agama nya. Biasanya kremasi
dilakukan oleh etnis Tionghua penganut agama Buddha, karena
jenazah Buddha juga dikremasi sebelumnya. Namun tidak
semua etnis Tionghua yang menganut agama Buddha
dikremasi. Selain itu, etnis Tionghua yang tidak beragama
Buddha, ada juga yang dikremasi.

b. jenis jenis kremasi ada dua jenis yaitu kremasi open langsung
dan kremasi open tidak langsung, hal yang membedakan kedua
nya adalah abu hasil pembakarannya dibawa pulang oleh
keluarga untuk di semayamkan di

dan sebagian langsung

dibuang ke laut, sedangkan untuk yang tidak langung akan
diberikan kepada petugas.

c. Simbol simbol yang digunakan untuk kremasi adalah buah
buahan, kertas perak dan kertas emas, dupa, hio, liong, mutiara,
air kembang, kain putih dan pita merah, dan sebagainya.
d. Biasanya lama preoses kremasi untuk membakar 1 (satu)
jenazah saja sampai memakan waktu 2 (dua) jam, dan untuk
membakar jenazah tersebut dibutuhkan tabung gas yang berisi
50 (lima puluh) kg gas.selanjutnyan pada proses kremasinya,
disini dalam lingkungan masyarakat Tionghoa biasanya akan
dimulai upacara resesi sembayang, biasanya pemuka agama
yang disebut Hwee shio atau Cayma untuk melakukan doa
kepada yang meninggal dan juga diikuti oleh keluarga si
meninggal. Setelah itu peti jenajzah diletakan di dalam open
pembakaran jenazah, dan kemudian pemukau agama atau Hwee
Shio atau Cayma tersebut berdoa kepada Dewa agar arwah
diterima, dan anggota keluarga duduk bersimpau didepan
tempat pembakaran jenzah atau open pembakaran tersebut.

5.2 Saran-Saran
Adapun saran- saran yang dapat diberikan oleh peneliti terhadap adalah
Etnis Tionghoa merupakan etnis dengan beragam budaya dan kebudayaan, tetap
mempertahankan melestarikan kebudayaannya.
Untuk para staf pekerja dilingkungan Balai sosial Yayasan Marga Raja
agar lebih memperhatikan lingkungan termasuk untuk kebersihan udara hasil
pembakaran jenazah yang dikeluarkan langsung dari cerobong asap open langsung
ke udara.
Untuk tamu tamu yang datang sebagai penghanghantar jenazah untuk
dikremasi sebaiknya menjaga kebersihan lingkungan, tidak membuang sampah
sembarangan.
Terkusus buat masyarakat Tionghoa, hendaknya proses kremasi ini tidak
menjadi menimbulkan masalah sosial ataupun menunjukan adanya kesenjangan
sosial antara golongan masyaraat. Dan hendaknya mendukung dan saling
membantu.

Daftar Pustaka
Arikunto, suharsimi. (2006). Metodelogi penelitian. Yogyakarta: Bina aksara
Basrowi., Suswandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT
Rineke Cipta
Bugin, M. Burhan. (2007). Penelitian Kualitatif :Komunikasi, Ekonomi,
kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta : Kencana
Prana Media Group
Bustanuddin Agus. Agama Dalam Kehidupan Manusia: Pengantar Antropologi
Agama. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006) hal. 16
Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka
utama.
Dibyasuharda. (1990). Dimensi metafisik mengenai simbol. Ontologi mengenai
akar simbol. Yogyakarta : UGM
Irwan Suhartono. (2002). Metode Penelitian Sosial, Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Gungwu, Wang . (1991). Kajian Tentang Identitas Orang Cina di Indonesia
dalam Perubahan Identitas Orang Cina di Asia Tenggara.
Terjemahan Ahmad. Jakarta :Grafiti Press.
Hidajat. (1993). Masyarakat dan kebudayaan Cina di Indonesia. Bandung.

Jonathan Sarwono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kamanto Sunarto, (2004), Pengantar Sosiologi, Jakarta: Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Koentjaraningrat. (1972). Beberapa pokok Teori Antropologi Sosial. Jakarta:
Dian Rakyat
2004. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Universitas
Indonesia
Koenjaraningrat. (1982), Sejarah Teori Antropologi” Jakarta: Universitas Islam.
Lexy J Moleong. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja
Rosdakarya.
Miles dan Huberman. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press
Ritzer, George dan Douglas J. Goodman. (2007). Teori Sosiologi Modern.
Jakarta: Kencana.
Setyamidjaja, Djoehana. 2002. Landasan Ilmu Pendidikan. Universitas Pakuan
Bogor
Simanjuntak, Bungaran A. & Soedjito S. (2009). Metode Penelitian Sosial,
Medan : Bina Media Perintis,
Soerjono Soekanto. (1982). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: CV. Rajawali.
,(1990) Sosiologi suatu Penganta. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Sugiyonno. (2011). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Alfabeta:
Bandung.
Sudjangi (Penyunting) Agama dan Masyarakat Jakarta: Departemen Agama RI,
Badan Penelitian dan Pengembangan Masyarakat, 1991/1992
Suprayogo, Imam dan tobrani. (2001) metode penelitian sosial agama.
Bandung. Pt. Remaja rosdakarya
Suryadinata, Leo. (1984). Dilema Minoritas Tionghoa. Jakarta: Grafiti Pers.
. (2002). Negara dan Etnis Tionghoa: Kasus Indonesia. Jakarta:
Pustaka LP3ES Indonesia.
Suyanto,bagong &sutinah. (2007). Metode penelitian sosial: berbagai alternatif
pendekatan. Jakarta : kencana
Tan, Mely G. (1979). Golongan Etnis Tionghoa di Indonesia, Suatu Masalah
Pembinaan Kesatuan Bangsa. Jakarta: PT. Gramedia.
. (2008).Etnis Tionghoa di Indonesia, Kumpulan Tulisan. Jakarta.
Yayasan Obor Indonesia
Thung, Ju Lan. (1999). Tinjauan Kepustakaan tentang Etnis Cina di Indonesia.
Dalam.
Titib,I made.()2001. Teologi & Simbol-simbol Praktis Kehidupan. Surabya :
paramita
Triguna, Ida bagus gede yudha. (2000). Teori tentang simbol. Denpasar: Widya
Darma.

U. Maman dkk. Metodelogi Penelitian Agama: Teori dan Praktek. (Jakarta: PT.
Rajagrafindo Persada, 2006) hal.94.
Usman, Husaini dan Purnomo, 2008. Metodologi Penelitian Sosial. Penerbit PT
Bumi Aksara : Jakarta.
Yusron Razak, M.A. & Ervan Nurtawab, M.A. Antropologi Agama. (Jakarta:
Lembaga Penelitian UIN Jakarta dan UIN Jakarta Press, 2007)
hal 1-20.
Sumber lain :
Website global http://www.budaya-tionghoa.net /diunggah desember 2015